MEGAWATI MASIH ADA HARAPAN MENANG

MEGAWATI MASIH ADA HARAPAN MENANG
Dua pasangan finalis Pemilihan Presiden, Megawati Sukarnoputri-KJ Hasyim Muzadi dan
Soesilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla sama-sama memiliki peluang untuk menang dalam
putaran kedua di bulan September mendatang. Kekuatan pendukungnya berimbang. Dengan
demikian Megawati Sukarnoputri masih ada harapan untuk menang. Sedang pasangan Susilo
Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla memang sejak semula sudah punya harapan berlebih, cukup
percaya diri untuk menang.
Masalahnya, siapa yang mampu memperoleh separo suara plus satu tentu masih
belum diketahui. Sebab keduanya masih harus berjuang agar mampu mengalahkan suara
Golput yang diduga akan lebih menggelembung sampai mendekati angka 40% dalam putaran
kedua ini.
Jadi yang perlu dimainkan agaknya jurus merayu kaum Golput yang sebelumnya
tersebar sebagai pemilih fanatik pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, WirantoSahalahudin Wahid dan Hamzah Has-Agum Gumelar. Juga bagaimana merayu kaum Golput
yang sejak semula melihat kalau para Capres-Cawapres yang ada memang tidak memenuhi
kiteria dan selera mereka. Taruhannya, jika tim sukses dari dua finalis ini gagal merayu kaum
Golput mereka akan sulit menang mutlak. Paling-paling yang dikantongi hanyalah
kemenangan relatif
Memang mengamati dan mengkaji kenyataan politik yang berlapis-lapis tidak mudah.
Massa pemilih dan massa yang tidak memilih sekarang sama-sama sedang bergerak ke arah
yang tidak jelas. Berbagai patokan dan hasil putaran pertama sulit dijadikan bahan pijakan
untuk menentukan siapa yang akan menang nanti. Masih dimungkinkan terjadinya

penyebarangan-penyeberangan politik, misalnya massa yang semula memilih Soesilo
Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla kemudian menyeberang atau kembali ke kandangnya
pasangan Megawati Sukarnoputri-KH Hasyim Muzadi. Demikian juga sebaliknya, massa
Megawati Sukarnoputri-KH Hasyim Muzadi menyeberang ke kubu Sisilo Bambang
Yudoyono-Jusuf Kalla.
Atau, massa yang dalam pemilihan putaran pertama memilih dua finalis itu kemudian
malahan ikut menyeberang untuk memperkuat barisan kaum Golput. Sebab mereka kemudian
meraa kurang sreg dengan pasangan itu. Sebaliknya, massa kaum Golput pun ada
kemungkinan menyeberang untuk masuk ke kandang Megawati Sukarnoputri-KH Hasyim
Muzadi, atau masuk ke kubu Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, karena pasangan itu
memancarkan harapan bagi masa depan bangsa.
.Ini yang menarik. Mengingat masa kampanye untuk putaran kedua hanya beberapa
hari maka upaya dan kesempatan untuk mempengaruhi massa pun menjadi lebih sempit.
Rujukan massa pun menjadi terbuka. Berbagai arus informasi, baik yang berasal dari tim
sukses maupun yang kemungkinan dihembuskan oleh pendukung kaum Golput akan
berbarengan masuk ke dalam massa. Politik pencitraan Capres-Cawapres pun bergantung
kepada kata-kata kunci sederhana yang biasanya sangat efektif.
Misalnya akan ada kata kunci, apakah massa akan memilih citra ibu yang keibuan,
yang lemah lembut yang sering menderita karena memikirkan nasib bangsa (ini cocok untuk
dikampanyekan oleh tim suksesnya Megawati Sukarnoputri-KH Hasyim Muzadi), ataukah

massa akan memilih citra bapak yang tegas, berani bertindak, kalau perlu siap perang dalam
memerangi korupsi, kolusi, nepotisme dan berani menantang tekanan luar negeri (ini cocok
dikampanyekan oleh tim suksesnya Susilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla)?
Atau mungkin akan ditemukan kata-kata kunci yang lebih ngepop lagi yang sangat
cocok bagi massa yang sedang menggandrungi Akademi Fantasi Indonesia, Indonesian Idol,
Konser Dangdut Indonesia? Menurut sineas kondang dan budayawan Garin Nugroho, pentas
politik nasional kita memang mirip dengan sinetron dimana tokoh yang mampu mempesona

dan mampu menguras air mata penonton yang paling banyak mendapat simpati. Juga tokoh
jagoan yang mampu mengatasi masalah dan mengalahkan musuh masyarakat.
Tetapi yang perlu diingat massa pemilih memang tidak tunggal dan tidak dapat
disederhanakan hanya sebagai penonton televisi dan sinetron. Banyak warga negara yang
amat serius dan kritis yang juga menjadi pemilih dalam Pemilu ini. Mereka bertindak
berdasar perhitungan atau kalkulasi tertentu. Mungkin saja kalkulasi mereka salah, tetapi
mungkin kalkulasi mereka benar. Berdasar kalkulasi politik inilah mereka nanti akan
mendatangi TPS atau tidak mendtangi TPS, dengan menjadi pemilih aktif, atau dengan
menjadi Golput.
Dengan demikian, meski dibolak-balik sampai pusing, maka Capres-Cawapres
Megawati Sukanroputri-KH Hasyim Muzadi dan Susilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla
memang sama-sama punya harapan untuk menang. Nah, kalau sudah menang, rakyat perlu

menunggu sebentar mereka untuk membentuk kabinet, merumuskan kebijakan negara.
Kemudian rakyat tidak boleh tidur nyenyak dan menyerahkan urusan negara dan
pemerintahan hanya kepada pemenang pemilu.
Rakyat harus tetap membuka mata lebar-lebar. Mencermati dan mencatat, apakah
janji-janji selama kampanye telah dilaksanakan pemenang Pemilu, atau malahan dilupakan
dan dikhianati. Rakyat masih punya saluran di DPR, di DPD, di MPR untuk menyampaikan
penemuan-penemuannya, agar ditindaklanjuti. Rakyat masih punya hak untuk selalu didengar
suaranya. (Bahan dan tulisan: tof)

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 16 2004