52 wakalah bil ujrah asuransi
FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 52/DSN-MUI/III/2006
Tentang
AKAD WAKALAH BIL UJRAH
PADA ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
ﻴ ِﻢﺮ ِﺣ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮﺣ ﷲ ﺍﻟ
ِ ﺴ ِﻢ ﺍ
ِﺑ
Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang
: a. bahwa fatwa DSN No.10/DSN-MUI/2000 tentang Wakalah dan
fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga
perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;
b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang
Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu bentuk akad
Wakalah di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan
asuransi dengan imbalan pemberian ujrah (fee);
c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang
perlu menetapkan fatwa tentang Wakalah bil Ujrah untuk
dijadikan pedoman.
Mengingat
: 1. Firman Allah SWT, antara lain:
ﻢ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﺍﺎﹸﻓﻮﺎﻓﹰﺎ ﺧﺿﻌ
ِ ﹰﺔﺭﻳ ﻢ ﹸﺫ ﺧ ﹾﻠ ِﻔ ِﻬ ﻦ ﺍ ِﻣﺮ ﹸﻛﻮ ﺗ ﻮ ﻦ ﹶﻟ ﺶ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳ
ﺨ
ﻴﻭﹾﻟ (١
.(٩ :ﺪﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺳ ِﺪﻳ ﻮ ﹰﻻ ﺍ ﹶﻗﻴﻘﹸﻮﹸﻟﻮﻭﹾﻟ ﻪ ﺘﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻴﹶﻓ ﹾﻠ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
ﺗﻘﹸﻮﺍﺍ ﻭ،ٍﻐﺪ ﺖ ِﻟ
ﻣ ﺪ ﺎﹶﻗﺲ ﻣ
ﻧ ﹾﻔ ﺮ ﻨ ﹸﻈﺘﻭﹾﻟ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻪﻮﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂﹶﺃﻳ( ﻳ٢
.(١٨ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺸﺮ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗﺎﺮ ِﺑﻤ ﻴﺧِﺒ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠ،ﺍﻟﹼﻠﻪ
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat
untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 22
ﺆﱠﻟ ﹶﻔ ِﺔ ﻤ ﺍﹾﻟﺎ ﻭﻴﻬﻋﹶﻠ ﻦ ﻴﺎ ِﻣِﻠﺍﹾﻟﻌﻴ ِﻦ ﻭﺎ ِﻛﻤﺴ ﺍﹾﻟﺍﺀ ﻭﺕ ِﻟ ﹾﻠ ﹸﻔ ﹶﻘﺮ
ﺪﻗﹶﺎ ﺼ
ﺎ ﺍﻟﻧﻤ( ِﺇ٣
،ﻴ ِﻞﺴِﺒ
ﺑ ِﻦ ﺍﻟﺍﻴ ِﻞ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻭﺳِﺒ ﻲ ﻭِﻓ ﻦ ﻴﺎ ِﺭ ِﻣﺍﹾﻟﻐﺏ ﻭ
ِ ﺮﻗﹶﺎ ﻭﻓِﻲ ﺍﻟ ﻢ ﻬ ﺑﻮ ﹸﻗﹸﻠ
.(٦٠ :ﻢ )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻴﺣ ِﻜ ﻢ ﻋﻠِﻴ ﻪ ﺍﻟﹼﻠ ﻭ،ﻦ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻣ ﻀ ﹰﺔ
ﹶﻓﺮِﻳ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Taubah [9]: 60).
،ﺘﻢﻢ ﹶﻟِﺒﹾﺜ ﻢ ﹶﻛ ﻬ ﻨ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎِﺋ ﹲﻞ ِﻣ،ﻬﻢ ﻨﻴﺍ ﺑﺂ َﺀﹸﻟﻮﺘﺴﻴﻢ ِﻟ ﻫ ﺎﻌﹾﺜﻨ ﺑ ﻚ
ﻭﻛﹶﺬِﻟ (٤
ﺍﻌﹸﺜﻮ ﺑ ﻓﹶﺎ،ﻢ ﺘﺎﹶﻟِﺒﹾﺜﻢ ِﺑﻤ ﻋﹶﻠ ﻢ ﹶﺃ ﺑ ﹸﻜﺭ ﺍ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ،ٍﻮﻡ ﺾ ﻳ
ﻌ ﺑ ﻭ ﺎ ﹶﺃﻮﻣ ﺎ ﻳﺍ ﹶﻟِﺒﹾﺜﻨﻗﹶﺎﹸﻟﻮ
ﺎﺎﻣﺯﻛﹶﻰ ﹶﻃﻌ ﺎ ﹶﺃﻬﺮ ﹶﺃﻳ ﻨ ﹸﻈﻴﻨ ِﺔ ﹶﻓ ﹾﻠﻤ ِﺪﻳ ﻫﺬِﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻢ ﻮ ِﺭِﻗ ﹸﻜ ﻢ ِﺑ ﺪﻛﹸ ﺣ ﹶﺃ
: )ﺍﻟﻜﻬﻒ.ﺍﺣﺪ ﻢ ﹶﺃ ﺮ ﱠﻥ ِﺑ ﹸﻜ ﺸ ِﻌ
ﻭ ﹶﻻ ﻳ ﻒ
ﺘﹶﻠ ﱠﻄﻴﻭﹾﻟ ،ﻪ ﻨﻕ ِﻣ
ٍ ﺯ ﻢ ِﺑ ِﺮ ﻴ ﹾﺄِﺗ ﹸﻜﹶﻓ ﹾﻠ
.(١٩
“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkata salah seorang
di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di
sini)?’ Mereka menjawab: ‘Kita sudah berada (di sini) satu
atau setengah hari.’ Berkata (yang lain lagi): ‘Tuhan kamu
lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia lihat
manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seseorang pun.” (QS. Al-Kahf [18]: 19).
.(٥٥ : )ﻳﻮﺳﻒ.ﻢ ﻴﻋِﻠ ﻆ
ﻴ ﹲﺣ ِﻔ ﻲ ﻧ ِﺇ،ِﺭﺽ ﺍِﺋ ِﻦ ﹾﺍ َﻷﺧﺰ ﻋﻠﹶﻰ ﻲ ﻌ ﹾﻠِﻨ ﺟ ( ِﺍ٥
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi
berpengalaman.” (QS. Yusuf [12]: 55).
ﻦ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺎﻫِﻠﻬ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ
ِ ﺎﺎﻧﻭﺍ ﺍﹾﻟﹶﺄﻣﺆﺩ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺮ ﹸﻛ ﻣ ﹾﺄﻪ ﻳ ( ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ٦
ﷲ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ
َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ِﻢ ِﺑﻪ ِﻌ ﹸﻈ ﹸﻜﺎ ﻳﷲ ِﻧ ِﻌﻤ
َ ﺪﻝِ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻌ ﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟﺤ ﹸﻜﻤ
ﺗ ﺱ ﹶﺃ ﹾﻥ
ِ ﺎﺍﻟﻨ
(٥٨ :ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻴﺮﺼ
ِ ﺑ ﺎﻴﻌﺳ ِﻤ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila
kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 33
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” (QS. alNisa’ [4]: 58).
ﻦ ﻣ ﺣﻜﹶﻤﹰﺎ ﻭ ﻫِﻠ ِﻪ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﺣﻜﹶﻤﹰﺎ ﻌﺜﹸﻮﹾﺍ ﺑﺎ ﻓﹶﺎﻴِﻨ ِﻬﻤﺑ ﻕ
ﻢ ِﺷﻘﹶﺎ ﺘﻭِﺇ ﹾﻥ ِﺧ ﹾﻔ (٧
ﻋﻠِﻴﻤﹰﺎ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠﻬﻤ ﻨﻴﺑ ﻪ ﻮﱢﻓ ِﻖ ﺍﻟﹼﻠ ﺻﻼﹶﺣﹰﺎ ﻳ
ﺍ ِﺇﺮِﻳﺪﺎ ﺇِﻥ ﻳﻫِﻠﻬ ﹶﺃ
(٣٥ :ﺧﺒِﲑﹰﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ
“Dan jika kalian khawatirkan terjadi persengketaan di
antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
wanita. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri
itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Menilik” (QS. al-Nisa’ [4]: 35).
ﺍ ِﻥﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺈﹾﺛ ِﻢ ﻭ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌ ﻭ ﹶﻻ ﻯﺘ ﹾﻘﻮﺍﻟﺮ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ (٨
.(٢ :ﺏ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ
ِ ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ ﺷﺪِﻳ ﻪ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﱠﻠﺍﻭ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. alMa’idah [5]: 2).
ﺎ ِﻡ ِﺇ ﱠﻻﻧﻌﻤ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷ ﻴﺑ ِﻬ ﻢ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ
ﻮ ِﺩ ﹸﺃ ِﺣﱠﻠ ﻌ ﹸﻘ ﺍ ﺑِﺎﹾﻟﻭﹸﻓﻮ ﺍ ﹶﺃﻨﻮﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂ ﹶﺃﻳ( ﻳ٩
ﺎﻢ ﻣ ﺤ ﹸﻜ
ﷲ ﻳ
َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ﺮﻡ ﺣ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﻴ ِﺪﺼ
ﺤﻠﱢﻰ ﺍﻟ
ِ ﻣ ﺮ ﻴﻢ ﹶﻏ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺘﻠﹶﻰﺎ ﻳﻣ
(١ :ﺪ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِﺮﻳﻳ
“Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
ﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒ ﻨ ﹸﻜﻴﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺍ ﹶﺃﺗﺄﹾ ﹸﻛﹸﻠﻮ ﺍ ﹶﻻﻨﻮﻣ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺎﹶﺃﻳ( ﻳ١٠
ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ،ﺴ ﹸﻜﻢ
ﻧ ﹸﻔﺍ ﹶﺃﺘﹸﻠﻮﺗ ﹾﻘ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻨ ﹸﻜِﺽ ﻣ
ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠ
٠(٢٩ :ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺭﺣِﻴﻤ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺑ ﹸﻜ
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan
(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika
berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara
kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”” (QS.
al-Nisa’ [4]: 29).
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 44
2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain:
ﻦ ﺑ ﺐ
ﻴﺷِﺒ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ،ﺎﻥﹸﺳ ﹾﻔﻴ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ،ِﺒﺪِ ﺍﷲﻋ ﻦ ﺑ ﻲ ﻋِﻠ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ (١
ﺻﻠﱠﻰ
ﻲ ﻨِﺒ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ:ﻭ ﹶﺓ ﺮ ﻋ ﻦ ﻋ ﻮ ﹶﻥ ﺪﹸﺛ ﺤ
ﺘﻲ ﻳ ﺤ
ﺖ ﺍﹾﻟ
ﻌ ﺳ ِﻤ : ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ﺪﺓﹶ ﺮﹶﻗ ﹶﻏ
ﻪ ﻯ ﹶﻟﺘﺮﺷ ﻓﹶﺎ،ﺎﺓﹰﻪ ِﺑ ِﻪ ﺷ ﻱ ﹶﻟ
ﺘ ِﺮﺸ
ﺍ ﻳﺎﺭﻨﻩ ِﺩﻳ ﻋﻄﹶﺎ ﻢ ﹶﺃ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُﺍ
ﻪ ﺎ ﹶﻟﺪﻋ ﹶﻓ،ٍﺎﺓﻭﺷ ﺎ ٍﺭﻨﺎ َﺀ ِﺑ ِﺪﻳ ﹶﻓﺠ،ٍﺎﺭﻨﺎ ِﺑ ِﺪﻳﻫﻤ ﺍﺣﺪ ﻉ ِﺇ
ﺎ ﹶﻓﺒ،ِﻴﻦﺗﺎِﺑ ِﻪ ﺷ
ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩﺢ ِﻓ ﺮِﺑ ﺏ ﹶﻟ
ﺍﺘﺮﻯ ﺍﻟﺘﺮﺷ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ِﻮ ﹶﺍ ،ِﻴ ِﻌﻪﺑ ﻲ ﺮ ﹶﻛ ِﺔ ِﻓ ﺒﺑِﺎﹾﻟ
،٣٢٣ ﺹ،٢ ﺝ،[١٩٩٥ ، ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ: ]ﺑﲑﻭﺕ،ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
(٣٦٤٢ ﺭﻗﻢ
“Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan
menceritakan kepada kami, Syabib binGharqadah
menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar
penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi s.a.w.
memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan
seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia
membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor
dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar
dan satu eor kambing. Nabi s.a.w. mendoakannya dengan
keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah
membeli tanah pun, ia pasti beruntung.” (H.R. Bukhari).
ﻮ ﹸﻝ ﺳ ﺭ ﻤ ﹶﻞ ﻌ ﺘﺳ ِﺍ: ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ﻨﻪﻋ ﷲ
ُ ﻲ ﺍ ﺿ
ِ ﺭ ﻱ
ﺎ ِﻋ ِﺪﻴ ٍﺪ ﺍﻟﺴﻤ ﺣ ﻲ ﻦ ﺃﹶِﺑ ﻋ (٢
ﺕ
ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺻ
ﻋﻠﹶﻰ ﺳ ِﺪ ﻦ ﹾﺍ َﻷ ﻼ ِﻣ
ﺟ ﹰ ﺭ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﷲ
ِﺍ
،ﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺒﺳ ﺎﺎ َﺀ ﺣﺎ ﺟ ﹶﻓﹶﻠﻤ،ِﻴﺔﺘِﺒﻦ ﺍﻟﱡﻠ ﺑﻰ ﺍﺪﻋ ﻴ ٍﻢ ﻳﺳﹶﻠ ﻲ ﺑِﻨ
ﺭﻗﻢ،٣٢٢ ﺹ،١ ﺝ،[١٩٩٥ ، ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ:]ﺑﲑﻭﺕ
(١٥٠٠
“Diriwayatkan dai Abu Humaid al-Sa’idi r.a., ia berkata:
Rasulullah s.a.w. mengangkat seorang laki-laki dari suku
Asd bernama Ibn Lutbiyah sebagai amil (petugas) untuk
menarik zakat dari Bani Sulaim; ketika pulang (dari tugas
tersebut), Rasulullah memeriksanya.” (H.R. Bukhari).
ﻲ ﻤﹶﻠِﻨ ﻌ ﺘﺳ ﺍ:ﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎِﻟ ِﻜﻱ ﺍﹾﻟﻤ
ﻌ ِﺪ ﺴ
ﻦ ﺍﻟ ﺑﻴ ٍﺪ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﺳ ِﻌ ِﺑﻦ ﺴ ِﺮ
ﺑ ﻦ ﻋ (٣
،ٍﺎﹶﻟﺔﻌﻤ ﻲ ِﺑ ﺮ ِﻟ ﻣ ﻴ ِﻪ ﹶﺃﺖ ِﺇﹶﻟ
ﺩﻳ ﻭﹶﺃ ﺎﻨﻬﺖ ِﻣ
ﺮ ﹾﻏ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻓﹶﻠﻤ،ِﺪﹶﻗﺔ ﺼ
ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﺮ ﻤ ﻋ
ﺖ
ﻋ ِﻤ ﹾﻠ ﻲ ﻧ ﹶﻓِﺈ،ﻴﺖﻋ ِﻄ ﺎ ﹸﺃﺧ ﹾﺬ ﻣ : ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ،ِﺖ ﷲ
ﻋ ِﻤ ﹾﻠ ﺎﻧﻤ ِﺇ:ﺖ
ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ
ﺖ
ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ،ﻤﹶﻠِﻨﻲ ﻌ ﻢ ﹶﻓ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ُﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲ
ﷲ
ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻬ ِﺪ ﻋ ﻋﻠﹶﻰ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 55
ِﺇﺫﹶﺍ:ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﷲ
ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻲ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﻟ،ﻮِﻟﻚ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﹶﻗ
)ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ؛ ﻧﻴﻞ.ﻕ
ﺪ ﺼ
ﺗﻭ ﺄ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹸﻜ ﹾﻞﺗﺴ ﻴ ِﺮ ﹶﺃ ﹾﻥﻦ ﹶﻏ ﻴﺌﹰﺎ ِﻣﺷ ﺖ
ﻴﻋ ِﻄ ﹸﺃ
:. ﺝ، [٢٠٠٠ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ،ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﱐ
(٥٢٧ :.؛ ﺹ٤
“Diriwayatkan dari Busr bin Sa’id bahwa Ibn Sa’diy alMaliki berkata: Umar mempekerjakan saya untuk
mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah
saya menyerahkan zakat kepadanya, Umar memerintahkan
agar saya diberi imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja
hanya karena Allah. Umar menjawab: Ambillah apa yang
kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa
Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun berkata
seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda
kepada saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu
minta, makanlah (terimalah) dan bersedekahlah.”
(Muttafaq ‘alaih. Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar
al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
ﺑ ﹰﺔﺮ ﻪ ﹸﻛ ﻨ ﻋ ﷲ
ُﺝﺍ
ﺮ ﹶﻓ،ﺎﻧﻴﺪ ﺏ ﺍﻟ
ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺮ ﺴِﻠ ٍﻢ ﹸﻛ
ﻣ ﻦ ﻋ ﺝ
ﺮ ﻦ ﹶﻓ ﻣ (٤
ﻮ ِﻥ ﻋ ﻲ ﺪ ِﻓ ﺒﻌ ﻡ ﺍﹾﻟ ﺍﺎﺩﺒ ِﺪ ﻣﻌ ﻮ ِﻥ ﺍﹾﻟ ﻋ ﻲ ﷲ ِﻓ
ُ ﺍ ﻭ،ِﻣﺔ ﺎﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﺏ ﻳ
ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ِﻣ
.(ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﹶﺃ ِﺧ
“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu
kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan
darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
ﺣ ﱠﻞ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ
ﺣ ﹶ ﻡ ﺮ ﺣ ﺮﻃﹰﺎ ﺷ ﻢ ِﺇ ﱠﻻ ﻭ ِﻃ ِﻬﺷﺮ ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥﺴِﻠﻤ
ﻤ ﺍﹾﻟﻭ... (٥
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﻮﻑ.ﺎﺍﻣﺣﺮ
“…Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang
mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr
bin ‘Auf)
3. Kaidah fiqh:
ﺎ ِﻤﻬﺤ ِﺮﻳ
ﺗ ﻋﻠﹶﻰ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺪ ﱠﻝ ﺣ ﹸﺔ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ ﺎﺕ ﹾﺍ ِﻹﺑ
ِ ﻼ
ﻣ ﹶ ﺎﻤﻌ ﺻ ﹸﻞ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟ
ﹾﺍ َﻷ
“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Memperhatikan
: 1. Pendapat para ulama, antara lain:
ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﻲ ﻨِﺒ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ،ٍﻌﻞ ﺟ ﻴ ِﺮﻭ ﹶﻏ ﻌ ٍﻞ ﺠ
ﻴ ﹸﻞ ِﺑﻮ ِﻛ ﺘﺯ ﺍﻟ ﻮ ﺠ
ﻭﻳ (١
،ٍﺎﺓﺍ ِﺀ ﺷﻲ ِﺷﺮ ﻭ ﹶﺓ ِﻓ ﺮ ﻋ ﻭ ،ﺤﺪ
ﻣ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻲ ِﺇﻗﹶﺎ ﺎ ِﻓﻧِﻴﺴﻭ ﱠﻛ ﹶﻞ ﹸﺃ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻭ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 66
ﻪ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺚ
ﻌ ﹸ ﺒﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ﻌﻞٍ؛ ﺟ ﻴ ِﺮﻐ ﺡ ِﺑ
ِ ﻨﻜﹶﺎﻮ ِﻝ ﺍﻟ ﺒﻲ ﹶﻗ ﺍِﻓ ٍﻊ ِﻓﺎ ﺭﺃﺑﻭ
،ﺎﹶﻟ ﹰﺔ )ﺍﳌﻐﲎ ﻹﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔﻋﻤ ﻢ ﻬ ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ ﺠ
ﻭﻳ ﺕ
ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ
ﺾ ﺍﻟ
ِ ﺒِﻟ ﹶﻘ
(٤٦٨ . ﺹ،٦ . ﺝ،[٢٠٠٤ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ:]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ
“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan
imbalan maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi
shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mewakilkan
kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada
Urwah untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’
untuk melakukan qabul nikah, (semuanya) tanpa memberikan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para pegawainya
untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan
imbalan kepada mereka.” (Ibn Qudamah, al-Mughni,
[Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468).
Pendapat Imam Syaukani ketika menjelaskan hadis Busr bin
Sa’id :
ﺮ ِﺓ ﺟ ﺧ ﹸﺬ ﹾﺍ ُﻷ ﻪ ﹶﺃ ﺯ ﹶﻟ ﻮ ﺠ
ﻉ ﻳ
ﺮ ﺒﺘﻯ ﺍﻟﻧﻮ ﻣﻦ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺎﻀﻴ ِﻪ ﹶﺃﻳﻭِﻓ (٢
، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ،ﻚ )ﻧﻴﻞ ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﱐ
ﺪ ﹶﺫِﻟ ﻌ ﺑ
(٥٢٧ :.؛ ﺹ٤ :. ﺝ، [٢٠٠٠
“Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa
orang yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’
(semata-mata mencari pahala, dalam hal ini menjadi wakil)
boleh menerima imbalan.” (Al-Syaukani, Nail al-Authar,
[Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
ﺟ ٍﺮ ﺢ ِﺑﹶﺄ ﺼ
ِ ﺗﻭ ،ﺎﻴﻬﺟ ِﺔ ِﺇﹶﻟ ﺎﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ِﺔ ِﻟ ﹾﻠﺤ ﺍ ِﺯ ﺍﹾﻟﺟﻮ ﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﹸﺔ ﺖ ﹾﺍ ُﻷ
ِ ﻌ ﻤ ﺟ ﻭﹶﺃ (٣
)ﺍﳌﻌﺎﻣﻼﺕ ﺍﳌﺎﻟﻴﺔ ﺍﳌﻌﺎﺻﺮﺓ ﻟﻠﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻰ.ﺟ ٍﺮ ﻴ ِﺮ ﹶﺃﻐ ﻭِﺑ
(٨٩ :.ﺹ
“Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena
diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan
maupun tanpa imbalan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat
al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002],
h. 89)
ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﻲ ﻨِﺒ ﻷ ﱠﻥ ﺍﻟ،ٍﺟﺮ ﻴ ِﺮ ﹶﺃﻐ ﻭِﺑ ﺟ ٍﺮ ﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ﹸﺔ ِﺑﹶﺄ ﺢ ﺍﹾﻟ ﺼ
ِ ( ﺗ٤
ﻢ ﻬ ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ ﺠ
ﻭﻳ ﺕ
ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ
ﺾ ﺍﻟ
ِ ﺒﻪ ِﻟ ﹶﻘ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺚ
ﻌ ﹸ ﺒﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ﺳﱠﻠ ﻭ
ﻢ ﺣ ﹾﻜ ﺎﻤﻬ ﺤ ﹾﻜ
ﻌ ٍﻞ( ﹶﻓ ﺠ
ﻱ )ِﺑ
ﺟ ٍﺮ ﹶﺃ ﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ﹸﺔ ِﺑﹶﺄ ﺖ ﺍﹾﻟ
ِ ﻧﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻛﹶﺎ ...ﻮﹶﻟ ﹰﺔ ﻤ ﻋ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 77
؛ ﺍﻟﻔﻘﻪ٢ . ﺹ،٦ . ﺝ، )ﺗﻜﻤﻠﺔ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺪﻳﺮ.ﺕ
ِ ﺍﺎﺭﹾﺍ ِﻹﺟ
(٤٠٥٨ . ﺹ٥.ﺍﻹﺳﻼﻣﻰ ﻭﺃﺩﻟﺘﻪ ﻟﻠﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻰ ﺝ
“Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun
tanpa imbalan, hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa
alihi wa sallam pernah mengutus para pegawainya untuk
memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan
kepada mereka… Apabila wakalah dilakukan dengan
memberikan imbalan maka hukumnya sama dengan hukum
ijarah.” (Fath al-Qadir, juz 6, h. 2; Wahbah al-Zuhaili, alFiqh alIslami wa Adillatuh, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002],
juz 5, h. 4058).
ﻪ ﻧ َﻷ،ﻪ ﹶﺫِﻟﻚ ﺯ ﹶﻟ ﻮ ﺠ
ﻴﻴ ِﻞ ﹶﻓﻮ ِﻛ ﺘﻴ ِﻞ( ﻓِﻲ ﺍﻟﻮ ِﻛ ﻪ )ﺍﹾﻟ ﻮ ﱢﻛ ﹸﻞ( ﹶﻟ ﻤ ( ﹶﺃ ِﺫ ﹶﻥ )ﺍﹾﻟ٥
: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ، )ﺍﳌﻐﲎ ﻹﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ.ﻪ ﻌﹸﻠ ﻪ ِﻓ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ،ِﻪ ِﺑﻪ ﺪ ﹶﺃ ِﺫ ﹶﻥ ﹶﻟ ﻋ ﹾﻘ
(٤٧٠ . ﺹ،٦ . ﺝ،[٢٠٠٤ ،ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ
“(Jika) muwakkil mengizinkan wakil untuk mewakilkan
(kepada orang lain), maka hal itu boleh; karena hal
tersebut merupakan akad yang telah diizinkan kepada
wakil; oleh karena itu, ia boleh melakukannya (mewakilkan
kepada orang lain).” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo:
Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 470).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dan AASI
(Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula
1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional
pada 23 Shafar 1427 H/23Maret 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: FATWA TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA
ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
Pertama
: Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi
syariah;
b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau
perusahaan asuransi dalam reasuransi syari’ah.
Kedua
: Ketentuan Hukum
1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi
dengan peserta.
2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan
imbalan pemberian ujrah (fee).
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 88
3. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang
mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’
(non-saving).
Ketiga
: Ketentuan Akad
1. Akad yang digunakan adalah akad Wakalah bil Ujrah.
2. Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain:
a. kegiatan administrasi
b. pengelolaan dana
c. pembayaran klaim
d. underwriting
e. pengelolaan portofolio risiko
f. pemasaran
g. investasi
3. Dalam akad Wakalah bil Ujrah, harus disebutkan sekurangkurangnya:
a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi;
b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi;
c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.
Keempat
: Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam Akad Wakalah bil
Ujrah
1. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang
mendapat kuasa) untuk mengelola dana.
2. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving
dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk
mengelola dana.
3. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’
bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola
dana.
4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa
yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa);
5. Akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan
tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak menanggung
risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang
telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh
bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah
akad Wakalah.
Kelima
: Investasi
1. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib
menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib
dilakukan sesuai dengan syariah.
2. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun saving,
dapat digunakan akad Wakalah bil Ujrah dengan mengikuti
ketentuan seperti di atas, akad Mudharabah dengan mengikuti
ketentuan fatwa Mudharabah.
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 99
Keenam
: Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H
23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
K.H. M.A. Sahal Mahfudh
Drs. H.M. Ichwan Sam
Dewan Syariah Nasional MUI
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 52/DSN-MUI/III/2006
Tentang
AKAD WAKALAH BIL UJRAH
PADA ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
ﻴ ِﻢﺮ ِﺣ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮﺣ ﷲ ﺍﻟ
ِ ﺴ ِﻢ ﺍ
ِﺑ
Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang
: a. bahwa fatwa DSN No.10/DSN-MUI/2000 tentang Wakalah dan
fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga
perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;
b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang
Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu bentuk akad
Wakalah di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan
asuransi dengan imbalan pemberian ujrah (fee);
c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang
perlu menetapkan fatwa tentang Wakalah bil Ujrah untuk
dijadikan pedoman.
Mengingat
: 1. Firman Allah SWT, antara lain:
ﻢ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﺍﺎﹸﻓﻮﺎﻓﹰﺎ ﺧﺿﻌ
ِ ﹰﺔﺭﻳ ﻢ ﹸﺫ ﺧ ﹾﻠ ِﻔ ِﻬ ﻦ ﺍ ِﻣﺮ ﹸﻛﻮ ﺗ ﻮ ﻦ ﹶﻟ ﺶ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳ
ﺨ
ﻴﻭﹾﻟ (١
.(٩ :ﺪﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺳ ِﺪﻳ ﻮ ﹰﻻ ﺍ ﹶﻗﻴﻘﹸﻮﹸﻟﻮﻭﹾﻟ ﻪ ﺘﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻴﹶﻓ ﹾﻠ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
ﺗﻘﹸﻮﺍﺍ ﻭ،ٍﻐﺪ ﺖ ِﻟ
ﻣ ﺪ ﺎﹶﻗﺲ ﻣ
ﻧ ﹾﻔ ﺮ ﻨ ﹸﻈﺘﻭﹾﻟ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﹼﻠﻪﻮﺍ ﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂﹶﺃﻳ( ﻳ٢
.(١٨ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺸﺮ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗﺎﺮ ِﺑﻤ ﻴﺧِﺒ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠ،ﺍﻟﹼﻠﻪ
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat
untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 22
ﺆﱠﻟ ﹶﻔ ِﺔ ﻤ ﺍﹾﻟﺎ ﻭﻴﻬﻋﹶﻠ ﻦ ﻴﺎ ِﻣِﻠﺍﹾﻟﻌﻴ ِﻦ ﻭﺎ ِﻛﻤﺴ ﺍﹾﻟﺍﺀ ﻭﺕ ِﻟ ﹾﻠ ﹸﻔ ﹶﻘﺮ
ﺪﻗﹶﺎ ﺼ
ﺎ ﺍﻟﻧﻤ( ِﺇ٣
،ﻴ ِﻞﺴِﺒ
ﺑ ِﻦ ﺍﻟﺍﻴ ِﻞ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻭﺳِﺒ ﻲ ﻭِﻓ ﻦ ﻴﺎ ِﺭ ِﻣﺍﹾﻟﻐﺏ ﻭ
ِ ﺮﻗﹶﺎ ﻭﻓِﻲ ﺍﻟ ﻢ ﻬ ﺑﻮ ﹸﻗﹸﻠ
.(٦٠ :ﻢ )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻴﺣ ِﻜ ﻢ ﻋﻠِﻴ ﻪ ﺍﻟﹼﻠ ﻭ،ﻦ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻣ ﻀ ﹰﺔ
ﹶﻓﺮِﻳ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Taubah [9]: 60).
،ﺘﻢﻢ ﹶﻟِﺒﹾﺜ ﻢ ﹶﻛ ﻬ ﻨ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎِﺋ ﹲﻞ ِﻣ،ﻬﻢ ﻨﻴﺍ ﺑﺂ َﺀﹸﻟﻮﺘﺴﻴﻢ ِﻟ ﻫ ﺎﻌﹾﺜﻨ ﺑ ﻚ
ﻭﻛﹶﺬِﻟ (٤
ﺍﻌﹸﺜﻮ ﺑ ﻓﹶﺎ،ﻢ ﺘﺎﹶﻟِﺒﹾﺜﻢ ِﺑﻤ ﻋﹶﻠ ﻢ ﹶﺃ ﺑ ﹸﻜﺭ ﺍ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ،ٍﻮﻡ ﺾ ﻳ
ﻌ ﺑ ﻭ ﺎ ﹶﺃﻮﻣ ﺎ ﻳﺍ ﹶﻟِﺒﹾﺜﻨﻗﹶﺎﹸﻟﻮ
ﺎﺎﻣﺯﻛﹶﻰ ﹶﻃﻌ ﺎ ﹶﺃﻬﺮ ﹶﺃﻳ ﻨ ﹸﻈﻴﻨ ِﺔ ﹶﻓ ﹾﻠﻤ ِﺪﻳ ﻫﺬِﻩ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻢ ﻮ ِﺭِﻗ ﹸﻜ ﻢ ِﺑ ﺪﻛﹸ ﺣ ﹶﺃ
: )ﺍﻟﻜﻬﻒ.ﺍﺣﺪ ﻢ ﹶﺃ ﺮ ﱠﻥ ِﺑ ﹸﻜ ﺸ ِﻌ
ﻭ ﹶﻻ ﻳ ﻒ
ﺘﹶﻠ ﱠﻄﻴﻭﹾﻟ ،ﻪ ﻨﻕ ِﻣ
ٍ ﺯ ﻢ ِﺑ ِﺮ ﻴ ﹾﺄِﺗ ﹸﻜﹶﻓ ﹾﻠ
.(١٩
“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkata salah seorang
di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di
sini)?’ Mereka menjawab: ‘Kita sudah berada (di sini) satu
atau setengah hari.’ Berkata (yang lain lagi): ‘Tuhan kamu
lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia lihat
manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seseorang pun.” (QS. Al-Kahf [18]: 19).
.(٥٥ : )ﻳﻮﺳﻒ.ﻢ ﻴﻋِﻠ ﻆ
ﻴ ﹲﺣ ِﻔ ﻲ ﻧ ِﺇ،ِﺭﺽ ﺍِﺋ ِﻦ ﹾﺍ َﻷﺧﺰ ﻋﻠﹶﻰ ﻲ ﻌ ﹾﻠِﻨ ﺟ ( ِﺍ٥
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi
berpengalaman.” (QS. Yusuf [12]: 55).
ﻦ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺎﻫِﻠﻬ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ
ِ ﺎﺎﻧﻭﺍ ﺍﹾﻟﹶﺄﻣﺆﺩ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺮ ﹸﻛ ﻣ ﹾﺄﻪ ﻳ ( ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ٦
ﷲ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ
َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ِﻢ ِﺑﻪ ِﻌ ﹸﻈ ﹸﻜﺎ ﻳﷲ ِﻧ ِﻌﻤ
َ ﺪﻝِ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ ﻌ ﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟﺤ ﹸﻜﻤ
ﺗ ﺱ ﹶﺃ ﹾﻥ
ِ ﺎﺍﻟﻨ
(٥٨ :ﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻴﺮﺼ
ِ ﺑ ﺎﻴﻌﺳ ِﻤ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila
kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 33
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” (QS. alNisa’ [4]: 58).
ﻦ ﻣ ﺣﻜﹶﻤﹰﺎ ﻭ ﻫِﻠ ِﻪ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﺣﻜﹶﻤﹰﺎ ﻌﺜﹸﻮﹾﺍ ﺑﺎ ﻓﹶﺎﻴِﻨ ِﻬﻤﺑ ﻕ
ﻢ ِﺷﻘﹶﺎ ﺘﻭِﺇ ﹾﻥ ِﺧ ﹾﻔ (٧
ﻋﻠِﻴﻤﹰﺎ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﹼﻠﻬﻤ ﻨﻴﺑ ﻪ ﻮﱢﻓ ِﻖ ﺍﻟﹼﻠ ﺻﻼﹶﺣﹰﺎ ﻳ
ﺍ ِﺇﺮِﻳﺪﺎ ﺇِﻥ ﻳﻫِﻠﻬ ﹶﺃ
(٣٥ :ﺧﺒِﲑﹰﺍ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ
“Dan jika kalian khawatirkan terjadi persengketaan di
antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
wanita. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri
itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Menilik” (QS. al-Nisa’ [4]: 35).
ﺍ ِﻥﺪﻭ ﻌ ﺍﹾﻟﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺈﹾﺛ ِﻢ ﻭ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌ ﻭ ﹶﻻ ﻯﺘ ﹾﻘﻮﺍﻟﺮ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟِﺒ ﻮﺍﻭﻧ ﺎﺗﻌﻭ (٨
.(٢ :ﺏ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ
ِ ﺪ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ ﺷﺪِﻳ ﻪ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﱠﻠﺍﻭ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. alMa’idah [5]: 2).
ﺎ ِﻡ ِﺇ ﱠﻻﻧﻌﻤ ﹸﺔ ﹾﺍ َﻷ ﻴﺑ ِﻬ ﻢ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ
ﻮ ِﺩ ﹸﺃ ِﺣﱠﻠ ﻌ ﹸﻘ ﺍ ﺑِﺎﹾﻟﻭﹸﻓﻮ ﺍ ﹶﺃﻨﻮﻣ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺂ ﹶﺃﻳ( ﻳ٩
ﺎﻢ ﻣ ﺤ ﹸﻜ
ﷲ ﻳ
َ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ،ﺮﻡ ﺣ ﻢ ﺘﻧﻭﹶﺃ ﻴ ِﺪﺼ
ﺤﻠﱢﻰ ﺍﻟ
ِ ﻣ ﺮ ﻴﻢ ﹶﻏ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺘﻠﹶﻰﺎ ﻳﻣ
(١ :ﺪ )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ ِﺮﻳﻳ
“Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
ﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒ ﻨ ﹸﻜﻴﺑ ﻢ ﺍﹶﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺍ ﹶﺃﺗﺄﹾ ﹸﻛﹸﻠﻮ ﺍ ﹶﻻﻨﻮﻣ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟ ِﺬﻳﻬﺎﹶﺃﻳ( ﻳ١٠
ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ،ﺴ ﹸﻜﻢ
ﻧ ﹸﻔﺍ ﹶﺃﺘﹸﻠﻮﺗ ﹾﻘ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻨ ﹸﻜِﺽ ﻣ
ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻋ ﺭ ﹰﺓ ﺎﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠ
٠(٢٩ :ﺎ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﺭﺣِﻴﻤ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﺑ ﹸﻜ
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan
(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika
berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara
kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”” (QS.
al-Nisa’ [4]: 29).
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 44
2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain:
ﻦ ﺑ ﺐ
ﻴﺷِﺒ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ،ﺎﻥﹸﺳ ﹾﻔﻴ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ،ِﺒﺪِ ﺍﷲﻋ ﻦ ﺑ ﻲ ﻋِﻠ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ (١
ﺻﻠﱠﻰ
ﻲ ﻨِﺒ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﻟ:ﻭ ﹶﺓ ﺮ ﻋ ﻦ ﻋ ﻮ ﹶﻥ ﺪﹸﺛ ﺤ
ﺘﻲ ﻳ ﺤ
ﺖ ﺍﹾﻟ
ﻌ ﺳ ِﻤ : ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ﺪﺓﹶ ﺮﹶﻗ ﹶﻏ
ﻪ ﻯ ﹶﻟﺘﺮﺷ ﻓﹶﺎ،ﺎﺓﹰﻪ ِﺑ ِﻪ ﺷ ﻱ ﹶﻟ
ﺘ ِﺮﺸ
ﺍ ﻳﺎﺭﻨﻩ ِﺩﻳ ﻋﻄﹶﺎ ﻢ ﹶﺃ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُﺍ
ﻪ ﺎ ﹶﻟﺪﻋ ﹶﻓ،ٍﺎﺓﻭﺷ ﺎ ٍﺭﻨﺎ َﺀ ِﺑ ِﺪﻳ ﹶﻓﺠ،ٍﺎﺭﻨﺎ ِﺑ ِﺪﻳﻫﻤ ﺍﺣﺪ ﻉ ِﺇ
ﺎ ﹶﻓﺒ،ِﻴﻦﺗﺎِﺑ ِﻪ ﺷ
ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩﺢ ِﻓ ﺮِﺑ ﺏ ﹶﻟ
ﺍﺘﺮﻯ ﺍﻟﺘﺮﺷ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ِﻮ ﹶﺍ ،ِﻴ ِﻌﻪﺑ ﻲ ﺮ ﹶﻛ ِﺔ ِﻓ ﺒﺑِﺎﹾﻟ
،٣٢٣ ﺹ،٢ ﺝ،[١٩٩٥ ، ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ: ]ﺑﲑﻭﺕ،ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
(٣٦٤٢ ﺭﻗﻢ
“Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan
menceritakan kepada kami, Syabib binGharqadah
menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar
penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi s.a.w.
memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan
seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia
membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor
dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar
dan satu eor kambing. Nabi s.a.w. mendoakannya dengan
keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah
membeli tanah pun, ia pasti beruntung.” (H.R. Bukhari).
ﻮ ﹸﻝ ﺳ ﺭ ﻤ ﹶﻞ ﻌ ﺘﺳ ِﺍ: ﻗﹶﺎ ﹶﻝ،ﻨﻪﻋ ﷲ
ُ ﻲ ﺍ ﺿ
ِ ﺭ ﻱ
ﺎ ِﻋ ِﺪﻴ ٍﺪ ﺍﻟﺴﻤ ﺣ ﻲ ﻦ ﺃﹶِﺑ ﻋ (٢
ﺕ
ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺻ
ﻋﻠﹶﻰ ﺳ ِﺪ ﻦ ﹾﺍ َﻷ ﻼ ِﻣ
ﺟ ﹰ ﺭ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﷲ
ِﺍ
،ﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺒﺳ ﺎﺎ َﺀ ﺣﺎ ﺟ ﹶﻓﹶﻠﻤ،ِﻴﺔﺘِﺒﻦ ﺍﻟﱡﻠ ﺑﻰ ﺍﺪﻋ ﻴ ٍﻢ ﻳﺳﹶﻠ ﻲ ﺑِﻨ
ﺭﻗﻢ،٣٢٢ ﺹ،١ ﺝ،[١٩٩٥ ، ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻔﻜﺮ:]ﺑﲑﻭﺕ
(١٥٠٠
“Diriwayatkan dai Abu Humaid al-Sa’idi r.a., ia berkata:
Rasulullah s.a.w. mengangkat seorang laki-laki dari suku
Asd bernama Ibn Lutbiyah sebagai amil (petugas) untuk
menarik zakat dari Bani Sulaim; ketika pulang (dari tugas
tersebut), Rasulullah memeriksanya.” (H.R. Bukhari).
ﻲ ﻤﹶﻠِﻨ ﻌ ﺘﺳ ﺍ:ﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎِﻟ ِﻜﻱ ﺍﹾﻟﻤ
ﻌ ِﺪ ﺴ
ﻦ ﺍﻟ ﺑﻴ ٍﺪ ﹶﺃ ﱠﻥ ﺍﺳ ِﻌ ِﺑﻦ ﺴ ِﺮ
ﺑ ﻦ ﻋ (٣
،ٍﺎﹶﻟﺔﻌﻤ ﻲ ِﺑ ﺮ ِﻟ ﻣ ﻴ ِﻪ ﹶﺃﺖ ِﺇﹶﻟ
ﺩﻳ ﻭﹶﺃ ﺎﻨﻬﺖ ِﻣ
ﺮ ﹾﻏ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻓﹶﻠﻤ،ِﺪﹶﻗﺔ ﺼ
ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﺮ ﻤ ﻋ
ﺖ
ﻋ ِﻤ ﹾﻠ ﻲ ﻧ ﹶﻓِﺈ،ﻴﺖﻋ ِﻄ ﺎ ﹸﺃﺧ ﹾﺬ ﻣ : ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ،ِﺖ ﷲ
ﻋ ِﻤ ﹾﻠ ﺎﻧﻤ ِﺇ:ﺖ
ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ
ﺖ
ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ،ﻤﹶﻠِﻨﻲ ﻌ ﻢ ﹶﻓ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ُﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲ
ﷲ
ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻬ ِﺪ ﻋ ﻋﻠﹶﻰ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 55
ِﺇﺫﹶﺍ:ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﷲ
ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻲ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﻟ،ﻮِﻟﻚ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﹶﻗ
)ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ؛ ﻧﻴﻞ.ﻕ
ﺪ ﺼ
ﺗﻭ ﺄ ﹶﻝ ﹶﻓ ﹸﻜ ﹾﻞﺗﺴ ﻴ ِﺮ ﹶﺃ ﹾﻥﻦ ﹶﻏ ﻴﺌﹰﺎ ِﻣﺷ ﺖ
ﻴﻋ ِﻄ ﹸﺃ
:. ﺝ، [٢٠٠٠ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ،ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﱐ
(٥٢٧ :.؛ ﺹ٤
“Diriwayatkan dari Busr bin Sa’id bahwa Ibn Sa’diy alMaliki berkata: Umar mempekerjakan saya untuk
mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah
saya menyerahkan zakat kepadanya, Umar memerintahkan
agar saya diberi imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja
hanya karena Allah. Umar menjawab: Ambillah apa yang
kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa
Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun berkata
seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda
kepada saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu
minta, makanlah (terimalah) dan bersedekahlah.”
(Muttafaq ‘alaih. Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar
al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
ﺑ ﹰﺔﺮ ﻪ ﹸﻛ ﻨ ﻋ ﷲ
ُﺝﺍ
ﺮ ﹶﻓ،ﺎﻧﻴﺪ ﺏ ﺍﻟ
ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺮ ﺴِﻠ ٍﻢ ﹸﻛ
ﻣ ﻦ ﻋ ﺝ
ﺮ ﻦ ﹶﻓ ﻣ (٤
ﻮ ِﻥ ﻋ ﻲ ﺪ ِﻓ ﺒﻌ ﻡ ﺍﹾﻟ ﺍﺎﺩﺒ ِﺪ ﻣﻌ ﻮ ِﻥ ﺍﹾﻟ ﻋ ﻲ ﷲ ِﻓ
ُ ﺍ ﻭ،ِﻣﺔ ﺎﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﺏ ﻳ
ِ ﺮ ﻦ ﹸﻛ ِﻣ
.(ﻴ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢﹶﺃ ِﺧ
“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu
kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan
darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
ﺣ ﱠﻞ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ
ﺣ ﹶ ﻡ ﺮ ﺣ ﺮﻃﹰﺎ ﺷ ﻢ ِﺇ ﱠﻻ ﻭ ِﻃ ِﻬﺷﺮ ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥﺴِﻠﻤ
ﻤ ﺍﹾﻟﻭ... (٥
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﻮﻑ.ﺎﺍﻣﺣﺮ
“…Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang
mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr
bin ‘Auf)
3. Kaidah fiqh:
ﺎ ِﻤﻬﺤ ِﺮﻳ
ﺗ ﻋﻠﹶﻰ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺪ ﱠﻝ ﺣ ﹸﺔ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ ﺎﺕ ﹾﺍ ِﻹﺑ
ِ ﻼ
ﻣ ﹶ ﺎﻤﻌ ﺻ ﹸﻞ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟ
ﹾﺍ َﻷ
“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Memperhatikan
: 1. Pendapat para ulama, antara lain:
ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﻲ ﻨِﺒ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟ،ٍﻌﻞ ﺟ ﻴ ِﺮﻭ ﹶﻏ ﻌ ٍﻞ ﺠ
ﻴ ﹸﻞ ِﺑﻮ ِﻛ ﺘﺯ ﺍﻟ ﻮ ﺠ
ﻭﻳ (١
،ٍﺎﺓﺍ ِﺀ ﺷﻲ ِﺷﺮ ﻭ ﹶﺓ ِﻓ ﺮ ﻋ ﻭ ،ﺤﺪ
ﻣ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻲ ِﺇﻗﹶﺎ ﺎ ِﻓﻧِﻴﺴﻭ ﱠﻛ ﹶﻞ ﹸﺃ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﺃِﻟ ِﻪﻭ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 66
ﻪ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺚ
ﻌ ﹸ ﺒﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ﻌﻞٍ؛ ﺟ ﻴ ِﺮﻐ ﺡ ِﺑ
ِ ﻨﻜﹶﺎﻮ ِﻝ ﺍﻟ ﺒﻲ ﹶﻗ ﺍِﻓ ٍﻊ ِﻓﺎ ﺭﺃﺑﻭ
،ﺎﹶﻟ ﹰﺔ )ﺍﳌﻐﲎ ﻹﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔﻋﻤ ﻢ ﻬ ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ ﺠ
ﻭﻳ ﺕ
ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ
ﺾ ﺍﻟ
ِ ﺒِﻟ ﹶﻘ
(٤٦٨ . ﺹ،٦ . ﺝ،[٢٠٠٤ ، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ:]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ
“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan
imbalan maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi
shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mewakilkan
kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada
Urwah untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’
untuk melakukan qabul nikah, (semuanya) tanpa memberikan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para pegawainya
untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan
imbalan kepada mereka.” (Ibn Qudamah, al-Mughni,
[Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468).
Pendapat Imam Syaukani ketika menjelaskan hadis Busr bin
Sa’id :
ﺮ ِﺓ ﺟ ﺧ ﹸﺬ ﹾﺍ ُﻷ ﻪ ﹶﺃ ﺯ ﹶﻟ ﻮ ﺠ
ﻉ ﻳ
ﺮ ﺒﺘﻯ ﺍﻟﻧﻮ ﻣﻦ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻴ ﹲﻞﺩِﻟ ﺎﻀﻴ ِﻪ ﹶﺃﻳﻭِﻓ (٢
، ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ،ﻚ )ﻧﻴﻞ ﺍﻷﻭﻃﺎﺭ ﻟﻠﺸﻮﻛﺎﱐ
ﺪ ﹶﺫِﻟ ﻌ ﺑ
(٥٢٧ :.؛ ﺹ٤ :. ﺝ، [٢٠٠٠
“Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa
orang yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’
(semata-mata mencari pahala, dalam hal ini menjadi wakil)
boleh menerima imbalan.” (Al-Syaukani, Nail al-Authar,
[Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
ﺟ ٍﺮ ﺢ ِﺑﹶﺄ ﺼ
ِ ﺗﻭ ،ﺎﻴﻬﺟ ِﺔ ِﺇﹶﻟ ﺎﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ِﺔ ِﻟ ﹾﻠﺤ ﺍ ِﺯ ﺍﹾﻟﺟﻮ ﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﹸﺔ ﺖ ﹾﺍ ُﻷ
ِ ﻌ ﻤ ﺟ ﻭﹶﺃ (٣
)ﺍﳌﻌﺎﻣﻼﺕ ﺍﳌﺎﻟﻴﺔ ﺍﳌﻌﺎﺻﺮﺓ ﻟﻠﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻰ.ﺟ ٍﺮ ﻴ ِﺮ ﹶﺃﻐ ﻭِﺑ
(٨٩ :.ﺹ
“Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena
diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan
maupun tanpa imbalan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat
al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002],
h. 89)
ﺃِﻟ ِﻪﻴ ِﻪ ﻭﻋﹶﻠ ﷲ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ
ﻲ ﻨِﺒ ﻷ ﱠﻥ ﺍﻟ،ٍﺟﺮ ﻴ ِﺮ ﹶﺃﻐ ﻭِﺑ ﺟ ٍﺮ ﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ﹸﺔ ِﺑﹶﺄ ﺢ ﺍﹾﻟ ﺼ
ِ ( ﺗ٤
ﻢ ﻬ ﻌ ﹸﻞ ﹶﻟ ﺠ
ﻭﻳ ﺕ
ِ ﺪﻗﹶﺎ ﺼ
ﺾ ﺍﻟ
ِ ﺒﻪ ِﻟ ﹶﻘ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺚ
ﻌ ﹸ ﺒﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻳ ﺳﱠﻠ ﻭ
ﻢ ﺣ ﹾﻜ ﺎﻤﻬ ﺤ ﹾﻜ
ﻌ ٍﻞ( ﹶﻓ ﺠ
ﻱ )ِﺑ
ﺟ ٍﺮ ﹶﺃ ﻮﻛﹶﺎﹶﻟ ﹸﺔ ِﺑﹶﺄ ﺖ ﺍﹾﻟ
ِ ﻧﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻛﹶﺎ ...ﻮﹶﻟ ﹰﺔ ﻤ ﻋ
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 77
؛ ﺍﻟﻔﻘﻪ٢ . ﺹ،٦ . ﺝ، )ﺗﻜﻤﻠﺔ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺪﻳﺮ.ﺕ
ِ ﺍﺎﺭﹾﺍ ِﻹﺟ
(٤٠٥٨ . ﺹ٥.ﺍﻹﺳﻼﻣﻰ ﻭﺃﺩﻟﺘﻪ ﻟﻠﺪﻛﺘﻮﺭ ﻭﻫﺒﺔ ﺍﻟﺰﺣﻴﻠﻰ ﺝ
“Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun
tanpa imbalan, hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa
alihi wa sallam pernah mengutus para pegawainya untuk
memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan
kepada mereka… Apabila wakalah dilakukan dengan
memberikan imbalan maka hukumnya sama dengan hukum
ijarah.” (Fath al-Qadir, juz 6, h. 2; Wahbah al-Zuhaili, alFiqh alIslami wa Adillatuh, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002],
juz 5, h. 4058).
ﻪ ﻧ َﻷ،ﻪ ﹶﺫِﻟﻚ ﺯ ﹶﻟ ﻮ ﺠ
ﻴﻴ ِﻞ ﹶﻓﻮ ِﻛ ﺘﻴ ِﻞ( ﻓِﻲ ﺍﻟﻮ ِﻛ ﻪ )ﺍﹾﻟ ﻮ ﱢﻛ ﹸﻞ( ﹶﻟ ﻤ ( ﹶﺃ ِﺫ ﹶﻥ )ﺍﹾﻟ٥
: ]ﺍﻟﻘﺎﻫﺮﺓ، )ﺍﳌﻐﲎ ﻹﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ.ﻪ ﻌﹸﻠ ﻪ ِﻓ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ،ِﻪ ِﺑﻪ ﺪ ﹶﺃ ِﺫ ﹶﻥ ﹶﻟ ﻋ ﹾﻘ
(٤٧٠ . ﺹ،٦ . ﺝ،[٢٠٠٤ ،ﺩﺍﺭ ﺍﳊﺪﻳﺚ
“(Jika) muwakkil mengizinkan wakil untuk mewakilkan
(kepada orang lain), maka hal itu boleh; karena hal
tersebut merupakan akad yang telah diizinkan kepada
wakil; oleh karena itu, ia boleh melakukannya (mewakilkan
kepada orang lain).” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo:
Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 470).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dan AASI
(Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula
1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional
pada 23 Shafar 1427 H/23Maret 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: FATWA TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA
ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
Pertama
: Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi
syariah;
b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau
perusahaan asuransi dalam reasuransi syari’ah.
Kedua
: Ketentuan Hukum
1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi
dengan peserta.
2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan
imbalan pemberian ujrah (fee).
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 88
3. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang
mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’
(non-saving).
Ketiga
: Ketentuan Akad
1. Akad yang digunakan adalah akad Wakalah bil Ujrah.
2. Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain:
a. kegiatan administrasi
b. pengelolaan dana
c. pembayaran klaim
d. underwriting
e. pengelolaan portofolio risiko
f. pemasaran
g. investasi
3. Dalam akad Wakalah bil Ujrah, harus disebutkan sekurangkurangnya:
a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi;
b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi;
c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.
Keempat
: Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam Akad Wakalah bil
Ujrah
1. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang
mendapat kuasa) untuk mengelola dana.
2. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving
dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk
mengelola dana.
3. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’
bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola
dana.
4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa
yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa);
5. Akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan
tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak menanggung
risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang
telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh
bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah
akad Wakalah.
Kelima
: Investasi
1. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib
menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib
dilakukan sesuai dengan syariah.
2. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun saving,
dapat digunakan akad Wakalah bil Ujrah dengan mengikuti
ketentuan seperti di atas, akad Mudharabah dengan mengikuti
ketentuan fatwa Mudharabah.
Dewan Syariah Nasional MUI
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 99
Keenam
: Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H
23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
K.H. M.A. Sahal Mahfudh
Drs. H.M. Ichwan Sam
Dewan Syariah Nasional MUI