DOCRPIJM 34f1a428dc BAB VIIIBAB 8 Aspek Lingkungan dan Sosial
Aspek Lingkungan dan Sosial
BAB 8 Aspek Lingkungan dan Sosial
8.1 Aspek Lingkungan
8.1.1 Kualitas Air Sungai Mahakam
Kualitas Air yang dimaksud adalah kualitas sumber air baku (baik itu bagi masyarakat sekitar
maupun PDAM), dimana sumber air baku yang dipergunakan adalah air Sungai Mahakam.
Pengujian kualitas sumber air baku ini dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah Kutai Kartanegara (Bapedalda) di DAS Sungai mahakam dan di sekitar outlet
- – pembuangan limbah di sepanjang Sungai Mahakam. Gambar 5.1. berikut menunjukkan titik titik lokasi pengambilan sample air yang dilakukan pada Bulan Mei 2007.
DIMANA PEMANTAUAN KUALITAS AIR S.MAHAKAM DILAKUKAN
Gambar 8-1
Lokasi Pemantauan Kualitas Air di S. Mahakam
(Sumber : Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kab. Kutai Kartanegara, 2008)
Lokasi pengambilan sample air untuk di uji dilambil di delapan lokasi (SW) di sepanjang Sungai
Mahakam yaitu: SW 1 : Depan Sungai Karang Mumus (Kota Samarinda) SW 2 : Loa Janan (Batas Kukar- – Samarinda)
Aspek Lingkungan dan Sosial SW 3 : Hulu Kukar (Kec. Muara Muntai) SW 4 : Pulau Atas (hilir Kota Samarinda) SW 5 : Kota Tenggarong (Depan Pulau Kumala) SW 6 : Depan DAS Belayan (hilir DAS Belayan) SW 7 : Delta Mahakam (Tanjung Dewa) SW 8 : Anggana (Sungai Meriam)
Gambar 8-2
Lokasi Pemantauan Kualitas Air di S. Mahakam (Dalam Wilayah Proyek Prokasih)
(Sumber : Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kab. Kutai Kartanegara, 2008)
Aspek Lingkungan dan Sosial
Gambar 8-3
Lokasi Pengambilan Sampel Air di DAS S. Mahakam
(Sumber : Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kab. Kutai Kartanegara, 2008)
LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 230
Aspek Lingkungan dan Sosial
31.7
0.05
0.08
0.05
0.05
0.08
3 -N) mg/L Spectrophotometric -
5 Amoniak (NH
19.4
15.1
0.1
24.3
18.6
24.3
15.07
22.5
25
4 COD mg/L Titrimetric
2.3
0.05
0.05
1.9
3 Arsen (As) mg/L AAS 1 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001
Sumber: Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, 2008
10 Perak (Ag) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND
9 Nikel (Ni) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND
8 Seng (Zn) mg/L AAS - <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
7 Timbal (Pb) mg/L AAS 0.03 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01
6 Tembaga (Cu) mg/L AAS - <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02
5 Cadmium (Cd) mg/L AAS 0.01 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001
4 Selenium (Se) mg/L AAS 0.05 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001
0.05 ND ND ND ND ND ND ND ND
6 Nitrit (N-NO
2 Cr mg/L AAS
1 Raksa (Hg) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND
L O G A M B E R A T
11 Surfaktan (Detergen) mg/L Spectrophotometric - <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01
10 Senyawa Fenol mg/L Spectrophotometric - < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001
9 Minyak Bumi mg/L Gravimetric - ND ND ND ND ND ND ND ND
8 Sulfida (H
7 Sianida (CN) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND
2 ) mg/L Spectrophotometric - ND ND ND ND ND ND ND ND
3.8
2.5
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 231
69.11
6.11
65 K I M I A 1 pH - pH meter 6 - 9.
79
67
62
58 79 131 126
3 TSS mg/L Gravimetric < 50
2 Kekeruhan NTU - 91 121 7.2 123 140 56 195 156
42.98
2.1
34.27
39.49
42.98
25.55
42.98
41.23
Spectrophotometric -
1 Warna CU (Color Unit)
Tabel 8-1
Hasil Pengujian Sampel Air DAS Mahakam
N O P A R A M E T E R U N I T S M E T H O D S P P N o . 8 2 T h . 2 0 0 1 R E S U L T S A M P E L C O D E S W 1 S W 2 S W 3 S W 4 S W 5 S W 6 S W 7 S W 8 F I S I K A6.69
6.4
5.98
2
2.9
1.8
2.7
3
5 mg/L Winkler
3 BOD
2
2.1
1.8
6.12
2.1
2.5
1.9
2
4
2 DO mg/L DO Meter
6.05
6.23
6.7
2 S) mg/L Titrimetric - < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02
LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
Selain beberapa parameter kualitas air baku seperti yang telah diuraikan diatas, air Sungai
Mahakam juga mengalami penurunan kualitas air yang disebabkan oleh proses alam yaitu air
2
berwarna hitam pekat, dan berbau. Pada kondisi ini air mengalami penurunan kadar O
(Oksigen), sehingga sehingga air menjadi sulit untuk diolah. Pada kondisi seperti ini PDAM
tersebut PDAM Cabang Tenggarong melakukan pengumuman kepada pelanggan Cabang
Tenggarong dan sekitarnya bahwa sistem pendistribusian air bersih sedang mengalami
gangguan yang disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi yang disebabkan karena
perubahan kualitas air baku (bangar). Untuk mengatasi hal tersebut PDAM memberikan
pelayanan ekstra kepada pelanggan yaitu air gratis yang disediakan dengan mobil tangki.
Gambar 8-4
Kondisi Air Sungai Mahakam Pada Saat Bangar
8.1.2 Kualitas Air Sungai Tenggarong Sumber air baku PDAM Tirta Mahakam selain dari Sungai Mahakam adalah Sungai Tenggarong.
Oleh karena itu kualitas dari air baku selayaknya tetap dijaga, sehingga pengolahan air dari air
baku menjadi air obersih menjadi lebih ringan. Pengujian kualitas air Sungai Tenggarong
dilakukan oleh Sub Bidang Penanggulangan dan pencegahan Pencemaran Air Bidang
pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Kabupaten Kutai Kartanegara pada kegiatan
Prokasih tahun 2007.
Program Kali Bersih (Prokasih) adalah suatu program kerja pengendalian pencemaran air sungai
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas air agar tetap berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Prokasih merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan dilakukan oleh
Bapedalda Kabupaten Kutai .
Adapun Prokasih yang dilakukan oleh Bapedalda Kabupaten Kutai hanya meliputi sungai
Tenggarong dengan 5 (lima) titik sampling, diantaranya :1.
(P1) Anak Sungai Tenggarong : Sungai Saka Kanan
2.
(P2) Anak Sungai Tenggarong : Sungai Saka Kiri
3.
(P3) Pertemuan Sungai Kanan dan Sungai Kiri
4.
(P4) Sungai Tenggarong : sekitar jembatan Loa Ipuh
5.
(P5) Sungai Tenggarong : sekitar jembatan Bongkok
Pada pelaksanaan Prokasih sungai tenggarong dapat dijumpai berbagai kegiatan masyarakat
yang bermukim dipinggiran sungai Tenggarong yang dapat menghasilkan limbah cair dan padat
antara lain : 1.MCK Peternakan ayam
3. Peternakan sapi 4.
Industri pembuatan tahu dan tempe 5. Industri perkayuaan (sawmill) 6. Pertanian
Berdasarkan data Prokasih tahun 2001 dan 2003 dari data nilai rata tertinggi dan terendah pada
lokasi titik pantau per parameter kualitas air tersebut :
Tabel 8-2
Data Prokasih Tahun 2001 dan 2003
No Parameter Baku Mutu Nilai tara-rata
PP.RI N0.82 tahun
2001 20032002.
Kelas II
1. Temperatur Deviasi 3 27.83 º 27.60 º
2. Tatal Dissolved Solid (TDS) 1000 mg/l 105.47
66.98
3. Total Suspended Solid (TSS) 50 mg/l
96
67.53
4. Derajat Keasaman (pH) 6-9
6.76
6.48
5. Dissolved Oxygen (DO) 6 mg/l
4.09
4.35
6. BOD
5 3 mg/l
2.53
2.47
7. COD 25 mg/l
33.59
32.88
8. Sulfat ( SO
4 ) ( - )
29.77
12.06
9. Amonia (NH ) ( - )
0.4
1.15
3
10. Nitrat (NO
3 ) 10 mg/l
0.36
0.78
11. Besi (Fe) ( - )
3.19
1.80
12. Mangan (Mn) ( - )
0.09
0.14 13. 0.2 25 mg/l
2.12
1.34 14.
E. Coli 1000 Jml/100ml 15876.67 MPN 15423.3 MPN
15. Colliform 5000 Jml/100ml MPN MPN
Sumber: Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kutai Kartanegara, 2008
8.2 Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan
8.2.1 Sistem Pengelolaan
Dalam pengelolaan safeguard perlu memperhatikan persyaratan pemerintah terkait safeguard,
evaluasi dampak lingkungan, dan pengklasifikasian/kategori dampak lingkungan. Untuk
persyaratan pemerintah terkait safeguard meliputi; AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL),
dan UKL/UPL. Selain itu adanya lembaga/instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan safeguard, seperti BLHD (Bapedalda) yang bertanggung jawab untuk mengkaji dan
memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan.8.2.2 Pelaksanaan Pengelolaan
Pengamanan Lingkungan dan Sosial dikenal dengan Safeguard merupakan salah satu langkah
pengamanan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin timbul akibat adanya pembangunan
khususnya pembangunan infrastruktur. Pola pengamanan meliputi seluruh tahap pelaksanaan
pembangunan infrastruktur yang dijelaskan berikut ini:Tahap Perencanaan : Persiapan penyusunan proposal perlu memperhatikan aspek yang
terkait dengan safeguard lingkungan seperti :- fungsi dan lokasi pembangunan memiliki kesesuaian dengan tata ruang setempat,
• memperhatikan kondisi sekitar seperti adanya garis sempadan pantai dan sungai serta
kemungkinan terjadinya longsor.
Aspek yang terkait dengan safeguard sosial seperti :
- penyepakatan secara tertulis pola kontribusi lahan milik masyarakat pada lokasi pembangunan infrastruktur untuk mencegah terjadinya permasalahan.
- peran serta kaum rentan dan penduduk asli dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur
Tahap pelaksanaan konstruksi terutama terkait dengan aspek safeguard lingkungan seperti;
- Pada pembangunan MCK perlu memperhatikan perletakan septictank dan pembuangan limbah cair rumah tangga terhadap sumber-sumber air bersih sekitar seperti sumur perorangan maupun komunal.
- Pada pembangunan yang memanfaatkan sumber-sumber air perlu memperhatikan kemungkinan terdapatnya logam-logam berat seperti merkuri (sepanjang pantai) atau besi dan mangan.
- Pengadaan dan penggunaan material kayu yang mendapatkan ijin pemanfataan dari Dinas Kehutanan.
Tahap pasca konstruksi terkait dengan pemanfaatan hasil – hasil pembangunan antara lain;
- Menjaga dan memelihara kualitas air yang dipergunakan sehari – hari seperti tidak terkena sumber pencemaran baru.
- Menjaga hasil pembangunan yang melalui lahan milik masyarakat yang telah disepakati pola pemanfaatannya. Seperti pada pembangunan jaringan jalan, perpipaan air bersih maupun saluran pembuangan, perlu diperhatikan konsep penggunaan yang mendukung terpeliharanya prasarana sehingga diperoleh umur manfaat minimal 5 thn.
Dari ketiga tahapan pola pengamanan diatas diharapkan dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan lingkungan. Disamping pola pengamanan, prinsip dasar dalam penilaian
kelayakan lingkungan pun harus tetap ditaati dalam pengembangan seluruh aspek
pembangunan, terutama infrastrukur. Prinsip Dasar 1 . Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Usulan atau kegiatan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negative terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
b. Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan c. Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.
c) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard
8.3.2 Pelaksanaan Pemantauan Diterapkan standar kriteria pemeriksaan lingkungan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pengambilan Air Baku Liter/Detik 250 -250
8.2.3 Pembiayaan Pengelolaan
Untuk pembiayaan pengelolaan safeguard perlu kerja sama dari berbagai pihak, baik itu dari
pemerintah (daerah maupun pusat), juga perlu melibatkan swasta dan masyarakat.Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan
8.3.1 Tipe Pemantauan
Salah satu rencana pemantauan safeguard sosial dan lingkungan adalah dengan dilakukannya
pemeriksaan terhadap lingkungan. Setiap usulan kegiatan program (proyek/sub-proyek) akan
diperiksa dengan kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah Indonesia untuk memastikan
tidak ada sub-proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada
pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan
lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan usulan tersebut masuk dalam yang
mana dari 4 kategori berikut ini:a) Usulan program yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara menyeluruh yang untuk itu Kantor Menteri Negara Lingkungan telah menetapkan kriterianya (lihat Tabel 5.36.).
b) Usulan program yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi sub-proyek. Menteri PU telah menetapkan kriteria untuk menentukan sub-proyek yang membutuhkan UKL/UPL dan Menneg LH telah menetapkan kriteria untuk ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan);
operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menetapkan pedoman/prosedur operasi standar utk proyek/sub proyek jenis itu (termasuk pengendalian debu, kebisingan, lalulintas di lokasi konstruksi, spesifikasi pengisian tanah dan penghijauan dilahan kritis, prosedur mengendalikan dampak negatif pengangkutan sampah, dsb).
d) Usulan-usulan yang tidak memerlukan studi lingkungan, karena jenis kegiatan yang diusulkan bukan merupakan kegiatan konstruksi, tidak menimbulkan gangguan atas tanah atau air dan tidak melibatkan pembuangan limbah.
Tabel 8-3
Kriteria Pemeriksaan Lingkungan
Sektor/Proyek Unit ANDAL ≥ UKL/UPL < - ≥ Penyediaan Air Bersih- – 50 Transmisi (kota besar) Km
10
- – 2 Distribusi (kota besar)
- – 100
- – 1 atau 5 – 2
- – 3 atau 10 - 5
- – 5 Pelebaran (kota besar) Km; atau ha
10
Jembatan di kota kecil M - >/= 60
5 >/= 10 (jika Jembatan di kota besar pembebasan tanah) M - >/= 20
30
30
c. kota kecil Km
10
10
b. kota sedang Km; atau ha
5
5
a. kota besar Km; atau ha
Pembangunan baru :
Ha 500 -500
Jalan Kota
Sektor/Proyek Unit ANDAL UKL/UPL < - ≥ ≥ Limbah Cair dan Sanitasi
IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Ha 2 < 2 ha Terpadu Sistem Perpipaan Air Limbah Ha 500 < 500
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Ha 3 < 3
Persampahan
Timbunan (sanitary landfill)/TPA ha atau ton 1000 < 10 atau < 10000
- – TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ha atau ton 5000 < 5 atau < 5000 Transfer station didaerah pasang surut 1000 < 1000
Drainase & Pengendalian Banjir
a. kota besar Km 5 < 5 atau 5
- – 1
b. kota sedang Km 10 < 10 atau 2
- – 10
c. kota kecil (desa) Km 25 > 5
Perbaikan kampong Kota besar Ha 200 >/= 1 Kota sedang Ha >/= 2 Upgrading Ha >/= 1
Sumber: KEP-17/MENLH/2001 untuk ANDAL (Jenis) dan KEPMEN PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL-UPL dalam modul BLM, 2009
5 Pemeriksaan khusus akan diterapkan pada kasus-kasus berikut ini :
- Pestisida, pengikisan ozon, tembakau atau produknya: seluruh kegiatan program yang mengandung unsur ini tidak akan didanai atau ditolak.
- Asbes : subproyek/proyek yang menggunakan asbes atau komponen yang mengandung asbes tidak akan didanai. Tatacara penanggulangan khusus penggunaan asbes untuk perbaikan bangunan yang sudah menggunakan asbes (seperti renovasi gedung sekolah yang menggunakan atap asbes) akan diterapkan.
- Keluaran atau emisi yg menyebabkan polusi: Subproyek yang memproduksi keluaran atauemisi baik cair atau gas yang dapat menyebabkan polusi tidak akan didanai, kecuali :(a) penggunaannya sangat kecil dan (b) Bapedalda melakukan peninjauan dan sertifikasi bahwa proyek tersebut memenuhi standar pengendalian polusi air dan udara.
- Material berbahaya dan limbah: proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengirimkan bahan berbahaya (racun, bahan peledak dan korosif) atau tergolong dalam B3 (Bahan Baku Berbahaya) tidak akan didanai.
- Penebangan: Sub-proyek yang melakukan operasi penebangan atau pembelian alat-alat penebangan tidak akan didanai.
- Pembangunan di wilayah yang dilindungi: Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. KEP-17/MENLH/2001 berjudul : Jenis aktivitas pekerjaa yang diharuskan melakukan ANDAL, menjelaskan bahwa setiap pekerjaan atau aktivitas di lokasi yang dilindungi atau dapat menyebabkan perubahan peruntukan lokasi yang dilindungi harus melakukan ANDAL. Termasuk didalamnya adalah: hutan yang dilindungi, bantaran sungai, konservasi laut dan sungai, taman wisata alam, area padat penduduk, daerah sekitar sumber air/reservoir, area hutan bakau (mangrove), area serapan air, taman nasional, pinggiran pantai, taman hutan, area budaya yang dilindungi, area seputar mata air, area penelitian ilmiah, wilayah konservasi alam dan area yang rawan bencana alam. Tidak boleh ada permukiman baru atau perluasan permukiman di wilayah yang dilindungi yang termasuk dalam usulan proyek yang akan didanai. Kecuali jika permukiman sudah ada di wilayah tersebut dan kebijakan pemerintah mengijinkannya.
Tabel 8-4
Matrik Framework
N o . I s u / P e r m a s a l a h a n P e r K a w a s a n T u j u a n / S a s a r a n P e n d e k a t a n / S t r a t e g i P e m b a n g u n a n K e b i j a k a n P r o g r a m R u a n g L i n g k u p K e g i a t a n O u t p u t / O u t c o m e P e r f o r m a n c e I n d i c a t o r A s u m s i d a n R e s i k oPenataan sistem drainase
Kunjungan wisatawan meningkat
Kesadaran masyarakat kurang
5. Sampah bertambah kapasitas TPA berkurang
Lingkungan sehat Pengurangan sampah Sampah jadi uang Program sayang sampah (Pelaksanaan
3R) Penyuluhan dan pendampingan
Output: lingkungan sehat Outcome: Masyarakat sejahtera
Sampah terbuang berkurang
Kesadaran masyarakat kurang
6. Drainase yang belum optmal Lingkungan sehat Kelancaran Penyaluran air buangan
Pemeliharaan dan pembangunan prasarana drainase
Pembinaan pengelolaan sistem drainase
Penataan bangunan tradisional bersejarah
Output: lingkungan sehat Outcome: Masyarakat sejahtera
Alur air buangan lancar
Kesadaran masyarakat kurang
7. Pelayanan air minum belum efisien
Pemenuhan kebutuhan masyarakat
Pengembangan pelayanan air minum Peningkatan prasarana dan sarana
Pengembanga n sarana jaringan air minum
Pembangunan dan pembenahan jaringan transmisi dan distribusi
Output: Penambahan jaringan Outcome: Masyarakat sejahtera
Pengembanga n SPAM Pelayanan Belum maksimal
Output: Bangunan bersejarah lestari Outcome: Peningkatan daya tarik wisata
Penataan kawasan Penataan Lingkungan Pariwisata
1. Pengembangan kawasan jasa dan perdagangan kurang tertata
Output: kawasan perumahan Outcome: Masyarakat sejahetra
Penataan bangunan dan lingkungan
Pengembangan Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai sebagai kota yang tertata rapi
Penataan kawasan secara konsisten sesuai dengan RTRW
Pengembanga n Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci Kawasan
Penyusunan RDTRK Output: Produk RDTRK Outcome: Kenyamanan lingkungan
Ketersediaan RDTRK
Penyimpa ngan dalam pelaksanaan RDTRK
2. Backlog perumahan Pemenuhan kebutuhan rumah rakyat
Penyediaan perumahan Pengembangan rumah murah sederhana
Pengembanga n rusunawa DED & Pembangunan Rusunawa
Backlog kebutuhan rumah berkurang
Pelestarian cagar budaya Pengembangan Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai kota pariwisata berbasis budaya
Daya beli masyarakat rendah Lahan terbatas
3. Permukiman kumuh dan nelayan
Lingkungan kumuh menjadi sehat
Penataan permukiman Peningkatan prasarana dan sarana
Penataan dan perbaikan PSD Permukiman Kumuh
Pembangunan jalan lingkungan, sanitasi dan air bersih
Output: Lingkungan sehat Outcome: Masyarakat sejahtera
Peningkatan kesehatan masyarakat
Kesadaran masyarakat kurang
4. Bangunan bersejarah di kawasan pariwisata kurang terawat