Kesejahteraan Masih Jauh dari Harapan.

Pikiran
o Se/asa
4

5
20

0

.

Rabu

6,I..
21

Rakyat

8

~


0

Kamls

9

23

Jumat

10
24

11

25

26


OMDr OApr o Me; OJun OJul 0 Ags

Kesejahteraan Masih
lauh dari Harapan
~enapadakenyataannya
masihjauh
ditunjukkan
angka

masyarakat

dari harapan

yang

oleh tingginya

kemiskinan,

pengang-


guran,danterbatasnyalapangan

pekerjaan.

Artinya,

sektor riiltidak mengalami
pertumbuhan
beberapa
mengalami

bahkan

tahun

sejak

terakhir


penurunan.

Berarti, sektor riilharus

menjadiprioritas
bagi tim

EMPERHATIKAN tim ekonomi
saat ini, ada beberapa catatan saya untuk ekonomi Indonesia yang lebih baik
ke depan. Pascakrisis global
2008 Indonesia masih memiliki pertumbuhan ekonomi
yang positif, hingga mendapat pujian dari bangsa lain.
Pertanyaan yang mendasar
adalah apakah masyarakat
menikmati pertumbuhan
ekonomi positiftersebut?
Jawaban~~d~engapa?

M


ekonomi ke depan, apakah
ekonomi kita akan dijadikan
mandiri atau tidak, tergantung pada negara lain atau
seperti sekarang ini, memiliki
ketergantungan yang tinggi.
Kita hanya mengekspor bahan mentah bukan produk
yang memiliki nilai tambah
dan bangsa lain yang
menikmati keuntungan yang
lebih besar. Terdapat empat
penyebab kemandekan pada
sektor riil.
1. Kebijakan yang tidak
berpihak pada ekonomi domestik atau menggerakkan
ekonomi rakyat sehingga pro-

Kllplns

Humas


Un pad

0

13
27

o Sep

Mlnggu
14
15
16
28
29
30
31

.Olct


0

Nov

duksi dalam negeri sulit ber~aing, misalnya kebijakan
tarif 0% untuk barang impor
pada perjanjian ASEAN China
Free Trade Agreement (ACFTA) berpotensi menghancurkan industri dalam negeri,
kebijakan impor buah yang
mematikan petani buah lokal
tanpa mem berikan penguatan sebelumnya dU.
2. Arah kebijakan pusat,
provinsi, dan kabupaten /kota
yang tidak sejalan dalam
membuat perencanaan
ekonomi sehingga sulit
diukur target pencapaian
ekonomi secara riil di tingkat
nasional. Ke mana arah
ekonomi apakah tahun 2015,

2025, dst. yang tentunya

. Analisis Ina Primiana

kesejahteraan

o S.btu
12

harus sejalan dari tingkat
daerah hingga pusat.
3. Tidak adanya koordinasi
antardepartemen bidang
ekonomi, sehingga beberapa
kebijakan menjadi kontraproduktif dan menghambat tumbuhnya sektor riil.
4. Kurang melihat dan
mendengar keluhan yang terjadi pada dunia usaha, kenyataannya hanya dunia usaha yang dapat menciptakan
lapangan kerja, pemerintah
hanya menjadi fasilitator.
Demikian beberapa catatan

penulis, semoga dapat menjadi masukan bagi tim ekonomi
KIB II. ***
Penulis, Guru Besar
Fakultas Ekonomi Unpad.

2009

0

Des