Penyelidikan Geofisika di Daerah Gunung Rawan Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM,
KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Yudi Aziz. M., A.Md., Reza Marza. D., ST.
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Secara administratif lokasi kegiatan di Gunung Rawan termasuk dalam wilayah
Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan
Barat. Secara geografis daerah penyelidikan Geofisika ini terletak antara: 439.000me 440.100me dan 100.250mn - 99.250mn. Maksud dilakukannya eksplorasi geofisika dengan
metode IP dan Geomagnetik di daerah kaki Gunung Rawan adalah untuk memperoleh data
sebaran, dimensi, dan kedalaman dari anomali IP dan Geomagnetik di daerah survei. Tujuan
dilaksanakannya eksplorasi ini adalah untuk memperoleh data dan informasi zona mineralisasi
logam dibawah permukaan di daerah penyelidikan berdasarkan sebaran anomali IP dan
magnetik baik secara lateral maupun vertikal.
Berdasarkan hasil penyelidikan Tim Geologi Mineral Logam Pusat Sumber Daya
Geologi pada tahun 2014, daerah Gunung Rawan sebagian mengalami ubahan akibat
pengaruh intrusi batuan diorit. Jenis ubahan yang dijumpai adalah silisifikasi dan propilitisasi
dengan mineral klorit. Pengukuran geomagnet seperti metode gaya berat dilakukan di titik
yang telah ditentukan posisi geografisnya. Pengukuran menggunakan dua alat magnetometer,
satu alat digunakan untuk pengukuran di titik ukur (lintasan/acak) dan lainnya untuk
pengukuran variasi harian intensitas magnet. Metoda geofisika yang digunakan di daerah ini
berupa metoda IP (Induced polarization/polarisasi terimbas) time domain dengan susunan

elektroda dipole-dipole.
Pengukuran survei Geomagnet dilakukan pada 10 lintasan dengan masing-masing
panjang lintasan 500 m, dimana 10 lintasan berarah Timurlaut - Baratdaya dan pengukuran
survei IP dilakukan pada 10 lintasan dengan masing- masing panjang lintasan tetap 500 m,
dimana 10 lintasan berarah Timurlaut - Baratdaya. Pada daerah penyelidikan sebagian besar
tersusun oleh batuan diorit, andesit dan batuan gunung api. Keberadaan mineralisasi terdapat
pada batuan andesit yang terubahkan pada sekitar lintasan B, C dan D. Hasil pengukuran
Geomagnet menunjukkan adanya anomali di sekitar ujung lintasan B-50. Hasil pengukuran IP
menunjukkan adanya anomali hanya di sekitar ujung lintasan B-0 sampai dengan B-200, pada
kedalaman sekitar ± 63.32m - 85m. Selebihnya tidak menunjukkan adanya anomali yang
berarti. Bila memungkinkan untuk di lakukan Bor uji di daerah prospek, pengeboran sebaiknya
dilakukan pada perkiraan zona anomali, yaitu di titik ukur I.P : B-150 dan titik ukur geomagnet
di B-50. Dimana masing-masing kedalaman titik bor antara ± 63.32m - 85m.
Berdasarkan hasil analisis Laboratorium PSDG 2015, zona mineralisasi mengandung
beberapa logam dasar, yaitu: Cu, Pb, Zn, Ag, Au, As dan Sb. Dari hasil pengolahan data
dengan pendekatan model matematis di daerah penyelidikan Gunung Rawan, di dapat potensi
nilai logam Au rata-rata sebesar 8.75 ppb. Dengan asumsi cadangan hipotetik mineralisasi di
daeah penyelidikan adalah 507 ton. Maka ditafsirkan sumber daya hipotetik logam Au di
daerah penyelidikan adalah 4.437 kg.


PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil kegiatan tim
geologi eksplorasi mineral Pusat Sumber
Daya Geologi tahun 2014 di daerah
Gunung Rawan, menyarankan untuk
mengadakan penyelidikan tahap lanjut,
berupa kegiatan penyelidikan geofisika.
Data dan informasi hasil kegiatan tersebut
menunjukan adanya anomali geokimia
unsur Au, As, Sb pada conto tanah di
daerah kaki Gunung Rawan pada koordinat
x=439.787, y=99.905.
Maksud dilakukannya eksplorasi
geofisika dengan metode IP dan
Geomagnetik di daerah kaki Gunung
Rawan adalah untuk memperoleh data
sebaran, dimensi, dan kedalaman dari
anomali IP dan Geomagnetik di daerah
survei.
Tujuan dilaksanakannya eksplorasi

ini adalah untuk memperoleh data dan
informasi zona mineralisasi logam dibawah
permukaan di
daerah
penyelidikan
berdasarkan sebaran anomali IP dan
magnetik baik secara lateral maupun
vertikal.
Secara administratif lokasi kegiatan
di Gunung Rawan termasuk dalam wilayah
Kecamatan Entikong dan Kecamatan
Sekayam Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat. Secara geografis daerah
penyelidikan Geofisika ini terletak antara:
439.000mE - 440.100mE dan 100.250mN 99.250mN. (Gambar 1)
Geologi dan Mineralisasi
Daerah penyelidikan dapat dibagi
dalam tiga satuan morfologi yaitu
pedataran, bukit rendah bergelombang dan
morfologi perbukitan tinggi dan terjal.

Umumnya daerah perbukitan rendah
bergelombang hingga perbukitan tinggi
menempati
bagian
utara
daerah
penyelidikan yang memanjang dari timur ke
barat. Puncak tertinggi Gunung Rawan
terletak
di
bagian
barat
daerah
penyelidikan.

Berdasarkan hasil penyelidikan
pada tahun 2014, stratigrafi daerah
penyelidikan tersusun oleh satuan batuan
dari umur tua ke muda dengan susunan
sebagai berikut. Satuan batuan malihan

berupa batutanduk (hornfels) berwarna
abu-abu tua. Penyebaran satuan batuan ini
dijumpai di bagian timur daerah kerja yang
secara administratif dalam wilayah Dusun
Bungkang, Desa Bungkang Kecamatan
Sekayam. Satuan batuan ini menempati
daerah perbukitan tinggi dan terjal dengan
puncak tertingginya adalah Bukit Sumut
Satuan batuan malihan ini dinisbikan
sebagai anggota dari Kelompok Balai
Sebut. Satuan batuan gunungapi terdiri
dari batuan andesit dan breksi tufa yang
telah mengalami propilitisasi dengan
mineral sulfida pirit halus tersebar.
Singkapan batuan andesit dijumpai di Bukit
Sumut di daerah Bungkang dan batuan
breksi tufa di Sungai Etama. Batuan
andesit dan tufa breksi andesitik yang
dijumpai di daerah penyelidikan diduga
sebagai bagian dari Formasi Gunungapi

Serian. Penyebaran satuan batuan ini yang
tersingkap di bagian timur daerah kerja
terutama disekitar Bukit Sumut wilayah
Dusun Bungkang dan Bantan, Kecamatan
Sekayam.
Satuan
batuan
diorit
penyebarannya lebih terkonsentrasi di
sekitar daerah Gunung Rawan yang
merupakan batuan intrusi seperti yang
dijumpai di S. Pedunun. (Gambar 2)
Struktur yang terdapat di daerah ini
merupakan sesar normal dan sesar geser
dengan arah umum baratlaut-tenggara dan
utara-selatan. Diperkirakan akibat sesar ini
maka terjadi ubahan terhadap batuan
berupa silisifikasi dan propilitisasi dengan
mineralisasi sulfida logam seperti pirit dan
lainnya.

Berdasarkan hasil penyelidikan Tim
Geologi Mineral Logam Pusat Sumber
Daya Geologi pada tahun 2014, daerah
Gunung Rawan sebagian mengalami
ubahan akibat pengaruh intrusi batuan
diorit. Jenis ubahan yang dijumpai adalah

silisifikasi dan propilitisasi dengan mineral
klorit.
Mineralisasi
yang
teramati
diantaranya adalah berupa sulfida logam
seperti pirit dan lainnya.
METODA PENYELIDIKAN
Geomagnet
Pada metode geomagnet diukur
medan magnet yang dihasilkan oleh
sumber penyebab yang mungkin menjadi
sasaran mineral atau struktur setelah

koreksi medan magnet bumi. Eksplorasi
magnet ini melibatkan pemetaan variasi
medan magnet untuk menentukan lokasi,
ukuran, dan bentuk tubuh mineral tersebut
Pengaruh medan magnet bumi akan dapat
mengidentifikasi lapisan batuan yang
mengandung mineral. Dalam prospeksi
magnetik diidentifikasi variasi nilai magnet
di lapangan yang timbul akibat magnetisasi
dari batuan yang berada di bawah
permukaan.
Dalam
pengambilan
data
penyelidikan
geomagnet
dilakukan
pengukuran berupa data variasi harian dan
data pengukuran di masing-masing titik
ukur. Harga intensitas total magnetik titik

amat tetap untuk daerah penyelidikan
diperoleh dari nilai intesitas magnetik
International Geomagnetic Reference Field
(IGRF), sedangkan harga intensitas
magnet tetap lokal didapat dari rata-rata
pengamatan yang dilakukan di titik
ikat(BS). Pelaksanaan pengukuran magnet
di lapangan dilakukan dengan sistem kisikisi/grid yang pengukurannya dilakukan
pada setiap titik ukur berturut-turut dengan
interval 10 hingga 5 meter.
Induced Polarization / Polarisasi
Terimbas (I.P)
Metoda geofisika yang digunakan di
daerah ini berupa metoda IP (Induced
polarization / polarisasi terimbas) time
domain dengan susunan elektroda dipoledipole. Metoda IP merupakan salah satu
metode geofisika yang mendeteksi
terjadinya polarisasi listrik pada batuan di

bawah permukaan bumi. Pada metode

polarisasi terimbas arus listrik diinjeksikan
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus,
kemudian beda potensial yang terjadi
diukur melalui dua elektroda potensial
sehingga didapat nilai tahanan jenis dan
nilai chargeability pada tiap titik amat/ukur.
Untuk penyelidikan I.P ditekankan
pada
pengukuran/pengambilan
data
dilapangan, dilakukan dengan konfigurasi
Dipole-Dipole dimana pada masing-masing
lintasan dengan jarak elektroda a = 50
meter.
HASIL PENYELIDIKAN
Distribusi Lintasan IP
Distribusi penyelidikan Geofisika di
Gunung Rawan, Kabupaten Sanggau,
Kalimantan Barat ini tidak jauh berbeda
dengan rencana awal penyelidikan yang

sudah di sarankan oleh Tim Geologi
Mineral Logam, Pusat Sumber Daya
Geologi 2014, yaitu di zona 2 (dua). Akan
tetapi realisasi/distribusi di lapangan di
sesuaikan dengan kondisi di lapangan,
dimana setelah di plot koordinatnya masuk
ke Wilayah perbatasn Negara Malaysia,
maka dari itu Tim Penyelidikan Geofisika
melakukan pergeseran lintasan ke arah
Baratdaya sekitar ± 20 meter, dan tetap
memperhitungkan wilayah zona alterasi /
mineralisasi di daerah penyelidikan.
(Gambar 3)
Hasil
pengukuran
survei
IP
dilakukan pada 10 lintasan dengan masingmasing panjang lintasan tetap 500 m,
dimana 10 lintasan berarah TimurLaut BaratDaya (Gambar 4). Jarak spasi
elektroda pengukuran adalah 50 m. Jarak
antar masing-masing Lintasan adalah 100
m (untuk lintasan A-H) dan jarak antar
lintasan H-I dan I-J adalah ± 150 m. Karena
menurut hasil pemetaan Tim Geologi
Mineral-Logam
PSDG
menunjukkan
adanya kerapatan mineralisasi antara
lintasan B-E. Dengan arah kemiringan
Base Line: A0-J0 adalah N 290°E dan arah
kemiringan Lintasan: N 201°E.

Distribusi Lintasan Geomagnet
Hasil
pengukuran
survei
Geomagnet dilakukan pada 10 lintasan
dengan masing-masing panjang lintasan
500 m, dimana 10 lintasan berarah
TimurLaut - BaratDaya (Gambar 5).
Jarak spasi pengukuran pada
Lintasan Geomagnet pada 12,5m dan 25m.
Dan pada pengukuran random/acak spasi
pengukuran pada ± 200m, karena dalam
survey di daerah Gunung Rawan ini untuk
mengetahui sebaran nilai magnetiknya
lebih detail.
PEMBAHASAN
Selama penyelidikan di lapangan,
umumnya sangat sulit sekali menemukan
mineralisasi berupa silisifikasi pada
singkapan maupun batuan hanyutan (float)
dikarenakan lapisan tanah yang cukup
tebal dan rumput ilalang yang menutupi
permukaan yang cukup tebal. Pada
penyelidkan geosika ini sendiri, memiliki
tim geologi, dimana pada saat yang
bersamaan tim geologi juga mengadakan
kegiatan
penyelidikan,
dengan
sampling/pemer-contohan
batuan.
Stratigrafi daerah penyelidikan dibagi ke
dalam 3 (tiga) satuan batuan, yaitu Satuan
batuan andesit muda, satuan batuan
gunung api, satuan batuan tuff kaolin.
Untuk hasil pengukuran I.P Batuan
yang mengandung mineral sulfida di
daerah penyelidikan umumnya memiliki
nilai chargeability/kemampuan menyimpan
arus listrik batuan cenderung bernilai tinggi
berwarna biru dengan asumsi ൒ 90 m.sec.
Nilai resistivity/tahanan jenis atau
kemampuan batuan untuk menyimpan
tahanan pada batuan daerah penyelidikan
cenderung berwarna kuning-hijau, dengan
asumsi ± 150 ohm.m - 450 ohm.m, sebagai
batuan beku. Sedangkan nilai tahanan
jenis rendah di asumsikan dengan warna
merah, diasumsikan dengan nilai ൑ 100
ohm.m menunjukkan sebagai lapisan

batuan lapuk dan atau lapisan aluvial.
(Gambar 6)
Di daerah timurlaut pada peta kerja
zona tersebut juga terlihat adanya
pasangan anomali magnetik rendah dan
anomali magnetik tinggi. Anomali ini
mencerminkan keberadaan batuan dengan
sifat kemagnetan yang lebih tinggi dari
batuan di sekitarnya. Batuan tersebut
diduga merupakan bagian dari intrusi
andesit yang terubahkan yang menjadi
indikasi terbentuknya sistem sulfida di
daerah penyelidikan Gunung Rawan
(Gambar 7).
Interpretasi komprehensif dilakukan
terhadap data tahananan jenis dan
chargeability hanya pada kedalaman 63.32
m sampai dengan 85 m, model tahanan
jenis dan chargeability hanya pada lintasan
B dan penampang anomali magnet total.
Data-data
tersebut
memperlihatkan
adanya anomali hasil pengukuran I.P dan
geomagnet, namun hanya pada 2 (dua)
kedalaman dan pada 1 lintasan saja, yaitu
di ujung lintasan atau sekitar titik B-0 di
sebelah timur laut. Untuk hasil pengukuran
geomagnet terlihat anomali cenderung ke
arah imurlaut, selatan dan baratdaya peta
kerja (Gambar 8).
Di zona tersebut terlihat adanya
nilai
tahanan
jenis
sedang
dan
chargeability tinggi yang pada penampang
2D lintasan B, nilai tersebut menerus dari
kedalaman mulai sekitar 63.32 meter
hingga ke dalaman sampai 85 meter. Zona
ini ditafsirkan sebagai indikasi keberadaan
intrusi andesit yang terubahkan merupakan
batuan pembawa dari sulfida serta adanya
sebaran batuan teralterasi pada arah
sekitar Timurlaut pada sekitar ujung
Lintasan A0-B0 pada batuan andesit dan
adanya sesar pada peta kerja, sehingga
dibawah permukaan diduga banyak
ditemukan mineral sulfida.
Perkiraan Daerah Prospek
Berdasarkan hasil interpretasi data
geofisika yang meliputi data IP dan data

Geomagnet,
keberadaan
batuan
mineralisasi/sulfida yang patut dijadikan
zona prospek, namun sedikit/tidak begitu
luas dengan nilai chargeability lebih dari
sama dengan ൒ 90 m.sec dan nilai
resistivitas antara 150-450 Ohm.m. Serta
zona prospek anomali magnet total dengan
nilai anomali magnetik memperlihatkan
nilai yang cukup bervariasi dari sekitar -250
nT hingga sekitar 300 nT. Di bagian
timurlaut anomali (1) daerah survei
didominasi oleh nilai magnetik sekitar -150
nT - 100 nT dengan penyebaran yang tidak
begitu luas.
Zona anomali I.P tersebut hanya
satu zona, yaitu di sekitar timurlaut di titik
B-150 pada kedalaman sekitar ± 63m 85m. Sedangkan
untuk geomagnet
terdapat 3 (tiga) zona anomali: pada titik
ukur di lintasan: B-50 (zona1). Sedangkan
untuk geomagnet pada titik random L-35
(zona2) dan J-145 (zona3) bukan termasuk
anomali mineralisasi, karena tidak ada data
dukung dari anomali I.P. Untuk pendugaan
luas prospek mineralisasi sekitar 14397 m2
= 0,014 km2.
KESIMPULAN
Pada daerah penyelidikan sebagian
besar tersusun oleh batuan diorit, andesit
dan batuan gunung api. Keberadaan
mineralisasi terdapat pada batuan andesit
yang terubahkan pada sekitar lintasan B, C
dan D.

Hasil pengukuran IP menunjukkan
adanya anomali hanya di sekitar ujung
lintasan B-0 sampai dengan B-200, pada
kedalaman sekitar ± 63.32m - 85m.
Selebihnya tidak menunjukkan adanya
anomali yang berarti.
Hasil
pengukuran
Geomagnet
menunjukkan adanya anomali di sekitar
ujung lintasan B-50.
Anomali rendah juga terdapat pada
lintasan J, akan tetapi bila dilihat dari
kondisi lapangan di daerah tersebut
tersebut terdapat banyak boulder batuan
yang akan memengaruhi anomali medan
magnet. Boulder memiliki medan magnet
yang acak, sehingga akan menghasilkan
anomali medan magnet yang rendah pula.
Hasil
penyelidikan
geofisika
menunjukkan zona anomali geofisika relatif
kecil dibandingkan dengan luasan daerah
penyelidikan.
SARAN
Untuk menguji hasil penyelidikan
geofisika ini perlu dilakukan pengeboran uji
di daerah prospek, di titik ukur IP : B-150
dan titik ukur geomagnet di B-50.
kedalaman titik bor antara ± 63.32m - 85m.
Untuk
kegiatan
penyelidikan
geofisika selanjutnya disarankan untuk
melakukan penyelidikan lebih lanjut di
sebelah barat - baratlaut di luar lintasan
geofisika saat ini. Karena diindikasikan
menurut peta geologi untuk sebaran unsur
Au, As dan Sb cenderung mengarah ke
sebelah barat - baratlaut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Kajian Sumber Daya Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya
Geologi, Bandung.
Anonim, 2012, Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Perbatasan Malaysia – Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Anonim, 2013, Kabupaten Sanggau Dalam Angka, BPS, Sanggau
Telford, W.M., L.P. Geldert, R.E. Sheriff, and D.A. Keys.1990. Applied Geophysics.
Cambridge University Pres: Cambridge, UK.
Keller G.V. and Frischknecht F.C.,1966. Electrical methods in geophysical prospecting.
Supriatna, S., Margono U., Sutrisno, de Keyser F., Langford R.P., 1993, Geologi Lembar
Sanggau, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol. IA, 1st Edition. Govt.Printing
office, The Hague

Gambar 1. Peta Indeks Lokasi Kerja Daerah Gunung Rawan

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Gunung Rawan (Tim Eksplorasi, 2014)

Gambar 3. Peta Rencana Lintasan IP dan Geomagnet Daerah Gunung Rawan,
Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 4. Peta Distribusi Lintasan IP Daerah Gunung Rawan, Kecamatan Sekayam,
Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 5. Peta Distribusi Pengukuran Pada Lintasan dan Acak/Random Geomagnet
Daerah Gunung Rawan, Kecamatan Sekayam, Provinsi Kalimantan Barat.

Gambar 6. Penampang Tahanan Jenis dan Chargeability Semua Lintasan Geofisika

Gambar 7. Peta Anomali Medan Magnet Total

Gambar 8. Interpretasi Geofisika Terpadu, Penampang I.P 2D, Penampang Lintasan B dan
Penampang Geomagnet di Daerah Penyelidikan