182069511 Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Opini
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Terhadap Kualitas Pendidikan
David Wijaya*)
Abstrak
alah satu prinsip dalam setiap organisasi ialah efisiensi yang kerap kali menjadi penentu
dalam keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Efisiensi mencakup penggunaan
semua sumber daya yang tersedia termasuk tenaga, waktu, dan dana. Tulisan ini secara
khusus membahas manajemen keuangan sekolah di dalam perspektif akuntansi. Menyadari
manajemen keuangan sekolah berbeda dengan manajemen keuangan perusahaan yang berorientasi
kepada laba, telaahan dalam tulisan difokuskan pada tata kelola administrasi keuangan sekolah
berdasarkan sistem manajemen keuangan yang baku sesuai dengan standar akuntansi dan
keuangan yang berlaku secara umum.
S
Kata kunci: Manajemen keuangan sekolah, kualitas pendidikan, akuntansi
Abstract
Efficiency is one of the organization principles which often becomes the determinant of the organization
success to achieve its goals. The efficiency includes all resources, such as man, money, materials, and time that
directly affect the quality of education in the school. This article focuses on the discussion of the school finance
management in accounting perspectives. Assuming that the school finance management is different from that
of the corporate, this article discusses the school finance management applying the standardized financial
management system in accordance with general accepted accounting principle (GAAP).
Key words: School finance management, quality of education, accountancy
Pendahuluan
Sejalan dengan berkembangnya otonomi daerah,
di dalam lingkup pendidikan formal, mulai
muncul konsep Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) yang menjadikan pengelolaan pendidikan
lebih terarah dan terkoordinasi dengan baik dari
segi penyelenggaraan, pendanaan, pengembangan, dan pengawasan. Menurut Depdiknas
(2007), di dalam pelaksanaan MBS, ada tiga hal
yang perlu dilaksanakan, yaitu: (1) manajemen
sekolah (fungsi dan substansinya) di dalam
kerangka MBS; (2) pembelajaran aktif, kreatif,
*) Dosen Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
80
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
efektif, dan menyenangkan (PAKEM); dan (3)
peningkatan peran serta masyarakat dalam
mendukung program sekolah.
Partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan telah diamanat-kan pada
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 8,
yang disebutkan bahwa “masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan” serta pasal 9 yang berbunyi
“masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan”.
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Masyarakat akan mendukung program
sekolah apabila kepala sekolah mampu
menyelenggarakan manajemen pendidikan
yang transparan, terutama transparansi dalam
hal manajemen keuangan. Sesuai dengan
prinsip akuntabilitas, masyarakat berhak
mengetahui apa yang telah disumbangkannya
kepada sekolah, baik tingkat efisiensi maupun
efektivitasnya. Dengan demikian, kepala sekolah
perlu memiliki kemampuan untuk mengelola
keuangan sekolah secara transparan, akuntabel,
efektif, dan efisien.
Salah satu masalah fundamental di dalam
sistem pendidikan nasional adalah sulitnya
memperoleh informasi keuangan sekolah yang
terstandarisasi. Oleh karena itu, pembenahan
manajemen keuangan sekolah harus dimulai
dengan cara menyusun teknik-teknik pengelolaan keuangan sekolah yang komprehensif
sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan
yang berlaku secara umum.
Manajemen keuangan sekolah merupakan
salah satu bidang garapan substansi
administrasi pendidikan yang secara khusus
menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan yang dimiliki dan
digunakan oleh kepala sekolah. Manajemen
keuangan sekolah tidak hanya terkait dengan
pengelolaan sumber dana pendidikan yang
digunakan untuk proses pendidikan, tetapi juga
terkait dengan berbagai permasalahan (resiko)
tentang pengelolaan keuangan sekolah serta
upaya sekolah untuk mencari sumber-sumber
pendanaan bagi kelangsungan organisasinya.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa sekolah
memerlukan anggaran pendidikan yang besar,
terutama untuk aktivitas pembangunan dan
pemeliharaan gedung sekolah, pengadaan
peralatan dan perlengkapan sekolah, serta
aktivitas pembiayaan operasional sekolah.
Aktivitas-aktivitas sekolah tersebut akan
terganggu apabila tidak didukung dengan
anggaran pendidikan yang memadai. Semakin
besar anggaran pendidikan, maka diperkirakan
akan semakin meningkatkan kualitas
pendidikan.
Tidak mengherankan jika anggaran
pendidikan nasional belum memadai sehingga
mengakibatkan kondisi pendidikan di tanah air
memprihatinkan. Hal tersebut dapat terindikasi
dari kondisi gedung dan perlengkapan sekolah
di Indonesia. Tidak sedikit gedung sekolah di
Indonesia terancam ambruk, juga tidak sedikit
sekolah yang hanya memiliki standar kelayakan
minimal, yakni hanya memiliki gedung sekolah
dan guru. Pada umumnya, sekolah dengan
standar minimal tersebut akan menghasilkan
siswa dengan pengetahuan yang minimal serta
berdampak terhadap kualitas pendidikan.
Alokasi anggaran pendidikan sebesar 20%
dari APBN maupun APBD (seperti diamanatkan
oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
pasal 49 ayat 1) belum berimbang antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta. Selama ini,
pengalokasian dana pendidikan terlalu
mengutamakan sekolah negeri. Di provinsi Jawa
Tengah, alokasi anggaran pendidikan adalah
20% dari APBN untuk pendidikan, sebesar 70%nya masih diperuntukkan bagi sekolah negeri,
sedangkan sekolah swasta hanya memperoleh
sekitar 30%-nya. Meskipun demikian, kondisi
tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan dua
atau tiga tahun yang lalu, karena pengalokasian
anggaran pendidikan sebesar 20% sudah
tercapai. Hanya saja, pengalokasian anggarannya harus dikendalikan agar proporsional.
Selama ini, jika sekolah negeri kekurangan
dana karena pasokan dana dari Pemerintah
sangat terbatas, kepala sekolah negeri
cenderung menunggu alokasi dana berikutnya
dari Pemerintah daripada melakukan upaya
untuk mengatasi kekurangan dana. Demikian
halnya dengan sekolah swasta, karena adanya
keterbatasan dana pasokan dari Pemerintah,
kepala sekolah swasta berinisiatif mengatasinya
dengan cara meminta dana dari yayasan
pendidikan atau sumber dana nonpemerintah.
Meskipun kepala sekolah swasta dapat meminta
dana selain dari Pemerintah, tetapi mereka tidak
cukup kuat untuk menanggung risiko atas
kebijakan yang diambilnya karena mereka takut
mendapat tuduhan negatif karena melakukan
tindakan ilegal.
Dalam rangka menyukseskan program
wajib belajar (Wajar) 9 tahun, Pemerintah telah
mengalokasikan dana pendidikan kepada
satuan pendidikan dalam bentuk bantuan
operasional sekolah (BOS). Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya, kita melihat banyak sekali
perbedaan mekanisme pengelolaan BOS antara
sekolah negeri dengan sekolah swasta. Tabel 1
di bawah ini menguraikan lima perbedaan
mekanisme pengelolaan BOS antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta.
Dengan adanya permasalahan tersebut,
akhirnya para penyelenggara pendidikan
berupaya keras untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Namun, upaya tersebut
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
81
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Tabel 1 : Mekanisme Pengelolaan BOS
Sekolah Negeri
Menggratiskan seluruh siswa di sekolah negeri
terhadap biaya operasional sekolah.
Meringankan beban biaya operasional sekolah
bagi siswa di sekolah swasta.
Sekolah negeri dengan kategori RSBI dan SBI
diperbolehkan memungut dana dari orang tua
siswa yang mampu dengan persetujuan
Komite Sekolah.
Pemda setempat wajib mengendalikan
pungutan biaya operasional sekolah di sekolah
swasta sehingga siswa miskin bebas dari
pungutan tersebut.
Pemda setempat wajib memenuhi kekurangan
biaya operasional sekolah dari APBD apabila
dana BOS dari Depdiknas belum mencukupi.
Tidak ada pungutan berlebihan kepada siswa
yang mampu.
Semua sekolah negeri wajib menerima dana
BOS. Apabila sekolah negeri tersebut menolak
dana BOS, maka sekolah tersebut dilarang
memungut biaya dari peserta didik, orang tua,
atau wali peserta didik.
Sekolah penerima dana BOS adalah seluruh
sekolah swasta yang telah memiliki izin
operasional.
Biaya investasi menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
Biaya investasi bisa mendapatkan bantuan dari
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
memerlukan biaya yang besar. Biaya
pendidikan memang mahal, tetapi masalahnya
adalah seberapa besar biaya penyelenggaraan
pendidikan yang dibebankan kepada siswa. Di
negara-negara yang pemerintahnya mengerti
akan pentingnya pendidikan, pemerintah
menanggung sebagian besar biaya penyelenggaraan pendidikan, sehingga biaya penyelenggaraan pendidikan yang ditanggung oleh siswa
menjadi ringan atau murah. Dengan demikian,
pendidikan yang mahal bukan secara otomatis
menunjukkan kualitas pendidikan yang tinggi,
karena tinggi rendahnya biaya pendidikan
ditentukan oleh manajemen keuangan sekolah.
Kualitas pendidikan dapat tercermin dari jumlah
biaya pendidikan yang dikeluarkan beserta
pengendalian biayanya. Informasi laporan
keuangan sekolah termasuk jenis aktivitas serta
unit cost sekolah seharusnya diawasi sehingga
kualitas pendidikan dapat ditentukan berdasarkan kemampuan manajemen keuangan sekolah
secara tepat dan akurat. Ini berarti bahwa sistem
biaya pendidikan merupakan bagian dari
manajemen keuangan sekolah serta merupakan
salah satu alat penentu terwujudnya kualitas
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah
yang dibahas dalam tulisan ini ialah pengaruh
dari penerapan manajemen keuangan sekolah
terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
82
Sekolah Swasta
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
Hasil pembahasan dalam artikel ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholders
pendidikan sebagai dasar penerapan manajemen
keuangan sekolah berbasis akuntansi yang
sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan
yang berlaku secara umum serta penerapan
sistem manajemen keuangan sekolah berbasis
kualitas pendidikan sehingga akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas pendidikan
secara berkelanjutan serta penyelenggaraan tata
pamong sekolah yang baik (good corporate
governance).
Pembahasan
Definisi Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen keuangan merupakan manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan, sedangkan
fungsi keuangan merupakan kegiatan utama
yang harus dilakukan oleh mereka yang
bertanggung jawab di dalam bidang tertentu.
Fungsi manajemen keuangan adalah
menggunakan dana serta mendapatkan dana
(Husnan, 1992).
Manajemen keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai “tindakan pengurusan atau
ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, dan pelaporan” (smen
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Depdiknas, 2002). Dengan demikian, manajemen
keuangan sekolah merupakan rangkaian
aktivitas mengatur keuangan sekolah yang
dimulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.
Menurut Bafadal (2004), manajemen
keuangan sekolah dapat diartikan sebagai
“keseluruhan proses pemerolehan dan
pendayagunaan uang secara tertib, efisien, dan
dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan”.
Berdasarkan definisi tersebut, ada empat hal
yang perlu digarisbawahi terkait dengan
manajemen keuangan sekolah, antara lain
sebagai berikut.
1. Manajemen keuangan merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh serta
mendayagunakan seluruh dana.
2. Mencari sebanyak mungkin sumber-sumber
keuangan serta berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan dana dari
sumber-sumber keuangan tersebut. Menurut
Depdiknas (2007), sumber-sumber pendapatan sekolah dapat berasal dari: (1)
Pemerintah, yang meliputi: Pemerintah
Pusat, yang dialokasikan melalui APBN
serta Pemerintah Kabupaten/Kota, yang
dialokasikan melalui APBD; (2) usaha
mandiri sekolah, yang berupa kegiatan:
pengelolaan kantin sekolah, koperasi
sekolah, wartel, jasa antar jemput siswa,
panen kebun sekolah; kegiatan sekolah
yang menarik sehingga ada sponsor yang
memberi dana; kegiatan seminar/
pelatihan/lokakarya dengan dana dari
peserta yang dapat disisihkan sisa
anggarannya untuk sekolah; serta
penyelenggaraan lomba kesenian dengan
biaya dari peserta atau perusahaan yang
dapat disisihkan sebagian dananya untuk
sekolah; (3) orang tua siswa, yang berupa
sumbangan fasilitas belajar siswa,
sumbangan pembangunan gedung, iuran
BP3, dan SPP; (4) dunia usaha dan industri,
yang dilakukan melalui kerjasama dalam
berbagai kegiatan, baik berupa bantuan
uang maupun fasilitas sekolah; (5) hibah
yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, di mana kepala
sekolah perlu menyusun proposal yang
menguraikan kebutuhan pengembangan
program sekolah; (6) yayasan penye-
lenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta; serta (7) masyarakat luas.
Selain itu, menurut Bastian (2007), ada tiga
anggaran publik dalam anggaran
pendidikan yang harus kita perhatikan,
yaitu: (1) anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat; (2) anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) yang dikelola
oleh Pemerintah Daerah; serta (3) anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (APBS)
yang dikelola oleh satuan pendidikan
(sekolah).
APBD
APBN
APBS
Gambar 1: Sumber Dana Pendidikan
Sagala (2008) menjelaskan kerangka sistem
penganggaran pendidikan pada pemerintahan kabupaten/kota seperti terdapat pada
gambar 2.
Mekanisme penentuan anggaran
pendidikan dimulai dari musyawarah
pembangunan desa (Musbangdes) yang di
dalamnya termasuk sekolah yang berada di
desa tersebut. Akan tetapi, di lain pihak,
sekolah juga mengajukan anggaran sekolah
yang disebut dengan rencana anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS)
kepada Cabang Dinas Pendidikan setempat.
Selanjutnya, hasil Musbangdes digabungkan di kecamatan, sehingga oleh Camat
diidentifikasi dan diolah menjadi usulan
daftar kegiatan pembangunan (UDKP) pada
tingkat kecamatan yang di dalamnya sudah
termasuk program dinas yang berada di
kecamatan. UDKP dari kecamatan bersama
dengan usulan dinas teknis diserahkan
kepada Badan Perencana Pembangunan
Daerah (BAPPEDA).
Oleh BAPPEDA kabupaten, setiap
usulan rencana tersebut dibawa ke rapat
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
83
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Satuan Pendidikan
Desa/Kelurahan
Musbangdes
Cabang Dinas
Kecamatan
UDKP
Dinas
BAPPEDA
Rakorbang
Panitia Anggaran
Rapat Penyusunan
Anggaran
Pembahasan
Repetada/RAPBD
Bupati (Eksekutif)
Repetada/APBD
DPRD (Legislatif)
Perda/APBD
Gambar 2: Mekanisme Penentuan Anggaran Pendidikan Kabupaten
koordinasi pembangunan (Rakorbang)
kabupaten untuk menentukan prioritas
pembangunan disertai dengan rencana
anggarannya. Hasil Rakorbang tersebut memuat
program kerja kabupaten/kota yang dianalisis
kembali oleh panitia anggaran kabupaten/kota
dibawah koordinasi sekretaris daerah (Sekda).
Setelah dianalisis, hasilnya ditetapkan menjadi
rencana pembangunan tahunan daerah
(Repetada) yang nantinya akan diolah menjadi
RAPBD untuk diajukan ke legislatif. Repetada
ini telah diperiksa oleh masing-masing dinas
termasuk dinas pendidikan, sehingga tercipta
kesesuaian antara usulan dengan yang disetujui,
baik program maupun anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakan program
tersebut.
Usulan anggaran tersebut selanjutnya
dibahas oleh DPRD kabupaten dalam
bentuk dengar pendapat dengan Bupati/
Walikota dan dinas teknis untuk
mengetahui rincian program dan anggaran
yang diperlukan. Hasil rapat penyusunan
anggaran ini dalam bentuk Repetada
diajukan kepada pihak legislatif daerah
untuk dibahas dan selanjutnya setelah
84
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
3
dianggap sesuai dengan ketentuan dan
anggaran yang tersedia, oleh DPRD tersebut
diterbitkan peraturan daerah (Perda)
menjadi APBD.
Menggunakan seluruh dana yang tersedia
atau diperoleh semata-mata untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Pada pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005, pembiayaan pendidikan
terdiri dari: (1) biaya investasi, yang meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan SDM, dan modal kerja tetap;
(2) biaya personal, yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik agar dapat mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan; dan (3) biaya operasi, yang
meliputi gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta tunjangan yang melekat
pada gaji; bahan atau peralatan pendidikan
habis pakai; serta biaya operasi pendidikan
tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
4.
Penggunaan seluruh dana sekolah harus
dilakukan secara efektif dan efisien. Selain
itu, penggunaan seluruh dana sekolah
harus dilakukan dengan tertib dan mudah
dipertanggungjawabkan kepada semua
pihak yang terkait. Pelaksanaan kegiatan
penggunaan dana harus mengacu kepada
RAPBS yang telah ditetapkan. Pembukuan
uang masuk dan keluar harus dilakukan
secara teliti dan transparan. Oleh karena itu,
tenaga akuntansi sekolah (staf administrasi
sekolah) harus menguasai teknik akuntansi
yang benar sehingga hasil perhitungannya
tepat dan akurat. Penggunaan anggaran
juga harus memperhatikan asas umum
pengeluaran negara, yaitu manfaat
penggunaan uang negara minimal harus
sama apabila uang tersebut digunakan
sendiri oleh masyarakat. Selain itu, kita juga
harus memperhatikan pasal 24, 28, dan 30
dari Undang-undang Perbendaharaan
Negara yang berusaha mencegah pengeluaran yang melampaui kredit anggaran
atau tidak tersedia anggarannya. Kreditkredit yang disediakan dalam anggaran
tidak boleh ditambah baik secara langsung
maupun tidak langsung karena adanya
keuntungan bagi negara. Demikian pula
halnya dengan barang-barang milik negara
dalam bentuk apapun, tidak boleh
diserahkan kepada mereka yang
mempunyai tagihan kepada negara.
Perkembangan Perspektif
Manajemen Keuangan Sekolah
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia
pendidikan telah berkembang cepat secara
kuantitatif. Pada tahun 1965, jumlah sekolah
dasar (SD) sebanyak 53.233 sekolah dengan
jumlah murid sebanyak 11.577.943 murid dan
jumlah guru sebanyak 274.545 guru. Dalam
kurun waktu sekitar 40 tahun, jumlah sekolah
dasar (SD) menjadi sebanyak 144.567 SD atau
Politik
Ekonomi
naik sekitar 170%, dengan jumlah murid
sebanyak 26.627.427 murid atau naik sekitar
130% dan jumlah guru sebanyak 1.301.452 guru
atau naik sekitar 370% (Pusat Informatika –
Balitbang Depdiknas, 2009). Namun, di sisi lain,
perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti
dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, aspek-aspek pendukung
pendidikan seperti manajemen keuangan
sekolah, belum serius dikembangkan. Perkembangan perspektif manajemen keuangan sekolah
dijelaskan pada gambar 3.
Di dalam perspektif politik, sebelum
berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem
pendidikan nasional kita mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, di mana kegiatan
pendanaan pendidikan tidak diatur secara
khusus. Namun, dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003, kegiatan pendanaan pendidikan
sudah diatur secara khusus dalam Bab XIII, yang
substansinya meliputi sebagai berikut: (1)
pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat; (2) sumber pendanaan
pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan; (3)
pengelolaan dana pendidikan berdasarkan
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik; dan (4) pengalokasian
dana pendidikan.
Jika dilihat pada uraian Bab XIII, kita belum
melihat adanya petunjuk teknis tentang
manajemen keuangan pendidikan, khususnya
tentang pelaporan keuangan pendidikan. Peran
serta masyarakat dalam mendukung dan
mengontrol manajemen keuangan pendidikan
juga belum jelas. Di samping itu, standar
pembiayaan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, hanya mengatur unsur biaya tanpa
petunjuk perhitungan biaya pendidikan. Oleh
karena itu, kita perlu melakukan pendekatan
terintegrasi dalam manajemen keuangan
Administrasi
Publik
Akuntansi
Gambar 3: Perkembangan Perspektif Manajemen Keuangan Sekolah
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
85
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
terintegrasi dalam manajemen keuangan
pendidikan, baik dari regulator, pengawas,
evaluator, maupun operator pendidikan.
Di dalam perspektif ekonomi, kita mengenal
konsep ekonomi pendidikan. Landasan
konseptual ekonomi pendidikan menurut Cohn
(1979) mengacu kepada prinsip bahwa ekonomi
adalah keterbatasan (scarcity) dan keinginan
(desirability). Ekonomi dapat dipahami sebagai
suatu studi tentang bagaimana seseorang atau
masyarakat memilih untuk menggunakan uang
dan sumber lainnya yang sifatnya terbatas
(desirability) untuk menghasilkan atau mencapai
keinginan (scarcity) yang sifatnya tidak terbatas.
Bagi sekolah formal, ekonomi pendidikan
menyangkut proses tentang bagaimana
pendidikan dihasilkan melalui jalur
penyelenggaraan sekolah, pendistribusian
pendidikan di antara individu dan kelompokkelompok yang memerlukan, berapa banyak
biaya yang dihabiskan oleh masyarakat di dalam
kegiatan pendidikan, serta kegiatan pendidikan
macam apa yang harus diseleksi. Isu utama
ekonomi pendidikan menurut Cohn adalah
identifikasi dan ukuran nilai ekonomi bagi
pendidikan, alokasi sumber-sumber dalam
pendidikan, gaji guru, biaya pendidikan, dan
perencanaan pendidikan. Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) memprediksi
kebutuhan pendidikan; (2) mengalokasikan
setiap komponen biaya pendidikan; (3)
melakukan analisis terhadap sumber dana
pendidikan serta dari mana dana pendidikan
tersebut dapat diperoleh; dan (4) melakukan
pengawasan terhadap keuangan sekolah.
Di dalam perspektif administrasi publik,
tujuan dari manajemen keuangan sekolah
adalah membantu pengelolaan sumber
keuangan sekolah serta menciptakan
mekanisme pengendalian yang tepat bagi
pengambilan keputusan keuangan sekolah
untuk mencapai tujuan sekolah yang
transparan, akuntabel, dan efektif. Pengendalian
yang baik terhadap administrasi manajemen
keuangan sekolah akan memberikan dampak
positif berupa pertanggungjawaban sosial yang
baik bagi berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholder) di sekolah.
Di dalam perspektif akuntansi, setiap
kepala sekolah wajib menyampaikan laporan
keuangan, terutama terkait dengan penerimaan
dan pengeluaran keuangan sekolah kepada
Komite Sekolah dan Pemerintah. Dengan
demikian, standar akuntansi keuangan sekolah
86
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
dapat diberlakukan sebagai kriteria pelaporan
keuangan sekolah yang akan disajikan bagi para
pengelola sekolah. Hal ini dapat menjamin
adanya akuntabilitas publik, khususnya bagi
para pengguna jasa pendidikan. Oleh karena itu,
peranan manajemen keuangan sekolah di dalam
perspektif akuntansi adalah sebagai berikut: (1)
melakukan analisis setiap keputusan sekolah
dari aspek keuangan sekolah; (2) melakukan
analisis pendanaan bagi kepentingan investasi
sekolah; (3) melakukan analisis biaya
pendidikan terkait penentuan biaya jasa
pendidikan; serta (4) melakukan analisis arus
kas operasi sekolah.
Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan Sekolah
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 pasal 48, pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Prinsipprinsip dalam pengelolaan dana pendidikan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara dan satuan pendidikan yang
didirikan oleh masyarakat terdiri atas prinsipprinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum meliputi keadilan,
efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik.
Keadilan berarti besarnya pendanaan
pendidikan (Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan masyarakat) disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Efisiensi merupakan
perbandingan antara masukan (input) dengan
keluaran (output) atau antara daya (tenaga,
pikiran, waktu, dan biaya) dengan hasil.
Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua
hal, yaitu: penggunaan waktu, tenaga, dan biaya;
serta hasil (outcomes). Transparansi berarti
adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan sekolah, yaitu keterbukaan sumber
keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaannya, dan pertanggungjawabannya harus jelas
sehingga dapat memudahkan berbagai pihak
yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Akuntabilitas publik berarti penggunaan uang
sekolah dapat dipertang-gungjawabkan sesuai
dengan rencana sekolah yang ditetapkan. Ada
tiga syarat utama agar dapat tercipta
akuntabilitas publik, yaitu: (1) adanya
transparansi dari penyelenggara pendidikan
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Anggaran pendidikan
Anggaran merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam
bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan lembaga dalam kurun waktu
tertentu (Fattah, 2002).
2. Pola subsidi pendidikan
Subsidi pendidikan merupakan sumber
pendanaan dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah, pengusaha, dan masyarakat untuk
membiayai aktivitas investasi fisik dan nonfisik dalam rangka meningkatkan kapasitas
dan mutu layanan sekolah.
3. Pengukuran dan pelaporan kinerja
pendidikan
Dengan adanya laporan kinerja
pendidikan, maka stakeholders sekolah
dapat mengetahui secara jelas tentang
kinerja organisasi sekolah sehingga akan
menjadi bahan masukan bagi proses
perencanaan kinerja pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan diadakannya
pelaporan kinerja pendidikan adalah dalam
rangka pelaksanaan akuntabilitas pada
sektor publik (Akdon, 2007).
4. Cost and pricing jasa pendidikan
Siklus Manajemen Keuangan Sekolah
Menurut James dan Phillips (1995), unsurunsur biaya dan penetapan harga jasa
Bastian (2007) menjelaskan siklus manajemen
pendidikan meliputi pertama ialah
keuangan sekolah di dalam perspektif akuntansi
pembiayaan (costing) jasa pendidikan,
seperti terdapat pada gambar 4.
yaitu membandingkan pengeluaran sekolah
Adapun tahapan manajemen keuangan
dengan manfaatnya bagi pelanggan jasa
sekolah sesuai gambar 4 sebagai berikut.
pendidikan. Kedua penetapan harga
(pricing) jasa pendidikan, yaitu
penerima jasa pendidikan akan
Anggaran
dikenakan harga jasa pendidikan
Pendidikan
tertentu sesuai dengan tujuan
sekolah. Ada tiga aspek penetapan
harga jasa pendidikan, yaitu: (1)
Audit Kinerja
Pola Subsidi
Pendidikan
diferensiasi jasa pendidikan; (2)
Pendidikan
faktor-faktor penentu harga jasa
Siklus Manajemen
pendidikan; serta (3) biaya pengemKeuangan Sekolah
bangan produk jasa pendidikan.
Pengukuran dan
5. Audit keuangan pendidikan
Audit Keuangan
Pelaporan Kinerja
Pendidikan
Audit keuangan pendidikan
Pendidikan
bertujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan sekolah
C osting and Pricing
secara keseluruhan telah disajikan
Jasa Pendidikan
sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku secara
Gambar 4: Siklus Manajemen Keuangan Sekolah
umum.
dalam hal masukan dan keikutsertaan mereka
pada berbagai komponen sekolah; (2) adanya
standar kinerja sekolah dalam hal pelaksanaan
tugas, fungsi, dan wewenang; serta (3) adanya
partisipasi untuk saling menciptakan suasana
sekolah yang kondusif dalam bentuk pelayanan
pendidikan dengan prosedur yang mudah, biaya
yang murah, dan proses yang cepat.
Sedangkan prinsip-prinsip khusus meliputi
efektivitas, kecukupan, dan keberlanjutan.
Manajemen keuangan sekolah dapat dikatakan
efektif apabila kepala sekolah dapat mengatur
keuangan untuk membiayai aktivitas sekolah
dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang
bersangkutan serta hasil kualitatifnya sesuai
dengan rencana sekolah yang telah ditetapkan.
Prinsip kecukupan berarti pendanaan
pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar
Nasional Pendidikan. Prinsip keberlanjutan
berarti pendanaan pendidikan dapat digunakan
secara berkesinambungan untuk memberikan
layanan pendidikan yang memenuhi Standar
Nasional Pendidikan.
1.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
87
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
6. Audit kinerja pendidikan
Audit kinerja merupakan upaya sistematis
untuk mengumpulkan, menyusun,
mengolah, dan menafsirkan informasi,
dengan tujuan menyimpulkan peringkat
kompetensi seseorang dalam satu jenis
keahlian profesi pendidikan berdasarkan
norma kriteria tertentu, serta menggunakan
kesimpulan tersebut di dalam proses
pengambilan keputusan kinerja yang
direkomendasikan (Sagala, 2007).
Peran dan Fungsi Manajemen
Keuangan Sekolah
Peran dan fungsi manajemen keuangan sekolah
adalah menyediakan berbagai informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan,
agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi pada suatu entitas pendidikan (Bastian,
2007). Berbagai informasi keuangan tersebut
dapat digunakan oleh stakeholders sekolah
dengan perannya masing-masing meliputi
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah memanfaatkan data-data
keuangan sekolah untuk menyusun
rencana sekolah yang dipimpinnya,
mengevaluasi kemajuan yang dicapai
dalam usahanya untuk mencapai tujuan
sekolah, serta melakukan tindakan korektif
yang diperlukan. Keputusan yang diambil
oleh kepala sekolah berdasarkan data-data
keuangan sekolah adalah menentukan
peralatan pendidikan apa yang sebaiknya
dibeli, berapa persediaan alat tulis kantor
(ATK) yang harus disiapkan, dan
sebagainya.
2. Guru dan karyawan sekolah
Guru dan karyawan sekolah merupakan
kelompok yang tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas di
sekolahnya. Ini berarti bahwa kelompok
tersebut juga tertarik dengan informasi
tentang penilaian kemampuan sekolah
dalam memberikan imbal jasa, manfaat
pensiun, dan peluang kerja.
3. Kreditur
Kreditur atau pemberi pinjaman tertarik
dengan informasi mengenai keuangan
sekolah sehingga dapat memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat
88
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
dibayar pada saat jatuh tempo. Hal tersebut
berlaku apabila sekolah tersebut
memerlukan bantuan dari kreditur.
4. Orang tua siswa
Orang tua siswa tertarik dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup sekolah,
terutama perjanjian jangka panjang sekolah
serta tingkat ketergantungan sekolah.
5. Pemasok
Pemasok (supplier) tertarik dengan informasi
mengenai kemungkinan jumlah hutang
sekolah yang akan dibayar pada saat jatuh
tempo.
6. Pemerintah
Pemerintah (termasuk lembaga-lembaga
yang berada dibawah otoritasnya) tertarik
dengan informasi mengenai alokasi sumber
daya serta aktivitas sekolah. Informasi
tersebut dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas sekolah, menetapkan anggaran,
dan sebagai dasar penyusunan anggaran
untuk tahun berikutnya.
7. Masyarakat
Sekolah dapat mempengaruhi anggota
masyarakat dengan berbagai cara. Laporan
keuangan sekolah dapat membantu
masyarakat dengan cara menyediakan
informasi tentang kecenderungan dan
perkembangan terakhir terkait pengelolaan
keuangan sekolah beserta rangkaian
aktivitasnya.
Menurut Bafadal (2004), fungsi dari
manajemen keuangan sekolah meliputi
kegiatan-kegiatan (1) perencanaan anggaran
tahunan, yaitu penyusunan secara komprehensif
dan realistis mengenai rencana pendapatan dan
pembelanjaan satu tahun sekolah; (2)
pengadaan anggaran, yaitu segala upaya yang
dilakukan oleh sekolah untuk mendapat
masukan dana dari sumber-sumber keuangan
sekolah; (3) pendistribusian anggaran, yaitu
penyaluran anggaran sekolah kepada unit-unit
tertentu di sekolah; (4) pelaksanaan anggaran,
di mana setiap personel sekolah menggunakan
seluruh anggaran yang terdistribusikan kepada
dirinya untuk melaksanakan tugasnya; (5)
pembukuan keuangan, yaitu keseluruhan
pencatatan secara teratur mengenai perubahanperubahan yang terjadi atas penghasilan dan
kekayaan sekolah; dan (6) pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan, yaitu kegiatan
pemeriksaan seluruh pelaksanaan anggaran
sekolah.
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen Biaya
Pendidikan Berbasis
Kualitas Pendidikan
Menurut Bastian (2007), ada 3
sistem
pengelolaan
biaya
pendidikan berbasis kualitas
pendidikan. Ketiga sistem tersebut
meliputi:
1. Cost standard system
Sistem ini lebih dikenal
dengan School Based Cost
Accounting System (SBCAS),
yang didasarkan pada standar
costing unit (unit biaya
standar), di mana setiap
sekolah dapat menggunakannya untuk mengukur seluruh
biayanya. SBCAS dapat
digunakan sebagai dasar
untuk menghitung biaya per
unit siswa. Untuk menghitung
rata-rata biaya siswa pada
setiap sekolah, SBCAS mengumpulkan data biaya langsung (direct costs) dari SchoolBased Cost Report (SBCR).
2. Grade-based system
Berbeda dengan SBCAS,
sistem ini menetapkan siswa
sebagai standard costing unit.
Pendekatan ini lebih akurat
karena agar dapat melakukan
evaluasi sistem akuntansi
biaya, para pengelola sekolah
dapat mencari perbedaan
penghitungan biaya yang
dihasilkan dari kedua sistem
tersebut. Dalam pendekatan
ini, perbedaan biaya per siswa
akan dihasilkan dengan
prosedur akuntansi yang
berbeda. Pada akhirnya,
sistem ini akan meningkatkan
kemampuan kepala sekolah
untuk menganggarkan dan
mengendalikan biaya pendidikan.
3. Service-based system
Pendekatan ini dihitung
berdasarkan kepada tingkat
jasa pendidikan yang diterima.
Oleh karena itu, penghitungan
biaya pendidikan dipisahkan
Tabel 2: Contoh Laporan Biaya Sekolah Berbasis Sekolah
(School-based cost report)
Statistik:
Jumlah siswa yang terdaftar
750
Jumlah hari dalam tahun akademik
170
Jumlah hari potensial siswa
127
Jumlah hari sesungguhnya
115
Persentase kedatangan (attendance
report)
90,5%
Biaya Langsung-Instruksi:
Gaji guru umum
R p 117 .50 0.0 00
Gaji guru pendidikan khusus
Rp 48.000.000
Gaji pembantu (aide)
Rp
5 . 8 5 0 . 0 00
Gaji guru pengganti
Rp
3 . 7 7 0 . 0 00
Perlengkapan belajar dan
perpustakaan
Rp
8.520.000
Jasa lain-lain (termasuk atletik,
transportasi, dan konsultasi)
R p 32.750.000
Jumlah Biaya Langsung-Instruksi
R p 216.390.000
Biaya Langsung-Administrasi:
Gaji administrasi
R p 12. 500 .000
Perlengkapan administrasi
Rp
Operasi dan peralatan
R p 27.000.000
Lainnya
Rp
1550.000
750.000
Jumlah Biaya LangsungAdministrasi
Rp 41.800.000
Biaya Tidak Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat:
Komite sekolah
Rp
3 5 0 .0 00
Administrasi
Rp
4.330.000
Asuransi jiwa dan kesehatan
R p 13.520.000
Operasi dan peralatan
Rp
740.000
Sewa dan depresiasi
Rp
350.000
Jasa kontrak
Rp
220.000
Perjalanan
Rp
85.000
Jumlah Biaya Tidak LangsungAlokasi dari Kantor Pusat
R p 19.595.000
Jumlah Biaya Langsung dan
Tidak Langsung
R p 277.785.000
Rata-rata biaya siswa yang
terdaftar
Rp
3 7 0 . 40 0
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
89
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Tabel 3: C ontoh Laporan Biaya Sekolah Berbasis Tingkatan
Tingkat 10
(Grade-b ased cost report)
Tingkat 11
Tingkat 12
Total
Biaya LangsungInstruksi:
Gaji guru umum
Rp 47.000.000
Rp 41.125.000
R p 29.375.000
R p 117.500.000
Gaji guru p endidikan
khusus
Rp 24.000.000
Rp 14.400.000
Rp
9.600.000
Rp
48.000.000
Gaji p embantu (aide)
Rp
3 .510.000
Rp
1.462.500
Rp
877.500
Rp
5.850.000
Gaji guru p engganti
Rp
1.508. 000
Rp
1.319.500
Rp
942.500
Rp
3.770.000
Perlengkap an belajar
dan p erp ustakaan
Rp
3.408.000
Rp
2.982.000
Rp
2.130.000
Rp
8.520.000
Jasa lain-lain
(termasuk atletik,
transp ortasi, dan
konsultasi)
Rp
6.550.000
Rp
8.187.500
R p 18.012.500
Rp
32.750.000
Jumlah Biaya
Langsung-Instruksi
R p 85.976.000
Rp 69.476.500
R p 60.937.500
R p 216.390.000
Gaji administrasi
Rp
5.000 .000
Rp
4.375.000
Rp
3.125.000
Rp
12.500.000
Perlengkap an
administrasi
Rp
620.000
Rp
542.500
Rp
387.500
Rp
1.550.000
O p erasi dan p eralatan
Rp
6.750.000
R p 10.800.000
Rp
9.450.000
Rp
27.000.000
Lainnya
Rp
300.000
Rp
Rp
187.500
Rp
750.000
Jumlah Biaya
Langsung Administrasi
R p 12.670.000
R p 15.980.000
R p 13.150.000
Rp
41.800.000
K omite sekolah
Rp
140.000
Rp
122.300
Rp
Rp
350.000
Administrasi
R
1.732.00 0
Rp
1.512.600
Rp
1.085.400
Rp
4.330.000
Asuransi jiwa dan
kesehatan
Rp 5.408.000
Rp
4.723.000
Rp
3.389.000
Rp
13.520.000
O p erasi dan p eralatan
Rp
9 6.000
Rp
258.500
Rp
185.500
Rp
740.000
Sewa dan dep resiasi
Rp
140.000
Rp
122.300
Rp
87.700
Rp
350.000
Jasa kontrak
Rp
8.000
Rp
76.900
Rp
55.100
Rp
220.000
Perjalanan
Rp
4.000
Rp
29.700
Rp
21.300
Rp
85.000
Jumlah Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat
Rp
Rp
6.845.300
Rp
4.911.700
Rp
Jumlah Biaya
Langsung dan Tidak
Langsung
Rp 106.484.000
R p 92.301.800
300
262
Biaya LangsungAdministrasi:
262.500
Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat:
Jumlah siswa yang
dibutuhkan
Rata-rata biaya siswa
yang terdaftar
90
Rp
7.838.000
355.000
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
Rp
352.300
87.700
R p 78.999.200
188
Rp
420.200
19.595.000
R p 277.785.000
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
menurut jenis-jenis jasa yang tersedia di
sekolah, yaitu: jasa pendidikan umum,
pendidikan khusus, serta atletik dan
konsultasi.
Analisis Biaya-Manfaat
(Cost-Benefit Analysis) Pendidikan
Hampir dapat dipastikan bahwa proses
pendidikan tidak dapat berjalan dengan lancar
tanpa adanya dukungan biaya pendidikan yang
memadai. Implikasi terhadap pemberlakuan
kebijakan desentralisasi pendidikan membuat
para pengambil keputusan pendidikan
seringkali mengalami kesulitan dalam
mendapatkan referensi tentang komponen
pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut
dirasakan semakin mendesak sejak dimulainya
pelaksanaan otonomi daerah, termasuk otonomi
dalam bidang pendidikan. Apalagi masalah
pembiayaan pendidikan tersebut sangat
menentukan kesuksesan program MBS, KBK,
ataupun KTSP (kurikulum tingkat satuan
pendidikan) yang saat ini diberlakukan.
Pembiayaan pendidikan merupakan suatu
masalah pendidikan yang kompleks karena di
dalamnya terdapat saling keterkaitan pada
setiap komponennya, yang memiliki rentang
yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga
makro (nasional), yang meliputi sumber
pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme
pengalokasian dana pendidikan, efektivitas dan
efisiensi dalam penggunaan dana pendidikan,
akuntabilitas pendidikan yang diukur dari
perubahan yang terjadi pada semua tataran
pendidikan, serta berbagai permasalahan yang
terkait dengan pembiayaan pendidikan.
Biaya pendidikan memegang peran yang
penting di dalam keberlangsungan hidup dunia
pendidikan. Keberhasilan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas
juga tidak terlepas dari perencanaan anggaran
pendidikan yang mantap serta pengalokasian
dana pendidikan yang tepat sasaran dan efektif.
Istilah “biaya” (cost) dapat diartikan sebagai
pengeluaran, sedangkan di dalam ilmu ekonomi,
istilah “biaya” dapat berupa uang atau bentuk
moneter lainnya (Hallak, 1985). Biaya
pendidikan merupakan salah satu komponen
instrumental (instrumental input) yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Dalam hal ini, biaya pendidikan
memiliki cakupan yang lebih luas, yakni semua
jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam
bentuk uang maupun barang dan tenaga
(Supriadi, 2003).
Fattah (2002) mengklasifikasikan biaya
pendidikan menjadi dua jenis, yaitu biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung
(indirect cost). Biaya langsung merupakan biayabiaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar
siswa (yang dikeluarkan oleh Pemerintah, orang
tua, dan siswa), seperti: pembelian alat-alat
pembelajaran, penyediaan sarana pembelajaran,
transportasi, dan gaji guru. Biaya tidak langsung
merupakan keuntungan yang hilang (forgone
earning) dalam bentuk biaya peluang yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa
selama belajar, misalnya uang jajan siswa dan
pembelian peralatan sekolah.
Analisis biaya-manfaat merupakan suatu
metodologi yang banyak digunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan.
Analisis biaya-manfaat dikaitkan dengan
analisis keuntungan atas investasi pendidikan
dari segi pembentukan kemampuan, sikap, dan
keterampilan. Metode tersebut dapat membantu
para pengambil keputusan pendidikan dalam
menentukan pilihan di antara berbagai alternatif
alokasi sumber dana pendidikan yang terbatas
tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.
Pengembangan investasi pendidikan perlu
dilakukan untuk peningkatan kualitas
pendidikan.
Di dalam konsep dasar pembiayaan
pendidikan, ada dua hal penting yang perlu
dikaji dan dianalisis, yaitu biaya pendidikan
secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan
per siswa (unit cost). Biaya satuan di tingkat
sekolah merupakan agregat (jumlah) dari biaya
pendidikan di tingkat sekolah, baik yang
bersumber dari Pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan selama satu tahun
pelajaran. Biaya satuan per siswa merupakan
suatu ukuran yang menggambarkan seberapa
besar uang yang dialokasikan oleh sekolah
secara efektif untuk kepentingan siswa dalam
menempuh pendidikan.
Analisis mengenai biaya satuan dapat
dilakukan dengan cara menggunakan sekolah
sebagai unit analisis. Dengan menganalisis
biaya satuan, kita dapat mengetahui tingkat
efisiensi penggunaan sumber dana di sekolah,
keuntungan dari investasi pendidikan, serta
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
91
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Tabel 4: C ontoh Laporan Biaya Sekolah Berbasis Jasa (Service-b ased cost report)
Pendidikan
Umum
PendidikanKhusus
Atletik
Konsultasi
Total
Biaya LangsungInstruksi:
Gaji guru umum
R p 111.230.000
-
Rp
Gaji guru pendidikan
khusus
-
R p 48 . 0 0 0 . 0 0 0
Gaji pembantu (aide)
Rp
1 . 5 3 0 . 0 00
Rp
Gaji guru pengganti
Rp
2 . 5 7 0 . 0 00
Perlengkapan belajar
dan perpustakaan
Rp
Jasa lain-lain
(termasuk atletik,
transportasi, dan
konsultasi)
Rp
Jumlah Biaya
Langsung-Instruksi
R p 123.170.000
Gaji administrasi
Rp
Perlengkapan
administrasi
6.270.000
-
R p 117.500.000
-
-
R p 48 . 0 0 0 . 0 0 0
4.320.000
-
-
Rp
5.850.000
Rp
1.200.000
-
-
Rp
3.770.000
6.020.000
Rp
2.500.000
-
-
Rp
8.520.000
1.820.000
Rp
5.030.000
R p 2 0 . 40 0 . 0 0 0
R p 5.500.000
R p 32.750.000
R p 61.050.000
R p 26.670.000
R p 5.500.000
R p 216.390.000
7 . 1 7 5 . 0 00
Rp
3.526.600
Rp
1 . 5 40 . 6 0 0
R p 317.800
R p 12.500.000
Rp
882.500
Rp
43 7 . 3 0 0
Rp
191.000
Rp
Rp
O perasi dan peralatan
Rp
15.368.500
Rp
7.617.500
Rp
3.327.700
Lainnya
Rp
42 6 . 9 0 0
Rp
211.600
Rp
9 2 . 40 0
Jumlah Biaya Langsung-Administrasi
Rp
23.792.700
R p 11.793.000
Rp
5.151.700
Komite sekolah
Rp
199 .200
Rp
98.700
Rp
Administrasi
Rp
2.464.800
Rp
1.221.600
Asuransi jiwa dan
kesehatan
Rp
7.695.600
Rp
O perasi dan peralatan
Rp
42 1 . 2 0 0
Sewa dan depresiasi
Rp
Jasa kontrak
Biaya LangsungAdministrasi:
39.400
1 . 45 0 . 0 0 0
R p 686.300
R p 27.000.000
Rp
Rp
19.100
750.000
R p 1.062.600
Rp 41.800.000
43.100
Rp
8.900
Rp
Rp
533.700
Rp
110.100
R p 4. 3 3 0 . 0 0 0
3.814.400
Rp
1.666.300
Rp
3 43 . 6 0 0
R p 13.520.000
Rp
208.800
Rp
91.200
Rp
1 8.800
Rp
740.000
199.200
Rp
98.700
Rp
43.100
Rp
8.900
Rp
350.000
Rp
125.200
Rp
62.100
Rp
27.100
Rp
5.600
Rp
220.000
Perjalanan
Rp
48 . 40 0
Rp
24.000
Rp
10.500
Rp
2.200
Rp
85.000
Jumlah Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat
Rp
11.153.600
Rp
5.528.300
Rp
2 . 41 5 . 0 0 0
Rp
498.100
R p 19.595.000
Jumlah Biaya
Langsung dan Tidak
Langsung
R p 158.116.300
R p 78.371.300
R p 7.060.700
R p 19.595.000
127.500
1.200
Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat:
Jumlah siswa yang
dibutuhkan
Rata-rata biaya siswa
yang terdaftar
92
Rp
1 . 2 40
Rp
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
65.309
Rp 34.236.700
1.222
Rp
28.017
300
Rp
23.536
350.000
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
kegiatan tersebut memerlukan dukungan biaya
pendidikan.
Dana pendidikan yang mencukupi
memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa
kegiatan sekolah akan berjalan lancar sehingga
mendorong kinerja guru yang tinggi di dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, kegiatan
kurikulum (intrakurikulum, kokurikulum, dan
ekstrakurikulum) yang berkualitas, serta
pelayanan administrasi ketatausahaan yang
efektif. Pada tataran teknis, kepala sekolah perlu
mengembangkan
kemampuan
untuk
menganalisis biaya yang dibutuhkan untuk
aktivitas operasional sekolah yang berkorelasi
signifikan terhadap kualitas pendidikan yang
akan dicapainya. Secara politik, pagu anggaran
pendidikan yang bersumber dari pemerintah
harus tetap diperjuangkan oleh sekolah dan
masyarakat. Jika pemerintah tidak menyediakan
dana operasional sekolah yang memadai, maka
sekolah akan sulit meningkatkan mutunya.
Berdasarkan hasil pengamatan Mintarsih
(2004), kualitas lulusan ditentukan oleh
besarnya dukungan biaya pendidikan yang
menunjang kegiatan belajar-mengajar, selain
lokasi lingkungan sekolah, peran serta orang tua,
serta dedikasi guru. Biaya pendidikan akan
memberikan dampak positif terhadap setiap
program sekolah, antara lain: (1) peningkatan
kesejahteraan guru serta personil tata usaha
sekolah yang berimplikasi terhadap kegiatan
belajar-mengajar di sekolah; dan (2) karena
dengan adanya dana pendidikan yang
mencukupi, guru tidak perlu mencari tambahan
gaji di luar sekolah tempatnya bertugas serta guru
dapat mencurahkan perhatiannya kepada
sekolah tempatnya mengajar.
Kesimpulan dan Saran
Uang merupakan salah satu sumber daya
pendidikan yang penting. Uang dipandang
sebagai darah di dalam tubuh manusia, yang
mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah
di dalam tubuh. Namun, ada juga yang
berpendapat bahwa uang ibarat kuda dan
pendidikan ibarat gerobak. Gerobak tidak akan
berjalan tanpa ditarik oleh kuda. Pendidikan
tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya
biaya atau uang.
Pendidikan merupakan salah satu sektor
publik yang dapat melayani masyarakat dengan
kegiatan pengajaran, bimbingan, dan latihan
94
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
yang dibutuhkan oleh peserta didik. Manajemen
keuangan di dalam lembaga pendidikan
(sekolah) berbeda dengan manajemen keuangan
perusahaan yang berorientasi profit atau laba.
Sekolah merupakan organisasi publik yang
nirlaba atau non-profit. Oleh karena itu,
manajemen keuangan sekolah memiliki
keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik
pendidikan.
Pada dasarnya, setiap sekolah sudah
menyelenggarakan sistem pengelolaan
keuangan yang baik, tetapi kadar substansi
pelaksanaannya beragam antara sekolah yang
satu dengan sekolah yang lainnya. Adanya
keragaman tersebut tergantung kepada besar
kecilnya tipe sekolah, letak sekolah, dan predikat
sekolah.
Oleh karena itu, penerapan sistem
manajemen keuangan yang baku di sekolah
tidak dapat disangkal lagi. Permasalahan yang
terjadi di sekolah terkait dengan manajemen
keuangan sekolah di antaranya: sumber dana
pendidikan yang terbatas; pembiayaan program
pendidikan yang serampangan; serta tidak
mendukung visi, misi, dan kebijakan
sebagaimana tertulis di dalam rencana strategis
sekolah. Di satu sisi, sekolah perlu dikelola
dengan tata pamong yang baik (good corporate
governance) sehingga menjadikan sekolah
tersebut bersih dari berbagai malfungsi dan
malpraktik pendidikan.
Salah satu masalah utama dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya anggaran pendidikan.
Rendahnya anggaran pendidikan dapat
terindikasi dari kondisi sarana dan prasarana
pendidikan yang belum memadai. Meskipun
Pemerintah telah memenuhi amanat konstitusi
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
alokasi APBN maupun APBD sebesar 20% untuk
sektor pendidikan, tetapi dalam prakteknya
sekolah swasta hanya mendapatkan porsi
anggaran yang jauh lebih kecil daripada sekolah
negeri. Selain itu, mekanisme penyaluran dana
BOS bagi sekolah swasta dan sekolah negeri
sangat berbeda. Oleh karena itu, penulis
menyarankan agar Pemerintah memberikan
porsi anggaran yang seimbang antara sekolah
negeri dan sekolah swasta serta Pemerintah
seharusnya tidak mendiskriminasikan sekolah
swasta karena sekolah negeri dan sekolah
swasta mempunyai peran yang sama, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Seharusnya
Pemerintah lebih memihak kepada sekolah
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
swasta karena hidup matinya sekolah swasta
tergantung dari iuran siswa.
Dengan adanya permasalahan tersebut,
maka penyelenggara pendidikan akan berusaha
keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dengan cara menganalisis biaya pendidikan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis biaya pendidikan adalah analisis
biaya-manfaat (cost-benefit analysis), yaitu suatu
metode analisis keuntungan atas investasi
pendidikan dari sudut pandang pembentukan
kemampuan, sikap, dan keterampilan sehingga
dapat membantu para pengambil keputusan
pendidikan dalam menentukan suatu pilihan di
antara berbagai alternatif alokasi sumber dana
pendidikan yang terbatas tetapi memberikan
keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu, kepala
sekolah seharusnya mampu melakukan analisis
biaya-manfaat agar dapat menyusun RAPBS
serta dapat membuat kebijakan sekolah untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi pengelolaan
dana pendidikan.
Sistem biaya pendidikan merupakan bagian
dari manajemen keuangan sekolah serta
merupakan salah satu alat penentu terwujudnya
kualitas pendidikan. Pendidikan yang mahal
bukan secara otomatis menunjukkan kualitas
pendidikan yang tinggi, karena tinggi rendahnya
biaya pendidikan ditentukan oleh manajemen
keuangan sekolah. Oleh karena itu, setiap
sekolah seharusnya menerapkan manajemen
keuangan sekolah berbasis akuntansi yang
sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan
yang berlaku secara umum serta sistem
manajemen keuangan sekolah berbasis kualitas
pendidikan.
Hasil kajian di atas dapat bermanfaat bagi
seluruh stakeholders pendidikan sebagai dasar
penerapan manajemen keuangan sekol
Opini
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Terhadap Kualitas Pendidikan
David Wijaya*)
Abstrak
alah satu prinsip dalam setiap organisasi ialah efisiensi yang kerap kali menjadi penentu
dalam keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Efisiensi mencakup penggunaan
semua sumber daya yang tersedia termasuk tenaga, waktu, dan dana. Tulisan ini secara
khusus membahas manajemen keuangan sekolah di dalam perspektif akuntansi. Menyadari
manajemen keuangan sekolah berbeda dengan manajemen keuangan perusahaan yang berorientasi
kepada laba, telaahan dalam tulisan difokuskan pada tata kelola administrasi keuangan sekolah
berdasarkan sistem manajemen keuangan yang baku sesuai dengan standar akuntansi dan
keuangan yang berlaku secara umum.
S
Kata kunci: Manajemen keuangan sekolah, kualitas pendidikan, akuntansi
Abstract
Efficiency is one of the organization principles which often becomes the determinant of the organization
success to achieve its goals. The efficiency includes all resources, such as man, money, materials, and time that
directly affect the quality of education in the school. This article focuses on the discussion of the school finance
management in accounting perspectives. Assuming that the school finance management is different from that
of the corporate, this article discusses the school finance management applying the standardized financial
management system in accordance with general accepted accounting principle (GAAP).
Key words: School finance management, quality of education, accountancy
Pendahuluan
Sejalan dengan berkembangnya otonomi daerah,
di dalam lingkup pendidikan formal, mulai
muncul konsep Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) yang menjadikan pengelolaan pendidikan
lebih terarah dan terkoordinasi dengan baik dari
segi penyelenggaraan, pendanaan, pengembangan, dan pengawasan. Menurut Depdiknas
(2007), di dalam pelaksanaan MBS, ada tiga hal
yang perlu dilaksanakan, yaitu: (1) manajemen
sekolah (fungsi dan substansinya) di dalam
kerangka MBS; (2) pembelajaran aktif, kreatif,
*) Dosen Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
80
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
efektif, dan menyenangkan (PAKEM); dan (3)
peningkatan peran serta masyarakat dalam
mendukung program sekolah.
Partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan telah diamanat-kan pada
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 8,
yang disebutkan bahwa “masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan” serta pasal 9 yang berbunyi
“masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan”.
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Masyarakat akan mendukung program
sekolah apabila kepala sekolah mampu
menyelenggarakan manajemen pendidikan
yang transparan, terutama transparansi dalam
hal manajemen keuangan. Sesuai dengan
prinsip akuntabilitas, masyarakat berhak
mengetahui apa yang telah disumbangkannya
kepada sekolah, baik tingkat efisiensi maupun
efektivitasnya. Dengan demikian, kepala sekolah
perlu memiliki kemampuan untuk mengelola
keuangan sekolah secara transparan, akuntabel,
efektif, dan efisien.
Salah satu masalah fundamental di dalam
sistem pendidikan nasional adalah sulitnya
memperoleh informasi keuangan sekolah yang
terstandarisasi. Oleh karena itu, pembenahan
manajemen keuangan sekolah harus dimulai
dengan cara menyusun teknik-teknik pengelolaan keuangan sekolah yang komprehensif
sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan
yang berlaku secara umum.
Manajemen keuangan sekolah merupakan
salah satu bidang garapan substansi
administrasi pendidikan yang secara khusus
menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan yang dimiliki dan
digunakan oleh kepala sekolah. Manajemen
keuangan sekolah tidak hanya terkait dengan
pengelolaan sumber dana pendidikan yang
digunakan untuk proses pendidikan, tetapi juga
terkait dengan berbagai permasalahan (resiko)
tentang pengelolaan keuangan sekolah serta
upaya sekolah untuk mencari sumber-sumber
pendanaan bagi kelangsungan organisasinya.
Kita tidak dapat memungkiri bahwa sekolah
memerlukan anggaran pendidikan yang besar,
terutama untuk aktivitas pembangunan dan
pemeliharaan gedung sekolah, pengadaan
peralatan dan perlengkapan sekolah, serta
aktivitas pembiayaan operasional sekolah.
Aktivitas-aktivitas sekolah tersebut akan
terganggu apabila tidak didukung dengan
anggaran pendidikan yang memadai. Semakin
besar anggaran pendidikan, maka diperkirakan
akan semakin meningkatkan kualitas
pendidikan.
Tidak mengherankan jika anggaran
pendidikan nasional belum memadai sehingga
mengakibatkan kondisi pendidikan di tanah air
memprihatinkan. Hal tersebut dapat terindikasi
dari kondisi gedung dan perlengkapan sekolah
di Indonesia. Tidak sedikit gedung sekolah di
Indonesia terancam ambruk, juga tidak sedikit
sekolah yang hanya memiliki standar kelayakan
minimal, yakni hanya memiliki gedung sekolah
dan guru. Pada umumnya, sekolah dengan
standar minimal tersebut akan menghasilkan
siswa dengan pengetahuan yang minimal serta
berdampak terhadap kualitas pendidikan.
Alokasi anggaran pendidikan sebesar 20%
dari APBN maupun APBD (seperti diamanatkan
oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
pasal 49 ayat 1) belum berimbang antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta. Selama ini,
pengalokasian dana pendidikan terlalu
mengutamakan sekolah negeri. Di provinsi Jawa
Tengah, alokasi anggaran pendidikan adalah
20% dari APBN untuk pendidikan, sebesar 70%nya masih diperuntukkan bagi sekolah negeri,
sedangkan sekolah swasta hanya memperoleh
sekitar 30%-nya. Meskipun demikian, kondisi
tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan dua
atau tiga tahun yang lalu, karena pengalokasian
anggaran pendidikan sebesar 20% sudah
tercapai. Hanya saja, pengalokasian anggarannya harus dikendalikan agar proporsional.
Selama ini, jika sekolah negeri kekurangan
dana karena pasokan dana dari Pemerintah
sangat terbatas, kepala sekolah negeri
cenderung menunggu alokasi dana berikutnya
dari Pemerintah daripada melakukan upaya
untuk mengatasi kekurangan dana. Demikian
halnya dengan sekolah swasta, karena adanya
keterbatasan dana pasokan dari Pemerintah,
kepala sekolah swasta berinisiatif mengatasinya
dengan cara meminta dana dari yayasan
pendidikan atau sumber dana nonpemerintah.
Meskipun kepala sekolah swasta dapat meminta
dana selain dari Pemerintah, tetapi mereka tidak
cukup kuat untuk menanggung risiko atas
kebijakan yang diambilnya karena mereka takut
mendapat tuduhan negatif karena melakukan
tindakan ilegal.
Dalam rangka menyukseskan program
wajib belajar (Wajar) 9 tahun, Pemerintah telah
mengalokasikan dana pendidikan kepada
satuan pendidikan dalam bentuk bantuan
operasional sekolah (BOS). Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya, kita melihat banyak sekali
perbedaan mekanisme pengelolaan BOS antara
sekolah negeri dengan sekolah swasta. Tabel 1
di bawah ini menguraikan lima perbedaan
mekanisme pengelolaan BOS antara sekolah
negeri dengan sekolah swasta.
Dengan adanya permasalahan tersebut,
akhirnya para penyelenggara pendidikan
berupaya keras untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Namun, upaya tersebut
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
81
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Tabel 1 : Mekanisme Pengelolaan BOS
Sekolah Negeri
Menggratiskan seluruh siswa di sekolah negeri
terhadap biaya operasional sekolah.
Meringankan beban biaya operasional sekolah
bagi siswa di sekolah swasta.
Sekolah negeri dengan kategori RSBI dan SBI
diperbolehkan memungut dana dari orang tua
siswa yang mampu dengan persetujuan
Komite Sekolah.
Pemda setempat wajib mengendalikan
pungutan biaya operasional sekolah di sekolah
swasta sehingga siswa miskin bebas dari
pungutan tersebut.
Pemda setempat wajib memenuhi kekurangan
biaya operasional sekolah dari APBD apabila
dana BOS dari Depdiknas belum mencukupi.
Tidak ada pungutan berlebihan kepada siswa
yang mampu.
Semua sekolah negeri wajib menerima dana
BOS. Apabila sekolah negeri tersebut menolak
dana BOS, maka sekolah tersebut dilarang
memungut biaya dari peserta didik, orang tua,
atau wali peserta didik.
Sekolah penerima dana BOS adalah seluruh
sekolah swasta yang telah memiliki izin
operasional.
Biaya investasi menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
Biaya investasi bisa mendapatkan bantuan dari
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
memerlukan biaya yang besar. Biaya
pendidikan memang mahal, tetapi masalahnya
adalah seberapa besar biaya penyelenggaraan
pendidikan yang dibebankan kepada siswa. Di
negara-negara yang pemerintahnya mengerti
akan pentingnya pendidikan, pemerintah
menanggung sebagian besar biaya penyelenggaraan pendidikan, sehingga biaya penyelenggaraan pendidikan yang ditanggung oleh siswa
menjadi ringan atau murah. Dengan demikian,
pendidikan yang mahal bukan secara otomatis
menunjukkan kualitas pendidikan yang tinggi,
karena tinggi rendahnya biaya pendidikan
ditentukan oleh manajemen keuangan sekolah.
Kualitas pendidikan dapat tercermin dari jumlah
biaya pendidikan yang dikeluarkan beserta
pengendalian biayanya. Informasi laporan
keuangan sekolah termasuk jenis aktivitas serta
unit cost sekolah seharusnya diawasi sehingga
kualitas pendidikan dapat ditentukan berdasarkan kemampuan manajemen keuangan sekolah
secara tepat dan akurat. Ini berarti bahwa sistem
biaya pendidikan merupakan bagian dari
manajemen keuangan sekolah serta merupakan
salah satu alat penentu terwujudnya kualitas
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah
yang dibahas dalam tulisan ini ialah pengaruh
dari penerapan manajemen keuangan sekolah
terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
82
Sekolah Swasta
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
Hasil pembahasan dalam artikel ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholders
pendidikan sebagai dasar penerapan manajemen
keuangan sekolah berbasis akuntansi yang
sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan
yang berlaku secara umum serta penerapan
sistem manajemen keuangan sekolah berbasis
kualitas pendidikan sehingga akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas pendidikan
secara berkelanjutan serta penyelenggaraan tata
pamong sekolah yang baik (good corporate
governance).
Pembahasan
Definisi Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen keuangan merupakan manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan, sedangkan
fungsi keuangan merupakan kegiatan utama
yang harus dilakukan oleh mereka yang
bertanggung jawab di dalam bidang tertentu.
Fungsi manajemen keuangan adalah
menggunakan dana serta mendapatkan dana
(Husnan, 1992).
Manajemen keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai “tindakan pengurusan atau
ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, dan pelaporan” (smen
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Depdiknas, 2002). Dengan demikian, manajemen
keuangan sekolah merupakan rangkaian
aktivitas mengatur keuangan sekolah yang
dimulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.
Menurut Bafadal (2004), manajemen
keuangan sekolah dapat diartikan sebagai
“keseluruhan proses pemerolehan dan
pendayagunaan uang secara tertib, efisien, dan
dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan”.
Berdasarkan definisi tersebut, ada empat hal
yang perlu digarisbawahi terkait dengan
manajemen keuangan sekolah, antara lain
sebagai berikut.
1. Manajemen keuangan merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh serta
mendayagunakan seluruh dana.
2. Mencari sebanyak mungkin sumber-sumber
keuangan serta berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan dana dari
sumber-sumber keuangan tersebut. Menurut
Depdiknas (2007), sumber-sumber pendapatan sekolah dapat berasal dari: (1)
Pemerintah, yang meliputi: Pemerintah
Pusat, yang dialokasikan melalui APBN
serta Pemerintah Kabupaten/Kota, yang
dialokasikan melalui APBD; (2) usaha
mandiri sekolah, yang berupa kegiatan:
pengelolaan kantin sekolah, koperasi
sekolah, wartel, jasa antar jemput siswa,
panen kebun sekolah; kegiatan sekolah
yang menarik sehingga ada sponsor yang
memberi dana; kegiatan seminar/
pelatihan/lokakarya dengan dana dari
peserta yang dapat disisihkan sisa
anggarannya untuk sekolah; serta
penyelenggaraan lomba kesenian dengan
biaya dari peserta atau perusahaan yang
dapat disisihkan sebagian dananya untuk
sekolah; (3) orang tua siswa, yang berupa
sumbangan fasilitas belajar siswa,
sumbangan pembangunan gedung, iuran
BP3, dan SPP; (4) dunia usaha dan industri,
yang dilakukan melalui kerjasama dalam
berbagai kegiatan, baik berupa bantuan
uang maupun fasilitas sekolah; (5) hibah
yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, di mana kepala
sekolah perlu menyusun proposal yang
menguraikan kebutuhan pengembangan
program sekolah; (6) yayasan penye-
lenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta; serta (7) masyarakat luas.
Selain itu, menurut Bastian (2007), ada tiga
anggaran publik dalam anggaran
pendidikan yang harus kita perhatikan,
yaitu: (1) anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat; (2) anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) yang dikelola
oleh Pemerintah Daerah; serta (3) anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (APBS)
yang dikelola oleh satuan pendidikan
(sekolah).
APBD
APBN
APBS
Gambar 1: Sumber Dana Pendidikan
Sagala (2008) menjelaskan kerangka sistem
penganggaran pendidikan pada pemerintahan kabupaten/kota seperti terdapat pada
gambar 2.
Mekanisme penentuan anggaran
pendidikan dimulai dari musyawarah
pembangunan desa (Musbangdes) yang di
dalamnya termasuk sekolah yang berada di
desa tersebut. Akan tetapi, di lain pihak,
sekolah juga mengajukan anggaran sekolah
yang disebut dengan rencana anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS)
kepada Cabang Dinas Pendidikan setempat.
Selanjutnya, hasil Musbangdes digabungkan di kecamatan, sehingga oleh Camat
diidentifikasi dan diolah menjadi usulan
daftar kegiatan pembangunan (UDKP) pada
tingkat kecamatan yang di dalamnya sudah
termasuk program dinas yang berada di
kecamatan. UDKP dari kecamatan bersama
dengan usulan dinas teknis diserahkan
kepada Badan Perencana Pembangunan
Daerah (BAPPEDA).
Oleh BAPPEDA kabupaten, setiap
usulan rencana tersebut dibawa ke rapat
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
83
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Satuan Pendidikan
Desa/Kelurahan
Musbangdes
Cabang Dinas
Kecamatan
UDKP
Dinas
BAPPEDA
Rakorbang
Panitia Anggaran
Rapat Penyusunan
Anggaran
Pembahasan
Repetada/RAPBD
Bupati (Eksekutif)
Repetada/APBD
DPRD (Legislatif)
Perda/APBD
Gambar 2: Mekanisme Penentuan Anggaran Pendidikan Kabupaten
koordinasi pembangunan (Rakorbang)
kabupaten untuk menentukan prioritas
pembangunan disertai dengan rencana
anggarannya. Hasil Rakorbang tersebut memuat
program kerja kabupaten/kota yang dianalisis
kembali oleh panitia anggaran kabupaten/kota
dibawah koordinasi sekretaris daerah (Sekda).
Setelah dianalisis, hasilnya ditetapkan menjadi
rencana pembangunan tahunan daerah
(Repetada) yang nantinya akan diolah menjadi
RAPBD untuk diajukan ke legislatif. Repetada
ini telah diperiksa oleh masing-masing dinas
termasuk dinas pendidikan, sehingga tercipta
kesesuaian antara usulan dengan yang disetujui,
baik program maupun anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakan program
tersebut.
Usulan anggaran tersebut selanjutnya
dibahas oleh DPRD kabupaten dalam
bentuk dengar pendapat dengan Bupati/
Walikota dan dinas teknis untuk
mengetahui rincian program dan anggaran
yang diperlukan. Hasil rapat penyusunan
anggaran ini dalam bentuk Repetada
diajukan kepada pihak legislatif daerah
untuk dibahas dan selanjutnya setelah
84
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
3
dianggap sesuai dengan ketentuan dan
anggaran yang tersedia, oleh DPRD tersebut
diterbitkan peraturan daerah (Perda)
menjadi APBD.
Menggunakan seluruh dana yang tersedia
atau diperoleh semata-mata untuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Pada pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005, pembiayaan pendidikan
terdiri dari: (1) biaya investasi, yang meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan SDM, dan modal kerja tetap;
(2) biaya personal, yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik agar dapat mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan; dan (3) biaya operasi, yang
meliputi gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta tunjangan yang melekat
pada gaji; bahan atau peralatan pendidikan
habis pakai; serta biaya operasi pendidikan
tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
4.
Penggunaan seluruh dana sekolah harus
dilakukan secara efektif dan efisien. Selain
itu, penggunaan seluruh dana sekolah
harus dilakukan dengan tertib dan mudah
dipertanggungjawabkan kepada semua
pihak yang terkait. Pelaksanaan kegiatan
penggunaan dana harus mengacu kepada
RAPBS yang telah ditetapkan. Pembukuan
uang masuk dan keluar harus dilakukan
secara teliti dan transparan. Oleh karena itu,
tenaga akuntansi sekolah (staf administrasi
sekolah) harus menguasai teknik akuntansi
yang benar sehingga hasil perhitungannya
tepat dan akurat. Penggunaan anggaran
juga harus memperhatikan asas umum
pengeluaran negara, yaitu manfaat
penggunaan uang negara minimal harus
sama apabila uang tersebut digunakan
sendiri oleh masyarakat. Selain itu, kita juga
harus memperhatikan pasal 24, 28, dan 30
dari Undang-undang Perbendaharaan
Negara yang berusaha mencegah pengeluaran yang melampaui kredit anggaran
atau tidak tersedia anggarannya. Kreditkredit yang disediakan dalam anggaran
tidak boleh ditambah baik secara langsung
maupun tidak langsung karena adanya
keuntungan bagi negara. Demikian pula
halnya dengan barang-barang milik negara
dalam bentuk apapun, tidak boleh
diserahkan kepada mereka yang
mempunyai tagihan kepada negara.
Perkembangan Perspektif
Manajemen Keuangan Sekolah
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia
pendidikan telah berkembang cepat secara
kuantitatif. Pada tahun 1965, jumlah sekolah
dasar (SD) sebanyak 53.233 sekolah dengan
jumlah murid sebanyak 11.577.943 murid dan
jumlah guru sebanyak 274.545 guru. Dalam
kurun waktu sekitar 40 tahun, jumlah sekolah
dasar (SD) menjadi sebanyak 144.567 SD atau
Politik
Ekonomi
naik sekitar 170%, dengan jumlah murid
sebanyak 26.627.427 murid atau naik sekitar
130% dan jumlah guru sebanyak 1.301.452 guru
atau naik sekitar 370% (Pusat Informatika –
Balitbang Depdiknas, 2009). Namun, di sisi lain,
perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti
dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, aspek-aspek pendukung
pendidikan seperti manajemen keuangan
sekolah, belum serius dikembangkan. Perkembangan perspektif manajemen keuangan sekolah
dijelaskan pada gambar 3.
Di dalam perspektif politik, sebelum
berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem
pendidikan nasional kita mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, di mana kegiatan
pendanaan pendidikan tidak diatur secara
khusus. Namun, dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003, kegiatan pendanaan pendidikan
sudah diatur secara khusus dalam Bab XIII, yang
substansinya meliputi sebagai berikut: (1)
pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat; (2) sumber pendanaan
pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip
keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan; (3)
pengelolaan dana pendidikan berdasarkan
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitas publik; dan (4) pengalokasian
dana pendidikan.
Jika dilihat pada uraian Bab XIII, kita belum
melihat adanya petunjuk teknis tentang
manajemen keuangan pendidikan, khususnya
tentang pelaporan keuangan pendidikan. Peran
serta masyarakat dalam mendukung dan
mengontrol manajemen keuangan pendidikan
juga belum jelas. Di samping itu, standar
pembiayaan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, hanya mengatur unsur biaya tanpa
petunjuk perhitungan biaya pendidikan. Oleh
karena itu, kita perlu melakukan pendekatan
terintegrasi dalam manajemen keuangan
Administrasi
Publik
Akuntansi
Gambar 3: Perkembangan Perspektif Manajemen Keuangan Sekolah
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
85
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
terintegrasi dalam manajemen keuangan
pendidikan, baik dari regulator, pengawas,
evaluator, maupun operator pendidikan.
Di dalam perspektif ekonomi, kita mengenal
konsep ekonomi pendidikan. Landasan
konseptual ekonomi pendidikan menurut Cohn
(1979) mengacu kepada prinsip bahwa ekonomi
adalah keterbatasan (scarcity) dan keinginan
(desirability). Ekonomi dapat dipahami sebagai
suatu studi tentang bagaimana seseorang atau
masyarakat memilih untuk menggunakan uang
dan sumber lainnya yang sifatnya terbatas
(desirability) untuk menghasilkan atau mencapai
keinginan (scarcity) yang sifatnya tidak terbatas.
Bagi sekolah formal, ekonomi pendidikan
menyangkut proses tentang bagaimana
pendidikan dihasilkan melalui jalur
penyelenggaraan sekolah, pendistribusian
pendidikan di antara individu dan kelompokkelompok yang memerlukan, berapa banyak
biaya yang dihabiskan oleh masyarakat di dalam
kegiatan pendidikan, serta kegiatan pendidikan
macam apa yang harus diseleksi. Isu utama
ekonomi pendidikan menurut Cohn adalah
identifikasi dan ukuran nilai ekonomi bagi
pendidikan, alokasi sumber-sumber dalam
pendidikan, gaji guru, biaya pendidikan, dan
perencanaan pendidikan. Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) memprediksi
kebutuhan pendidikan; (2) mengalokasikan
setiap komponen biaya pendidikan; (3)
melakukan analisis terhadap sumber dana
pendidikan serta dari mana dana pendidikan
tersebut dapat diperoleh; dan (4) melakukan
pengawasan terhadap keuangan sekolah.
Di dalam perspektif administrasi publik,
tujuan dari manajemen keuangan sekolah
adalah membantu pengelolaan sumber
keuangan sekolah serta menciptakan
mekanisme pengendalian yang tepat bagi
pengambilan keputusan keuangan sekolah
untuk mencapai tujuan sekolah yang
transparan, akuntabel, dan efektif. Pengendalian
yang baik terhadap administrasi manajemen
keuangan sekolah akan memberikan dampak
positif berupa pertanggungjawaban sosial yang
baik bagi berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholder) di sekolah.
Di dalam perspektif akuntansi, setiap
kepala sekolah wajib menyampaikan laporan
keuangan, terutama terkait dengan penerimaan
dan pengeluaran keuangan sekolah kepada
Komite Sekolah dan Pemerintah. Dengan
demikian, standar akuntansi keuangan sekolah
86
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
dapat diberlakukan sebagai kriteria pelaporan
keuangan sekolah yang akan disajikan bagi para
pengelola sekolah. Hal ini dapat menjamin
adanya akuntabilitas publik, khususnya bagi
para pengguna jasa pendidikan. Oleh karena itu,
peranan manajemen keuangan sekolah di dalam
perspektif akuntansi adalah sebagai berikut: (1)
melakukan analisis setiap keputusan sekolah
dari aspek keuangan sekolah; (2) melakukan
analisis pendanaan bagi kepentingan investasi
sekolah; (3) melakukan analisis biaya
pendidikan terkait penentuan biaya jasa
pendidikan; serta (4) melakukan analisis arus
kas operasi sekolah.
Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan Sekolah
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 pasal 48, pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Prinsipprinsip dalam pengelolaan dana pendidikan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara dan satuan pendidikan yang
didirikan oleh masyarakat terdiri atas prinsipprinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum meliputi keadilan,
efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik.
Keadilan berarti besarnya pendanaan
pendidikan (Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan masyarakat) disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Efisiensi merupakan
perbandingan antara masukan (input) dengan
keluaran (output) atau antara daya (tenaga,
pikiran, waktu, dan biaya) dengan hasil.
Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua
hal, yaitu: penggunaan waktu, tenaga, dan biaya;
serta hasil (outcomes). Transparansi berarti
adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan sekolah, yaitu keterbukaan sumber
keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaannya, dan pertanggungjawabannya harus jelas
sehingga dapat memudahkan berbagai pihak
yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Akuntabilitas publik berarti penggunaan uang
sekolah dapat dipertang-gungjawabkan sesuai
dengan rencana sekolah yang ditetapkan. Ada
tiga syarat utama agar dapat tercipta
akuntabilitas publik, yaitu: (1) adanya
transparansi dari penyelenggara pendidikan
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Anggaran pendidikan
Anggaran merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam
bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan lembaga dalam kurun waktu
tertentu (Fattah, 2002).
2. Pola subsidi pendidikan
Subsidi pendidikan merupakan sumber
pendanaan dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah, pengusaha, dan masyarakat untuk
membiayai aktivitas investasi fisik dan nonfisik dalam rangka meningkatkan kapasitas
dan mutu layanan sekolah.
3. Pengukuran dan pelaporan kinerja
pendidikan
Dengan adanya laporan kinerja
pendidikan, maka stakeholders sekolah
dapat mengetahui secara jelas tentang
kinerja organisasi sekolah sehingga akan
menjadi bahan masukan bagi proses
perencanaan kinerja pendidikan selanjutnya. Salah satu tujuan diadakannya
pelaporan kinerja pendidikan adalah dalam
rangka pelaksanaan akuntabilitas pada
sektor publik (Akdon, 2007).
4. Cost and pricing jasa pendidikan
Siklus Manajemen Keuangan Sekolah
Menurut James dan Phillips (1995), unsurunsur biaya dan penetapan harga jasa
Bastian (2007) menjelaskan siklus manajemen
pendidikan meliputi pertama ialah
keuangan sekolah di dalam perspektif akuntansi
pembiayaan (costing) jasa pendidikan,
seperti terdapat pada gambar 4.
yaitu membandingkan pengeluaran sekolah
Adapun tahapan manajemen keuangan
dengan manfaatnya bagi pelanggan jasa
sekolah sesuai gambar 4 sebagai berikut.
pendidikan. Kedua penetapan harga
(pricing) jasa pendidikan, yaitu
penerima jasa pendidikan akan
Anggaran
dikenakan harga jasa pendidikan
Pendidikan
tertentu sesuai dengan tujuan
sekolah. Ada tiga aspek penetapan
harga jasa pendidikan, yaitu: (1)
Audit Kinerja
Pola Subsidi
Pendidikan
diferensiasi jasa pendidikan; (2)
Pendidikan
faktor-faktor penentu harga jasa
Siklus Manajemen
pendidikan; serta (3) biaya pengemKeuangan Sekolah
bangan produk jasa pendidikan.
Pengukuran dan
5. Audit keuangan pendidikan
Audit Keuangan
Pelaporan Kinerja
Pendidikan
Audit keuangan pendidikan
Pendidikan
bertujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan sekolah
C osting and Pricing
secara keseluruhan telah disajikan
Jasa Pendidikan
sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku secara
Gambar 4: Siklus Manajemen Keuangan Sekolah
umum.
dalam hal masukan dan keikutsertaan mereka
pada berbagai komponen sekolah; (2) adanya
standar kinerja sekolah dalam hal pelaksanaan
tugas, fungsi, dan wewenang; serta (3) adanya
partisipasi untuk saling menciptakan suasana
sekolah yang kondusif dalam bentuk pelayanan
pendidikan dengan prosedur yang mudah, biaya
yang murah, dan proses yang cepat.
Sedangkan prinsip-prinsip khusus meliputi
efektivitas, kecukupan, dan keberlanjutan.
Manajemen keuangan sekolah dapat dikatakan
efektif apabila kepala sekolah dapat mengatur
keuangan untuk membiayai aktivitas sekolah
dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang
bersangkutan serta hasil kualitatifnya sesuai
dengan rencana sekolah yang telah ditetapkan.
Prinsip kecukupan berarti pendanaan
pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar
Nasional Pendidikan. Prinsip keberlanjutan
berarti pendanaan pendidikan dapat digunakan
secara berkesinambungan untuk memberikan
layanan pendidikan yang memenuhi Standar
Nasional Pendidikan.
1.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
87
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
6. Audit kinerja pendidikan
Audit kinerja merupakan upaya sistematis
untuk mengumpulkan, menyusun,
mengolah, dan menafsirkan informasi,
dengan tujuan menyimpulkan peringkat
kompetensi seseorang dalam satu jenis
keahlian profesi pendidikan berdasarkan
norma kriteria tertentu, serta menggunakan
kesimpulan tersebut di dalam proses
pengambilan keputusan kinerja yang
direkomendasikan (Sagala, 2007).
Peran dan Fungsi Manajemen
Keuangan Sekolah
Peran dan fungsi manajemen keuangan sekolah
adalah menyediakan berbagai informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan,
agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi pada suatu entitas pendidikan (Bastian,
2007). Berbagai informasi keuangan tersebut
dapat digunakan oleh stakeholders sekolah
dengan perannya masing-masing meliputi
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah memanfaatkan data-data
keuangan sekolah untuk menyusun
rencana sekolah yang dipimpinnya,
mengevaluasi kemajuan yang dicapai
dalam usahanya untuk mencapai tujuan
sekolah, serta melakukan tindakan korektif
yang diperlukan. Keputusan yang diambil
oleh kepala sekolah berdasarkan data-data
keuangan sekolah adalah menentukan
peralatan pendidikan apa yang sebaiknya
dibeli, berapa persediaan alat tulis kantor
(ATK) yang harus disiapkan, dan
sebagainya.
2. Guru dan karyawan sekolah
Guru dan karyawan sekolah merupakan
kelompok yang tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas di
sekolahnya. Ini berarti bahwa kelompok
tersebut juga tertarik dengan informasi
tentang penilaian kemampuan sekolah
dalam memberikan imbal jasa, manfaat
pensiun, dan peluang kerja.
3. Kreditur
Kreditur atau pemberi pinjaman tertarik
dengan informasi mengenai keuangan
sekolah sehingga dapat memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat
88
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
dibayar pada saat jatuh tempo. Hal tersebut
berlaku apabila sekolah tersebut
memerlukan bantuan dari kreditur.
4. Orang tua siswa
Orang tua siswa tertarik dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup sekolah,
terutama perjanjian jangka panjang sekolah
serta tingkat ketergantungan sekolah.
5. Pemasok
Pemasok (supplier) tertarik dengan informasi
mengenai kemungkinan jumlah hutang
sekolah yang akan dibayar pada saat jatuh
tempo.
6. Pemerintah
Pemerintah (termasuk lembaga-lembaga
yang berada dibawah otoritasnya) tertarik
dengan informasi mengenai alokasi sumber
daya serta aktivitas sekolah. Informasi
tersebut dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas sekolah, menetapkan anggaran,
dan sebagai dasar penyusunan anggaran
untuk tahun berikutnya.
7. Masyarakat
Sekolah dapat mempengaruhi anggota
masyarakat dengan berbagai cara. Laporan
keuangan sekolah dapat membantu
masyarakat dengan cara menyediakan
informasi tentang kecenderungan dan
perkembangan terakhir terkait pengelolaan
keuangan sekolah beserta rangkaian
aktivitasnya.
Menurut Bafadal (2004), fungsi dari
manajemen keuangan sekolah meliputi
kegiatan-kegiatan (1) perencanaan anggaran
tahunan, yaitu penyusunan secara komprehensif
dan realistis mengenai rencana pendapatan dan
pembelanjaan satu tahun sekolah; (2)
pengadaan anggaran, yaitu segala upaya yang
dilakukan oleh sekolah untuk mendapat
masukan dana dari sumber-sumber keuangan
sekolah; (3) pendistribusian anggaran, yaitu
penyaluran anggaran sekolah kepada unit-unit
tertentu di sekolah; (4) pelaksanaan anggaran,
di mana setiap personel sekolah menggunakan
seluruh anggaran yang terdistribusikan kepada
dirinya untuk melaksanakan tugasnya; (5)
pembukuan keuangan, yaitu keseluruhan
pencatatan secara teratur mengenai perubahanperubahan yang terjadi atas penghasilan dan
kekayaan sekolah; dan (6) pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan, yaitu kegiatan
pemeriksaan seluruh pelaksanaan anggaran
sekolah.
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Manajemen Biaya
Pendidikan Berbasis
Kualitas Pendidikan
Menurut Bastian (2007), ada 3
sistem
pengelolaan
biaya
pendidikan berbasis kualitas
pendidikan. Ketiga sistem tersebut
meliputi:
1. Cost standard system
Sistem ini lebih dikenal
dengan School Based Cost
Accounting System (SBCAS),
yang didasarkan pada standar
costing unit (unit biaya
standar), di mana setiap
sekolah dapat menggunakannya untuk mengukur seluruh
biayanya. SBCAS dapat
digunakan sebagai dasar
untuk menghitung biaya per
unit siswa. Untuk menghitung
rata-rata biaya siswa pada
setiap sekolah, SBCAS mengumpulkan data biaya langsung (direct costs) dari SchoolBased Cost Report (SBCR).
2. Grade-based system
Berbeda dengan SBCAS,
sistem ini menetapkan siswa
sebagai standard costing unit.
Pendekatan ini lebih akurat
karena agar dapat melakukan
evaluasi sistem akuntansi
biaya, para pengelola sekolah
dapat mencari perbedaan
penghitungan biaya yang
dihasilkan dari kedua sistem
tersebut. Dalam pendekatan
ini, perbedaan biaya per siswa
akan dihasilkan dengan
prosedur akuntansi yang
berbeda. Pada akhirnya,
sistem ini akan meningkatkan
kemampuan kepala sekolah
untuk menganggarkan dan
mengendalikan biaya pendidikan.
3. Service-based system
Pendekatan ini dihitung
berdasarkan kepada tingkat
jasa pendidikan yang diterima.
Oleh karena itu, penghitungan
biaya pendidikan dipisahkan
Tabel 2: Contoh Laporan Biaya Sekolah Berbasis Sekolah
(School-based cost report)
Statistik:
Jumlah siswa yang terdaftar
750
Jumlah hari dalam tahun akademik
170
Jumlah hari potensial siswa
127
Jumlah hari sesungguhnya
115
Persentase kedatangan (attendance
report)
90,5%
Biaya Langsung-Instruksi:
Gaji guru umum
R p 117 .50 0.0 00
Gaji guru pendidikan khusus
Rp 48.000.000
Gaji pembantu (aide)
Rp
5 . 8 5 0 . 0 00
Gaji guru pengganti
Rp
3 . 7 7 0 . 0 00
Perlengkapan belajar dan
perpustakaan
Rp
8.520.000
Jasa lain-lain (termasuk atletik,
transportasi, dan konsultasi)
R p 32.750.000
Jumlah Biaya Langsung-Instruksi
R p 216.390.000
Biaya Langsung-Administrasi:
Gaji administrasi
R p 12. 500 .000
Perlengkapan administrasi
Rp
Operasi dan peralatan
R p 27.000.000
Lainnya
Rp
1550.000
750.000
Jumlah Biaya LangsungAdministrasi
Rp 41.800.000
Biaya Tidak Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat:
Komite sekolah
Rp
3 5 0 .0 00
Administrasi
Rp
4.330.000
Asuransi jiwa dan kesehatan
R p 13.520.000
Operasi dan peralatan
Rp
740.000
Sewa dan depresiasi
Rp
350.000
Jasa kontrak
Rp
220.000
Perjalanan
Rp
85.000
Jumlah Biaya Tidak LangsungAlokasi dari Kantor Pusat
R p 19.595.000
Jumlah Biaya Langsung dan
Tidak Langsung
R p 277.785.000
Rata-rata biaya siswa yang
terdaftar
Rp
3 7 0 . 40 0
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
89
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Tabel 3: C ontoh Laporan Biaya Sekolah Berbasis Tingkatan
Tingkat 10
(Grade-b ased cost report)
Tingkat 11
Tingkat 12
Total
Biaya LangsungInstruksi:
Gaji guru umum
Rp 47.000.000
Rp 41.125.000
R p 29.375.000
R p 117.500.000
Gaji guru p endidikan
khusus
Rp 24.000.000
Rp 14.400.000
Rp
9.600.000
Rp
48.000.000
Gaji p embantu (aide)
Rp
3 .510.000
Rp
1.462.500
Rp
877.500
Rp
5.850.000
Gaji guru p engganti
Rp
1.508. 000
Rp
1.319.500
Rp
942.500
Rp
3.770.000
Perlengkap an belajar
dan p erp ustakaan
Rp
3.408.000
Rp
2.982.000
Rp
2.130.000
Rp
8.520.000
Jasa lain-lain
(termasuk atletik,
transp ortasi, dan
konsultasi)
Rp
6.550.000
Rp
8.187.500
R p 18.012.500
Rp
32.750.000
Jumlah Biaya
Langsung-Instruksi
R p 85.976.000
Rp 69.476.500
R p 60.937.500
R p 216.390.000
Gaji administrasi
Rp
5.000 .000
Rp
4.375.000
Rp
3.125.000
Rp
12.500.000
Perlengkap an
administrasi
Rp
620.000
Rp
542.500
Rp
387.500
Rp
1.550.000
O p erasi dan p eralatan
Rp
6.750.000
R p 10.800.000
Rp
9.450.000
Rp
27.000.000
Lainnya
Rp
300.000
Rp
Rp
187.500
Rp
750.000
Jumlah Biaya
Langsung Administrasi
R p 12.670.000
R p 15.980.000
R p 13.150.000
Rp
41.800.000
K omite sekolah
Rp
140.000
Rp
122.300
Rp
Rp
350.000
Administrasi
R
1.732.00 0
Rp
1.512.600
Rp
1.085.400
Rp
4.330.000
Asuransi jiwa dan
kesehatan
Rp 5.408.000
Rp
4.723.000
Rp
3.389.000
Rp
13.520.000
O p erasi dan p eralatan
Rp
9 6.000
Rp
258.500
Rp
185.500
Rp
740.000
Sewa dan dep resiasi
Rp
140.000
Rp
122.300
Rp
87.700
Rp
350.000
Jasa kontrak
Rp
8.000
Rp
76.900
Rp
55.100
Rp
220.000
Perjalanan
Rp
4.000
Rp
29.700
Rp
21.300
Rp
85.000
Jumlah Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat
Rp
Rp
6.845.300
Rp
4.911.700
Rp
Jumlah Biaya
Langsung dan Tidak
Langsung
Rp 106.484.000
R p 92.301.800
300
262
Biaya LangsungAdministrasi:
262.500
Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat:
Jumlah siswa yang
dibutuhkan
Rata-rata biaya siswa
yang terdaftar
90
Rp
7.838.000
355.000
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
Rp
352.300
87.700
R p 78.999.200
188
Rp
420.200
19.595.000
R p 277.785.000
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
menurut jenis-jenis jasa yang tersedia di
sekolah, yaitu: jasa pendidikan umum,
pendidikan khusus, serta atletik dan
konsultasi.
Analisis Biaya-Manfaat
(Cost-Benefit Analysis) Pendidikan
Hampir dapat dipastikan bahwa proses
pendidikan tidak dapat berjalan dengan lancar
tanpa adanya dukungan biaya pendidikan yang
memadai. Implikasi terhadap pemberlakuan
kebijakan desentralisasi pendidikan membuat
para pengambil keputusan pendidikan
seringkali mengalami kesulitan dalam
mendapatkan referensi tentang komponen
pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut
dirasakan semakin mendesak sejak dimulainya
pelaksanaan otonomi daerah, termasuk otonomi
dalam bidang pendidikan. Apalagi masalah
pembiayaan pendidikan tersebut sangat
menentukan kesuksesan program MBS, KBK,
ataupun KTSP (kurikulum tingkat satuan
pendidikan) yang saat ini diberlakukan.
Pembiayaan pendidikan merupakan suatu
masalah pendidikan yang kompleks karena di
dalamnya terdapat saling keterkaitan pada
setiap komponennya, yang memiliki rentang
yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga
makro (nasional), yang meliputi sumber
pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme
pengalokasian dana pendidikan, efektivitas dan
efisiensi dalam penggunaan dana pendidikan,
akuntabilitas pendidikan yang diukur dari
perubahan yang terjadi pada semua tataran
pendidikan, serta berbagai permasalahan yang
terkait dengan pembiayaan pendidikan.
Biaya pendidikan memegang peran yang
penting di dalam keberlangsungan hidup dunia
pendidikan. Keberhasilan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas
juga tidak terlepas dari perencanaan anggaran
pendidikan yang mantap serta pengalokasian
dana pendidikan yang tepat sasaran dan efektif.
Istilah “biaya” (cost) dapat diartikan sebagai
pengeluaran, sedangkan di dalam ilmu ekonomi,
istilah “biaya” dapat berupa uang atau bentuk
moneter lainnya (Hallak, 1985). Biaya
pendidikan merupakan salah satu komponen
instrumental (instrumental input) yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Dalam hal ini, biaya pendidikan
memiliki cakupan yang lebih luas, yakni semua
jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam
bentuk uang maupun barang dan tenaga
(Supriadi, 2003).
Fattah (2002) mengklasifikasikan biaya
pendidikan menjadi dua jenis, yaitu biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung
(indirect cost). Biaya langsung merupakan biayabiaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar
siswa (yang dikeluarkan oleh Pemerintah, orang
tua, dan siswa), seperti: pembelian alat-alat
pembelajaran, penyediaan sarana pembelajaran,
transportasi, dan gaji guru. Biaya tidak langsung
merupakan keuntungan yang hilang (forgone
earning) dalam bentuk biaya peluang yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa
selama belajar, misalnya uang jajan siswa dan
pembelian peralatan sekolah.
Analisis biaya-manfaat merupakan suatu
metodologi yang banyak digunakan dalam
melakukan analisis investasi pendidikan.
Analisis biaya-manfaat dikaitkan dengan
analisis keuntungan atas investasi pendidikan
dari segi pembentukan kemampuan, sikap, dan
keterampilan. Metode tersebut dapat membantu
para pengambil keputusan pendidikan dalam
menentukan pilihan di antara berbagai alternatif
alokasi sumber dana pendidikan yang terbatas
tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.
Pengembangan investasi pendidikan perlu
dilakukan untuk peningkatan kualitas
pendidikan.
Di dalam konsep dasar pembiayaan
pendidikan, ada dua hal penting yang perlu
dikaji dan dianalisis, yaitu biaya pendidikan
secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan
per siswa (unit cost). Biaya satuan di tingkat
sekolah merupakan agregat (jumlah) dari biaya
pendidikan di tingkat sekolah, baik yang
bersumber dari Pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan selama satu tahun
pelajaran. Biaya satuan per siswa merupakan
suatu ukuran yang menggambarkan seberapa
besar uang yang dialokasikan oleh sekolah
secara efektif untuk kepentingan siswa dalam
menempuh pendidikan.
Analisis mengenai biaya satuan dapat
dilakukan dengan cara menggunakan sekolah
sebagai unit analisis. Dengan menganalisis
biaya satuan, kita dapat mengetahui tingkat
efisiensi penggunaan sumber dana di sekolah,
keuntungan dari investasi pendidikan, serta
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
91
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
Tabel 4: C ontoh Laporan Biaya Sekolah Berbasis Jasa (Service-b ased cost report)
Pendidikan
Umum
PendidikanKhusus
Atletik
Konsultasi
Total
Biaya LangsungInstruksi:
Gaji guru umum
R p 111.230.000
-
Rp
Gaji guru pendidikan
khusus
-
R p 48 . 0 0 0 . 0 0 0
Gaji pembantu (aide)
Rp
1 . 5 3 0 . 0 00
Rp
Gaji guru pengganti
Rp
2 . 5 7 0 . 0 00
Perlengkapan belajar
dan perpustakaan
Rp
Jasa lain-lain
(termasuk atletik,
transportasi, dan
konsultasi)
Rp
Jumlah Biaya
Langsung-Instruksi
R p 123.170.000
Gaji administrasi
Rp
Perlengkapan
administrasi
6.270.000
-
R p 117.500.000
-
-
R p 48 . 0 0 0 . 0 0 0
4.320.000
-
-
Rp
5.850.000
Rp
1.200.000
-
-
Rp
3.770.000
6.020.000
Rp
2.500.000
-
-
Rp
8.520.000
1.820.000
Rp
5.030.000
R p 2 0 . 40 0 . 0 0 0
R p 5.500.000
R p 32.750.000
R p 61.050.000
R p 26.670.000
R p 5.500.000
R p 216.390.000
7 . 1 7 5 . 0 00
Rp
3.526.600
Rp
1 . 5 40 . 6 0 0
R p 317.800
R p 12.500.000
Rp
882.500
Rp
43 7 . 3 0 0
Rp
191.000
Rp
Rp
O perasi dan peralatan
Rp
15.368.500
Rp
7.617.500
Rp
3.327.700
Lainnya
Rp
42 6 . 9 0 0
Rp
211.600
Rp
9 2 . 40 0
Jumlah Biaya Langsung-Administrasi
Rp
23.792.700
R p 11.793.000
Rp
5.151.700
Komite sekolah
Rp
199 .200
Rp
98.700
Rp
Administrasi
Rp
2.464.800
Rp
1.221.600
Asuransi jiwa dan
kesehatan
Rp
7.695.600
Rp
O perasi dan peralatan
Rp
42 1 . 2 0 0
Sewa dan depresiasi
Rp
Jasa kontrak
Biaya LangsungAdministrasi:
39.400
1 . 45 0 . 0 0 0
R p 686.300
R p 27.000.000
Rp
Rp
19.100
750.000
R p 1.062.600
Rp 41.800.000
43.100
Rp
8.900
Rp
Rp
533.700
Rp
110.100
R p 4. 3 3 0 . 0 0 0
3.814.400
Rp
1.666.300
Rp
3 43 . 6 0 0
R p 13.520.000
Rp
208.800
Rp
91.200
Rp
1 8.800
Rp
740.000
199.200
Rp
98.700
Rp
43.100
Rp
8.900
Rp
350.000
Rp
125.200
Rp
62.100
Rp
27.100
Rp
5.600
Rp
220.000
Perjalanan
Rp
48 . 40 0
Rp
24.000
Rp
10.500
Rp
2.200
Rp
85.000
Jumlah Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat
Rp
11.153.600
Rp
5.528.300
Rp
2 . 41 5 . 0 0 0
Rp
498.100
R p 19.595.000
Jumlah Biaya
Langsung dan Tidak
Langsung
R p 158.116.300
R p 78.371.300
R p 7.060.700
R p 19.595.000
127.500
1.200
Biaya Tidak
Langsung-Alokasi
dari Kantor Pusat:
Jumlah siswa yang
dibutuhkan
Rata-rata biaya siswa
yang terdaftar
92
Rp
1 . 2 40
Rp
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
65.309
Rp 34.236.700
1.222
Rp
28.017
300
Rp
23.536
350.000
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
kegiatan tersebut memerlukan dukungan biaya
pendidikan.
Dana pendidikan yang mencukupi
memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa
kegiatan sekolah akan berjalan lancar sehingga
mendorong kinerja guru yang tinggi di dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, kegiatan
kurikulum (intrakurikulum, kokurikulum, dan
ekstrakurikulum) yang berkualitas, serta
pelayanan administrasi ketatausahaan yang
efektif. Pada tataran teknis, kepala sekolah perlu
mengembangkan
kemampuan
untuk
menganalisis biaya yang dibutuhkan untuk
aktivitas operasional sekolah yang berkorelasi
signifikan terhadap kualitas pendidikan yang
akan dicapainya. Secara politik, pagu anggaran
pendidikan yang bersumber dari pemerintah
harus tetap diperjuangkan oleh sekolah dan
masyarakat. Jika pemerintah tidak menyediakan
dana operasional sekolah yang memadai, maka
sekolah akan sulit meningkatkan mutunya.
Berdasarkan hasil pengamatan Mintarsih
(2004), kualitas lulusan ditentukan oleh
besarnya dukungan biaya pendidikan yang
menunjang kegiatan belajar-mengajar, selain
lokasi lingkungan sekolah, peran serta orang tua,
serta dedikasi guru. Biaya pendidikan akan
memberikan dampak positif terhadap setiap
program sekolah, antara lain: (1) peningkatan
kesejahteraan guru serta personil tata usaha
sekolah yang berimplikasi terhadap kegiatan
belajar-mengajar di sekolah; dan (2) karena
dengan adanya dana pendidikan yang
mencukupi, guru tidak perlu mencari tambahan
gaji di luar sekolah tempatnya bertugas serta guru
dapat mencurahkan perhatiannya kepada
sekolah tempatnya mengajar.
Kesimpulan dan Saran
Uang merupakan salah satu sumber daya
pendidikan yang penting. Uang dipandang
sebagai darah di dalam tubuh manusia, yang
mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah
di dalam tubuh. Namun, ada juga yang
berpendapat bahwa uang ibarat kuda dan
pendidikan ibarat gerobak. Gerobak tidak akan
berjalan tanpa ditarik oleh kuda. Pendidikan
tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya
biaya atau uang.
Pendidikan merupakan salah satu sektor
publik yang dapat melayani masyarakat dengan
kegiatan pengajaran, bimbingan, dan latihan
94
Jurnal Pendidikan Penabur - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009
yang dibutuhkan oleh peserta didik. Manajemen
keuangan di dalam lembaga pendidikan
(sekolah) berbeda dengan manajemen keuangan
perusahaan yang berorientasi profit atau laba.
Sekolah merupakan organisasi publik yang
nirlaba atau non-profit. Oleh karena itu,
manajemen keuangan sekolah memiliki
keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik
pendidikan.
Pada dasarnya, setiap sekolah sudah
menyelenggarakan sistem pengelolaan
keuangan yang baik, tetapi kadar substansi
pelaksanaannya beragam antara sekolah yang
satu dengan sekolah yang lainnya. Adanya
keragaman tersebut tergantung kepada besar
kecilnya tipe sekolah, letak sekolah, dan predikat
sekolah.
Oleh karena itu, penerapan sistem
manajemen keuangan yang baku di sekolah
tidak dapat disangkal lagi. Permasalahan yang
terjadi di sekolah terkait dengan manajemen
keuangan sekolah di antaranya: sumber dana
pendidikan yang terbatas; pembiayaan program
pendidikan yang serampangan; serta tidak
mendukung visi, misi, dan kebijakan
sebagaimana tertulis di dalam rencana strategis
sekolah. Di satu sisi, sekolah perlu dikelola
dengan tata pamong yang baik (good corporate
governance) sehingga menjadikan sekolah
tersebut bersih dari berbagai malfungsi dan
malpraktik pendidikan.
Salah satu masalah utama dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya anggaran pendidikan.
Rendahnya anggaran pendidikan dapat
terindikasi dari kondisi sarana dan prasarana
pendidikan yang belum memadai. Meskipun
Pemerintah telah memenuhi amanat konstitusi
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
alokasi APBN maupun APBD sebesar 20% untuk
sektor pendidikan, tetapi dalam prakteknya
sekolah swasta hanya mendapatkan porsi
anggaran yang jauh lebih kecil daripada sekolah
negeri. Selain itu, mekanisme penyaluran dana
BOS bagi sekolah swasta dan sekolah negeri
sangat berbeda. Oleh karena itu, penulis
menyarankan agar Pemerintah memberikan
porsi anggaran yang seimbang antara sekolah
negeri dan sekolah swasta serta Pemerintah
seharusnya tidak mendiskriminasikan sekolah
swasta karena sekolah negeri dan sekolah
swasta mempunyai peran yang sama, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Seharusnya
Pemerintah lebih memihak kepada sekolah
Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah
swasta karena hidup matinya sekolah swasta
tergantung dari iuran siswa.
Dengan adanya permasalahan tersebut,
maka penyelenggara pendidikan akan berusaha
keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dengan cara menganalisis biaya pendidikan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis biaya pendidikan adalah analisis
biaya-manfaat (cost-benefit analysis), yaitu suatu
metode analisis keuntungan atas investasi
pendidikan dari sudut pandang pembentukan
kemampuan, sikap, dan keterampilan sehingga
dapat membantu para pengambil keputusan
pendidikan dalam menentukan suatu pilihan di
antara berbagai alternatif alokasi sumber dana
pendidikan yang terbatas tetapi memberikan
keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu, kepala
sekolah seharusnya mampu melakukan analisis
biaya-manfaat agar dapat menyusun RAPBS
serta dapat membuat kebijakan sekolah untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi pengelolaan
dana pendidikan.
Sistem biaya pendidikan merupakan bagian
dari manajemen keuangan sekolah serta
merupakan salah satu alat penentu terwujudnya
kualitas pendidikan. Pendidikan yang mahal
bukan secara otomatis menunjukkan kualitas
pendidikan yang tinggi, karena tinggi rendahnya
biaya pendidikan ditentukan oleh manajemen
keuangan sekolah. Oleh karena itu, setiap
sekolah seharusnya menerapkan manajemen
keuangan sekolah berbasis akuntansi yang
sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan
yang berlaku secara umum serta sistem
manajemen keuangan sekolah berbasis kualitas
pendidikan.
Hasil kajian di atas dapat bermanfaat bagi
seluruh stakeholders pendidikan sebagai dasar
penerapan manajemen keuangan sekol