Pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.

(1)

DI RW. 03 KELURAHAN NGAGEL REJO KOTA SURABAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)

Oleh :

Septi Mariah Dewi NIM. B76213087

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Septi Mariah Dewi, B76213087, 2017. Pengaruh Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di Seputar Indonesia RCTI Terhadap Sikap Protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci: Berita, Sikap Protektif

Fokus penelitian ini terletak pada rumusan masalah, yaitu: (1) Apakah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI memberikan pengaruh terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya, (2) Jika ada, seberapa besarkah pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya

Dalam menyelesaikan masalah diatas, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan metode pengukuran skala likert lima titik, serta menggunakan rumus regrensi linier sederhana dengan menggunakan program SPSS versi 16, sedangkan yang menjadi responden adalah Ibu yang memiliki anak usia 5-7 tahun dan pernah menonton berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya sebanyak 24 responden.

Dari hasil penelitian ini ditemukan (1) Ada pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya. (2) tingkat pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI sebesar 0.412. Yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, dibuktikan dengan melihat nilai rhitung > rtabel = 0.412 > 0.4044. selanjutnya adalah dengan melihat hasil dengan menarik dari tabel interpretasi r yakni termasuk dalam nilai sangat rendah dengan nilai 0.170.

Bertitik tolak dari penelitian ini, rekomendasi yang diperkirakan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan sikap protektif yang disebabkan oleh berita kekerasan seksual hendaknya melihat faktor-faktor yang mempengaruhi serta variabel mana yang cocok untuk diteliti dan dapat dikemudian hari bisa dilakukan pengalian data secara mendalam untuk data yang lebih akurat.


(7)

HALAMAN JUDUL ……….………...……….. i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….……….… iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ……….... vi

ABSTRAK ……….. viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………... xii

DAFTAR GAMBAR ………...…. xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...…. 1

B. Rumusan Masalah …………...……….…... 8

C. Tujuan Penelitian ……….…... 8

D. Manfaat Penelitian ……….. 9

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 9

F. Definisi Operasional ……….….. 12

G. Kerangka Teori ………...… 14

H. Hipotesis ………..…… 16

I. Metode Penelitian ………... 17

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian …..………... 18

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian …..…... 19

3. Teknik Sampling ………... 19

4. Variabel dan Indikator Penelitian ………….… 20

5. Teknik Pengumpulan Data ……….... 21

6. Teknik analisis Data ………...…... 23


(8)

A. Kajian Pustaka ……...………...………... 27

1. Komunikasi Massa …...………. 27

a. Pengertian Komunikasi Massa …..…...…... 27

b. Karakteristik Komunikasi Massa …..…….. 29

c. Fungsi Komunikasi Massa ….………. 29

d. Efek Komunikasi Massa …..………...…… 30

2. Berita Televisi ………….………... 33

a. Pengertian Berita …..………...…… 33

b. Nilai Berita ………..……….... 33

c. Jenis Berita …..………...…. 35

d. Program Acara Berita Seputar Indonesia RCTI ……….... 37

3. Kekerasan Seksual Pada Anak ……...……..…. 37

a. Pengertian Kekerasan Seksual Pada Anak .. 37

b. Bentuk Kekerasan Seksual Pada Anak …... 38

c. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual pada Anak ……….. 39

d. Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak …. 40 4. Sikap ……….. 41

a. Pengertian Sikap ………...…………..…… 41

b. Komponen Sikap ………...…….... 43

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ……… 44

d. Sikap Protektif ……….… 47

e. Ibu ………...……… 48

B. Kajian Teori …..……….. 52

1. Teori Kultivasi ………..………..……….. 52

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskriptif Subyek dan Lokasi Penelitian …..…….. 55


(9)

3. Lokasi Penelitian …..………. 72

a. Kondisi Geografis …..………. 72

b. Karakteristik Penduduk ….………….……. 72

c. Struktur Kepengurusan RW …..………..… 74

B. Deskripsi Data Penelitian ……….... 74

1. Data Frekuensi dan Persentase Angket Variabel

X: Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di

Seputar Indonesia RCTI ……….. 76

2. Data Frekuensi dan Persentase Angket Variabel

Y: Sikap Protektif Ibu ………....…… 88

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Pengujian Hipotesis ………...…………...………... 101

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……..…………...…. 108

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ……...………..………… 111

B. Rekomendasi ………...………..………….. 112

Daftar Pustaka Biodata Peneliti Lampiran-lampiran


(10)

Tabel 1.1 Kategori Skala Pengukuran Linkert ……… 22

Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa ………..… 30

Tabel 3.1 Daftar Nama Responden ……….… 55

Tabel 3.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ………...…… 57

Tabel 3.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………...… 59

Tabel 3.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ……...… 60

Tabel 3.5 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ….… 61 Tabel 3.6 Identitas Responden Berdasarkan Jam Tayang Seputar Indonesia RCTI ………..… 62

Tabel 3.7 Intensitas Menonton Seputar Indonesia RCTI Setiap Minggunya ………..… 63

Tabel 3.8 Jumlah penduduk ……….… 73

Tabel 3.9 Jumlah penduduk Menurut RT ……… 73

Tabel 3.10 Kategori Skala Pengukuran Indikator ……….… 76

Tabel 3.11 Rekapitulasi Data Variabel X ………..… 98

Tabel 3.12 Rekapitulasi Data Variabel Y ………..… 99

Tabel 4.1 Tabulasi Data Penelitian ………..… 102

Tabel 4.2 Uji Normalitas ……….… 104

Tabel 4.3 Koefisien R ………..… 105

Tabel 4.4 Intepretasi r ………..… 106

Tabel 4.5 Signifikasi ……… 107


(11)

Gambar 1.1 Kerangka Teori ……….... 16

Gambar 3.1 Logo RCTI ………..… 67

Gambar 3.2 Logo Seputar Indonesia ………... 68

Gambar 3.3 Struktur Kepengurusan RW. 03 Kelurahan Ngagel


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya teknologi, tidak bisa dipungkiri bahwa media massa merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Karena di dalam media massa terdapat banyak informasi yang dibutuhkan oleh setiap orang dengan berbagai profesi pekerjaannya. Maka dari itu, media massa akan selalu membuat inovasi-inovasi terbaru agar para konsumennya merasa tertarik terhadap informasi yang disajikan. Namun, dibalik keunggulannya tersebut, media massa memiliki pesan yang cenderung umum, meski bisa ditunujukan pada komunikan dalam jumlah besar, akan

tetapi umpan baliknya cenderung tunda.1

Secara garis besar, media massa terdiri dari 3 macam, yaitu media

cetak, media elektronik, dan media cyber. Sedangkan pada media

elektronik terdapat 2 jenis media, yaitu televisi dan radio. Meski media elektronik ini sudah ditemukan dan digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa media elektronik khususnya televisi masih menjadi salah satu media massa yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia.

Di setiap stasiun televisi pastilah memiliki program acara yang diunggulkan. Dan yang menjadi program acara unggulan tersebut rata-rata

1

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual, (Bogor: Ghlmia Indonesia, 2004), hlm. 104.


(13)

adalah berita. Sehingga tidak heran apabila hampir semua stasiun televisi berlomba-lomba menyuguhkan keunggulan-keunggulan pada tayangan program acara berita yang mereka miliki untuk bisa menarik perhatian para penikmatnya.

Salah satu stasiun televisi yang program beritanya memiliki banyak penonton adalah program acara berita Seputar Indonesia yang diusung oleh stasiun televisi RCTI. Tayangan program berita ini memiliki jam tayang sebanyak tiga sampai empat kali dalam satu hari, yaitu Seputar Indonesia Pagi pada pukul 04.30 – 06.00, Seputar Indonesia Siang pada pukul 11.30 – 12.00, Seputar Indonesia pada pukul 16.00 – 16.30, dan

Seputar Indonesia Malam pada pukul 01.00-01.30 WIB.2

Pada program acara berita Seputar Indonesia RCTI ada beragam konten yang selalu bisa membuat banyak orang tertarik akan pesan atau informasi yang disajikan. Salah satunya yaitu tentang berita kekerasan seksual. Kekerasan seksual sendiri merupakan suatu tindakan yang tidak semestinya dilakukan oleh seseorang terhadap lawan jenisnya atau sesama jenisnya dengan hanya mengandalkan nafsu semata tanpa ada persetujuan diantara kedua belah pihak, sehingga korbannya merasa dirugikan atas kejadian tersebut.

Yang menjadi pelaku kekerasan seksual bisa beragam, mulai dari jenis kelamin para pelaku, usia, status sosial, latar belakang, bahkan motif yang mendasari para pelaku melakukan tindakan kekerasan tersebut. Tak

2 RCTI, “Jadwal Acara” dalam www.rcti.tv/schedule#.WC01azNZ6AQ diakses pada tanggal 17 November 2016 pukul 11:53 WIB.


(14)

jarang juga, sebagian pelaku kekerasan seksual merupakan seorang pedofilia. Pedofilia sendiri merupakan salah satu penyakit penyimpangan seksual yang menyebabkan para penderitanya memiliki ketertarikan

seksual terhadap anak-anak (remaja yang masih sangat muda).3

Kekerasan seksual yang dilakukan oleh para pedofilia ini menjadikan anak-anak sebagai korban mereka dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. Hal ini membuat para orang tua khususnya ibu-ibu yang bertempat tinggal di wilayah RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya merasa khawatir, sebab orang-orang yang memiliki penyakit pedofilia tidaklah terlihat secara fisik. Akan tetapi baru bisa diketahui dari psikologis mereka. Sedangkan tidak banyak ibu yang pernah mempelajari ilmu psikologi. Sehingga untuk meredakan rasa khawatir, mereka memilih untuk mengawasi kegiatan dan interaksi para putra putrinya dengan orang-orang disekitarnya.

Pada periode perkembangan anak, biasanya diberikan batasan usia tertentu. Pengelompokan periode yang paling umum dipakai untuk menggambarkan perkembangan anak seperti urutan berikut ini, yaitu masa prenatal, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak menengah dan akhir, serta yang terakhir adalah masa remaja. Yang dimaksud dengan masa kanak-kanak awal adalah masa perkembangan sejak berakhirnya masa bayi sekitar usia 5-6 tahun, terkadang masa ini disebut sebagai masa prasekolah. Selama masa ini, anak kecil belajar menjadi lebih mandiri dan

3 V. Mark Durand dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal: Edisi Keempat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 103.


(15)

merawat diri sendiri; mengembangkan ketrampilan kesiapan bersekolah (mengikuti instruksi, mengenali huruf), serta menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan bersama teman sebaya. Masa ini biasanya ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu SD.4 Di masa ini juga, anak-anak

yang bertempat tinggal di wilyah RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya terlihat sangat mudah bergaul bergaul bukan hanya pada teman sebayanya saja melainkan juga kepada siapapun yang dianggapnya menyenangkan untuk diajak berbincang maupun bermain tanpa adanya rasa curiga atau was-was. Hal ini bisa terlihat ketika beberapa anak tanpa sungkan mengajak orang yang baru ditemuinya untuk berbincang mengenai hal-hal yang membuatnya penasaran. Sehingga disinilah peran penting seorang ibu untuk selalu mengawasi setiap kedekatan anaknya dengan orang-orang dewasa di sekitarnya.

Setiap tahunnya Seputar Indoneia RCTI selalu menayangkan banyak kasus yang terkait dengan tindakan kekerasan seksual pada anak, sehingga hal ini membuat para ibu memiliki kekhawatiran sendiri. Sebab dilihat dari frekuensi beritanya, kekerasan seksual yang dilakukan para pelaku pengidap penyakit pedofilia hampir setiap tahunnya pasti menggalami kenaikan jumlah korban.

Dengan adanya berita-berita tersebut, para orang tua yang aktif mengikuti setiap kasus kekerasan seksual pada anak bisa menjadi resah, terlebih bagi Ibu yang bertempat tinggal di wilayah RW. 03 Kelurahan

4 John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak: Edisi 11, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hlm. 22.


(16)

Ngagel Rejo Kota Surabaya. Sebab di dalam berita kekerasan seksual, yang biasanya menjadi pelaku adalah orang terdekat para korban, seperti tetangga, kerabat keluarga, bahkan bisa jadi pelakunya adalah sang ayah.

Apalagi, untuk para ibu yang memiliki anak berusia 5-7 tahun atau yang berstatus sebagai murid TK maupun murid kelas 1 SD. Dimana usia tersebut merupakan awal usia bagi para anak yang ingin mengetahui segala sesuatu hal yang menurutnya baru dan menarik. Di usia ini juga, para anak-anak akan mudah menerima kehadiran orang-orang baru di dalam hidupnya, sehingga membuat mereka merasa dekat dan nyaman dengan siapa saja. Karena itu pula, tak heran apabila ada para Ibu warga RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya merasa was-was terhadap kedekatan putra-putrinya dengan orang-orang disekitarnya. Sehingga mereka merasa lebih senang apabila mengetahui secara langsung setiap kegiatan yang dilakukan anak, hal ini bisa terihat dari banyaknya ibu yang memiliki pendidikan terakhir S1 dan SMA yang lebih memilih untuk berprofesi sebagai ibu rumah tangga daripada menjadi wanita karir.

Banyaknya frekuensi berita kekerasan seksual pada anak yang ditonton oleh Ibu juga bisa mempengaruhi sikap mereka. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah informasi yang mereka terima terkait dengan kasus tersebut. Sebab semakin meningkatnya informasi yang di dapat maka semakin banyak pula pengetahuan mereka akan ciri dan motif yang biasanya dipakai oleh para pelaku untuk memperdaya korbannya.


(17)

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.5

Sikap seseorang bisa beragam bentuknya, tergantung dari pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh seseorang. Apabila seseorang mendapat pengetahuan atau informasi yang bernilai positif, maka ia akan bersikap menerima atau terbuka. Namun sebaliknya, apabila seseorang mendapat pengetahuan atau informasi yang bernilai negatif, maka ia akan bersikap monolak atau memproteksi diri.

Apabila sikap ini dikaitkan dengan berita kekerasan seksual pada anak, maka sudah pasti sikap yang ditunjukkan oleh Ibu adalah memproteksi atau bersikap protektif kepada putra-putrinya yang masih belum mengetahui adanya ancaman kejahatan yang mungkin bisa sewaktu-waktu mengincarnya. Sebab sikaplah yang melatarbelakangi tindakan yang akan dilakukan oleh ibu, terlebih bagi ibu yang memiliki anak berusia 5-7 tahun.


(18)

Ada banyak cara untuk para ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya dalam memperlihatkan sikap protektif yang mereka miliki terkait adanya berita kekerasan seksual pada anak, khususnya yang tayangan Seputar Indonesia RCTI, seperti ketidaksetujuan beberapa ibu apabila anak bermain pada siang atau malam hari karena mereka merasa bahwa waktu-waktu itu mereka memiliki kesibukan dan tidak banyak pula tetangga yang keluar rumah sehingga mereka takut tidak ada orang dewasa yang bisa mengawasi anak mereka yang sedang bermain. Sehingga akibat dari sikap ibu-ibu inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa lingkungan di sekitar RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya terasa sangat sepi seperti di lingkungan perumahan, padahal sebenarnya wilayah ini merupakan daerah perkampungan biasa yang pada umumnya ramai dengan aktifitas warga.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menunjukkan sejauh mana sikap protektif Ibu kepada putra-putrinya yang masih berusia 5-7 tahun atau yang berstatus sebagai murid TK maupun murid kelas 1 SD terkait adanya berita kekerasan seksual pada anak.

Berdasarkan uraian yang ada, penelitian ini diberikan judul yaitu Pengaruh Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di Seputar Indonesia RCTI Terhadap Sikap Protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.


(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalahnya adalah:

1. Apakah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI

memberikan pengaruh terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya?

2. Jika ada, seberapa besarkah pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.

2. Untuk menjelaskan tingkat pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif Ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.


(20)

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu komunikasi massa dan psikologi komunikasi, dimana di dalam penerapannya akan memberikan dampak berupa sikap bagi setiap orang.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumbangan informasi untuk masyarakat khususnya bagi para Ibu yang memiliki anak di bawah umur agar bisa meningkatkan sikap protektifnya terhadap pergaulan anak-anaknya sehingga dapat meminimalisir adanya tindakan kekerasan seksual.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan bahwa kajian penelitian ini bukanlah yang pertama kali diteliti. Adapun perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini yakni sebagai berikut:


(21)

Peneliti Thoriqul Mufadhilla

Judul

Pengaruh Berita Kriminal dan Kekerasan Seksual pada Anak di Liputan 6 SCTV Terhadap Kewaspadaan Orang Tua (Studi di RT. 17 RW. 09 Desa Wonomlati, Krembung Sidoarjo)

Jenis, Tahun, dan

Metode Penelitian Skripsi, 2013, Kuantitatif

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Tayangan berita kriminal dan kekerasan seksual pada anak di Liputan 6 SCTV berpengaruh terhadap kewaspadaan orang tua RT.17 RW.09 Desa Wonomlati, Kecamatan Krembung-Sidoarjo. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis Chi-Kuadrat yang menunjukan nilai Xo²= 5,458. Sedangkan dalam tabel harga Chi-Kuadrat nilai taraf signifikasi 5%= 3,841. Hal ini berarti nilai Xo² > XTs² (5,458 > 3,841), sebagai konsekuensinya bahwa hipotesa kerja diterima, sedangkan hipotesa nihil ditolak (Ha > Ho). (2) Tingkat pengaruh tayangan berita kriminal dan kekerasan seksual pada anak di Liputan 6 SCTV terhadap kewaspadaan orang

tua RT.17 RW.09 Desa Wonomlati, Kecamatan

Krembung-Sidoarjo sebesar 0,25. Dari hasil perhitungan koefisien kontigensi dapat diketahui bahwa tayangan berita kriminal dan kekerasan seksual pada anak di Liputan 6 SCTV berpengaruh terhadap kewaspadaan orang tua di RT.17 RW.09 Desa Wonomlati, Kecamatan Krembung-Sidoarjo tergolong dalam pengaruh rendah.

Perbedaan Penelitian

Penelitian ini untuk mencaritahu tentang sikap protektif Ibu.

Persamaan Penelitian

Sama-sama meneliti tentang kekerasan seksual,

menggunakan televisi sebagai media massa nya.

Peneliti Wahyu Krisnawati

Judul

Studi Komperatif Kekerasan Seksual Berupa Lesbian dan Homoseksual Terhadap Anak di Bawah Umur dalam Pasal 292 KUHP dan Pandangan Hukum Islam


(22)

Jenis, Tahun, dan

Metode Penelitian Skripsi, 2013, Kajian Teks (Teks Reading)

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa yang dimaksud kekerasan seksual yang berupa homoseksual dan lesbian yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dibawah umur menurut hukum positif adalah suatu perbuatan atau tindakan asusila terhadap anak dibawah umur dari jenis kelamin yang sama, dengan memaksa seorang anak untuk disetubuhi. Adapun kekerasan seksual berupa homoseksual dan lesbian terhadap anak dibawah umur dalam hukum Islam dimasukkan dalam perbuatan zina yang artinya adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan

perkawinan yang sah menurut syari’at Islam. Homoseksual

dan lesbian sendiri diartikan sebagai keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama atau hubungan seks/kelamin dengan pasangan yang sejenis (pria dengan pria atau wanita dengan wanita). Adapun sanksi kekerasan seksual berupa lesbian dan homoseksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak di bawah umur pada hukum positif terumus dalam pasal 292 KUHP yang mana hukuman bagi pelaku hhomoseksual terhadap anak di bawah umur dikenai hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun, sedangkan sanksi menurut hukum Islam ialah: perbuatan homoseksual yang dilakukan orang dewasa terhadap anak di bawah umur sanksi disamakan dengan jaringan zina, yaitu dikenai hukum had. Meskipun perbuatan ini sama-sama dikenai hukuman namun, terlihat jelas perbedaannya, yaitu pada kadar sanksi hukumannya. Perbedaan

Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai sikap protektif Ibu terhadap berita kekerasan seksual.

Persamaan Penelitian

Sama-sama menjadikan anak di bawah umur sebagai obyek penelitian.

Peneliti Abdul Ghofur

Judul Pengaruh Program Tayangan Pitstop di BBS TV Terhadap


(23)

Jenis, Tahun, dan

Metode Penelitian Skripsi, 2013, Kuantitatif

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Program Tayangan PITSTOP Di BBS TV memiliki pengaruh yang lemah terhadap Persepsi Komunitas CB Brother Speed Surabaya dengan bukti nilai koefisien korelasinya sebesar 0,354. (2) Dalam penelitian ini Ha diterima dan Ho ditolak, Jadi terdapat adanya pengaruh program tayangan PITSOP di BBS TV terhadap persepsi komunitas CB Brother Speed

Surabaya, dengan diperolehnya harga “r” sebesar 0,345

yang mana “r” hitung lebih besar daripada “r”tabel (0,266). Perbedaan

Penelitian

Penelitian ini mencaritahu tentang sikap protektif Ibu terhadap berita kekerasan seksual pada anak yang ada di Seputar Indonesia RCTI.

Persamaan Penelitian

Sama-sama menjadikan televisi sebagai media massanya.

F. Definisi Operasional

Adapun untuk memudahkan pembahasan ini dan memperoleh

gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka peneliti

mengoperasikan judul penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh Berita Kekerasan Seksual Pada Anak di Seputar Indonesia RCTI

Pengaruh adalah daya yang ikut membentuk atau timbul dari sesuatu (orang/benda), yang ikut membentuk watak, kepercayaan, perbuatan.6 Sedangkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa

yang sudah terjadi, gagasan atau pendapat seseorang atau sekelompok


(24)

orang (politisi, ekonom, budayawan, ilmuwan, agamawan, dls.) atau temuan-temuan baru dalam segala bidang yang dipandanng penting dan diliput wartawan/ reporter untuk dimuat dalam media massa cetak atau ditayangkan dalam media TV atau disiarkan melalui radio. Berita yang ditayangkan diperkirakan dapat menjadi isu dan opini hingga dapat mempengaruhi masyarakat luas untuk menentukan sikap atau kebijakan serta tindakan tertentu.7 Sedangkan menurut End Child

Prostitution in Asia Tourism (ECPAT) Internasional, kekerasan seksual pada anak adalah hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan tekanan.8

Jadi, yang dimaksud dengan berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI adalah laporan tentang suatu peristiwa yang telah terjadi dimana seorang anak dijadikan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual oleh orang yang lebih tua dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, dan tipuan yang ditayangkan dalam program acara Seputar Indonesia milik stasiun RCTI pada periode bulan Maret 2017.

7 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 85.

8 Ivo Noviana, Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya , Jurnal Sosio


(25)

2. Sikap Protektif Ibu

Sikap adalah reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang.9 Protektif sendiri merupakan

hal yang bersangkutan dengan proteksi atau bersifat melindungi.10

Sedangkan Ibu ialah sebutan untuk perempuan yang memegang

peranan penting dalam mendidik anak di lingkungan rumah tangga.11

Jadi, yang dimaksud dengan sikap protektif ibu dalam penelitian ini adalah reaksi seorang wanita yang berperan dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga untuk melindungi sang anak yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dengan usia sekitar 5 hingga 7 tahun atau yang masih bersekolah TK hingga kelas 1 SD dari ancaman bahaya dengan menunjukan kecenderungan dalam perilakunya.

G. Kerangka Teori

Di dalam penelitian ini, teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori kultivasi (cultivation theory) yang pertama kali dikenalkan oleh

9 Arlito W. arwono dan Eko A. Meinarno, Pikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm. 82.

10 Tim Ganesa Sains Bandung, Kamus Lengkap Bahasa Indonesis, (Bandung: Penabur Ilmu, 2008), hlm. 362.


(26)

Profesor George Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg School of

Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS).12

Menurut teori ini, media, khusunya televisi, merupakan sarana utama untuk belajar tentang masyarakat dan kultur. Melalui kontak seseorang dengan televisi (dan media lain), orang tersebut belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. Teori kultivasi juga berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Tentu saja, tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama. Beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi daripada yang lain. Jadi, meskipun televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk pandangan kita tentang dunia, televisi merupakan salah satu media yang paling ampuh, terutama bila kontak dengan televisi sangat sering dan berlangsung dalam waktu lama.13

Dalam hal ini yang dimaksud citra realitas adalah gambaran yang dibuat oleh televisi tentang suatu kejadian. Sehingga dengan adanya gambaran tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap cara pandang penonton terhadap semua kejadian yang ada di dunia khusunya kejadian yang bersifat negatif.

Cara pandang itulah yang nantinya akan menjadi suatu pedoman bagi penonton untuk bersikap. Dan sikap itulah yang akan

12 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 166. 13 Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar: Edisi Revisi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 66-67.


(27)

melatarbelakangi bagaimana para pecandu televisi akan memproteksi diri sendiri atau orang-orang yang ada di sekitarnya untuk selalu waspada terhadap hal-hal yang negatif.

Dari teori diatas, peneliti membuat kerangka pemikiran yang dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Teori

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrument kerja dari teori.14

Sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.15 Berdasarkan pembahasan

pada landasan teori, maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 43.

15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 85.

Variabel X:

Berita Kekerasan Seksual pada Anak di Seputar Indonesia RCTI

Variabel Y: Sikap Protektif Ibu


(28)

Ha = Terdapat pengaruh antara berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.

Ho = Tidak terdapat pengaruh antara berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo kota surabaya.

I. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan tuntutan tentang bagaimana secara berurutan penelitian dilakukan, menggunakan alat dan bahan apa,

prosedurnya bagaimana.16 Dalam metodologi terdapat dua format

penelitian kuantitatif berdasarkan paradigma dominan yaitu format deskriptif dan format eksplanasi.17 Dalam penelitian ini, format yang akan

dipakai adalah format deskriptif. Format ini bertujuan untuk menjelaskan secara ringkas berbagai kondisi yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian berdasarkan apa yang terjadi, lalu mengangkat ke

permukaan tentang kondisi tersebut.18 Sehingga format deskriptif

digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat.19

16 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 70.

17 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 36.

18 Ibid., hlm. 36.

19 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 22-24.


(29)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penilitian ini pendekatan yang akan digunakan untuk mengungkapkan suatu fenomena sosial oleh peneliti adalah pendekatan survei. Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner.20 Sehingga

yang dimaksud dengan penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data yang pokok.21

Alasan peneliti menggunakan pendekatan survai karena peneliti ingin mengungkapkan fenomena yang berkaitan tentang berita kekerasan seksual pada anak terhadap sikap protektif ibu. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti, serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti, yaitu kuantitatif deskriptif. Dimana metode ini dimaksudkan untuk

pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.22

Fenomena sosial yang akan diukur di dalam penelitian ini adalah berita kekerasan seksual pada anak dan sikap protektif ibu.

20 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, …, hlm. 25. 21 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, …, hlm. 3. 22 Ibid., hlm. 4.


(30)

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek

Yang akan menjadi subyek di dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang berdomisili di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.

b. Obyek

Pada penelitian ini yang akan menjadi obyek penelitian adalah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI.

c. Lokasi Penelitian

Untuk lokasi penelitiannya akan dilakukan di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.

3. Teknik Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga.23 Sehingga yang menjadi populasi pada

penelitian ini adalah semua ibu yang berdomisili di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya yang berjumlah sebanyak 304 Orang dari 576 KK.

Di dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menentukan kriteria sebagai penentu pengambilan populasi sebagai berikut:

23 Munawar Syamsudin Aan, Metode Riset Kuantitatif Komunikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 19.


(31)

a. Seorang ibu yang mempunyai anak berusia 5-7 tahun.

b. Mempunyai televisi.

c. Pernah menonton program berita kekerasan seksual di Seputar Indonesia RCTI.

Setelah di tentukan kriteria dalam menentukan responden, maka peneliti mendapatkan jumlah keseluruhan ibu yang menjadi responden sebanyak 24 orang. Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini adalah kurang dari serratus (<100), maka 24 orang responden tersebut diambil semua untuk dijadikan sampel.

4. Variabel dan Indikator Penelitian

Secara operasional variabel dibagi menjadi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam peneltian ini adalah berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah sikap protektif ibu. Variabel bebas dan terikat di definisikan sebagai berikut:

a. Berita Kekerasan Seksual Pada Anak (Indikator X):

1) Gambaran berita

2) Bahasa berita


(32)

b. Sikap Protektif Ibu (Indikator Y):

1) Membatasi pergaulan anak.

2) Mengawasi kegiatan anak.

3) Memberikan larangan pada anak.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah bagian instrument

pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian.24 Dan dalam penelitian ini terdapat dua alat pengumpulan

data yang digunakan, yaitu:

a. Angket

Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.25 Angket yang telah dibuat oleh peneliti akan

di bagikan kepada ibu yang memenuhi kriteria dan bertempat tinggal di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya.

Skala pengukuran angket yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala likert. Dimana skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur

24 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua, …, hlm. 133. 25 Ibid., hlm: 133.


(33)

dijabarkan menjadi dimensi, lalu dari dimensi dijabarkan menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan menjadi sub-indikator yang dapat diukur. Sehingga sub-indikator inilah yang akan menjadi tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.26

Adapun bobot nilai dari setiap pertanyaan atau pernyataan dalam suatu skala likert, yaitu sebagai berikut:27

Tabel 1.1

Kategori Skala Pengukuran Linkert

Kategori Bobot Pernyataan

Positif

Bobot Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Netral (N) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

b. Observasi

Teknik ini merupakan suatu kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian.28 Dalam hal ini, peneliti akan

melakukan pengamatan tentang keseharian subjek yang diteliti,

26Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 25-26. 27 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 13 28 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 73.


(34)

khususnya tentang ibu yang sedang menonton program acara Seputar Indonesia RCTI dan sikap protektif yang dilakukan sang ibu kepada anaknya.

c. Dokumentasi

Teknik dokementasi, yakni penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia. Biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijkan, sejarah, dan hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian.29 Dalam

hal ini, peneliti akan melakukan pengumpulan dokumen yang berupa data berita kekerasan seksual pada anak yang tayang di Seputar Indonesia RCTI.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kebentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diproleh dari penelitian ini akan diolah dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis yang diajukan, karena data yang diperoleh berwujud angka-angka dan metode statistik dapat memberikan hasil yang objektif.30

Menurut Mardalis di dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, bahwa untuk memperoleh data

29

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, …, hlm. 83.

30 Abdul Muhid’, Analisis Statistik SPSS Windows: Cara Praktis Melakukan Analisis Statistik, (Surabaya: LEMLIT IAIN Sunan Ampel, 2010), hlm. 107.


(35)

dalam wujud angka, maka diperlukan proses dengan beberapa tahap sebagai berikut:31

a. Memeriksa/Editing: Tahapan ini berlangsung setelah semua data terkumpul melalui angket/kuesioner lalu dilakukannya pemeriksa untuk mengecek jawaban dengan pertanyaan sesuai dengan petunjuk.

b. Memberi Tanda Kode/Coding: Tahapan ini untuk memberi tanda

kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.

c. Tabulasi Data: Tahapan ini berlangsung setelah masalah editing dan coding telah selesai. Lalu dilakukannya pembuatan tabel-tabel kerja sesuai dengan variabel-variabel pertanyaan dan item-itemnya.

Dalam penggunaan teknik analisis data, peneliti akan menggunakan teknik analisis regrensi linier sederhana. Regrensi linier sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Tujuannya yaitu untuk meramalkan atau memprediksi besaran nilai variabel tak bebas (dependent) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independent).32

Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:33

31Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 77-79.

32 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, …, hlm. 284. 33


(36)

Keterangan: = Subyek dalam variabel dependent yang

diprediksikan.

a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).

b = Angka arah atau koefisien regrensi, yang

menunjukkan angka peningkatan ataupun

penurunan variabel dependent yang didasarkan pada perubahan variabel independent. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X = Subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu.

Dan untuk mencari harga a dan b menggunakan rumus berikut:

Dengan menggunakan rumus di atas yang dibantu dengan software SPSS16, peneliti ingin menjelaskan tingkat pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW.03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya dengan menggunakan seluruh populasi yang memenuhi kreteria.


(37)

J. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembaca memahami alur pikiran penelitian, maka isi penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab I terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penelitian, dan jadwal penelitian.

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Pada Bab II terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang kajian pustaka dan kajian teori.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada Bab III terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang deskripsi obyek dan lokasi penelitian serta deskripsi data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada Bab IV terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada Bab V terdiri dari beberapa sub pokok bab yang membahas tentang simpulan dan rekomendasi.


(38)

27 BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Massa

a. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang

akan coba diraihnya, efeknya terhadap mereka.34

Komunikasi massa dibedakan dengan jenis komunikasi lainnya karena komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompk dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus dari populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan sosial.35

Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan-pesan yang diproduksi secara masal atau tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan

34 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa: Edisi Revisi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), hlm. 2.


(39)

yang luas, anonim, dan heterogen. Yang dimaksud dengan kata

“luas” berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang

berdekatan secara fisik, sedangkan kata “anonim” berarti bahwa

individu yang menerima pesan cenderung menjadi asing satu sama lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan kata

“heterogen” berarti bahwa pesan yang dikirim kepada yang

berkepentingan yakni kepada orang-orang dari berbagai macam atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang

berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.36

Meskipun telah banyak definisi mengenai komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi dengan banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Namun, dari sekian banyak definisi terdapat satu benang merah. Karena pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak maupun media elektronik). Disini yang dimaksud dengan media massa merupakan saluran yang dihasilkan oleh tekologi modern.37

36 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, …, hlm. 12. 37 Ibid., hlm. 3-4.


(40)

b. Karakteristik Media Massa

Menurut McQuail di dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi karangan Nurani Soyomukti, karakteristik utama komunikasi massa bisa dilihat dari segi-segi berikut:38

1) Sumber: bukan satu orang, melainkan organisasi formal,

pengirimnya sering merupakan komunikator professional;

2) Pesan: beragam, dapat diperkirakan, dan diproses,

distandarisasi, dan selalu diperbanyak – merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar;

3) Hubungan pengirim – penerima bersifat satu arah, impersonal,

bahkan mungkinselalu sering bersifat non-moral dan kalkulatif;

4) Penerima merupakan bagian dari khalayak luas; dan

5) Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dan banyak penerima.

c. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Alexis S. Tan di dalam buku Pengantar Komunikasi Massa karangan Nurudin menyederhanakan fungsi

komunikasi massa ke dalam sebuah tabel sebagai berikut:39

38

Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, …, hlm. 194. 39 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, …, hlm. 64-65.


(41)

Tabel 2. 1 Fungsi Komunikasi Massa

Tujuan Komunikator (Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem: Pemuas kebutuhan)

Memberi Informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami

lingkungan, menguji kenyataan, merih keputusan.

Mendidik

Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Mempersuasi

Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Menyenangkan, memuaskan kebutuhan

komunikan

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf,

menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

d. Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa bisa dilihat ketika kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakan perilaku seseorang.40

Ada suatu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali. Perbedaan pendapat tentang pengaruh media massa bisa terjadi akibat adanya perbedaan latar-belakang teoritis, atau latar belakang


(42)

historis, dan juga perbedaan seseorang dalam menggartikan

“efek”.41

Menurut Schramm di dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi karangan Wiranto bahwa efek komunikasi massa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:42

1) Efek Umum

Efek umum menyangkut efek dasar yang diramalkan dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. Schramm mengemukakan bahwa komunikasi massa

mempunyai efek yang ‘mengembang’. Sebab, dalam banyak

hal, komunikasi massa telah menggambil alih fungsi komunikasi sosial. Secara umum atau luas, komunikasi melalui media massa telah menciptakan suatu jaringan pengertian, yang tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat yang besar dan modern.

Efek seperti itu merupakan efek dasar yang terjadi dari hari ke hari secara terus menerus. Ia tidak dapat dilihat, didengar atau diraba, tetapi ia benar-benar terjadi. Proses terjadinya efek tersebut bagai terbentuknya stalagmite – tetes demi tetes dalam jangka waktu yang cukup panjang. Hal itu tidak dapat diikuti oleh mata, tidak pula dapat didengar dan

41 Ibid., hlm. 217-218.

42


(43)

diraba. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa terpaan media massa pada waktunya akan menimbulkan perubahan-perubahan yang amat mengejutkan.

2) Efek Khusus

Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek yang diperkirakan akan timbul pada individu-individu dalam suatu mass audience pada perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa. Hal lain yang menarik tentang perilaku penerimaan pesan-pesan komunikasi massa adalah menyangkut intensitas perhatian individu-individu terhadap pesan-pesan media yang diperkirakan akan mempengaruhi efek.

Beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi efek, minsalnya salah dengar (mis - hearing), daya baca yang semakin menurun setelah membaca sekian lama atau setelah beberapa paragraph, sehingga tulisan-tulisan yang panjang cenderung tidak selesai dibaca atau malah tidak dibaca sama sekali. Demikianlah interaksi komunikasi massa dengan khalayak dalam hubungannya dengan efek yang sering diramalkan.


(44)

2. Berita Televisi

a. Pengertian Berita

Menurut Thoriq Hadad, berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan.43

Sedangkan Nancy Nasution mendefinisikan berita sebagai laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat aktual, terjadi dilingkungan pembaca, mengenai Tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut

berpengaruh terhadap pembaca.44

Sehingga yang dimaksud dengan berita adalah laporan tentang peristiwa-peristiwa mengenai realitas sosial yang ingin diketahui oleh umum dan bisa memberikan efek atau pengaruh terhadap masyarakat.

b. Nilai Berita

Menurut Ana Nadya Abrar di dalam bukunya yang berjudul Penulisan Berita, secara umum kejadian yang dianggap mempunyai nilai berita atau layak berita adalah yang mengandung satu atau beberapa usur sebagai berikut:45

43 Ana Nadya Abrar, Penulisan Berita, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2005), hlm. 3. 44 Ibid., hlm. 3.

45


(45)

1) Significance (Penting)

Kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi

kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.

2) Magnitude (Besar)

Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca.

3) Timelines (Waktu)

Kejadian tentang peristiwa yang baru terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak.

4) Proximity (Kedekatan)

Kejadian yang memiliki kedekatan bagi pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional.

5) Prominence (Tenar)

Menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca, seperti orang, benda, atau tempat.


(46)

6) Human Interest (Manusiawi)

Kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang bisa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.

c. Jenis Berita

Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan), dan

investigative reports (laporan penyelidikan).46 Perbedaan terhadap

ketiga kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian datanya yakni sebagai berikut:

1) Hard News

Hard news (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu,

kelompok, maupun organisasi.47 Hard news juga mencakup

kejadian internasional, keadaan masyarakat, masalah ekonomi, kriminal, kerusakan lingkungan maupun berita-berita tentang

ilmu pengetahuan. Secara umum pada hard news informasi

masih muda untuk diperoleh, sebab semuanya itu masih transparan dan bisa diperoleh di permukaan saja. Walaupun

46 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 39. 47 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Media Massa, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 154.


(47)

demikian dalam beberapa kasus yang ada, reporter juga harus menggali informasi lebih dalam.48

2) Soft News

Soft news (berita ringan) seringkali juga disebut feature,

yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun lebih menilik beratkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan dan memiliki daya tarik yang tinggi bagi pemirsanya.49 Bagi media televisi, soft news sangat diperlukan

dalam setiap penyajian program berita, karena berita ringan juga berfungsi sebagai seligan di antara berita-berita berat yang disiarkan. Secara psikologis, pemirsa yang mendapat sajian berita berat dari awal hingga akhir akan merasa ketegangan yang tinggi sehingga perlu adanya suatu intermezzo. Intermezo

itu didapat dari soft news tersebut. Durasi berita ringan ini sangat bervariasi, tetapi hampir tidak ada yang lebih panjang dari 2 menit dan lebih pendek dari 45 detik.50

3) Investigative Reports

Investigative reports (laporan penyelidikan) atau yang biasa disebut investigasi adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan saja, tetapi juga

48Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, …, hlm. 40. 49 Ibid., hlm. 41.


(48)

harus dilakukan berdasarkan penyelidikan.51 Berita

penyelidikan untuk televisi jauh lebih sulit dilakukan dibanding dengan radio maupun media cetak. Televisi membutuhkan gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun dengan adanya teknologi elektronik yang mampu mengaburkan wajah narasumber, tugas reporter menjadi lebih ringan.

Keselamatan narasumber pun menjadi lebih terjamin.52

d. Program Acara Berita Seputar Indonesia RCTI

Seputar Indonesia adalah program berita pertama yang diproduksi oleh RCTI. Dengan konsep yang lebih tegas dan menarik membuat program ini banyak diminati oleh seluruh pemirsa RCTI di Indonesia.53

3. Kekerasan Seksual Pada Anak

a. Pengertian Kekerasan Seksual Pada Anak

Menurut Ricard J. Gelles, kekerasan terhadap anak merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional). Bentuk kekerasan terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi

51 J.B. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, (Bandung: ALUMNI, 1991), hlm. 130. 52Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, …, hlm. 43.

53Wikipedia, “Seputar Indonesia” dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Seputar_Indonesia

diakses pada tanggal 27 Februari 2017 pukul 02.24 WIB.


(49)

kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikologi, kekerasan secara seksual dan kekerasan secara sosial.54

b. Bentuk Kekerasan Seksual Pada Anak

Menurut Sri Maslihah di dalam bukunya yang berjudul Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak

Jangka Panjang, bahwa kekerasan seksual (sexual abuse)

merupakan jenis penganiayaan yang dibagi menjadi dua kategori berdasar identitas pelaku, yaitu:55

1) Familial Abuse

Termasuk familial abuse adalah incest, yaitu kekerasan seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti. Dalam hal ini termasuk seseorang yang menjadi pengganti orang tua, misalnya ayah tiri, atau kekasih, pengasuh atau orang yang dipercaya merawat anak.

2) Extra Familial Abuse

Kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain di luar keluarga korban. Pada pola pelecehan seksual di luar keluarga, pelaku biasanya orang dewasa yang dikenal oleh sang anak dan telah membangun relasi dengan

54 Abu Hurairah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuasa Press, 2002), hlm. 9. 55

Sri Maslihah, Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak Jangka Panjang, (Edukid: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2006), hlm. 25-33.


(50)

anak tersebut, kemudian membujuk sang anak ke dalam situasi dimana pelecehan seksual tersebut dilakukan, sering dengan memberikan imbalan tertentu yang tidak didapatkan oleh sang anak di rumahnya. Sang anak biasanya tetap diam karena bila hal tersebut diketahui mereka takut akan memicu kemarah dari orangtua mereka. Selain itu, beberapa orangtua kadang kurang peduli tentang di mana dan dengan siapa anak-anak mereka menghabiskan waktunya. Anak-anak yang sering bolos sekolah cenderung rentan untuk mengalami kejadian ini dan harus diwaspadai.

c. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual Pada Anak

Kekerasan terhadap anak-anak yang terjadi di sekitar kita tidak selamanya dilakukan oleh orang-orang diluar lingkungan keluarga anak, namun juga dilakukan oleh lingkungan keluarga anak sendiri yakni orang tua. Kasus-kasus kekerasan yang menimpa anak-anak, tidak saja terjadi di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Sementara itu, para pelaku child abuse, 68% dilakukan oleh orang yang dikenal anak, termasuk 34% dilakukan oleh orangtua kandung sendiri. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa anak perempuan pada situasi sekarang ini, sangatlah rentan terhadap kekerasan seksual.56

56Lukman Hakim Nainggolan, “Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah


(51)

d. Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak

Kekerasan seksual terhadap anak akan berdampak panjang, di samping berdampak pada masalah kesehatan di kemudian hari, juga berkaitan dengan trauma yang berkepanjangan, bahkan hingga dewasa. Dampak trauma akibat kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak, antara lain: pengkhianatan atau hilangnya

kepercayaan anak terhadap orang dewasa (betrayal); trauma secara

seksual (traumatic sexualization); merasa tidak berdaya

(powerlessness); dan stigma (stigmatization). Secara fisik memang mungkin tidak ada hal yang harus dipermasalahkan pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual, tapi secara psikis bisa menimbulkan ketagihan, trauma, bahkan pelampiasan dendam. Bila tidak ditangani serius, kekerasan seksual terhadap anak dapat menimbulkan dampak sosial yang luas di masyarakat. Penanganan dan penyembuhan trauma psikis akibat kekerasan seksual haruslah mendapat perhatian besar dari semua pihak yang terkait, seperti keluarga, masyarakat maupun negara. Oleh karena itu, didalam memberikan perlindungan terhadap anak perlu adanya pendekatan sistem, yang meliputi sistem kesejahteraan sosial bagi anak-anak dan keluarga, sistem peradilan yang sesuai dengan standar internasional, dan mekanisme untuk mendorong perilaku yang tepat dalam masyarakat.57

57 Ivo Noviana, “Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya”, …, hlm. 18-20.


(52)

4. Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Saifuddin Azwar di dalam bukunya yang berjudul Sikap Manusia: Edisi ke 2, bahwa sikap manusia atau sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih dari 30 definisi sikap. Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara 3 kerangka pemikiran, yaitu:58

1) Kerangka pikir yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928), Rensis Linkert (1932), dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan

sikap sebagai ‘derajat afek positif atau afek televisinegatif terhadap suatu objek psikologis’.

2) Kelompok pemikiran yang diwakili oleh para ahli seperti

Chave (1928), Bogardus (1931), LaPierre (1934), Mead (1934), dan Gordon Allport (1935) yang konsepsi mereka mengenai sikap lebih kompleks. Menurut kelompok pemikiran ini, sikap

58


(53)

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa

kesiapanyang dimaksudkan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

respon. LaPirre sendiri mendefinisikan sikap sebagai’suatu

pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang

telah terkondisikan’.

3) Kelompok pemikiran yang ke tiga adalah kelompok yang

berorientasi kepada skema triadic. Menurut kerangka pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektik, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord & Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai

‘keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya’.

Sedangkan John C. Maxwell mendefinisikan sikap sebagai perasaan internal yang terekspresikan oleh perilaku. Itulah


(54)

sebabnya sikap itu bisa dilihat tanpa diucapkannya satu perkataan pun. 59

b. Komponen Sikap

Menurut Saifuddin Azwar di dalam bukunya yang bejudul Sikap Manusia: Edisi ke 2, bahwa struktur sikap terdiri atas 3

komponen yang saling menunjang, yaitu:60

1) Komponen Kognitif

Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan itu datang dari apa yang telah dilihat atau apa yang telah diketahui. Determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan adalah adanya pengalaman pribadi, apa yang diceritakan oleh orang lain, dan kebutuhan emosional seseorang. Akan tetapi kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

2) Komponen Afektif

Komponen ini menyangkut masalah emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya,

59 John C. Maxwell, Sikap 101, (Batam: Interaksa, 2004), hlm. 26. 60


(55)

reaksi emosional dalam komponen ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai kebenaran dan berlaku bagi objek termaksud.

3) Komponen Konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Manusia akan membentuk sikap melalui proses

pengamatan, kondisioning operant, kondisioning respondent, dan jenis belajar kognitif. Biasanya, pengaruh-pengaruh yang datang ini tercampur ke dalam pengalaman. Meskipun manusia selalu berusaha untuk mengubah sikap orang lain, ternyata sikap itu sekali terbentuk agak sukar diubah. Sementara apabila ada sikap yang berubah dengan sangat perlahan, hal itu dikarenakan sikap dapat berganti-ganti bila orang dihadapkan pada informasi dan


(56)

pengalaman baru dengan proses yang sama ketika sikap itu terbentuk.61

Sedangkan menurut Saifuddin Azwar di dalam bukunya yang berjudul Sikap Manusia: Edisi ke 2, bahwa ada 6 faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:62

1) Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

61 Linda L. Zdavidoff, Psikologi Suatu Pengantar: Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 334.

62


(57)

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikapnya. Karena tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, sebab kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

4) Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tersebut.


(58)

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6) Pengaruh Faktor Emosional

Terkadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

d. Sikap Protektif

Protektif adalah hal-hal yang bersangkutan dengan proteksi atau bersifat melindungi.63 Sikap protektif juga bisa diperlihatkan

oleh seseorang dari cara mereka mengawasi dan mencegah


(59)

datangnya bahaya atau suatu ancaman kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap penting di dalam hidupnya.

Sebagai seorang ibu, mungkin seseorang akan memberikan proteksi kepada anak. Hal ini sering dilakukan tanpa sadar, karena hanya untuk menjaga keselamatan anak. Beberapa contoh sikap protektif yang dimiliki oleh seorang ibu, seperti menjalin kontak dengan anak, perawatan/pemberian bantuan pada anak bila dirasa perlu, mengawasi kegiatan anak, dan membantu memecahkan masalah anak bila dirasa perlu.64

e. Ibu

Menurut Nurul Chomariah di dalam bukunya yang berjudul Menjadi Ibu Penuh Cinta, bahwa ibu merupakan sentral yang

mampu mewarnai kehidupan dalam rumah tangganya.

Kebahagiaan bisa diciptakan kalau seorang ibu benar-benar mengupayakan kebahagiaan dalam keluarga. Selain komitmen yang terjalin dengan suami, peran ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang shaleh/shalehah. Adapun beberapa sifat ibu yang biasanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:65

64 Dessy Danarti (SiGma), 145 Q & A (Questions Answers) Smart Parenting: Menjadi Orang Tua Pintar Agar Anak Sukses, (Yogyakarta: ANDI, 2010), hlm. 36.


(60)

4) Penyayang

Sifat penyayang sangat dibutuhkan sebagai

‘penghangat’ suasana. Kita semua akan betah berada di antara orang yang penyayang. Hati mereka begitu lembut, sehingga

memancarkan rasa ‘care’ dengan sesama. Dengan bermodalkan rasa sayang ini, seorang anak akan tumbuh baik fisik maupun mentalnya secara optimal.

5) Sabar

Kita semua mengetahui, bahwa jam kerja seorang istri dan ibu adalah 24 jam. Jenis pekerjaan yang dijalankan bisa disebutkan beberapa, namun jam kerja yang tak terbatas ini

biasanya hingga 24 jam. Dan beban yang ‘berat’ ini akan

sukses dilalui kalau si ibu mempunyai sifat sabar (tidak langsung uring-uringan bila capek, marah tanpa sebab, dan lain sebagainya.

6) Mau berkorban

Ada istilah ‘segalak-galaknya harimau, mereka tidak

akan memakan anak kandungnya sendiri’. Memang benar, jiwa

yang mau berkorban wajib dimiliki oleh para ibu. Sehingga semangat berkorban inilah yang harus dipupuk, karena sangat

mungkin kepentingan ibu harus ‘tersisihkan’ setelah punya


(61)

7) Disiplin

Disiplin disini menitikberatkan pada pendidikan kemandirian sejak dini. Kita sebagai ibu, memang harus jeli melihat kapan anak mandiri dalam melakukan sesuatu sejak dini. Setiap anak perkembangannya selalu berbeda, walaupun merekahana sekandung. Sehingga si ibu bisa memperhatikan kapan si anak siap berlatih makan sendiri, mandi sendiri, membereskan mainan sendiri, dan pekerjaan-pekerjaan sederhana untuk menolong diri mereka sendiri. Kalau mereka sudah bisa mandiri, berikan kesempatan baginya untuk mandiri. Jangan menolongnya terus menerus, sehingga anak menjadi manja dan tergantung. Sebab, anak yang dididik mandiri sejak dini, akan mampu menolong dirinya sendiri. Selain akan timbul rasa percaya diri, dan tidak akan merepotkan orang tua.

8) Tegas

Tegas disini mengharuskan ibu bersikap konsisten terhadap aturan, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Anak cenderung akan melakukan apa yang disukainya walaupun hal ini tampak konyol. Demi suksesnya aturan dalam keluarga, antara ayah dan ibu harus kompak sehingga tidak binggung dalam bersikap. Efek negatif lainnya kalau sikap


(62)

orang tua tidak kompak adalah kurangnya rasa hormat anak terhadap orang tua.

9) Cerdas

Seorang ibu wajib cerdas dalam menyikapi dan memecahkan masalah. Seorang ibu tidak harus berpendidikan tinggi, namun sang ibu tetap harus selalu menambah ilmu sehingga wawasannya luas. Karena permasalahan yang muncul setiap hari memang harus diselesaikan dengan cara yang cerdas. Sebab segala sesuatu di dunia ini selalu berkembang dan berubah. Semuanya membutuhkan ilmu, dan hanya orang cerdaslah yang tetap mau belajar dan menambah wawasan.

10) Bijaksana

Seorang ibu juga dituntun untuk bersikap bijaksana. Karena diluar peraturan yang ada kemungkinan masih ada

sesuatu yang harus dipecahkan dan membutuhkan

kebijaksanaan. Sikap bijaksana menggandung unsur keadilan dalam bertindak, serta selaras antara pikir, emosi, dan dilandasi dengan dzikir.

11) Tawakal

Tawakal mengandunng arti berusaha seoptimal

mungkin, hasil akhirnya diserahkan kepada Allah. Seorang ibu yang rajin beribadah, serta gigih berikhtiar dalam urusan dunia,


(63)

hasil akhirnya diserahkan kepada Allah. Apabila ibu memperoleh keberuntungan, ia akan bersyukur, sedangkan kalau memperoleh kemalangan, ia tidak akan kufur. Seorang yang tawakal akan jauh dari rasa cemas dan stress, karena segala urusannya akan diserahkan kepada Allah. Demikian juga dengan mengemban amanah anak dan suami. Kita hendaknya berusaha merawat serta mendidik mereka untuk selalu menghadirkan iman dalam hati dan perbuatan. Kiranya sifat ini sangat penting untuk dimiliki oleh para ibu.

B. Kajian Teori

1. Teori Kultivasi

Teori kultivasi (cultivation theory) yang pertama kali

dikenalkan oleh Profesor George Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya melalui kontak penonton dengan televisi, ia belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya, serta adat kebiasaannya. Teori kultivasi ini diawal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Akan tetapi dalam


(64)

perkembangannya, teori tersebut bisa digunakan untuk kajian di luar tema kekerasan seksual.66

Teori kultivasi merupakan teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan presepsi, pengertian dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Gerbner juga menyatakan bahwa media massa, khususnya televisi menyebabkan munculnya kepercayaan tertentu mengenai realitas yang dimiliki bersama oleh konsumen media massa.

Menurutnya, “sebagian besar yang kita ketahui, atau apa yang kita

pikir kita tahu, tidak kita alami sendiri. Kita mengetahuinya karena

adanya berbagai cerita yang kita lihat dan dengar melalui media.”

Dengan kata lain, kita memahami realitas melalui perantaraan media massa sehingga realitas yang kita terima adalah realitas yang diperantarai (mediated reality).67

Di dalam teori ini disebutkan bahwa para pecandu televisi seolah tidak sadar bahwa televisi mempunyai banyak pengaruh terhadap sikap dan perilaku mereka bahkan merekapun akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia senyatanya. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media

66 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, …, hlm. 166-167.


(1)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Dari data yang sudah dianalisis di BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian tentang pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan rumus regrensi linear sederhana yang dibantu oleh program SPSS versi 16 menghasilkan kesimpulan bahwa berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI memberikan pengaruh terhadap sikap protektif ibu dengan melihat hasil dari r hitung lebih besar dibandingkan r table (0.412 > 0.4044), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa berita kekerasan seksual pada anak yang tayang di Seputar Indonesia RCTI yang bertujuan untuk memberikan informasi juga telah berhasil memberikan dampak perubahan sikap yang lebih protektif kepada putra putrinya

2. Sedangkan untuk tingkat pengaruh yang dihasilkan dari penelitian ini melalui perhitungan menggunakan analisis regrensi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 16 adalah sebesar 0.170. Yang berarti bahwa pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya memiliki tingkat pengaruh yang sangat rendah.


(2)

112

B. Rekomendasi

Terbukti hipotesis kerja yang menyatakan ada pengaruh berita kekerasan seksual pada anak di Seputar Indonesia RCTI terhadap sikap protektif ibu di RW. 03 Kelurahan Ngagel Rejo Kota Surabaya. Karena itu peneliti memberi saran yang ditunjukkan kepada beberapa pihak, yaitu: 1. Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada program ilmu komunikasi agar dapat memproduksi sebuah program acara berita yang memiliki nilai edukatif dan dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya sehingga ketika suatu hari nanti apabila mendapatkan pekerjaan di stasiun televisi khususnya di bidang program acara berita mampu memberikan inovasi-inovasi terbaru sehingga masyarakat atau penonton merasa lebih tertarik dengan isi pembahasannya.

2. Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengambil nilai-nilai positif dari tayangan program acara berita kekerasan seksual pada anak di televisi sehingga dapat meningkatkan pengawasannya dalam menjaga putra-putrinya, terlebih jika sang anak masih berusia 5-7 tahun. Sebab di usia tersebut anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar dan selalu merasa nyaman dengan orang-orang dewasa yang dianggapnya menyenangkan.


(3)

113

3. Fakultas Dakwah dan Komunikasi atau Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Dakwah khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi diharapkan mampu memberikan kontribusinya secara nyata setidaknya di dalam lingkungan kampus dengan cara membuat berita yang memiliki nilai positif sehingga dapat memberikan efek yang positif pula bagi para khalayaknya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aan, Munawar Syamsudin. Metode Riset Kuantitatif Komunikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.

Ardianto, Elvinaro dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar: Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2009.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.

Arwono, Arlito W. dan Eko A. Meinarno. Pikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2009.

Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia: Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010. Badjuri, Adi. Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. 2009.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2011.

Chomariah, Nurul. Menjadi Ibu Penuh Cinta. Solo: Putaka Iltizam. 2008.

Danarti, Dessy (SiGma). 145 Q & A .Questions Answers. Smart Parenting: Menjadi Orang Tua Pintar Agar Anak Sukses. Yogyakarta: ANDI. 2010. Departemen Agama R.I. Terjemah dan Transliterasi Al-Qur’an. Bandung: Fajar

Utama Mandiri. 2008.

Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Edisi II. 1995. Durand, V. Mark dan David H. Barlow. Intisari Psikologi Abnormal: Edisi

Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.

Hurairah, Abu. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuasa Press. 2002.

Hikmat, Mahi M. Metode Penelitian: Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 1995.

Maxwell, John C. Sikap 101. Batam: Interaksa. 2004.

Morissan. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghlmia Indonesia. 2010.

Muhid’, Abdul. Analisis Statistik SPSS Windows: Cara Praktis Melakukan Analisis Statistik. Surabaya: LEMLIT IAIN Sunan Ampel. 2010.


(5)

Priyatno, Duwi. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Andi Offset. 2012.

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2010.

Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak: Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika. 2011.

Siahaan, Henry N. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak. Bandung: Angkasa. 1991. Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2013.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. 1989.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2011.

Tim Ganesa Sains Bandung. Kamus Lengkap Bahasa Indonesis. Bandung: Penabur Ilmu. 2008.

Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor: Ghlmia Indonesia. 2004.

Wahyudi, J.B. Komunikasi Jurnalistik. Bandung: ALUMNI. 1991.

Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Zdavidoff, Linda L. Psikologi Suatu Pengantar: Edisi Kedua. .Jakarta: Erlangga. 1988.

Jurnal Online

Noviana, Ivo. “Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya”. Jurnal Sosio Informa. Vol. 1. No. 1

Maslihah, Sri. Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak Jangka Panjang. .Edukid: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2006.

Nainggolan, Lukman Hakim. “Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah Umur”. Jurnal EQUALITY. Vol. 13. No. 1. Februari 2008. Sumber Internet

Hudiandy, Dicky. “Laporan Kerja Praktek RCTI” dalam http://dir.unikom.ac.id/laporan-kerja-praktek/fakultas-sospol/ilmu

komunikasi/2009/jbptunikompp-gdl-dickyhudia-20667/1-bab1-2-3.doc/pdf/1 bab1-2-3.pdf


(6)

RCTI. “VISI. MISI DAN 3 PILAR UTAMA” dalam

http://www.rcti.tv/profile/view/2/Visi%20-%20Misi%20Dan%203%20Pilar%20Utama

Wikipedia. “Seputar Indonesia” dalam