Lembaga-lembaga Ekonomi Islam di Indonesia Part 1

  

LEMBAGA-LEMBAGA

EKONOMI ISLAM DI

  INDONESIA WIRDYANINGSIH

LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI ISLAM DI

  INDONESIA 1.

  Bank 2. Asuransi 3. Pasar Modal 4. Zakat

  5. Wakaf 6.

  Lembaga gadai 7. Koperasi 8. Perusahaan Pembiayaan 9. Dewan Syariah Nasional

  10. Dewan Pengawas Syariah

OTORITAS JASA KEUANGAN

  UU 21 tahun 2011 ttg Otoritas Jasa Keuangan

  • Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang
  • independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan di sektor jasa keuangan OJK melakukan tugas pengaturan dan pengawasan
  • secara terpadu, independen, dan akuntabel terhadap:
  • Kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal

  Kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan

  • Kegiatan jasa keuangan di bidang Industri Keuangan Non-
Kegiatan Jasa Ruang Lingkup OJK Perbankan

  • Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
  • kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

    usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam UU mengenai perbankan
  • Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan

  Pasar Modal (UU Pasar Modal)

  • Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
  • Kegiatan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan selain

  Industri Keuangan Non-Bank

  • bank yang mencakup Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Lembaga

    Penjaminan, Pergadaian, Perusahaan Perasuransian, dan lembaga yang menyelenggarakan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan

I. BANK

  

PERKEMBANGAN JUMLAH PERBANKAN

SYARIAH

PERBANKAN SYARIAH BANK SYARIAH

  BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH BANK UMUM SYARIAH BANK UMUM KONVENSIONAL UNIT PERBANKAN SYARIAH SISTEM

PENDIRIAN BANK SYARIAH

  UU No 21/ 2008 ttg Perbankan Syariah

  • PBI Nomor 11/15/PBI/2009 - Perubahan Kegiatan Usaha

  • Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, PBI 11/10/PBI/2009 ttg Unit Usaha Syariah
  • Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha
  • setelah memperoleh izin BI Bentuk badan hukum Bank Islam adalah PERSEROAN
  • TERBATAS Pemberian izin dilakukan dalam 2 tahap:
  • 1. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan

  persiapan pendirian Bank

1. PERSETUJUAN PRINSIP

  • BI DITOLAK melakukan:

  

a. Penelitian

dokumen
  • * Berlaku 1 tahun sejak

  b. Analisis PERMOHON tanggal

  c. Fit and BI persetujuan AN proper test diterbitkan prinsip

  • * Presentasi

    * Dilarang oleh pihak Dokumen

  DISETU- • melakukan pendukung (SE yang kegiatan 11/9/Dpbs) JUI usaha Setoran modal

mengajukan

• sebelum modal disetor 30% dari paling kurang

permohonan

usaha mendapat izin

2. IZIN USAHA

  • *Bank wajib
  • BI DITOLAK melakukan

    melakukan:

    usaha paling kegiatan

  a. Penelitian lambat 60 dokumen hari sejak

b. Fit and

  tanggal terbit PERMOHON BI proper test izin usaha AN

  • *Presiden apabila
  • Direktur

    terjadi

    Bank wajib Dokumen
    • lapor

      penggantia pelaksanaan n pihak- pendukung (SE DI kegiatan

    pihak

    11/9/Dpbs) minimum modal Pelunasan •

      SETUJUI usaha paling hari lambat 10 disetor

    • Wajib an kata mencantumk
    •   MODAL

      • Modal disetor paling kurang Rp1 triliun

        BUS

      • – BPRS
        • Modal disetor paling kurang Rp2 miliar untuk di wilayah

      • – Jabodetabek Modal disetor paling kurang Rp1 miliar untuk wilayah ibukota
      • – propinsi di luar wilayah Jabodetabek Modal disetor paling kurang Rp500 juta untuk di luar dua wilayah di
      • – atas

      KONVERSI PERBANKAN

      • BUS tidak dapat dikonversi menjadi BUK
      • BPRS tidak dapat dikonversi menjadi BPR
      • BUK dapat dikonversi menjadi BUS
      • BPR dapat dikonversi menjadi BPRS
      • Konversi yang dilakukan BUK menjadi BUS dan BPR menjadi BPRS harus mendapat izin perubahan kegiatan

        usaha oleh BI

      PEMBENTUKAN UNIT USAHA SYARIAH

      • Pembentukan UUS dilakukan dengan mendapat

        izin usaha dari BI

      • Modal kerja paling kurang sebesar Rp100 miliar

      PEMISAHAN UUS DARI BUK

        BUK yang memiliki UUS wajib memisahkan UUS menjadi

      • BUS apabila:

        a. Nilai aset UUS telah mencapai 50% (lima puluh persen) dari

        total nilai aset BUK induknya; atau b. Paling lambat 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya UU No.

        21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

      • a. Mendirikan BUS baru  dapat dilakukan oleh 1 atau lebih

        Pemisahan dapat dilakukan dengan

        BUK yang memiliki UUS

        b. Mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang telah

        ada  hanya dapat dilakukan dengan BUS yang memiliki hubungan kepemilikan dengan BUK yang memiliki UUS

        

      HUBUNGAN KELEMBAGAAN PERBANKAN

      SYARIAH BANK

        INDONESIA DIREKTORAT BANK SYARIAH DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA

        INDONESIA

      PERBANKAN

      PERBANKAN

      DEWAN PENGAWAS SYARIAH DIREKSI DEWAN KOMISARIS KOMITE PERBANKAN SYARIAH RUPS

      II. ASURANSI

        Kajian terhadap Asuransi

      Pemahaman terhadap asuransi konvensional adalah haram,

      • yang terkandung dalam unsur gharar, maisir, dan riba

        1. Unsur gharar terdapat pada bentuk akad (perikatan) yang melandasi penutupan polis. Akad yang terdapat pada asuransi konvensional

      dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad pertukaran yaitu

      pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Unsur gharar ini juga terdapat pada sumber dana pembayaran klaim pada asuransi konvensional adalah tidak jelas asalnya.

        2. Unsur maisir terjadi apabila peserta asuransi (pemegang polis) membatalkan kontraknya pada masa reversing period, ia tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja (biasanya kurang dari 5%).

        3. Unsur riba terkandung dalam melakukan usaha dan investasi yang menggunakan sistem bunga, terutama oleh bank-bank konvensional Perkembangan Asuransi Syariah

      • Tahun 1994 didirikan PT Syarikat Takaful Indonesia yang terdiri dari dua anak perusahaan:
      • PT Asuransi Takaful Keluarga  asuransi jiwa
      • PT Asuransi Takaful Umum  asuransi kerugian
      • Perusahaan asuransi syariah berkembang menjadi:
      • Asuransi Jiwa Syariah
      • Asuransi Kerugian Syariah
      • Unit Syariah Asuransi Jiwa Syariah
      • Unit Syariah Asuransi Kerugian Syariah
      • Re-Asuransi Syariah

        

      Perizinan Usaha Asuransi Syariah

      Pasal 3, 4, 32 dan 33 KMK No. 426/KMK.06/2003 Usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah

        dapat dilakukan dengan cara:

        Pendirian baru perusahaan asuransi atau perusahaan

      • reasuransi dengan prinsip syariah;

        Konversi dari perusahaan asuransi atau perusahaan

      • reasuransi konvensional menjadi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah;

        Pendirian kantor cabang baru dengan prinsip syariah oleh

      • perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi konvensional;

        

      Konversi dari kantor cabang perusahaan asuransi atau

      • perusahaan reasuransi konvensional menjadi kantor cabang perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan

        

      Perizinan Usaha Asuransi Syariah

      (cont’d)

         Persyaratan permohonan izin usaha asuransi syariah dan izin pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi konvensional,

         persyaratan umum (termasuk tenaga ahli asuransi syariah dan modal kerja kantor cabang dengan prinsip syariah);

         memiliki Dewan Pengawas Syariah perusahaan;

         pengesahan DPS perusahaan atas sumber modal

        kerja, sistem akuntansi, produk asuransi yang akan dipasarkan dll.

        Departemen Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Biro Perasuransian

        Persyaratan Permodalan

      JENIS PERUSAHAAN MODAL DISETOR MINIMUM

        Perusahaan Asuransi Rp100 miliar

        Perusahaan Reasuransi Rp200 miliar Perusahaan Pialang Asuransi/ Rp1 miliar Reasuransi Perusahaan Asuransi

        Rp50 miliar berdasarkan prinsip syariah Perusahaan Reasuransi Rp100 miliar berdasarkan prinsip syariah

        MODAL KERJA MINIMUM UNIT SYARIAH dari

        Perusahaan Asuransi Rp25 miliar

        Persyaratan Permodalan (PP No.39 Tahun 2008)

      JENIS PERUSAHAAN MODAL DISETOR MINIMUM

        Perusahaan Asuransi Rp100 miliar Perusahaan Reasuransi Rp200 miliar Perusahaan Pialang Asuransi/ Rp1 miliar Reasuransi Perusahaan Asuransi Rp50 miliar berdasarkan prinsip syariah Perusahaan Reasuransi Rp100 miliar berdasarkan prinsip syariah

        MODAL KERJA MINIMUM UNIT SYARIAH dari

        Perusahaan Asuransi Rp25 miliar Perusahaan Reasuransi Rp50 miliar

        PELAKU USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

      • ) Data per 9 Maret 2011

        INDIKATOR KEUANGAN USAHA ASURANSI & REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

        1,000 800 600 200 400 1,200 1,400 1,600 312 596 915 35 Perkembangan Klaim Bruto Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah 188 118 88

      118

      180 236 427

      313

      492 833 1,342 Tahun 2005 - 2010 d lm m ili a r ru p ia h 2005 2006 2007 2008 2009 2010 - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 199 282

      511

      1,154 1,929 2,530 127 217

      294

      497 450 708 326 499 806 1,651 2,379 3,237 Perkembangan Kontribusi Bruto Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah Tahun 2005 - 2010 Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah Asuransi Jiwa Syariah Total Asuransi Syariah d lm m il ia r ru p ia h

      PERKEMBANGAN USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI

      DENGAN PRINSIP SYARIAH

        1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 3,293

      492

      702 903 1,313 950 1,512 1,853 3,023 4,605 Perkembangan Investasi Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah Tahun 2005 - 2010 d lm m il ia r ru p ia h

        PERKEMBANGAN USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

      • - 2005 2006 2007 2008 2009 2010 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 491 614

        1,020

        1,151 2,120 3,293 194 336

        492

        702 903 1,313 685 950 1,512 1,853 3,023 4,605 Perkembangan Aset Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah Tahun 2005 - 2010 Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah Asuransi Jiwa Syariah Total Asuransi Syariah d lm m ili a r ru p ia h

      III. PASAR MODAL

        Pasar Modal Syariah di Indonesia

      • Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek
      • Awal pelaksanaan pasar modal syariah di Indonesia adalah
      • Penerbitan pertama kali reksa dana syariah yaitu reksa dana Danareksa Syariah pada tanggal 25 Juni 1997
      • Penerbitan obligasi syariah pada akhir 2002,
      • Diadakan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2002 oleh PT Bursa Efek Jakarta (BEJ).
      Jakarta Islamic Index (JII)

        Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index (JII) adalah

      • “untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa”. Saham-saham yang tercatat pada Jakarta Islamic Index
      • (JII) merupakan benchmark bagi saham-saham yang berisikan saham-saham likuid dan memenuhi prinsip syariah.

        OJK Emiten Manajer Investasi

        Efek Syariah Bapepam-LK

        

      Faktor-faktor Pengaruh Perkembangan Pasar Modal

      Syariah

        Menurut hasil penelitian Badan Pengawas Pasar Modal

      • (Bapepam) antara lain adalah:

        Perkembangan macam instrumen pasar modal sesuai dengan

      • syariah yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI. Perkembangan transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar
      • modal syariah. Perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan
      • transaksi pasar modal syariah.
      Kriteria Emiten Syariah

      • Jenis usaha, produk barang, jasa yg diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan Emiten yang menerbitkan Efek Syariah tdk boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
      • Jenis Usaha Yg Bertentangan adalah
        • – Perjudian, permainan yg tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
        • – Lembaga keuangan konvensional
        • – Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yg haram.
        • – Produsen, distributor, dan atau penyedia barang atau jasa yg merusak moral dan bersifat mudarat
        • – Melakukan investasi pada Emiten yg pd saat transaksi tingkat hutang perusahaan kpd lembaga keuangan ribawi lebih dominan dr
        Lanjutan

        Emiten yang menerbitkan Efek Syariah wajib

      • menandatangani dan memenuhi akad yg sesuai dg syariah Emiten yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin
      • kegiatan usahanya memenuhi prinsip Syariah Apabila suatu saat Emiten tidak bisa memenuhi
      • persyaratan-2 tersebut, maka otomatis Efek yang diterbitkan bukan sebagai Efek Syariah

        Efek Syariah

        Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam

      • Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara,dan kegiatan usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal

        Kriteria Efek Syariah

      • Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah;
      • Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
        • – Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus);
        • – Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus)
        Kegiatan Usaha Yg Tidak Sesuai Prinsip Syariah (Keputusan Ketua Bapepam LK No : Kep-181/BL/2009 Tanggal : 30 Juni 2009)

      • Perjudian dan permainan yang tergolong judi;
      • Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
        • – perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; dan
        • – perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;

      • Jasa keuangan ribawi, antara lain:
        • – bank berbasis bunga; dan
        • – perusahaan pembiayaan berbasis bunga;

      • Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/ atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
      • Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan antara lain:
        • – barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);

      JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

        Tujuan pembentukan JII: meningkatkan kepercayaan

      • investor utk melakukan investasi pd saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa. Saham-saham yang tercatat pada JII mrpkn benchmark
      • bagi saham-saham yg berisikan saham-saham likuid dan memenuhi prinsip syariah

      IV. ZAKAT

      SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ZAKAT DI

        INDONESIA AT a ZAK antarany , di am un Isl ruk

        MASA mengajarkan

        SEBELUM a, Indonesi

        PENJAJAHAN ke masuk am

      • Isl
      Cont’d t aka ri Z da r mbe rsu be ng kyat ya ra tan kua ke kan ah em mel an ju n tu nga de kat, n za naa aksa pel tu ban em t m iku i um rib yi p iya pr an h d nta eri em ai p aw peg ua sem g ran ela ) m ara eg N aan kuas ke nai ge men

        29

        19 hun ta da pa bah iu n d da

        25

        19 IS 54/

        18 RR da pa MASA r asa erd (b 905 ri 1 rua eb

        8 F l 2 0 tg 20 o. 6 d N la ijb •B up hid an ng nja u tu ata aji ri g be k di da i ti ap tet PENJAJAHAN a nd ela B tah erin em P an asa ku ke rasi ist min ad kan na ksa ela k m ntu a u kerj be aib n n da ulu ngh pe

        BELANDA ara h p le kat o za ang n u nga we ele eny ya p din ja ter ah ceg en 3 m 189 stus gu A l 4 2 tg

        89 o. 1 d N la ijb •B

        h) ja ja en n P wa ela g m an per ber h ( la ilil sab k ntu g u tin en a p an r d mbe di su ja en t m aka

      • •Z
      • Cont’d 1950) a tahun I pad eu R MenK isono, Wib uf . Jus (M undangan undang- an per atur per dalam atur di agar zakat nginkan mengi

          MASA , asyarakat am m dal anya jiw dup ap hi 5 tet 194 UD U 

          IS

        • R

          INDONESIA )) (1 ayat

          29 Pasal atas MERDEKA azairin H siran taf hat (li Esa Maha Yang uhanan Ket rkan berdasa egara N  1945 UD

        • U
        Menteri Agama (diharapkan dapat bekerja sama dengan Menteri Sosial Keuangan) dan Menteri MenKeu berpendapat, peraturan zakat cukup diatur dalam Peraturan Menteri Agama 1968 - 1999 PMA No. 4 dan %

        Tahun 1968

          Badan Amil Zakat tentang pembentukan dan Baitul Mal di tingkat pusat,

        propinsi, dan

        kabupaten/

        kotamadya

          Peraturan Perundang-undangan mengenai Zakat 1967 Disusun RUU Zakat oleh

          1999 - 2013 UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pembentukan BAZNAS berdasar Keppres No. 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasiional

        • KHES Buku III tentang Zakat dan HibahUU No. 23 Tahun 2011 tetang Pengelolaan Zakat
          • Masing-masing propinsi membentuk BAZ

            yang bersifat semi pemerintah, seperti BAZIS Aceh, SumBar, SumSel, Lampung, JaBar,

          Pola Kelembagaan Zakat 1968 - 1999 1.

            Lembaga zakat hanya mengumpulkan zakat fitrah (contoh, Jawa Barat).

            

          2. Lembaga zakat berfokus pada pengumpulan zakat mal,

          termasuk pula infaq dan sadaqah (contoh, DKI Jakarta).

            3. Lembaga zakat mengumpulkan zakat fitrah dan zakat

            mal Kelembagaan Zakat 1999 - 2011 Presiden

            BAZNAS Kelembagaan Zakat 2011 Presiden

            Menteri Agama BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional

            BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan

          • zakat secara nasional merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang
          • bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri

            Tugas dan Fungsi BAZNAS

          • Mengelola zakat secara nasional

            Tugas BAZNAS

          • Fungsi BAZNAS
          • 1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

            pendayagunaan zakat;

            2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

            pendayagunaan zakat;

            3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

            pendayagunaan zakat; dan

            4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Cont’d

            Untuk melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada

          • tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota Pola kelembagaan zakat adalah meliputi pengumpulan
          • seluruh zakat, termasuk bentuk sedekah lainnya

            Unit Pengelola Zakat

            UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh

          • BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat UPZ dibentuk oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan
          • BAZNAS kabupaten/kota dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya UPZ dapat dibentuk pada instansi pemerintah, badan
          • usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya

            Lembaga Amil Zakat

            LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang

          • memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau
          • pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

            Syarat LAZ

            Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan

          • paling sedikit:

            1. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang

            mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

            2. Berbentuk lembaga berbadan hukum;

            3. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

            4. Memiliki pengawas syariat;

            5. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk

            melaksanakan kegiatannya;

            6. Bersifat nirlaba;

            7. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi

            kesejahteraan umat; dan Putusan MK ttg JR UU Pengelolaan Zakat Mengabulkan sebagian permohonan para pemohon terkait pasal 18,

          • pasal 38 dan pasal 41 UU Pengelolaan zakat.

            Pasal 18: persyaratan perizinan dan pendirian,

          • Pasal 38: pengelolaan zakat tanpa izin ditindak pidana kriminalisasi,

          • Pasal 41: amil zakat perseorangan yang tidak memiliki izin.

            Persyaratan perizinan yang termaktub dalam Pasal 18 ayat 2 tidak

          • bersifat kumulatif. Seluruh persyaratan dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak harus berlatar belakang organisasi kemasyarakatan Islam.

            Pasal 38 dan 41 tentang tindak pidana, LAZ yang terdiri dari Amil

          • tidak harus memiliki izin dan tidak dapat dikriminalisasi. Cukup melaporkan laporan pengelolaan zakat kepada pengawas syariah

          V. WAKAF

          SEJARAH PERATURAN WAKAF DI INDONESIA

            

          PMA NO. 1 TH 1978 TTG

          PMA NO. 1 TH 1978 TTG

          ISLAM NO. KEP/D/75/1978 TTG ISLAM NO. KEP/D/75/1978 TTG PERATURAN DIRJEN BIMAS PERATURAN DIRJEN BIMAS

          HUKUM PERATURAN FORMULIR PEDOMAN

          HUKUM

          PELAKSANA PP NO. 28

          PELAKSANA PP NO. 28

          PERATURAN

          PELAKSANAAN PERATURAN- PELAKSANAAN PERATURAN- FORMULIR PEDOMAN PERATURAN TTG PERATURAN TTG ADAT

            ADAT

          TH 1977

          TH 1977

          PERWAKAFAN TANAH MILIK PERWAKAFAN TANAH MILIK

          PMDN NO. 6 TH 1977

          PMDN NO. 6 TH 1977

          UUD 1945

          UU NO. 41

            

          UUD 1945 TTG TATA UU NO. 41

          PENDAFTARAN TANAH

          PENDAFTARAN TANAH

          TTG TATA

          PASAL 29 TH 2004 TTG PASAL 29 PERWAKAFAN TANAH PERWAKAFAN TANAH MENGENAI MENGENAI TH 2004 TTG AYAT (2) WAKAF AYAT (2) MILIK MILIK WAKAF UU NO. 5 TH UU NO. 5 TH PP NO. 28 TH PP NO. 28 TH 1960 TTG 1960 TTG

            

          1977 TTG

          1977 TTG KELEMBAGAAN WAKAF DI INDONESIA

          MENTERI BADAN WAKAF

          AGAMA

            INDONESIA NAZHIR: PPAIW (KUA) Perseorangan, Organisasi, Badan Hukum

            Wakaf B P N Tanah WAKIF:

            Perseorangan, Wakaf Uang L K S Organisasi, WAKIF Perseorangan  persyaratan:

          • 1. dewasa; 2.

            berakal sehat; 3. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan 4. pemilik sah harta benda wakaf.

          • Hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan

            Organisasi

          • organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan
          • Hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan

            Badan hukum

          • hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum
          NAZHIR

          • 1. warga negara Indonesia; 2. beragama Islam; 3. dewasa; 4. amanah; 5.

            Perseorangan  memenuhi persyaratan:

            mampu secara jasmani dan rohani; dan 6. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.

          • 1. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan

            Organisasi memenuhi persyaratan :

            nazhir perseorangan

            2. organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam. CONT’D

          • 1. pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi

            Badan hukum  memenuhi persyaratan:

            persyaratan nazhir perseorangan

            2. badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan

            peraturan perundang.undangan yang berlaku; 3. badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.

          TUGAS NAZHIR 1.

            rnelakukan pengadministrasian harta benda wakaf; 2. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya;

            3.

            mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; 4. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia Lembaga Keuangan Syariah

          • Bank penerima Wakaf Uang

            1. Bank Syariah Mandiri

            2. BNI Syariah

            3. Bank Muamalat 4.

            Bank DKI Syariah

            5. Bank Mega Syariah Indonesia

            6. Bank BTN Syariah

            7. Bank Bukopin Syariah

            8. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jogja Syariah

            

          9. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Barat Syariah

            10. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jateng Syariah

          BADAN WAKAF INDONESIA

            Lembaga independen

          • BWI berkedudukan di ibukota Negara dan dapat
          • membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan Keanggotaan BWI diangkat dan diberhentikan oleh
          • Presiden. Keanggotaan Perwakilan BWI di daerah diangkat dan
          • diberhentikan oleh BWI.

          TUGAS DAN WEWENANG BWI 1.

            melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf;

            2.

          melakukan pengelolaan dan pengembangan harta

          benda wakaf berskala nasional dan internasional;

            3. memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf; 4. memberhentikan dan mengganti Nazhir;

            

          5. memberikan persetujuan atas penukaran harta benda

          wakaf; 6. memberikan saran dan pertimbangan kepada

          Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang

            

          WASSALAM

          TERIMA KASIH