TINJAUAN AKAD KHIYAR TERHADAP JUAL BELI SAPI DI PASAR PEGIRIAN SURABAYA.

TINJAUAN AKAD KHIYr .........................................................

34
36
37
38

4. Macam-macam Khiya>r ................................................ 39

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Kedudukan Khiya>r dalam Jual Beli ................................ 49
BAB III

JUAL BELI SAPI SECARA KHIYr Dengan Kondisi Sapi Yang Cacat Fisik Luar
.......................................................................................... 59
3. Mekanisme Hak Khiya>r Dengan Kondisi Sapi Yang Cacat Fisik Dalam
.......................................................................................... 60

BAB IV


ANALISIS AKAD KHIYA>R TERHADAP JUAL BELI SAPI DI PASAR
PEGIRIAN SURABAYA
A. Analisis Praktik Khiya>r Dalam Jual Beli Sapi di Pasar Pegirian Surabaya
.............................................................................................. 63
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Hak Khiya>r Pembeli Dakam Jual Beli Sapi
di Pasar Pegirian Surabaya ................................................... 66

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpuan ........................................................................... 72
B. Saran .................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

TINJAUAN AKAD KHIY’i yakni
menukar sesuatu dengan sesuatu. Menurut istilah yang dimaksud dengan jual
beli salah satunya adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan
uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas
dasar saling merelakan.

Departemen RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya , (Jakarta: CV. Pustaka Agung, 2006), 245

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Pada dasarnya untuk mencapai keabsahan jual beli, maka harus di
penuhi rukun dan syaratnya. Adapun rukun jual beli diantaranya adalah
adanya penjual dan pembeli, adanya barang yang diperjualbelikan, dan
adanya sighat berupa ijab dan qabul.4Sedangkan syarat jual beli diantaranya
adalah adanya keridhaan antara penjual dan pembeli, barang yang
diperjualbelikan berharga, suci, dan bisa diambil manfaatnya, dan pelaku jual

beli telah dewasa, berakal, baligh, dan merdeka.5
Di samping itu hukum Islam memberikan solusi sebagai pelengkap
daripada rukun dan syarat jual beli yang telah terpenuhi, yakni berupa
khiy>ar. Khiy>ar adalah hak pilih diantara pelaku akad untuk meneruskan
atau membatalkan jual beli. Perlu diketahui bahwa hukum asaljual beli adalah
mengikat, karena tujuan jual beli adalah memindahkan kepemilikan. Hanya
saja syariat menetapkan hak khiy>ar dalam jual beli sebagai bentuk kasih
sayang terhadap kedua pelaku akad.6
Di daerah pasar pegirian Surabaya, masyarakat disana mayoritas
adalah pedagang sapi. Dimana sapi tersebut oleh masyarakat ddijadikan lahan
investasi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Hampir setiap
hari di pasar pegirian Surabaya terjadi transaksi jual beli sapi.
Salah satu jual beli yang terjadi di masyarakat, yaitu jual beli binatang
sapi di pasar pegirianSurabaya. Jual beli binatang sapi di pasar pegirian
Surabaya adalah jual beli sapi yang kondisi fisiknya sempurna akan tetapi

4

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, Penerjemah Abdul Hayyie al-kattani, dkk,
(Jakartas: Gema Insani, 2011), Jilid 5, 28.

5
Ibid., 34.
6
Ibid., 181.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

terdapat kecacatan. Seperti cacat mata, cacat kaki dan lain-lain. Dalam akad
ini, penjual yaitu bapak sodikinmemberikan garansi sapi selama 2 bulan
kepada bapak masrochim selaku pembeli sapi, jika ditemukannya kecacatan
maka sapi yang dibeli boleh dikembalikan, dengan syarat kurun waktu 2
bulan tersebut7.
Pada saat pelaksanaan jual beli sapi berlangsung, penjual maupun
pembeli melakukan jual belinya dengan ijab dan qabul secara jelas. Dimulai
dari pembeli memilih sapi yang akan dibeli dengan menunjuk sapi yang
dipilih tersebut. Kemudian penjual mengambilkan sapi tersebut dan mereka
bersepakat untuk melaksanakan jual beli.Dalam hal ini penjual dan pembeli
memilihkhiy>ar dengan pilihan mereka. Keduanya melakukan ijab dan qabul

dengan jelas secara lisan berdasarkan jual beli, pembeli tidak meminta secara
langsung kepada penjual untuk meminta garansi8sapi jika terdapat cacat.
Akan tetapi ketika sapi yang dibeli dan dipelihara oleh pembeli selama
15 hari, pembeli menyadari bahwa terdapat cacat dalam tubuh sapi tersebut.
Maka sapi tersebut oleh pembeli dikembalikan kepada penjual dengan
menunjukkan kecacatan pada sapi tersebut. Dalam hal ini seharusnya sapi
yang dibeli bisa dikembalikan kepada sipenjual, karena masih terdapat jangka
waktu jangka garansi dari sipenjual.
Namun, ketikapembeli ingin mengembalikan sapi tersebut, terdapat
penolakan dari pihakpenjual, Dengan alasan bahwa sapi tersebuat tidak cacat

7

Supri (Pembeli Sapi) Wawancara, Surabaya, 24 Mei 2016

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

pada saat waktu pembelian, tetapi sapi tersebut cacat saat dirawat oleh

sipembeli.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti terkait
jual beli sapi cacat tersebut ditinjau dari akad khiy>ar, dengan judul
“Tinjauan Akad Khiy>ar Terhadap Jual Beli Sapi di Pasar Pegirian
Surabaya”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinankemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan
melakukan identifikasi sebanyak-banyaknya kemudian yang dapat diduga
sebagai masalah 9 . Berdasarkan latar belakang di atas, makan akan muncul
beberapa masalah diantaranya :
1.

Tinjauan akad khiy>ar terhadap jual beli sapi di pasar pegirian surabaya

2.

Praktek khiy>ardalam jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya.

3.


Hak khiya>r pembeli dalam jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya.

4.

Analisis hukum Islam terhadap khiy>ar ai>b dalam jual beli sapi di
pasar pegirian Surabaya.

Agar pokok permasalahan di atas lebih terarah mengenai tinjauan
akad khiy>ar terhadap jual beli sapi maka penulis memberikan batasan
masalah yang akan di bahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi,
(Surabaya: Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2015), 8.

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7


2. Bagaimana tinjauan akad khiy>ar terhadap jual beli sapi di pasar pegirian
Surabaya
C. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian ini agar lebih focus dan
operasional, maka dapat diruuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya ?
2. Bagaimana tinjauan akad khiy>ar terhadap jual beli sapi di pasar pegirian
Surabaya ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang sedang akan dilakukan ini bukan merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.10Bahwa
peneliti menemukan penelitian dari angkatan sebelumnya yang berjudul:
1.

Skripsi yang ditulis oleh Wijayanti 2008 ‚Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Hak Khiyar Pada Jual Beli Ponsel Bersegel di Counter Master.
Skripsi ini membahas tentang mekanisme khiyar dan analisis hukum
Islam pada jual beli ponsel bersegel. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa hak khiyar pada jual beli ponsel bersegel di Counter Master Cell
jika diketahui oleh pembeli ditempat akad, maka pembeli dapat
membatalkan atau melangsungkan jual belinya. Jika kerusakan ponsel

10

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk
Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

diketahui ponsel adanya cacat atau kerusakan pada ponsel bersegel pada
hari ke 5 atau ke 7 setelah akad, maka penjual tidak bertanggung jawab
dan menyarankan untuk menggunakan hak garansi. Pelaksanaan khiyar
majelis pada Counter sudah terlaksana, sedangkan dalam pelaksanaan
khiyar syarat} penjual melakukan wanprestasi. Dalam pelaksanaan
khiyar „aib pembeli disarankan menggunakan hak garansi. Sedangkan
pelaksanaan khiyar ru’yah pembeli dapat membatalkan jual belinya jika

diketahui adanya cacat saat akad berlangsung.11
2. Skripsi yang ditulis oleh Icha Septy Librayany

“Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Sapi Antara
Supplier dan Pedagang Pengecerdi Pasar Ploso Jombang”. Dalam Skripsi ini
menyatakan bahwa telah terjadi perubahan harga secar sepihak dalam jual beli
daging sapi antara supplier dan pedagang pengecer di Pasar Ploso Jombang. Di
mana supplier sudah menetapkan harga daging sapi kepada pengecer tetapi
pedagang pengecer merubah harga daging sapi lebih rendah dari yang
ditetapkan oleh supplier pada saat penjualan kepada konsumen. Akan tetapi
pedagang pengecer menyerahkan kepada supplier dengan harga penjualan
konsumen. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perubahan harga secara
sepihak yang dilakukan oleh pedagang pengecer itu tidak sesuai aturan.
Menurut fuqaha memaksa adalah batal demi hukum, sedangkan menurut
hanafiyah akad yang disertai unsur paksaan tersebut berakhir, jika pihak yang
dipaksa rela,maka akadnya sah dan jika tidak rela maka akadnya batal. Skripsi

Wijayanti, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Khiyar Pada Jual Beli Ponsel Bersegel di

Counter Master” (Skripsi, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009)

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

ini disusun oleh Icha Septy Librayany (Jurusan Muamalah,

Fakultas

SyariahIAIN Sunan Ampel Surabaya,2013).
3.

Skripsi dengan judul, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Pakaian
Bekas dalam Karung”, Skripsi ini membahas tentang hukum jual beli
dalam karung, yang mana dalam tinjauan hukum Islam dianggap boleh
karena jual beli tersebut tidak mengandung unsur ghara>r (penipuan).
Adanya unsur kerelaan diantara penjual dan pembeli yang direalisasikan
dalam bentuk menerima dan memberi serta tidak menimbulkan
pertentangan meskipun secara kasat mata jual beli tersebut ada syarat
yang tidak terpenuhi sebelum akad (ghara>r). Persoalan ini sudah
dimaklumi oleh keduanya karena jika terjadi ketidaksesuaian dengan
permintaan maka barang tersebut boleh dikembalikan. Dalam pernyataan
abstraknya, Mashud mengatakan jual beli seperti ini sah bahkan lebih
tepatnya dapat disamakan dengan jual beli jizaf, yaitu jual beli dengan
tanpa takaran atau timbangan danhitungan namun melalui unsur dugaan
dan batasan setelah menyaksikan atau melihat barang tersebut.12
Dengan adanya kajian pustaka di atas hal ini jelas sangat berbeda

dengan penelitian yang penulis lakukan dengan judul “Tinjauan Akad Khiyar
Terhadap Jual Beli Sapi di Pasar Pegirian Surabaya”.

E. Tujuan Penelitian

Mashud, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Pakaian Bekas Dalam Karung (bal-balan)
Di Kawasan Gembong Tebasan Surabaya” (Skripsi, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011).
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Sehubungan dengan apayang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini, maka ada dua tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.

Untuk mengetahui penerapan jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya.

2.

Untuk mengetahui Bagaimana tinjauan akad khiy>ar terhadap jual beli
sapi di pasar pegirian Surabaya.

F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan ini
dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan di bidang hukum Islam, khususnya di bidang
muamalah dan dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang
akan melakukan penelitian lanjutan, juga merupakan bahan hipotesis bagi
peneliti selanjutnya.

2.

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk kegiatan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam bagi subjek penelitian, serta mengetahui dan menetapkan status
hukum jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya.

G. Definisi Operasional

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Dalam definisi operasional ini dipaparkan istilah-istilah yang
digunakan. Untuk mempermudah persepsi tentang istilah-istilah dalam judul
skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan terlebih dahulu yaitu adalah:

Khiy>ar

:

Mencari yang terbaik di antara dua pilihan,
yaitu meneruskan atau membatalkan jual beli
sapi di pasar pegirian Surabaya.

Jual beli sapi

:

Penjual sapi di pasar pegirian, menjual sapinya
kepada pembeli. Penjual memberikan jaminan
selama 2 bulan apabila terdapat kecacatan pada
sapi tersebut, dalam jangka 2 bulan sapi cacat
bisa dikembalikan. Akan tetapi selama 14 hari
ditemukan kecacatan pada sapi tersebut.
Penjual menolak sapi tersebut dikembalikan,
dengan alasan bahwasanya sapi yang dijual
sehat.

H. Metode Penelitian
1.

Data yang dikumpulkan
Studi

inimerupakan penelitian lapangan (field research)yakni

datayang diperolehlangsung dari masyarakatmelaluiprosespengamatan
(observasi),

wawancara

dan

penyebaran

kuesioner. Berdasarkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

rumusanmasalah

yangtelahdisebutkan,

makadatayangdikumpulkan

dalampenelitianiniterdiriatas:
a.

Data tentang jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya.

b.

DatatentangketentuanhukumIslamyang menjelaskan tentang tinjauan
akad khiy>ar teradap jual beli sapi di pasar pegirian Surabaya.

2.

Sumber data meliputi:
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. 13 Yaitu data yang diperoleh dengan
melakukan wawancara langsung dengan penjual sapidi pasar pegirian
kota Surabaya dan pembeli sapi yang pernah membeli sapi di tempat
tersebut sejumlah 3 orang.
a.

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen.14 Data ini bersumber dari buku-buku dan catatan-catatan
atau dokumen tentang apa saja yang berhubungan dengan penelitian,
antara lain:
1) Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat.
2) Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah.
3) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah.
4) Syafe’i Rachmat, Fiqh Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS
dan untuk umum.

3.
13
14

Teknik Pengumpulan Data

. Ibid. 137.
.Ibid. 137.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Untuk mendapatkan data yang benar dan akurat ditempat
penelitian, penulis menggunakan pengumpulan data sebagai berikut:
a.

Observasi
Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan
pengamatan secara langsung untuk memperoleh data melalui hasil
kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.
Yang

dimaksud

dengan

metode

observasi

adalah

metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengideraan.15 Dalam hal ini saya
datang dan menyaksikan langsung transaksi jual beli sapi, mulai dari
proses pengambilan sapi, yaitu sampai sapi yang sehat dengan
pengembalian sapi yang cacat, sampai dengan tidak mau di
kembalikan sapi yang cacat dikarenakan sapi yang dijual sebelum
dibeli oleh pembeli bahwasanya sehat yang dilakukan oleh penjual
sapi tersebut.

b.

Interview(Wawancara)
Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas
melakukan

pengumpulan

data),

dalam

mengumpulkan

data

15

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), 115.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

mengajukan

suatu

pertanyaan

kepada

yang

diwawancarai.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau kecil.

16

Adapun wawancara yang

dilakukan oleh peneliti dengan bertanya langsung kepada pihak yang
melakukan transaksi jual beli sapi yaitu penjual sapidi pasar pegirian
Surabaya dan pihak yang membeli sapi di tempat tersebut sejumlah 3
orang
c.

Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen. 17 Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan
mengambil data dari dokumen yang biasa berupa tulisan, gambar
atau karya-karya monumental seseorang.

4.

Teknik pengolahan data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data antara lain:
a. Editing adalah memeriksa kelengkapan, dan kesesuaian data. Teknik
ini ini digunakan untuk meneliti kembali data-data yang telah
diperoleh.

16
17

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2014),188
M Iqbal Hasan, Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002) 87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

b. Organizing adalah menyusun data yang telah diperoleh untuk
dijadikan karangan paparan yang telah direncanakan sebelumnya
untuk memperoleh bukti-bukti secara jelas tentang jual beli sapi
cacat di pasar pegiriankota Surabaya.
5.

Teknik analisis data
Dalam penelitian terhadap perpanjangan jual beli sapi cacat di kota
Surabaya, teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.

Analisis deskriptif
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis
melalui metode deskriptif analisis yaitu dengan cara menuturkan dan
menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan dari
metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai
obyek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki. 18 Metode ini digunakan untuk mengetahui secara jelas
praktik jual beli sapi cacat di pasar pegirian kota Surabaya.

b.

Pola pikir induktif
Selanjutnya data dianalisis dengan pola pikir induktif yang
berarti pola pikir yang berpijak pada fakta yang bersifat khusus
kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan pemecahan persoalan

18

Noeng Mohajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Saraswati, 1996), 104.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

yang bersifat umum.19 Teori ini berpijak pada teori-teori khiy>ar dan
hukum perdata kemudian dikaitkan pada fakta di lapangan tentang
jual beli sapi di pasar Pegirian kota Surabaya.
I.

Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini,
penulis membagi menjadi lima bab. Dibawah ini akan diuraikan sistematika
pembahasan dalam skripsi ini.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua membahas tentanglandasan teori yang mendukung dalam
penelitian yang meliputi pengertian jual beli, syarat, dan rukun-rukunnya,
pembahasan mengenai khiy>ar, syarat dan rukun-rukunnya, dan penjelasan
mengenai hal-hal yang dapat membatalkan suatu akad dalam hukum Islam.
Bab tiga membahas tentang gambaran umum mengenai lokasi
penelitian yang disertai dengan data wawancara antara lain meliputi sejarah
berdirinya usaha tersebut, prospek kemajuan usaha tersebut, hasil wawancara
dengan pemilik usaha tersebut, dan data pendukung wawancara tersebut
seperti bukti transaksi jual beli sapi tersebut.

19

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Gajah Mada University, 1975), 16.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Bab empat tinjauan hukum Islam yang membahas tentang hasil dan
pembahasan yang akan mengemukakan tentang bagaimana praktik jual beli
sapi cacat di pasar pegirian kota Surabaya dan bagaimana tinjauan hukum
Islam terhadap jual beli sapi cacat di pasar Pegirian kota Surabaya.
Bab lima penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan
selanjutnya memberikan saran yang ditujukan untuk perbaikan perbaikan
kondisi penulisan yang akan datang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KONSEP KHIYr
jual-beli, seperti khiya>r syarat, khiya>r ‘aib, dan lain-lain.32
b. Rukun-rukun akad
Rukun-rukun akad adalah sebagai berikut:33
1) Orang yang berakad (‘aqid), contoh: penjual dan pembeli

31

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, ed. I , (Jakarata: Kencana, 2005), 55-58.
Rachmad Syafe’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, cet. Ke-2,2004), 65-66
33
Ibid.,45.

32

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Al-aqid

adalah

orang

yang

melakukan

akad.

Keberadaannya sangat penting karena tidak akan pernah
terjadi akad manakala tidak ada aqid.
2) Sesuatu yang diakadkan (ma’qud alaih), contoh: harga atau
barang.
(al-Ma’qud Alaih) adalah objek akad atau benda-benda
yang dijadikan akad yang bentuknya tampak dan membekas.
Barang tersebut dapat berbentuk harta benda, seperti barang
dagangan, benda bukan harta seperti dalam akad pernikahan,
dan dapat pula berbentuk suatu kemanfaatan seperti dalam
masalah upah-mengupah dan lain-lain.
3) Shighat, yaitu ijab dan qobul.
Sighat akad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua
belah pihak yang berakad, yang menunjukkan atas apa yang
ada di hati keduanya tentang terjadinya suatu akad. Hal ini
dapat diketahui dengan ucapan, perbuatan, isyarat, dan
tulisan.34
a) Akad dengan ucapan (lafadz) adalah sighat akad yang
paling banyak digunakan orang sebab paling mudah
digunakan dan paling mudah dipahami. Dan perlu
ditegaskan sekali lagi bahwa penyampaian akad dengan
metode apapun harus disertai dengan keridlaan dan
34

Ibid.,46-51.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

memahamkan

para

aqid

akan

maksud

akad

yang

diinginkan.
b) Akad dengan perbuatan adalah akad yang dilakukan
dengan suatu perbuatan tertentu, dan perbuatan itu sudah
maklum adanya. Sebagaimana contoh penjual memberikan
barang dan pembeli menyerahkan sejumlah uang, dan
keduanya tidak mengucapkan sepatah katapun. Akad
semacam ini sering terjadi pada masa sekarang ini.namun
menurut pendapat imam Syafi’i, akad dengan cara
semacam ini tidak dibolehkan. Jadi tidak cukup dengan
serah-serahan saja tanpa ada kata sebagai ijab dan qabul.35
c) Akad dengan isyarat adalah akad yang dilakukan oleh
orang yang tuna wicara dan mempunyai keterbatan dalam
hal kemampuan tulis-menulis. Namun apabila dia mampu
untuk menulis, maka dianjurkan agar menggunakan tulisan
agar terdapat kepastian hukum dalam perbuatannya yang
mengharuskan adanya akad.
d) Akad dengan tulisan adalah akad yang dilakukan oleh Aqid
dengan bentuk tulisan yang jelas, tampak, dapat dipahami
oleh para pihak, baik dia mampu berbicara, menulis dan
sebagainya, karena akad semacam ini dibolehkan. Namun
demikian menurut ulama syafi’iyyah dan hanabilah tidak
35

Ibn Al-Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Juz 2, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2013). 128.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

membolehkannya apabila orang yang berakad hadir pada
waktu akad berlangsung.36
3. Pengertian Jual Beli
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fikih disebut dengan

al-bay, menurut bahasa adalah tukar menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain. menurut etimologi (bahasa) artinya menjual, mengganti.37
Dari penjelasan di atas berarti jual beli dapat dipahami dengan tukar
menukar barang dengan barang, barang dengan uang, atau uang
dengan uang. Tetapi menurut istilah jual beli adalah suatu perjanjian
tukar menukar barang dengan nilai yang sama atau secara sukarela
antara kedua belah pihak, sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
Menurut pandangan ulama dari mazhab Maliki, Syafi’i, dan
Hambali, jual beli (Al-bay), ialah tukar menukar harta dengan
harta dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan, sedangkan
menurut pandangan Sayyid Sabiq bahwa jual beli ialah pertukaran
harta dengan harta atas dasar saling merelakan. Atau memindahkan
milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.38
Para ulama mujtahid sepakat bahwa jual beli dihalalkan, dan
yang diharamkan adalah riba. Semua imam sepakat bahwa jual beli
dianggap sah apabila orang yang bertransaksi adalah sudah baligh,
36

Rachmad Syafe’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, cet. Ke-2,2004), 51.

37

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islami wa Adillatuh, Penerjemah Abdul hayyie al-kattani, dkk,
(Jakarta: Gema Insani, 2011) , Jilid 5, 25.
38
Mardani, Fiqih Ekonomi Syari’ah Fiqih Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2013), 67-68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

atas kemauan sendiri, berakal, berhak membelanjakan hartanya. Jual
beli tidak sah dikarenakan orang tersebut gila atau tidak berakal.39
4. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan suatu sarana membantu yang mana hal
tersebut adalah untuk memudahkan segala sesuatu kegiatan manusia
dalam bertransaksi. Adapun dasar hukum jual beli diterangkan oleh
Allah Swt. D i dalam nash al-qur’an sebagai berikut:
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 275:

ِ ‫اُّ الْبَ ْي َع َو َحرَم‬
‫الرَب‬
ّ ‫َحل‬
َ ‫َوأ‬
ّ
‚Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba‛.40
Dari beberapa ayat al-Qur’an di atas maka dapat dilihat bahwa
jual beli mempunyai landasan yang kuat. Sehingga para ulama sepakat
mengenai jual beli (dagang) sebagai perkara yang telah dipraktekan sejak
jaman nabi Muhammad SAW hingga sekarang.
5. Rukun dan syarat jual beli
a. Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
1) akad (ijab kabul)
2) orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli), dan
3) ma’kud alaih (objek akad).41
Syeikh al-allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dhimasyqi, Fiqh Empat Mazhab,
(Bandung: Hasyimi Press, 2010), 214.
40
Departemen agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, 74.

39

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual
beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab
ijab kabul menunjukan kerelaan (keridhaan). Pada dasarnyaijab
dan kabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin,
misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab kabul dengan suratmenyurat yang mengandung arti ijab dan kabul.
Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan
berhubungan dengan hati, kerelaan dapat diketahui melalui tandatanda lahirnya, tanda yang jelas menunjukan kerelaan adalah ijab
dan kabul.
b. Syarat-syarat sah ijab dan kabul
Syarat-syarat sah ijab kabul ialah sebagai berikut:
1) Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja
setelah penjual menyatakan ijab dan sebalinya.
2) Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.
3) Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam
benda-benda tertentu, misalnya seseorang dilarang menjual
hambanya yang beragama Islam kepada pembeli yang tidak
beragama Islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut
akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah

41

Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, (Lebanon, Darul Fikr, Beirut, 1985), 347

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

melarang orang-orang mukmin memberi jalan kepada orang
kafir untuk meendahkan mukmin.
B. Pengertian Urf
Kata ‘urf secara etimologi yaitu, sesuatu yang di pandang baik dan
diterima oleh akal sehat. Kata ‘urf dalam pengertian terminologi sama
dengan istilah al-adah (kebiasaan), yaitu:

ِ ِ ِ
ِ
ِ ْ ‫َم‬
‫السلِْي َمةُ ِبلْ َقبُ ْوِل‬
َ ُ‫ااستَ َقر ِْ ال ُف ْو ِس م ْن ج َهة الْعُ ُق ْول َوتَلَقْت ُ الطبَاع‬
Artinya: sesuatu yang telah mantap di dalam jiwa dari segi
dapatnya diterima oleh akal yang sehat dan watak yang benar.
Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidah, istilah ‘urf berarti
sesuatu yang telah dikenali oleh masyarakat dan merupakan kebiasaan di
kalangan mereka baik berupa perkataan, perbuatan atau pantanganpantangan dan juga bisa disebut dengan adat. Menurut istilah ahli syara‟,
tidak ada perbedaan antara ‘urf dan adat (adat kebiasaan). Namun dalam
pemahaman biasa diartikan bahwa pengertian ‘urf lebih umum dibanding
dengan pengertian adat karena adat disamping telah dikenal oleh
masyarakat, juga telah biasa dikerjakan di kalangan mereka, seakan-akan
telah merupakan hukum tertulis, sehingga ada sangsi-sangsi terhadap
orang yang melanggarnya.42
Contohnya adat perbuatan, seperti kebiasaan umat manusia
berjual beli dengan tukar menukar secara langsung, tanpa bentuk ucapan
akad. Adat ucapan seperti kebiasaan manusia menyebut al-wald secara
42

Muin Umar, et al, Ushul Fiqh 1 (Jakarta:Depag RI, 1986), 150.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

mutlak berarti anak laki-laki, bukan anak perempuan dan kebiasaan
mereka, juga kebiasaan mereka untuk tidak mengucapkan kata daging
sebagai ikan. Adat terbentuk dari kebiasaan manusia menurut derajat
mereka, secara umum maupun tertentu. Berbeda dengan ijma‟, yang
terbentuk dari kesepakatan para mujtahid saja, tidak termasuk manusia
secara umum.43
1.

Macam-Macam ‘Urf
Para Ulama Ushul fiqh membagi ‘Urf kepada tiga macam :
1) Dari segi objeknya ‘Urf dibagi kepada : al-‘Urf al-lafzhi (kebiasaan
yang menyangkut ungkapan) dan al-‘Urf al-amali (kebiasaan yang
berbentuk perbuatan).

a) Al-‘Urf al-Lafzhi
Adalah kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan
lafal/ungkapan

tertentu

dalam

mengungkapkan

sesuatu,

sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami dan terlintas
dalam pikiran masyarakat. Misalnya ungkapan ‚daging‛ yang
berarti daging sapi; padahal kata-kata ‚daging‛ mencakup
seluruh daging yang ada. Apabila seseorang mendatangi penjual
daging, sedangkan penjual daging itu memiliki bermacammacam daging, lalu pembeli mengatakan ‚ saya beli daging 1 kg‛
pedagang itu langsung mengambil daging sapi, karena kebiasaan

43

Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh kaidah hukum Islam (Jakarta:Pustaka Amani 1977), 117.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digili