PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PROGRAM PENGAJARAN, DAN LINGKUNGAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PROGRAM PENGAJARAN, DAN LINGKUNGAN

KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA MUHAMMADIYAH 2

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2009/2010 Oleh

SENJA ANGGI PERTIWI

Kinerja guru adalah hasil atau prestasi kerja seorang guru baik secara kualitas maupun kuantitas, yang dapat kita lihat dari tanggung jawab serta kemampuan yang dimiliknya, meliputi kemampuan pribadi, kemampuan professional, kemampuan sosial, serta kemampuan pedagogik. Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kinerja guru, yaitu kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 48 orang guru. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah non probability sampling,


(2)

survey. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian assosiatif dengan tipe penyelidikan korelasi dan regresi. Untuk pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan regresi linier sederhana, sedangkan untuk hipotesis keempat menggunakan regresi linier multipel.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010, diperoleh koefisien korelasi (r) 0, 610 dan koefisien determinasi (r2) 0,372 atau 37,2%. (2) Ada pengaruh program pengajaran terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010, diperoleh koefisien korelasi (r) 0,529 dan koefisien determinasi (r2) 0,280 atau 28%. (3) Ada pengaruh lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010, diperoleh koefisien korelasi (r) 0,644 dan koefisien determinasi (r2) 0,414 atau 41,4%. (4) Ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan

lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010, diperoleh keeratan hubungan koefisien korelasi (R) 0,527 dan koefisien determinasi (R2) 0,726 atau 72,6%.


(3)

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar memiliki berbagai peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif, dan membantu siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa.

Guru mempunyai tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti


(4)

mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Guru (pendidik) menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Bab XI pasal 39 adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga

kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan

menghasilkan tamatan/lulusan yang diharapkan. Maka dari itu salah satu faktor yang berperan mempengaruhi pendidikan adalah kinerja guru yang berkualitas.

SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebagai salah satu lembaga pendidikan formal tingkat menengah atas, tidak terlepas dari masalah-masalah yang diduga berpengaruh terhadap kinerja guru, diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran serta lingkungan kerja guru di sekolah.

Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-program nya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat


(5)

melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan.

Di sekolah ini terlihat adanya masalah tentang kepemimpinan kepala sekolah yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Kepala sekolah belum optimal dalam menunjukkan kemampuannya untuk memimpin dan menggerakkan guru agar guru dapat melaksanakan pekerjaannya secara maksimal sehingga tujuan yang ingin dicapai sulit untuk terlaksana.

Kepemimpinan dalam lingkungan sekolah selalu melibatkan upaya seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku para guru dalam suatu situasi. Hal ini dikarenakan kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor dalam penentu kinerja guru. Agar kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah efektif dan efisien, salah satu tugas yang dilakukan adalah memberikan kepuasan kepada seluruh warga sekolah, dalam hal ini khususnya guru. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.

Faktor kedua yang diduga mempengaruhi kinerja guru adalah program pengajaran. Guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan


(6)

belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting yaitu mengatur dan mengendalikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut, perlu dirancang program pengajaran. Program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan seksama, sedangkan pengajaran merupakan totalitas aktivitas belajar-mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi. Program pengajaran adalah suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.

Di sekolah ini, program pengajaran tidak disusun secara tepat waktu sehingga pelaksanaan pengajaran yang diberikan kepada siswa terlihat tidak maksimal. Pengajaran merupakan suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Untuk itu diperlukan program pengajaran yang sistematis dan sistematik yang terdiri atas banyak

komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementasi dan berkesinambungan.

Faktor ketiga adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses pengajaran, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para guru yang melaksanan proses pengajaran. Lingkungan kerja yang memadai bagi para guru dapat meningkatkan kinerja


(7)

guru, sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja guru.

Lingkungan kerja mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan hasil kerjanya.

Lingkungan kerja yang baik akan menyebabkan guru bekerja dengan baik dan bersemangat. Lingkungan kerja yang baik adalah pertama, bagaimana

hubungan kerja antara kepala sekolah dan guru, hal ini mencakup pembagian tugas yang jelas, komunikasi harmonis, persaingan yang sehat dan perlakuan yang adil. Kedua, bagaimana pelayanan kesejahteraan dan kesehatan guru. Ketiga, bagaimana kondisi tata ruang, tata cahaya, suhu, sarana prasarana kantor dan ruang belajar, serta kebersihan sekolah.

Hal tersebut tidak sepenuhnya terdapat di sekolah ini. Hubungan guru dan kepala sekolah terlihat tidak harmonis, perlakuan kepada guru yang terihat tidak adil, sarana dan prasarana dalam mengajar yang tidak merata,

merupakan beberapa masalah yang ada di dalam lingkungan kerja guru di sekolah ini sehingga menimbulkan ketidaknyamanan guru dalam bekerja, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kinerja guru.

Tercapainya kinerja guru diduga dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah yang baik, program pengajaran yang tepat waktu serta lingkungan kerja yang memadai. Salah satu aspek yang mencerminkan kondisi kinerja adalah tingkat kehadiran atau absensi. Tingkat absensi dapat menunjukkan tingkat kedisiplinan, semangat dan sikap kerja.


(8)

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, diketahui masih terdapat guru yang tidak hadir pada jam kerjanya. Hal itu terlihat dari presentase dibagi dengan hari kerja dan jumlah guru yang ada di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung seperti terlihat pada tabel di bawah:

Tabel 1. Jumlah Jam Absensi Guru SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Semester I Tahun 2009/2010

Bulan Jumlah

Guru

Jumlah Hari Efektif

Keterangan Jumlah

Absensi

Persen

I S A

Juli 48 17 0 0 0 0 0

Agustus 48 24 40 7 15 62 5,38

September 48 14 22 2 14 38 5,65

Oktober 48 27 29 2 15 46 3,55

November 48 25 33 1 15 49 4,08

Desember 48 17 0 0 0 0 0

Jumlah 128 12 59 199 18,66

Sumber: Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

Perhitungan presentase karyawan adalah sebagai berikut.

(FLIPPO, 1996: 143)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat ketidakhadiran guru relatif tinggi pada semester I Tahun Ajaran 2009/2010, dengan presentase rata-rata 4 % setiap bulannya. Kemudian total ketidakhadiran guru selama semester I (satu) sebanyak 199 hari. Jumlah tersebut terbagi atas guru yang tidak masuk mengajar karena alasan Izin (I) sebanyak 128, Sakit (S) sebanyak 12, dan 59

Jumlah Hari Absen

X 100% Jumlah Guru x Jumlah Hari Kerja


(9)

guru dengan alasan Alpha (A). Tingginya tingkat absensi menunjukkan adanya masalah dalam disiplin kerja guru. Hal ini akan berpengaruh pada pencapaian pendidikan, karena tinggi rendahnya tingkat produktifitas dan disiplin kerja dalam suatu lembaga dapat dilihat dari tingkat absensi.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, upaya yang dilakukan dimulai dengan meningkatkan kinerja guru terlebih dahulu. Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya mempersiapkan segala

perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi yang akan

digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta guru juga dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan bekerja.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil

judul: “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Program Pengajaran,

dan Lingkungan Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diambil identifikasi masalah yaitu:


(10)

1. Belum terdeskripsikannya kepemimpinan kepala sekolah pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Belum terdeskripsikannya keadaan lingkungan kerja guru pada SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Belum diketahuinya kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

4. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

5. Pengaruh program pengajaran guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 6. Pengaruh lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 7. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan

lingkungan kerja terhadap kinerja guru pada SMA Muhammdiyah 2 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1), program pengajaran (X2), dan lingkungan kerja guru (X3) terhadap kinerja guru (Y) pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.


(11)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2009/2010?

2. Apakah ada pengaruh program pengajaran terhadap kinerja guru pada SMA pada Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010?

3. Apakah ada pengaruh lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010? 4. Apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran,

dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh program pengajaran terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.


(12)

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muham madiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoritis

1. Memberikan penjelasan yang lengkap mengenai pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Memberikan peluang peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lain yang belum digunakan dalam penelitian ini.

b. Kegunaan praktis

1. Sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam menentukan langkah untuk meningkatkan kinerja kerja guru sehingga pelaksanaan pendidikan dapat tercapai secara maksimal.

2. Sebagai informasi bagi guru untuk meningkatkan kinerja kerja guru dalam proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan.

3. Sumbangan pemikiran bagi masyarakat terutama masyarakat


(13)

khususnya agar dapat meningkatkan kinerja kerja guru dan dapat dijadikan sebagai informasi dalam penelitian oleh masyarakat pada umumnya.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup pada penelitian ini adalah: 1. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian ini adalah seluruh guru di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini di lakukan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung

4. Ruang Lingkup Waktu


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, pengaruh antara variabel bebas (kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru) dengan variabel terikat (kinerja guru), penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan diakhiri dengan hipotesis. Pembahasan secara resmi beberapa subbab tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja Guru

Guru yang merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses pendidikan memiliki tugas pokok yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas yang diberikan padanya. Hal tersebut merupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat maka akan berpengaruh terhadap peserta didik. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru.

Istilah “kinerja” sebenarnya adalah pengalihbahasan dari kata Inggris

Performance”. Bernadin dan Russel dalam Achmad S. Ruky (2006:15) memberikan definisi performance sebagai berikut:


(15)

Performance is defined as the record of outcomes produced on specified job function or activity during a specified time period” (prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).

Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam E. Mulyasa

(2007:136) , kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Sementara menurut Nanang Fattah dalam Susilowati (2007) bahwa, “Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.

Untuk lebih memahami tentang kinerja guru, berikut disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasional menurut E. Mulyasa (2007:136)

1. Model Vroomian

Vroom mengemukakan bahwa “Permorfance = f (Ability x Motivation)”. Menurut model ini, kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut

mengandung arti bahwa: jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah.

2. Model Lawler dan Porter

Lawler dan Porter mengemukakan bahwa: “Performance = Effort x Ability x Role Perceptions”. Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti intelegensi, keterampilan, sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan sesuatu, sedangkan role perception adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang yang seharusnya dikerjakan. Hal yang baru dalam

model ini adalah “role perceptions”, sebagai jenis perilaku yang paling cocok dilakukan individu untuk mencapai sukses.

3. Model Ander dan Butzin

Ander dan Butzin mengajukan model kinerja sebagai berikut: “Future Performance = Past Performance + (Motivation x Ability)”. Formula ini menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan ability, orang yang tinggi ability-nya tetapi rendah motivasinya,


(16)

akan menghasilkan kinerja yang rendah , demikian halnya orang yang bermotivasi tinggi tetapi ability-nya rendah.

Dari berbagai pengertian kinerja diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas nya baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal, maka sudah merupakan keharusan bagi seorang pekerja, dinilai kinerjanya, termasuk guru. Roger Belows dalam Achmad S. Ruky (2006:12), mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu penilaian periodik atas nilai seorang individu karyawan bagi organisasinya, dilakukan oleh atasannya atau seseorang yang berada dalam posisi untuk mengamati/menilai prestasi kerjanya. Dale S. Beach juga berpendapat bahwa penilaian kinerja adalah sebuah penilaian sistematis atas individu karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan.

Jadi, penilaian kinerja adalah penilaian prestasi kerja yang sistematis atas seorang karyawan yang bermanfaat untuk pengembangan potensi karyawan tersebut. Begitu juga dengan penilaian kinerja guru.

Menurut Lusia Kurniawati (2009:30), penilaian kinerja, pada dasarnya merupakan proses yang digunakan sekolah untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan kepala sekolah dan para guru harus mengevaluasi kinerja untuk mengetahui tindakan apa yang akan diambil. Umpan balik yang spesifik, memungkinkan mereka untuk membuat


(17)

perencanaan strategi, pelatihan dan pengembangan, serta pengambilan keputusan-keputusan lainnya berkaitan dengan kemajuan sekolah khususnya bagi anak didik. Penilaian kinerja berkaitan dengan kinerja dan pertanggung jawaban guru kepada sekolah. Dalam dunia yang bersaing secara global, sekolah membutuhkan kinerja yang tinggi. Pada saat bersamaan, guru membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya sebagai pembimbing untuk masa yang akan datang.

Penilaian kinerja ditujukan bukan untuk kepentingan organisasi yang bersangkutan melainkan untuk semua pihak, seperti yang diungkapkan oleh Achmad S. Ruky (2006:20-21) bahwa penilaian prestasi mempunyai tujuan: 1. meningkatkan prestasi kerja karyawan baik secara individu, maupun

kelompok;

2. mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruhan yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas;

3. merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil kerja dan prestasi kerja;

4. membantu perusahaan untuk dapat menyusun program pengembangan dan

pelatihan karyawan yang lebih tepat guna;

5. menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai dengan gajinya atau imbalannya; dan

6. memberikan kesempatan pada pegawai untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaan atau hal-hal yang ada kaitannya.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dalam Penilaian Kinerja Guru yang disusun oleh Ditjen PMPTK (2008:4-7), terdapat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang menjelaskan bahwa Standar


(18)

1. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:

a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang

pengembangan yang diampu.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3. Kompetensi Sosial

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang

menyenangkan. Kriteria kinerja guru yang harus dilakukan adalah:

a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.


(19)

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi atau kemampuan profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek:

a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan

tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran.

b. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat.

c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan.

d. Dalam hal evaluasi, secara teoritik dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya.

Menurut Veithzal dan Ahmad Fawzi yang dikutip oleh Susanti (2010)

kinerja mempunyai empat aspek, yaitu : 1) kemampuan; 2) penerimaan tujuan sekolah; 3) tingkatan tujuan yang ingin dicapai; 4) interaksi antara tujuan dan kemampuan para karyawan (guru) dalam sekolah, dimana masing-masing elemen berpengaruh terhadap kinerja seseorang.

Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, guru dalam melaksanakan tugasnya perlu memiliki tiga kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai. Menurut Yuliani Indrawati (2006) tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru sebagai berikut:

1. Kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang, suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal yang bersifat psikis sperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin, kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional. 2. Kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disipilin, memiliki

dedikasi, tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil, pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik.

3. Kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) yang meliputi sepuluh kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam


(20)

kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas,

menggunakan media dan sumber, menguasai landasan-landasan

kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pendidikan, mengenal fungsi, dan program bimbingan penyuluhan, mengenal, menyelenggarakan administrasi sekolah,

memahami prinsip, dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar.

Indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur. Dalam menetapkan indikator kinerja, harus dapat didefinisikan suatu bentuk pengukuran yang akan menilai hasil atau outcome yang diperoleh dari aktivitas yang dilaksanakan. Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan guru dari hari ke hari membuat kemajuan demi tujuan dan sasaran dalam rencana strategis.

Menurut Veithzal dan Ahmad Fawzi yang dikutip oleh Susanti (2010), hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengukur kinerja adalah sebagai berikut: a. Penetapan indikator kinerja, dengan memperhatikan:

1. Karakteristik indikator kinerja yang baik, yaitu;

a. Terikat pada tujuan program dan menggambarkan pencapaian hasil; b. Pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas;

c. Terpusat pada hal-hal vital dan penting bagi pengambilan keputusan; d. Terbatas terkait dengan sistem pertanggungjawaban yang melibatkan

hasil.

2. Pertimbangan utama penetapannya bahwa indikator kinerja harus: a. Menggambarkan hasil atau usaha pencapaian hasil;

b. Merupakan indikator di dalam wewenangnya; c. Mempunyai dampak negatif yang rendah;

d. Digunakan untuk menghilangkan insentif yang sudah ada;

e. Ada pengganti atau manfaat yang lebih besar jika menghilangkan insentif.

Selain itu, menurut E. Mulyasa, (2007:9) ada tujuh indikator yang

menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar (teaching), yaitu : a) rendahnya pemahaman tentang strategi


(21)

pembelajaran; b) kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas; c) rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas

(classroom action reserach); d) rendahnya motivasi berprestasi; e) kurang disiplin; f) rendahnya komitmen profesi; g) rendahnya kemampuan manajemen waktu.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil atau prestasi kerja seorang guru baik secara kualitas maupun kuantitas, yang dapat kita lihat dari tanggung jawab nya mengerjakan tugas yang diberikan

kepadanya. Kinerja akan bergantung pada perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya. Untuk mencapai produktivitas sekolah secara maksimum, sekolah harus menjamin dipilihnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan bagi guru untuk bekerja optimal.

Kinerja guru diangkat sebagai sebuah masalah pokok dalam penelitian ini berkaitan dengan kemampuan yang harus dimiliki guru baik secara kualitas dan kuantitas. Sebagai contohnya, guru sering tidak hadir tepat waktu dan sering tidak masuk, guru sering meninggalkan kelas sewaktu mengajar, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru sering mengumpul tidak tepat waktu, dalam mengajar guru tidak optimal dalam menggunakan media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan sering tidak menarik. Hal-hal terseebut menggambarkan bahwa rendahnya kinerja guru yang ada di sekolah ini.


(22)

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam suatu organisasi, pemimpin adalah suatu unsur terpenting, karena seorang pemimpin memiliki daya kemampuan mempengaruhi dan

menggerakkan manusia lainnya dalam rangka pengelolaan organisasi. Oleh sebab itu, kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci utama untuk menjadi seorang manajer yang efektif.

Menurut Hasibuan (2009:169-170), menjelaskan definisi pemimpin dan kepemimpinan, sebagai berikut:

a. Pemimpin, adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi.

b. Kepemimpinan, adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian jelas ada perbedaan antar pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin adalah orang yang melakukan proses dalam memimpin sedangkan kepemimpinan adalah proses yang terjadi pada saat memimpin tersebut.

Ada beberapa pendapat mengenai arti kepemimpinan D.E. Macfarland (1978), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. J.M. Pfifner (1980) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah seni mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan Oteng Sutisna (1983) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan


(23)

mengambil inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan prosedur baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu membangkitkan kerja sama ke arah tecapainya tujuan.

(Sudarwan Danim , 2006: 204)

Menurut Koontz, O’Donnel dan Weicrich, (Wahjusumidjo, 2005:103) di dalam bukunya yang berjudul Management, kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya untuk melakukan kerja sama melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Sementara itu, G.R. TERRY (Winardi, 2000:62-68) dalam bukunya

Principles of Management” mengemukakan 8 (delapan) buah teori kepemimpinan sebagai berikut:

1. Teori Otokratis

Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin otokratis menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi di antara mana, disiplin adalah faktor terpenting.

2. Teori Psikologis

Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja ke arah pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka.


(24)

3. Teori Sosiologis

Kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antar para pengikut. Usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang hingga timbulnya konflik yang merusak di dalam atau dia antara kelompok-kelompok. Dalam situasi ini, pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara para pengikutnya.

4. Teori suportif

Dalam teori ini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka.

5. Teori “Lissez Faire

Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka. Pemimpin tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukannya maka partisipasi tersebut hampir tidak berarti.

6. Teori prilaku pribadi

Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi olehnya. Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena ia beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk menghadapi suatu problem tertentu.

7. Teori sosial/sifat

Sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin dapat disebut: Intelegensi, inisiatif, energi atau rangsangan, kedewasaan emosional, persuasif, skill komunikatif, kepercayaan pada diri sendiri, perseptif, kreativitas, partisipasi sosial.

8. Teori situasi

Teori ini menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi.

Sementara itu menurut Suko Susilo (2005:91-92), perilaku kepemimpinan yang memiliki kecenderungan orientasi pada pelaksanaan tugas-tugas dan produktivitas kelompok melakukan sejumlah kegiatan yang antara lain: 1. Initiating

Initiating atau memulai adalah kegiatan mengambil inisiatif untuk segera melakukan pergerakan pengerjaan tugas-tugas tertentu.


(25)

2. Regulating

Merupakan perilaku pemimpin dalam aktivitas kepemimpinannya dengan membuat aturan yang jelas untuk mengatur arah dan langkah-langkah kegiatan di dalam kelompok.

3. Informing

Kegiatan memberi informasi tentang data dan fakta-fakta serta pendapat-pendapat kepada anggota kelompok kemudian meminta dari mereka informasi yang diperlukan.

4. Suporting

Tindakan pemimpin ini terkait dengan usaha untuk menerima gagasan, pendapat dan usul dari anggota kelompok dan menyempurnakannya dengan menambah atau menguranginya untuk digunakan dalam rangka penyelesaian tugas bersama.

5. Evaluating

Tindakan untuk melakukan penilaian-penilaian, juga menguji gagasan yang muncul serta cara kerja yang diambil dengan menunjukkan sejumlah konsekuensi yang menyertainya.

6. Summarizing

Kegiatan untuk mengumpulkan dan merumuskan gagasan, pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu menyimpulkan sebagai landasan untuk tindakan selanjutnya.

Menurut Wahjosumidjo (2005:83), sekolah yang merupakan organisasi juga memerlukan seorang pemimpin, dalam hal ini kepala sekolah, yang amat sangat berperan, baik dari pihak guru, murid, maupun warga sekolah lainnya.

Kata ‘kepala’ dapat diartikan ‘ketua’ atau ‘pemimpin’ dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedang ‘sekolah’ adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Menurut Sudarwan Danim (2006:205-206) dalam menjalankan fungsi


(26)

berikut: 1) Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Memiliki

intelegensi yang tinggi; 3) Memiliki fisik yang kuat; 4) Berpengetahuan luas; 5) Percaya dir; 6) Dapat menjadi anggota kelompok; 7) Adil dan bijaksana; 8) Tegas dan berinisiatif; 9) Berkapasitas membuat keputusan; 10) Memiliki kestabilan emosi; 11) Sehat jasmani dan rohani; 12) Bersikap prospektif.

Hick juga mengemukakan pendapat (Wahjusumidjo, 2005:106), bahwa kepala sekolah adalah sebagai seorang pemimpin yang seharusnya dalam melakukan praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan

mempratekkan delapan fungsi (leadership function), yaitu: adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan organisasi, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman,sebagai wakil orang, sumber inspirasi, dan bersedia menghargai.

Menurut Sudarwan Danim (2006 : 212-214), kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan menjadi persyaratan utama dalam

manajemen sekolah. Meski begitu, sebagai “manusia biasa” perilaku kepala

sekolah dalam memimpin sekolahnya akan beragam karena faktor-faktor kontekstual, kondisi kelompok subjek yang dipimpin, dan faktor individual kepala sekolah itu sendiri. Bertolak dari perilaku pemimpin dalam

sekelompok manusia organisasional, kita dapat mengelompokkan

kepemimpinan seseorang dalam tipe-tipe tertentu yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Tipe-tipe kepemimpinan tersebut adalah:

1. Pemimpin Otokratik

Pemimpin otokratik berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras,


(27)

tertib, dan tidak boleh dibantah. Sikapnya senantiasa mau menang sendiri, tertutup terhadap ide dari luar, dan hanya idenya yang dianggap akurat. 2. Pemimpin Demokratis

Pimpinan yang demokratis berusaha lebih banyak melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan. Kepemimpinan ini dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai. Interaksi yang dinamis dimaksudkan bahwa pimpinan mendelegasikan tugas dan memberikan kepercayaan kepada yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang bermutu secara kuantitatif. 3. Pemimpin Permisif

Pemimpin permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh, terlalu banyak mengambil muka dengan dalih untuk mengenakkan individu yang dihadapinya. Dia memberikan kebebasan kepada manusia organisasional. Bawahan tidak mempunyai pegangan yang jelas, informasi diterima simpang siur dan tidak konsisten.

Menurut Wahjosumidjo, (2005:119-121), kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu perwujudan kepemimpinan nasional , yaitu kepemimpinan Pancasila, satu potensi atau kekuatan yang mampu memberdayakan segala daya sumber masyarakat dan lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila mencapai tujuan nasional, dalam situasi tertentu. Oleh sebab itu,

kepemimpinan kepala sekolah sebagai salah satu pelaksanaan kepemimpinan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, harus

mencerminkan diwujudkannya kepemimpinan Pancasila yang memiliki watak dan berbudi luhur:

a. Pola pikir

Berorientasi jauh ke depan; pola piker ilmiah, efisiensi dan efektif; dan keterbukaan.

b. Asas

Kebersamaan atau integralistik; kekeluargaan dan gotong royong; persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan; selaras, serasi dan seimbang. c. Watak dan kepribadian yang utuh;

1. Trilogi kepemimpinan Pancasila: ing ngarsa sung tulodo; ing madia mangun karsa; tut wuri handayani.


(28)

d. Dua belas sifat-sifat kepemimpinan:

Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; ing ngarsa sung tulodo; ing madia mangun karsa; tut wuri handayani; waspada; purba wisesa; ambeg paramarta; prasaja; satia; hemat, terbuka; legawa dan kesatria. e. Sikap dan perilaku:

1. Sikap konsisten

2. Perilaku yang selalu berorientasi kepada butir-butir nilai-nilai sila Pancasila.

Berdasarkan beberapa uraian tentang kepemimpinan sekolah di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan hendaknya hendaknya memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan dapat dijadikan contoh bagi warga sekolah itu sendiri. Hal ini diharapkan agar di dalam sekolah tercipta hubungan yang baik antar guru, karyawan dan siswa. Para warga sekolah pun akan semangat dalam mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, termasuk para guru yang akan terus berusaha meningkatkan kinerja mereka.

Kepemimpinan kepala sekolah diharapkan dapat terwujud sebagai kepemimpinan yang mampu menggerakkan dan mendorong guru dalam melaksnakan tugasnya demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi di sekolah ini. Kepala sekolah tidak mampu memimpin dengan baik dan tidak mampu menggerakkan para guru untuk terus

bersemangat melaksanakan pekerjaan mereka. Banyak guru yang mengeluh tentang bagaimana cara kepala sekolah dalam memimpin sekolah ini. Sebagai contohnya, guru yang sering tidak masuk tidak ditegur oleh kepala sekolah, kepala sekolah tidak tegas dalam menegakkan tata tertib sekolah, kepala sekolah tidak memiliki kemampuan mengajar dengan baik, kepala sekolah tidak mampu mengatasi perselisihan antar guru di sekolah. Hal-hal ini lah


(29)

yang melatar belakangi diangkatnya variabel tentang kepemimpinan kepala sekolah.

3. Program Pengajaran

Salah satu penunjang terciptanya kinerja guru yang baik adalah

menyelesaikan program pengajaran dengan baik dan tepat waktu. Program pengajaran berkenaan dengan kegiatan bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar dan program pengajaran merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kurikukum dan satuan pendidikan di sekolah.

Menurut Ahmad Rohani (2004:68-69), pengajaran merupakan totalitas aktivitas belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi. Dari evaluasi ini diteruskan dengan follow up. Pengajaran sebagai kegiatan yang mencakup semua / meliputi, yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry-behaviour peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberikan informasi, bertanya, menilai, dsb)

Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996:50), kegiatan pengajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Suatu kegiatan yang direncanakan atau kegiatan berencana menyangkut tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, demikian hal nya juga dengan pengajaran. Pengajaran dilaksanakan secara berkala, dapat mencakup jangka waktu yang cukup panjang, atau waktu yang pendek. Apakah suatu


(30)

pengajaran berjangka waktu lama atau singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu program kerja pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran.

Program pengajaran merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kurikulum dan suatu pendidikan di sekolah. Program pengajaran sangat besar peranan nya dalam pembinaan pembelajaran, perkembangan semangat kerja, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana pekerjaan yang menyenangkan dan perkembangan mutu program pengajaran banyak ditentukan oleh kualitas pembelajaran yang

dilangsungkan.

Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996:51), program pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum, sedangkan dalam pengertian umum program pengajaran adalah seperangkat alat media dalam pelaksanaan pembelajaran yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Penyusunan program pengajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996 : 63), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan program pengajaran, yaitu:

1. Kurikulum

Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum terutama


(31)

GBPP-nya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut.

2. Kondisi Sekolah

Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama tersedianya sarana dan prasarana, dan alat bantu pelajaran. Sarana-sarana dan alat bantu pelajaran ini menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar siswa.

3. Kemampuan dan perkembangan siswa

Dalam menyusun atau merencanakan program pengajaran komponen siswa juga perlu mendapat perhatian. Agar bahan dan cara belajar sesuai dengan kondisi siswa, maka penyusunan skenario/program pengajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Begitu pula dalam hal keluasan dan kedalaman bahan ajaran.

4. Keadaan guru

Guru dituntut unuk memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan dengan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Saat ia memiliki kekurangan, ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan dirinya.

Oleh sebab itu betapa pentingnya pembinaan program pengajaran ini sebagai suatu usaha memperbaiki program pengajaran untuk dipahami oleh setiap guru maupun kepala sekolah. Dengan mengetahui dan memahami tahap-tahap proses perbaikan pengajaran akan membantu para guru untuk

mengembangkan dan melaksanakan pembinaan program pengajaran.

Menurut Wahjusumidjo (2005:207), ada empat fase proses pembinaan pengajaran yaitu sebagai berikut:

a. Penilaian sasaran program (assessing program objectives), dalam fase ini perlu diuji keadaan program pengajaran dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan mereka belajar.

b. Merencanakan perbaikan program (planning program improvement), dalam tahap ini perlu dibentuk struktur yang tepat, mengusahakan dan memanfaatkan informasi, serta mengadakan spesifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk program.

c. Melaksanakan perubahan program (inplementing program change), Fase ini termasuk untuk memotivasi para guru, pustakawan, laboran, dan para tenaga administrasi, membantu program pengajaran, dan melibatkan masyarakat.


(32)

d. Evaluasi perubahan program (evolution of program change constitutes), dalam fase ini perlu perhatian untuk merencanakan evaluasi dan

penggunaan alat ukur yang tepat untuk hasil pengajaran.

Program pengajaran yang mencakup susunan mata pelajaran, penjatahan waktu, dan penyebaran di setiap kelas dan satuan pendidikan secara singkat, Wahjusumidjo (2005:209-221) menjelaskan nya sebagai berikut:

1. Isi Program Pengajaran

Kurikulum pendidikan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

2. Susunan Program Pengajaran a. Program kurikuler

b. Program ekstrakurikuler 3. Pelaksanaan

Pelaksanaan pendidikan dapat diuraikan melalui berbagai sudut pandang waktu belajar, sistem guru, perencanaan kegiatan belajar mengajar, sistem pengajaran bimbingan belajar dan karir, dan tahap pelaksanaan kurikulum. 4. Penilaian

a. Penilaian kegiatan dan kemauan belajar

Penilaian ini merupakan upaya pengumpulan informasi tentang kemajuan siswa.

b. Penilaian hasil belajar

Upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai siswa pada akhir setiap catur wulan, akhir tahun ajaran, atau akhir pendidikan.

5. Pengembangan Kurikulum

a. Tingkat nasional

Mencakup penyesuaian isi, bahan pelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi dan kesenian sesuai dengan jenjang dan satuan pendidikan.

b. Tingkatan daerah

Berdasarkan pendapat di atas, diharapkan para guru dan kepala sekolah beserta staf lainnya bisa memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan pengajaran, sehingga para guru dan kepala sekolah mampu untuk


(33)

melaksanakan pembinaan aspek-aspek program pengajaran tersebut secara lebih baik sesuai dengan tuntutan ilmu dan teknologi, keinginan-keinginan masyarakat serta minat dan bakat yang ada pada para siswa.

.

Menurut Gon Vilany (2010), untuk menjamin efektivitas program pengajaran, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan, caturwulan dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Prinsip yang harus diperhatikan oleh para

pengelola program pengajaran:

1. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional tujuan, makin mudah terlihat dan makin tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.

2. Program yang dilaksanakan haruslah sederhana dan fleksibel.

3. Program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

4. Program dikembangkan harus menyeluruh dan harus jelas pencapaiannya. 5. Adanya koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah.

Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Pengajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistematik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling

bergantung, dan berkesinambungan . untuk itu diperlukan program

pengajaran yang baik dan sistematis, agar proses dalam pengajaran itu sendiri dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dan hal ini berpengaruh terhadap


(34)

kinerja seorang guru dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepada nya.

Di sekolah ini, program pengajaran tidak disusun secara baik dan tepat waktu. Program pengajaran diharapkan dapat membantu guru agar dapat

melaksanakan pelaksanaan pembelajaran dengan baik, akan tetapi banyak guru yang tidak mengikuti apa yang sudah direncanakan dalam program pengajaran tersebut. Sering tidak masuk dan kurang optimal dalam penggunaan media maupun metode mengajar, merupakan salah satu penyebab program pengajaran tidak berjalan dengan baik. Selain itu dalam pengumpulan silabus dan RPP, beberapa guru mengumpulnya tidak tapat waktu, sehingga terlihat seperti kejar-kejaran antara perencanaan pengajaran dengan waktu mengajar nya, bahkan saat pembuatan RPP ada yang tidak membuat nya sendiri tetapi menyusruh orang lain untuk membuatnya. Hal ini lah yang melatar belakangi mengapa variabel program pengajaran dijadikan masalah dalam penelitian ini.

4. Lingkungan Kerja Guru

Lingkungan kerja guru merupakan suatu alat ukur yang akan berpengaruh terhadap kinerja guru. Dengan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih giat. Terciptanya lingkungan kerja yang kondusif, perlu dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya kelengkapan sarana dan prasarana, akan tetapi hubungan antar warga sekolah juga merupakan penunjang terciptanya lingkungan kerja guru yang kondusif.


(35)

Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam M. Ngalim Purwanto (2007: 72) dalam mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen.

Sementara itu menurut Dalyono dalam Sutirto (2008) mengatakan bahwa lingkungan adalah segala pengaruh langsung dan tidak langsung yang bekerja pada manusia dari luar meliputi isinya yang dihayati dan yang tidak kelihatan dari ruangan, iklim, dll.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, yang dapat memberikan pengaruh dalam bertindak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, lingkungan di sekitar sangat penting untuk diperhatikan, dalam hal ini khususnya lingkungan tempat kita bekerja. Lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap jalannya suatu sistem kerja yang baik di dalam sebuah tempat, termasuk di sekolah.

B.N. Marbun, (2003:15) mengatakan bahwa lingkungan kerja adalah semua faktor fisik, psikologis, sosial dan jaringan yang berlaku dalam organisasi dan berpengaruh terhadap karyawan.

Menurut Puji Rahayu (2009:15), lingkungan kerja merupakan suatu situasi dimana karyawan tersebut bekerja. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi


(36)

sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan

kegiatan secara optimal, sehat dan nyaman. Lebih jauh lagi lingkungan kerja yang kurang baik dapat tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Lingkungan kerja yang baik sangat membantu dalam proses pencapaian tujuan dalam organisasi.

Gouzali Saydam (1997: 149) juga mengemukakan pendapat bahwa lingkungan kerja adalah lingkungan yang ada di sekitar tempat bekerjanya seorang pegawai atau karyawan dalam suatu kantor atau perusahaan.

Lingkungan ini tidak hanya berupa tempat fisik yang terdiri dari meja kursi, almari serta peralatan kerja saja, tetapi mencakup hal yang lebih luas lagi. Di dalam lingkungan kerja juga terdapat hubungan kerja antara orang-orang yang ada dalam ruangan itu, baik antara rekan sekerja, antara bawahan dan atasan, bahkan juga sistem dan prosedur serta tata aturan yang berlaku di tempat tersebut, semuanya ikut mempengaruhi lingkungan kerja. Oleh sebab itu, bila manajemen ingin menciptakan lingkungan kerja yang

menyenangkan, maka penataan itu akan meliputi ruang secara fisik, peralatan kerja, juga sistem, tata aturan dan prosedur kerja harus ditetapkan sehingga dapat menimbulkan gairah kerja bagi karyawan.

Menurut Sutirto (2008) lingkungan kerja fisik meliputi: “Bagaimana segala sesuatu yang berada di lingkungan dapat mempengaruhi kepala sekolah dan warga sekolah lainnya di dalam melaksanakan tugas-tugasnya, seperti kebersihan, penerangan atau cahaya, suara, tata ruang, udara atau ventilasi,


(37)

tempat kerja, kebisingan dan tata warna di dalam rangka untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien”

Lingkungan kerja non fisik menurut As’ad (1995:21) adalah hubungan antar karyawan termasuk dalam lingkungan kerja. Dalam hubungan antar karyawan dalam suatu organisasi kerja ini akan menciptkan suasana di dalam karyawan satu dan yang lainnya saling memprngaruhi, begitu juga interaksi karyawan dan pemimpin akan menciptakan suatu suasana yang mungkin diinginkan dan tidak diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Menurut Supardi yang dikutip oleh Sutirto (2008), manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebab bila tidak ada keseimbangan akan

menimbulkan kelebihan bagi tenaga kerja yang akan menyebabkan ganguan pada daya bagi tenaga kerja. Untuk itu, untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, perlu adanya usaha-usaha untuk mencapai suasana lingkungan yang baik. Usaha-usaha ini antara lain: a) menempatkan seseorang sesuai dengan keahlian seseorang; b) hubungan kerja yang harmonis antara bawahan dan atasan; c) penyediaan fasilitas yang cukup serta memadai, seperti kesehatan, keselmatan kerja, sarana pekerjaan, rekreasi dan lain-lain.

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila


(38)

manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. (Sedarmayanti dalam Intanghina 2008)

Sementara itu menurut Agus Ahyari yang dikutip Eka Rizki Andika (2008) menyebutkan bahwa untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik, perusahaan harus menyediakan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya pelayanan terhadap karyawan oleh perusahaan, seperti pelayanan ruang makan, pelayanan kesehatan, penyediaan kamar mandi dan kamar kecil.

2. Kondisi kerja seperti penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang dipelukan serta keamanan kerja dalam

perusahaan.

3. Hubungan antara karyawan dan pimpinan, maksudnya karyawan sebagai individu memerlukan adanya komunikasi antara pimpinan dan bawahan serta hubungan yang baik diantara semua karyawan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suasana lingkungan kerja adalah kondisi atau keadaan dalam lingkungan kerja, baik dalam arti fisik maupun psikis yang mempengaruhi suasana hati orang yang bekerja, yang mencakup dalam beberapa indikator yaitu : fasilitas kerja tata ruang, kenyamanan, hubungan dengan teman sejawat dan kebebasan berkreasi. Lingkungan kerja secara tidak langsung berperan dalam pencapaian kinerja guru, karena lingkungan kerja mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan hasil kerja nya.

Ada beberapa masalah yang terjadi pada lingkungan kerja di sekolah ini sehingga variabel lingkungan kerja guru diangkat menjadi salah satu masalah dalam penelitian ini. Sebagai contoh, fasilitas seperti LCD dan komputer


(39)

tidak diberikan pada semua kelas dikarenakan ada beberapa kelas yng menggunakan gedung bersama dengan anak-anak SMK Muhammadiyah 2, sehingga metode yang digunakan pun akhirnya berbeda dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kenyamanan di dalam kelas pun tidak merata karena hanya beberapa kelas saja yang diberi AC, sedangkan kelas lain tidak. Selain itu, beberapa guru memiliki hubungan yang kurang harmonis dan hal ini diketahui oleh para siswa sehingga memberikan contoh yang kurang baik pada siswa. Lingkungan sekolah yang bercampur menjadi satu, mulai dari TK hingga perguruan tinggi, juga membuat pembelajaran menjadi kurang maksimal. Jam pelajaran menjadi tidak maksimal karena gedung sekolah dipakai secara bergantian, banyak siswa yang yang kabur dari sekolah dan tidak ketahuan, serta tidak diperoleh suasana yang tenang untuk belajar. Beberapa faktor inilah yang dijadikan alasan mengapa lingkungan kerja guru menjadi masalah yang dapat mempengaruhi kinerja guru.

5. Penelitian yang Relevan

Studi atau penelitian yang sejenis dengan pokok masalah yang dihadapkan dalam skripsi ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Oleh karena itu pada bagian ini dilengkapi beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini, antara lain:


(40)

Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan

Tahun Nama Judul Skripsi Kesimpulan

2006 Mutaminah Retno

Utami

Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP N 8 Semarang Ada Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP N 8 Semarang

2009 Patmi Rohaida Pengaruh Persepsi Guru

Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Program Pengajaran, dan Lingkungan Kerja Guru Terhadap

Semangat Kerja Guru pada SMK N 1 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2008/2009 Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Program Pengajaran, dan Lingkungan Kerja Guru Terhadap Semangat Kerja Guru pada SMK N 1 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2008/2009

2009 Febi Lestari Pengaruh Masa Kerja,

Lingkungan Kerja, dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK N 1 Bandar Lampung. Ada Pengaruh Masa Kerja, Lingkungan Kerja, dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK N 1 Bandar

Lampung Pada SMA 1 Teluk Betung Tahun Pelajaran 2008/2009


(41)

B. Kerangka Pikir

Kinerja guru merupakan hasil atau prestasi kerja yang dicapai oleh seorang guru baik secara kualiatas maupun kuantitas. Ukuran dari kinerja guru terlihat dari berbagai kemampuan yang dimiliki guru tersebut, yaitu kemampuan pribadi, kemampuan professional, kemampuan sosial, dan kemampuan pedagogik. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan kinerja guru. Kepala sekolah merupakan seorang tenaga fungsional guru yang ditunjuk untuk mengelola tenga kependidikan yang ada di sekolah. Termasuk dalam meningkatkan kinerja guru. Dalam memimpin, kepala sekolah diharuskan mempunyai sifat-sifat dan

keterampilan-keterampilan yang baik dalam mengelola sekolah. Sifat dan keterampilan inilah yang akan ia bawa dalam melakukan pembinaan terhadap seluruh warga sekolah, dalam hal ini khususnya guru. Jika kepala sekolah melakukan kepemimpinan nya dengan baik, maka secara langsung guru pun akan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja nya.

Di sisi lain, program pengajaran juga tidak kalah penting sebagai salah satu faktor untuk melihat kinerja guru. Salah satu kegiatan terpenting yang

dilakukan oleh guru adalah kegiatan pengajaran. Pengajaran merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan, di mana di dalam nya terdapat aktivitas pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Dikarenakan kegiatan pengajaran ini berlangsung lama, maka guru membutuhan suatu program kerja yang disebut program pengajaran. Program pengajaran merupakan rencana kegiatan yang digunakan guru sebagai panduan dalam


(42)

melaksanakan kegiatan pembelajaran. seorang guru harus membuat program pengajaran nya dengan tepat dan benar, agar pelaksanaan pembelajaran lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.

Selain itu, lingkungan kerja juga berperan dalam pencapaian kinerja guru yang berkualitas. Lingkungan kerja mempunyai peranan penting karena lingkungan kerja mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan hasil kerjanya. Lingkungan kerja yang baik dan nyaman akan

menyebabkan guru bekerja dengan baik dan bersemangat. Sehingga hasil yang diperoleh pun dapat optimal.

Jika kepala sekolah melakukan kepemimpinan nya dengan baik, guru mengerjakan dan melaksanakan program pengajaran nya dengan tepat dan benar, kemudian didukung oleh lingkungan kerja yang nyaman, maka guru dapat mencapai kinerja nya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Bertolak dari pemikiran di atas, untuk memperjelas pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru dapat dilihat pada paradigma berikut


(43)

Gambar 1. Paradigma pengaruh variabel independen kepemimpinan kepala sekolah(X1), program pengajaran (X2), dan

lingkungan kerja guru (X3) terhadap variabel dependen kinerja guru (Y).

Kepemimpinan r1 Kepala Sekolah

(X1)

Program Pengajaran R r2 Kinerja Guru (X2) (Y)

Lingkungan Kerja (X3)

r3

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Ada pengaruh program pengajaran terhadap kinerja guru pada SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Ada pengaruh lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA


(44)

4. Ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.


(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas beberapa hal mengenai: metode penelitian, populasi dan sampel dalam penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional variabel. Selain itu juga akan dijelaskan secara rinci mengenai teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrumen, uji persyaratan analisis data, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis. Pembahasan pada bagian ini akan diawali dengan metode penelitian.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dngan pendekatan ex post facto dan survey. Menurut Moh. Nazir (2005:63), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiranataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

penelitian ini merupakan verifikatif yaitu untuk menentukan tingkatpengaruh variabel-variabel dalam suatu kondisi.

Menurut Moh. Nazir (2005:73), penelitian ex post facto adalah penyelidikan secara empiris yang sistematik, dimana peneliti tidak mempunyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas (independent variables) karena manifestasi fenomena telah terjadi atau karena fenomena sukar


(46)

dimanipulasikan, sedangkan menurut Moh. Nazir dalam Basrowi dan Ahmad Kasinu (2007:135), penelitian survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari sekelompok atau suatu daerah.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya penelitian ini tergolong penelitian assosiatif yaitu suatu metode dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2010: 57). Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru terhadap kinerja guru.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 48 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:131).

Menurut Arikunto (2007:130), apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi. Dengan demikian, penelitian ini adalah penelitian populasi karena jumlah populasinya


(47)

48 orang dan semuanya dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, dengan jenis sampling jenuh, yaitu penentuan sampel dari semua populasi. (Sugiyono,2005:129)

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu:

1. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kepemimpinan kepala sekolah

 

1 , program pengajaran

 

2 , dan lingkungan kerja guru

 

3 .

2. Variabel dependen yaitu variabel yaang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja guru (Y).

D. Definisi Konseptual Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan konstrak dengan cara melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang


(48)

ditunjukkan oleh konsep dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang dapat diamati dan diukur (Basrowi dan Ahmad Kasinu, 2007:179).

Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel dependen.

1. Kepemimpinan kepala sekolah diartikan sebagai kemampuan seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mutaminah Retno Utami, 2006:32).

2. Program pengajaran adalah suatu rencana pengajaran sebagai panduan dalam melaksanakan pengajaran.

3. Lingkungan kerja guru diartikan sebagai keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok (Sedarmayanti, 2001:1).

4. Kinerja guru diartikan sebagai kemampuan guru baik secara kualitas maupun kuantitas yang mencakup 4 hal, yakni, kemampuan pribadi, kemampuan professional, kemampuan sosial, dan kemampuan pedagogik (PP RI No. 19 Tahun 2005).

2. Definisi Operasional Variabel

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1): Cara pengukuran instrument untuk Kepemimpinan Kepala Sekolah dikaitkan dengan beberapa indikator sebagai berikut:


(49)

1. Kemampuan:

a. Datang Tepat waktu b. Membagi materi

c. Memberikan SK mengajar d. Adil membagi jam mengajar e. Memiliki kemampuan mengajar 2. Memimpin:

a. Menasehati guru b. Contoh yang positif c. Mengajar di kelas d. Memberikan tunjangan e. Membuat program kerja 3. Menggerakkan:

a. Menegakkan tata tertib sekolah b. Menerima keluhan guru dan siswa c. Mengatasi keluhan guru dan siswa d. Mengawasi ekstrakurikuler

e. Menunjuk guru membimbing ekstrakurikuler 4. Tujuan:

a. Mampu mengatasi perselisihan b. Berkomunikasi dengan wali murid c. Buku penghubung kepada wali murid d. Rapat pembagian kerja di awal semester e. Rapat di akhir semester


(50)

Program Pengajaran (X2): 1. Rencana pengajaran

a. Membuat portofolio b. Menyusun silabus c. Menyusun RPP

d. Menyusun soal kuis, mid, UAS

e. Memberi penjelasan buku teks yang dipakai f. Metode mengajar

g. Model pembelajaran h. Jadwal mengajar 2. Pelaksanaan pengajaran:

a. Membagikan hasil ujian b. Mengumumkan hasil mengajar c. Uji blok diakhir pokok bahasan

d. Remedial bagi siswa yang sulit belajar e. Tugas dalam satu pelajaran

f. Materi ujian sesuai dengan yang diajarkan. g. Soal-soal latihan untuk di rumah

h. Soal tanya jawab di kelas

i. Menanyakan materi yang sulit dipahami j. Mengulang materi yang sulit dipahami.

k. Program kerja sesuai kalender akademik di sekolah l. Penilaian prestasi siswa


(51)

1. Alat perkakas dan bahan a. Lokasi strategis

b. Gedung sekolah sesuai

c. Ruang guru di lokasi yang sama c. Taman terpelihara

d. Fasilitas parkir e. LCD

f. Buku tulis 2. Lingkungan sekitar

a. Guru dan siswa saling membutuhkan b. Laboratorium

c. Buku pegangan guru tersedia di perpustakaan d. Media belajar dibuat atas biaya BOS

e. Tata tertib dipatuhi 3. Metode kerja

a. Guru saling memberi informasi b. Guru saling menghormati c. Olahraga bersama

d. Guru mencintai pekerjaannya e. Ventilasi yang baik

4. Pengaturan Kerja a. Mengikuti PLPG

b. Jumlah jam kerja sesuai aturan c. Kurikulum KTSP


(52)

Kinerja Guru (Y): 1. Kemampuan pribadi

a. Hadir tepat waktu

b. Berada di kelas saat materi disampaikan.

c. Menyelesaikan tugas administrasi yang dibebankan d. Selalu ada saat siswa membutuhkan

2. Kemampuan Professional

a. Mengikuti penataran mata pelajaran b. Menyelesaikan tugas yang diberikan c. Membantu teman saat tidak hadir

d. Kurang Jam mengajar dialihkan ke mata pelajaran lain e. Berhak mendapat honor

3. Kemampuan sosial

a. Mengetahui siswa yang sulit belajar b. Mengetahui siswa yang mentalnya lemah c. Mengarahkan siswa yang terbelakang d. Berkomunikasi dengan wali murid

e. Mengumumkan informasi prestasi sekolah 4. Kemampuan pedagogik

a. Menemukan model dan metode pembelajaran yang baik

b. Membicarakan gagasan baru tentang kebaikan PBM dalam rapat guru c. Kehadiran guru mempengaruhi suasana kondusif

d. Pengelolaan hasil belajar yang transparan


(53)

f. Keunggulan prestasi anak

Tabel 3. Rincian Variabel Indikator, Sub Indikator, dan Pengukuran Variabel

Variabel Sub Indikator Indikator Skala

Pengukuran Keterangan Kepemimpi nan Kepala Sekolah Kemampuan Memimpin Menggerakka n Tujuan

Datang tepat waktu.

Membagi materi.

Memberikan SK

mengajar Adil membagi

jam mengajar. Memiliki

kemampuan mengajar.

Menasehati guru. Contoh yang

positif. Mengajar di

kelas. Memberikan

tunjangan. Membuat

program kerja. Menegakkan tata

tertib sekolah. Menerima

keluhan guru dan siswa.

Mengatasi keluhan guru dan siswa.

Mengawasi ekstrakurikuler. Menunjuk guru

membimbing ekstrakurikuler.

Mampu

mengatasi perselisihan.

Ordinal Di


(54)

Berkomunikasi dengan wali murid. Buku penghubung kepada wali murid.

Rapat pembagian kerja di awal semester. Rapat di akhir

semester. Program Pengajaran Rencana pengajaran Pelaksanaan pengajaran Membuat portofolio. Menyusun silabus.

Menyusun RPP.

Menyusun soal kuis, mid, UAS. Memberi penjelasan buku teks yang dipakai. Metode mengajar. Model Pembelajaran. Jadwal mengajar. Membagikan

hasil ujian.

Mengumumkan

hasil mengajar. Uji blok di akhir

pokok bahasan. Remedial bagi

siswa yang sulit belajar.

Tugas dalam satu pelajaran.

Materi ujian sesuai dengan yang diajarkan. Soal-soal latihan

untuk di rumah. Soal tanya jawab

Ordinal Di


(55)

di kelas. Menanyakan

materi yang sulit dipahami. Mengulang

materi yang sulit dipahami. Program kerja

sesuai kalender akademik di sekolah.

Penilaian prestasi siswa. Lingkungan kerja guru Alat perkakas dan bahan Lingkungan sekitar Metode kerja

Lokasi strategis. Gedung sekolah

sesuai.

Ruang guru di lokasi yang sama. Taman

terpelihara. Fasilitas parkir.

LCD

Buku teks Guru dan siswa

saling

mmbutuhkan. Laboratorium. Buku pegangan

guru tersedia di perpustakaan. Media belajar di

buat atas biaya BOS

Tata tertib di patuhi Guru saling

memberi informasi. Guru saling

menghormati. Olahraga

bersama. Guru mencintai

pekerjaannya.

Ordinal Di


(56)

Pengaturan Kerja

Ventilasi yang baik.

Mengikuti PLPG Jumlah jam kerja

sesuai aturan. Kurikulum KTSP. Kinerja guru (Y) Kemampuan pribadi Kemampuan professional Kemampuan sosial

Hadir tepat waktu.

Berada di kelas saat materi disampaikan. Menyelesaikan tugas administrasi yang dibebankan. Selalu ada saat

siswa membutuhkan. Mengikuti penataran mata pelajaran. Menyelesaikan tugas yang diberikan.

Membantu teman saat tidak tidur. Kurang jam

mengajar di alihkan ke mata pelajaran lain. Berhak mendapat

honor. Mengetahui

siswa yang sulit belajar. Mengetahui siswa yang mentalnya lemah. Mengarahkan siswa yang terbelakang. Berkomunikasi

Ordinal Di


(57)

Kemampuan pedagogik.

dengan wali murid.

Mengumumkan

informasi prestasi sekolah.

Menemukan

model dan metode pembelajaran yang baik. Membicarakan

gagasan baru tentang kebaikan PBM dalam rapat guru.

Kehadiran guru mempengaruhi suasana kondusif. Pengelolaan hasil

belajar yang transparan. Kepemimpinan

kepala sekolah mendorong semangat kerja guru.

Keunggulan prestasi anak.

3. Pengukuran Variabel Penelitian

Sehubungan data dalam instrumen penelitian ini masih berbentuk ordinal, maka digunakan Methode of Sucsessive Internal (MSI), yaitu suatu metode yang digunakan untuk menaikkan atau mengubah tingkat pengukuran dari data ordinal menjadi data interval dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan

jawaban).

2. Berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya.

2. Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap kategori.


(58)

4. Masukkan nilai Z ke dalam rumus distribusi normal baku dengan rumus:

f z =

√ πexp

−z

5. Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui persamaan berikut:

����� = batas atas kumulatif − batas bawah kumulatifZ batas bawah − Z batas atas

6. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui persamaan: ��� � = 〱��� ���� + | ���� ���� | +

(hays, W, L, 1976, Quantification in Psychology, Prentice Hall, New Delhi) Penggunaan rumus MSI dari W.L. Hays ini dikarenakan jangkauan antara hasil MSI dan nilai data ordinal sebenarnya tidak terlalu jauh.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Ngalim Purwanto dalam Basrowi & Akhmad Kasinu, 2007:166). Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk mengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung kepada objek penelitian.

2. Interview (wawancara)

Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin


(59)

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2010:194).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi & Akhmad Kasinu, 2007:166). Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan data berupa arsip catatan mengenai jumlah guru, jumlah absensi, dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini. pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun 2009/2010.

4. Kuisioner

Kuisioner (angket) adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Tehnik

kuisioner ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, program pengajaran, dan lingkungan kerja guru serta kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010.

F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur secara tepat. Validitas Instrumen akan


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 8 Agustus 1988, sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari Ayahanda Adi Saputra, dan Ibunda Astiana.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh penulis adalah:

1. TK Budi Bhakti 2, diselesaikan pada tahun 1994

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Gunung Terang, diselesaikan pada tahun 2000 3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandar Lampung, diselesaikan pada

tahun 2003

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2006

Pada tahun 2006, penulis diterima di Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur SPMB. Pada tahun 2009, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, Penulis juga mengikuti organisasi intra maupun ekstra kampus, yakni:

1. HIMAPIS Periode 2007/2008 sebagai anggota Bidang BPOK Periode 2008/2009 sebagai Sekretaris Umum

2. BEM FKIP Periode 2008/2009 sebagai anggota Bidang Pengabdian Masyarakat.

3. HMI Periode 2008/2009 sebagai Wakil Sekretaris Umum Periode 2009/2010 sebagai Sekretaris Umum


(2)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Program Pengajaran dan Lingkungan Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Muhammadiyah 2 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M. Thoha B. S Jaya M. S, selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(3)

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 7. Bapak Drs. Samsi, M.S.i, selaku Pembimbing utama yang telah membimbing

dan menyumbangkan ilmu demi kesempurnaan skripsi ini;

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.S.i, selaku Pembimbing II sekaligus pembimbing akademik yang dengan sabar telah membimbing;

9. Bapak Drs. I Komang Winatha, M.Si, selaku pembahas dan penguji skripsi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi;

10. Bapak / Ibu dosen program studi pendidikan ekonomi yang selama ini telah dengan tulus membimbing dan mendidik penulis;

11. Bapak Dra. Iswani Sulaiman selaku kepala SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung serta seluruh staf dan pengajar SMA Muhammadiyah 2 Bandar lampung yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini; 12. Ayah dan bunda yang tercinta, pemberi semangat terbesar dalam hidupku,

yang tiada hentinya mendoakan kesuksesan ku.

13. My mom, Roosmari Hartini, inpirasi terbesar dalam hidupku, beserta

keluarga besarnya (Bapak Djoko, Mba Sari, Mba Ajeng). Gelar S.Pd ini dapat kuraih tak lepas dari dukungan kalian semua.

14. Adik-adikku, Sukma Karunia Esa, Santri Mulia Hati, Putri Setia Takwa, dan Ayu Anugrah. Kalian adalah pemberi motivasi terhebat dalam hidupku.


(4)

15. Uncu Eva dan Papi Kanzor, paman dan bibi terhebat yang pernah aku miliki. Terima kasih atas segala doa dan dukungannya .

16. Keluarga Bapak Arif Santoso, S.Pd, Ibu Nunung Jubaedah, Akbar Tanjung Abiyoso, S.Pd, dan Arini Nur Aini (adik sekaligus sahabat terbaik ku). Terima kasih atas segala doa dan dukungannya.

17. Keluarga besar Puan Mus. Terima Kasih atas segala dukungannya.

18. Sahabat terhebat dan terbaik dalam hidupku, Rismawati. Terima kasih telah mendukung dan mengerti setiap langkahku. Kesuksesan itu pasti bisa kita raih.

19. Teman-teman Pend. Ekonomi Reguler 2006, Rusmayanti, Misfi, Sanora, Suryana, Kukuh, Santi, Oktafia, Lely, Yulia, Ruguntina, Ulfi, Melphi, Aya, Resvi, dan yang lainnya yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

20. Teman-teman HMI dan HIMAPIS, Kak Ahmad, Bang Yudi, Desi Natalya, Desi Nofitasari, Aslamiah, dan yang lainnya yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

21. Teman-teman serta adik-adik tingkat satu bimbingan dengan ku, Yeyen Junitra, Wayan, Gultom, Yuli Ardhi dan Leli. Terima kasih telah berbagi ilmu dengan ku.

22. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung terciptanya skripsi ini. Terima kasih banyak.


(5)

Demikianlah semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua, amin. Akhir kata, dengan penuh ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Februari 2012


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

1. Nama : Senja Anggi Pertiwi

2. NPM : 0613031041

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP Unila

5.Alamat :Jl. Indra Bangsawan Gg. Ibrahim Rajabasa Bandar Lampung (Telp / HP) 087899970066

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012

Senja Anggi Pertiwi NPM. 0613031041


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

1 7 1

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PROGRAM PENGAJARAN, DAN LINGKUNGAN KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

1 10 89

PENGARUH PENGAWASAN, MASA KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

6 20 91

PENGARUH PENGAWASAN, MASA KERJA, DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 12

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, LINGKUNGAN KERJA DAN PEMAHAMAN GURU TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) TERHADAP KINERJA GURU PADA GURU SMP NEGERI 1 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 12

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

2 15 191

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

0 8 23

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI SEDERAJAT DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

0 15 84

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH, LINGKUNGAN KERJA, DAN MOTIVASI BERPRESTASI, TERHADAP KINERJA GURU SMK

0 2 11

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK BISNIS MANAJEMEN DI KABUPATEN KLATEN

1 15 18