BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) - PENGARUH LABA AKUNTANSI, ARUS KAS OPERASIONAL, LIKUIDITAS, DAN DIVIDEN KAS TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP DIVIDEN KAS (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan

  agent . Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-

  mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Dimana pemegang saham/investor sebagai principal dan manajemen sebagai agent.

  Hubungan ini tidak selalu harmonis, teori keagenan berkaitan dengan konflik agency, atau konflik kepentingan antara agen dan pelaku. Dalam hal ini pemegang saham dengan manajemen mempunyai kepentingan yang berbeda. Manajemen dituntut untuk bisa membuat kebijakan yang dapat menyeimbangkan antara kepentingan pemegang saham dan kepentingan pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini mempertimbangkan berbagai faktor seperti berapa laba akuntansi yang diperoleh suatu perusahaan, cukupkah arus kas untuk tetap melakukan kegiatan operasional perusahaan dan bagaimana kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya kaitannya dengan pembagian dividen kas kepada para pemegang saham. Bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana perkembangan perusahaan terutama dari kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan

  (Iskandarsyah dkk, 2014). Investor mengharapkan pembayaran dividen tunai yang mengalami peningkatan atau setidaknya konsisten dari tahun ke tahun (Dewi, 2016).

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

  Teori sinyal menjelaskan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkanakuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas, karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Laporan keuangan merupakan sarana mengkomunikasikan informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Laporan keuangan dapat menunjukkan informasi kinerja perusahaan pada periode tertentu, sehingga pengambilan keputusan investasi menjadi tepat (Iskandarsyah dkk, 2014). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik (Syamsull, 2006 dalam Mirantiani, 2016). Teori sinyal ini menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi kepada pihak lain jangan sampai terjadi ketidakseimbangan informasi.

  Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Informasi laba dan pengumuman dividen dapat memberikan sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang (Mirantiani, 2016). Jika prospek perusahaan di masa yang akan datang baik maka pendapatan dan aliran kas diharapkan meningkat sehingga perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividennya. Perusahaan akan membagikan dividennya apabila suatu perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang besar, hal ini akan memberikan sinyal yang positif bagi para investor karena semakin besar keuntungan yang didapat perusahaan maka jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan ikut meningkat dan perusahaan tersebut dapat membagikan dividen dalam jumlah yang besar kepada para investor (Rosnah, 2007 dalam Mirantiani, 2016).

3. Laporan Keuangan

  Menurut Soemarsono (2004) dalam Mirantiani (2016) laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos perusahaan dalam satu periode. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.

  Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomik bagi para penggunanya.

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) dalam Mirantiani 2016, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan akan menggunkannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila dilaporkan tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

  a. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

  b. Informasi laporan keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.

  c. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

4. Dividen Kas

  Dividen adalah sebagai pembayaran kepada investor atas investasinya dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend). Menurut Stice et.al. (2004: 902) dalam Mardiani (2014) menyebutkan bahwa dividen adalah pembayaran kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan lembar saham yang dipegang oleh masing- masing pemilik. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan itulah yang merupakan kebijakan dividen pemimpin perusahaan.

  Kebikajan dividen adalah kuputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para investor (Iskandarsyah dkk, 2014). Kebijakan tersebut mencakup besarnya bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan (Anan, 2012 dalam Mirantiani, 2016).

  Dividen yang bisa diperoleh oleh para investor ada dua jenis, yaitu dividen kas dan dividen non kas. Dividen kas (cash dividend) adalah dividen yang dibayarkan perusahaan pada investor dalam bentuk uang tunai. Menurut Setiyowati (2014), dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayarkan oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya. Para investor lebih tertarik pada pembayaran dividen tunai sebab dapat meminimalisir ketidakpastian atas investasinya pada suatu perusahaan (Wahyuni & Subagyo, 2013). Dividend Payout Ratio merupakan proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen kas. Rasio ini menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. DPR dapat ditemukan di laporan keuangan dengan rumus:

  DPR = x 100% Berdasarkan pembayarannya, dividen dibagi menjadi dua bentuk yaitu dividen kas (cash dividend) dan dividen saham (stock dividend). Dividen kas merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk tunai/kas. Dividen kas adalah dividen yang dibayarkan perusahaan pada investor dalam bentuk uang tunai (Wahyuni & Subagyo, 2013). Sedangkan menurut Mardiani (2014) menjelaskan bahwa dividen kas adalah distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah perusahaan kepada pemegang sahamnya. Menurut Jogiyanto HM (2008) menyatakan bahwa pembayaran dividen dapat dikelompokkan ke dalam tiga kemungkinan, yaitu: pembayaran dividen tidak teratur, dividen konstan tidak tumbuh, dan pertumbuhan dividen yang konstan.

  Pembayaran dividen tidak teratur merupakan dividen tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali, karena perusahaan menderita rugi atau kesulitan likuiditas. Dividen konstan tidak bertumbuh merupakan pembayaran dividen dari waktu ke waktu konstan untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil. Perusahaan umumnya tidak melakukan pemotongan atau pengurangan dividen, sekalipun perusahaan mengalami sedikit kesulitan likuiditas. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kesan para pemegang saham atas stabilitas likuiditas perusahaan. Pertumbuhan dividen yang konstan merupakan dividen yang tumbuh secara konstan yang umumnya ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar "g". Jika dividen periode awal adalah , maka dividen periode kesatu adalah (1+g) dan periode kedua adalah sebesar (1+g) (1+g) atau dan seterusnya. Kenyataannya tidak semua perusahaan membagikan dividen secara konstan atau bahkan beberapa perusahaan ada yang tidak membagikan dividen tunai.

5. Laba Akuntansi

  Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dan transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tertentu (Mirantiani, 2016). Menurut pengertian akuntansi konvesional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dengan suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadamya (Wahyuni & Subagyo, 2013). Data laba dilaporkan dalam penerbitan laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan penanam modal serta potensial dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan. Menurut Harahap (2001) laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan karena:

  1. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara.

  2. Untuk menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan perusahaan.

  3. Untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan.

  4. Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang.

  5. Untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.

  6. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan/divisi.

  7. Perhitungan zakat sebagai kewajiban manusia sebagai hamba kepada Tuhannya melalui pembayaran zakat kepada masyarakat.

  Ada dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wahyuni & Subagyo, 2013). Menurut Belkaoui (2006: 32) dalam Mardiani (2014) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari suatu transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Sedangkan menurut Harahap (2001), accounting income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Dapat disimpulkan dari pengertian Wahyuni & Subagyo, Belkaoui dan Harahap rumus laba akuntansi yaitu:

  Laba akuntansi = pendapatan

  • – biaya operasi Laba akuntansi diukur dengan profit after tax. Alasan laba bersih setelah pajak adalah laba yang menunjukkan kinerja dan pertanggung jawaban manajemen suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Masrifah, 2014). Laba akuntansi dalam hal ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

  Laba Akuntansi = laba setelah pajak Lima karakteristik laba akuntansi menurut Belkaoui (2006: 217) dalam Mardiani (2014):

  1. Income akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang diadakan oleh perusahaan (terutama revenue yang berasal dari penjualan barang dan jasa dikurangi kos yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut).

  2. Income akuntansi didasarkan pada periode patulat dan merujuk pada kinerja keuangan perusahaan selama satu periode dan berjalannya waktu.

  3. Income akuntansi didasarkan pada prinsip revenue memerlukan definisi pengukuran, dan pengukuran revenue.

  4. Income akuntansi meminta pengukuran biaya (expenses) dalam hal kos histori bagi perusahaan, merupakan kegiatan yang kuat pada prinsip kos.

  5. Income akuntansi meminta bahwa revenue relation pada suatu periode dikaitkan dengan kos relevan yang layak atau sesuai.

  Laba akuntansi dalam hal ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Laba Akuntansi = penjualan

  • – HPP – biaya operasi + pendapatan lain- lain
  • – beban kerugian lain-lain – beban pajak 6.

   Arus Kas Operasional

  PSAK No. 2 dalam Wahyuni & Subagyo (2013) menyebutkan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktifitas penghasilan utama pendapatan perusahaan. Arus kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan. Laporan arus kas melaporkan arus kas pada periode tertentu dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan.

  Menurut Ardiyos (2010: 654) dalam Cahyo, arus kas operasi adalah laba sebelum bunga dan penyusutan dikurangi pajak. Merupakan suatu ukuran atas kas/uang tunai yang dihasilkan dari operasi, namun tidak menghitung belanja modal atau kebutuhan modal kerja. Dari perngertian tersebut dapat diketahui rumus yaitu:

  • – Arus Kas Operasi (AKO) = laba (sebelum bunga & penyusutan) pajak

  Laporan arus kas dibutuhkan karena kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya, seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini (Setiyowati, 2014). Pada dasarnya perusahaan membuat laporan arus kas untuk mengetahui seberapa besar arus kas yang masuk dan arus kas yang keluar atau sumber dan penggunaan kas selama satu periode yang dilaporkan secara terperinci (Darvil dkk, 2012 dalam Setiyowati, 2014). Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar (Isnaeni & Irine Herjdiono).

  Arus kas bersih/Net Income Cash Flow (NICF) dapat diketahui dengan rumus : NICF = penerimaan kas

  • – pembayaran kas – beban gaji – beban selain gaji dan pajak
  • – beban pajak + pendapatan bunga Selain NICF, arus kas operasional dapat diukur dengan membandingkan arus kas operasi perusahaan untuk penjualan bersih atau pendapatan. Rasio ini dinyatakan sebagai persentase, yang memberikan investor gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualan menjadi kas. Arus kas operasional yang diambil adalah total arus kas operasional yang tercantum dalam laporan arus kas. Dapat dirumuskan yaitu:

  Arus Kas Operasi (AKO) = Ln(total arus kas operasi) 7.

   Likuiditas

  Menurut Dewi (2016) menjelaskan bahwa likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Likuiditas suatu perusahaan merupakan suatu alat untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang lancarnya dan juga untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor (Wahyuni & Subagyo, 2013). Menurut Iskandarsyah dkk, (2014), rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas dapat diukur dengan current ratio. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin mampu membayar dividen. Current ratio dapat dihitung dengan formula:

  Current Ratio (CR) =

  Menurut Gitman (2009) dalam Noviyati & Kamaliah (2015), likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat waktunya atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas, yang ditunjukkan besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Likuiditas perusahaan sering kali diukur menggunakan rasio lancar/current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya.

  Prediksi likuiditas pada perusahaan mempengaruhi investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dilihat kemampuannya untuk meneruskan kegiatan operasinya sehingga bisa mengembalikan investasi berupa dividen. Aktiva lancar yang tersedia terlalu tinggi yang digunakan untuk melunasi kewajiban keuangan yang akan jatuh tempo, sehingga ada aktiva produktif yang tidak dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas (Ambarwati dkk, 2015 dalam Candra & Fachrurrozie, 2016). Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin mampu membayar dividen (Iskandarsyah dkk, 2014). Ketersediaan kas merupakan faktor penting dalam membayar dividen, hal ini dikarenakan dividen merupakan arus cash outflow, maka tentu saja ketersediaan kas atau posisi likuiditas perusahaan harus tetap terjaga sehingga meskipun perusahaan tidak memperoleh laba yang tinggi namun tetap bisa membayarkan dividen. Hal ini berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan makan semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk membayar dividen (Riyanto, 2001 dalam Melinasari, 2014).

  Sandy & Asyik (2013) membagi 3 macam cara mengukur rasio likuiditas, yaitu:

  1. Current Ratio

  Current ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan

  memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan menggunakan liabilitas lancar. Current ratio dapat dihitung dengan cara membagi aset lancar (current asset), dengan liabilitas lancar (current liability) dan formulanya adalah sebagai berikut:

  Current Ratio = x 100%

  2. Acid-test Ratio/Quick Ratio Dengan Quick ratio berarti likuiditas perusahaan diukur dengan menggunakan unsur-unsur aset lancar yang likuid, dengan cara tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

  Quick Ratio = x 100%

  3. Cash Ratio Rasio likuiditas yang paling menjamin pembayaran liabilitas jangka pendek adalah cash ratio, sebab yang menjadi penjaminnya kas dan surat berharga. Cash ratio dapat dihitung dengan cara berikut:

  Cash Ratio = x 100% 8.

   Dividen Kas Tahun Sebelumnya

  Dividen kas tahun sebelumnya yang dibayarkan perusahaan juga berdampak pada dividen kas yang dibayarkan pada saat ini. Alzomaia & Al- Khadhiri (2013) dalam Isnaeni dan Herjdiono menyatakan bahwa dividend

  

cash per share perusahaan di tahun sebelumnya sangat signifikan terhadap

  rasio dividend cash per share saat ini, karena perusahaan selalu mempertimbangkan dividen masa lalu sebagai patokan yang paling penting untuk memutuskan pembayaran dividen saat ini. Menurut Hermi (2004) dalam Ramli &Arfan (2011) menyebutkan bahwa pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan. Pandey (2001) dalam Noviyati &

  Kamaliah (2015) menyebutkan bahwa koefisien yang tertinggi dan t hitung dividen tahun sebelumnya dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dividen sebelumnya adalah yang paling baik dalam menentukan pembayaran dividen. Dividen kas tahun sebelumnya dapat dihitung dengan rumus: x 100%

  = B.

   Hasil Penelitian Terdahulu

  Penelitian Wahyuni & Subagyo (2013), menguji pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas perusahaan terhadap pembayaran dividen kas pada PT Semen Gresik periode 2006-2010. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas. Hal ini dilihat dari nilai t signifikan yang < 0,05. Sementara arus kas operasional dan likuiditas tidak berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen kas. Hal ini dilihat dari nilai t signifikan yang > 0,05. Secara simultan laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembayaran dividen kas pada PT Semen Gresik. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu ditambahkan variabel dividen tahun sebelumnya sebagai variabel independen, objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen kas sebagai variabel dependen.

  Masrifah (2014), dalam penelitiannya menganalisis hubungan laba bersih, arus kas operasi dan RUPS dengan dividen tunai pada industri manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba bersih setelah pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, hasil keputusan RUPS menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuntungan bersih dan arus kas operasi dan hasil keputusan RUPS terhadap dividen tunai. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel laba bersih, RUPS, dan periode penelitian ini tahun 2013-2015. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel arus kas operasi dan likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen tunai sebagai variabel dependen.

  Ramli & Arfan (2011), menguji pengaruh laba, arus kas operasi, arus kas bebas, dan pembayaran dividen kas sebelumnya terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2001-2005). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan laba bersih, arus kas operasi, arus kas bebas, dan dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa variabel laba bersih, arus bebas dan dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen kas, sedangkan variabel arus kas operasi berpengaruh berpengaruh negatif terhadap dividen kas. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel laba, arus kas bebas, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel arus kas operasi dan pembayaran dividen kas sebelumnya sebagai variabel independen, dan dividen kas sebagai variabel dependen.

  Mardiani (2014), menguji pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas pada perusahaan tekstil dan garment di BEI pada tahun 2012 yang hasilnya menunjukkan bahwa laba akuntansi yang diperoleh perusahaan tekstil dan garment pada tahun 2012 cukup besar sehingga perusahaan wajib membagikan dividen. Perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI dapat membagikan kasnya dari laba tahun berjalan kepada pemegang saham pada tahun 2012. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan angka -0,997 dengan signifikan 0,424 > 0,05, artinya laba akuntansi tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen kas, meskipun perusahaan memperoleh laba bersih namun tidak berarti perusahaan tersebut wajib membagikan dividen kepada pemegang saham, karena banyak pertimbangan ketika diadakan RUPS salah satunya adalah pertimbangan going concern atau kelangsungan hidup perusahaan. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu hanya menggunakan variabel laba akuntansi sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur dan menggunakan tiga periode/tahun. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel laba akuntansi sebagai variabel independen, dan dividen kas sebagai variabel dependen.

  Sandy & Asyik (2013), menguji pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan otomotif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan variabel profit margin, return on assets,

  

return on equity, current ratio dan quick ratio berpengaruh terhadap dividen

  kas. Sedangkan secara parsial profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return on assets berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return on equity tidak berpengaruh terhadap dividen kas, current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas dan quick ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel laba akuntansi, arus kas operasional, dividen kas tahun sebelumnya sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen kas sebagai variabel dependen.

  Dewi (2016), menguji pengaruh likuiditas, leverage, ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen tunai dengan profitabilitas sebagai variabel intervening. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Profitabilitas, likuiditas, leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Profitabilitas tidak mampu menjadi variabel intervening untuk menjembatani likuiditas, leverage, dan ukuran perusahaan dengan kebijakan dividen tunai. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai salah satu variabel independen.

  Iskandarsyah dkk (2014), meneliti pengaruh likuiditas, financial

  leverage, dan profitabilitas terhadap dividen tunai pada perusahaan yang

  terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel likuiditas, financial leverage, dan profitabilitas berpengaruh terhadap dividen tunai pada perusahaan yang terdaftar dalam JII. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu tidak menggunakan laba akuntansi, arus kas operasional dan dividen kas tahun sebelumnya sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen tunai sebagai variabel dependen.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Variabel Peneliti dan

  Hasil Penelitian tahun penelitian Independen Dependen

  Wahyuni & Laba akuntansi, Dividen kas Laba akuntansi Subagyo (2013) arus kas berpengaruh signifikan operasional dan terhadap pembayaran likuiditas dividen kas, arus kas operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas, likuiditas perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen kas. Secara simultan laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembayaran dividen kas.

  Masrifah (2014) Laba bersih, Dividen tunai Laba bersih setelah pajak arus kas operasi berpengaruh positif dan dan RUPS signifikan terhadap dividen tunai, arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, hasil keputusan RUPS menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai.

  Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuntungan bersih dan arus kas operasi dan hasil keputusan RUPS terhadap dividen tunai.

  Ramli & Arfan Laba, arus kas Dividen kas Secara simultan laba (2011) operasi, arus kas bersih, arus kas operasi, bebas, dan arus kas bebas, dan pembayaran dividen kas tahun dividen kas sebelumnya berpengaruh sebelumnya terhadap dividen kas yang diterima oleh pemegang saham. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa variabel laba bersih, arus bebas dan dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen kas, sedangkan variabel arus kas operasi berpengaruh berpengaruh negatif terhadap dividen kas. Mardiani (2014) Laba akuntansi Dividen kas Laba akuntansi yang diperoleh perusahaan tekstil dan garment pada tahun 2012 cukup besar sehingga perusahaan wajib membagikan dividen.

  Perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI dapat membagikan kasnya dari laba tahun berjalan kepada pemegang saham pada tahun 2012.

  Laba akuntansi tidak berpengaruh negatif terhadap dividen kas, meskipun perusahaan memperoleh laba bersih namun tidak berarti perusahaan tersebut wajib membagikan dividen kepada pemegang saham, karena banyak pertimbangan ketika diadakan RUPS salah satunya adalah pertimbangan going concern atau kelangsungan hidup perusahaan.

  Sandy & Asyik Profitabilitas Dividen kas Secara simultan variabel (2013) dan likuiditas profit margin, return on

  assets, return on equity, current ratio dan quick ratio berpengaruh terhadap

  dividen kas. Sedangkan secara parsial profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return on assets berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return

  on equity tidak berpengaruh

  terhadap dividen kas,

  current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas dan

  quick ratio tidak

  berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.

  Dewi (2016) Likuiditas, Dividen tunai Likuiditas tidak

  leverage, ukuran berpengaruh terhadap

  perusahaan, profitabilitas, sedangkan profitabilitas leverage dan ukuran (variabel perusahaan berpengaruh intervening) negatif signifikan terhadap profitabilitas. Profitabilitas, likuiditas,

  leverage, dan ukuran

  perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Profitabilitas tidak mampu menjadi variabel intervening untuk menjembatani likuiditas,

  leverage, dan ukuran

  perusahaan dengan kebijakan dividen tunai. Iskandarsyah dkk Likuiditas, Dividen tunai Variabel likuiditas, (2014) financial financial leverage, dan

  leverage, dan profitabilitas berpengaruh

  profitabilitas terhadap dividen tunai pada perusahaan yang terdaftar dalam JII C.

   Kerangka Pemikiran

  Pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, likuiditas dan dividen kas tahun sebelumnya terhadap pembayaran dividen kas dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

  Laba Akuntansi ( )

  • Arus Kas Operasional +

  ( ) Dividen Kas

  (Y)

  • Likuiditas ( )
  • Tabel 2.2 Model Penelitian

  Dividen Kas Tahun Sebelumnya

  ( )

D. Hipotesis

  Hipotesis menyatakan pengaruh yang diduga secara logis antara dua variabel atau dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

   Pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas

  Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya- biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wahyuni & Subagyo, 2013). Secara operasional laba akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dan transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tertentu. Apabila laba akuntansi tinggi maka pembayaran dividen kepada investor juga akan tinggi.

  Semakin besar jumlah laba dan kas yang tersedia baik secara laba akuntansi maupun laba tunai, maka makin besarlah jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Begitu pula sebaliknya, jika laba perusahaan menurun dan ketersediaan kas menurun maka akan berkurang pula dividen kas yang akan diberikan kepada pemegang saham. Hal ini sesuai dengan penelitiannya Wahyuni & Subagyo (2013) yang menguji tentang pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas yang menyatakan bahwa variabel laba akuntansi berpengaruh positif terhadap dividen kas.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut: H1 : Laba akuntansi berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas 2.

   Pengaruh arus kas operasional terhadap dividen kas

  PSAK No. 2 dalam Wahyuni & Subagyo (2013) menyebutkan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktifitas penghasilan utama pendapatan perusahaan. Menurut Isnaeni & Herjdiono membuktikan bahwa semakin tinggi arus kas operasi maka semakin tinggi pula dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham.

  Arus kas operasi menggambarkan kinerja perusahaan dimana kinerja perusahaan yang baik akan menghasilkan arus kas operasi yang tinggi sehingga bisa membagikan deviden tunai yang tinggi pula. Semakin tinggi pertumbuhan arus kas operasi maka akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kas. Begitu juga sebaliknya, jika pertumbuhan arus kas operasi mengalami penurunan maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kas juga semakin rendah (Setiyowati, 2014).

  Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Masrifah (2014) yang menguji tentang pengaruh laba bersih, arus kas operasi dan RUPS terhadap dividen tunai yang menyatakan bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai. Penelitian Isnaeni dan Herjdiono juga menunjukkan hasil bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap dividen tunai.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut: H2 : Arus kas operasional berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas

3. Pengaruh likuiditas terhadap dividen kas

  Menurut Dewi (2016) menjelaskan bahwa likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Dalam membayar dividen, perusahaan memerlukan aliran kas keluar sehingga tersedia likuiditas yang cukup. Menurut Iskandarsyah dkk, (2014), rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Setiap adanya kenaikan likuiditas maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap dividen kas. Ketersediaan kas merupakan faktor penting dalam membayar dividen. Hal ini dikarenakan dividen merupakan cash outflow, maka tentu saja ketersediaan kas atau posisi likuiditas perusahaan harus tetap terjaga sehingga meskipun perusahaan tidak memperoleh laba yang tinggi namun tetap bisa membayarkan dividen. Hal ini berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk membayar dividen (Riyanto, 2001 dalam Melinasari, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian Melinasari (2014) yang menguji tentang pengaruh likuiditas terhadap dividen kas yang menunjukkan bahwa variabel likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap dividen kas.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut: H3 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas 4.

   Pengaruh dividen kas tahun sebelumnya terhadap dividen kas

  Alzomaia & Al-Khadhiri (2013) dalam Isnaeni dan Irine Herjdiono menyatakan bahwa dividend Cash per share perusahaan di tahun sebelumnya sangat signifikan terhadap rasio dividend cash per share saat ini, karena perusahaan selalu mempertimbangkan dividen masa lalu sebagai patokan yang paling penting untuk memutuskan pembayaran dividen saat ini. Pada perusahaan yang membukukan keuntungan lebih tinggi ditambah dengan likuiditas yang baik dapat membagikan jumlah dividen yang lebih besar (Hastuti, 2013). Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai (Hastuti, 2013).

  Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli & Arfan (2011) dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen kas. Hal yang sama terjadi pada penelitian Isnaeni & Herjdiono bahwa dividen tunai tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen tunai.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut: H4 : Dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP DIVIDEN KAS (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

1 43 21

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenen (Agency Theory) - Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 39

PENGARUH KESEMPATAN INVESTASI, LABA BERSIH, ARUS KAS BEBAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - PENGARUH KESEMPATAN INVESTASI, LABA BERSIH, ARUS KAS BEBAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN - Perbanas Institutional Repository

0 0 37

KEMAMPUAN LABA BERSIH RASIO PIUTANG DAN DIVIDEN KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS OPERASI MASA DEPAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

KEMAMPUAN LABA BERSIH RASIO PIUTANG DAN DIVIDEN KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS OPERASI MASA DEPAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH INFORMASI LABA AKUNTANSI, TOTAL ARUS KAS DAN KOMPONEN ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH ARUS KAS OPERASI, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR TAHUN 2012 - 2013 YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS PENDANAAN, LABA AKUNTANSI, NILAI BUKU DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 22