PENERAPAN AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA POLIS ASURANSI JIWA SYARIAH (Studi pada Prudential Syariah Assurance Account)
(Skripsi)
Oleh
CITRA SARI NARULITA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(2)
Oleh
CITRA SARI NARULITA
Skripsi
Sebagai Salah SatuSyarat UntukMencapaiGelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Keperdataan FakultasHukumUniversitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(3)
PENERAPAN AKADWAKALAH BIL UJRAHPADA POLIS ASURANSI JIWA SYARIAH (Studi pada PrudentialSyariah Assurance Account)
Oleh:
CITRA SARI NARULITA
PT Prudential Indonesia Cabang Bandar Lampung memiliki fungsi memberikan pelayanan jasa asuransi dan reasuransi syariah, denganproduk yang banyak digemari oleh masyarakat yaitu Prulink Syariah Assurance Account (PAA Syariah) merupakan produk asuransi yang memberikan perlindungan jiwa sekaligus keuntungan berinvestasi jangka panjang.Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana klaim asuransi jiwa dalam akad wakalah bil ujrah pada polis asuransi jiwa syariah PT Prudential Indonesia. Penelitian ini juga membahas tentang permasalahan yang mungkin timbul dalam asuransi syariah PT Prudential Indonesia serta penyelesaian hukum jika terjadi wanprestasi.Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan-bahan hukum: primer, sekunder dan tersier. Data diperoleh dengan melakukan studi lapangan, yaitu dilakukan wawancara dengan Seruni Widyawati, S.H., M.Kn., unit manager agen asuransi PT Prudential Indonesia di Bandar Lampung.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwaterdapatPT Prudential Indonesia Cabang Bandar Lampung pada unit syariah melaksanakan akad tabarru’ dan akad tijarahdengan bentuk akad wakalah bil ujrah sebagai landasandalam perjanjian penanggungan jiwa dan investasi.Dalam pelaksanaannya, akad tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No.52/DSN-MUI/III/2006 tanggal 23 Maret 2006. Syarat dan prosedur penyelesaian klaim asuransi jiwa syariah sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 dan KMK No. 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Permasalahan timbul berasal dari peserta asuransi dan perusahaan asuransi. Penyelesaian hukum PT Prudential Indonesiajika terjadiwanprestasi adalah dapat dengan menawarkan 3 tahapan penyelesaian yaitu perdamaian atau musyawarah, melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional, dan melalui pengadilan.
Maka penulis menyarankan sebagai berikut : (1)Masyarakat diharapkan teliti sebelum membeli dan memahami asuransi yang diinginkan agar tidak terjadi kekecewaan di kemudian hari, (2)PT Prudential Indonesia sebagai lembaga keuangan syariah diharapkan lebih meningkatkan kinerja agen asuransi dalam mutu pelayanan perusahaan asuransi khususnya bagi calon nasabah dan nasabah
(4)
dalam hal penjelasan produk asuransi yang ditawarkan, sehingga PT Prudential Indonesia khususnya Unit Bandar Lampung dapat dijadikan sebagai alternatif proteksi jiwa sekaligus investasi jangka panjang bagi masyarakat luas.
(5)
(6)
(7)
1992, dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak M. Asrori Ismail dan Ibu Sri Misriati Tauchid.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Batik Pekalongan, Jawa Tengah yang diselesaikan pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Pagi Kebon Jeruk, Jakarta Barat sampai kelas 3 dan melanjutkannya di Sekolah Dasar Al-Azhar 1 Bandar Lampung sampai lulus pada tahun 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di SMP Negeri 19 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan menyelesaikan pendidikan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur PKAB pada tahun 2010.
Selama menjadi mahasiswa, penulis merupakan angkatan pertama mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi, dan bertahan selama delapan semester. Penulis juga mengikuti organisasi kemahasiswaan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) dan Himpunan Mahasiswa Perdata.
(8)
"Umat sepakat bahwawakalahboleh dilakukan karena diperlukan.Wakalahsah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan."
(Wahbah al-Zuhaili,al-Mu'amalat al-Maliyyah al-Mu'ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 89)
“Asuransi jiwa adabukan karena seseorang harus meninggal tetapi karena keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang memiliki asuransi jiwa harus tetap
hidup dan bahagia” (Anonim)
(9)
Atas Ridho A
Bapak M. Yang selama ini tel
setiap doanya dan m
dho Allah SWT dan dengan segala kerendahan ha kupersembahkan skripsiku ini kepada:
k M. Asrori Ismail dan Mama Sri Misriati Tauchi telah banyak berkorban, yang selalu menyelipka n menantikan keberhasilanku serta memberikan s
kubutuhkan
han hati
uchid,
pkan namaku di kan semua yang
(10)
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak, sebab, hanya dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Penerapan Akad Wakalah Bil Ujrah pada Polis Asuransi Jiwa Syariah (Studi pada Prudential Syariah Assurrance Account)”
sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarSarjanaHukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempataninipenulismengucapkanterimakasihkepada: 1. BapakProf. Dr.Heryandi, S.H., M.S.,DekanFakultasHukumUniversitas
Lampung;
2. BapakDr.WahyuSasongko, S.H., M.Hum., KetuaBagianHukumKeperdataan FakultasHukumUniversitas Lampung;
(11)
mencurahkansegenappemikirannya, memberikanbimbingan, saran, dankritikdalam proses penyelesaianskripsiini;
4. IbuKasmawati, S.H., M.Hum.,PembimbingII yang
telahbersediauntukmeluangkanwaktunya, mencurahkansegenappemikirannya, memberikanbimbingan, saran, dankritikdalam proses penyelesaianskripsiini; 5. IbuRatna Syamsiar, S.H.,M.H.,Pembahas I sekaligus Dosen Pembimbing
Akademik yang telahmemberikankritik, saran, danmasukan yang membangunterhadapskripsiini;
6. Ibu Selvi Oktaviana, S.H., M.H.,Pembahas II yang telahmemberikankritik, saran, danmasukan yang membangunterhadapskripsiini;
7. Bapak Muhammad Zulfikar, S.H., M.H., yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses skripsi ini;
8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;
9. Seruni Widyawati, S.H., M.Kn., dan A. Yahya Teguh, S.T., M.T., yang telah memberikan waktu, ilmu, semangat, dan pemahaman mereka yang begitu berharga;
10. Teristimewa untuk kedua orangtuaku Bapak dan Mama yang telah menjadi pahlawan terhebat dalam hidupku, yang tiada hentinya melelahkan diri memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tak pernah putus untuk
(12)
tersenyum dalam kebahagiaan;
11. Kakakku Prasomya Apsari Tauchid, S.H. dan Abangku Muhammad Satria Muhtarom, terima kasih untuk selalu mendoakan dan menyemangati. Semoga kita dapat menjadi anak yang dibanggakan oleh Bapak dan Mama;
12. Penyimpul doa terhebatku Bakas Abdullah Tauchid dan Uti Sri Mutiatun. Doa-doa kalian selalu ada untukku, kalian Kakek dan Nenek yang paling hebat yang hadir dalam hidupku;
13. Keluarga luarbiasaku, Keluarga Besar Tauchid. Walaupun tak kusebutkan satu persatu, semua selalu ada dihatiku. Tanpa kalian, tak akan ada panutan hidup dan arahan untuk berjalan.
14. Orang-orang terbaik yang ada di hidupku Ivonna Nurfhysa Hanum, S. E., Randy Abdi Fattah, Aditya Safitriana, Hana Rasyida, Shifra Janeczka Nasution, S.H., Egi Sasmita, S.H, Andi Kusnadi, S.H., yang memberikan warna di setiap hari kita dengan canda tawa dan mimpi masa depan;
15. Orang-orang terhebat yang ada dihidupkuAndika Putri, Devy Citra Firdaus, S.H., M. Taufan Arifin, S.H., M. Iqbal Muzawi, S.H., M. Haris Fikri, Indra Budi, Marullfa, Inez,Clara Lucky Respati, Astari yang bersedia memberikanku tempat dan membagikan ilmu yang mereka miliki kepadaku; 16. Team Wisuda Perdata September 2015-ku Imam Mukhlasin, S., H.,
Dananajie, S., H., dan Yulia Qomariah, S. H., yang berjuang bersama-sama untuk mencapai gelar. Semoga kebersamaan kita tetap terus terjaga.
(13)
Tira Catur Putri, dan Aulia Rakhman. Terima kasih atas hari-hari yang hebat yang kita lalui. Terimakasih telah menjadi bagian hidupku;
18. Seluruh team Herbalifeku yang selalu ada untukku dan menemani hari-hariku serta senantiasa memberikan semangat dan dukungannya. Semoga persahabatan kita untuk selamanya;
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah
diberikan kepada penulis. Akhir kata,
Penulismenyadaribahwaskripsiinimasihjauhdarikesempurnaan,
akantetapisedikitharapansemogaskripsi yang sederhanainidapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,
(14)
ABSTRAK...i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
RIWAYAT HIDUP...iv
MOTTO...v
HALAMAN PERSEMBAHAN...vi
SANWACANA... vii
DAFTAR ISI...xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ...6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asuransi Syariah ...9
1. Pengertian Asuransi Syariah...9
2. Konsep Asuransi Syariah...11
3. Jenis-Jenis Asuransi...14
4. Dasar Hukum Asuransi Syariah ...17
B. Akad...22
1. Pengertian Akad ...22
2. Rukun Akad ...24
3. Berakhirnya Akad...25
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak ...26
D. Klaim Atas Evenemen dalam Asuransi Syariah ...28
E. Gambaran Umum PT Prudential Indonesia ...31
1. Sejarah PT Prudential Indonesia...31
2. Visi dan Misi ...33
3. Struktur Organisasi ...33
4. Produk yang Ditawarkan ...36
(15)
A. Jenis Penelitian ...45
B. Tipe Penelitian ...45
C. Pendekatan Masalah ...46
D. Jenis dan Sumber Data...47
E. Metode Pengumpulan Data...48
F. Metode Pengolahan Data ...49
G. Analisis Data...49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Klaim Asuransi dalam AkadWakalah Bil UjrahpadaPolis Asuransi Jiwa Syariah pada PT Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung ...50
1. Penerapan AkadWakalah Bil Ujrahdalam Polis Asuransi Jiwa Syariah ...50
2. StrukturPrulink Syariah Assurance Account...56
3. Klaim Asuransi Jiwa Syariah dalam Akad Wakalah BilUjrah...60
4. PembagianSurplus Sharing...70
5. Berakhirnya Pertanggungan ...74
B. Permasalahan yang Mungkin Timbul dalam Asuransi Jiwa Syariah dan Penyelesaian Hukum pada PT Prudential Indonesia ...76
1. Permasalahan yang Timbul Karena Peserta Asuransi ...77
2. Permasalahan yang Timbul Karena Perusahaan Asuransi...81
3. Penyelesaian Hukum Jika Terjadi Wanprestasi pada Asuransi Jiwa Syariah ...84
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...89
B. Saran ...90
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(16)
A. Latar Belakang Masalah
Asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang akan datang. Pengaturan asuransi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian (UU Asuransi).
Pada dasarnya asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka mengadakan penawaran atau menawarkan suatu perlindungan atau proteksi serta harapan pada masa yang akan datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak tertentu atau belum pasti. Di samping itu, asuransi dapat pula memberikan jaminan atas kelangsungan kehidupan perusahaan-perusahaan dari kerugian ekonomi, asuransi juga memberikan jaminan atas terpenuhinya pendapatan seseorang, karena tempat di mana yang bersangkutan bekerja tetap terjamin kelangsungan kehidupannya. Dengan demikian asuransi dapat pula memberikan rasa aman atas suatu pendapatan yang pasti dan tetap bagi anggota masyarakat. Dapat dikatakan
(17)
kehadiran asuransi dalam masyarakat itu jauh lebih bermanfaat bagi semua pihak dibandingkan dengan ketidakhadirannya.1
Perkembangan asuransi masih jauh dari harapan, akan tetapi kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi dinilai kian meningkat. Seperti yang dapat dilansir di berita online kompas.com, menurut Kepala Departemen Komunikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Nini Sumohandoyo, pertumbuhan tertanggung individu sebesar 13,8 persen meningkat menjadi 15,5 juta orang di akhir 2014, dibanding tahun 2013 sebesar 13,62 juta orang.2 Peningkatan ini adalah pertanda baik bagi bisnis asuransi bahwa masyarakat menyadari pentingnya asuransi tidak hanya sebagai suatu investasi namun juga sebagai kebutuhan jangka panjang.
Asuransi syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia. Banyak pengguna jasa asuransi syariah tidak hanya berasal dari umat muslim, tetapi juga dari kalangan non-muslim. Alasan kalangan muslim maupun non-muslim memilih asuransi syariah adalah adanya sistem yang lebih transparan dan adil dalam asuransi syariah. Adanya sistem tersebut membuat minat masyarakat terhadap asuransi syariah meningkat.3
Meningkatnya minat masyarakat terhadap asuransi syariah tidak serta merta berbanding lurus dengan pengetahuan masyarakat tentang asuransi syariah. Tidak
1
Sri Rejeki Hartono,Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 7
2“Kesadaran akan Asuransi Kian Meningkat”
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/19/192000126/AAJI.Kesadaran.Akan.Asuransi.K ian.Meningkat., diakses 4 Mei 2015, jam 11.11 WIB
3
AM. Hasan Ali,Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam,Kencana, Jakarta, 2004, hlm. 55.
(18)
dapat dimungkiri, asuransi di mata masyarakat dicitrakan negatif. Alasannya takut ditipu karena klaimnya tidak dibayar. Salah satu kekecewaan peserta yang paling sering terjadi adalah dikarenakan nasabah tidak mendapatkan pemahaman yang cukup dan lengkap, sehingga tidak dapat membuat pertimbangan yang wajib dilakukan sebelum memutuskan membeli polis asuransi. Peserta wajib pelajari selengkapnya hal-hal yang wajib dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan.
Adapun kendala yang dihadapi adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan asuransi syariah sehingga kurangnya perhatian masyarakat tentang arti pentingnya keberadaan asuransi syariah.4 Karena itulah penulis ingin memberikan gambaran luas tentang asuransi khususnya asuransi syariah. Penulis bertujuan agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang cukup untuk memutuskan asuransi mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga, tidak perlu membeli asuransi yang tidak dibutuhkan dan juga memudahkan peserta asuransi untuk memahami isi polis asuransi. Maka peserta asuransi tidak perlu kecewa dengan manfaat yang diberikan perusahaan asuransi.
Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam untuk memperoleh proteksi asuransi menyebabkan semakin beragam pula berbagai produk asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa. Hal inilah merupakan alasan besarnya potensi pasar asuransi khususnya asuransi jiwa. Munculnya beragam produk asuransi menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang asuransi bersaing secara ketat. Peningkatan pelayanan dan juga kualitas produk asuransi adalah strategi-strategi yang dilakukan perusahaan asuransi tersebut untuk mampu
4
Abdul Manan,Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 276
(19)
bersaing. Pelayanan yang diberikan perusahaan asuransi kepada peserta asuransi dalam pengajuan klaim sangat berpengaruh terhadap citra perusahaan asuransi di mata peserta asuransi.
Keberadaan asuransi syariah juga tidak lepas dari pengawasan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai bentuk menjaga kehalalan produk seiring dengan beragamnya produk-produk asuransi syariah yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Kehalalan produk asuransi syariah dapat dilihat pada penerapan akad yang digunakan dalam polis asuransi. Penerapan akad dalam polis asuransi harus sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia sebagai tolak ukur kesesuaian dengan prinsip Islam. Hal ini membuat penulis melakukan penelitian terhadap kesesuaian penerapan akad wakalah bil ujrah pada polis asuransi jiwa syariah PT Prudential Indonesia khususnya dalam pelaksanaan proses klaim dengan fatwa DSN-MUI.
Permasalahan hukum dalam asuransi biasanya terjadi pada klaim asuransi. Klaim asuransi yang tidak dibayarkan menjadi momok menakutkan bagi masyarakat sehingga tercipta citra negatif terhadap asuransi. Pertanggungan manfaat yang tidak dibayarkan oleh perusahaan asuransi karena adanya persyaratan yang tidak/belum terpenuhi. Oleh karena itu, peran peserta asuransi dalam memahami isi polis merupakan hal wajib agar tidak ada kesalahpahaman. Peran agen asuransi juga sangat penting dalam menjelaskan isi polis asuransi secara benar dan lengkap.
Peserta berhak bertanya dengan jelas bagaimana prosedur klaim asuransi dan dokumen apa saja yang harus disertakan, tentu saja dokumen yang disertakan
(20)
berbeda untuk setiap jenis. Hal lain yang harus diketahui adalah kredibilitas perusahaan asuransi, setidaknya kita juga perlu mengecek riwayat pembayaran klaim nasabah perusahaan selama ini apakah mempersulit nasabah atau lancar-lancar saja.
Sebagaimana disebutkan dalam Ketentuan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis. Pada perjanjian, terdapat dua tau lebih pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Hal yang biasa terjadi dalam perjanjian, perbedaan kepentingan tersebut berubah menjadi konflik. Konflik antar pihak yang bersangkutan tersebut dapat berkembang menjadi sengketa dan memunculkan beberapa permasalahan hukum apabila salah satu pihak merasa dirugikan dan tidak mendapatkan penyelesaian yang diinginkan. Sengketa terjadi apabila para pihak tidak dapat menemukan jalan keluar dengan baik. Setiap perjanjian sudah sepatutnya merumuskan pengaturan tata cara penyelesaian jika terjadi perselisihan. Begitu pula pada polis asuransi jiwa.
Masyarakat dituntut memiliki kesadaran akan pentingnya asuransi dan juga pemahaman asuransi agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari. Pemahaman tentang asuransi syariah ini berguna agar peserta asuransi dapat memilih asuransi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Bukan hanya memilih produk asuransi saja namun juga perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi tersebut harus menjadi pertimbangan wajib bagi yang ingin berasuransi.
(21)
Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik untuk membahas masalah yang menyangkut akad wakalah bil ujrah serta adanya rasa keingintahuan yang besar dari diri penulis untuk mengkaji mekanisme penerapan akad wakalah bil ujrah
dalam polis asuransi jiwa syariah, khususnya pada Prudential Syariah Assurance. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memfokuskan bahasan tentang klaim asuransi jiwa syariah dan juga permasalahan yang mungkin timbul beserta penyelesaiannya, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul :
”Penerapan Akad Wakalah Bil Ujrah pada Polis Asuransi Jiwa Syariah (Studi pada Prudential Syariah Assurance)".
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi fokus permasalahan skripsi ini adalah penerapan akad wakalah bil ujrah pada polis asuransi jiwa syariah pada asuransi syariah PT. Prudential Indonesia Cabang Bandar Lampung.
Untuk itu, pokok bahasan dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana proses klaim asuransi dalam akad Wakalah bil Ujrah pada polis asuransi jiwa syariah pada PT. Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung? b. Permasalahan hukum apa saja yang mungkin timbul dalam asuransi syariah
PT. Prudential Indonesia dan bagaimana penyelesaian hukum pada asuransi PT. Prudential Indonesia?
(22)
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penerapan akad Wakalah bil Ujrah
dalam polis asuransi syariah, dari proses klaim asuransi dalam akad wakalah bil ujrahpada polis asuransi serta bentuk-bentuk permasalahan hukum yang mungkin timbul dalam asuransi syariah dan penyelesaian hukum pada asuransi syariah. Adapun lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan (ekonomi), khususnya hukum asuransi yang dispesifikasikan pada hukum asuransi syariah.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk memahami klaim asuransi dalam akad Wakalah bil Ujrah pada polis asuransi jiwa syariah pada PT. Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung;
b. Untuk memahami dan mengkaji permasalahan hukum apa saja yang mungkin timbul dalam asuransi syariah PT Prudential Indonesia dan penyelesaian hukum pada asuransi PT Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung;
(23)
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan perkembangan pengetahuan ilmu hukum ekonomi mengenai lembaga keuangan syariah khususnya asuransi syariah.
b. Kegunaan Praktis
1) Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai lembaga keuangan syariah khususnya asuransi syariah dalam penerapan akad Wakalah bil Ujrah
dalam polis asuransi syariah PT. Prudential cabang Bandar Lampung;
2) Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan dan pokok bahasan asuransi syariah;
3) Sebagai pemenuhan salah satu syarat akademik bagi peneliti untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
(24)
A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie. Dalam hukum Belanda, disebut verzekering yang artinya pertanggungan. Dari istilah assurantie ini, kemudian timbul istilah assuradeur yang berarti penanggung dan geassureerde
yang berarti tertanggung.5
Secara umum, definisi asuransi adalah perjanjian antara penanggung (perusahaan asuransi) dengan tertanggung (peserta asuransi) yang dengan menerima premi dari tertanggung, penanggung berjanji akan membayar sejumlah pertanggungan manakala tertanggung :
a) Mengalami kerugian, kerusakan atau kehilangan atas barang/kepentingan yang diasuransikan karena peristiwa tidak pasti dan tanpa kesengajaan; dan b) Didasarkan hidup atau matinya seseorang. Secara baku, definisi asuransi atau
pertanggungan menurut UU Asuransi adalah penjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penganggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak
5
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta, 2014, Gema Insani. hlm. 26
(25)
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.6
Istilah asuransi dalam konteks asuransi Islam terdapat beberapa istilah, antara lain
at-ta’min,takaful danislamic insurance. Istilah-istilah tersebut secara substansial tidak jauh berbeda dan mengandung makna yang sama, yakni pertanggungan (saling menanggung).7
Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’min. Penanggung disebut mu’ammin sedangkan tertanggung disebut mu’ammin Lahu atau musta’min. At-Ta’min diambil dari kata amana yang memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut, sebagaiman firman Allah SWT:
“Dan (Allah) mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Al Quraisy ayat 4) Men-ta’min-kan sesuatu artinya adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana telah disepakati, atau mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang.8
Istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah takaful. Kata
takaful berasal dari takafala-yatakafulu, yang secara etimologi berarti menjamin atau saling menanggung. Takaful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul risiko di antara sesama sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
6
Muhammad Syakir Sula,Op. Cit., hlm 26
7
H. A. Djazuli, dkk.,Lembaga Perekonomian Umat,Cetakan ke- II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 121.
8
(26)
mengeluarkan dana tabarru’, dana ibadah, sumbangan, derma yang ditunjukkan untuk menanggung risiko.
Sebagaimana dikutip oleh Hasan Ali, Mohd. Ma’sum Billah mendefinisikan bahwa takaful adalah jaminan bersama yang disediakan oleh sekelompok masyarakat yang hidup dalam satu lingkungan yang sama terhadap risiko atau bencana yang menimpa jiwa seseorang, harta benda, atau segala sesuatu yang berharga.9 Searti dengan kata takaful adalah kata tadhamun yang pemaknaannya sama.10Muhammad Sauqi Al-Fanjari mengartikanta’min, takaful, tadhamun atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial.11
Fatwa asuransi syariah memberi definisi tentang asuransi syariah. Menurut fatwa asuransi syariah (ta’min, takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
2. Konsep Asuransi Syariah
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad
takaful) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi risiko, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita untuk ta’awun (tolong menolong)
9
AM. Hasan Ali,Loc.Cit,hlm. 62.
10
Ibid.Hlm. 62
11
(27)
yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang ta’awundalam bentukal itsmi wal udwan(dosa dan permusuhan). Konsep tolong menolong ini diwujudkan dalam pelaksanaan perjanjian. Kontribusi atau premi yang dikumpulkan dari para peserta asuransi akan ditempatkan dalam satu wadah yaitu dana tabarru’ yang kemudian jika terjadi klaim diantara para peserta uang tersebut akan digunakan. Perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai penghimpun dana dan pengelola dana. Sehingga para peserta saling menolong dalam kebaikan.
Ada 3 hal yang dalam praktik bisnis asuransi konvensional dianggap biasa, tetapi dalam praktik asuransi syariah dilarang, yakni gharar, maisir, dan riba. Gharar
(ketidakpastian) adalah keadaan yang ada dalam kehidupan manusia. Semua umat manusia dihadapkan dengan ketidakpastian dalam kehidupan sosial dan bisnis, ketidakpastian tersebut dapat diterjemahkan sebagai risiko. Islam tidak melarang manusia menghadapi risiko dan ketidakpastian dalam hidup. Namun, Islam melarang transaksi atau jual beli yang dapat mengandung unsur ketidakpastian atau gharar tersebut. Setiap transaksi harus jelas jumlah dan keadaannya, tidak boleh terjadi kerancuan.
Maisir (perjudian atau spekulasi) adalah perjudian bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar keadilan, kesetaraan (kesamaan), kejujuran, etika dan moral, merupakan nilai-nilai yang wajib dijunjung tinggi dalam Islam.12Meskipun dalam teori, asuransi konvensional juga dimaksudkan untuk menghindari bentuk-bentuk perjudian dalam kontrak penjualan, dalam praktiknya susah untuk dihindari.
12
Muhaimin Iqbal,Asuransi Umum syariah dalam Praktik: Upaya menghilangkan Gharar, Maisir, dan Riba, Gema Insani, Jakarta, 2005, hlm. 26
(28)
Riba (Bunga Uang) adalah jual-beli yang mengandung unsur ribawi dalam waktu dan atau jumlah yang tidak sama.13 Oleh karena itu, kontrak pertukaran antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung mengandung unsur ribawi, yaitu berupa ganti rugi yang melibatkan jumlah dan skala waktu yang berbeda.
Untuk menghindari atau mengeliminasi unsur-unsur yang diharamkan diatas seperti gharar, maisir, dan riba dalam asuransi syariah, berikut ini merupakan alternatif yang dapat digunakan adalah dengan kontrak wakalah (kontrak peragenan atau perwakilan). Dalam operasionalnya, perusahaan asuransi syariah melakukan kerjasama dengan para peserta asuransi (pemegang polis asuransi) atas dasar prinsip al-wakalah bil ujrah. Akad wakalah bil ujrah adalah akad pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi syariah (pengelola
takaful) untuk mengelola dana peserta atau melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberianujrah(fee).14
Sistem operasional yang dijalankan perusahaan asuransi harus menggunakan prinsip Islam yang secara umum yaitu menjauhi segala larangan-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Dalam kaitannya dengan muamalah, sebenarnya syariah Islam cukup mudah dipahami dalam bahasa yang sederhana dan dapat dikatakan semuanya boleh, kecuali yang tegas yang dilarang di dalam al-Qur’an atau berlawanan dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
13
Ibid. Hlm. 26
14
Andri Soemitra, M. A.,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 276
(29)
3. Jenis-Jenis Asuransi
Secara umum, jenis usaha asuransi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a) Asuransi Jiwa (life insurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
b) Asuransi Umum (general insurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
c) Reasuransi, yaitu usaha yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa.
Pada dasarnya, produk asuransi jiwa dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu:15
a) Asuransi Berjangka (term insurance), yaitu manfaat asuransi dibayarkan oleh perusahaan asuransi apabila peserta asuransi mengalami musibah yang mengakibatkan meninggal dalam masa perjanjian.
b) Asuransi Seumur Hidup (whole life insurance), yaitu manfaat asuransi yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada ahli waris apabila peserta asuransi meninggal.
15
Agus Edi Sumanto et. all,Solusi Berasuransi : Lebih baik dengan Syariah, PT. Karya Kita, Bandung, 2009, hlm. 50.
(30)
c) Asuransi Dwiguna (endowment insurance), yaitu manfaat asuransi dibayarkan oleh perusahaan asuransi apabila peserta meninggal dalam masa perjanjian atau tetap hidup sampai akhir perjanjian.
Adapun produk asuransi umum, pada dasarnya dapat dikategorikan dalam lima produk yaitu :16
a) Asuransi Kebakaran (fire/property insurance), yaitu jenis perlindungan asuransi berupa pembayaran ganti rugi oleh perusahaan asuransi kepada tertanggung terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada harta benda yang dipertanggungkan, berdasarkan pada syarat dan kondisi polis asuransi yang disepakati.
b) Asuransi Rekayasa (engineering insurance) yaitu jenis perlindungan asuransi berupa pembayaran ganti rugi oleh perusahaan asuransi kepada tertanggung terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada proyek konstruksi,contractor plan & machineries, peralatan dan lain-lain, berdasarkan pada syarat dan kondisi polis asuransi yang disepakati.
c) Asuransi Pengangkutan (marine cargo & marine hull insurance), yaitu jenis perlindungan asuransi berupa pembayaran ganti rugi oleh perusahaan asuransi kepada tertanggung terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada harta benda dalam pengangkutan (marine cargo) atau rangka kapal (marine hull) yang dipertanggungkan berdasarkan pada syarat dan kondisi polis asuransi yang disepakati.
d) Asuransi Aneka (miscellaneous insurance), yaitu jenis perlindungan asuransi berupa pembayaran ganti rugi oleh perusahaan asuransi kepada tertanggung
16
(31)
terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada harta benda, luka badan, hingga kematian, kepentingan keuangan, tanggung gugat terhadap tertanggung dan lain-lain, berdasarkan pada syarat dan kondisi polis asuransi yang disepakati.
e) Asuransi Kendaraan Bermotor (motor vehicle insurance), yaitu jenis perlindungan asuransi berupa pembayaran ganti rugi oleh perusahaan asuransi kepada tertanggung terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada kendaraan, termasuk tanggung jawab hukum tertanggung yang dipertanggungkan, berdasarkan pada syarat dan kondisi polis asuransi yang disepakati.
Asuransi syariah menawarkan dua jenis asuransi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :17
a) Asuransi Jiwa
Adalah bentuk asuransi yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri asuransi. Pada musibah kematian yang akan menerima santunan sesuai dengan perjanjian adalah keluarga atau ahli warisnya atau orang yang ditunjuk dalam hal orang yang tidak punya ahli waris. Pada musibah kecelakaan yang tidak mengakibatkan kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah atau yang masih hidup.
Adapun asuransi jiwa dibagi dua macam, sebagai berikut:
17
Ahmad Azhar Basyir,Hukum Islam tentang Riba, Utang, Piutang, Gadai, Al-Ma’arif,
(32)
1. Asuransi syariah dengan unsur tabungan antara lain asuransi syariah dengan investasi, asuransi syariah dengan dana haji, asuransi syariah dana pendidikan.
2. Asuransi syariah tanpa unsur tabungan meliputi asuransi syariah berjangka, asuransi syariah majelis taklim, asuransi syariah pembiayaan, asuransi syariah wisata dan perjalanan, asuransi syariah kecelakaan diri, asuransi syariah kecelakaan siswa, asuransi syariah perjalanan haji dan umrah.
b) Asuransi Umum
Adalah bentuk asuransi yang memberi perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta milik peserta asuransi seperti rumah, kendaraan bermotor, dan bangunan pabrik.
Adapun jenis asuransi syariah bersifat umum antara lain asuransi syariah kebakaran, asuransi syariah kendaraan bermotor, asuransi syariah risiko pembangunan, asuransi syariah pengangkutan barang, asuransi syariah risiko mesin.
4. Dasar Hukum Asuransi Syariah
Sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan secara syar’i, yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan sunnah Rasul. Menurut M. Hasan Ali landasan yang dipakai oleh sebagian ahli hukum Islam dalam memberi nilai legalisasi dalam praktek bisnis
(33)
asuransi adalah al-Qur’an dan Sunnah Nabi.18 Saat ini, perkembangan landasan hukum asuransi syariah telah berkembang dengan baik di Indonesia.
a) Al-Qur’an
Apabila dilihat sepintas ke seluruh ayat al-Qur’an, tidak terdapat satu ayat pun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang dikenal sekarang ini. Walaupun tidak menyebutkan secara tegas, namun terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktek asuransi.19Diantaranya adalah :
1) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan. Allah SWT dalam al-Qur’an memerintahkan kepada hamba-Nya senantiasa melakukan persiapan untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 9.
2) Perintah Allah untuk saling menolong dan kerja sama. Allah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 2. Ayat ini memuat perintah tolong menolong antara sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan peserta asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana sosial (tabarru’).
3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah. Allah SWT sangat peduli dengan kepentingan keselamatan dan keamanan dari setiap umat-Nya. Karena itu, Allah memerintahkan untuk saling melindungi dalam keadaan susah satu sama lain. Sebagaimana dalam Qur’an Surah Al-Quraisy ayat 4. 4) Perintah Allah untuk bertawakal dan optimis berusaha. Allah berfirman dalam
surat At-Taaghabun ayat 11. Allah swt telah memberi penegasan dalam ayat ini 18
A.M. Hasan Ali, Loc.Cit,hlm. 104-105
19
Wirdyaningsih, et. all.,Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,Cetakan ke- I, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 236
(34)
bahwa segala musibah atau peristiwa kerugian yang akan terjadi di masa mendatang tidaklah dapat diketahui kepastiannya oleh manusia. Tetapi, terdapat nilai implisit dari ayat di atas, yaitu dorongan bagi manusia untuk selalu menghindari kerugian dan berusaha meminimalisasikannya sedikit mungkin. Salah satu metodenya adalah dengan memperbanyak do’a kepada Allah SWT sebagai pengatur kehidupan di alam, agar terhindar dari bencana serta kerugian ekonomi.20
b) Sunnah Nabi
1) Hadist tentang aqidah
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata : berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut berserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa itu kepada Rasulullah SAW, maka Rasulullah SAW memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh Aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki).”(HR. Bukhari)
2) Hadist tentang menghilangkan kesusahan orang lain
“Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad SAW bersabda : Barang siapa yang menghilangkan kesulitan duniawi seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan di
akhirat.”(HR. Muslimin)
3) Hadist tentang anjuran meninggalkan ahli waris yang kaya
“Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqash berkata, telah bersabda
Rasulullah saw: “lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anak kamu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya, dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya.”(HR. Bukhari)
20
(35)
Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa mendatang, yaitu dengan cara mempersiapkan sejak dini bekal yang harus diperlukan untuk kehidupan di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan pelaksanaan operasional dari asuransi, organisasi asuransi mempraktikkan nilai yang terkandung dalam hadist di atas dengan cara mewajibkan anggotanya untuk membayar uang iuran (premi) yang digunakan sebagai tabungan dan dapat dikembalikan ke ahli warisnya jika pada suatu saat terjadi peristiwa yang merugikan, baik dalam bentuk kematian nasabah atau kecelakaan diri.21
c) Undang-Undang No. 40 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Undang-Undang ini menggantikan undang-undang yang sebelumnya pernah ada, yaitu Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. UU baru ini mengakomodasikan tentang asuransi syariah yang sebelumnya tidak dicantumkan dalam UU lama.
d) Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
Memerhatikan hasil lokakarya Asuransi Syariah DSN-MUI pada tanggal 4-5 Juli 2001, pendapat saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada hari senin tanggal 9 April 2001, serta pendapat saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada hari senin tanggal 15 Agustus 2001 dan 17 Oktober 2001 memutuskan dan menetapkan Pedoman Asuransi Syariah.22
21
Wirdyaningsih,Op.Cit,hlm. 239.
22
(36)
e) Keputusan Menteri Keuangan RI (KMK)
KMK sendiri dalam hal asuransi syariah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 422/ KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Reasuransi serta Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/ KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi pada Pasal 3 dan 4 menyebutkan bahwa setiap pihak dapat melakukan usaha atau usaha reasuransi yang berdasarkan prinsip syariah.
f) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 1499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan, Investasi, Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dengan Sistem Syariah
Berdasarkan peraturan ini, jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah terdiri hal-hal sebagai berikut:23
1. Deposito dan sertifikat syariah. 2. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
3. Saham syariah yang tercatat di bursa efek. 4. Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek.
5. Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah. 6. Unit penyertaan Reksadana syariah.
7. Penyertaan langsung syariah.
8. Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi.
9. Pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan. Kendaraan bermotor dan barang modal dengan skema murabahah.
23
(37)
10. Pembayaran modal kerja dengan skema mudharabah. 11. Pinjaman polis.
Melihat kepada beberapa jenis investasi yang dibenarkan kepada perusahaan asuransi dan reasuransi syariah tersebut, terlihat adanya kemajuan yang cukup signifikan.
B. Akad
1. Pengertian Akad
Lafal akad berasal dari lafal Arab Al-Aqd yang berarti perikatan perjanjian dan pemufakatan al-ittifaq secara terminologi fiqih, akad didefinisikan dengan pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada objek perikatan”.24
Akad termasuk salah satu perbuatan hukum (tasharruf) dalam hukum Islam. Dalam terminologi fiqih akad diartikan sebagai pertalian antara ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh terhadap objek perikatan. Sesuai kehendak syariat maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sesuai dengan kehendak syariat.25
Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah suatu persetujuan di mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.26 Dalam Asuransi Syariah pihak yang menjadi
24
M. Syakir Sula,Op.Cit,hlm. 38.
25
Gemala Dewi dkk.Hukum Perikatan Islam Indonesia,Jakarta, Kencana, 2006,hlm. 45.
26
Abdulkadir Muhammad,Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm.78.
(38)
penanggung asuransi disebut mu’amin dan pihak yang menjadi tertanggung disebutmu’amman lahuataumusta’min.
Ikrar merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembentukan akad. Ikrar ini berupa ijab dan kabul. Ijab adalah suatu pernyataan dari seseorang (pihak pertama) untuk menawarkan sesuatu. Kabul adalah suatu pernyataan dari seseorang (pihak kedua) untuk menerima atau mengabulkan tawaran dari pihak pertama. Apabila antara ijab dan kabul dilakukan oleh kedua pihak saling berhubungan dan bersesuaian, maka terjadilah akad diantara mereka.
Ketentuan mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian juga tercantum dalam pasal 1320 KUHPdt. Syarat-syarat sahnya perjanjian dalam pasal 1320 KUHPdt yaitu adanya kesepakatan para pihak, kewenangan berbuat, objek tertentu dah kausa yang halal.
Berdasarkan syarat-syarat sah perjanjian tersebut, dapat diketahui bahwa perjanjian asuransi timbul dari adanya kesepakatan antara tertanggung (peserta asuransi) dan penanggung (perusahaan asuransi). Sehingga, dengan adanya kesepakatan tersebut akan menciptakan suatu hubungan hukum. Hubungan hukum yang dimaksud dalam perjanjian asuransi adalah adanya hak dan kewajiban para pihak secara timbal balik. Oleh karena itu, sifat perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian timbal-balik, yang berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain. Sebagaimana berdasarkan ketentuan pasal 255 KUHD, ditentukan bahwa semua asuransi atau pertanggungan harus dibentuk secara tertulis dengan suatu akta yang dinamakan polis.
(39)
2. Rukun Akad
Rukun merupakan hal yang harus dipenuhi agar suatu perbuatan sah secara hukum Islam. Rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga, yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidaknya sesuatu itu.27 Terdapat perbedaan ulama fiqih dalam menentukan rukun akad, salah satu pendapat ulama fiqih menyatakan rukun akad terdiri atas:28
a. Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighat al-aqad) b. Pihak-pihak yang ber-akad (al-muta’aqidain) c. Objek akad (al-ma’qudalaihi)
Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa rukun akad itu hanya satu, yaitushighat al-aqd (ijab dan qabul), sedangkan pihak-pihak yang berakad dan obyek akad, menurut mereka, tidak termasuk rukun akad, tetapi termasuk syarat-syarat akad, karena menurut mereka, yang dikatakan rukun itu adalah suatu esensi yang berada dalam akad itu sendiri, sedangkan pihak-pihak yang berakad dan obyek akad berada diluar esensi akad.
Shighat al-aqdmerupakan rukun akad yang terpenting, karena melalui pernyataan inilah diketahui maksud setiap pihak yang melakukan akad. shighat al-aqd ini diwujudkan melalui ijab dan qabul. Dalam kaitannya dengan ijab dan qabul ini, para lama fiqh mensyaratkan :29
27
Gemala Dewi dkk,Op.Cit, Hlm. 49-50.
28
Hasballah Thaib ,Hukum Aqad dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem Syariah
(Medan, Program Pasca Serjanana USU, 2005) hlm. 4.
29
(40)
a. Tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad, yang dikehendaki, karena akad-akad itu sendiri berbeda dalam sasaran dan hukumnya.
b. Antara ijab dan qabul itu terdapat kesesuaian.
c. Pernyataan ijab dan qabul itu mengacu kepada suatu kehendak masing-masing pihak secara pasti, tidak ragu-ragu.
3. Berakhirnya Akad
Pada dasarnya, suatu akad berakhir bila telah tercapai tujuan dari akad tersebut. Namun, selain itu ada sebab lain yang dapat membuat suatu akad berakhir, meskipun tujuannya belum tercapai. Para ulama fiqih menetapkan sebab-sebab itu sebagai berikut :30
a. Berakhirnya masa berlaku akad, apabila akad tersebut memiliki tenggang waktu.
b. Dibatalkan oleh para pihak yang ber-akad, apabila akad itu sifatnya mengikat dan dapat dibatalkan.
c. Akad yang telah sah dan mengikat, dianggap berakhir jika: akad itu dinyatakan fasad, berlakunya syarat khiyar (dapat memilih meneruskan akad atau tidak), atau akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak.
d. Salah satu pihak dalam akad meninggal dunia. Dalam hal ini, menurut para ulama fiqih tidak semua akad berakhir dengan adanya kematian salah satu pihak, diantaranya adalah akad sewa menyewa, ar-rahn, al-kafalah, asy-syirkah, al-wakalah, dan al-muzara’ah.
30
(41)
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Pada perjanjian asuransi tatanan hubungan hukum antara para pihak. Tatanan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban. Menurut Wahyu Sasongko, hak adalah suatu peran yang bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan atau tidak dilaksanakan, berbeda dengan kewajiban adalah yang bersifat imperatif artinya harus dilaksanakan.31 Sedangkan, menurut Sudikno Mertokusumo, tatanan yang diciptakan oleh hukum baru menjadi kenyataan apabila kepada subyek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak “hak”, sedang di pihak lain “kewajiban”. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak.32
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam suatu hubungan hukum perjanjian hak dan kewajiban selalu berada pada posisi yang bersebelahan. Hak pada satu pihak akan merupakan kewajiban pada pihak lain. Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada satu pihak, sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban pada pihak lain.
Berkaitan dengan hak dan kewajiban, lebih lanjut Sudikno Mertukusumo mengatakan bahwa hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan peraturan atau kaidah, melainkan merupakan perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak
31
Wahyu Sasongko,Dasar-dasar Ilmu Hukum, Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung, 2011, hlm. 53
32
Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum (suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta 1991, hlm. 39
(42)
individual di satu pihak yang tercermin pada kewajiban di pihak lawan. Kalau ada hak maka ada kewajiban kepada seseorang oleh hukum.33
Dalam suatu perjanjian asuransi atau pertanggungan diatur hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat di dalamnya yaitu penanggung dan tertanggung. Sehubungan dengan hal ini H.M.N Purwosutjipto berpendapat bahwa hak dan kewajiban itu bersifat timbal balik antara penanggung dan tertanggung dengan perincian sebagai berikut :34
1. Kewajiban membayar uang premi dibebankan kepada tertanggung atau orang yang berkepentingan.
2. Kewajiban pemberitaan yang lengkap dan jelas dibebankan kepada tertanggung.
3. Kesalahan-kesalahan yang tidak termasuk dalam kesalahan orang yang berkepentingan, tidak dapat dilimpahkan pada orang yang berkepentingan. 4. Tertanggung bukan orang yang berkepentingan dalam pertanggungan, tidak
dibebani yang disebut dalam Pasal 283 KUHD yaitu berkewajiban mengusahakan segala sesuatu untuk mencegah dan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi.
5. Tertanggung mempunyai hak untuk menuntut penyerahan polis, sedang orang yang berkepentingan mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian kepada penanggung.
33
Ibid,hlm. 40
34
H.M.N Purwosutjipto,Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pengangkutan, Jakarta, Penerbit Djambatan, 2003,hlm. 35.
(43)
Sementara itu M. Isa Arif memberikan perincian mengenai hak dan kewajiban dari tertanggung dan penanggung adalah sebagai berikut :35
1. Tertanggung Kewajiban :
a. Berusaha untuk membatasi kerugian. b. Membayar premi pada waktunya.
Hak dari tertanggung adalah berhak atas penggantian kerugian.
2. Penanggung Kewajiban :
a. Mengganti biaya yang dikeluarkan oleh tertanggung untuk menghalangi atau membatasi kerugian.
b. Mengganti kerugian, jika itu memang terjadi.
Penanggung yang mengganti suatu kerugian mendapat semua hak yang dipunyai oleh tertanggung terhadap orang yang menyebabkan kerugian.
D. Klaim atas Evenemen dalam Asuransi Syariah
Evenemen adalah istilah yang diadopsi dari bahasa Belanda evenement, yang berarti peristiwa tidak pasti, bahasa inggrisnya fortuitous event. Evenemen atau peristiwa tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan, tidak dapat dipastikan terjadi dan tidak diharapkan akan terjadi.36
Namun tidak setiap evenemen harus mendapat ganti kerugian. Evenemen yang ditanggung oleh perusahaan asuransi adalah evenemen yang tercantum dalam polis peserta asuransi. Peserta asuransi harus memahami isi polis dan manfaat apa
35
M. Isa Arif,Bidang Usaha Perasuransian, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hlm. 97
36
Abdulkadir Muhammad,Hukum Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hlm. 120
(44)
saja yang diberikan oleh perusahaan asuransi. Karena hal ini akan berdampak langsung terhadap pertanggungan yang didapat jika terjadi evenemen.
Adapun kriteria atau ciri-ciri kerugian dalam asuransi yang diganti oleh penanggung adalah sebagai berikut:37
a. Berasal dari peristiwa tidak pasti;
b. Peristiwa tidak pasti tersebut ditanggung oleh penanggung; c. Ada hubungan kausal antara peristiwa tidak pasti dan kerugian;
d. Berdasarkan asas keseimbangan (risiko yang dialihkan kepada penanggung diimbangi jumlah kontribusi yang dibayar oleh peserta).
Evenemen yang ditanggungkan dalam asuransi jiwa biasanya meliputi meninggalnya seseorang, cacat total atau tetap, dan penggantian biaya rumah sakit. Uang pertanggungan asuransi jiwa harus diimbangi dengan kontribusi yang dibayarkan peserta asuransi. Hal ini merupakan asas keseimbangan yang menjadi dasar berlakunya hukum asuransi.
Klaim adalah suatu tuntutan atas hak, yang timbul karena evenemen yang persyaratannya dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi. Penyebab terjadinya klaim ada bermacam-macam, yaitu antara lain :
1. Tertanggung meninggal dunia
2. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan perjanjian asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai
3. Polis sudah berakhir sesuai dengan jangka waktu yang tercantum dalam polis dan kewajiban pemegang polis telah terpenuhi atau polis dalam keadaan lapse
tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi) 37
(45)
4. Tertanggung mendapat kecelakaan
5. Tertanggung karena suatu penyakit perlu diopname atau rawat jalan.
Klaim merupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian atauakad yang telah dibuat. Perusahaan sebagaimudharib
berkewajiban untuk menyelesaikan proses klaim secara cepat, tepat dan efisien sesuai dengan amanah yang diterimanya sebagaimana firman Allah SWT, dalam QS.Al-Anfalayat 27. Jenis-jenis kerugian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1. Kerugian seluruhnya(total loss)
2. Kerugian Sebagian(partial loss)
3. Kerugian Pihak Ketiga
Perusahaan asuransi syariah didalam menyelesaikan klaim berupa kerusakan atau kerugian terhadap peserta dengan cara mengacu pada akad kondisi dan kesepakatan yang tertulis dalam polis, yaitu dengan dua pilihan:
1. Akan mengganti dengan uang tunai
2. Memperbaiki atau membangun ulang objek yang mengalami kerusakan, dengan adanya lembaga penilaian yang disebut denganadjuster.
Adapun prosedur penyelesaian klaim pada asuransi syariah adalah sebagai berikut:
1. Pemberitahuan Klaim 2. Bukti Klaim Kerugian 3. Penyelidikan
(46)
E. Gambaran Umum PT. Prudential Indonesia 1. Sejarah PT. Prudential Indonesia
Prudential Public Limited Company merupakan perusahaan jasa keuangan terkemuka dari Inggris yang berdiri sejak tahun 1848. Prudential Plc memiliki tujuan untuk membantu masyarakat dalam merencanakan keuangan mereka dan keluarga, dengan cara menyediakan produk-produk untuk mengatasi risiko keuangan yang sesuai dengan rencana keuangan yang dipilih. Di Asia, Prudential Plc telah memiliki pengalaman lebih dari 89 tahun dengan dibukanya unit bisnis Prudential Plc pertama di Malaysia. Kantor regional Prudential Plc di Asia adalah PrudentialCorporation Asia(PCA) di Hongkong yang didirikan pada tahun 1994. Prudential di Asia telah berhasil menjadi salah satu grup perusahaan asuransi jiwa yang terdepan di Asia, dengan operasi asuransi jiwa dan pengelolaan dana di 12 negara, yaitu : Cina, Filipina, Hongkong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Prudential di Indonesia didirikan pada tahun 1995. Kantor regional Prudential di Indonesia adalah PT Prudential Life Assurance. Prudential Indonesia merupakan bagian dari Prudential Plc, London, Inggris, dan di Asia. Prudential Indonesia menginduk pada kantor regional Prudential Corporation Asia (PCA), yang berkedudukan di Hongkong. Dengan menggabungkan pengalaman internasional Prudential di bidang asuransi jiwa dengan pengetahuan tata cara bisnis lokal, Prudential Indonesia memiliki komitmen untuk terus mengembangkan bisnisnya di Indonesia.38 Prudential Indonesia telah menjadi pemimpin pasar dalam penjualan produk asuransi jiwa yang dikaitkan dengan investasi (unit link) sejak
38
(47)
pertama kali meluncurkan produk ini di tahun 1999. Sebagai pemimpin pasar, Prudential Indonesia selalu berusaha untuk menyediakan produk unit link yang dirancang untuk memenuhi dan melengkapi kebutuhan nasabahnya, dalam setiap tahap kehidupan, mulai dari usia kerja, pernikahan, kelahiran anak, pendidikan anak, hingga masa pensiun.39
Sampai 31 Desember 2013, Prudential Indonesia memiliki kantor pusat di Jakarta dan kantor pemasaran di Medan, Surabaya, Bandung, Denpasar, Batam dan Semarang dengan 327 kantor keagenan (termasuk di Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta, Batam, dan Bali) di seluruh nusantara. Kantor pusat PT Prudential Indonesia berada di Gedung Prudential Tower, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 49 Jakarta, sedangkan di Bandar Lampung Kantor keagenan
Favor Agency berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 86 Tanjung Karang Pusat.
Favor Agency didirikan oleh Ibu Helen Hakim bersama mitra kerjanya Ibu Netty Samsuddin.
Beragam penghargaan telah diterima Prudential dari Indonesia selama masa beroperasi. Salah satunya adalah Prudential Indonesia memperoleh penghargaan pada tahun 2007 sebagai Lifetime Achievement Award for Best Life Insurance Company dari majalah Investor. Penghargaan ini diberikan karena Prudential Indonesia dari tahun 2003 hingga 2007 memperoleh penghargaan sebagai Best Life Insurance Company dari majalah Investor. Dan mulai dari tahun 2002-2013 Prudential mendapat penghargaan dari majalah Investor sebagai Asuransi Jiwa Terbaik di Indonesia.
39
(48)
2. Visi dan Misi
Visi dan misi PT Prudential adalah sebagai berikut: a. Visi
Visi PT. Prudential adalah menjadi Perusahaan Nomor Satu di Asia, dalam : 1) Pelayanan nasabah
2) Memberikan hasil yang terbaik bagi para pemegang saham 3) Mempekerjakan orang-orang terbaik
b. Misi
Adapun misi dari PT Prudential Indonesia adalah :
“Menjadi perusahaan jasa keuangan ritel terbaik di Indonesia, melampaui pengharapan para nasabah, tenaga pemasaran, staf dan pemegang saham – dengan memberikan pelayanan terbaik, produk berkualitas, staf serta tenaga pemasaran profesional yang berkomitmen tinggi serta menghasilkan pendapatan investasi yang menguntungkan.”
3. Struktur Organisasi
Dalam rangka menjadikan perusahaan sebagai suatu organisasi badan usaha yang dinamis, berdaya guna, dan berhasil guna untuk melengkapi persaingan yang semakin meningkat diberlakukan struktur organisasi berbasis kompetensi.
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
(49)
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.
Struktur organisasi Kantor Pusat PT. Prudential Indonesia40
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. Prudential Indonesia
40
Hasil wawancara dengan Seruni Widyawati, selaku Manager agen asuransi PT
Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung Kantor KeagenanFavor Agency, tanggal 16 Juni 2015
Presiden Direktur
Direktur Pemasaran dan Komunikasi
Perusahaan
Direktur Keuangan Direktur Operasional
Kepala Bagian Hukum dan Tata
Tertib
Kepala Bagian Distribusi Kemitraan
Kepala Aktuaria
Pengawas Keuangan Kepala Bagian
Sumber Daya Manusia
Spesialis Manajemen Risiko
(50)
Struktur Organisasi Kantor Keagenan PT. Prudential Indonesia Cabang Bandar Lampung41
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Kantor Keagenan PT. Prudential Indonesia Cabang Bandar Lampung
41
Hasil wawancara dengan Seruni Widyawati, selaku Manager agen asuransi PT
Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung Kantor KeagenanFavor Agency, tanggal 16 Juni 2015
Kantor Keagenan Prudential Cabang
Bandar Lampung
Hellen Hakim Pengelola Kantor
Elisa Dinata Kepala Kantor
Siska Kepala Bagian
Administrasi
Hendrik Kepala Bagian Kepemimpinan
Melanie
Bagian Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ)
Dewi A Bagian Klaim
Doris Silaban Bagian Keagenan Ani Novita
(51)
4. Produk yang ditawarkan
Demi memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang sangat beragam, PT Prudential Indonesia mengeluarkan beragam produk asuransi. Adapun produk-produk asuransi yang ditawarkan PT Prudential Indonesia terbagi menjadi 4 produk asuransi yang di dalamnya memiliki banyak produk asuransi yang ditawarkan. Yaitu Produk Unit Link, Produk Asuransi Kesehatan, Produk Asuransi Tradisional dan Produk Asuransi Tambahan. Dalam penelitian ini, akan difokuskan pada produk asuransi syariah yaitu PRUsyariah yang termasuk dalam Produk Unit Link.
Produk Unit Link adalah produk asuransi yang menawarkan perlindungan asuransi jiwa sekaligus keuntungan berinvestasi. Produk Unit Link memiliki bermacam rancangan kebutuhan yang dibentuk menjadi produk asuransi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satunya adalah PRUsyariah.
PRUsyariahadalah Produk asuransi syariah PT Prudential yang dikaitkan dengan investasi yang pengelolaan dananya berbasis syariah.42 Prusyariah diluncurkan pertama kali pada tahun 2007. PT Prudential Indonesia meluncurkan produk PRUsyariah dengan mendirikan Unit Usaha Syariah tersendiri dengan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sesuai Fatwa MUI, asuransi syariah wajib memiliki DPS yang bertugas mengawasi secara langsung manajemen, produk, serta kebijakan investasi agar sesuai dengan syariah Islam.
Melalui surat No. U-079/DSN-MUI/III/2007 Dewan Syariah Nasional MUI menetapkan DPS untuk PT Prudential, yang terdiri dari DR. H. Anwar Ibrahim
42
(52)
sebagai ketua, Ir. H. Adiwarman A. Karim, MBA, MAEP dan H. Ahmad Nuryadi Asmawi, LL. B, MA sebagai anggota.
PRUsyariah dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan rancangan keuangan masa depan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Produk PRUsyariah Prudential sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adapun 2 produk PRUsyariah sebagai berikut :43
a. PRUlink syariah assurance account
PRUlink syariah assurance account(PAA Syariah) adalah program asuransi jiwa syariah dengan fleksibilitas tak terbatas yang memungkinkan peserta untuk sewaktu-waktu mengubah jumlah pertanggungan, kontribusi serta cara pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Bahkan peserta juga dapat menambah asuransi tambahan seperti rawat inap, kecelakaan atau penyakit kritis.
Manfaat PAA syariah adalah : 1) Jaminan manfaat kematian 2) Manfaat cacat total dan tetap
3) Dapat menambahkan nilai uang pertanggungan setiap saat 4) Dapat melakukan penambahan kontribusi setiap saat
5) Dapat menentukan sendiri besarnya komposisi dan nilai proteksi dan nilai investasi
6) Dapat melakukan pengalihan dana
7) Pilihan manfaat asuransi tambahan yang beragam 43
Hasil wawancara dengan Seruni Widyawati, selaku unit manager agen asuransi PT Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung Kantor Keagenan Favor Agency, tanggal 23 Mei 2015
(53)
Peserta asuransi juga dapat memilih satu atau kombinasi dari 3 dana investasi syariah yang tersedia, dan dapat mengubah kombinasi dana investasi syariah sewaktu-waktu. Dana investasi tersebut adalah sebagai berikut :44
1) PRUlinkSyariahRupiah Managed Fund
PRUlinkSyariah Rupiah Managed Fundmemaksimalkan perkembangan dana jangka panjang melalui investasi dengan nilai Rupiah pada obligasi syariah dan saham syariah. Alokasi aset ditentukan oleh Fund Manager
dan dapat diubah dari waktu ke waktu. Dana ini cocok bagi investor yang menginginkan penghasilan investasi jangka panjang yang menarik serta bersedia menanggung risiko investasi yang tidak terlalu tinggi atau menengah dan bervariasi.
2) PRUlinkSyariahRupiah Equity Fund
PRUlink Syariah Rupiah Equity Fundbertujuan memaksimalkan pendapatan jangka menengah dan panjang melalui investasi dalam saham-saham syariah dan berkualitas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Investasi ini cocok untuk investor yang menginginkan penghasilan investasi jangka panjang dengan hasil yang lebih tinggi serta bersedia menanggung risiko investasi yang tinggi.
3) PRUlinkSyariahRupiah Cash & Bond Fund
PRUlinkSyariah Rupiah Cash & Bond Fund adalah dana investasi jangka menengah dan panjang yang bertujuan untuk mendapatkan hasil investasi yang optimal melalui penempatan dana dalam mata uang Rupiah melalui instrumen-instrumen pasar uang syariah dan pendapatan tetap syariah 44
Hasil wawancara dengan Seruni Widyawati, selaku unit manager agen asuransi PT Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung Kantor Keagenan Favor Agency, tanggal 23 Mei 2015
(54)
seperti obligasi syariah dan instrumen pendapatan tetap syariah lainnya di pasar modal. Investasi ini cocok untuk investor yang menginginkan penghasilan jangka menengah dan panjang yang stabil serta bersedia menanggung risiko investasi yang tidak terlalu tinggi atau menengah.
b. PRUlink syariah investor account
PRUlink syariah investor account(PIA Syariah) merupakan produk unit link syariah dengan pembayaran kontribusi sekaligus yang menawarkan berbagai pilihan dana investasi syariah. Selain mendapatkan hasil investasi yang optimal, produk ini juga akan memberikan perlindungan yang komprehensif terhadap risiko kematian atau risiko menderita cacat total dan tetap. Produk ini memberikan keleluasaan bagi Pemegang Polis untuk memilih investasi syariah yang memungkinkan optimalisasi tingkat pengembalian investasinya, sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko Pemegang Polis.
c. Asuransi Tambahan (Riders)
Keuntungan PRUsyariah selanjutnya adalah adanya asuransi tambahan yang dapat peserta asuransi pilih untuk manfaat asuransi tambahan. Asuransi tambahan dapat dipilih oleh peserta asuransi sesuai dengan kebutuhan peserta asuransi. Adapun asuransi tambahan tersebut sebagai berikut :45
1) PRUlink term syariah
Merupakan manfaat tambahan yang diberikan jika Peserta Utama meninggal dunia sebelum berakhirnya masa asuransi.
45
Hasil wawancara dengan Seruni Widyawati, selaku Unit Manager agen asuransi PT Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung Kantor Keagenan Favor Agency, tanggal 23 Mei 2015
(55)
2) PRUpersonal accident death syariah
Memberikan manfaat tambahan apabila Peserta Utama meninggal dunia akibat kecelakaan.
3) PRUpersonal accident death & disablement syariah
Memberikan manfaat tambahan apabila Peserta Utama mengalami cacat total dan tetap atau meninggal dunia akibat kecelakaan.
4) PRUcrisis cover syariah 34
Manfaat tambahan ini akan memberikan Uang Pertanggungan PRUcrisis cover 34apabila Peserta Utama menderita salah satu dari 34 kondisi kritis (memenuhi kriteria tabel pertanggungan kondisi kritis pada polis).
5) PRUcrisis cover benefit 34 syariah
Memberikan Uang Pertanggungan PRUcrisis cover benefit 34 syariah
apabila Peserta Utama menderita salah satu dari 34 kondisi kritis atau meninggal dunia tanpa mengurangi Uang Pertanggungan dasar (apabila memenuhi kriteria tabel pertanggungan kondisi kritis pada polis).
6) PRUmultiple crisis cover syariah
Memberikan Uang Pertanggungan PRUmultiple crisis cover apabila Peserta Utama menderita salah satu dari 34 kondisi kritis, dengan maksimum sebanyak 3 kondisi kritis dalam kelompok yang berbeda, tanpa mengurangi Uang Pertanggungan dasar.
7) PRUcrisis income syariah
Asuransi tambahan ini memberikan pembayaran manfaat pendapatan sebesar Uang Pertanggungan PRUcrisis income sampai berakhirnya masa
(56)
pertanggungan yang dipilih apabila Peserta Utama menderita salah satu dari 33 kondisi kritis.
8) PRUwaiver syariah 33
Jika Peserta Utama menderita salah satu dari 33 kondisi kritis, PT Prudential Indonesia akan melanjutkan pembayaran premi dasar sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.
9) PRUspouse waiver syariah 33
Jika suami/istri dari Peserta Utama menderita (salah satu dari 33 kondisi kritis) atau mengalami cacat total dan tetap sebelum usia 60 tahun atau meninggal dunia, PT Prudential Indonesia akan melanjutkan pembayaran premi dasar sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.
10) PRUpayor syariah 33
Jika Peserta Utama menderita salah satu dari 33 kondisi kritis, PT Prudential Indonesia akan melanjutkan pembayaran seluruh premi sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.
11) PRUspouse payor syariah 33
Jika suami/istri dari Peserta Utama menderita salah satu dari 33 kondisi kritis atau mengalami cacat total dan tetap sebelum usia 60 tahun atau meninggal dunia, PT Prudential Indonesia akan melanjutkan pembayaran seluruh premi sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih. 12) PRUparent payor syariah 33
Jika ayah dan/atau ibu dari Peserta Utama menderita salah satu dari 33 kondisi kritis atau mengalami cacat total dan tetap sebelum usia 60 tahun atau meninggal dunia, PT Prudential Indonesia akan melanjutkan
(57)
pembayaran seluruh premi sampai berakhirnya masa pertanggungan yang dipilih.
13) PRUmed syariah
Manfaat tambahan yang memberikan tunjangan harian rawat inap, ICU dan pembedahan kepada Peserta Utama jika menjalani rawat inap di rumah sakit.
14) PRUhospital & surgical 75
Manfaat tambahan yang memberikan penggantian seluruh biaya rawat inap, ICU, dan pembedahan sesuai dengan manfaat yang diambil, selama Tertanggung Utama menjalani perawatan di rumah sakit, sampai dengan usia peserta 75 tahun.
15) PRUearly stage crisis cover syariah
PRUearly stage crisis covermemberikan perlindungan finansial atas 79 penyakit dan kondisi kritis yang terbagi dalam 3 tahap (awal, menengah dan lanjut) dan melengkapi perlindungan atas penyakit kritis untuk memastikan peserta asuransi terlindungi secara menyeluruh. Selain perlindungan terhadap penyakit kritis, PRUearly stage crisis coverjuga memberikan manfaat tambahan untuk 3 kondisi kritis, yakni: Angioplasti dan Penatalaksanaan Invasif lainnya untuk Penyakit Pembuluh Darah Jantung, Komplikasi akibat diabetes, dan Kebutaan pada kedua mata.
Produk asuransi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Prulink Assurance Account Syariah atau yang lebih dikenal dengan PAA Syariah. Produk asuransi ini memberikan perlindungan asuransi jiwa sekaligus keuntungan berinvestasi.
(58)
Dan juga memiliki fleksibilitas untuk menentukan besaran investasi dan juga manfaat asuransi tambahan yang beragam.
F. Kerangka Pikir
Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa:
Asuransi syariah diatur dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Asuransi syariah di Indonesia lebih banyak diminati oleh masyarakat. Namun,
Permasalahan hukum yang mungkin timbul dalam asuransi syariah PT. Prudential Syariah dan penyelesaian
hukum pada asuransi PT. Pudential Indonesia
Penerapan Akad pada klaim asuransi dalam akad Wakalah
bil Ujrah pada polis asuransi jiwa syariah
AkadWakalah Bil Ujrah
Asuransi Konvensional (UU No. 2 Tahun 1992)
Asuransi Syariah
(Fatwa DSN-MUI No. 21 Tahun 2001)
AkadTabarru AkadTijarah
AkadMudharabah, Musyarakah,
(59)
Undang-Undang No 40 Tahun 2014 yang menggantikan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian belum cukup mengakomodasi asuransi syariah. Maka pedoman umum asuransi syariah yang dikeluarkan DSN-MUI berupa Fatwa DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah diharapkan dapat mengakomodasi kekurangan peraturan perundang-undangan tentang asuransi syariah.
Asuransi syariah merupakan lembaga keuangan non-bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang akan datang. Pada asuransi syariah terdapat berbagai macam akad yang dapat digunakan sesuai dengan jenis asuransi yang diinginkan oleh pihak peserta/tertanggung dan dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada akad
wakalah bil ujrah. Akad wakalah bil ujrahmerupakan akad pemberian kuasa dari peserta/tertanggung kepada perusahaan asuransi syariah (pengelola takaful) untuk mengelola dana peserta/tertanggung atau melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberian ujrah (fee). Oleh karena hal itulah penulis tertarik untuk membahas mengenai akad wakalah bil ujrah dan dalam penelitian ini mengkhususkan pembahasan mengenai penerapan akad pada klaim asuransi dalam akad wakalah bil ujrah pada polis asuransi jiwa syariah dan juga Permasalahan hukum yang mungkin timbul dalam asuransi syariah PT. Prudential Indonesia dan penyelesaian hukum pada asuransi PT. Prudential Indonesia Unit Bandar Lampung.
(60)
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut diperlukan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah:46
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang ditunjang dengan penelitian empiris. Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum tertulis, dan literatur-literatur hukum yang berhubungan dengan pokok bahasan yang diteliti sedangkan penelitian secara empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengetahui kenyataan-kenyataan yang terjadi. 47 Dengan kata lain, Penelitian ini mengkaji permasalahan dengan melihat kepada peraturan perundang-undangan dan kenyataan yang terjadi yang berkaitan dengan penerapan akad wakalah bil ujrah dalam polis asuransi jiwa syariah PT Prudential Indonesia.
B. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Tipe penelitian deskriptif bertujuan memperoleh pemaparan (deskripsi) secara lengkap, rinci, jelas, dan
46
Abdulkadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134
47
(61)
sistematis tentang beberapa aspek yang diteliti pada undang-undang, peraturan daerah, naskah kontrak atau objek kajian lainnya.48 Untuk itu, penelitian ini akan menggambarkan secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai penerapan akadwakalah bil ujrahdalam polis asuransi jiwa syariah.
C. Pendekatan Masalah
Upaya-upaya yang dilakukan dalam membahas dan memecahkan masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan dua macam metode pendekatan yaitu pendekatan normatif, yaitu pendekatan dengan cara melihat dan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen serta peraturan-peraturan lainnya yang berlaku. Dan pendekatan empiris, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat kenyataan-kenyataan hukum yang ada di lapangan yang berupa sikap, perilaku, dan pendapat hukum para narasumber tentang pokok permasalahan dan penelitian ini yang berhubungan dengan judul dan pokok bahasan yang diteliti.
Penelitian ini akan mengkaji permasalahan dengan melihat kepada norma, peraturan perundang-undangan dan literatur serta menggali informasi dan melakukan penelitian dilapangan guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas dalam hal ini mengenai penerapan akad wakalah bil ujrahdalam polis asuransi jiwa syariah.
48
(1)
49
namun dalam pelaksanaannya di lokasi penelitian, substansi pertanyaan dapat saja berkembang di luar daftar pertanyaan yang ada.
Wawancara dilakukan dengan seorang narasumber, yaitu Ibu Seruni Widyawati, S. H., M.kn. Beliau merupakan Unit Manager dari agen asuransi PT Prudential Indonesia dengan Kantor Keagenan Bandar Lampung. Kantor Keagenan PT Prudential Indonesia di Bandar Lampung berada di Jl. Jenderal Sudirman No. 86, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung.
F. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari studi kepustakaan selanjutnya diolah dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Pemeriksaan data, yaitu data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut telah sesuai dengan permasalahan. 2. Klasifikasi data, yaitu proses pengelompokkan data sesuai dengan bidang
pokok bahasan agar memudahkan dalam meganalisa data.
3. Sistematisasi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan pembahasan.
G. Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data, data yang terkumpul akan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menguraikan dan menjelaskan semua hasil kajian terhadap data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat. Metode penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara induktif yaitu penarikan kesimpulan secara umum yang bersumber dari data yang bersifat khusus, sehingga memperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian.
(2)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses klaim asuransi syariah dalam akad wakalah bil ujrahdiatur dalam fatwa DSN MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah. Yaitu PT Prudential Indonesia sebagai perusahaan asuransi merupakan pemegang amanah atau wakil peserta asuransi. Dalam hal proses klaim, PT Prudential memiliki kewajiban membantu proses penyelesaian asuransi sesuai dengan yang diperjanjikan dalam polis asuransi, dan berhak mendapatkan ujrah (fee) atas jasanya. Hal ini menunjukkan bahwa proses klaim asuransi PT Prudential Indonesia dalam hal ini PAA Syariah telah sesuai dengan ketentuan fatwa DSN MUI sebagai suatu bentuk kehalalan produk bagi peserta asuransi.
2. Permasalahan yang mungkin timbul dalam asuransi jiwa syariah adalah berasal dari peserta asuransi dan perusahaan asuransi. Dalam hal pelaksanaan asuransi jiwa syariah pada PT Prudential Indonesia jika terjadi perselisihan antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi, PT Prudential dapat menawarkan atau memilih proses penyelesaian yang akan ditempuh dengan
(3)
90
tiga tahapan yaitu melalui perdamaian atau musyawarah, melalui lembaga arbitrase yaitu Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), dan terakhir melalui pengadilan yang dilakukan di Peradilan Agama.
B. Saran
Saran-saran yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat diharapkan lebih teliti sebelum membeli dan memahami asuransi yang diinginkan agar tidak terjadi kekecewaan di kemudian hari.
2. PT Prudential Indonesia sebagai lembaga keuangan syariah diharapkan lebih meningkatkan kinerja agen asuransi dalam mutu pelayanan perusahaan asuransi khususnya bagi calon nasabah dan nasabah dalam hal penjelasan produk asuransi yang ditawarkan, sehingga PT Prudential Indonesia khususnya Unit Bandar Lampung dapat dijadikan sebagai alternatif proteksi jiwa sekaligus investasi jangka panjang bagi masyarakat luas.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-Buku
Achmad, Mukti Fajar dan Yulianto.Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Agus Edi Sumanto, et all.Solusi Berasuransi: Lebih Baik dengan Syariah. Bandung: PT Karya Kita, 2009.
Ali, AM. Hasan.Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam.Jakarta: Kencana, 2008.
Gemala Dewi, dkk.Hukum Perikatan Islam Indonesia.Jakarta: Kencana, 2006. H. A. Djazuli, dkk.Lembaga Perekonomian Umat, cetakan ke-II.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002.
Hartono, Sri Rejeki.Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Iqbal, Muhaimin.Asuransi Umum Syariah dalam Praktik: Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba.Jakarta: Gema Insani, 2005.
Manan, Abdul.Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama.Jakarta: Kencana, 2014.
Mertokusumo, Sudikno.Mengenal Hukum (Suatu Pengantar).Yogyakarta: Liberty, 1991.
Muhammad, Abdulkadir.Hukum asuransi Indonesia.Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011.
—.Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: PT Citra Abadi, 2004. —.Hukum Perikatan.Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992.
—.Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia.Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1953.
(5)
Prusales Academy.Prufast Start.Jakarta: PT Prudential Indonesia, 2011. Purwosutjipto, H. M. N.Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3:
Hukum Pengangkutan.Jakarta: Djambatan, 2003.
Sasongko, Wahyu.Dasar-Dasar Ilmu Hukum.Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2011.
Soekanto, Soejono.Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta: UI Press, 2008.
Soemitra, Andri.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Jakarta: Kencana, 2014. Sula, Muhammad Syakir.Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem Operasional.Jakarta: Gema Insani, 2014.
Thaib, Hasballah.Hukum Aqad dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem Syariah .Medan: Pasca Sarjana USU, 2005.
Wirdyaningsih, et. all.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Cetakan Ke-I. Jakarta: Prenada Media, 2005.
2. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
KMK No. 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraaan Usaha Perusahaan dan Perusahaan Reasuransi.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian. Fatwa DSN-MUI No. 10/DSN-MUI/V/2000 tentang Wakalah.
Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.
Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru' pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.
3. Sumber Lain
Al-Qur'an, Al-Hadist, dan Ijtihad.
(6)
Booklet Prudential Indonesia.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/19/192000126/AAJI.Kesadaran. Akan.Asuransi.Kian.Meningkat. (diakses Mei 4, 2015).
http://www.kompasiana.com/rizkykarokaro/prinsip-umum-asuransi_5529b7c8f17e61011dd623b5 (diakses Juli 27, 2015).
http://m.bisnis.com/finansial/read/20150506/430177/2014-Prudential-Indonesia-baya-klaim-Rp944 triliun (diaksesJuli 30, 2015)