KAJIAN KOMPETENSI LULUSAN MELALUI KOMPETENSI GURU DAN KINERJA GURU SEBAGAI DAMPAK DARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN KOMUNIKASI (Survey Pada SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah) THE STUDY OF GRADUATE’S CO

  KAJIAN KOMPETENSI LULUSAN MELALUI KOMPETENSI GURU DAN KINERJA GURU SEBAGAI DAMPAK DARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN KOMUNIKASI (Survey Pada SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah) THE STUDY OF GRADUATE’S COMPETENCE THROUGH THE TEACHER’S COMPETENCE AND PERFORMANCE AS THE IMPACT OF PRINCIPAL LEADERSHIP, ORGANIZATIONAL CULTURE AND COMMUNICATION ( Survey at The High School in Palu City and Morowali Regency,

Central Sulawesi Province)

HERMAN MOHAMAD

  

139010007

ABSTRAK

  

Herman Mohamad, Kajian Kompotensi Lulusan melalui Kompetensi

Guru dan Kinerja Guru sebagai Dampak dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, dan Komunikasi (Survey Pada SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah), dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

  H. Imam Sudirman, DEA sebagai Promoter dan Dr. Horas Djulius, SE sebagai Co-Promotor

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis; 1).

Kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan komunikasi, kompetensi guru dan kinerja guru. 2). Pengaruh semua variable bebas terhadap kompotensi guru dan kinerja guru baik parsial maupun simultan. 3). Pengaruh kompotensi guru dan kinerja guru terhadap kompotensi lulusan pada SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

  

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive

survey dan metode explanatory survey. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Propotional Random Sampling Methode, dengan ukuran sampel sebanyak 208 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path Analysis)

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Kepemimpinan

kepala sekolah, budaya organisasi dan komunikasi, kompetensi guru dan kinerja guru dikategorikan cukup baik menuju baik. Kompotensi guru dikategorikan baik, kompotensi kelulusan dikategorikan cukup baik menuju baik. 2). Terdapat pengaruh semua variable bebas terhadap kompotensi guru sebesar 74,49 persen dan kinerja guru sebesar 75,37 persen. 3). Terdapat pengaruh kompotensi guru dan kinerja guru terhadap kompotensi lulusan sebesar 75,23 persen.

  

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan kompotensi kelulusan perlu peningkatan peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme kinerja guru, perlu hubungan yang kondusif antara kepala sekolah dan para guru, perlu kesadaran langsung dari kepala sekolah untuk selalu terbuka dalam berkomunikasi dengan seluruh elemen sekolah, perlu peningkatan dan pengembangan aspek kompetensi professional guru, dan perlu peningkatan kinerja guru yang disesuaikan dengan perkembangan jaman termasuk didalamnya perubahan paradikma dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

  Kata Kunci : Kompotensi Lulusan, Kompetensi Guru, Kinerja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, dan Komunikasi.

  ABSTRACT Herman Mohamad, The Study Of Graduate’s Competence Through The Teacher’s Competence And Performance As The Impact Of Principal Leadership, Organizational Culture and Communication (Survey at the High School in Palu City and Morowali Regency, Central Sulawesi Province), under the guidance of Prof. Dr. Ir. H. Imam Sudirman, DEA as a Promoter and Dr. Horas Djulius, SE as Co-Promoter

  

The purpose of this study is to assess and analyze; 1). School

leadership, organizational culture and communications, teacher competence and teacher performance. 2). The influence of all independent variables on the competency of teachers and teacher performance either partially or simultaneously. 3). Effect of competency of teachers and teacher performance against competency in high school graduates in the city of Palu and Morowali, Central Sulawesi Province.

  

This research was conducted by using descriptive survey and

explanatory survey method. The sampling technique used is proportional random sampling Cluster Methode, with a sample size of 208 respondents. Data analysis method used is path analysis (path Analysis)

  

Results of the study can be summarized as follows: 1) Leadership

principals, organizational culture and communications, teacher competence and teacher performance is categorized quite well towards good. Considered good teacher competency, competency graduation categorized quite well towards good. 2). There is the effect of all independent variables on the competency of teachers by 74,49 percent and 75,37 percent of the teacher's performance. 3). There is the influence of competency of teachers and teacher performance against competency of graduates by 75,23 percent.

  

The study concluded that in order to improve the competency of

graduation need to increase the role of principals in improving the professionalism of teacher performance, need relationship conducive among principals and teachers, need immediate awareness of principals to always open in communicating with all elements of the school, need improvement and development aspects of professional competence of teachers, and the need to increase teacher performance adapted to the changing times including change of paradigm in improving the quality of education.

  Keywords : Competency Graduate, Competence Teacher, Teacher Performance, Leadership Principal, Organizational Culture and Communications

  Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai implementasi amanat UU No.14 Tahun 2005, Ditjen PMPTK memandang perlu menyiapkan data PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang benar, akurat dan muktahir sebagai bahan yang dapat digunakan untuk dasar analisis dan sumber data berbagai program kegiatan dalam upaya peningkatan mutu PTK seperti: peningkatan kualifikasi, sertifikasi, pengembangan mutu, tunjangan, perhargaan dan perlindungan, perencanaan kebutuhan, keseimbangan, penempatan dan pegembangan karier, pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan bagi guru, serta penguatan kinerja lembaga

  Berdasarkan pengamatan sementara dengan melihat fenomena yang ada bahwa pelaksanaan pendidikan belum berjalan dengan efektif. Selain karena ketidaklulusan siswa yang selalu ada setiap tahun/terdapat jumlah siswa tidak lulus pada saat UN (Ujian Nasional), hal ini juga dibuktikan adanya kesulitan bagi siswa yang dinyatakan lulus ujian dalam memasuki universitas yang diminati.

  Batasan Masalah

  Mengingat luasnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi kajian pada aspek kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan komunikasi merupakan faktor yang dianggap dominan mempengaruhi kompetensi guru dan kinerja guru, dan diharapkan melalui kinerja guru dan kompetensi guru pada akhirnya dapat berdampak pada kompetensi lulusan SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur, dengan menggunakan teknik sampling Cluster Proporsionale Random Sampling

  Method.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

  1. Bagaimana kondisi kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan komunikasi di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  2. Bagaimana kondisi kompetensi guru dan kinerja guru pada SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  3. Bagaimana kondisi kompetensi Lulusan SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala, budaya organisasi, dan komunikasi terhadap kompetensi Guru SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah baik secara parsial maupun simultan

  5. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala, budaya organisasi, dan komunikasi terhadap kinerja guru SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah baik secara parsial maupun simultan

  6. Seberapa besar pengaruh kompetensi guru dan kinerja guru terhadap kompetensi lulusan SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui mengkaji dan menganalisis sebagai berikut:

  1. Kepemimpinan kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan komunikasi di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  2. Kompetensi guru dan kinerja guru pada SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  3. Kompetensi lulusan SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  4. Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan komunikasi terhadap kompetensi guru SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah baik secara parsial maupun simultan

  5. Besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan komunikasi terhadap kinerja guru SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah baik secara parsial maupun simultan

  6. Besarnya pengaruh kompetensi guru dan kinerja guru terhadap kompetensi lulusan SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

  Manfaat Penelitian

  Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

  Manfaat Bagi Pengembangan Keilmuan

  a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen, khususnya dalam bidang manajemen SDM, yaitu teori teori kepemimpinan, budaya organisasi, komunikasi, kompetensi guru dan kinerja guru.

  b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong dilakukannya penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan aspek perilaku, kepemimpinan, kompetensi dan motivasi kerja tenaga pendidik, khususnya dalam pencapain kinerja tenaga pendidik dan siswa dengan mempertimbangkan variabel lain yang relevan.

  c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya manusia.

  Manfaat Praktis

  a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada pihak pengelola dan penyelenggara institusi pendidikan, khususnya institusi pendidikan Sekolah Menengah Atas dalam upaya meningkatkan kinerja organisasinya guna meningkatkan kompetensi kelulusan agar mampu bersaing sehat dengan sekolah lainnya.

  b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam membuat kebijakan bagi manajemen institusi pendidikan dalam melakukan prioritas pembinaan sumber daya manusianya.

  Dunia organisasi dan manajemen sedang berubah. Perubahan- perubahan lingkungan yang cepat menyebabkan transformasi- transformasi dasar yang mempunyai pengaruh yang dramatis pada pekerjaan manajer. Transformasi-transformasi ini mencerminkan perubahan dari paradigma tradisional menjadi baru. Sebuah paradigma

  (paradigm) adalah sebuah pemahaman umum yang mencerminkan

  sebuah cara fundamental dalam pemikiran, cara memandang, dan memahami dunia. Perubahan-perubahan dalam cara berpikir terjadi dalam masyarakat kita, dan hal ini pada gilirannya mempengaruhi organisasi, menyebabkan perubahan dalam pemikiran dan perilaku manajemen (Daft. 2002 : 29).

  Dalam beberapa penjelasan oleh para ahli mengenai manajemen telah dideskripsikan sebagai keterampilan dan ilmu. Ilmu itu sendiri bersumber dari pengatahuan yang lahir dari belajar, sedangkan seni bersumber dari jiwa yang lahir dari pengalaman, lingkungan dan keyakinan yang bentuknya tidak dapat diuraikan secara spesifik, sehingga seni ini lebih bersifat pribadi, dan setiap pribadi memiliki seni yang berbeda pula. Pengalamanpun telah membuktikan bahwa perusahaan dengan sistem yang sama pada lingkungan yang sama tetapi hasil yang dicapai seringkali berbeda, inilah bagian dari seni me-manage manajemen itu sendiri. Sebab menurut Robbin dan Coulter (2007 : 19): “disemua organisasi, para manajer harus menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, penataan, kepemimpinan, dan pengendalian. Namun, hal ini tidak berarti bahwa manajemen selalu dijalankan dengan cara yang sama.

  Beberapa ahli memberikan pengertian mengenai manajemen (management), menurut Plunket, Allen & Attner (2013 : 19) menyatakan :

  “Definition of management states that goals are set and achieved “by

  (the) exercising of related functions – planning, organizing, staffing, leading, and controlling.”

  (Definisi manajemen menyatakan bahwa tujuan ditetapkan dan dicapai "oleh (yang) menjalankan fungsi-fungsi terkait - perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin, dan mengendalikan)

  Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai sesuatu melalui orang lain yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

  Manajemen Sumber Daya Manusia

  Pada dasarnya setiap organisasi termasuk didalamnya organisasi perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan (environment), dan apabila organisasi ingin berhasil dengan baik untuk mencapai tujuannya maka harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Robbins (2007 : 91), organisasi harus bisa beradaptasi, agar dapat mempertahankan hidup dan juga sistem terbuka, supaya bisa berinteraksi dengan lingkungan. Organisasi sendiri merupakan gabungan individu yang berkelompok dan bekerjasama untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan lingkungan, agar tercapai harapan tersebut.

  Beberapa ahli memberikan pengertian mengenai manajemen, menurut Plunket, Allen & Attner (2013 : 19) menyatakan manajemen adalah:

  “HRM is to develop processes in the organization that help align

  individual employee performance with the organization strategic objectives.”

  (Manajemen sumber daya manusia adalah untuk mengembangkan proses dalam organisasi yang membantu kinerja individu karyawan diselaraskan dengan tujuan strategis organisasi). Lebih lanjut, mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Mathis dan Jackson (2006 : 3) menyebutkan bahwa, manajemen sumber daya manusia adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasional (Mathis dan Jackson. 2006 : 4). Bahkan manajemen sumber daya manusia menyediakan rencana strategik agar perusahaan dapat menyesuaikan kekuatan dan kelemahan internal dengan kesempatan dan ancaman dari luar dalam rangka memelihara

  Kepemimpinan

  Kepemimpinan adalah proses untuk memengaruhi orang lain baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mcncapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Proses memengaruhi tersebut sering melibatkan berbagai kekuasaan seperti ancaman, penghargaan, otoritas maupun bujukan.

  Transisi dalam teori kepemimpinan berkembang dari waktu ke waktu berdasarkan keingintahuan para ilmuwan dan peneliti. Mula-mula kepemimpinan itu dilihat dari sudut pandang sifat, ciri atau bakat yang dibawa sejak lahir. Ketidakpuasan akan hasil dari pendekatan ciri tersebut melahirkan pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku. Kedua pendekatan tersebut belum memuaskan para peneliti sehingga menggunakan pendekatan lain, yaitu keberhasilan seseorang tergantung pada situasinya.

  Pengertian di atas kepemimpinan merupakan suatu kemampuan untuk mendorong, mendukung, mempengaruhi, menggerakkan sejumlah orang agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan yang terarah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

  Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting di dalam mempelajari dan mempraktekkan fungsi manajemen Planning, Organizing, Leading, dan Controlling (POLC). Selain itu banyak fungsi- fungsi manajemen lainnya, misalnya POAC, POSDCoRB, POSDICo, P3 (Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan).

  Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

  Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007, maka hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru adalah sebagai berikut:

  1) Kepala sekolah sebagai pendidik (educator)

  Sebagai pendidik Kepala Sekolah telah berusaha untuk menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai. Nilai-nilai tersebut berkaitan dengan pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik serta melaksanakan team teaching. Pertama; pembinaan mental, yaitu membina para guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Hal ini terutama dilakukan dengan menciptakan iklim sekolah yang kondusif agar setiap guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Misalnya kepala sekolah senantiasa berusaha untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran untuk mempermudah guru dalam mengajar. Kedua; pembina moral, yaitu pembina para guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik- buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan setiap tugasnya. Misalnya, kepala sekolah termasuk guru-guru. Ketiga; pembinaan fisik, yaitu membina para guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisik kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Misalnya kepala sekolah senantiasa memberikan dorongan agar para guru terlibat secara aktif dalam kegiatan olahraga di sekolah, terutama yang dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi. Keempat; pembinaan artistik yaitu membina tenaga guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasa dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran. Kelima; melaksanakan team teching, yaitu mengembangkan kegiatan belajar mengajar dalam satu mata pelajaran yang dipegang oleh beberapa guru. Sebagai pendidik kepala sekolah senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Hal ini merupakan salah satu kegiatan kepala sekolah sebagai pendidik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.

  2) Kepala sekolah sebagai manajer

  Sebagai manajer, dalam meningkatkan profesionalisme guru, strategi kepala sekolah yang digunakan adalah menggerakkan guru, kepala sekolah berusaha mementingkan kerja sama dengan guru dan pihak lain yang berkait dalam melaksanakan kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah senantiasa berusaha untuk mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh guru-gurunya. Secara baku, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala sekolah, kepala sekolah selalu berusaha untuk melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya, yang diwujudkan dalam menyusun program sekolah, menyusun organisasi personalia, menggerakkan guru-guru dan kepala sekolah lainnya dan mengoptimalkan sumber daya sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah juga memberikan kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan profesinya. Hal ini dilakukan secara persuasif dan dari hati ke hati bukan dengan teguran keras, namun hasilnya ternyata cukup efektif. Kepala sekolah berusaha dengan bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh guru untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

  Sebagai manajer, kepala sekolah juga mendorong keterlibatan seluruh guru dalam setiap kegiatan di sekolah. Strategi partisipatif yang digunakan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru dengan berpedoman kepada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empriorisme, asas keakraban dan asas integritas.

  3) Kepala sekolah sebagai administrator

  Dalam melaksanakan tugasnya sebagai administrator, kepala sekolah senantiasa berusaha mengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan Bimbingan Konseling (BK), mengelola administrasi siswa, mengelola administrasi sarana prasarana, serta mengelola administrasi keuangan. Hal tersebut dilakukan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru-gurunya. Hal ini dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan yang dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam tiga pendekatan utama, yaitu: pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional.

  Hasil observasi menunjukkan, bahwa dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah cenderung menggunakan pendekatan situasional. Tindakan-tindakan kepala sekolah disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian hasil pengamatan terhadap beberapa tindakan dan perilaku kepala sekolah pada hakikatnya lebih mengutamakan tugas, ia merasa puas jika tugas- tugas yang diberikan kepada guru bisa dilaksanakan dengan sebaik- baiknya, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukannya. Oleh karena itu, di samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga senantiasa menjaga hubungan kemanusiaan dengan bawahannya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para guru melaksanakan tugas-tugas yang diembankan kepadanya.

  4) Kepala sekolah sebagai supervisor

  Strategi kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan mengadakan diskusi kelompok, mengadakan kunjungan kelas, mengadakan pembicaraan individual, dan mengadakan simulasi pembelajaran.

  Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama guru yang berkumpul dalam situasi tatap muka berinteraksi saling tukar informasi, untuk memecahkan berbagai masalah guna mencapai suatu keputusan. Diskusi kelompok biasanya dilaksanakan di ruang guru atau ruang kelas.

  Kunjungan kelas, digunakan kepala sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati proses belajar mengajar secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran,media yang digunakan, keterlibatan siswa dalam belajar, serta untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap materi yang diajarkan. Kunjungan sekolah merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru, dalam melaksanakan tugas pokoknya.

  Strategi kepala sekolah sebagai leader dalam meningkatkan profesionalisme guru, dilakukan dengan memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan guru, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Strategi tersebut dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter, dan laissez-faire. Dalam pelaksanaan ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader. Sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasional. Dalam hal ini kadang- kadang kepala sekolah bersifat demokratis, kadang-kadang bersifat otoriter, dan kadang-kadang bersifat laissez-faire.

  Dengan dimilikinya ketiga sifat tersebut kepala sekolah sebagai leader, maka dalam peningkatan profesionalisme guru, kepala sekolah menggunakan strategi yang sesuai dengan tingkat kematangan guru dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan. Strategi tersebut muncul dalam gaya mendikte, menjual, melibatkan, dan mendelegasikan.

  Gaya mendikte muncul ketika para guru berada dalam tingkat kematangan rendah, sehingga perlu petunjuk serta pengawasan yang jelas. Gaya menjual diterapkan apabila kondisi guru berada dalam taraf rendah sampai moderat, di mana mereka telah memiliki kemauan untuk meningkatkan profesionalismenya, tetapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai. Gaya melibatkan diterapkan jika tingkat kematangan guru berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi, di mana mereka mempunyai kemampuan tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri dalam meningkatkan profesionalismenya. Gaya mendelegasikan diterapkan oleh kepala sekolah, jika kemampuan guru dalam menghadapi suatu persoalan dipandang telah tinggi, demikian pula kemauan untuk meningkatkan profesionalismenya.

  6) Kepala sekolah sebagai inovator

  Dalam melaksanakan tugasnya sebagai inovator, untuk meningkatkan profesionalisasi guru, kepala sekolah senantiasa berusaha mengadakan hubungan dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh guru, mengadakan moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas mata pelajaran di mana tiap mata pelajaran memiliki kelas tersendiri, lengkap dengan alat peraga dan alat-alat lainnya

  Strategi kepemimpinan kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan profesionalisme guru dilakukan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptabel dan fleksibel.

  7) Kepala sekolah sebagai motivator

  Dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai motivator, profesionalisme kerjanya pada umumnya dilakukan melalui menanamkan disiplin, memberikan dorongan, memberikan penghargaan secara efektif dan mengembangkan Pusat Sumber Belajar (PSB)

  Beberapa strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dalam membina disiplin guru antara lain: a) Membantu guru mengembangkan perilakunya;

  b) Membantu guru dalam meningkatkan standar perilakunya; c) Melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama.

  Berdasarkan uraian di atas penulis hanya membahas kepemimpinan kepala sebagai, edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. (Permendiknas No 13 Th. 2007)

  Budaya Organisasi

  Pemahaman tentang budaya organisasi sesungguhnya tidak lepas dari konsep dasar tentang budaya itu sendiri, yang merupakan salah satu terminologi yang banyak digunakan dalam bidang antropologi. Dewasa ini, dalam pandangan antropologi sendiri, konsep budaya ternyata telah mengalami pergeseran makna.

  Sementara itu, Fred Luthan (2005 : 39) mengetengahkan enam karakteristik penting dari budaya organisasi, yaitu: (1) obeserved

  behavioral regularities;yakni keberaturan cara bertindak dari para anggota

  yang tampak teramati. Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu; (2) norms; yakni berbagai standar perilaku yang ada, termasuk di dalamnya tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus dilakukan; (3) dominant values; yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi yang rendah atau efisiensi yang tinggi; (4) philosophy; yakni adanya kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan keyakinan organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan karyawan (5) rules; yaitu adanya pedoman yang ketat, dikaitkan dengan kemajuan organisasi (6) organization climate; merupakan perasaan keseluruhan (an overall “feeling”) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara berinteraksi para anggota organisasi, dan cara anggota organisasi memperlakukan dirinya dan pelanggan atau orang lain.

  Komunikasi

  Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang berarti memberi, mengambil bagian atau meneruskan sehingga terjadi sesuatu yang umum (common), sama atau saling memahami. Komunikator atau pemimpin dalam menyampaikan informasi dan menumbuhkan semangat kerja merupakan kegiatan komunikasi. Proses kegiatan ini sangat berperan dalam usaha mengadakan perubahan sikap dan pengetahuan bawahan.

  Mulyasa (2013 : 221) Sebagai halnya koordinasi, komunikasi meliputi komunikasi internal dan komunikasi eksternal, kedua komunikasi itu sangat berpengaruh terhadap kelancaran, kemudahan, dan kenyamanan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

  1. Komunikasi internal Komunikasi internal organisasi ialah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dan bawahan, antara sesama bawahan, dan sebagainya. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Mulyasa (2009 : 221) dalam melaksanakan kepemimpinan kepala sekolah, pengembangan komunikasi (internal) antar personal yang sehat harus senantiasa dikembangkan, baik oleh kepala sekolah maupun oleh para guru dan personal lainnya. Komunikasi internal yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan pekerjaan sekolah yang menjadi tugas bersama.

  Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua sebagai berikut: 1) Komunikasi vertical, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertical, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberi laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan. 2) Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antar sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.

  Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antar-bagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

  2. Komunikasi eksternal Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat daripada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting saja.

  1) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya brsifat informative, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk seperti: majalah organisasi; press release, artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film documenter; brosur; leaflet; poster; konprensi pers. 2) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. (Khomsahrial Romli, 2014 : 6).

  Kompetensi guru

  Pengertian kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian keperibadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif. Arti dari kompetensi adalah sebagai kemampuan atau kecapakan dengan pengertian tersebut, ada beberapa organisasi yang melakukan identivikasi banyaknya hasil studi yang menyatakan bahwa sikap, pengetahuan, prestasi belajar di sekolah tidak dapat menentukan kinerja atau keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Hal temuan ini telah mendorong dilakukannya penelitian untuk mengetahui variabel komptensi apa yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang terlepas dari faktor ras, gender dan sosiol ekonominya.

  Ketidak sesuaian dalam kompetensi-kompetensi inilah yang membedakan seorang pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi terbatas.Kompetensi terbatas dan kompetensi intimewa untuk suatu pekerjaan tertentu merupakan pola atau pedoman dalam pemilihan karyawan (personal selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian kerja (performance apprsial) dan pengembangan (development).

  Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

  Standar kualifikasi akademik guru menurut Permendiknas No. 16 th. 2007, membahas tentang kompetensi guru, yaitu meliputi ;1) Kompetensi pedagogik , 2) Kompetensi profesional, 3) Kompetensi sosial, 4) Kompetensi kepribadian . (Permendiknas, No. 16 Th. 2007).

  Pengembangan kompetensi pedagogik secara rinci terdiri dari

  sepuluh aspek, yaitu:

  1. Memahami karateristik peserta didik dari berbagai aspek, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual.

  2. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

  3. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

  4. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik.

  5. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

  6. Merancang pembelajaran yang mendidik.

  7. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.

  8. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya.

  9. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

  10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

  Pengembangan kompetensi profesional yaitu kemampuan

  penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi , yaitu; 1. Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.

  2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi.

  3. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.

  4. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

  5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui evaluasi dan penelitian.

  Pengembangan kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru dalam

  komunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa dan masyarakat sekitar, yaitu:

  1. Dapat berkomunikasi secara simpatik dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan dan masyarakat.

  2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, di tingkat lokal, regional, nasional dan global.

  3. Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan pengembangan diri.

  

Pengembangan kompetensi kepribadian, yaitu memiliki

  kepribadian yang mantap, stabil,dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta berakhlak mulia. Guru dituntut untuk:

  1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

  2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

  3. Mampu mengevaluasi kinerja sendiri (tindakan reflektif), dan 4. Mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan.

  Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini, kompetensi guru yang dimaksudkan adalah kemampuan / pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan komponen (indikator):

  1. Kompetensi pedagogik

  2. Kompetensi profesional

  3. Kompetensi sosial

  4. Kompetensi kepribadian (Permendiknas, No. 16 Th. 2007 ,162).

  Kinerja Guru.

  Berdasarkan UU Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 pasal 14 ayat (1) butir a, meliputi:

  1. Gaji Pokok

  2. Tunjangan yang melekat pada giji

  3. Penghasilan lain berupa (tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan masiahat tambahan) Jasmin dan Syaiful (2013:156) “kinerja guru adalah hasil kerja yang didapatkan seseorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggngjawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan, dengan kata lain hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhannya”.

  Untuk menjadi guru yang professional, guru dituntut untuk membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Peran guru sangat sulit digantikan oleh orang lain.

  Kunci utama di dalam peningkatan kualitas pendidikan ialah mutu para guru. Dalam kaitan ini bukan hanya diperlukan suatu reformasi mendasar dari pendidikan guru kita tetapi juga sejalan dengan penghargaan yang wajar terhadap profesi guru sebagai mana di negara- negara industri maju lainnya (Tilaar, 2006 : 14).

  Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1, bahwa yang dimaksud guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama Mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

  Kompetensi Lulusan

  Keberhasilan institusi pendidikan dalam melahirkan siswa lulusan yang berkualitas akan terlihat dari kompetensi yang dimiliki siswa lulusan dalam melaksanakan kegiatan layanan jasa. Dalam bisnis layanan jasa termasuk layanan jasa bidang pendidikan, ada tiga unsur input dominan yang membuat suatu lembaga pendidikan unggul dalam persaingan (competitive advantage), yaitu fasilitas fisik, sumber daya manusia, dan komunikasi, informasi. Kualitas jasa sangat tergantung kepada kemampuan institusi pendidikan itu sendiri dalam mengoperasionalkan ketiga unsur tersebut. (Depdiknas, 2001 : 18)

  Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Standar kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yangtelah disepakati, sebagaimana yang ditetapkan dengan Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006.

  Dalam penelitian ini untuk mengukur kompetensi lulusan mengacu pada Permendiknas No 23 tahun 2006 yaitu: (a) Nilai Kognitif; yaitu kemampuan siswa lulusan dalam penguasaan ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan studi. (b) Nilai Afektif; yaitu kemampuan siswa lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing. Selain itu siswa lulusan memiliki etika dan estetika, demokratis, toleransi dan humaniora.

  (c) Nilai Psikomotor; yaitu kemampuan siswa lulusan dalam keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan perkembangan sosial dan budaya. Siswa lulusan memiliki kesehatan jasmani dan rohani untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.

  Hipotesis Penelitian

  Dari kajian tersebut diatas, maka penulis mempunyai dugaan bahwa:

  1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan komunikasi terhadap kompetensi guru baik secara parsial maupun simultan

  2. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan komunikasi terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan

  3. Terdapat pengaruh kompetensi guru dan kinerja guru SMA terhadap kompetensi lulusan baik secara parsial maupun simultan.

  III Metodologi Penelitian

  Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, komunikasi, kompetensi guru, kinerja guru SMA dan kompetensi lulusan. Sifat penelitian verifikatif adalah untuk menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, dimana dalam penelitian ini akaan menguji pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan komunikasi terhadap kompetensi guru dan kinerja guru SMA di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah serta implikasinya pada kompetensi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Palu dan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.

  Mengingat penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif, maka metode penelitian yang digunakan adalah descriptive survey dan metode

  explanatory survey. Descriptive survey adalah metode penelitian yang

  dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kompotensi lulusan melalui kinerja guru dan kompotensi guru sebagai dampak dari kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, komunikasi pada SMA kota Palu dan Kabupaten Morowali. Metode explanatory survey adalah metode penelitian yang dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada guru tetap dan guru tidak tetap yang mengajar di SMA kota Palu dan Kab. Morowali. Tipe investigasi dalam penelitian ini adalah causalitas yaitu hubungan antara variabel di mana perubahan satu variabel menyebabkan perubahan variabel lainnya tanpa adanya kemungkinanan akibat kebalikannya. (Rully Indrawan; 2014 : 51). Unit analisis adalah guru-guru yang mengajar di SMA se Kota Palu dan Kabupaten Morowali Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini termasuk pada katagori crossectional, yaitu informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung dari lokasi secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang diteliti yaitu kepemimpinan kepala sekolah, Budaya Organisasi dan Komunikasi, kompetensi guru, kinerja guru dan kompetensi lulusan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PROGRAM PENGAJARAN, DAN LINGKUNGAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

1 10 89

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

2 15 191

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

0 8 23

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH, LINGKUNGAN KERJA, DAN MOTIVASI BERPRESTASI, TERHADAP KINERJA GURU SMK

0 2 11

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK BISNIS MANAJEMEN DI KABUPATEN KLATEN

1 15 18

1.1 Latar Belakang - PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP BUDAYA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU IMPLIKASINYA PADA KINERJA GURU SMP DARUL MUSYAWIRIN KABUPATEN CIREBON - repo unpas

0 0 23

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PRESTASI LULUSAN DI SMA NEGERI 22 KOTA BANDUNG Yandi Useandi Program Studi Magister Manajemen Konsentrasi Manajemen Pendidikan Fakultas Pascasarjana

0 0 19

PENGARUH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH, MOTIVASI DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU SERTA IMPLIKASINYA PADA KOMPETENSI LULUSAN (Survei Pada MTs Negeri di WKPP III Provinsi Jawa Barat) - repo unpas

0 0 155

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU SERTA IMPLIKASINYA PADA PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 BATUJAJAR Oleh MUHAMMAD YUSUF NPM 13802006 ABSTRAK - PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TER

0 0 56

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI GURU, KOMPETENSI GURU DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SERTA IMPLIKASINYA PADA KOMPETENSI LULUSAN SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG, KOTA CIMAHI, KABUPATEN BANDUNG, DAN KABUPATEN BANDUNG BAR

0 0 29