Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial - DOCRPIJM 1504076183Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

BAB 8 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL RPI2JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial

  

untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang CiptaKarya terutama terhadap

lingkungan permukiman di perkotaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan

perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan

antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan

8.1. Aspek Lingkungan

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta

Karya oleh pemerintah Kabupaten telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut : 1.

   UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)” 2.

   UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

  “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; pe ningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim” 4.

   Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan 5.

   Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten dalam

aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu : 1.

  Pemerintah Pusat a.

  Menetapkan kebijakan nasional.

  b.

  Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d.

  

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  e.

  Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

  f.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g.

  Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i.

  Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j.

  Menetapkan standar pelayanan minimal. Pemerintah Provinsi a.

  Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b.

  Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c.

  

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d.

  Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kota.

  e.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  f.

  Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kota di bidang program dan kegiatan.

  g.

  Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten a.

  Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten.

  b.

  Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten.

  c.

  

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e.

  Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis

yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,

dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2JM antara lain karena:

1. RPI2JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2JM adalah karena RPI2JM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  Tahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui beberapa tahap yaitu 1.

  Tahap ke 1, diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2JM per sektor

dengan mempertimbangkan isu-isu pokok yang dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel VIII.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya Penilaian No. Kriteria Penapisan Kesimpulan Uraian Pertimbangan* (Signifikan/Tidak) (1) (2) (3) (4)

  1. Perubahan iklim

  2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunaan

  • keanekaragaman hayati

  3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan

  • dan lahan

  4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

  5. Peningkatan alih fungsi lahan

  6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok

  • masyarakat

  7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan

  • keselamatan manusia

  

didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau

program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup 2.

  Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2JM Kabupaten dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2JM.

  Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut: a.

  Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut: (1) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  

Tabel VIII.2

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat

dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar

Masyarakat dan Pemangku

  Contoh Lembaga Kepeningan (1) (2) a.

  Bupati Kabupaten Karanganyar Pembuat keputusan b.

  DPRD Kabupaten Karanganyar Penyusun kebijakan, rencana

  Dinas PU-Cipta Karya Kabupaten Karanganyar dan/atau program a.

  Dinas PU-Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Instansi b.

  BPLHD Kabupaten Karanganyar a.

  Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya b. Asosiasi profesi

  Masyarakat yang memiliki c.

  Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup informasi dan/atau keahlian d.

  LSM/Pemerhati Lingkungan hidup (perorangan/tokoh/ kelompok) e.

  Perorangan/tokoh f. kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA a.

  Lembaga Adat b. Asosiasi Pengusaha

  Masyarakat terkena Dampak c.

  Tokoh Masyarakat d.

  Organisasi masyarakat e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)

  (2) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tabel VIII.3

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Penjelasan SIngkat Bidang Cipta Karya

  Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Kota ... mempunyai sumber air baku dari sungai ... Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air yang sudah tercemar Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

  • Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas
  • lingkungan

  Ekonomi

  Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

  • Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

  Sosial

  Isu 5: Pencemaran menyebabkan

  • berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  (3) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel VIII.4

Identifikasi KRP

  Komponen kebijakan / rencana / Lokasi (Kecamatan/ No.

  Kegiatan program Kelurahan (jika ada)) (1) (2) (3) (4)

  Pengembangan Permukiman

  1

  • 1)

  Penataan Bangunan dan

  2

  • Lingkungan - 1)

  Pengembangan Air Minum

  3

  • 1)

  Pengembangan Penyehatan

  4 Lingkungan Permukiman - - 1)

  (4) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

Tabel VIII.5

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

  Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan No Komponen kebijakan, rencana Bobot Lingkungan Bobot Total . dan/atau program Bobot Sosial Hidup Permukiman Ekonomi Bobo Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2: t

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  1 Pengembangan Permukiman

  • 1) 2)

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  • 1)

  3 Pengembangan Air Minum

  • 1)

  4 Pengembangan Penyehatan

  • Lingkungan Permukiman 1)

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015 b.

  Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tabel VIII.6

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

  

No. Komponen kebijakan, rencana dan/atau program Alternatif Penyempurnaan KRP

(1) (2) (3)

  1 Pengembangan Permukiman

  • 1) 2)

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  • 1)

  3 Pengembangan Air Minum

  • 1)

  4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  • 1) c.

  Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel VIII.7

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

  No.

  Rekomendasi Perbaikan KRP dan Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program (1) (2) (3)

  1

  • Pengembangan Permukiman -

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  • 3 Pengembangan Air minum

4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman - 8.1.2.

   AMDAL, UKL-UPL, dan SPPLH Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan

  

Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis

Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu: 1.

  Proyek wajib AMDAL 2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen

  AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel VIII.8

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

  A. Persampahan a.

  Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/ sanitary landfill ≥ 10 ha

   luas kawasan TPA, atau ≥ 100.000 ton

   Kapasitas Total b. TPA di daerah pasang surut: semua

   luas landfill, atau kapasitas/besaran  Kapasitas Total c. Pembangunan transfer station:

  ≥ 500 ton/hari  Kapasitas

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  Pembangunan Incenerator

  D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di

  Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu

  Pembangunan Transfer Station

  TPA daerah pasang surut

  Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

  1 Persampahan a.

  

Tabel VIII.9

Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  Sumber: Permen LH 5/2012 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi

dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan

dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi

dokumen UKL-UPL tercermin dalam table di bawah ini:

  ≥ 10 km

  b. Pembangunan jaringan transmisi  Panjang

  ≥ 500 ha

  a. Pembangunan jaringan distribusi  Luas layanan

  E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  Kota besar/metropolitan, panjang ≥ 5 km b. Kota sedang, panjang ≥ 10 km

  permukiman a.

  ≥ 500 ha ≥ 16.000 m3/hari

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015 No Jenis Kegiatan Skala/Besaran d.

  B. Pembangunan Perumahan/Permukiman a.

  Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:  Kapasitas

  ≥ 500 ton/hari e. Pengolahan dengan insinerator:

   Kapasitas semua kapasitas f.

  Composting Plant:  Kapasitas

  ≥ 500 ton/hari g. Transportasi sampah dengan kereta api:

   Kapasitas ≥ 500 ton/hari

  Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha b. Kota besar, luas

   Luas layanan, atau  Debit air limbah

  ≥ 50 ha c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha

  C Air Limbah Domestik a.

  Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang  Luas, atau  Kapasitasnya

  ≥ 2 ha ≥ 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya

   Luas, atau  Kapasitasnya

  ≥ 2,4 ton c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

  • Luas kawasan, atau < 10 Ha • Kapasitas total < 10.000 ton b.
  • Luas landfill, atau < 5 Ha • Kapasitas total < 5.000 ton c.
  • Kapasitas < 1.000 ton/hari d.
  • Kapasitas < 500 ton e.
  • Kapasitas < 500 ton/hari

  No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya f.

  Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

  • Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

  2 Air Limbah Domestik / a.

  Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk

  Permukiman fasilitas penunjang

  • Luas < 2 ha
  • Atau kapasitas < 11 m3/hari b.

  Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

  • Luas < 3 ha
  • Atau bahan organik < 2,4 ton/hari c.

  Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman

  • Luas < 500 ha
  • Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

  3 Drainase Permukaan a.

  Pembangunan saluran primer dan sekunder

  Perkotaan

  • Panjang < 5 km b.

  Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

  • Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha Pembangunan jaringan distribusi:
  • luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha b.

  Pembangunan jaringan pipa transmisi

  • Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km
  • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km
  • Pedesaan, Panjang : - c.

  Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

  • Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps
  • Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps d.

  Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap

  • Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps e.

  Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:

  • Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
  • Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

  5 Pembangunan a.

  Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

  Gedung 1)

  Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL b.

  Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum: 1)

  Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2.

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL c.

  Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 1)

  Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

  6 Pengembangan a.

  Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan

  kawasan Permukiman rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja; baru

   Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha b. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);  Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha c. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan

  Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)  Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

  7 Peningkatan Kualitas a.

  Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan

  Permukiman pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur,

  tanpa pemindahan penduduk;  Luas kawasan: < 10 ha b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

   Luas kawasan: < 10 ha c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP). Luas kawasan: < 10 ha

  8 Penanganan Kawasan a.

  Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan

  Kumuh Perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota

  (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun  Luas kawasan: < 5 ha

  Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi

dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

  

Tabel VIII.10

Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  1 Pengembangan Permukiman 1)

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1)

  3 Pengembangan Air Minum 1)

  4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  1)

8.2. Aspek Sosial

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada

masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf

perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang

terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta

pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak

sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun

permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah

keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

  Dasar peraturan perundang - undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:  Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

   Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:  Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:  Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

   Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan  Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional  Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

  1. Pemerintah Pusat: a.

  Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  b.

  Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  c.

  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

  d.

  Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  2. Pemerintah Provinsi: a.

  Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten.

  b.

  Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten.

  c.

  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  d.

  Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

3. Pemerintah Kabupaten : a.

  Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten.

  b.

  

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten.

  c.

  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten.

  d.

  Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Kemiskinan

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

  

Tabel VIII.11

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Karanganyar

Jumlah Bentuk Kebutuhan No. Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Penanganan yang Penanganan Miskin Sudah Dilakukan

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  1. Kawasan: Jumlah Mata Program/ kegiatan: Penduduk: Pencaharian

  Kelurahan Jumlah KK: secara umum: Tahun: Kecamatan Kondisi Bentuk

  Lingkungan: penanganan: Kondisi hunian umum:

  2. Dst

  Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya.

  Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

  1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

  2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

  3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

  4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

  5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

  6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

  7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

  8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

  9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

  10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

  11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

  12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

  14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

B. Pengarusutamaan Gender

  Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), rogram Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

  

Tabel VIII.12

Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya

bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Karanganyar

Kontrol Permasalahan

  Tingkat Bentuk Pengambilan yang Perlu Program / Partisipasi

No. Lokasi Tahun Keterlibatan/ Keputusan Manfaat Diantisipasi di

Kegiatan Perempuan

  Akses oleh Masa (jumlah) Perempuan Mendatang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  1. Pemberdayaan Masyarakat PNPM a.

  Perkotaan

  b. PISEW - - - - - - -

  c. PAMSIMAS

  d. PPIP

  e. RIS PNPM

  • f. SANIMAS

  2. Non Pemberdayaan Masyarakat Penyusunan a.

  • RTBL b. Dll.

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi

berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima

dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan

pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  A. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  B. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  C. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek.

  Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

  Tabel VIII.13 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali Tahap I Tahap II Arahan Lokasi

Pemindaan

Komponen Program

  

No. Penduduk / Permukiman Sebelum Setelah

dan Kegiatan Konsultasi Pemberian Kembali Pemindahan Pemindahan

  

Kompensasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  1 Pengembangan

  • Permukiman
  • 1)

  2 Penataan Bangunan dan

  • Lingkungan 1)

  3 Pengembangan Air

  • Minum 1)

  4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan

  • Permukiman 1)

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015

8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat.

  

Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur,

seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat,

hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan

tersebut.

  Tabel VIII.14 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Jumlah Program/

No. Sektor Lokasi Tahun Penduduk yang Keterangan

Kegiatan memanfaatkan

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  Pengembangan

  • 1
  • Permukiman Penataan Bangunan dan

  2

  Lingkungan Pengembangan

  3

  • Air Minum Penyehatan

  4

  • Lingkungan Permukiman

  RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar Tahun 2015