KAJIAN TEORI PSIKOGENIK DALAM MENJALIN RELATIONSHIP.

KAJIAN TEORI PSIKOGENIK DALAM MENJALIN RELATIONSHIP
SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.psi)
Dalam Bidang Psikologi

Dosen Pembimbing :
Dr. Dr. Hj. Siti Nur Asiyah. M. Ag
Oleh :
Ardi Hamzah
NIM. B07209064

Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2016

INTISARI
Dalam kajian teori psikoanalisa, ketika seseorang yang berkecenderungan
menjalin hubungan dengan sesama jenis kelamin yang sama khususnya seorang pria
yang suka dengan sesama pria maka dapat dikatakan suatu bentuk dari pertahanan diri

terhadap ketakutan akan heteroseksualitas. Dimana kondisi ini menunjukkan suatu
bentuk pola pengasuhan ibu yang seduktif dan sosok ayak yang bersifat memusuhi dan
menolak (Riess, dalam Mears 1979). Jika ditinjau dari teori Psikoanalisis seseorang
yang cenderung suka dengan sesama jenisnya kemungkinan besar anak laki-laki
tersebut mengalami fiksasi dalam perkembangannya terhadap sosok ayah karena
kurangnya kehangatan dan kasih sayang seorang ayah, minimnya pendekatan secara
emosional dari ayah juga akan menyebabkan kompensaasi yang berlebihan pada anak
akan keinginan untuk memiliki sosok ayah yang seperti diharapkannya dalam masa
dewasanya. Penelitian ini hendak mengetahui mengetahui makna cinta dan seksualitas
jika dikaji dengan teori psikogenik, yang terdiri dari psikoanalisa dan sosial
behavioristik. Berdasarkan hasil dari data penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dapat ditarik kesimpulan bahwa cinta dalam seksualitas sebenarnya bukanlah faktor
utama, berganti-ganti pasangan seksual sudah menjadi kultur mereka. Bahkan yang
sudah menjalin komitmen dengan pasangannya, sudah bukan hal yang asing lagi
ketika salah satu dari mereka juga melakukan hubungan seksual dengan lelaki yang
lain. Dengan alasan menginginginkan fariasi seksual.
Kata Kunci : Makna cinta, Teori Psikogenik

i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
KEASLIAN PENELITIAN ...................................................................... .....
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian ............................................................
1

B.
Fokus Penelitian ...........................................................................
4
C.
Keaslian Penelitian .......................................................................
4
D.
Tujuan Penelitian .........................................................................
5
E.
Manfaat Penelitian .......................................................................
5
F.
Sistematika Pembahasan ..............................................................
6
BAB II
A.
B.
C.
D.


KAJIAN PUSTAKA
Homoseksualitas ...........................................................................
Cinta .............................................................................................
Seksualitas ...................................................................................
Kerangka Teoritik ........................................................................

8
15
18
18

BAB III
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

H.

METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................
Kehadiran Penelitian .....................................................................
Lokasi Penelitian .........................................................................
Sumber Data .................................................................................
Prosedur Pengumpulan Data .......................................................
Pertanyaan Penelitian ...................................................................
Analisis Data ...................................................................................
Pengecekan Keabsahan Temuan .....................................................

21
21
22
22
24
26
27
28


BAB IV
A.
B.
C.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setting Peneliatian ....................................................................... ...
Hasil Penelitian .............................................................................
Pembahasan ................................................................................

30
35
80

BAB V
A.
B.

PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................
Saran ..........................................................................................

94
96

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………….. ..

97
98

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR BAGAN
Gambar 1 Kerangka teoritik Penelitian ……………………………………..20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pengambilan Data ………………………………………….32
Tabel 2 Analisa Data ………………………………………………………..59

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kajian teori psikoanalisa, ketika seseorang yang berkecenderungan
menjalin hubungan dengan sesama jenis kelamin yang sama khususnya seorang pria yang
suka dengan sesama pria maka dapat dikatakan suatu bentuk dari pertahanan diri terhadap
ketakutan akan heteroseksualitas. Dimana kondisi ini menunjukkan suatu bentuk pola
pengasuhan ibu yang seduktif dan sosok ayak yang bersifat memusuhi dan menolak (Riess,
dalam Mears 1979). Jika ditinjau dari teori Psikoanalisis seseorang yang cenderung suka
dengan sesama jenisnya kemungkinan besar anak laki-laki tersebut mengalami fiksasi dalam
perkembangannya terhadap sosok ayah karena kurangnya kehangatan dan kasih sayang
seorang ayah, minimnya pendekatan secara emosional dari ayah jiga akan menyebabkan
kompensaasi yang berlebihan pada anak akan keinginan untuk memiliki sosok ayah yan g
seperti diharapkannya dalam masa dewasanya.

Jika ditilik lebih lanjut lagi, teori belajar sosial dapat dijadikan referensi untuk
menyajikan dan memahami akan suatu hubungan sejenis. Teori tersebut mengatakan bahwa
terciptanya hubungan sejenis tersebut merupakan hasil dari usaha seseorang mengartikan
suatu hal yang tak terdefinisikan, ambigu, dan pengalaman seksual yang membingungkan
(Plummer, dalam Victor 1980).
Berkaitan dengan pengalaman untuk menyukai sesama jenis dan reinforcement
positif, perkembangan pola seksualitas abnormal ini sering dihubungkan dengan pengalaman
selama masa remaja atau dewasa awal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Perilaku menyimpang sesama jenis sebagai salah satu bentuk dari homoseksualitas
sendiri telah lama ada diindonesia bahkan didunia, saat ini masalah homoseksual sudah tidak
dianggap lagi sebagai kelainan seksual atau gangguan jiwa. Pada tahun 1973, karena
menganggap homoseksual memiliki perbedaan hanya pada orientasi seksualnya, APA tidak
lagi menggolongkan homoseksual sebagai mental disorder. WHO dan American Law
Institute menghapus predikat penyakit mental mulai tahun 1981, sedangkan di Indonesia pada
tahun 1983 oleh Perhimpunan Psikiater Indonesia
Kaum sesama jenis ini tidak ingin dikucilkan atau diasingkan dari masyarakat
namun mereka yang merupakan bagian dari makhluk social yang membutuhkan

pengakuan akan dirinya oleh masayarakat sekelilingnya. Salah satu problem yang
dihadapi kaum ini selain pengakuan dan penerimaan masyarakat akan dirinya, adalah
bagaimana kaum homoseksual ini dapat bertindak secara tepat dan berarti sehingga bisa
diterima oleh masyarakat disekitarnya. Jelasnya manusia adalah makhluk social yang
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, kesanggupan manusia untuk menyesuaikan
diri dan dapat diterima oleh masyarakat sehingga terhindar dari kecemasan, kegelisahan,
dan ketidakpastian.
Seorang yang memiliki ketertarikan seksual dengan laki-laki memiliki kebutuhan
yang sama dengan orang normal, membutuhkan kasih sayang yang biasanya didapatkan
dari orang tua, sanak keluarga, teman, sahabat dan juga seorang kekasih yang biasa kita
sebut dengan pacaran, dimana terjalin hubungan dua manusia yang secara intens. Adanya
perasaan saling membutuhkan satu dengan yang lainnnya, rasa sayang, cinta dan
cemburu mereka rasakan juga dengan pasangannya. Perasaan dan emosi manusia adalah
sama.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari survy awal yang dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan bahwa
seorang pecinta sesama jenis mempunyai keinginan untuk mendapatkan kasih sayang
dari orang-orang yang disukainyawalaupun sesama jenis seperti layaknya orang normal.

Contohnya A, Usia 26 tahun pada survey awal mengatakan:
“……aku juga pengen ngerasain dicintai dan disayangi sama smua orag yang
bener-bener aku suka.Wajar gak sih, perasaanku” ……..abisnya orang lain pasti liatnya
aneh, masak laki sama laki gandengan, mesra banget. Pasti langsung ngejudgenya gak
bener. Padahal kita juga punya keinginan yag sama.”
Dicermati lebih lanjut dari kelompok komunitas kaum pria yang juga suka dengan
sesama pria ini, lebih berani memunculkan eksistensinya dalam masyarakat, walaupun
tidak secara langsung akan tetapi melalui komunitas-komunitasnya. Berdasarkan latar
belakang itulah, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana seseorang pria yang suka
dengan sesama pria memaknai pola hubungan cinta, kasih sayang dan erotisme seksual
mereka.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
bagaimana pemaknaan cinta dan seksualitas terhadap kaum gay.
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Drs. Mamin Suparmin, M.kes tentang Makna
Psikologi Perkembangan Peserta Didik memfokuskan mencari pengetahuan tentang
psikologi perkembangan peserta didik yang juga memungkinkan guru untuk memahami
apa yang dibutuhkan, diminati dan yang hendak dicapai oleh peserta didik. Hal ini
ditujukan untuk memberikan pelayanan yang bersifat individual bagi mereka yang
mengalami kesulitan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Penelitian yang dilakukan oleh Ilham Nur Alfian dan Dewi Retno Suminar tentang
Perbedaan Tingkat Kebermaknaan Hidup Remaja Akhir Pada Berbagai Status Identitas
Ego dengan Jenis Kelamin Sebagai Kovariabel (Penelitian Terhadap Mahasiswa Madura
di Surabaya) yang bertujuan untuk menguji perbedaan tingkat kebermaknaan hidup pada
mahasiswa dari Madura yang memiliki status identitas achieve, moratorium, foreclosure
dan identity difusion, dengan mengendalikan variabel jenis kelamin.
Penelitian yang dilakukan oleh diana Nova Fauzana tentang Makna Cinta Pada
Pasangan Tunanetra ini memfokukan pada bagaimana pasangan tunanetra memaknai
cinta mereka, apa saja komponen-komponen cinta serta apa saja tipe-tipe cinta yang
terdapat pada pasangan tunanetra. Hasil penelitian ini adalah cara subjek dan pasangan
memaknai cinta mereka adalah subjek dan pasangan subjek tetap saling memberikan
perhatian, saling mengetahui kelebihan dan kekurangan satu sama lain, menerima
pasangan apa adanya, serta tetap menjaga komitmen.

D. Tujuan Penelitian
mengetahui makna cinta seksualitas kaum gay ditinjau dari latar belakang,
proses menjadi gay, kehidupan keseharian yang meliputi pengalaman menjalin
hubungan cinta, sehinga penulis berharap dapat memberi masukan bagi individual
terutama kaum gay, agar mereka dapat melakukan intropeksi diri, merasakan bagaimana
sebenarnya mereka memaknai cinta mereka terhadap pasangannya. Dengan demikian,
diharapkan kaum gay mampu memanfaatkan hasil penulisan dengan baik untuk
meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangannya, serta memberikan motivasi yang
membangun.

E. Manfaat penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Apabila penelitian ini dilaksanakan, maka hasil penelitiannya akan bermanfaat
sebagai

1. Teoritis
Sebagai bahan informasi penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya untuk psikologi abnormal dan psikologi klinis.
2. Praktis
a. Sebagai informasi penting bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga
yang mengalami homoseksual khususnya gay agar lebih bisa memahami,
menerima, merawat serta memberikana pendekatan yang positif.
b. Bagi masyarakat umum, agar bisa menerima, memahami, dan bisa
melakukan pendekatan yang positif pada orang yang mengalami
homoseksual bukan malah mengejek dan mengucilkannya.
c. Memberi inspirasi bagi orang lain yang menderita gangguan yang serupa
maupun yang tidak memderita gangguan serupa agar mampu keluar dari
masalahnya dan berbuat lebih baik lagi.
d. Bagi dunia konseling atau Paraterapis dapat memahami bagaimana
terbentuknya perilaku gay dan bagaimana proses penerimaan diri bagi
kaum gay.

F. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bab I akan menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, fokus penelitian,
penelitian terdahulu, tujuan penelitian, manfaat penelitianserta sistematika penulisan.
Bab II akan memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah.
Teori-teori yang dimuat adalah teori yang menjelaskan tentang homoseksualitas,
cinta, seksualitas dan kerangka teoritik.
Bab III akan memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara
operasional yang berisi tentang pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan
keabsahan data.
Bab IV akan memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode dan prosedur penelitian pada BAB yang sebelumnya. Hal yang
harus dipaparkan pada BAB IV ini adalah setting penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan.
Bab V akan memuat kesimpulan serta saran atau rekomendasi yang diajukan. Dalam
penelitian kualitatif ini, kesimpulan harus menunjukkan makna dari hasil penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Homoseksualitas
1. Definisi Homoseksualitas
Para ahli behaviorisme tidak membuat persetujuan bersama
mengenai arti homoseksualtas. Segala usaha untuk memperoleh definisi
yang pasti , banyak ditemui kesulitan (Marmor, dalam Victor 1980).
Perilaku homoseksualitas itu sendiri mungkin dapat diartikan sebagai
perilaku antara individu yang berjenis kelamin sama yang menimbulkan
gairah secara seksual. Caprio (1979) berpendapat bahwa homoseksual ada
diantara kehidupan sehari-hari, baik individu itu kaya maupun miskin, pintar
maupun bodoh, menikah dan tidak menikah, tua dan yang muda. Orientasi
seksual adalah bukan suatu pilihan seksual (Money, dalam Nevid, 1993).
Hasil menunjukkan bahwa orang tidak memilih orientasi seksual untuk
menjadi gay ataupun lesbian daripada memilih orientasi seksual secara
hetero seksual (American Psychological Association, dalam Nevid 1993).
Laki-laki yang memilki perasaan erotis terhadap laki-laki lain dan
berkeinginan untuk membentuk hubungan romantic dengan laki-laki disebut
gay, sedangkan wanita yang secara seksual tertarik ingin menjalin hubungan
romantik dengan wanita lain disebut dengan lesbian.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Karakteristik Homoseksual
Umumnya, hampir setiap kebudayaan tidak memberikan nilai
negative pada suatu hubungan intim antara dua wanita dibandingkan
hubungan intim antara dua laki-laki. Wanita bisa saling mencium, memeluk,
bergandengan tangan di tempat umum, pria tidak terlihat lumrah jika
melakukan hal tersebut. Adam dan Chiodo (dalam Carson, dkk., 1988)
mengatakan bahwa banyak laki-laki gay dan perempuan gay memiliki
catatan masa lalu dimana mereka adalah individu yang sifatnya “sissies”
dan “tomboy” selama masa perkembangan mereka. Perempuan yang
“tomboy” adalah suatu kebanggaan tetapi laki-laki yang disebut “sissies”
umumnya dimaknai negative. Wanita wajar jika mengenakan atribut lakilaki selama perilakunya tidak terlalu berlebihan, tidak akan mengundang
perhatian namun tidak berlaku sebaliknya bagi laki-laki.
Beberapa penulis mengatakan bahwa jumlah kaum lesbian lebih
banyak dari pada kaum homoseksual laki-laki, namun penulisan lain berkata
sebaliknya. Kritik terhadap studi Kinsey, Psikiater Edmund Bergler (dalam
Mears, 1979) menegaskan bahwa rendahnya jumlah kaum lesbian adalah
konsekuuensi dari suatu hal utama dimana kaum gay cenderung lebih
menunjukkan orientasi seksual mereka. Dengan kata lain, menurut Bergler
(dalam Mears, 1979) homoseksual laki-laki lebih terbuka dan menampilakn
minat mereka, dimana para kaum lesbian lebih tidak berlebihan dan bahkan
hampir tidak pernah memamerkan orientasi seksual mereka. Menurut
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

penulisan antropologi dan lintas budaya pada kebanyakan lingkungan, kaum
lesbian umumnya tetap lebih jarang jika dibandingkan dengan homoseksual
laki-laki. Terlebih lagi, jumlah penulisan dan hasil karya tulis mengenai
homoseksual wanita jauh lebih sedikit dibandingkan dengan topic mengenai
homoseksual laki-laki. Telah diteliti bahwa pola perkembangan yang terjadi
antara wanita homoseksual dan heteroseksual adalah sama (Gagnon dan
Simon; Martin dan Lyon, dalam Davison, 1978).

3. Faktor-faktor penyebab homoseksualitas
3.1. Genetik dan faktor hormon
Loraine dan koleganya (dalam Davidson, 1978) berpendapat
bahwa testosterone pada pria homoseksual memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita heteroseksual. Penulisan lain
juga menunjukkan konsentrasi testosterone yang tinggi pada urin gay
dibandingkan dengan kaum heteroseksual. (Griffiths et al., dalam Mears,
1979). Kemudian juga ditemukan bahwa tingkat plasma testosterone juga
berhubungan dengan gay (Gartrell et al., dalam Mears, 1979).
3.2. Teori Psikogenik
a)

Teori Psikoanalisa
Beaber

(dalam

Mears,

1979)

berpendapat

bahwa

homoseksualitas adalah bentuk dari pertahanan diri terhadap
ketakutan akan heteroseksualitas. Perkembangan gay mewakilakan
10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kebalikan dari bentuk pengasuhan dimana ibu adalah sosok seduktif
dan ayah adalah sosok yang memusuhi dan menolak (Riess, dalam
Meras 1979). Psikoanalisis kemudian melihat anak laki-laki
mengalami fiksasi dalam perkembangannya terhadap sosok ayah
karena kurangnya kehangatan dan kasih sayang dari ayah. Hal ini
menyebabkan kompensasi yang berlebihan pada anak akan keinginan
memiliki seorang ayah, dalam masa dewasanya, pria ini mencari pria
lain yang mungkin dalam tahap ketidaksadarannya, sebagai
pengganti ibunya.
b) Teori Belajar
menyajikan Banyak ahli behavioristik perspektif social
learning sebagai cara untuk memahami perilaku homoseksual dan
kaum homoseksual (Acosta, dalam victor 1980). Teori belajar sosial
mengatakan bahwa terciptanya identitas homoseksual adalah hasil
dari usaha seseorang mengartikan suatu hal yang tak terdefinisikan,
ambigu, dan pengalaman seksual yang membingungkan (Plummer,
dalam Victor 1980). Efek dari reinforcement (rewards dan
punishments) dalam pembelajaran respon erotis homoseksuual dan
perilaku homoseksual juga ditekankan dalam teori ini. Teori belajar
sosial ini juga memiliki pandangan bahwa homoseksualitas dapat
muncul kapan saja. Gay dapat dipelajari jika pengalaman
heteroseksual yang secara terus menerus terasosiasikan dengan hal-

11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

hal yang tidak menyenangkan. Sehingga, faktor utama dari gay
adalah

keengganan

terhadap

heteroseksual

(Feldman

dan

MacCuulloh, dalam Mears 1979). Berkaitan dengan pengalaman
homoseksual dan reinforcement positif, perkembangan homoseksual
sering dihubungkan dengan pengalaman homoseksual selama masa
remaja atau dwasa awal.
Hasil perilaku manusia juga tak terlepas dari akibat
mengobservasi pengalaman orang lain. Efek positif akibat dari suatu
perbuatan cenderung ditiru dan efek negetif dihindari. Kondisi
seperti in disebut Observational leraning, bahwa respon individu
dipengaruhi oleh hasil mengobservasi orang lain, yang biasa disebut
Model (Bandua, dalam Weiten, 1977). Perilaku homoseksual juga
bisa diperkuat sebagai akibat dari observational leraning yang
membawa efek positif dan menyenangkan.
c) Pola keluarga
Wyden dan wyden (dalam Meras dan Gatchel, 1979)
menemukan beberapa korelasi yang menarik antara tipe keluarga
terhadap timbulnya homoseksualitas.
1. Homoseksualitas jarang ditemui pada keluarga besar
2. Ayah

dari

anak

laki-laki

yang

prahomoseksual

sering

digambarkan sebagai sosok yang kaku dan kurang adanya cinta.

12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Ketika anak-anak prahomoseksual masih kecil, cenderung
menganggap permainan seksual dengan anak perempuan adalah
menjijikan.
4. Ayah dari anak laki-laki homoseksual, tidak seperti ayah dari anak
laki-laki normal lainnya cenderung lebih kasar, juga lebib pasif
dan menurut terhadap istri.
5. Ayah yang penuh cinta kasih dan maskulin dan memliki figure
kuat di dalam keluarganya, jarang memiliki anak gay.
Heilbrun (dalam Mears, dan Gatchel, 1979) juga
mengatakan bahwa identitas gender baik untuk anak laki-laki
maupun perempuan akan berkembang baik jika ayah bersikap
mengayomi dan memiliki peran yang kuat.
d).

Pengasingan
Pengasingan secara konstan dari teman sebaya yang

beralawanan jenis kelamin dapat juga menjadi bagian dari timbulnya
homoseksualitas. Contohnya perilaku feminism yang ekstrim
mengisolasi anak laki-laki dan penerimaan dan pengakuan dan
maskulin yang normal, sehingga memperoleh pengakuan dan afeksi
dari laki-laki sebaya yang sebelumnya menyangkal mereka. Hal;
yang serupa juga mempengaruhi perkembangan seorang gay (millon
dan Millon, dalam Costin dan Dragons, 1979). Perilaku homoseksual

13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terjadi pada kalangan remaja awal dan remaja karena adanya
larangan yang ketat akan eksplorasi hubungan heteroseksual
sehingga mereka mengekspresikannya melalui perilaku homoseksual
tersebut.
3.3. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang sangat bervariasi, termasuk
peran perilaku yang diharapkan dan sanksi social terhadap
penyimpangan dapat mempengaruhi terjadinya homoseksual dan
gaya hidup seksual lainnnya yang cenderung tidak lazim. Sebagai
contoh adalah penulisan Davenport (dalam carson, 1988) mengenai
seksualitas kaum Melanesia di barat daya pasifik. Hubungan seksual
sebelum menikah adalah hal yang sangat ditentang di kalangan
mereka, laki-laki maupun wanita justru dianjurkan untuk melakukan
masturbasi. Semua laki-laki yang belum menikah didorong untuk
menjadi homoseksual secara terbuka terhadap komunitasnya
kemudian mereka diharapkan untuk menjadi heteroseksual setelah
menikah.

14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Cinta
1. Definisi Cinta
Cinta, satu kata yang memiliki ribuan makna. Manusia memiliki
ketertarikan sendiri dalam merasakan, menggambarkan dan memaknai arti kata
ini. Erich from menekankan cinta sebenarnya pada cinta yang dewasa. Cinta
yang dewasa adalah penyatuan di dalam kondisi tetap memelihara integritas
seseorang (Fromm, 2005).
Webster (dalam Myers, 1996) mendefinisikan cinta sebagai:


Intensitas afeksi dan perasaan hangat pada seorang individu lain



Gairah seksual yang kuat pada seorang individu



Rrasa suka dan antusiasme yang kuat



Kesediaan mengalah dan berkorban.

2. Karakteristik cinta
Secara umum hubungan romantic hampir selalu melibatkan keintiman
secara fisik, hal ini yang membedakan dengan hubungan persahabatan, dimana
intimasi secara verbal lebih mendominasi. Pengaruh budaya juga menentukan
tingkat kontak fisik yang dapat diterima masyarakat setempat.
Robert Sternbeg (dalam Myers, 1996) mengkonsepsikan cinta terdiri
dari 3 aspek yang terkenal dengan sebutan Tringular Theory Of Love, yaitu:

15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

a. Passion atau gairah yaitu dorongan yang mengarahkan pada daya tarik fisik
serta perilaku seksual.
b. Intimacy, meliputi perasaan akan kedekatan, keterhubungan, keterikatan
dalam hubungan cinta. Komponen ini mengandung perasaan kagum dan ingin
memberikan perhatian terhadap orang yang dicintai. Sternberg percaya bahwa
komponen tersebut sama dengan cinta kepada pasangan kekasih, seorang anak
atau seorang sahabat.
c. Commitment: mengarah kepada kepada keputusan jangka pendek untuk
mencintai seseorang, dan pada jangka panjang untuk tetap memelihara cinta
ttersebut. Ini adalah komponen cinta yang paling kognitif.
Berdasarkan 3 komponen cinta ini, Strenberg membagi cinta dalam 7 jenis:
a. Liking atau friendship love: Hubungan yang hanya melibatkan
keintiman tanpa gairah dan komitmen. Ada kedekatan, saling pengertian,
dukungan emosionaldan kehangatan.
b. Infatuation: Hubungan yang hanya melibatkan gairah, misalnya one
night stand.
c. Empty love: Hubungan dengan komitmen tanpa gairah dan keintiman.
d. Romantic love: cinta yang melibatkan gairah dan keintiman.
Hubungan ini melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, tanpa
ada komitmen.
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

e. Companionate love: Cinta yang terdiri dari keintiman dan komitmen
tanpa melibatkan gairah seksual, sperti hubungan persahabatan.
f. Fatuous love: Cinta yang melibatkan gairah dan komitmen tanpa
intimacy, seperti cinta pada pandangan pertama.
g. Consummate love atau cinta yang sempurna, terdiri dari seluruh aspek
yang ada baik gairah, keintiman, maupun komitmen yang biasa
dijuumpai pada hubungan cinta orang dewasa atau hubungan anatara
orang tua dan anak.
Duffy dan rusbult (dalam Myers, 1996) menyatakan bahwa orang akan
lebih komitmen pada suatu hubungan ketika :
a). Mereka puas dengan hasil yang mereka peroleh
b). Tidak adanya alternative hubungan lain yang dapat dimasukinya
c). Mereka telah menginvestasikan beberapa sumber yang cukup besar
dalam hubungan itu (seperti waktu, usaha, pengungkapan diri, persahabatan
yang timbale balik, berbagi milik).
C. Seksualitas
Seksualitas secara umum memiliki makna luas, meliputi hasrat erotis,
praktik dan identitas erotis. Ia tidak hanya terbatas pada sex act tapi mencakup
perasaan-perasaan dan hubungan seksual, cara bagaimana individu manusia
dirumuskan atau ditentukan sebagai makhluk seksual oleh yang lainnya, maupun

17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

cara individu mendefisinikan dirinya sendiri menyangkut seksualitasnya (Munti,
2005). Dari definisi tersebut dapat dirumuskan menjadi tiga kategori antara lain:
Pertama, biologis, merupakan seks sebagai kenikmatan biologis, baik untuk
tujuan prokreasi atau rekreasi. Kedua, sosial termasuk hubungan individu yang
melakukan hubungan seksual baik yang disahkan ataupun yang dipandang
menyimpang. Ketiga, subjektif yang berarti kesadaran tentang identitas diri
sendiri ataupun kelompok (Jackson&Scott, 2005;dalam munti).
D. Kerangka Teoritik
Gay adalah sebuah label yang ditujukan kepada homoseksualitas lakilaki yang mempunyai pola hubungan cinta, kasih sayang, dan erotisme seksual
pada sesama laki-laki. Sebagian besar dari mereka menjalin hubungan cinta
layaknya pasangan hetero seksual dan juga diselingi dengan aktivitas seksual,
Banyak dari mereka yang masih menyembunyikan atau menutupi identitas
seksualnya yang sebenarnya, karena banyaknya konsekuensi buruk yang akan
didapatkan ketika harus mengakuinya. Dengan berbagai siasat, hingga kini
mereka bisa tetap mempertahankan identitas seksualnya guna memenuhi
kebutuhan cinta dan seksualnya.
Beberapa kaum gay mengemukakan bahwa pria yang yang jatuh cinta
secara emosional akan lebih sensitif, pehatian, dan lembut dengan pasangan
mereka (Kelly, dalam Victor). Hubungan seksual antar gay dapat membawa ke
suatu kondisi yang lebih santai dan ekspresif dan lebih tidak berorientasi pada
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pencapaian orgasme daripada hubungan seksual dengan laki-laki dan perempuan
yang memiliki harapan erotis (Bode dan Hite, dalam Victor 1980). Namun saat
ini pernikahan sesama jenis kelamin masih belum mendapatkan legalitas.
Kondisi tersebut membawa penulis ingin mengetahui dan menganalisis lebih
dalam bagaimana kaum gay memaknai cinta dan seksualitas dalam menjalin
hubungan cinta dengan pasangannya dilihat dari latar belakang, proses menjadi
gay, kehidupan gay dan pengalaman menjalin gay.
Bagan Kerangka Teoritik

Proses menjadi gay

Kesadaran diri dan
penerimaan diri

Pengalaman menjalin
hubungan cinta

Makna cinta dan
seksualitas

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode studi kasus. Dimana metode studi metode kasus
menggunakan analisis mendalam, yang dilakukan secara lengkap dan teliti
terhadap seorang individu, keluarga, kelompok, lembaga atau unit sosial lain.
Tipe dari studi kasus yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kasus
intrinsik. Studi kasus intrinsik adalah Penelitian yang dilakukan karena
ketertarikan atau kepedulian pada suatu studi kasus khusus. Penelitian dilakukan
untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk
menghasilkan konsep-konsep atau teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasi.
Selanjutnya mengeksplorasi tema yang dianggap penting dalam penelitian ini,
yaitu Kajian teori psikogenik dalam menjalin relationship.
B. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai partisipan sekaligus
sebagai pengamat. Peneliti berperan sebagai partisipan ketika peneliti terlibat
secara langsung dalam proses penggalian data melalui wawancara dengan

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

subyek dan informan. Sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat ketika
peneliti hanya melihat aktifitas yang dilakukan subyek dengan lingkungan
sekitar tanpa ikut terlibat secara langsung. Adapun status peneliti ini
keberadaannya diketahui oleh subyek dan informan yang terlibat.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil setting tempat tinggal subyek yang masingmasing tinggal berada di daerah Surabaya dan Sidoarjo, Taman Bungkul serta
Cafe-cafe dimana dijadikan tempat nongkrong subyek.
Adapun pertimbangan yang mendasari peneliti memilih rumah subyek
sebagai tempat penelitian ini yaitu subyek masih ada yang tinggal satu atap
dengan keluarga dimana bisa dijadikan informan sehingga mempermudah
mendapatkan data baik melalui wawancara maupun observasi. Dan untuk
melihat bagaimana subyek berinteraksi dengan komunitasnya maka Peneliti
melakukan penggalian data di Taman Bungkul serta Cafe-cafe yang sering
dijadikan nongkrong subyek dengan komunitasnya.
D. Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Moleong
(2005) yakni data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan bagi orang-orang
atau perilaku yang dapat diamati. Data tersebut meliputi data tentang latar

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

belakang subyek penelitian dan data hasil wawancara dengan orang gay dan
informan yang lain.
Sumber dara adalah dari mana data penelitian dapat diperoleh.
Sedangkan dalam penelitian ini peneliti mengambil data antara lain dari :
1. Library Research yaitu data yang berasal dari berbagai referensi, buku-buku
ilmiah,

dokumen-dokumen,

serta

informasi-informasi

lainnya (yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian) untuk dijadikan rujukan yang
lebih mendasar atau rasional serta dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah (Zed, 2004).
2. Field Research yaitu mencari data dengan cara terjun langsung pada subyek
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data yang kongkrit teantang
segala sesuatu yang diteliti baik dengan wawancara maupun observasi
terhadap subyek dan informan penelitian (Mardalis, 1995).
Adapun yang dijadikan peneliti sebagai sasaran sumber data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Menurt Dede Oetomo ( 2011 ) berdasarkan perannya gay terbentuk
menjadi 3 jenis, Yaitu gay “Top” merupakan gay yang peran seksualnya sebagai
laki-laki, gay “Bottom” yaitu gay yang peran seksualnya sebagai sosok yang
agak feminim cenderung berperan sebagai perempuan dan gay “Verstile”
merupakan gay yang bisa memperankan keduanya.

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Informan dalam penulisan ini dipilih dengan syarat, yaitu pertama, kaum
gay yang tinggal di Surabaya dan Sidoarjo, mencakup tiga peran yang ada dalam
dunia gay yaitu “Top”, “Bottom”, dan “Verstile”. Yang kedua, kaum gay yang
relatif sudah pada tahap penerimaan diri ataupun yang sudah coming out.
Jumlah informan dalam penulisan ini adalah fleksibel, artinya dapat bertambah
atau berkurang tergantung pada data yang diperoleh mampu memberikan
penjelasan dan pemahaman tentang permasalahan yang akan diteliti. Kesediaan
informan untuk berpartisipasi juga diperhatikan

E. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh bahan-bahan
yang relevan. Menurut Hadi (1990) agar dalam penelitian ini memperoleh data
yang valid, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1.

Metode Observasi
Peneliti menggunakan metode ini untuk terjun secara langsung
mengamati obyek yang diteliti yaitu tempat tinggal subyek dan
lingkungan

sekitarnya

maupun

subyek

penelitian.

Peneliti

memperhatikan langsung bagaimana situasi dan keadaan tempat tinggal
subyek dan lingkungan sekitarnya.
Adapun pengertian dari observasi atau pengamatan secara
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa

23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ada alat standart lain untuk keperluan tersebut (Nasir, 1995). Dalam
penelitian ini, observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah melihat
secara langsung bagaimana kondisi dan sikap subyek ketika proses
wawancara berlangsung serta bagaimana aktifitas subyek ketika berada
di rumah dan ketika bergaul dengan teman komunitasnya.

2.

Metode Interview
Interview merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka,
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan (Narbuko, 1988).
Penggunaan metode interview Pada penelitian ini digunakan untuk
menggali data dari subjek mengenai proses bagaimana dirinya menjadi
gay sampai ia menjalin hubungan cinta dan melakukan aktivitas
seksualnya terhadap pasangan gaynya. Selain itu, wawancara juga
digunakan untuk menggali informasi mengenai subjek secara lebih
mendalam melalui significant others.

24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Pertanyaan Penelitian
Berikut ini pertanyaan penelitian yang akan diajukan kepada
subyek penelitian berdasarkan aspek-aspek yang akan diungkap:
1. Who am I....????
Pada aspek ini pertanyaan yang disajikan berupa pertanyaanpertanyaan yang berisi tentang bagaimana proses atau yang melatar
belakangi dia menjadi gay.
2. Am I Gay..???
Pada aspek ini pertanyaan yang disajikan berupa pertanyaanpertanyaan tentang bagaimana mulai subjek menyadari dirinya seorang
gay dan bagaimana cara subjek mulai menerima bahwa dia gay.
3. What Life Beneath
Pada aspek ini pertanyaan yang disajikan berupa pertanyaanpertanyaan yang mencakup aktivitas subjek, pandangan subjek tentang
hidupnya ke depan, Proses coming out serta menjalin relasi sosial baik
dengan kaum homoseksual maupun heteroseksual.
4. Would you be my boyfriend....?????
Pada aspek ini pertanyaan yang disajikan berupa pertanyaanpertanyaan yang mencakup peran kaum gay dalam hal aktivitas cintanya
dan bagaimana perilaku subjek dalam menjalin hubungan cinta.
5. Love is Love

25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Aspek ini berisi pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana subjek
mempertahankan existensi cintanya terhadap pasangannya.
6. Me against the world
Bagian ini merupakan bukan bagian pertanyaan, melainkan hasil
analisis terpadu dari kelima macam subpertanyaan tersebut
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data berdasarkan tema,
memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelolah, mensistensikan,
menentukan dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
yang akan dipelajari dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan
pada orang lain (Moleong, 2005).
Dalam penelitian ini langkah penting pertama sebelum analisis
dilakukan adalah dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang
diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan
mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat
memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
Setelah data dikoding maka data diidentifikasi kedalam kategorikategori, properti-properti dan dimensi-dimensinya. Setelah itu, data
dihubungkan dengan sub kategori-sub kategori dibawahnya. Langkah

26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terakhir peneliti menyeleksi kategori yang paling mendasar dan
menghubungkan dengan kategori-kategori lain dan dan menvalidasi
hubungan tersebut.
H. Pengecekan Keabsahan Temuan
Teknik keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif
ini adalah melalui beberapa cara yakni:
1. Perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam melakukan wawancara.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan meningkatkan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan. Oleh karena itu, peneliti
melakukan wawancara dengan subyek maupun informan penelitian
secara bertahap.
2.

Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menentukan data dan
informasi yang relevan dengan persoalan yang sedang dicari oleh
Peneliti, kemudian Peneliti memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci. Ketekunan peneliti dalam Penelitian Kualitatif
menunjukkan satu kegigihan dalam menemukan atau mengejar data
yang sudah diperoleh untuk lebih diperdalam dan data yang belum
ada terus diupayakan keberadaannya.

3.

Triangulasi data dengan melakukan perbandingan data wawancara
maupun observasi subyek dengan data yang diperoleh dari luar

27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sumberlainnya

sehingga

keabsahan

data

dipertanggungjawabkan.

28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dapat

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tujuh bulan
dimulai sejak pertengahan bulan januari 2014 dan berakhir pada akhir
september 2014. Adapui rentang waktu penelitian ini dihitung sejak proses
pencarian objek penelitian hingga disusunnya laporan hasil penelitian ini
secara bertahap. Waktu penelitian ini adalah waktu efektif. Setiap tahapan
yang terjadi tidak berjalan secara mutlak, namun bisa diselingi dengan
tahap selanjutnya demi efektifitas waktu tanpa mengurangi esensi dari
penelitian itu sendiri.
Penelitian ini tidak lepas dari adanya kendala yang terjadi selama
proses penelitian. Kendala yang ditemui pada penelitian ini diantaranya
yang tersulit ialah pembagian waktu antara pengerjaan penelitian dengan
aktifitas Peneliti, dimana peneliti adalah seorang konselor anak
berkebutuhan khusus dengan jam kerja full hour. Selain kendala internal
dari diri Peneliti, penelitian ini juga terhambat pada sulitnya mencari
subjek gay yang sudah coming out, jikapun peneliti sudah menemukan
maka subjek meminta one night stand sebagai bentuk gratifikasi dengan

30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

data yang akan diberikan, sehingga Peneliti memilih untuk mencari subjek
lain.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang
pertama adalah penentuan karakteristik dan status subjek penelitian ini
ingin mengetahui bagaimana makna cinta dan seksualitas pada kaum gay.
Dalam hal penentuan karakteristik dan status subyek, pada awalnya
peneliti menemukan karakteristik yang berbeda sebelum dan sesudah
terjalin kedekatan subjek dengan peneliti. Namun setelah dikaji lebih
mendalam melalui teori serta pendekatan diri peneliti terhadap semua
subjek, akhirnya disusunlah kriteria untuk subjek penelitian berdasarkan
apa yang telah diuraikan dalam BAB III.
Tahap kedua adalah penelusuran informasi tentang subjek
penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan peneliti adalah mengikuti
kegiatan kumpul bersama dengan komunitas subjek, selain itu melakukan
observasi selama acara berlangsung dan memilih beberapa calon subjek
kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan melakukan wawancara
di masing-masing rumah atau cafe di mana sudah disepakati sebelumnya
untuk menjalin kepercayaan subjek terhadap peneliti, peneliti berusaha
untuk mengakrabkan diri selama pembicaraan dan berusaha untuk menjadi
pendengar yang baik.
Setelah peneliti melakukan interview terhadap beberapa subjek,
peneliti mendapatkan penolakan karena tidak ingin kehidupan pribadinya
31

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terungkap dan terseleksi 1 subjek yang berinisial AS, namun setelah
beberapa hari subjek melakukan wawancara lanjutan, AS mengundurkan
diri karena pasangan AS cemburu terhadap Peneliti dan mengancam akan
membunuh AS dan Peneliti jika proses penggalian data dilanjutkan.
Selanjutnya peneliti mencari beberapa orang dengan dua kriteria yang
berbeda yaitu Bottom dan Verstille melalui aplikasi semacam gay datting.
Setelah peneliti mendapatkan yang sesuai dengan kriteria maka tahap
selanjutnya melakukan negosiasi dan alhasil peneliti mendapatkan 2
subjek yang bersedia untuk diteliti dengan syarat subjek yang menentukan
waktu pengalian data secara informan.
Tahap

selanjutnya

atau

tahap yang

ketiga

adalah tahap

pengumpulan data yang berupa wawancara langsung disertai dengan
observasi, namun sebelum tahap ini dilakukan, terlebih disusun sebuah
pedoman wawancara yang menjaga agar penggalian data ini tetap fokus
pada data-data yang ingin diungkap. Pedoman wawancara tersebut tidak
berlaku mutlak, namun menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi
dilapangan. Adapun proses pengambilan data untuk penelitian ini dapat
diadministrasikan sebagai berikut:
Tabel 1: Jadwal Pengambilan Data
Identitas

Tempat

Waktu

Kegiatan

Gagal

Surabaya

18 Januari 2014

Observasi dan

32

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Gagal

Gagal

Surabaya

Sidoarjo

Pk.20.00-23.30

membangun report

25 Januari 2014

Observasi dan

Pk.22.00-00.30

membangun report

29 Januari 2014

Wawancara

Pk.21.00-24.00
Gagal

Surabaya

01 Februari 2014

Wawancara

Pk.23.00-02.00
JS

JS

JS

Sidoarjo

Surabaya

Sidoarjo

08 Februari 2014

Observasi dan

Pk.19.00-21.30

membangun report

15 Februari 2014

Observasi dan

Pk.22.00-24.00

membangun report

23 Februari 2014

Wawancara 1

Pk.21.00-23.00
KY

Sidoarjo

01 Maret 2014

Observasi dan

Pk.21.00-23.00

membangun report

JS

Surabaya

15 Maret 2014

Wawancara II

JS

Surabaya

29 Maret 2014

Observasi

Pk.23.00-01.00
KY

Surabaya

05 April 2014

Observai dan

33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

KY

Surabaya

Pk.22.00-24.30

membangun report

26 April 2014

Wawancara I

Pk.21.30-23.00
JS

Surabaya

31 April 2014

Wawancara III serta
wawancara dengan
significant others

KY

Sidoarjo

17 Mei 2014

Observasi

Pk.23.30-02.00
JS

Surabaya

07 Juni 2014

Wawancara IV

KY

Surabaya

23 Agustus 2014

Wawancara III serta

Pk.22.00-00.15

wawancara dengan
significant others

KY

Surabaya

20 September

Wawancara IV

2014 Pk. 21.0023.00

Tahapan yang keempat adalah penulisan transkrip wawancara,
untuk keefektifan waktu, penulisan transkrip wawancara tidak menunggu
semua wawancara semua subjek selesai, Namun penulisan transkrip
wawancara dilakukan segera mungkin setelah proses wawancara seorang
34

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

subjek asalkan tidak mengganggu proses wawancara yang lain. Proses
observasi terhadap subjek dilakukan selama proses wawancara dengan
membuat catatan-catatan kecil secara sederhana dan hal ini langsung
disalin segera mungkin agar tidak lupa.
Setelah semua hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkrip,
maka kepada transkrip-transkip wawancara tersebut dilakukan koding,
setelah koding ini selesai barulah bisa dilakukan analisis terhadap
penelitian yaitu mengkategorikan data-data yang relevan dengan fokus
masalah yang telah peneliti tetapkan. Data mana yang dapat dikategorikan
sebagai jawaban dari bagaimana pemaknaan cinta dan seksualitas pada
kaum gay.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Temuan Penelitian
Maka selanjutnya akan dipaparkan riwayat kasus subyek penelitian
sebagai berikut :
Subjek 1
a. Who am I.??
Nama (inisial)

: JS

Usia

: 32 tahun

Pekerjaan

: Pengusaha
35

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Urutan anak

: Anak terakhir dari empat bersaudara

Deskripsi

:

JS hidup dari keluarga yang selalu memperhatikannya tidak pernah
mendapat pukulan atau pengalaman buruk dari keluarga. Sampai
sekarang setelah orang tua JS mengetahui bahwa anaknya adalah gay,
perhatian mereka tidak pernah putus, bila JS tidak pulang rumah tanpa
ada izin maka Ibu JS langsung menelfon atau mengirim bbm.
Hubungan dengan kakak laki-laki ketika masih kecil tidak
begitu dekat, sebab JS tidak menyukai permainan dan menggunakan
mainan milik anak laki-laki. Misalkan, ketika diajak bermain
sepakbola oleh kakaknya JS tidak mau, karena JS tidak menyukainya.
Baru setelah dewasa JS dekat dengan kakaknya karena sama-sama
menyukai musik rock yang keras.
JS lebih senang bermain dengan anak perempuan, begitu
juga dengan mainannya. Seperti bermain bongkar pasang dan bekelan,
walaupun saat bermain dengan mereka sering diolok-olok dengan
sebutan bencong, namun JS mengakui bersikap santai dengan olokan
seperti itu. Saat ditanya sebab kenanpa JS lebih suka bermain dengan
mainan perempuan, JS mengaku tidak tahu karena saat itu masih kecil,
belum bisa berfikir seperti apa dan merasakan bagaimana, yang dia
tahu lebih suka bermain dengan mainan anak perempuan.

36

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Ketika di rumah JS lebih senang membantu ibu, setiap
berbelanja ke warung, atau diajak berbelanja ke pasar, begitu juga
ketika disuruh membantu memasak. Sang ibu sendiri juga pernah
mengakui kalau lebih senang menyurh JS untuk membantunya dari
pada kakak-kakaknya. Dengan alasan JS lebih menurut dan mudah
bila disuruh membantunya. Sehingga sampai sekarang pun memasak
menjadi kebiasaan.
Semasa bangku Sekolah Dasar, subjek mempunyai teman
akrab laki-laki dua orang, bersama mereka subjek berteman dekat.
Ketika berteman akrab dengan mereka bukan berarti cara bermain
sudah berubah, tetapi tetap seringkali bermain peran sebagai
perempuan. Seperti bermain ibu-ibuan, ada yang menjadi wanita
hamil dan lain sebagainya. Sehingga walaupun teman sekelompok
laki-laki-laki tetapi bentuk permainan tetap seperti perempuan.
Berlanjut ke masa SMP, JS menjadi seorang anak yang
pendiam. Aktifitas yang dijalani hanya disekolah dan dirumah. JS
yang pendiam, pandai di kelas, rajin dan aktif di OSIS menjadikan JS
lebih banyak mempunyai teman-teman perempuan. Saat itu dia hanya
mempunyai satu teman laki-laki, namanya Satria. Satria merupakan
anak yang tampan dan kaya. Seringkali subjek dibelikan makanan
kecil ketika disekolah. Menurut JS, Satria saat itu benar-benar menjadi
teman dekat, t