DOCRPIJM 34f1a428dc BAB VIIIBAB 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

  Aspek Lingkungan dan Sosial

BAB 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

8.1 Aspek Lingkungan

8.1.1 Kualitas Air Sungai Mahakam

  

Kualitas Air yang dimaksud adalah kualitas sumber air baku (baik itu bagi masyarakat sekitar

maupun PDAM), dimana sumber air baku yang dipergunakan adalah air Sungai Mahakam.

Pengujian kualitas sumber air baku ini dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Daerah Kutai Kartanegara (Bapedalda) di DAS Sungai mahakam dan di sekitar outlet

  • – pembuangan limbah di sepanjang Sungai Mahakam. Gambar 5.1. berikut menunjukkan titik titik lokasi pengambilan sample air yang dilakukan pada Bulan Mei 2007.

DIMANA PEMANTAUAN KUALITAS AIR S.MAHAKAM DILAKUKAN

  

Gambar 8-1

Lokasi Pemantauan Kualitas Air di S. Mahakam

(Sumber : Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kab. Kutai Kartanegara, 2008)

  

Lokasi pengambilan sample air untuk di uji dilambil di delapan lokasi (SW) di sepanjang Sungai

Mahakam yaitu: SW 1 : Depan Sungai Karang Mumus (Kota Samarinda) SW 2 : Loa Janan (Batas Kukar

  • – Samarinda)

  Aspek Lingkungan dan Sosial SW 3 : Hulu Kukar (Kec. Muara Muntai) SW 4 : Pulau Atas (hilir Kota Samarinda) SW 5 : Kota Tenggarong (Depan Pulau Kumala) SW 6 : Depan DAS Belayan (hilir DAS Belayan) SW 7 : Delta Mahakam (Tanjung Dewa) SW 8 : Anggana (Sungai Meriam)

  

Gambar 8-2

Lokasi Pemantauan Kualitas Air di S. Mahakam (Dalam Wilayah Proyek Prokasih)

(Sumber : Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kab. Kutai Kartanegara, 2008)

  Aspek Lingkungan dan Sosial

Gambar 8-3

Lokasi Pengambilan Sampel Air di DAS S. Mahakam

  

(Sumber : Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kab. Kutai Kartanegara, 2008)

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 230

  Aspek Lingkungan dan Sosial

  31.7

  0.05

  0.08

  0.05

  0.05

  0.08

  3 -N) mg/L Spectrophotometric -

  5 Amoniak (NH

  19.4

  15.1

  0.1

  24.3

  18.6

  24.3

  15.07

  22.5

  25

  4 COD mg/L Titrimetric

  2.3

  0.05

  0.05

  1.9

  3 Arsen (As) mg/L AAS 1 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001

  Sumber: Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, 2008

  10 Perak (Ag) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND

  9 Nikel (Ni) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND

  8 Seng (Zn) mg/L AAS - <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05

  7 Timbal (Pb) mg/L AAS 0.03 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01

  6 Tembaga (Cu) mg/L AAS - <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02

  5 Cadmium (Cd) mg/L AAS 0.01 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

  4 Selenium (Se) mg/L AAS 0.05 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001

  0.05 ND ND ND ND ND ND ND ND

  6 Nitrit (N-NO

  2 Cr mg/L AAS

  1 Raksa (Hg) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND

  L O G A M B E R A T

  11 Surfaktan (Detergen) mg/L Spectrophotometric - <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01

  10 Senyawa Fenol mg/L Spectrophotometric - < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

  9 Minyak Bumi mg/L Gravimetric - ND ND ND ND ND ND ND ND

  8 Sulfida (H

  7 Sianida (CN) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND

  2 ) mg/L Spectrophotometric - ND ND ND ND ND ND ND ND

  3.8

  2.5

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 231

  69.11

  6.11

  65 K I M I A 1 pH - pH meter 6 - 9.

  79

  67

  62

  58 79 131 126

  3 TSS mg/L Gravimetric < 50

  2 Kekeruhan NTU - 91 121 7.2 123 140 56 195 156

  42.98

  2.1

  34.27

  39.49

  42.98

  25.55

  42.98

  41.23

  Spectrophotometric -

  1 Warna CU (Color Unit)

  

Tabel 8-1

Hasil Pengujian Sampel Air DAS Mahakam

N O P A R A M E T E R U N I T S M E T H O D S P P N o . 8 2 T h . 2 0 0 1 R E S U L T S A M P E L C O D E S W 1 S W 2 S W 3 S W 4 S W 5 S W 6 S W 7 S W 8 F I S I K A

  6.69

  6.4

  5.98

  2

  2.9

  1.8

  2.7

  3

  5 mg/L Winkler

  3 BOD

  2

  2.1

  1.8

  6.12

  2.1

  2.5

  1.9

  2

  4

  2 DO mg/L DO Meter

  6.05

  6.23

  6.7

2 S) mg/L Titrimetric - < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  

Selain beberapa parameter kualitas air baku seperti yang telah diuraikan diatas, air Sungai

Mahakam juga mengalami penurunan kualitas air yang disebabkan oleh proses alam yaitu air

  2

berwarna hitam pekat, dan berbau. Pada kondisi ini air mengalami penurunan kadar O

(Oksigen), sehingga sehingga air menjadi sulit untuk diolah. Pada kondisi seperti ini PDAM

tersebut PDAM Cabang Tenggarong melakukan pengumuman kepada pelanggan Cabang

Tenggarong dan sekitarnya bahwa sistem pendistribusian air bersih sedang mengalami

gangguan yang disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi yang disebabkan karena

perubahan kualitas air baku (bangar). Untuk mengatasi hal tersebut PDAM memberikan

pelayanan ekstra kepada pelanggan yaitu air gratis yang disediakan dengan mobil tangki.

  

Gambar 8-4

Kondisi Air Sungai Mahakam Pada Saat Bangar

8.1.2 Kualitas Air Sungai Tenggarong Sumber air baku PDAM Tirta Mahakam selain dari Sungai Mahakam adalah Sungai Tenggarong.

  

Oleh karena itu kualitas dari air baku selayaknya tetap dijaga, sehingga pengolahan air dari air

baku menjadi air obersih menjadi lebih ringan. Pengujian kualitas air Sungai Tenggarong

dilakukan oleh Sub Bidang Penanggulangan dan pencegahan Pencemaran Air Bidang

pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Kabupaten Kutai Kartanegara pada kegiatan

Prokasih tahun 2007.

  

Program Kali Bersih (Prokasih) adalah suatu program kerja pengendalian pencemaran air sungai

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas air agar tetap berfungsi sesuai dengan

peruntukannya. Prokasih merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan dilakukan oleh

Bapedalda Kabupaten Kutai .

  

Adapun Prokasih yang dilakukan oleh Bapedalda Kabupaten Kutai hanya meliputi sungai

Tenggarong dengan 5 (lima) titik sampling, diantaranya :

  1.

  (P1) Anak Sungai Tenggarong : Sungai Saka Kanan

  2.

  (P2) Anak Sungai Tenggarong : Sungai Saka Kiri

  3.

  (P3) Pertemuan Sungai Kanan dan Sungai Kiri

  4.

  (P4) Sungai Tenggarong : sekitar jembatan Loa Ipuh

  5.

  (P5) Sungai Tenggarong : sekitar jembatan Bongkok

  

Pada pelaksanaan Prokasih sungai tenggarong dapat dijumpai berbagai kegiatan masyarakat

yang bermukim dipinggiran sungai Tenggarong yang dapat menghasilkan limbah cair dan padat

antara lain : 1.

  MCK Peternakan ayam

3. Peternakan sapi 4.

  Industri pembuatan tahu dan tempe 5. Industri perkayuaan (sawmill) 6. Pertanian

Berdasarkan data Prokasih tahun 2001 dan 2003 dari data nilai rata tertinggi dan terendah pada

lokasi titik pantau per parameter kualitas air tersebut :

  

Tabel 8-2

Data Prokasih Tahun 2001 dan 2003

No Parameter Baku Mutu Nilai tara-rata

  

PP.RI N0.82 tahun

2001 2003

2002.

Kelas II

  1. Temperatur Deviasi 3 27.83 º 27.60 º

  2. Tatal Dissolved Solid (TDS) 1000 mg/l 105.47

  66.98

  3. Total Suspended Solid (TSS) 50 mg/l

  96

  67.53

  4. Derajat Keasaman (pH) 6-9

  6.76

  6.48

  5. Dissolved Oxygen (DO) 6 mg/l

  4.09

  4.35

  6. BOD

  5 3 mg/l

  2.53

  2.47

  7. COD 25 mg/l

  33.59

  32.88

  8. Sulfat ( SO

  4 ) ( - )

  29.77

  12.06

  9. Amonia (NH ) ( - )

  0.4

  1.15

  3

  10. Nitrat (NO

  3 ) 10 mg/l

  0.36

  0.78

  11. Besi (Fe) ( - )

  3.19

  1.80

  12. Mangan (Mn) ( - )

  0.09

  0.14 13. 0.2 25 mg/l

  2.12

  1.34 14.

  E. Coli 1000 Jml/100ml 15876.67 MPN 15423.3 MPN

  15. Colliform 5000 Jml/100ml MPN MPN

  Sumber: Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kutai Kartanegara, 2008

8.2 Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

  8.2.1 Sistem Pengelolaan

Dalam pengelolaan safeguard perlu memperhatikan persyaratan pemerintah terkait safeguard,

evaluasi dampak lingkungan, dan pengklasifikasian/kategori dampak lingkungan. Untuk

persyaratan pemerintah terkait safeguard meliputi; AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL),

dan UKL/UPL. Selain itu adanya lembaga/instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan safeguard, seperti BLHD (Bapedalda) yang bertanggung jawab untuk mengkaji dan

memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan.

  8.2.2 Pelaksanaan Pengelolaan

Pengamanan Lingkungan dan Sosial dikenal dengan Safeguard merupakan salah satu langkah

pengamanan dampak lingkungan dan sosial yang mungkin timbul akibat adanya pembangunan

khususnya pembangunan infrastruktur. Pola pengamanan meliputi seluruh tahap pelaksanaan

pembangunan infrastruktur yang dijelaskan berikut ini:

  • Tahap Perencanaan : Persiapan penyusunan proposal perlu memperhatikan aspek yang

    terkait dengan safeguard lingkungan seperti :
    • fungsi dan lokasi pembangunan memiliki kesesuaian dengan tata ruang setempat,
    • • memperhatikan kondisi sekitar seperti adanya garis sempadan pantai dan sungai serta

      kemungkinan terjadinya longsor.

  Aspek yang terkait dengan safeguard sosial seperti :

  • penyepakatan secara tertulis pola kontribusi lahan milik masyarakat pada lokasi pembangunan infrastruktur untuk mencegah terjadinya permasalahan.
  • peran serta kaum rentan dan penduduk asli dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur
    • Tahap pelaksanaan konstruksi terutama terkait dengan aspek safeguard lingkungan seperti;

  • Pada pembangunan MCK perlu memperhatikan perletakan septictank dan pembuangan limbah cair rumah tangga terhadap sumber-sumber air bersih sekitar seperti sumur perorangan maupun komunal.
  • Pada pembangunan yang memanfaatkan sumber-sumber air perlu memperhatikan kemungkinan terdapatnya logam-logam berat seperti merkuri (sepanjang pantai) atau besi dan mangan.
  • Pengadaan dan penggunaan material kayu yang mendapatkan ijin pemanfataan dari Dinas Kehutanan.
    • Tahap pasca konstruksi terkait dengan pemanfaatan hasil – hasil pembangunan antara lain;

  • Menjaga dan memelihara kualitas air yang dipergunakan sehari – hari seperti tidak terkena sumber pencemaran baru.
  • Menjaga hasil pembangunan yang melalui lahan milik masyarakat yang telah disepakati pola pemanfaatannya. Seperti pada pembangunan jaringan jalan, perpipaan air bersih maupun saluran pembuangan, perlu diperhatikan konsep penggunaan yang mendukung terpeliharanya prasarana sehingga diperoleh umur manfaat minimal 5 thn.

  

Dari ketiga tahapan pola pengamanan diatas diharapkan dapat mencegah atau mengurangi

terjadinya kerusakan lingkungan. Disamping pola pengamanan, prinsip dasar dalam penilaian

kelayakan lingkungan pun harus tetap ditaati dalam pengembangan seluruh aspek

pembangunan, terutama infrastrukur.

   Prinsip Dasar 1 . Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah sebagai berikut :

  a. Usulan atau kegiatan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negative terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;

  b. Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan c. Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

c) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard

8.3.2 Pelaksanaan Pemantauan Diterapkan standar kriteria pemeriksaan lingkungan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  Pengambilan Air Baku Liter/Detik 250 -250

  8.2.3 Pembiayaan Pengelolaan

Untuk pembiayaan pengelolaan safeguard perlu kerja sama dari berbagai pihak, baik itu dari

pemerintah (daerah maupun pusat), juga perlu melibatkan swasta dan masyarakat.

   Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan

  8.3.1 Tipe Pemantauan

Salah satu rencana pemantauan safeguard sosial dan lingkungan adalah dengan dilakukannya

pemeriksaan terhadap lingkungan. Setiap usulan kegiatan program (proyek/sub-proyek) akan

diperiksa dengan kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah Indonesia untuk memastikan

tidak ada sub-proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada

pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan

lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan usulan tersebut masuk dalam yang

mana dari 4 kategori berikut ini:

  a) Usulan program yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara menyeluruh yang untuk itu Kantor Menteri Negara Lingkungan telah menetapkan kriterianya (lihat Tabel 5.36.).

  b) Usulan program yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi sub-proyek. Menteri PU telah menetapkan kriteria untuk menentukan sub-proyek yang membutuhkan UKL/UPL dan Menneg LH telah menetapkan kriteria untuk ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan);

  operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menetapkan pedoman/prosedur operasi standar utk proyek/sub proyek jenis itu (termasuk pengendalian debu, kebisingan, lalulintas di lokasi konstruksi, spesifikasi pengisian tanah dan penghijauan dilahan kritis, prosedur mengendalikan dampak negatif pengangkutan sampah, dsb).

  d) Usulan-usulan yang tidak memerlukan studi lingkungan, karena jenis kegiatan yang diusulkan bukan merupakan kegiatan konstruksi, tidak menimbulkan gangguan atas tanah atau air dan tidak melibatkan pembuangan limbah.

  

Tabel 8-3

Kriteria Pemeriksaan Lingkungan

Sektor/Proyek Unit ANDAL UKL/UPL &lt; - Penyediaan Air Bersih

  • – 50 Transmisi (kota besar) Km

  10

  • – 2 Distribusi (kota besar)
  • – 100

  • – 1 atau 5 – 2
  • – 3 atau 10 - 5
  • – 5 Pelebaran (kota besar) Km; atau ha

  10

  Jembatan di kota kecil M - &gt;/= 60

  5 &gt;/= 10 (jika Jembatan di kota besar pembebasan tanah) M - &gt;/= 20

  30

  30

  c. kota kecil Km

  10

  10

  b. kota sedang Km; atau ha

  5

  5

  a. kota besar Km; atau ha

  Pembangunan baru :

  Ha 500 -500

  

Jalan Kota

  Sektor/Proyek Unit ANDAL UKL/UPL &lt; - ≥ ≥ Limbah Cair dan Sanitasi

  IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Ha 2 &lt; 2 ha Terpadu Sistem Perpipaan Air Limbah Ha 500 &lt; 500

  IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Ha 3 &lt; 3

  Persampahan

  Timbunan (sanitary landfill)/TPA ha atau ton 1000 &lt; 10 atau &lt; 10000

  • – TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ha atau ton 5000 &lt; 5 atau &lt; 5000 Transfer station didaerah pasang surut 1000 &lt; 1000

  Drainase &amp; Pengendalian Banjir

  a. kota besar Km 5 &lt; 5 atau 5

  • – 1

  b. kota sedang Km 10 &lt; 10 atau 2

  • – 10

  c. kota kecil (desa) Km 25 &gt; 5

  Perbaikan kampong Kota besar Ha 200 &gt;/= 1 Kota sedang Ha &gt;/= 2 Upgrading Ha &gt;/= 1

  

Sumber: KEP-17/MENLH/2001 untuk ANDAL (Jenis) dan KEPMEN PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL-UPL dalam modul BLM, 2009

  5 Pemeriksaan khusus akan diterapkan pada kasus-kasus berikut ini :

  • Pestisida, pengikisan ozon, tembakau atau produknya: seluruh kegiatan program yang mengandung unsur ini tidak akan didanai atau ditolak.
  • Asbes : subproyek/proyek yang menggunakan asbes atau komponen yang mengandung asbes tidak akan didanai. Tatacara penanggulangan khusus penggunaan asbes untuk perbaikan bangunan yang sudah menggunakan asbes (seperti renovasi gedung sekolah yang menggunakan atap asbes) akan diterapkan.
  • Keluaran atau emisi yg menyebabkan polusi: Subproyek yang memproduksi keluaran atauemisi baik cair atau gas yang dapat menyebabkan polusi tidak akan didanai, kecuali :(a) penggunaannya sangat kecil dan (b) Bapedalda melakukan peninjauan dan sertifikasi bahwa proyek tersebut memenuhi standar pengendalian polusi air dan udara.
  • Material berbahaya dan limbah: proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengirimkan bahan berbahaya (racun, bahan peledak dan korosif) atau tergolong dalam B3 (Bahan Baku Berbahaya) tidak akan didanai.
  • Penebangan: Sub-proyek yang melakukan operasi penebangan atau pembelian alat-alat penebangan tidak akan didanai.
  • Pembangunan di wilayah yang dilindungi: Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. KEP-17/MENLH/2001 berjudul : Jenis aktivitas pekerjaa yang diharuskan melakukan ANDAL, menjelaskan bahwa setiap pekerjaan atau aktivitas di lokasi yang dilindungi atau dapat menyebabkan perubahan peruntukan lokasi yang dilindungi harus melakukan ANDAL. Termasuk didalamnya adalah: hutan yang dilindungi, bantaran sungai, konservasi laut dan sungai, taman wisata alam, area padat penduduk, daerah sekitar sumber air/reservoir, area hutan bakau (mangrove), area serapan air, taman nasional, pinggiran pantai, taman hutan, area budaya yang dilindungi, area seputar mata air, area penelitian ilmiah, wilayah konservasi alam dan area yang rawan bencana alam. Tidak boleh ada permukiman baru atau perluasan permukiman di wilayah yang dilindungi yang termasuk dalam usulan proyek yang akan didanai. Kecuali jika permukiman sudah ada di wilayah tersebut dan kebijakan pemerintah mengijinkannya.
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 237

  

Tabel 8-4

Matrik Framework

N o . I s u / P e r m a s a l a h a n P e r K a w a s a n T u j u a n / S a s a r a n P e n d e k a t a n / S t r a t e g i P e m b a n g u n a n K e b i j a k a n P r o g r a m R u a n g L i n g k u p K e g i a t a n O u t p u t / O u t c o m e P e r f o r m a n c e I n d i c a t o r A s u m s i d a n R e s i k o

  Penataan sistem drainase

  Kunjungan wisatawan meningkat

  Kesadaran masyarakat kurang

  5. Sampah bertambah kapasitas TPA berkurang

  Lingkungan sehat Pengurangan sampah Sampah jadi uang Program sayang sampah (Pelaksanaan

  3R) Penyuluhan dan pendampingan

  Output: lingkungan sehat Outcome: Masyarakat sejahtera

  Sampah terbuang berkurang

  Kesadaran masyarakat kurang

  6. Drainase yang belum optmal Lingkungan sehat Kelancaran Penyaluran air buangan

  Pemeliharaan dan pembangunan prasarana drainase

  Pembinaan pengelolaan sistem drainase

  Penataan bangunan tradisional bersejarah

  Output: lingkungan sehat Outcome: Masyarakat sejahtera

  Alur air buangan lancar

  Kesadaran masyarakat kurang

  7. Pelayanan air minum belum efisien

  Pemenuhan kebutuhan masyarakat

  Pengembangan pelayanan air minum Peningkatan prasarana dan sarana

  Pengembanga n sarana jaringan air minum

  Pembangunan dan pembenahan jaringan transmisi dan distribusi

  Output: Penambahan jaringan Outcome: Masyarakat sejahtera

  Pengembanga n SPAM Pelayanan Belum maksimal

  Output: Bangunan bersejarah lestari Outcome: Peningkatan daya tarik wisata

  Penataan kawasan Penataan Lingkungan Pariwisata

  1. Pengembangan kawasan jasa dan perdagangan kurang tertata

  Output: kawasan perumahan Outcome: Masyarakat sejahetra

  Penataan bangunan dan lingkungan

  Pengembangan Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai sebagai kota yang tertata rapi

  Penataan kawasan secara konsisten sesuai dengan RTRW

  Pengembanga n Detail Tata Ruang Kawasan dan Rencana Rinci Kawasan

  Penyusunan RDTRK Output: Produk RDTRK Outcome: Kenyamanan lingkungan

  Ketersediaan RDTRK

  Penyimpa ngan dalam pelaksanaan RDTRK

  2. Backlog perumahan Pemenuhan kebutuhan rumah rakyat

  Penyediaan perumahan Pengembangan rumah murah sederhana

  Pengembanga n rusunawa DED &amp; Pembangunan Rusunawa

  Backlog kebutuhan rumah berkurang

  Pelestarian cagar budaya Pengembangan Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai kota pariwisata berbasis budaya

  Daya beli masyarakat rendah Lahan terbatas

  3. Permukiman kumuh dan nelayan

  Lingkungan kumuh menjadi sehat

  Penataan permukiman Peningkatan prasarana dan sarana

  Penataan dan perbaikan PSD Permukiman Kumuh

  Pembangunan jalan lingkungan, sanitasi dan air bersih

  Output: Lingkungan sehat Outcome: Masyarakat sejahtera

  Peningkatan kesehatan masyarakat

  Kesadaran masyarakat kurang

  4. Bangunan bersejarah di kawasan pariwisata kurang terawat