Bab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial - DOCRPIJM 438ac1ad63 BAB VIIIBab 8 Aspek Lingkungan dan Sosial
Bab 8 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL RPI2JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang CiptaKarya terhadap lingkungan permukiman di perkotaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan
8.1. Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri
atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU
No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS
perlu diterapkan di dalam RPI2JM antara lain karena:
1. RPI2JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2JM adalah karena
RPI2JM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup Tahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui beberapa tahap yaitu
1. Tahap ke 1, diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2JM per
2. Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2JM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
(1) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya (2) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (3) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP) (4) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah b. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRPc. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Tabel 8.1 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDALNo Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/ sanitary landfill luas kawasan TPA, atau
≥ 10 ha Kapasitas Total ≥ 100.000 ton
b. TPA di daerah pasang surut: luas landfill, atau semua Kapasitas Total kapasitas/besaran
c. Pembangunan transfer station: Kapasitas
≥ 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: Kapasitas
≥ 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant: Kapasitas
≥ 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api: Kapasitas
≥ 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman
a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha
b. Kota besar, luas ≥ 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha
d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha
C Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang Luas, atau
≥ 2 ha Kapasitasnya ≥ 11 m3/hari
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya Luas, atau
≥ 3 ha/hari Kapasitasnya ≥ 2,4 ton
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah Luas layanan, atau
karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin
dalam table di bawah iniTabel 8.2 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPLNo Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
1 Persampahan
a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:
- Luas kawasan, atau < 10 Ha • Kapasitas total < 10.000 ton
b. TPA daerah pasang surut
- Luas landfill, atau < 5 Ha • Kapasitas total < 5.000 ton
c. Pembangunan Transfer Station
- Kapasitas < 1.000 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu
- Kapasitas < 500 ton
e. Pembangunan Incenerator
- Kapasitas < 500 ton/hari
f. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
- Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
Air Limbah Domestik/
2
a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
Permukiman (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
- Luas < 2 ha
- Atau kapasitas < 11 m3/hari
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
- Luas < 3 ha
- Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman
- Luas < 500 ha
- Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
3 Drainase Permukaan
a. Pembangunan saluran primer dan sekunder
Perkotaan
- Panjang < 5 km
b. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan
No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis
No Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Permukiman
Kawasan
8 Penanganan
c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP). Luas kawasan: < 10 ha
b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil; Luas kawasan: < 10 ha
penduduk; Luas kawasan: < 10 ha
need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan
a. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic
7 Peningkatan Kualitas
s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
c. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun) Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
b. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan); Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
a. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
Permukiman baru
6 Pengembangan kawasan
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
a. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan
8.2. Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur
permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan
isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak
sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau
pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya
tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.Dasar peraturan perundang - undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:1 Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3 Pemerintah Kota: a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu
ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada
manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin,
mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan
penanganannya, seperti tertuang pada tabel berikutTabel 8.3 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin KotaJumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskin A Kecamatan Banjarsari1 Kelurahan Kestalan 602 jiwa Belum ada
60% penduduk bekerja sebagai Sanitas lingkungan yang PembuataWC tambahan buruh buruk Perbaikan kampong yang
Sanitasi menggunakan WC umum Beberapa permukiman ada di kelurahan tersebut sebanyak 60% penduduk berada di atas saluran kelurahan drainase
2 Kelurahan Manahan 1.862 jiwa 81% KK memiliki sertipikat rumah Polusi dan bau dari Memperbaiki Penataan pasar burung ruang Mayoritas pasar burung bagi Pedagang Kali Perbaikan penduduk bekerja saluran sebagai buruh, 45% dr jumlah total Drainase yang buruk di Lima drainase
Pemkot Surakarta telah penduduk kelurahan ujung timur Sebanyak 75% masyarakat telah banyak merenovasi memiliki WC pribadi fasilitas umum
3 Kelurahan 677 jiwa 77% KK atau sebanyak 1.165 KK Sampah di Kali Pepe Perbaikan Pembersihan sungai dari fasilitas Punggawan telah memiliki sertipikat rumah Sampah di sekitar pasar permukiman sampah
penduduk bekerja sebagai buruh Menempatkan TPS sebanyak 20%, PNS 15%, Pekerja sampah di Kel Punggawan
Informal 15% dan lain-lain 50% Sebanyak 73% masyarakat telah memiliki WC pribadi
4 Kelurahan Setabelan 946 jiwa 22% KK atau sebanyak 902 KK Beberapa wilayah yang Belum ada Bantuan untuk WC telah memiliki sertipikat rumah bergantung pada WC pribataupun umumadi penduduk bekerja sebagai buruh umum.
Menempatkan TPS sebanyak 50%, pedagang 23%, Akumulasi sampah juga sampah Pekerja Informal 17% dan lain-lain menjadi masalah di area Perbaikan sanitasi 10% sekitar Pasar Legi. lingkungan
Sebanyak 22% masyarakat telah Sanitasi yang buruk di memiliki WC pribadi pemukiman padat
5 Kelurahan Sumber 2483 jiwa 88% KK atau sebanyak 3.829 KK Banjir sungai. Belum ada Normalisasi sungai telah memiliki sertipikat rumah
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskin penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 20%, pengusaha 10%, PNS 10% dan lain-lain 50% Sebanyak 84% masyarakat telah memiliki WC pribadi
6 Kelurahan Timuran 686 jiwa 84% KK atau sebanyak 775 KK Tumupukan sampah di Belum ada Normalisasi sungai telah memiliki sertipikat rumah sungai Pembersihan sampah dari penduduk bekerja sebagai buruh Banjir sungai. sungai sebanyak 30%, pekerjaan infromal
10%, PNS 15% dan lain-lain 35% Sebanyak 69% masyarakat telah memiliki WC pribadi
7 Kelurahan 1183 jiwa 92% KK atau sebanyak 2445 KK Drainase buruk Belum ada Perbaikan drainase Banyuanyar telah memiliki sertipikat rumah Banjir.
Normalisasi sungai penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40%, petani 10%, PNS 10% dan lain-lain 40% Sebanyak 80% masyarakat telah memiliki WC pribadi
8 Kelurahan Gilingan 4541 jiwa 64% KK atau sebanyak 2979 KK Drainase buruk Belum ada Perbaikan drainase telah memiliki sertipikat rumah Banjir.
Normalisasi sungai penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40%, petani 10%, PNS 10% dan lain-lain 40% Sebanyak 80% masyarakat telah memiliki WC pribadi
9 Kelurahan Kadipiro 6074 jiwa 53% KK atau sebanyak 7218 KK Jaringan jalan masih Belum ada Perbaikan jalan yang telah memiliki sertipikat rumah kurang rusak penduduk bekerja sebagai buruh Banjir. Normalisasi sungai sebanyak 35%, sektor informal 15%, pedaganga sebanyak 30% dan lain-lain 20%
Sebanyak 79% masyarakat telah
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskinmemiliki WC pribadi
10 Kelurahan Keprabon 6090 jiwa 79% KK atau sebanyak 732 KK Jaringan jalan masih Belum ada Perbaikan jalan yang telah memiliki sertipikat rumah kurang rusak penduduk bekerja disektor privat Banjir. Normalisasi sungai sebanyak 20%, sektor informal Drainase yang buruk Perbaikan saluran
25%, pekerja formal 30% dan lain- drainase lain 20%
Penyuluhan dan Sebanyak 83% masyarakat telah pelayanan kesehatan memiliki WC pribadi
11 Kelurahan Ketalan 1060 jiwa 72 % KK atau sebanyak 732 KK Polusi kali Pepe Belum ada Pembersihan sungai dari telah memiliki sertipikat rumah Sanitasi lingkungan sampah penduduk
Perbaikan bekerja sebagai kurang berfungsi saluran wiraswasta sebanyak 5%, sektor Drainase yang buruk drainase informal 10%, PNS 15% dan lain-
Perbaikan sanitasi lain 40% lingkungan
Sebanyak 59% masyarakat telah memiliki WC pribadi
12 Kelurahan 1682 jiwa 78 % KK atau sebanyak 2.172 KK banjir Belum ada Pembersihan sungai dari Mangkubumen telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk sampah
penduduk bekerja sebagai Perbaikan saluran Pedagang sebanyak 15%, sebagai drainase buruh sebanyak 10%, PNS 20% dan lain-lain 30%
Sebanyak 70% masyarakat telah memiliki WC pribadi
13 Kelurahan Ketalan 4799 jiwa 82 % KK atau sebanyak 6.435 KK Polusi dari pasar dan Belum ada Perbaikan sanitasi telah memiliki sertipikat rumah terminal lingkungan
penduduk Sanitasi bekerja sebagai lingkungan Pedagang sebanyak 10%, sebagai kurang berfungsi buruh sebanyak 60%, PNS 10% dan lain-lain 20%
Sebanyak 73% masyarakat telah memiliki WC pribadi
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan MiskinB Kecamatan Jebres
1 Kelurahan Gandekan 1.386 jiwa 72 % KK atau sebanyak 876 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai telah memiliki sertipikat rumah Saluran drainase yang Perbaikan saluran penduduk bekerja sebagai rusak drainase
Pedagang sebanyak 5%, sebagai Sanitasi Perbaikan lingkungan sanitasi buruh sebanyak 80%, sektor kurang berfungsi lingkungan informal 10% dan lain-lain 5%
Sebanyak 49% masyarakat telah memiliki WC pribadi
2 Kelurahan Jagalan 2362 jiwa 82 % KK atau sebanyak 2371 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai telah memiliki sertipikat rumah Sanitasi Perbaikan lingkungan sanitasi
penduduk bekerja sebagai PNS kurang berfungsi lingkungan sebanyak 10%, sebagai buruh sebanyak 55%, sektor informal 15% dan pedagang kecil 20% Sebanyak 52% masyarakat telah memiliki WC pribadi
3 Kelurahan Jebres 4.197 jiwa 77 % KK atau sebanyak 4.998 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai telah memiliki sertipikat rumah Ruang publik yang Penambahan ruang publik penduduk bekerja sebagai PNS terbatas
Perbaikan sanitasi sebanyak 10 %, sebagai buruh Sanitasi lingkungan lingkungan sebanyak 30 %, sektor informal 40 kurang berfungsi % dan usaha kecil 20 % Sebanyak 76% masyarakat telah memiliki WC pribadi
4 Kelurahan Kepatihan 332 jiwa 82 % KK atau sebanyak 478 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan Kulon telah memiliki sertipikat rumah Kurangnya kepemilikan saluran drainase
penduduk bekerja sebagai PNS wc pribadi Pembangunan wc pribadi sebanyak 10 %, sebagai buruh Sanitasi Perbaikan lingkungan sanitasi sebanyak 40 %, pedagang kecil 30 kurang berfungsi lingkungan
% dan lain-lain 20 % Sebanyak 56% masyarakat telah memiliki WC pribadi
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskin5 Kelurahan Kepatihan 810 jiwa 16 % KK atau sebanyak 135 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan wetan telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk saluran drainase
penduduk bekerja sebagai PNS Perbaikan Sanitasi lingkungan sanitasi sebanyak 11 %, sebagai buruh lingkungan kurang berfungsi sebanyak 50 %, pedagang kecil 24 % dan lain-lain 15 %
Sebanyak 59% masyarakat telah memiliki WC pribadi
6 Kelurahan Pucang 2.844 jiwa 65 % KK atau sebanyak 2332 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan Sawit telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk saluran drainase
penduduk bekerja sebagai PNS Sanitasi Perbaikan sanitasi lingkungan sebanyak 10 %, sebagai buruh kurang berfungsi lingkungan sebanyak 50 %, pedagang kecil 20 % dan usaha kecil 5 %
Sebanyak 58% masyarakat telah memiliki WC pribadi
7 Kelurahan 685 jiwa 65 % KK atau sebanyak 819 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan purwodiningratan telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk saluran drainase penduduk bekerja sebagai PNS
Perbaikan Sanitasi sanitasi lingkungan sebanyak 10 %, sebagai buruh lingkungan kurang berfungsi sebanyak 35 %, pedagang kecil 25 % dan pengusaha 5 %
Sebanyak 58% masyarakat telah memiliki WC pribadi
8 Kelurahan sewu 1.526 jiwa 67 % KK atau sebanyak 1337 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk saluran drainase penduduk bekerja sebagai sektor Sanitasi
Perbaikan sanitasi lingkungan informal sebanyak 5%, sebagai lingkungan kurang berfungsi buruh sebanyak 70 %, pedagang
Penambahan pelayanan PDAM tidak memadai kecil 15 % dan industry kecil 10 %
PDAM Sebanyak 48% masyarakat telah memiliki WC pribadi
9 Kelurahan 1,029 jiwa 78 % KK atau sebanyak 884 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskinsudiroprajan telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk saluran drainase penduduk bekerja sebagai PNS
Perbaikan Sanitasi lingkungan sanitasi sebanyak 15%, sebagai buruh lingkungan kurang berfungsi sebanyak 20 %, informal 50 % dan
Perumahan yang sangat Perbaikan kampung lainnya 15% padat Sebanyak 55% masyarakat telah memiliki WC pribadi
10 Kelurahan Mojo 4.057 jiwa 92 % KK atau sebanyak 10.254 KK Banjir Belum ada Normalisasi sungai dan Songo telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk saluran drainase
penduduk bekerja sebagai PNS Perbaikan Sanitasi sanitasi lingkungan sebanyak 20%, sebagai buruh kurang berfungsi lingkungan sebanyak 65 %, pedagang 13 %
Penempatan Pengelolaan sampah TPS dan lain-lain 2% sampah, sehingga dapat yang masih kurang
Sebanyak 95% masyarakat telah memudahkan untuk memiliki WC pribadi pengambilan sampah untuk dibawa ke TPA
11 Kelurahan Tegalharjo 921 jiwa 80 % KK atau sebanyak 888 KK Kurangnya lahan terbuka Belum ada perbaikan saluran telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk drainase
penduduk Perbaikan bekerja sebagai Sanitasi lingkungan sanitasi pengusaha sebanyak 15%, lingkungan kurang berfungsi sebagai buruh sebanyak 20%, Kebutuhan air bersih Peningkatan pelayanan sektpr informal 50 % dan lain-lain
PDAM 15 % Sebanyak 88% masyarakat telah memiliki WC pribadi
C Kecamatan Laweyan
1 Kelurahan Bumi 1.419 jiwa 76 % KK atau sebanyak 1.282 KK banjir Belum ada Normalisasi sungai dan telah memiliki sertipikat rumah perbaikan saluran
Drainase yang buruk penduduk bekerja sebagai PNS drainase
Sanitasi lingkungan Perbaikan sebanyak 10%, sebagai buruh sanitasi kurang berfungsi sebanyak 60%, pedagang kecil Kebutuhan air bersih lingkungan 30%
Peningkatan yang belum tercukupi pelayanan
No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan
Sebanyak 66% masyarakat telah memiliki WC pribadi PDAM
2 Kelurahan Jajar 771 jiwa 85 % KK atau sebanyak 1.282 KK telah memiliki sertipikat rumah penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 12%, sebagai pekerja formal sebanyak 25%, pedagang kecil 30% dan wiraswasta sebanyak 8 % Sebanyak 80% masyarakat telah memiliki WC pribadi
banjir Drainase yang buruk Sanitasi lingkungan kurang berfungsi pengelolaan sampah yang masih buruk
Belum ada Normalisasi sungai dan perbaikan saluran drainase Perbaikan sanitasi lingkungan Penempatan TPS sampah di kelurahan Jajar, agar memudahkan untuk diangkut ke TPA
3 Kelurahan Karangasem 773 jiwa 84 % KK atau sebanyak 1.725 KK telah memiliki sertipikat rumah
penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 45%, sebagai pekerja informal sebanyak 15%, pedagang kecil 25% dan pengusaha kecil sebanyak 15% Sebanyak 84% masyarakat telah memiliki WC pribadi
banjir Drainase yang buruk Sanitasi lingkungan kurang berfungsi pengelolaan sampah yang masih buruk
Belum ada Normalisasi sungai dan perbaikan saluran drainase Perbaikan sanitasi lingkungan Penempatan TPS sampah
4 Kelurahan Kerten 1.300 jiwa 58 % KK atau sebanyak 1.740 KK telah memiliki sertipikat rumah penduduk bekerja sebagai PNS sebanyak 35%, sebagai buruh sebanyak 50%, dan pengusaha kecil sebanyak 15% Sebanyak 75% masyarakat telah memiliki WC pribadi
banjir Drainase yang buruk Sanitasi lingkungan kurang berfungsi
Belum ada Normalisasi sungai dan perbaikan saluran drainase Perbaikan sanitasi lingkungan
5 Kelurahan Laweyan 308 jiwa 74 % KK atau sebanyak 414 KK telah memiliki sertipikat rumah penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 37%, sebagai pekerja informal sebanyak 42%,
banjir Drainase yang buruk Sanitasi lingkungan kurang berfungsi pengelolaan sampah
Belum ada Normalisasi sungai dan perbaikan saluran drainase Perbaikan sanitasi lingkungan
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskinpengusaha besar 12% dan yang masih buruk Penempatan TPS sampah pengusaha kecil sebanyak 9% limbah dan kondisi Perlunya perbaikan
Sebanyak 73% masyarakat telah lingkungan yang buruk lingkungan memiliki WC pribadi Perlunya
IPAL untuk mengelola limbah yang berasal dari industri batik
6 Kelurahan Pajang 3.644 jiwa 84 % KK atau sebanyak 4.267 KK banjir Belum ada Normalisasi sungai dan telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk perbaikan saluran penduduk bekerja sebagai buruh Sanitasi drainase lingkungan
Perbaikan sebanyak 40%, sebagai industry kurang berfungsi sanitasi kecil sebanyak 15%, PNS 12% lingkungan
pengelolaan sampah dan pedagang kecil sebanyak 9% Penempatan TPS sampah yang masih buruk
Sebanyak 73% masyarakat telah polusi air sungai memiliki WC pribadi
7 Kelurahan Penularan 1.258 jiwa 57 % KK atau sebanyak 1.586 KK banjir Belum ada Normalisasi sungai dan telah memiliki sertipikat rumah Drainase yang buruk perbaikan saluran penduduk bekerja sebagai buruh drainase
Sanitasi lingkungan Perbaikan sebanyak 9%, sebagai pekerja kurang berfungsi sanitasi informal sebanyak 5%, PNS 2% lingkungan
pengelolaan sampah dan pedagang kecil sebanyak 38% Penempatan TPS sampah yang masih buruk
Sebanyak 62% masyarakat telah Peningkatan pelayanan
rendahnya pelayanan memiliki WC pribadi PDAM hingga dapat
PDAM melayani seluruh wilayah kelurahan
8 Kelurahan Penumping 731 jiwa 86 % KK atau sebanyak 1.147 KK Drainase yang buruk Belum ada perbaikan saluran telah memiliki sertipikat rumah drainase
penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 50 %, sebagai pekerja informal sebanyak 20 %, PNS 10% dan usaha kecil sebanyak 20% Sebanyak 67% masyarakat telah memiliki WC pribadi
No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan
9 Kelurahan Purwosari 1.678 jiwa 74 % KK atau sebanyak 1.619 KK telah memiliki sertipikat rumah penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 9%, sebagai pekerja informal sebanyak 75%, PNS 4% dan pedagang kecil sebanyak 11% Sebanyak 75 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
banjir Sanitasi lingkungan kurang berfungsi terutama yang berada di sepanjang rel kereta api dan sungai rendahnya pelayanan
PDAM terutama yang berada di bagian barat kelurahan
Belum ada Normalisasi sungai dan perbaikan saluran drainase Perbaikan sanitasi lingkungan Peningkatan pelayanan
PDAM hingga dapat melayani seluruh wilayah kelurahan
10 Kelurahan Sondakan 1.673 jiwa 84 % KK atau sebanyak 2.562 KK telah memiliki sertipikat rumah penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 37%, sebagai pekerja informal sebanyak 47%, PNS 5% dan pedagang kecil sebanyak 6% Sebanyak 92 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
banjir saluran drainase yang buruk Sanitasi lingkungan kurang berfungsi
Belum ada Normalisasi sungai dan perbaikan saluran drainase terutama di bagian timur kelurahan Perbaikan sanitasi lingkungan
11 Kelurahan Sriwedari 626 jiwa 73 % KK atau sebanyak 785 KK telah memiliki sertipikat rumah penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 37%, sebagai pekerja informal sebanyak 38%, PNS 5% dan pedagang kecil sebanyak 17% Sebanyak 83 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
Rumah tidak layak huni Kondisi drainase buruk Sanitasi lingkungan kurang berfungsi dengan baik rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
Belum ada Perbaikan rumah tidak layak huni menjadi rumah sederhana sehat perbaikan saluran drainase Perbaikan sanitasi lingkungan Penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat tentang hidup sehat
D Kecamatan Pasar Kliwon
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskin1 Kelurahan Baluwarti 1.282 jiwa 0 % KK yang memiliki sertipikat Kualitas air bersih yang Belum ada Peningkatan pelayanan rumah, karena semua lahan rendah
PDAM sebagai sumber air merupakan milik Keraton bersih, namun pembangunannya tidak
penduduk bekerja sebagai buruh boleh merusak bangunan sebanyak 50%, sebagai pekerja bersejarah yang ada di informal sebanyak 10%, PNS 30% Kelurahan Baluwarti dan pedagang kecil sebanyak 10%
Sebanyak 58 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
2 Kelurahan Gajahan 443 jiwa 89 % KK atau sebanyak 886 KK Banjir karena terkena Belum ada perbaikan saluran yang memiliki sertipikat tanah genangan air yang drainase tempat tinggalnya, berasal dari saluran Peningkatan pelayanan
penduduk bekerja sebagai buruh drainase yang meluap PDAM sebagai sumber air Saluran drainase yang sebanyak 63 %, sebagai sektor bersih informal sebanyak 10%, PNS 5% buruk dan pedagang sebanyak 17% Kualitas air bersih yang
Sebanyak 20 % masyarakat telah rendah memiliki WC pribadi
3 Kelurahan Joyosuran 2.082 jiwa 75 % KK atau sebanyak 2.168 KK Banjir karena terkena Belum ada perbaikan saluran yang memiliki sertipikat tanah genangan air yang drainase tempat tinggalnya, berasal dari saluran Peningkatan pelayanan
penduduk bekerja sebagai buruh drainase yang meluap PDAM sebagai sumber air Saluran drainase yang sebanyak 70 %, sebagai PNS bersih
10%, pedagang sebanyak 15% buruk dan pensiunan sebanyak 5% Kualitas air bersih yang Sebanyak 59 % masyarakat telah rendah memiliki WC pribadi
4 Kelurahan Kampung 663 jiwa 80 % KK atau sebanyak 504 KK Banjir Belum ada perbaikan saluran Baru yang memiliki sertipikat tanah Saluran drainase yang drainase tempat tinggalnya, buruk penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40 %, sebagai PNS 5%, pedagang sebanyak 50% dan
No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan
penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 60 %, sebagai PNS 5%, pedagang kecil sebanyak 25% dan sector informal sebanyak 10% Sebanyak 51 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
Belum ada perbaikan saluran drainase Peningkatan pelayanan
penduduk bekerja sebagai buruh Banjir Saluran drainase yang buruk Kualitas air bersih yang
7 Kelurahan Kedung Lumbu 676 jiwa 81 % KK atau sebanyak 1.067 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,
PDAM sebagai sumber air bersih Perbaikan permukiman kumuh menjadi permukiman sehat Perbaikan sanitasi lingkungan
Belum ada perbaikan saluran drainase Peningkatan pelayanan
Banjir Saluran drainase yang buruk Kualitas air bersih yang rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah Permukiman kumuh dan tidak sehat Sanitasi lingkungan yang buruk
6 Kelurahan Sangkrah 3.447 jiwa 52 % KK atau sebanyak 1684 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,
pegawai sebanyak 5% Sebanyak 58 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
IPAL Komunal maupun perpipaan
PDAM sebagai sumber air bersih Perlunya penanganan air limbah yang berasal dari industry batik, agar tidak mencemari lingkungan, yaitu dengan
Belum ada perbaikan saluran drainase Peningkatan pelayanan
Banjir karena terkena genangan air yang berasal dari saluran drainase yang meluap Saluran drainase yang buruk Kualitas air bersih yang rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah
penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 70 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 15% dan pensiunan sebanyak 5% Sebanyak 70 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
5 Kelurahan Kauman Baru 418 jiwa 84 % KK atau sebanyak 620 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,
PDAM sebagai sumber air
No Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan
penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 40 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 35% dan pensiunan sebanyak 15% Sebanyak 50 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
Banjir Saluran drainase yang buruk Belum ada perbaikan saluran drainase
1.641 jiwa 82 % KK atau sebanyak 1.881 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,
1 Kelurahan Danukusuman
E Kecamatan Serengan
PDAM sebagai sumber air bersih Perbaikan sanitasi lingkungan
Belum ada perbaikan saluran drainase Peningkatan pelayanan
Banjir Saluran drainase yang buruk Kualitas air bersih yang rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah Sanitasi lingkungan yang buruk
9 Kelurahan Semanggi 8.756 jiwa 76 % KK atau sebanyak 1.057 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,
sebanyak 50 %, sebagai PNS 15%, pedagang sebanyak 30% dan lain-lain sebanyak 5%
PDAM sebagai sumber air bersih Perbaikan sanitasi lingkungan
Belum ada perbaikan saluran drainase Peningkatan pelayanan
Banjir Saluran drainase yang buruk Kualitas air bersih yang rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah Sanitasi lingkungan yang buruk
penduduk bekerja sebagai buruh sebanyak 50 %, sebagai PNS 10%, pedagang sebanyak 10% dan sector informal sebanyak 30% Sebanyak 64 % masyarakat telah memiliki WC pribadi
1.791 jiwa 80 % KK atau sebanyak 1.057 KK yang memiliki sertipikat tanah tempat tinggalnya,
8 Kelurahan Pasar Kliwon
Perbaikan sanitasi lingkungan
Sebanyak 45 % masyarakat telah memiliki WC pribadi rendah, karena banyaknya limbah batik yang masuk ke dalam tanah Sanitasi lingkungan yang buruk bersih
Peningkatan pelayanan
Jumlah Bentuk Penanganan
No Lokasi Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan penanganan
yang sudah dilakukan Miskin penduduk bekerja sebagai buruh Kualitas air bersih yang PDAM sebagai sumber air bersih sebanyak 15 %, sebagai PNS rendah, karena Perbaikan 10%, pedagang kecil sebanyak banyaknya limbah batik sanitasi
30% dan pekerjan informal yang masuk ke dalam lingkungan sebanyak 10% tanah Sebanyak 63 % masyarakat telah Sanitasi lingkungan yang memiliki WC pribadi buruk
2 Kelurahan Jayengan 173 jiwa 91 % KK atau sebanyak 1.145 KK Banjir karena luapan air Belum ada perbaikan saluran yang memiliki sertipikat tanah dari saluran drainase drainase tempat tinggalnya, Saluran drainase yang