ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Bab
8
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
8.1. PETUNJUK UMUM
Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki
program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi, masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas, dari pencemaran air
limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman
(municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga)
yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan
permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola
agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air
tanah, karena sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus,
kolera, dll.
8.1.1. Prinsip Dasar Safeguard
Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi
infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan
dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi
dampak negatif maka Pemerintah Kota Pematangsiantar perlu memastikan
adanya. upaya mitigasi. yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik
pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya.
Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
LAPORAN AKHIR
VIII - 1
diperlukan tahap-tahap sebagai berikut :
ldentifikasi, penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak;
Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan.
Pada saat yang. sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak
dan altematif rencana tindak penanganannya;
Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak;
Pementauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; dan
Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints)
yang cepat dan efektif.
8.1.2. Kerangka Safeguard
Sesuai karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi
infrastruktur, lingkup kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta
Karya terdiri dari komponen:
1.
Safeguard Lingkungan, dimaksudkan untuk
membantu Pemerintah
Kabupaten untuk melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan,
pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan,
promosi manfaat Iingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi
publik dengan warga yang terkena dampak
2.
Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali, dimaksudkan untuk
membantu Pemerintah Kabupaten untuk mengevaluasi secara sistematik
dalarn pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak
diinginkan. promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta
konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pernindahan
LAPORAN AKHIR
VIII - 2
8.1.2.1 Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan
1. Pemrakarsa Kegiatan.
Kegiatan Safeguard Lingkungan di Kota Pematangsiantar dirumuskan dan
diprakarsai
oleh
Badan
Pembangunan
Daerah
(Bappeda)
Kota
Pematangsiantar yang bertanggung jawab untuk melaksanakan:
Perumusan KA ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,
melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya dibantu
Kantor Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar.
Konsultasi dengan warga yang potensial dipengaruhi dampak Iingkungan
atau PAP dalam forum stakeholder yang mencakup: ringkasan tujuan,
rincian, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya safeguard
Lingkungan.
Melaporkan pelaksanaan dan pemantauan RKL/RPL kepada Kantor
Lingkungan Hidup ;
Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau
UKL/UPL pada masyarakat dalam waktu yang tidak terbatas;
Penanganan keluhan publik secara transparan sebelum kegiatan dimulai
dan jika keluhan disampaikan sebelum/selama/masa operasi kegiatan
kontruksi maka keluhan perlu ditangani secara musyawarah antara
pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.
2. Bappedalda
Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8612003, Dinas/Instansi
yang berkecimpung dalam masalah Iingkungan hidup bertanggung jawab
untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang
dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan
LAPORAN AKHIR
VIII - 3
Dalam pelaksanaan RPIJM, Kantor Lingkungan Hidup juga bertanggung
jawab untuk melakukan supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan
pemantauan terhadap Iingkungan secara umum.
Di Kota Pematangsiantar, Badan Lingkungan Hidup (BLH) merupakan
anggota tetap Komisi AMDAL yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk melakukan:
Kajian dan persetujuan terhadap KA-AMDAL, AMDAL dan RKL/RPL yang
dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;
Penyampaian
laporan
hasil
kajian
yang
dilakukan
kepada
Walikota/Bupati yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 2711999
mengenai AMDAL, pasal 8, dalam RPIJM yang dimaksudkan sebagai
Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kabupaten/Kota).
8.1.2.2 Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik
pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari . satu
tahun.
Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil
harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar
kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and
resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada.prinsip-prinsip berikut:
1.
Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak
yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan,
tanaman, dll) yang terkena dampak;
LAPORAN AKHIR
VIII - 4
2.
Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP)
harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti:
penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta
lokasi tempat pemukiman kembali;
3.
Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga
tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang
setara dengan harga pasar tanah dan asetnya termasuk biaya pindah,
pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi kesempatan untuk mengkaji
rencana pengadaan tanah.a
4.
Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan.
5.
Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :
DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah
miliknya
Tanah hibahkan nilainya ≤ 10% dari nilai tanah bangunan atau aset lain
yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.
Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah
pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team
atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk
melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus
didokumentasikan secara formal;
1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas lahan yang diperlukan,
jumlah warga yang terkena dampak, pendapatan serta status pekerjaan DP,
harga pasaran tanah yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung
oleh NJOP sebelum pembebasan tanah;
2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK,
atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus
didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali
atau RTPTPK.
LAPORAN AKHIR
VIII - 5
3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang
atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan
pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung
dengan RTPTPK sederhana.
4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan
Safeguard.
5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:
Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang
memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi
dilakukan;
Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar
bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;
Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman
ditambah biaya kerugian non material lain,
Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti
rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset.
Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman
dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas,
atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:
Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset
produktif,
Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau
prasarana.
6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan
menjadi:
Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,
Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap
LAPORAN AKHIR
VIII - 6
lahan
Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik
tanah,
Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum
ataupun perjanjian dengan pemilik tanah,
Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk
kepentingan agama).
8.1.2.3
Prosedur Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Sesuai keputusan Presiden No. 88/1993 tentang pembebasan tanah untuk
pembangunan bagi kepentingan umum. Prosedur pelaksanaan safeguard
pembebasan tanah dan pemukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan
utama yang meliputi :
penilaian awal untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan
memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan pemukiman kembali atau
tidak.
Perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali
atau
(RTPTPK)
sederhana
atau
menyeluruh
harus
didukung
SK
Gubenur/Bupatii/Walikota.
Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai sebelum
usulan disampaikan, harus di periksa kembali (recheck) dengan tracer study
yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah
sesuai dengan standar yang berlaku.
8.1.2.4. Pembiayaan
Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan untuk
safeguard lingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dengan dana pendamping dari Pemerintah Kota Pematangsiantar. Sedangkan
LAPORAN AKHIR
VIII - 7
pembiayaan
safe
guard
Pengadaan
tanah
dan
permukiman
kembali
direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Provinsi.
8.2
KOMPONEN SAFEGUARD
8.2.1 Komponen Sosial Ekonomi
Komponen Safeguard bidang Sosial Ekonomi:
Tingkat Pendidikan
Tingkat Kesejahteraan dan Pendapatan Per Kapita
Tingkat Kesehatan
8.2.2 Komponen Sosial Budaya
Komponen Safeguard bidang Sosial Budaya:
Agama, Suku dan Budaya Lokal
Tingkat Partisipasi, Kecenderungan, dan Kepekaan sosial
8.2.3 Komponen Lingkungan
Komponen Safeguard Lingkungan,
8.3
Masyarakat yang ikut partisipasi,
Ketersediaan Lahan
METODE PENDUGAAN DAMPAK
Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan,
yakni melihat dampak fisik dan dampak non fisik.
Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan
asset produksi,
Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam
sekitar,
Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi,
LAPORAN AKHIR
VIII - 8
Pendugaan dampak
melihat
tingkat
kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar lokasi,
Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.
Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja
atau terhadap prasarana dan sarana, dsb.
8.4
PEMILIHAN ALTERNATIF
8.4.1 Proses Pemilihan Alternatif
Proses Pemilihan Safeguard Lingkungan dan Safeguard Pengadaan Tanah
dan Permukiman Kembali direncanakan dilakukan melalui study dan
Penelitian langsung ke lokasi yang direncanakan dengan tetap melihat
tingkat efektifitas, nilai ekonomi, serta potensi dampak yang
ditimbulkan.
8.4.2 Penyajian Pemilihan Alternatif
Proses Penyajian Pemilihan Safeguard alternative untuk safe guard
lingkungan dan safe guard pengadaan tanah dan permukiman kembali
yaitu dengan memaparkan dan membandingkan antara 2 (dua) atau
lebih safe guard yang lebih bernilai ekonomis, lebih efektif, potensial
menimbulkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif.
8.5
RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
8.5.1 Sistem Pengelolaan
Sistem Pengelolaan Safe guard Lingkungan dan Safe guard Pengadaan Tanah dan
Permukiman kembali di Kota Pematangsiantar direncanakan dikelola dengan
sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Wilayah
Kabuapaten Tapanuli Tengah dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat
Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.
LAPORAN AKHIR
VIII - 9
8.5.2 Pelaksanaan Pengelolaan
Pengelolaan Safeguard sosial
direncanakan dikelola oleh Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan, Dinas
Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi.
Pengelolaan Safeguard Pengadaan lahan dan permukiman kembali direncanakan
dikelola oleh Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kota
Pematangsiantar dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kota Pematangsiantar.
8.5.3 Pembiayaan Pengelolaan
Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan
bertahap pada Tahun Anggaran 2009 dan Tahun Anggaran 2010 untuk safe
guard Iingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dengan
dana
pendamping
dari Pemerintah
Kota
Pematangsiantar.
Sedangkan
pembiayaan safeguard Pengadaan tanah dan permukiman kembali direncanakan
dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten.
8.6 RENCANA PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
8.6.1 Prosedur Pemantauan
Untuk memastikan bahwa safeguard Iingkungan dan safeguard pengadaan
tanah dipantau dengan baik, maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:
Identifikasi, Penyaringan dan Pengelompokan dampak,
Study dan Penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan,
berupa diskusi, dan konsultasi,
Perumusan dan perencanaan rencana pemantauan,
Pemantauan ulang terhadap proses diatas,
Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safe guard
LAPORAN AKHIR
VIII - 10
8.6.2 Pelaksanaan Pemantauan
Pelaksanaan Pemantauan Safeguard Sosial dan Safeguard Pengadaan Tanah dan
Permukiman kembali dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Pematangsiantar dengan melibatkan Satuan Perangkat Kerja
Daerah terkait sesuai tugas masingmasing-masing SKPD dengan melibatkan
peran serta masyarakat.
LAPORAN AKHIR
VIII - 11
8
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
8.1. PETUNJUK UMUM
Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki
program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi, masyarakat
hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas, dari pencemaran air
limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman
(municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga)
yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan
permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola
agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air
tanah, karena sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus,
kolera, dll.
8.1.1. Prinsip Dasar Safeguard
Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi
infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan
dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila terjadi
dampak negatif maka Pemerintah Kota Pematangsiantar perlu memastikan
adanya. upaya mitigasi. yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik
pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya.
Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
LAPORAN AKHIR
VIII - 1
diperlukan tahap-tahap sebagai berikut :
ldentifikasi, penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak;
Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan.
Pada saat yang. sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak
dan altematif rencana tindak penanganannya;
Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak;
Pementauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; dan
Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints)
yang cepat dan efektif.
8.1.2. Kerangka Safeguard
Sesuai karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi
infrastruktur, lingkup kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta
Karya terdiri dari komponen:
1.
Safeguard Lingkungan, dimaksudkan untuk
membantu Pemerintah
Kabupaten untuk melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan,
pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan,
promosi manfaat Iingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi
publik dengan warga yang terkena dampak
2.
Safeguard Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali, dimaksudkan untuk
membantu Pemerintah Kabupaten untuk mengevaluasi secara sistematik
dalarn pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak
diinginkan. promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta
konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pernindahan
LAPORAN AKHIR
VIII - 2
8.1.2.1 Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan
1. Pemrakarsa Kegiatan.
Kegiatan Safeguard Lingkungan di Kota Pematangsiantar dirumuskan dan
diprakarsai
oleh
Badan
Pembangunan
Daerah
(Bappeda)
Kota
Pematangsiantar yang bertanggung jawab untuk melaksanakan:
Perumusan KA ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,
melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya dibantu
Kantor Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar.
Konsultasi dengan warga yang potensial dipengaruhi dampak Iingkungan
atau PAP dalam forum stakeholder yang mencakup: ringkasan tujuan,
rincian, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya safeguard
Lingkungan.
Melaporkan pelaksanaan dan pemantauan RKL/RPL kepada Kantor
Lingkungan Hidup ;
Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau
UKL/UPL pada masyarakat dalam waktu yang tidak terbatas;
Penanganan keluhan publik secara transparan sebelum kegiatan dimulai
dan jika keluhan disampaikan sebelum/selama/masa operasi kegiatan
kontruksi maka keluhan perlu ditangani secara musyawarah antara
pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.
2. Bappedalda
Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8612003, Dinas/Instansi
yang berkecimpung dalam masalah Iingkungan hidup bertanggung jawab
untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang
dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan
LAPORAN AKHIR
VIII - 3
Dalam pelaksanaan RPIJM, Kantor Lingkungan Hidup juga bertanggung
jawab untuk melakukan supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan
pemantauan terhadap Iingkungan secara umum.
Di Kota Pematangsiantar, Badan Lingkungan Hidup (BLH) merupakan
anggota tetap Komisi AMDAL yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk melakukan:
Kajian dan persetujuan terhadap KA-AMDAL, AMDAL dan RKL/RPL yang
dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan;
Penyampaian
laporan
hasil
kajian
yang
dilakukan
kepada
Walikota/Bupati yang bersangkutan (sesuai dengan PP No. 2711999
mengenai AMDAL, pasal 8, dalam RPIJM yang dimaksudkan sebagai
Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat Kabupaten/Kota).
8.1.2.2 Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik
pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari . satu
tahun.
Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil
harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar
kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and
resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada.prinsip-prinsip berikut:
1.
Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak
yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan,
tanaman, dll) yang terkena dampak;
LAPORAN AKHIR
VIII - 4
2.
Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP)
harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti:
penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta
lokasi tempat pemukiman kembali;
3.
Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga
tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang
setara dengan harga pasar tanah dan asetnya termasuk biaya pindah,
pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi kesempatan untuk mengkaji
rencana pengadaan tanah.a
4.
Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan.
5.
Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :
DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah
miliknya
Tanah hibahkan nilainya ≤ 10% dari nilai tanah bangunan atau aset lain
yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.
Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah
pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team
atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk
melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus
didokumentasikan secara formal;
1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas lahan yang diperlukan,
jumlah warga yang terkena dampak, pendapatan serta status pekerjaan DP,
harga pasaran tanah yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung
oleh NJOP sebelum pembebasan tanah;
2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK,
atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus
didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali
atau RTPTPK.
LAPORAN AKHIR
VIII - 5
3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang
atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan
pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung
dengan RTPTPK sederhana.
4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan
Safeguard.
5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:
Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang
memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi
dilakukan;
Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar
bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;
Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman
ditambah biaya kerugian non material lain,
Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti
rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset.
Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman
dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas,
atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:
Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset
produktif,
Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau
prasarana.
6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan
menjadi:
Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,
Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap
LAPORAN AKHIR
VIII - 6
lahan
Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik
tanah,
Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum
ataupun perjanjian dengan pemilik tanah,
Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk
kepentingan agama).
8.1.2.3
Prosedur Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Sesuai keputusan Presiden No. 88/1993 tentang pembebasan tanah untuk
pembangunan bagi kepentingan umum. Prosedur pelaksanaan safeguard
pembebasan tanah dan pemukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan
utama yang meliputi :
penilaian awal untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan
memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan pemukiman kembali atau
tidak.
Perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali
atau
(RTPTPK)
sederhana
atau
menyeluruh
harus
didukung
SK
Gubenur/Bupatii/Walikota.
Pembebasan tanah (dan pemukiman kembali) yang telah selesai sebelum
usulan disampaikan, harus di periksa kembali (recheck) dengan tracer study
yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah
sesuai dengan standar yang berlaku.
8.1.2.4. Pembiayaan
Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan untuk
safeguard lingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dengan dana pendamping dari Pemerintah Kota Pematangsiantar. Sedangkan
LAPORAN AKHIR
VIII - 7
pembiayaan
safe
guard
Pengadaan
tanah
dan
permukiman
kembali
direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Provinsi.
8.2
KOMPONEN SAFEGUARD
8.2.1 Komponen Sosial Ekonomi
Komponen Safeguard bidang Sosial Ekonomi:
Tingkat Pendidikan
Tingkat Kesejahteraan dan Pendapatan Per Kapita
Tingkat Kesehatan
8.2.2 Komponen Sosial Budaya
Komponen Safeguard bidang Sosial Budaya:
Agama, Suku dan Budaya Lokal
Tingkat Partisipasi, Kecenderungan, dan Kepekaan sosial
8.2.3 Komponen Lingkungan
Komponen Safeguard Lingkungan,
8.3
Masyarakat yang ikut partisipasi,
Ketersediaan Lahan
METODE PENDUGAAN DAMPAK
Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan,
yakni melihat dampak fisik dan dampak non fisik.
Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan
asset produksi,
Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam
sekitar,
Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi,
LAPORAN AKHIR
VIII - 8
Pendugaan dampak
melihat
tingkat
kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar lokasi,
Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.
Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja
atau terhadap prasarana dan sarana, dsb.
8.4
PEMILIHAN ALTERNATIF
8.4.1 Proses Pemilihan Alternatif
Proses Pemilihan Safeguard Lingkungan dan Safeguard Pengadaan Tanah
dan Permukiman Kembali direncanakan dilakukan melalui study dan
Penelitian langsung ke lokasi yang direncanakan dengan tetap melihat
tingkat efektifitas, nilai ekonomi, serta potensi dampak yang
ditimbulkan.
8.4.2 Penyajian Pemilihan Alternatif
Proses Penyajian Pemilihan Safeguard alternative untuk safe guard
lingkungan dan safe guard pengadaan tanah dan permukiman kembali
yaitu dengan memaparkan dan membandingkan antara 2 (dua) atau
lebih safe guard yang lebih bernilai ekonomis, lebih efektif, potensial
menimbulkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif.
8.5
RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
8.5.1 Sistem Pengelolaan
Sistem Pengelolaan Safe guard Lingkungan dan Safe guard Pengadaan Tanah dan
Permukiman kembali di Kota Pematangsiantar direncanakan dikelola dengan
sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Wilayah
Kabuapaten Tapanuli Tengah dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat
Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.
LAPORAN AKHIR
VIII - 9
8.5.2 Pelaksanaan Pengelolaan
Pengelolaan Safeguard sosial
direncanakan dikelola oleh Dinas Pendidikan,
Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan, Dinas
Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi.
Pengelolaan Safeguard Pengadaan lahan dan permukiman kembali direncanakan
dikelola oleh Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kota
Pematangsiantar dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kota Pematangsiantar.
8.5.3 Pembiayaan Pengelolaan
Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan
bertahap pada Tahun Anggaran 2009 dan Tahun Anggaran 2010 untuk safe
guard Iingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dengan
dana
pendamping
dari Pemerintah
Kota
Pematangsiantar.
Sedangkan
pembiayaan safeguard Pengadaan tanah dan permukiman kembali direncanakan
dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten.
8.6 RENCANA PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN
8.6.1 Prosedur Pemantauan
Untuk memastikan bahwa safeguard Iingkungan dan safeguard pengadaan
tanah dipantau dengan baik, maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:
Identifikasi, Penyaringan dan Pengelompokan dampak,
Study dan Penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan,
berupa diskusi, dan konsultasi,
Perumusan dan perencanaan rencana pemantauan,
Pemantauan ulang terhadap proses diatas,
Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safe guard
LAPORAN AKHIR
VIII - 10
8.6.2 Pelaksanaan Pemantauan
Pelaksanaan Pemantauan Safeguard Sosial dan Safeguard Pengadaan Tanah dan
Permukiman kembali dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Pematangsiantar dengan melibatkan Satuan Perangkat Kerja
Daerah terkait sesuai tugas masingmasing-masing SKPD dengan melibatkan
peran serta masyarakat.
LAPORAN AKHIR
VIII - 11