Evaluasi Perhitungan Zakat Atas Penghasilan Usaha Pada Lembaga-lembaga Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri) 2009

(1)

SKRIPSI

Evaluasi Perhitungan Zakat Atas Penghasilan Usaha Pada

Lembaga-lembaga Perbankan Syariah di Indonesia

(Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia

dan PT. Bank Syariah Mandiri)

2009

OLEH:

PAIDA HAFNI LUBIS 070503075

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Evaluasi Perhitungan Zakat atas Penghasilan Usaha Pada Lembaga-lembaga Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri) 2009” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Studi Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011 Yang membuat pernyataan,

Paida Hafni Lubis NIM : 070503075


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT pengatur semesta alam, atas rahmad dan hidayah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Serta salawat dan salam penulis haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.

Skripsi yang berjudul Evaluasi Perhitungan Zakat atas Penghasilan

Usaha Pada Lembaga-lembaga Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri) 2009

ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini juga merupakan pengaplikasian dari teori di bidang akuntansi yang selama ini penulis tekuni. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan, untuk itu penulis dengan terbuka akan menerima saran dan kritik dari berbagai pihak.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Iskandar Muda, S.E. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan saran dan pemikiran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding dan Penguji-I serta Bapak Drs. Syahelmi, M.Si selaku Dosen Pembanding dan Penguji-II yang telah bersedia memberikan sumbangan saran dan pemikiran dalam penulisan skripsi ini.

5. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri yang telah banyak memberikan bantuan berupa data penting untuk penulisan skripsi ini.

6. Ayahanda Firman Lubis S.T. dan Ibunda tercinta Nurkhotiah Siregar yang selalu memberikan doa dan motivasi yang tak terhingga, juga kepada Tek Dawan dan Udak Arfan, Andika Chaniago, S.Hut serta adik-adik tercinta: Pantden Muhammad Noor Lubis, Paulina Auliya Lubis, Hafizun Rahman Lubis, Fathonah Khairunnisa, Fadila Riski, Fadela Riski, dan Faiza Kamalia yang selalu penulis jadikan sebagai penyemangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mendatangkan ridho bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Penulis,

PAIDA HAFNI LUBIS NIM : 070503075


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode perhitungan zakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri, juga untuk mengetahui pengaruh perhitungan zakat terhadap penghasilan usaha pada lembaga-lembaga perbankan syariah di Indonesia.

Data penelitian ini berupa laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2009 yang diunduh melalui situs-situs sebagai berikut : Data yang diperoleh disimulasikan dengan metode perhitungan zakat yang ada di teori untuk mengevaluasi apakah metode perhitungan zakat perusahaan yang selama ini digunakan oleh bank syariah yang diteliti telah sesuai baik dengan peraturan yang berlaku maupun dengan besarnya penghasilan usaha bank syariah yang diteliti pada tahun berjalan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia adalah metode Bank Muamalat Indonesia atau dari laba setelah pajak x 2.5% sedangkan PT. Bank Syariah Mandiri adalah metode Syarikat Takaful Sdn Berhad atau dari laba sebelum zakat dan pajak x 2.5%. Dari simulasi kedelapan metode perhitungan zakat perusahaan, metode Bank Muamalat Indonesia dan metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad dinyatakan sesuai baik dengan peraturan yang berlaku maupun dengan besarnya penghasilan usaha bank syariah yang diteliti pada tahun berjalan.

Kata kunci: Perhitungan zakat, Zakat perusahaan, Penghasilan usaha, Pajak penghasilan.


(6)

ABSTRACT

The objectives of this research is to examine the using of zakat calculation method at PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri, also to examine the effect of zakat calculation to net income at the sharia banking institutions in Indonesia.

This research data is the financial statement of PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri 2009 that are taken from websites: trialed with zakat calculation method that used in theory to evaluate does the zakat calculation method that usually used by researched sharia banking has lawful and according to the number of net income at the annual year.

The research result shows that PT. Bank Muamalat Indonesia is used Bank Muamalat method or net income after tax x 2.5% whereas PT. Bank Syariah Mandiri is used Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad method or income before zakat and tax x 2.5%. From the eight trial of zakat calculation method, Bank Muamalat method and Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad is justiced lawful and according to the number of net income at the annual year.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang ... 1

II. Perumusan Masalah ... 5

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

A.Tujuan Penelitian ... 6

B.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS I. Tinjauan Pustaka ... 7

A.Zakat ... 7

B.Ruang Lingkup Perusahaan... 8

C.Harta yang Wajib Dizakatkan ... 9

D.Macam-macam Zakat dan Penerima Zakat ... 11


(8)

F. Nisab dan Persentasi ... 13

G.Standar Akuntansi Zakat Badan Usaha ... 16

H.Perhitungan Zakat Perusahaan/Perdagangan/Tijarah ... 20

II. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

III. Kerangka Konseptual ... 35

BAB III METODE PENELITIAN I. Tempat Penelitian ... 37

II. Jenis Data ... 37

III. Teknik Pengumpulan Data ... 37

IV. Analisa Data ... 38

V. Jadwal Penelitian ... 39

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN I. Data Penelitian ... 40

II. Analisis Hasil Penelitian ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN I. Kesimpulan ... 61

II. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Zakat Terhimpun 2006-2010 2

Tabel 2.1 Neraca PT. Bank Citra Hasanah 21

Tabel 2.2 Nilai Setara Kas PT. Bank Citra Hasanah 22 Tabel 2.3 Dasar Penilaian Metode Aktiva Bersih 27 Tabel 2.4 Perhitungan Zakat Metode Aktiva Bersih 29 Tabel 2.5 Perhitungan Zakat Metode Invested Funds 30

Tabel 2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu 33

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian 39

Tabel 4.1 Neraca Gabungan PT. Bank Muamalat Indonesia

dan PT. Bank Syariah Mandiri 40

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT. Bank Muamalat Indonesia 43 Tabel 4.3 Laporan Laba Rugi PT. Bank Syariah Mandiri 45


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia Nomor 49 Rasio

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum 67 Lampiran 2 Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Bank

Syariah Mandiri Nomor 24 Cadangan Umum 68 Lampiran 3 Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Bank Syariah


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode perhitungan zakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri, juga untuk mengetahui pengaruh perhitungan zakat terhadap penghasilan usaha pada lembaga-lembaga perbankan syariah di Indonesia.

Data penelitian ini berupa laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2009 yang diunduh melalui situs-situs sebagai berikut : Data yang diperoleh disimulasikan dengan metode perhitungan zakat yang ada di teori untuk mengevaluasi apakah metode perhitungan zakat perusahaan yang selama ini digunakan oleh bank syariah yang diteliti telah sesuai baik dengan peraturan yang berlaku maupun dengan besarnya penghasilan usaha bank syariah yang diteliti pada tahun berjalan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia adalah metode Bank Muamalat Indonesia atau dari laba setelah pajak x 2.5% sedangkan PT. Bank Syariah Mandiri adalah metode Syarikat Takaful Sdn Berhad atau dari laba sebelum zakat dan pajak x 2.5%. Dari simulasi kedelapan metode perhitungan zakat perusahaan, metode Bank Muamalat Indonesia dan metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad dinyatakan sesuai baik dengan peraturan yang berlaku maupun dengan besarnya penghasilan usaha bank syariah yang diteliti pada tahun berjalan.

Kata kunci: Perhitungan zakat, Zakat perusahaan, Penghasilan usaha, Pajak penghasilan.


(13)

ABSTRACT

The objectives of this research is to examine the using of zakat calculation method at PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri, also to examine the effect of zakat calculation to net income at the sharia banking institutions in Indonesia.

This research data is the financial statement of PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri 2009 that are taken from websites: trialed with zakat calculation method that used in theory to evaluate does the zakat calculation method that usually used by researched sharia banking has lawful and according to the number of net income at the annual year.

The research result shows that PT. Bank Muamalat Indonesia is used Bank Muamalat method or net income after tax x 2.5% whereas PT. Bank Syariah Mandiri is used Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad method or income before zakat and tax x 2.5%. From the eight trial of zakat calculation method, Bank Muamalat method and Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad is justiced lawful and according to the number of net income at the annual year.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pada tanggal 27 Oktober 1988, Paket Kebijakan Oktober (PAKTO) yang berisi liberalisasi industri perbankan diluncurkan oleh pemerintah. Atas kebijakan ini, pada tahun 1990 dalam lokakarya Alim Ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua yang disponsori oleh MUI direkomendasikan untuk dibentuk bank bebas bunga pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia. Meskipun diawal pendiriannya terdapat beberapa pendapat para ahli yang mempertanyakan kembali mengenai fungsi kelembagaan bank syariah sebagai bank atau perusahaan investasi namun bank syariah khususnya Bank Muamalat terus menunjukkan kepesatan perkembangan usahanya.

Faktor pendukung pesatnya perkembangan bank syariah salah satunya disebabkan oleh bervariatifnya kegiatan usaha yang dilakukan. Selain menghimpun dana dari masyarakat dalam tabungan dan deposito, bank syariah juga melaksanakan sistem jual beli, sewa beli dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Faktor pendukung lainnya adalah penggunaan sistem bagi hasil yang diberlakukan oleh bank syariah. Pada umumnya bank syariah di Indonesia menerapkan sistem revenue sharing yang dapat memperkecil kerugian nasabah.

Faktor-faktor pendukung inilah yang mendorong Bank Muamalat mampu bertahan pada saat terjadi krisis moneter tahun 1997-1999. Disaat hampir seluruh


(15)

bank konvensional berjatuhan atau dibeku operasi, bank syariah justru semakin menunjukkan keunggulannya. Dengan sistem bagi hasil yang diterapkannya Bank Muamalat tidak terbebani oleh kewajiban membayar bunga atas simpanan nasabahnya. Bank Muamalat hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan yang diperolehnya.

Kesuksesan Bank Muamalat menghadapi serangan krisis ekonomi telah mengilhami banyak bank untuk membentuk bank syariah. Kondisi ini kemudian didukung pula oleh pemerintah dengan pemberlakuan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang memberikan kesempatan untuk membuka, mengkonversi cabang atau mengubah secara keseluruhan bank konvensional menjadi bank syariah dan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menegaskan bahwa Bank Indonesia mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas penunjang yang mendukung operasional bank syariah sekaligus menjadi dasar hukum penerapan dual banking system di Indonesia yaitu sistem perbankan konvesional dan bank syariah secara berdampingan.

Dengan meningkatnya jumlah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, maka jumlah wajib zakat perusahaan juga akan turut meningkat. Menurut Baznas, setidaknya tercatat 50 perusahaan yang membayar zakat perusahaan hingga tahun 2009. Lembaga perbankan syariah memang diharuskan baik dari segi agama Islam maupun dari segi yuridis di Indonesia untuk mengeluarkan zakat sebesar yang sudah ditentukan. Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Pasal 11 Ayat 2 Poin b dinyatakan bahwa “Perdagangan dan perusahaan merupakan harta


(16)

yang dikenai zakat”. Secara yuridis Undang-undang ini menjadi landasan bagi lembaga perbankan syariah untuk membayar zakat.

Begitu juga dengan pandangan Islam yang menyatakan zakat merupakan rukun islam yang ketiga. Landasan kewajiban zakat perusahaan atau zakat atas badan usaha salah satunya dikemukakan oleh Hasbi Ash-Shiddiqi sebagai berikut, “bahwa pada tahun kedua Hijriyah syara’ menentukan jenis harta yang wajib dizakati, diantaranya yaitu emas dan perak, perniagaan, peternakan, tanaman dan barang-barang temuan atau harta karun”.

Didin Hafidhuddin menyebut data statistik penerima manfaat dana zakat (mustahik) tahun 2010 mencapai angka kurang lebih 2,8 juta orang, atau sekitar 9,03 % dari seluruh penduduk miskin di negara kita dengan jumlah zakat yang terhimpun sebesar Rp. 1,5 Triliun. Terdapat peningkatan kurang lebih sebesar 25% dibandingkan tahun 2009 dimana jumlah zakat yang terhimpun mencapai angka Rp. 1,2 Triliun. Jumlah zakat yang terhimpun per tahunnya dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan perkiraan potensi zakat yang dapat dihimpun yaitu sebesar Rp. 14,3 Triliun untuk perusahaan BUMN belum termasuk zakat dari perusahaan swasta. Berikut ditampilkan jumlah zakat yang dihimpun oleh Badan Zakat Nasional tahun 2006 sampai dengan 2010, sebagai berikut:


(17)

Tabel 1.1

Jumlah Zakat Terhimpun 2006 - 2010

(Dalam Miliar Rupiah)

Tahun Zakat Terhimpun

2006 2007 2008 2009 2010

360 400 900 1.200 1.500 Sumber :

Perlu diketahui bahwa zakat yang diwajibkan atas badan usaha tidak dimaksudkan untuk membebani badan usaha secara berlebihan dan mengancam keberlangsungan hidup perusahaan. Menurut UU Nomor 17 Tahun 2000 atau disebut juga UU PPh Pasal 4 Ayat 3, pengeluaran zakat dinyatakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak bagi pihak yang mengeluarkan zakat. Dengan peraturan ini diharapkan kondisi keuangan badan usaha pembayar zakat tidak terbebani secara berlebihan.

Selain itu, zakat badan usaha juga mengandung makna bahwa dalam mengoperasikan sebuah perusahaan dibutuhkan keseimbangan antara sifat egois dan altruis (sosial). Sifat egois dapat dijadikan sebagai pemacu untuk memperoleh keuntungan sedangkan sifat altruis digunakan sebagai corporate social

responsibilities (CSR) perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Jadi,

diharapkan manfaat dari penerapan zakat atas badan usaha akan mengena ke semua pihak, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi masyarakat umum yang membutuhkan (penerima zakat/mustahik).

Agar pengeluaran zakat perusahaan tidak mengancam penghasilan usaha (konsep going concern) namun tetap dapat dinikmati oleh lingkungan sekitar


(18)

(konsep CSR), maka metode perhitungan zakat perusahaan harus dilakukan secara selektif. Cara perhitungan zakat di masing-masing badan usaha belum tentu sama, karena ada banyak metode perhitungan zakat yang dapat diterapkan. Penghasilan usaha yang optimal mungkin saja tidak dapat diperoleh jika perusahaan “keliru” menggunakan metode perhitungan zakat.

Dampak besar penerapan metode perhitungan zakat terhadap penghasilan usaha inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membuat penelitian mengenai perhitungan zakat perusahaan pada lembaga perbankan syariah. Dalam hal ini, penulis mengambil tempat penelitian pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri, periode penelitian pada tahun 2009, dengan judul :

Evaluasi Perhitungan Zakat Atas Penghasilan Usaha Pada Lembaga-lembaga Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri) 2009.

II. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, penulis membuat perumusan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi, yaitu:

1. Metode perhitungan zakat apa yang diterapkan oleh masing-masing bank syariah yang akan diteliti?

2. Bagaimana perhitungan zakat perusahaan mempengaruhi penghasilan usaha pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri?


(19)

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan metode perhitungan zakat pada PT Bank

Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri.

2. Untuk mengetahui pengaruh perhitungan zakat terhadap penghasilan usaha pada lembaga-lembaga perbankan syariah di Indonesia.

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi penulis tetapi juga bagi pihak-pihak lain. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Memperluas pengetahuan penulis mengenai perhitungan zakat perusahaan dan standar akuntansi untuk zakat perusahaan.

2. Memberikan informasi tambahan mengenai perhitungan zakat perusahaan dan perlakuan akuntansi bagi lembaga-lembaga perbankan syariah di Indonesia pada umumnya dan PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri pada khususnya.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi berbagai pihak demi penyempurnaan penelitian-penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Teoritis

A. Zakat

Zakat menurut bahasa (lughat) berasal dari kata zaka (bentuk

masdar) yang berarti: berkah, tumbuh, bersih, suci dan baik. Dikatakan

berkah, karena zakat akan membuat keberkahan pada harta seseorang yang telah berzakat. Dikatakan suci, karena zakat dapat mensucikan pemilik harta dari sifat tama’, syirik, kikir dan bakhil. Dikatakan tumbuh, karena zakat akan melipatgandakan pahala bagi muzakki (pembayar zakat) dan membantu kesulitan para mustahiq (penerima zakat).

Sedangkan zakat menurut istilah (syara’), dalam pandangan ahli fiqh memiliki batasan yang beraneka ragam. Asnaini (2008:26) menyebutkan beberapa definisi zakat menurut para ahli fiqh, yaitu sebagai berikut:

1. Zakat menurut Al-Syirbini adalah: nama bagi kadar tertentu yang wajib didayagunakan kepada golongan-golongan masyarakat tertentu.

2. Zakat menurut Ibrahim Usman asy-Sya’lan adalah: memberikan hak milik harta kepada orang yang fakir yang muslim, bukan keturunan Hasyim dan bukan budak yang telah dimerdekakan oleh keturunan Hasyim, dengan syarat terlepasnya manfaat harta yang telah diberikan itu dari pihak semula, dari semua aspek karena Allah.

3. Menurut ulama lain ada yang mengartikan zakat sebagai: hak yang wajib terkandung dalam harta benda tertentu, untuk golongan masyarakat tertentu, dalam waktu tertentu.

Adapula ulama yang mengartikan zakat sebagai berikut: zakat adalah mengeluarkan bagian tertentu dari harta yang mencapai satu nisab, untuk orang yang berhak menerimanya manakala sempurna


(21)

pemilikannya dan sempurna satu tahun bagi harta selain barang tambang dan selain hasil tanaman.

4. Zakat menurut Sayyid Sabiq adalah: suatu sebutan dari suatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang untuk fakir miskin. Dinamakan zakat karena dengan mengeluarkan zakat itu di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkat, pembersihan jiwa dari sifat kikir bagi orang kaya atau menghilangkan rasa iri hati orang-orang miskin dan memupuknya dengan berbagi kebajikan.

Dari semua pengertian di atas, apabila diteliti semuanya mencakup unsur-unsur yang harus ada dalam zakat, yaitu:

1. Harta 2. Basis harta

3. Subjek yang berhak menerima zakat

Sedangkan menurut Pasal 1 Butir 2, Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, zakat adalah: harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

B. Ruang Lingkup Perusahaan

Mufraini (2006:124) menyebutkan bahwa:

“Yang dimaksud dengan perusahaan dalam konteks perhitungan zakat adalah sebuah usaha yang diorganisir sebagai sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan kepemilikan dibuktikan dengan kepemilikan saham.”

Para ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan kepada kategori zakat komoditas perdagangan, bila dilihat dari aspek legal dan


(22)

ekonomi (entitas) aktivitas sebuah perusahaan, pada umumnya berporos kepada kegiatan di bidang barang (hasil industri/pabrikasi) maupun jasa dapat menjadi wajib zakat.

C. Harta yang Wajib Dizakatkan

Tidak semua harta yang dimiliki seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim diwajibkan untuk dizakatkan. Menurut Mufraini (2006:19) syarat-syarat harta yang wajib dizakatkan adalah sebagai berikut: kepemilikan sempurna (milkiyah tammah), aset produktif atau berpotensi untuk produktif (mengalami perkembangan nilai aset), harus mencapai nisab, aset surplus nonkebutuhan primer, tidak ada tanggungan utang, dan kepemilikan satu tahun penuh (haul). Keenam syarat harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut di atas merupakan satu kesatuan yang mutlak, artinya apabila salah satu atau lebih syarat tidak terpenuhi maka zakat tidaklah wajib atas harta kekayaan tersebut.

Kemudian, dalam Asnaini (2008:36) menyebutkan ada beberapa

fuqaha (ahli fikih) yang memberikan pendapat mengenai jenis harta

yang wajib dizakati, yaitu antara lain: Yusuf al-Qardawi dan Didin Hafidhuddin.

Yusuf al-Qardawi menyebutkan ada 10 jenis harta yang wajib dizakati, yaitu:

1. Binatang ternak. 2. Emas dan perak. 3. Hasil perdagangan. 4. Hasil pertanian.


(23)

5. Hasil sewa tanah.

6. Madu dan produksi hewan lainnya. 7. Barang tambang dan hasil laut. 8. Hasil investasi, pabrik dan gudang. 9. Hasil pencaharian dan profesi. 10. Hasil saham dan obligasi.

Seiring dengan berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak terhadap kemajuan ekonomi dan dunia usaha, Didin Hafidhuddin mengemukakan jenis harta yang wajib dizakati sebagai berikut:

1. Zakat profesi. 2. Zakat perusahaan.

3. Zakat surat-surat berharga. 4. Zakat perdagangan mata uang.

5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan. 6. Zakat madu dan produk hewani.

7. Zakat investasi properti. 8. Zakat asuransi syari’ah.

9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias, dan sektor modern lainnya yang sejenis.

10. Zakat sektor rumah tangga modern.

Jenis harta yang wajib dizakati juga diatur dalam Pasal 11 Butir 2, Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999. Dalam Undang-undang ini disebutkan bahwa harta yang dikenai zakat adalah:

1. Emas, perak, dan uang. 2. Perdagangan dan perusahaan.

3. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan. 4. Hasil pertambangan.

5. Hasil peternakan.

6. Hasil pendapatan dan jasa. 7. Rikaz

D. Macam-macam Zakat dan Penerima Zakat

Umumnya zakat terdiri dari dua macam, yaitu zakat jiwa (nafs)/zakat fitrah dan zakat harta/zakat maal.


(24)

1. Zakat nafs (jiwa)/zakat fitrah

Fitrah artinya ciptaan, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan, dan perangai. Zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan manusia muslim kepada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.

2. Zakat harta/zakat maal

Zakat harta adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Semua macam zakat ini nantinya akan diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerima harta zakat atau disebut juga mustahiq. Para penerima zakat tersebut antara lain: fakir dan miskin, amil zakat atau pengumpul zakat, muallaf, budak agar terbebas dari perbudakan, orang-orang yang berutang, fi sabilillah (di jalan Allah), dan orang yang sedang dalam perjalanan.

E. Zakat Perusahaan (Badan Usaha)

Salah satu prinsip akuntansi yang dipakai dalam sistem perhitungan zakat adalah konsep entitas. Dalam konsep ini perusahaan dianggap sebagai seorang wajib zakat, terpisah dengan kewajiban zakat dari para pemilik maupun pengelolanya.


(25)

Konsep entitas ini juga diatur dalam hukum Islam, baik dalam hadis maupun dalam firman Allah SWT. Dalam Hadis Riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik disebutkan bahwasanya Abu Bakar Shidiq telah menulis surat kepadanya yang berisikan pesan tentang zakat yang berisikan:

“Janganlah digabungkan sesuatu yang terpisah dan jangan pula dipisahkan sesuatu yang tergabung (berserikat), karena takut mengeluarkan zakat. Dan apa-apa yang telah digabungkan dari dua orang yang telah berserikat (berkongsi), maka keduanya harus dikembalikan (diperlakukan) secara sama”.

Sedangkan dalam firman Allah SWT terdapat pada surat at-Taubah ayat 103: “Ambilkan zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka ...”. Juga dalam surat Al-An’am ayat 141 yang berbunyi: “Makanlah buahnya jika telah berbuah dan tunaikanlah haknya (kewajibannya) di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya)”.

Semua landasan hukum Islam di atas berisi perintah untuk menunaikan zakat perusahaan. Bagaimana dengan landasan hukum yuridisnya? Dalam hukum yuridis juga diatur mengenai kewajiban perusahaan untuk mengeluarkan zakat yaitu dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, bab IV pasal 11 ayat 2 poin b menyebutkan bahwa harta yang dikenakan zakat adalah perdagangan dan perusahaan. Dengan kata lain, setiap badan usaha dikenakan zakat. Ketentuan ini


(26)

dibuat pemerintah untuk membantu pemberantasan kemiskinan di Indonesia.

Landasan fiqh atau hukum Islam atas kewajiban zakat tidak dapat secara mutlak dijadikan patokan kepatuhan para muzakki untuk mengeluarkan zakat yang menjadi kewajibannya. Landasan fiqh yang ada tidak menyediakan sangsi “nyata” bagi pelanggarnya. Oleh karena itu, landasan fiqh harus dipertegas lagi dengan keberadaan landasan yuridis seperti disebutkan di atas. Ditambah lagi, pada umumnya para pemilik (pemegang saham/investor) perusahaan-perusahaan yang sudah besar (go public) tidak semuanya beragama Islam. Kondisi inilah yang menyebabkan landasan normatif-religius tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya patokan kepatuhan para muzakki dalam berzakat. Untuk itu landasan yuridis yang lebih tegas sangat dibutuhkan peranannya demi pemenuhan kewajiban zakat.

F. Nisab dan Persentase

Mufraini (2006:124) menyatakan bahwa nisab zakat perusahaan yaitu senilai 85 gram emas sedangkan persentasenya adalah 2,5% dari aset wajib zakat yang dimiliki perusahaan selama masa haul.

Sedangkan menurut ahli fiqh lainnya ada beberapa syarat khusus untuk zakat perusahaan, yaitu:

1. Mencapai satu nisab, yaitu dengan mengkonversikannya kepada nisab emas dan perak (90 gram emas). Alasan pengkonversian ini adalah berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa


(27)

seseorang yang memiliki barang dagangan senilai dengan 200 dirham atau 20 dinar wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% (HR. Abu Dawud dari Samurah bin Jundub).

2. Berlaku masa satu tahun (haul), sejak barang itu dimiliki pedagang. 3. Barang itu memang diniatkan pedagang untuk diperdagangkan,

bukan untuk dimanfaatkan sendiri.

4. Barang dagangan itu dimiliki melalui perdagangan, bukan melalui warisan, hibah dan wakaf.

Pendapat lainnya datang dari Gambling dan Karim yang memberikan penjelasan mengenai pengukuran zakat, yaitu: “untuk kepentingan zakat, pengukuran yang lebih relevan digunakan adalah net

cost accounting atau net realizable value atau continously contemporary accounting (CoCoA) dan tidak menggunakan historical cost accounting.”

Perbedaan pendapat di atas mengenai pengukuran zakat ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan standar dalam pembuatan laporan keuangan yang berbasis syariah. Maka untuk mengatasi masalah ini telah dikeluarkan suatu standar untuk pembuatan laporan keuangan berbasis syariah yang berbeda dengan perbankan konvensional. Standar tersebut adalah PSAK Nomor 59 yang merupakan penggabungan dari PSAK yang ada, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta standar lain yang diadopsi dari luar negeri. Dalam PSAK Nomor 59 ada


(28)

beberapa jenis laporan keuangan yang harus disajikan oleh sebuah lembaga keuangan syariah yaitu:

1. Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan bank syariah sebagai investor beserta hak dan kewajibannya, yang dilaporkan dalam:

a. Laporan posisi keuangan b. Laporan laba rugi

c. Laporan arus kas

d. Laporan perubahan ekuitas

2. Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam investasi terikat yang dikelola oleh bank syariah untuk kemanfaatan pihak-pihak lain berdasarkan akad mudharabah atau agen investasi yang dilaporkan dalam laporan perubahan dana investasi terikat.

3. Laporan keuangan yang mencerminkan peran bank syariah sebagai pemegang amanah dana kegiatan sosial yang dikelola secara terpisah, yang dilaporkan dalam:

a. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah.

b. Laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan.

Lebih lanjut lagi, dalam PSAK Nomor 59 paragraf 15 dan 16 disebutkan:

15. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain


(29)

diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna dalam pengambilan keputusan.

16. Perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kas.

G. Standar Akuntansi Zakat Badan Usaha

Standar akuntansi zakat secara umum menurut Harahap (2001:322) adalah sebagai berikut:

1. Penilaian current exchange value (nilai tukar sekarang) atau harga pasar.

Kebanyakan para fuqaha mendukung bahwa harta perusahaan pada saat menghitung zakat harus dinilai berdasarkan harga pasar sekarang. 2. Aturan satu tahun.

Untuk mengukur nilai aktiva, kalender bulan harus dipakai kecuali untuk zakat pertanian. Aktiva harus diberlakukan lebih dari satu tahun.


(30)

Zakat yang dihitung tergantung pada kekayaan akhir tahun. Piutang pendapatan yang bukan pendapatan tahun ini dan pendapatan yang dipindahkan untuk tahun-tahun berikutnya bukan termasuk kekayaan subjek zakat.

3. Standar realisasi.

Kenaikan jumlah diakui pada tahun yang bersangkutan apakah transaksi selesai atau belum. Disini hanya piutang tertagih yang harus dimasukkan dalam perhitungan zakat.

4. Nisab

Nisab (batas jumlah) harus dihitung menurut hadist dimana tidak ditagih zakat dari orang yang tidak cukup kekayaan senisab.

5. Net income.

Setelah satu tahun penuh, biaya, utang dan penggunaan keluarga harus dikurangkan dari income yang akan dikenakan zakat. Menurut standar akuntansi zakat dari AAOFI, hutang harus dikeluarkan dalam perhitungan zakat pada periode berjalan kecuali untuk hutang jangka panjang.

6. Aktiva tetap tidak dikenakan zakat. 7. Kekayaan/aktiva.

Apakah di negara Islam atau bukan, jika pemiliknya adalah Islam, maka harus dimasukkan dalam perhitungan kekayaannya yang akan dikenakan zakat dan dihitung nisabnya. Jika perusahaan, zakat


(31)

dibayarkan dari net worth (kekayaan bersih) selama satu periode dengan tarif zakat yang diatur dalam syariah yaitu 2,5%.

Kemudian Triyuwono (2001:81) menyebutkan bahwa yang termasuk dalam aktiva yang dikenai kewajiban zakat (selain aktiva tetap) adalah:

1. Kas dan setara kas

Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro, sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat

liquid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas

dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan yang signifikan.

2. Piutang

Piutang adalah klaim terhadap pihak lain atas penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan usaha perusahaan. Piutang disini adalah piutang netto setelah dikurangi provisi untuk piutang ragu-ragu.

3. Aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan (misalnya persediaan, surat-surat berharga, real estate, dan lain-lain)

Aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan harus diukur pada nilai ekuivalen tunainya pada saat zakat sampai haul dan nisabnya.

4. Aktiva pembiayaan (misalnya mudharabah, musyarakah, salam dan

istisna’ dan lain-lain)

Aktiva pembiayaan haruslah merupakan aktiva bersih (netto) dari semua provisi untuk semua nilai atau non-collectibility-nya. Dana-dana


(32)

yang digunakan untuk mendapatkan aktiva tetap yang berhubungan dengan aktiva pembiayaan harus dikurangkan.

AAOFI juga menetapkan standar akuntansi zakat dengan membagi standar akuntansi zakat untuk perusahaan yang wajib zakat dan perusahaan yang ditetapkan tidak wajib zakat tetapi zakat diwajibkan atas pemegang saham. Perusahaan hanya berfungsi sebagai lembaga penerima zakat dan penyalur dana zakat. Standar akuntansi zakat menurut AAOFI adalah sebagai berikut:

1. Lembaga atau bank syariah sebagai muzakki (yang membayar zakat).

Zakat diakui sebagai biaya yang termasuk sebagai unsur dalam menentukan laba bersih dalam laporan laba rugi perusahaan. Zakat yang belum dibayarkan oleh perusahaan diakui sebagai hutang yang dicantumkan dalam neraca.

2. Lembaga atau bank syariah sebagai amil zakat.

Perusahaan adalah sebagai agen dalam membayar kewajiban zakat. Sumber zakat yang terkait dengan investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham, ditentukan dari pembagian laba (dividen) yang dikurangkan dari laba. Jika laba yang dibagikan kepada pemegang saham tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban zakatnya (misalnya kurang dari nisab) maka jumlah zakat yang dibayar perusahaan atau bank diakui sebagai piutang pemegang saham.


(33)

H. Perhitungan Zakat Perusahaan/Perdagangan/Tijarah

Dalam Harahap (2001:305) dijabarkan mengenai perhitungan zakat perusahaan beserta contoh neraca dari PT. Bank Citra Hasanah yang akan dihitung zakat perusahaannya. Neraca PT. Bank Citra Hasanah terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.


(34)

Tabel 2.1

PT. Bank Citra Hasanah Neraca

Per 31 Desember 2001 (Dalam Rupiah Penuh)

Sumber: Harahap (2001:306)

Informasi tambahan: Penyertaan modal termasuk penyertaan modal dari pemerintah, penyertaan lembaga atau organisasi non-profit dan sumbangan sebesar Rp. 4.000.000

Di bawah ini juga disajikan nilai setara kas untuk aset yang diperdagangkan dari PT. Bank Citra Hasanah yang nantinya diperlukan dalam perhitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode perhitungan zakat menurut AAOFI. Nilai setara kas untuk aset yang diperdagangkan terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini yaitu:

Aktiva Jumlah Pasiva Jumlah

Kas dan setara kas Piutang bersih

(Mudharabah, Salam) PembiayaanMudharabah Pembiayaan Musyarakah Istisna’

Real estate yang diperdagangkan Surat berharga yang diperdagangkan Persediaan Investasi yang diperdagangkan Investasi yang tidak diperdagangkan Total aktiva lancar

Aktiva/bangunan yang disewakan

Aktiva tetap yang dipakai Total aktiva tetap

Total aktiva Rp. 204.554.392 428.234.216 20.000.000 30.000.000 20.000.000 11.330.659 164.542.229 10.814.130 40.500.000 34.432.992 964.408.618 82.992.031 10.759.580 93.751.611 1.058.160.229 Utang lancar Wesel bayar Utang lain-lain Cadangan untuk resiko investasi Utang jangka panjang Total utang Modal investasi tak terbatas Penyertaan minoritas Penyertaan modal: Kenaikan modal Cadangan Laba ditahan Laba bersih tahun

berjalan Total modal Total pasiva

Rp. 21.130.727 49.561.094 53.185.054 9.444.298 100.000.000 233.321.173 684.504.716 20.000.000 104.000.000 3.334.340 10.000.000 3.000.000 120.334.340 1.058.160.229


(35)

Tabel 2.2 Nilai Setara Kas PT. Bank Citra Hasanah

Per 31 Desember 2001 (Dalam Ribuan Rupiah)

Sumber: Harahap (2001:306)

Harahap (2001:307) menyebutkan ada berbagai pendapat mengenai metode perhitungan zakat usaha, antara lain:

1. Perhitungan zakat dengan metode TE Gambling dan RA Karim

Zakat usaha dikenakan pada nilai bersih kekayaan yaitu: (modal + laba bersih) x 2.5% atau atas modal kerja atau laba bersih. Zakat dikenakan pada perusahaan jasa dan perdagangan. Akan tetapi untuk tarif zakat industri sebesar 10% berdasarkan contoh di atas maka kewajiban zakat adalah sebagai berikut:

(modal + cadangan – aktiva tetap) + laba bersih x 2.5% = [(Rp. 117.334.340 – Rp. 10.759.580) + Rp. 3.000.000] x 2,5% (Rp. 106.574.760 + Rp. 3.000.000) x 2,5%

Rp. 109.574.760 x 2,5% = Rp. 2.739.369

Maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah sebesar Rp. 2.739.369. 2. Yusuf Qardhawi

Zakat perusahaan menurut Yusuf Qardhawi disamakan dengan zakat untuk harta perdagangan. Yang dimaksud dengan harta benda perdagangan adalah

Akun

Penilaian berdasarkan pada laporan keuangan

Nilai kas dan

setara kas Selisih Surat berharga Rp. 164.542.229 Rp. 180.542.229 Rp. 16.000.000 Persediaan 10.814.130 15.814.130 5.000.000 Bangunan/properti 11.330.659 16.330.659 5.000.000 Investasi lainnya 40.500.000 45.000.000 4.500.000 Total Rp. 227.187.018 Rp. 257.687.018 Rp. 30.500.000


(36)

sesuatu yang dibeli atau dijual untuk tujuan memperoleh keuntungan. Seseorang yang memiliki kekayaan perdagangan yang sudah satu tahun dan senisab pada akhir tahun (periode) itu, maka wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2.5% dihitung dari modal dan keuntungan (zakat dikenakan dari pangkal dan pertumbuhannya), bukan dari keuntungannya saja. Sedangkan untuk aktiva tetap maka tidak diwajibkan atasnya zakat kecuali jika aktiva tetap itu menghasilkan keuntungan atau pendapatan, maka zakat atas aktiva tetap (tanah, gedung dan pabrik) besarnya 10% dari hasil bersih setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan. Tetapi bila hasil bersih tidak mungkin untuk diketahui, maka zakat dikenakan atas seluruh hasil sebesar 5%.

Berdasarkan contoh di atas maka perhitungan zakat perusahaan adalah sebagai berikut:

a. (Modal + Laba bersih) x 2,5%

(Rp. 117.334.340 + Rp. 3.000.000) x 2,5% = Rp. 3.008.358

b. Keuntungan dari aktiva tetap yang disewakan yaitu sebesar Rp. 82.992.031 dan keuntungan bersih diasumsikan sebesar Rp. 7.250.000 dengan tarif zakat 10%, maka zakat yang wajib dibayar adalah:

Rp. 7.250.000 x 10% = Rp. 725.000

Total zakat perusahaan: Rp. 3.008.358 + Rp. 725.000 = Rp. 3.733.358 3. Bazis DKI

Bazis DKI menghitung zakat dari aktiva lancar sesuai dengan neraca tahunan, yaitu uang yang ada di kas dan bank, surat-surat berharga dan persediaan dikurangi dengan kewajiban yang harus dibayar dengan ketentuan


(37)

nisab 98 gram emas murni dan tarif zakat 2.5%. dalam perhitungan ini aktiva tetap dan utang jangka panjang tidak diperhitungkan. Berdasarkan contoh di atas maka zakat dapat dihitung sebagai berikut:

(Aktiva lancar – utang lancar) x 2,5%

(Rp. 929.975.626 – Rp. 133.321.173) x 2,5% Rp. 796.654.453 x 2,5% = Rp. 19.916.361 4. Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad

Menurut Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad, zakat dihitung sebesar 2.5% dari keuntungan sebelum pajak. Laba bersih tahun berjalan dalam laporan keuangan di atas adalah Rp. 3.000.000, maka diasumsikan bahwa laba perusahaan sebelum dikurangi pajak adalah sebesar Rp. 4.835.500. Maka perhitungan zakatnya adalah sebagai berikut:

Laba sebelum zakat dan pajak x 2,5% Rp. 4.835.500 x 2,5% = Rp. 120.887

Zakat perusahaan adalah sebesar Rp. 120.887. 5. Bank Muamalat Indonesia

Zakat perusahaan dihitung sebesar 2.5% dari laba peseroan setelah pajak (laba dihitung menurut prinsip akuntansi) yang berlaku (PSAK). Berdasarkan contoh di atas zakat dapat dihitung sebagai berikut:

Laba setelah pajak x 2,5%

Rp. 3.000.000 x 2,5% = Rp. 75.000


(38)

6. Hafidhuddin (1998)

Hafidhuddin mengemukakan bahwa tarif zakat usaha (lebih tepat zakat perdagangan/tijarah) adalah 2.5% dihitung dari jumlah seluruh nilai aset barang dagangan dan laba yang diperoleh dari barang tersebut setelah sampai nisab (setara 98 gram emas) dan sudah cukup masa satu tahun. Di bagian lain beliau mengemukakan bahwa yang dihitung hanya nilai barang yang diperdagangkan tidak termasuk aktiva tetap dalam bahasa fiqh: “seluruh harta yang sejak awalnya diperuntukkan untuk diperjualbelikan untuk mendapat keuntungan”. Kalau ini benar maka nilai yang menjadi dasar perhitungan zakat adalah persediaan barang dagangan akhir serta laba yang ditimbulkannya. Di bagian lain beliau menjelaskan bahwa uang tunai di bank, emas yang dibeli dari hasil usaha, persediaan barang dagangan, dan piutang yang timbul dari penjualan barang yang kolektibilitasnya tinggi juga termasuk dalam nilai dasar perhitungan zakat. Berdasarkan contoh di atas zakat perusahaan adalah sebagai berikut:

(Total aktiva lancar + Laba bersih) x 2,5% (Rp. 929.975.626 + Rp. 3.000.000) x 2,5% Rp. 932.975.626 x 2,5% = Rp. 23.324.390

Zakat perusahaan yang wajib dibayarkan adalah Rp. 23.324.390 7. ‘Atiyah

‘Atiyah membagi harta ke dalam dua jenis harta yang berubah dan harta tetap. Harta yang berubah merupakan barang yang dapat dipindah-pindahkan seperti barang perniagaan, uang, binatang ternak atau kapal. Khusus mengenai


(39)

perniagaan, jenis-jenis dalam pembagian ini merupakan harta perniagaan yang bertujuan untuk diperdagangkan dan sifat dari harta tersebut berkembang, misalnya persediaan, harta dalam bentuk kas/uang. Zakat harta perniagaan (harta yang berubah) ini dapat dihitung berdasarkan modal yang berkembang yaitu modal dan keuntungan bersih akhir periode sebesar 2.5%. Sedangkan harta tetap adalah barang yang dimiliki tetapi tidak untuk diperdagangkan, aktiva tetap ini tidak dibebankan zakat. Akan tetapi untuk aktiva tetap yang menghasilkan keuntungan misalkan akibat penilaian kembali maka zakat dibebankan atas kenaikan nilai tersebut sebesar 10%.

Zakat perusahaan dapat dihitung sebagai berikut: a. (Modal + Laba bersih) x 2,5%

(Rp. 117.334.340 + Rp. 3.000.000) x 2,5% Rp. 120.334.340 x 2,5% = Rp. 3.008.358

b. Dari kenaikan nilai atau keuntungan aktiva tetap, misalkan sebesar Rp. 82.992.031.

Rp. 82.992.031 x 10% = Rp. 8.299.203

Total zakat perusahaan sebesar Rp. 3.008.358 + Rp. 8.299.203 = Rp. 11.307.561

8. Zakat menurut AAOFI

Menurut AAOFI, zakat dihitung dengan dua metode, dimana kedua metode ini menggunakan penanggalan Syamsiah yang telah ditetapkan persentasenya sebesar 2,5775%, sedangkan persentase 2,5% jika yang digunakan adalah penanggalan Qomariyah. Kedua metode tersebut adalah:


(40)

a. Metode aktiva bersih (Net Asset)

i. Subjek zakat pada metode aktiva bersih terdiri dari kas dan setara kas, piutang bersih (total piutang dikurangi piutang ragu-ragu), aktiva yang diperdagangkan seperti: persediaan, surat berharga, real estate dan lain-lain, dan pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Salam, Istisna’. Aktiva tetap bukan merupakan subjek zakat.

ii. Aktiva yang dimaksudkan untuk diperdagangkan kembali diukur pada nilai kas ekuivalen dari aktiva tersebut pada saat kewajiban zakat dibayarkan.

Rumus dari metode aktiva bersih adalah sebagai berikut:

Zakat = Aktiva subjek zakat – (Utang lancar + modal investasi tak terbatas + penyertaan minoritas + penyertaan pemerintah + penyertaan lembaga sosial, endowment dan lembaga non profit).

Dasar penilaian dalam menghitung zakat:

Tabel 2.3

Dasar Penilaian Metode Aktiva Bersih

Metode Aktiva Bersih Dasar Penilaian

Aktiva: Nilai kas atau setara kas

Kas dan setara kas Nilai kas atau setara kas Piutang bersih Nilai kas atau setara kas Pembiayaan mudharabah Nilai kas atau setara kas Pembiayaan musyarakah Nilai kas atau setara kas Salam Nilai kas atau setara kas Istisna’ Nilai kas atau setara kas Aktiva yang diperdagangkan:

Persediaan Nilai kas atau setara kas Surat berharga Nilai kas atau setara kas Real estate Nilai kas atau setara kas Lain-lain Nilai kas atau setara kas Utang:


(41)

Wesel bayar Nilai buku Utang lain-lain Nilai buku Modal investasi tak terbatas Nilai buku Penyertaan dari pemerintah,

endowment, lembaga sosial, organisasi non profit

Nilai buku Penyertaan minoritas Nilai buku Sumber: Harahap (2001:316)

b. Metode Invested Funds/Net Equity

Metode invested funds sebagai dasar dalam menghitung zakat perusahaan diterapkan oleh sistem perhitungan zakat di Arab Saudi. Pos-pos yang terdapat dalam dasar perhitungan zakat perusahaan dengan metode ini adalah sebagai berikut:

i. Modal disetor (Paid up capital) atau tambahan modal yaitu modal pemilik dan setiap tambahan/kenaikan modal selama satu tahun.

ii. Cadangan tidak dikurangkan dari aktiva.

iii. Laba ditahan termasuk laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan. iv. Laba bersih yang belum dibagikan.

Dikurangi:

v. Aktiva tetap bersih.

vi. Investasi yang tidak digunakan dalam perdagangan, misalnya gedung yang disewakan.

vii. Kerugian yang terjadi selama satu periode.

Formula perhitungan zakat adalah sebagai berikut:

Zakat = tambahan modal + cadangan + cadangan yang bukan dikurangkan dari aktiva + laba ditahan + laba bersih + utang jangka panjang – (aktiva tetap + investasi yang tidak diperdagangkan + kerugian)


(42)

Untuk menghitung zakatnya adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan zakat dengan metode aktiva bersih (Net Asset)

Untuk memperjelas perhitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode aktiva bersih maka pada tabel 2.4 di bawah ini diterakan perhitungan zakat perusahaan pada PT. Bank Citra Hasanah, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.4

Perhitungan Zakat Metode Aktiva Bersih (Dalam Rupiah Penuh)

Aktiva Subjek Zakat Rp. Rp.

Kas dan setara kas Piutang bersih Pembiayaan mudharabah Pembiayaan musyarakah Istisna’ Persediaan Surat berharga Real estate yang diperdagangkan Investasi lainnya yang diperdagangkan Total Dikurangi: Utang Utang lancar Wesel bayar Utang lain-lain Penyertaan pemerintah dan organisasi non-profit/sosial, dll. Penyertaan minoritas Modal investasi tak terbatas

Total

Dasar perhitungan zakat Zakat periode berjalan = 128.094.035 x 2,5775%

204.554.392 428.234.216 20.000.000 30.000.000 20.000.000 15.814.130 180.542.229 16.330.659 45.000.000 21.130.727 49.561.094 53.185.054 4.000.000 20.000.000 684.504.716 960.475.626 (823.381.591) 128.094.035 3.301.624 Sumber: Harahap (2001:318)


(43)

2. Perhitungan zakat menggunakan metode Net invested funds

Untuk memperjelas perhitungan zakat perusahaan dengan menggunakan metode Net Invested Funds maka pada tabel 2.5 di bawah ini dijelaskan mengenai perhitungan zakat perusahaan PT. Bank Citra Hasanah yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.5

Perhitungan Zakat Metode Invested Funds

(Dalam Rupiah Penuh)

Rp. Rp.

Total modal (dikurangi penyertaan pemerintah dan sumbangan)

Ditambah:

Selisih nilai aktiva yang diperdagangkan dalam neraca dan nilai setara kas Utang jangka panjang Cadangan untuk resiko investasi

Dikurangi:

Aktiva yang disewakan Investasi bukan untuk diperdagangkan Aktiva tetap

Dasar perhitungan zakat Zakat periode berjalan = 128.094.035 x 2,5775%

116.334.340

30.500.000 100.000.000 9.444.298

82.992.031 34.432.992 10.759.580

256.278.638

(128.184.603) 128.094.035 3.301.624 Sumber: Harahap (2001:318)


(44)

II. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding dan pelengkap dari penelitian ini akan diterakan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis, sebagai berikut:

1. Manurung (2004) meneliti tentang “analisis perhitungan zakat badan usaha dan kaitannya dengan pajak penghasilan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Medan”. Hasil penelitian menyatakan bahwa perhitungan zakat yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan aturan yang ada, baik itu secara konsep Undang-undang Pajak Penghasilan dan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat serta Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

2. Puspita (2009) meneliti tentang “analisis perbandingan metode aktiva bersih dan metode dana diinvestasikan bersih dalam perhitungan zakat usaha menurut AAOIFI pada bank syariah di Indonesia”. Hasil penelitian menyatakan bahwa kedua metode perhitungan zakat menurut AAOIFI tersebut menghasilkan nilai zakat yang berbeda yaitu metode aktiva bersih menghasilkan nilai zakat yang lebih besar dibandingkan dengan metode dana diinvestasikan bersih. Dari kedua metode ini dapat dipilih sesuai dengan tingkat kemampuannya. Sekalipun secara finansial perbedaan tersebut cukup berarti, namun keduanya telah dianggap menjalankan kewajibannya dengan sempurna sekalipun dengan jumlah yang berbeda.


(45)

3. Zaitun (2001) meneliti tentang “analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap zakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia”. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari hasil analisis menggunakan regresi linier diperoleh nilai p value sebesar 0,05 (tingkat signifikansi α = 5%) yang menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang terdiri dari ROA, ROE, dan ROOA secara bersama-sama memiliki pengaruh yang secara statistik ssignifikan terhadap zakat. Rasio keuangan profitabilitas mempunyai pengaruh yang dominan terhadap zakat. Ini sesuai dengan teori bahwa untuk mencapai nilai zakat yang baik maka harus melalui pencapaian laba keuangan yang baik.

4. Riyanti (2007) meneliti tentang “analisis aplikasi metode perhitungan zakat perusahaan studi kasus pada PD. Lisha Mart”. Hasil penelitian menyatakan bahwa perusahaan dagang Lisha Mart menggunakan metode perhitungan zakat dengan tingkat tetap, dengan mengambil zakat dari laba bersih setiap bulannya dengan nominal tetap dan disalurkan secara langsung kepada mustahiq. Metode perhitungan zakat yang terbaik untuk Lisha Mart adalah sesuai dengan metode Syarikat Takaful Malaysia yaitu laba bersih sebelum pajak x 2,5%.


(46)

Pada tabel 2.6 akan diringkas tinjauan penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.6

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Penelitian Perumusan Masalah Hasil Penelitian 1. 2. 3. Hamzah Manurung Harsono Edwin Puspita Sri Zaitun Analisis Perhitungan Zakat Badan Usaha dan Kaitannya dengan Pajak Penghasilan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Medan. Analisis Perbandingan Metode Aktiva Bersih dan Metode Dana Diinvestasikan Bersih dalam Perhitungan Zakat Usaha Menurut AAOIFI pada Bank Syariah di Indonesia. Analisis Pengaruh Bagaimana cara pihak Bank Muamalat melakukan perhitungan terhadap wajib zakat dari hasil operasinya dan kaitannya dengan pajak

penghasilan?

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai zakat yang dihasilkan dari kedua metode pengukuran zakat. menurut AAOFI?

1. Apakah rasio-rasio keuangan

Perhitungan zakat yang dilakukan PT Bank Mualamat Indonesia telah sesuai dengan aturan yang ada, baik itu secara konsep Undang-undang Pajak Penghasilan dan Undang-undang No. 38

tentang Pengelolaan Zakat serta Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Kedua metode tersebut menghasilkan nilai zakat yang berbeda yaitu, metode aktiva bersih menghasilkan nilai zakat yang lebih besar dibandingkan dengan metode dana diinvestasikan bersih. Dari kedua metode ini dapat dipilih sesuai dengan tingkat kemampuannya,

sekalipun secara finansial perbedaan tersebut cukup berarti, namun keduanya telah dianggap menjalankan kewajibannya dengan sempurna sekalipun dengan jumlah yang berbeda.

Dari hasil analisis menggunakan regresi


(47)

4. Endang Riyanti

Rasio

Profitabilitas terhadap Zakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Analisis Aplikasi Metode Perhitungan Zakat Perusahaan Studi Kasus Pada PD. Lisha Mart

yang digunakan dalam model mampu

memprediksi perubahan laba

PT Bank Muamalat

Indonesia? 2. Faktor apa saja

dalam rasio keuangan yang mempengaruhi zakat perusahaan? 1. Bagaimana metode perhitungan zakatperusahaan dagang Lisha Mart dan perlakuan akuntansi terhadap zakat tersebut?

2. Metode apakah yang lebih baik digunakan oleh perusahaan dagang Lisha Mart dalam menghitung zakat perusahaan?

linier diperoleh nilai p

value sebesar 0,05 yang

berada di bawah 0,05 (tingkat signifikansi α = 5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel

independen yang terdiri dari ROA, ROE, dan ROOA secara

bersama-sama memiliki pengaruh yang secara

statistik signifikan terhadap zakat.

Rasio keuangan profitabilitas

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap zakat. Ini sesuai dengan teori bahwa untuk mencapai nilai zakat yang baik maka harus melalui pencapaian laba keuangan yang baik.

Perusahaan dagang

Lisha Mart menggunakan metode

perhitungan zakat dengan tingkat tetap, dengan mengambil zakat dari laba bersih setiap bulannya dengan nominal tetap dan disalurkan secara langsung kepada

mustahiq. Metode

perhitungan zakat yang terbaik untuk Lisha Mart adalah sesuai dengan metode Syarikat Takaful Malaysia yaitu: laba bersih sebelum pajak x 2,5%.


(48)

III. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual bagaimana teori akan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat digambarkan kerangka konseptual melalui gambar berikut:

Sumber: diolah penulis

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini merupakan suatu kajian studi kasus yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Studi kasus dilakukan terhadap lembaga perbankan syariah di Indonesia dengan memfokuskan penelitian pada PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri. Dengan diberlakukannya Undang-undang

Perhitungan zakat PT. Bank Muamalat

Indonesia

Penghasilan usaha PT. Bank Muamalat

Indonesia

Delapan metode perhitungan zakat

perusahaan

Perhitungan zakat PT. Bank Syariah Mandiri

Penghasilan usaha PT. Bank Syariah Mandiri

Metode perhitungan zakat yang sesuai untuk masing-masing bank


(49)

Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat yang di dalamnya termuat kewajiban bagi masing-masing perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh penganut agama Islam untuk membayarkan zakat perusahaan, maka lembaga perbankan syariah sebagai perusahaan yang dikelola dan dimiliki oleh orang Islam dinyatakan sebagai salah satu perusahaan wajib zakat di Indonesia.

Lembaga perbankan syariah dalam kewajibannya mengeluarkan zakat perusahaan menggunakan berbagai metode perhitungan zakat perusahaan yang menurutnya sesuai dengan kondisi keuangan perusahaannya. Metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan masing-masing perusahaan perlu dikaji dengan teliti agar besarnya zakat perusahaan yang dikeluarkan tidak mengganggu terhadap penghasilan usaha perusahaan yang bersangkutan sehingga ke depannya secara berkelanjutan perusahaan tersebut terus mampu menjalankan kewajiban membayar zakat perusahaannya. Dengan kata lain penggunaan metode perhitungan zakat perusahaan yang tepat diharapkan dapat memberi kemaslahatan baik bagi perusahaan yang mengeluarkan zakat (muzakki) maupun bagi para penerima zakat (mustahik).


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

I. Tempat Penelitian

Penelitian tentang evaluasi perhitungan zakat atas penghasilan usaha ini dilakukan di PT. Bank Muamalat Indonesia yang beralamat di Jl. Balai Kota No. 10 D-E Medan dan PT. Bank Syariah Mandiri yang beralamat di Jl. Ahmad Yani No. 100 Medan.

II. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data ini terdiri dari data primer dan data sekunder dengan perincian sebagai berikut: 1. Data primer adalah data diperoleh langsung dari perusahaan tempat

penelitian dilakukan yang akan dijadikan sebagai data utama.

2. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari banyak sumber secara tidak langsung, seperti: data dari buku-buku ilmiah, literatur-literatur yang berhubungan dengan perhitungan zakat dan penghasilan usaha, dan juga artikel-artikel mengenai zakat.

III. Teknik Pengumpulan Data

Semua data diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Wawancara

Dalam teknik ini, penulis mencoba memperoleh data dan informasi melalui serangkaian tanya jawab yang dilakukan dengan pimpinan


(51)

perusahaan dan karyawan lainnya yang dilakukan secara langsung atau lewat pemberian daftar kuisioner.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi yang penulis lakukan misalnya berupa mengamati kemudian mempelajari secara langsung ke perusahaan tempat penelitian dilakukan. Teknik ini dimaksudkan untuk lebih mendalami informasi yang diperoleh melalui teknik wawancara.

3. Teknik Studi Pustaka

Dalam teknik ini, penulis membaca dan mempelajari teori-teori terkait dengan zakat perusahaan dan penghasilan usaha perusahaan.

IV. Analisa Data

Penulis menggunakan metode berikut ini dalam menganalisa data yang diperoleh:

1. Metode deskriptif adalah suatu metode penganalisaan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, menginterpretasikan, dan menganalisa data sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan permasalahan.

2. Metode Komparatif yaitu metode analisa yang dilakukan dengan membandingkan teori-teori yang ada dengan praktik yang dijalankan di perusahaan tempat melakukan penelitian, kemudian mengambil kesimpulan-kesimpulan dan selanjutnya memberikan saran dari hasil


(52)

V. Jadwal Penelitian

Pada tabel di bawah ini disajikan jadwal penelitian yang dapat digunakan sebagai perencanaan waktu dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap

Penelitian

Bulan

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Pengajuan Proposal

Bimbingan

dan Perbaikan Proposal

Seminar Proposal

Pengumpulan

dan

Pengolahan Data

Analisis Data Bimbingan

dan Penulisan Skripsi

Penyelesaian Skripsi dan Ujian

Komprehensif


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

I. Data Penelitian

Di bawah ini tertera neraca PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2009 yaitu:

Tabel 4.1

PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri NERACA GABUNGAN

31 Desember 2009

(Dalam Ribuan Rupiah untuk PT. Bank Muamalat Indonesia dan dalam Rupiah penuh untuk PT. Bank Syariah Mandiri)

Keterangan Bank

Muamalat

Bank Syariah Mandiri ASET

KAS

GIRO PADA BANK INDONESIA GIRO PADA BANK LAIN

GIRO PADA PT POS INDONESIA (PERSERO)

PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN

PIHAK KETIGA PIHAK HUBUNGAN ISTIMEWA

Jumlah

EFEK-EFEK DIMILIKI HINGGA JATUH TEMPO

PIUTANG

Piutang Murabahah Pihak ketiga

Pihak hubungan istimewa Jumlah

Piutang Ishtisna

Piutang pendapatan Ijarah Jumlah 264.703.361 656.432.689 422.178.566 30.040.990 2.356.819.395 1.451.232 2.358.270.627 154.046.031 4.416.330.287 38.150.757 4.454.481.044 60.612.699 1.799.451 4.516.893.194 446.935.114.146 3.340.886.513.7 36 270.429.436.599 - 215.795.250.000 - 215.795.250.000 2.007.002.597.381 8.110.239.048.474 4.288.223.429 8.114.527.271.903 175.934.334.874 4.532.461.803 7.822.981.065.484


(54)

PINJAMAN QARDH Pihak ketiga

Pihak hubungan istimewa Jumlah

PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pihak ketiga

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH Pihak ketiga

Pihak hubungan istimewa Jumlah

INVESTASI SAHAM Pihak hubungan istimewa TAGIHAN AKSEPTASI

ASET YANG DIPEROLEH UNTUK IJARAH

Pihak ketiga ASET TETAP

ASET PAJAK TANGGUHAN ASET LAIN-LAIN BERSIH

JUMLAH ASET 300.934.261 2.161.011 303.095.272 1.372.134.215 4.505.779.127 2.074.786 4.507.853.913 87.528.882 107.561.077 530.582.142 179.375.955 31.714.918 541.681.039 16.064.092.871 1.051.412.482.836 - 1.051.412.482.836 3.275.448.768.884 3.000.846.000.855 - 3.000.846.000.855 - - 106.111.546.828 224.214.293.016 33.593.789.887 240.877.655.503 22.036.534.515.115

KEWAJIBAN, DANA SYIRKAH TEMPORER DAN EKUITAS KEWAJIBAN

KEWAJIBAN SEGERA SIMPANAN

Giro Wadiah Pihak ketiga

Pihak hubungan istimewa Jumlah giro wadiah

Tabungan wadiah Jumlah

SIMPANAN DARI BANK LAIN BAGI HASIL YANG BELUM DIBAGIKAN

KEWAJIBAN AKSEPTASI HUTANG PAJAK

PINJAMAN YANG DITERIMA ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN

DAN KONTINJENSI

KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA

KEWAJIBAN LAIN-LAIN

JUMLAH KEWAJIBAN

DANA SYIRKAH TEMPORER

BUKAN BANK 143.809799 1.164.424.533 24.067.218 1.188.491.751 56.860.154 1.245.351.905 11.117.741 40.236.265 108.647.553 12.446.609 70.196.602 5.494.964 14.772.845 55.067.912 1.707.142.195 293.827.559.335 2.585.721.771.303 52.419.628 2.585.774.190.931 95.244.134.318 2.681.018.325.249 55.664.024.854 75.163.077.459 - 70.533.425.027 - 2.584.896.749 - 94.674.598.216 3.273.465.906.889


(55)

Tabungan Mudharabah Pihak ketiga

Pihak hubungan istimewa Jumlah tabungan mudharabah Deposito Mudharabah

Pihak ketiga

Pihak hubungan istimewa Jumlah deposito mudharabah Jumlah dana syirkah temporer dari bukan bank

BANK

Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah

Jumlah dana syirkah temporer dari bank

SUKUK MUDHARABAH SUBORDINASI

Musyarakah-Giro mudharabah musytarakah

JUMLAH DANA SYIRKAH TEMPORER

EKUITAS

Modal saham Modal dasar

Modal ditempatkan dan disetor penuh

TAMBAHAN MODAL DISETOR

Keuntungan bersih yang belum direalisasi atas surat berharga SALDO LABA

Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya

JUMLAH EKUITAS

JUMLAH KEWAJIBAN, DANA SYIRKAH TEMPORER DAN EKUITAS 4.433.001.475 3.729.173 4.436.730.648 7.609.349.256 62.417.095 7.671.766.351 12.108.496.999 48.903.124 988.740.109 1.037.643.233 312.775.600 - 13.458.915.832 492.790.792 132.498.258 - 240.410.642 32.335.152 898.034.844 16.064.092.871 16.655.899.719.669 305.878.514.934 - 830.924.001 16.962.609.158.604 658.243.565.000 - 1.853.691.959 206.993.157.660 733.369.035.003 1.600.459.449.622 22.036.534.515.115 Sumber:

Neraca PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri di atas diperlukan dalam perhitungan zakat perusahaan masing-masing bank, yaitu untuk mengetahui nilai modal kerja, total aktiva tetap, total aktiva lancar, total


(56)

kewajiban (hutang lancar), dan nilai aset (aktiva) ijarah yang dimiliki oleh PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2009.

Berikut ini disajikan pula laporan laba rugi dari PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri yang diperlukan dalam perhitungan zakat perusahaan masing-masing bank yang diteliti, sebagai berikut:

Tabel 4.2

PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk LAPORAN LABA RUGI

31 Desember 2009

(Disajikan dalam ribuan Rupiah, kecuali laba bersih per saham dasar)

Keterangan Rupiah

PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL

PENDAPATAN PENGELOLAAN DANA OLEH BANK SEBAGAI MUDHARIB

Pendapatan dari penjualan Pendapatan dari bagi hasil Pendapatan dari Ijarah-bersih Pendapatan usaha utama lainnya

Jumlah pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib

HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL DANA SYIRKAH TEMPORER

HAK BAGI HASIL MILIK BANK

PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA-BERSIH BEBAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN

Aset produktif Aset non produktif Jumlah

BEBAN OPERASIONAL LAINNYA Beban kepegawaian

Beban umum dan administrasi

Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi Beban bonus giro wadiah

Beban lain-lain

Jumlah beban operasional LABA OPERASIONAL

PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL Pendapatan non operasional

Beban non operasional

PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL BERSIH 651.699.025 716.267.404 59.863.318 88.846.613 1.516.678.360 (822.350.073) 694.328.287 229.844.168 (72.927.482) (35.924.729) (108.852.211) (200.804.909) (463.931.501) (432.355) (20.326.279) (52.259.660) (737.754.704) 77.565.540 6.399.529 (19.293.648) (12.840.119)


(57)

LABA SEBELUM BEBAN PAJAK MANFAAT (BEBAN) PAJAK

Kini Tangguhan

Beban pajak-bersih LABA BERSIH

LABA PER SAHAM DASAR

64.725.421 (22.434.773) 7.901.663 (14.533.110) 50.192.311 61,19 Sumber:

Laporan laba rugi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2009 diperlukan dalam perhitungan zakat PT. Bank Muamalat Indonesia, dalam hal ini untuk mengetahui nilai dari laba bersih, pendapatan ijarah bersih, laba sebelum pajak, dan laba setelah pajak (laba bersih).

Tabel 4.3

PT. BANK SYARIAH MANDIRI LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 (Disajikan dalam Rupiah penuh kecuali dinyatakan lain)

Keterangan Rupiah

PENDAPATAN PENGELOLAAN DANA OLEH BANK SEBAGAI MUDHARIB

Pendapatan dari jual beli

Pendapatan keuntungan murabahah Pendapatan bersih istishna

Jumlah pendapatan dari jual beli

Pendapatan bersih ijarah Pendapatan dari bagi hasil

Pendapatan bagi hasil mudharabah Pendapatan bagi hasil musyarakah

Jumlah pendapatan bagi hasil

Pendapatan usaha utama lainnya

Jumlah pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib

HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL DANA SYIRKAH TEMPORER

PENDAPATAN USAHA LAINNYA

Pendapatan imbalan jasa perbankan Pendapatan imbalan investasi terikat

940.223.315.972 15.549.823.696 955.773.139.668 15.913.019.709 462.263.419.016 336.319.965.525 798.583.384.541 300.752.744.287 2.071.022.288.205 (901.569.546.404) 333.586.530.676 13.385.773.685


(58)

Jumlah pendapatan usaha lainnya BEBAN USAHA

Beban kepegawaian Beban administrasi

Beban penyisihan kerugian aset produktif Beban penyusutan aset tetap

Bagi hasil surat berharga subordinasi yang diterbitkan Beban penyisihan kerugian aset non produktif

Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi Beban usaha lain:

Beban bonus simpanan wadiah Beban lainnya

Jumlah beban usaha LABA USAHA

PENDAPATAN DAN BEBAN NON USAHA

Pendapatan non usaha Beban non usaha

Jumlah pendapatan dan beban non usaha LABA SEBELUM ZAKAT DAN PAJAK ZAKAT

LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN MANFAAT (BEBAN) PAJAK PENGHASILAN

Kini Tangguhan

Jumlah beban pajak penghasilan-bersih LABA BERSIH

LABA PER SAHAM DASAR

346.972.304.361 395.187.600.190 314.854.534.886 258.362.677.808 31.397.946.844 25.484.451.339 3.914.839.057 63.421.747 20.409.291.003 40.601.070.065 1.090.275.832.939 426.149.213.223 8.473.547.461 (455.671.875) 8.017.875.586 434.167.088.809 (15.764.575.726) 418.402.513.083 (149.543.862.440) 22.083.978.010 (127.459.884.430) 290.942.628.653 2.210 Sumber:

Laporan laba rugi PT. Bank Syariah Mandiri 2009 juga diperlukan dalam perhitungan zakat perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri yaitu untuk mengetahui nilai dari laba bersih, pendapatan ijarah bersih, laba sebelum zakat dan pajak, dan laba setelah pajak.


(59)

II. Analisis Hasil Penelitian

Dari neraca dan laporan laba rugi di atas dapat dihitung besarnya zakat perusahaan yang harus dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan yaitu sebagai berikut:

A. PT. Bank Muamalat Indonesia

Perhitungan zakat perusahaan berdasarkan neraca dan laporan laba rugi PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Metode TE Gambling dan RA Karim

(Modal + Cadangan – Aktiva tetap) + Laba bersih x 2.5% =

(632.824.094 + 240.410.642 – 709.958.097) + 50.192.311 x 2.5% =

Rp. 5.336.724

2. Metode Yusuf Qardhawi

a. (Modal [beserta cadangan] + Laba bersih) x 2.5% =

(632.824.094 + 240.410.642 + 50.192.311) x 2.5% = Rp. 23.085.676

b. Keuntungan dari aktiva tetap yang disewakan (pendapatan ijarah bersih) x 10% =

59.863.318 x 10% = Rp. 5.986.332

Maka, total zakat perusahaan = 23.085.676 + 5.986.332 =


(60)

3. Metode Bazis DKI

(Aktiva lancar – Hutang lancar) x 2.5% =

(14.780.738.820 – 1.561.609.872) x 2.5% = Rp. 330.478.224 4. Metode Syarikat Takaful Malaysia Sdn Berhad

Laba sebelum zakat dan pajak x 2.5% = 64.725.421 x 2.5% = Rp. 1.618.136 5. Metode Bank Muamalat Indonesia

Laba setelah pajak x 2.5% =

50.192.311 x 2.5% = Rp. 1.254.808 6. Metode Hafidhuddin

(Aktiva lancar + Laba bersih) x 2.5% =

(14.780.738.820 + 50.192.311) x 2.5% = Rp. 370.773.278 7. Metode ‘Atiyah

a. (Modal [beserta cadangan] + Laba bersih) x 2.5% = (873.234.736 + 50.192.311) x 2.5% = Rp. 23.085.676 b. Aktiva untuk ijarah x 10% =

530.582.142 x 10% = Rp. 53.058.214

Maka, total zakat perusahaan = 23.085.676 + 53.058.214 =

Rp. 76.143.890 Keterangan:

1. Modal = Modal ditempatkan dan disetor penuh + Tambahan modal disetor + laba tahun-tahun lalu setelah pajak (dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Muamalat Indonesia halaman 109)


(61)

Atau modal = 492.790.792 +132.498.258 + 7.235.044 = Rp. 632.824.094 2. Cadangan adalah saldo laba yang ditentukan penggunaannya (dijelaskan di

dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Muamalat Indonesia halaman 109) yaitu sebesar Rp. 240.410.642

3. Aktiva tetap = aset yang diperoleh untuk ijarah + aset tetap, atau aktiva tetap = 530.582.142 + 179.375.955 = Rp. 709.958.097

4. Aktiva lancar = kas + giro pada Bank Indonesia + giro pada bank lain + giro pada PT. Pos Indonesia + penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain + efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo + piutang + pinjaman qardh + pembiayaan mudharabah + pembiayaan musyarakah + investasi saham + tagihan akseptasi, atau aktiva lancar = 264.703.361 + 656.432.689 + 422.178.566 + 30.040.990 + 2.358.270.627 + 154.046.031 + 4.516.893.194 + 303.095.272 + 1.372.134.215 + 4.507.853.913 + 87.528.882 + 107.561.077 = Rp. 14.780.738.820

5. Hutang lancar = kewajiban segera + simpanan + simpanan dari bank lain + bagi hasil yang belum dibagikan + kewajiban akseptasi + hutang pajak, atau hutang lancar = 143.809.799 + 1.245.351.905 + 11.117.741 + 40.236.265 + 108.647.553 + 12.446.609 = Rp. 1.561.609.872

B. PT. Bank Syariah Mandiri

Perhitungan zakat perusahaan berdasarkan neraca dan laporan laba rugi PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2009 adalah sebagai berikut:


(1)

peningkatan laba perusahaan yang nantinya secara otomatis akan berimbas

pada meningkatnya jumlah pengeluaran zakat perusahaan untuk

membantu golongan-golongan masyarakat yang membutuhkan.

Pengeluaran zakat ini juga dapat membantu meningkatkan loyalitas

masyarakat atau nasabah untuk terus bertransaksi melalui jasa Bank

Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri, walaupun pada

hakikatnya bukan ini yang menjadi tujuan utama melaksanakan kewajiban

zakat.

2.

Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya selain menganalisis dan

mengevaluasi zakat perusahaan di pusat juga menambahkan analisis dan

evaluasi zakat perusahaan di kantor cabang secara bersamaan untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Bisa juga dengan

menambah variabel dari penelitian ini agar dapat dibandingkan dengan

fenomena lainnya, atau dengan meneliti perhitungan zakat perusahaan

pada jenis perusahaan selain perbankan syariah, misalnya perusahaan

asuransi syariah.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Nuruddin Mhd., 2006. Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal,

Cetakan Pertama, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ali, Zainuddin, 2008. Hukum Perbankan Syariah, Edisi Pertama, Cetakan

Pertama, Sinar Grafika, Jakarta.

Al-Zuhayly, Wahbah, 1995. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Cetakan Pertama,

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Asnaini, 2008. Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Cetakan Pertama,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Departemen Agama Republik Indonesia, 1998. Al Qur’an dan Terjemahnya

(Ayat Pojok Bergaris). CV. Asy Syifa’, Semarang.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. USU Press, Medan.

Hamzah, 2004. Analisis Perhitungan Zakat Badan Usaha dan Kaitannya Dengan

Pajak Penghasilan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang

Medan. Skripsi Akuntansi, USU.

Hidayat, Nur, 2002. “Perpajakan dalam Islam”, Jurnal Perpajakan Indonesia,

Volume 1 Nomor 8, hal 23.

Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku

Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,

Medan.

Mardiasmo, 2006. Perpajakan, C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Mufraini, M. Arief, 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat: mengomunikasikan

kesadaran dan membangun jaringan, Edisi pertama, Cetakan Kedua,

Prenada Media Group, Jakarta.

Muhammad, 2002. Pengantar Akuntansi Syari’ah, Edisi Pertama, Salemba

Empat, Jakarta.


(3)

Nurhayati, Sri dan Wasilah, 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi Kedua,

Salemba Empat, Jakarta.

Puspita, Harsono Edwin, 2009. Analisis Perbandingan Metode Aktiva Bersih dan

Metode Dana Diinvestasikan Bersih Dalam Perhitungan Zakat Usaha

Menurut AAOFI Pada Bank Syariah di Indonesia. Skripsi Akuntansi,

Universitas Lampung.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor

59 Akuntansi Perbankan Syariah, Salemba Empat, Jakarta.

Riyanti, Endang, 2007. Analisis Aplikasi Metode Perhitungan Zakat Perusahaan

Studi Kasus PD. Lisha Mart (Simulasi : Laporan Keuangan Untuk Tahun

yang Berakhir 31 Desember 2006). Skripsi Akuntansi, Sekolah Tinggi

Ekonomi Islam SEBI.

Sophar, 1996. Akuntansi Pajak, Cetakan Kedua, PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta.

Syafri, Sofyan, 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Cetakan

Pertama, PT Pustaka Quantum, Jakarta.

Syafri, Sofyan, Wiroso dan Muhammad Yusuf, 2005. Akuntansi Perbankan

Syariah, Cetakan Pertama, LPFE Usakti, Jakarta.

Triyuwono, Iwan, 2006. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Triyuwono, Iwan, dan Moh. As’udi, 2001. Akuntansi Syari’ah Memformulasikan

Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat, Edisi Petama, Salemba

Empat, Jakarta.

Yunitarini, Siti, 2007. “Prospek dan Kendala Bank Syariah di Era Globalisasi”,

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 5 Nomor 2, hal 166.

Zaitun, Sri, 2001. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Zakat Pada PT.

Bank Muamalat Indonesia. Tesis Manajemen, Universitas Diponegoro.


(4)

Lampiran 1

PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk (d/h PT. BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA Tbk (formerly PT. BANK SYARIAH MUAMALAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL 31 DESEMBER 2009 DAN 2008 STATEMENT DECEMBER 31, 2009 AND 2008 SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT AND FOR THE YEARS THEN ENDED (Disajikan dalam ribuan Rupiah, (Expressed in thousands of Indonesian Rupiah, Kecuali dinyatakan lain) – Lanjutan except otherwise stated) - Continued 49. RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL 49. CAPITAL ADEQUACY RATIO MINIMUM

a. Rasio kecukupan modal (CAR) Bank pada tanggal a. The Bank’s capital adequacy ratio (CAR) as of 31 Desember 2009 dan 2008 dengan perhitungan December 31, 2009 and 2008 is as follows: sebagai berikut:

2009 2008

Rp Rp

A. MODAL INTI A. PRIMARY CAPITAL

Modal disetor 492.790.792 492.790.792 Paid in capital

Cadangan tambahan modal Provision for additional capital

Agio saham 132.498.258 132.498.258 Additional paid in capital Cadangan umum dan tujuan 240.410.642 126.444.653 Appropriated and

unappropriated

Laba tahun-tahun lalu setelah

pajak 7.235.044 7.235.044 Previous year profit after tax Laba tahun berjalan setelah

pajak (50%) 25.096.158 101.680.346 Current year profit after tax Total modal inti 898.030.894 860.649.093 Total Primary Capital

B. MODAL PELENGKAP B. SECONDARY CAPITAL

Cadangan umum penyisihan Provision for possible losses of

Penghapusan aset produktif 202.283.089 102.676.924 earning assets Pinjaman subordinasi 312.775.600 312.436.175 Subordinated loan Jumlah modal pelengkap 515.058.689 415.113.099 Total Secondary Capital Total modal inti dan modal Total Primary and Pelengkap 1.413.089.583 1.275.762.192 Secondary Capital Penyertaan (-/-) (44.912.329) (43.927.623) Investment (-/-) Total modal 1.368.177.254 1.231.834.569 Total Capital Aset Tertimbang Menurut Risiko Weighted risk assets (ATMR) 11.757.234.521 11.402.270.390 ATMR)

Rasio Kewajiban Penyediaan CAR available for dan Risiko Pasar (CAR) 11,64% 10,80% Financing Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum (KPMM) yang

diwajibkan 8,00% 8,00% Required CAR b. Rasio aset produktif yang diklasifikasikan terhadap b. The ratios of classified earning assets to

total aset produktif pada tanggal 31 Desember 2009 earning assets as of December 31, 2009 and 2008 dan 2008 masing-masing adalah sebesar 4,29% dan were 4,29% and 3,45%, respectively.

3,45%.

c. Rasio piutang dan pembiayaan terhadap total dana c. The ratios of receivables and financing to total pihak ketiga pada tanggal 31 Desember 2009 dan deposits as of December 31, 2009 and 2008 were

2008 masing-masing sebesar 79% dan 98%. 79% and 98% respectively.


(5)

Lampiran 2

PT. BANK SYARIAH MANDIRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

Dengan angka perbandingan untuk 31 Desember 2008 (Disajikan dalam Rupiah penuh kecuali dinyatakan lain)

22. DANA SYIRKAH TEMPORER (lanjutan)

Investasi Tidak Terikat – Deposito Mudharabah (Bank dan bukan Bank) (lanjutan)

Deposito berjangka mudharabah merupakan simpanan dana pihak lain yang mendapatkan imbalan bagi hasil dari pendapatan Bank atas penggunaan dana tersebut dengan nisbah yang ditetapkan dan disetujui sebelumnya dengan akad mudharabah muthlaqah.

Nisbah dan padanan tingkat bagi hasil per tahun untuk deposito berjangka mudharabah dalam Rupiah berkisar antara 6,08% sampai dengan 8,85% untuk tahun 2009 dan berkisar antara 6,09% sampai dengan 8,54% untuk tahun 2008. Bagi hasil per tahun untuk deposito berjangka mudharabah dalam Dolar Amerika Serikat berkisar antara 1,91% sampai dengan 3,00% untuk tahun 2009 dan berkisar antara 2,36% sampai dengan 3,28% untuk tahun 2008.

Deposito berjangka mudharabah dengan akad mudharabah muthlaqahyang dijadikan sebagai jaminan atas piutang murabahah adalah masing-masing berjumlah Rp. 224.737.475.998 dan Rp. 237.395.932.883 pada tanggal 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008.

23. MODAL SAHAM

Pemegang saham, modal ditempatkan dan disetor penuh per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut:

Pemegang Saham 2009

Lembar Saham % Kepemilikan Jumlah

(Rp)

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 131.648.712 99,9999999 658.243.560.000 PT. Mandiri Sekuritas 1 0,0000001 5.000

Jumlah 131.648.713 100,0000000 658.243.565.000

Pemegang Saham 2008

Lembar Saham % Kepemilikan Jumlah

(Rp)

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 111.648.712 99,9999999 558.243.560.000 PT. Mandiri Sekuritas 1 0,0000001 5.000

Jumlah 111.648.713 100,0000000 558.243.565.000

24. CADANGAN UMUM

Sesuai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 25 Juni 2009 dan 19 Juni 2008 para pemegang saham telah memutuskan untuk tidak melakukan penyisihan sebagian laba tahun lalu.

25. TANSIEM

Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2009 dan 19 Juni 2008, telah disetujui untuk membagikan tansiem kepada Direksi dan Dewan Komisaris masing-masing dari cadangan tansiem sebesar Rp. 7.856.637.609 dan Rp. 3.463.655.942.


(6)

Lampiran 3

PT. BANK SYARIAH MANDIRI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

dengan angka perbandingan untuk 31 Desember 2008 (Disajikan dalam Rupiah penuh kecuali dinyatakan lain) 39. POSISI DEVISA NETO (lanjutan)

PDN Bank adalah sebagai berikut:

2009

Aset dan Aset Kewajiban dan Kewajiban Posisi Devisa Neto pada Rekening pada Rekening (Absolut)

Administratif Administratif (Jutaan Rp) (Jutaan Rp) (Jutaan Rp)

Dolar Amerika Serikat 1.422.706 1.470.929 48.223 Riyal Saudi Arabia 2.044 - 2.044 Dolar Singapura 7.219 6.267 952 Euro 28.896 27.555 1.341 Dolar Australia 1.965 - 1.965 Yen Jepang 20.782 20.585 197 Jumlah 1.483.612 1.525.336 54.722

Modal 1.776.200

Persentasi PDN terhadap Modal 3,08%

2008

Aset dan Aset Kewajiban dan Kewajiban Posisi Devisa Neto pada Rekening pada Rekening (Absolut) Administratif Administratif (Jutaan Rp) (Jutaan Rp) (Jutaan Rp)

Dolar Amerika Serikat 1.216.380 1.256.263 39.883 Riyal Saudi Arabia 1.281 - 1.281 Dolar Singapura 6.437 4.941 1.496 Euro 28.872 24.356 4.516 Dolar Australia 1.314 - 1.314 Yen Jepang 23.652 23.390 262 Jumlah 1.277.936 1.308.950 48.752

Modal 1.433.269

Persentasi PDN terhadap Modal 3,40%

40. ZAKAT

Sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun 2009 yang diselenggarakan pada tanggal 25 Juni 2009, RUPS menyetujui pembayaran zakat Bank sebesar 2,5% dari laba bersih tahun 2008 sebesar Rp. 4.910.398.506 yang dibukukan sebagai biaya tahun 2009. Penggunaan zakat disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) BSM Ummat. Bank juga telah menghitung dan membukukan kewajiban zakat tahun 2009 sebesar 2,5% dari laba sebelum zakat dan pajak penghasilan tahun 2009 sebesar Rp. 10.584.177.220 yang dibukukan sebagai biaya tahun 2009. Kewajiban zakat pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp. 15.764.575.726 terdiri dari Rp. 10.854.177.220 dari zakat tahun 2009 dan Rp. 4.910.398.506 dari zakat 2008.


Dokumen yang terkait

ANALISIS MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2005 – 2015 (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk., PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mega Syariah)

0 10 90

ANALISIS MANAJEMEN LABA PADA LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH (Studi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia)

1 6 13

ANALISIS MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Mengukur Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia Periode 2009-2012).

0 1 15

PENDAHULUAN Analisis Mengukur Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia Periode 2009-2012).

0 2 12

ANALISIS MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Mengukur Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia Periode 2009-2012).

0 1 15

ANALISIS KINERJA SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 1 13

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 2 4

ANALISIS KINERJA SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 2 18

ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KONSEP AKUNTANSI ZAKAT PERUSAHAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH : Studi Kasus Pada Pt.Bank Syariah Mandiri Tbk.

0 12 41