BAB II KAJIAN PUSTAKA - BAB II DIYAH ERNAWATI PAUD'12

  untuk membantu anak mengembangkan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokan serta mempersiapkan pengembangan secara teliti.

  Sedangkan menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 2.14) dalam pengembangan kognitif ada beberapa kemampuan yang akan dikembangkan, salah satunya adalah kemampuan aritmatika. Matematika menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991: 637), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Pengurangan merupakan bagian dari kemampuan aritmatika yang dikembangkan.

  1. Pengertian pengurangan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 637) menyebutkan pengurangan merupakan proses, cara, perbuatan mengurangi (mengambil sebagian). Sedangkan menurut Ken Adams (2006: 93) pengurangan adalah pengambilan/pemindahan sebuah benda. kemampuan pemahaman pengurangan merupakan kemapuan diri sendiri dalam memahami proses,cara mengurangi dengan memindahkan benda.

Tabel 2.1 Indikator pemahaman pengurangan

  Indikator Mengenal pengurangan 1-10 dengan menggunakan benda-benda Mengurangkan lambang bilangan 1-10 Menghitung pengurangan banyak benda dari 1-10 Menyebutkan hasil pengurangan (memisahkan kumpulan benda) dengan benda 1-10

  2. Tujuan kemampuan berhitung Secara khusus kemampuan berhitung pengurangan sederhana di

  Taman Kanak-kanak mempunyai tujuan yaitu :

  a. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak.

  b. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berhitung.

  c. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi, dan daya apresiasi yang tinggi.

  d. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa disekitarnya.

  e. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.

  Cara menanamkan pemahaman pengurangan menurut Cara menanamkan menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 8.36): a.

  Guru menempelkan 5 buah benda (kartu gambar) Guru gambar) di papan flanel, guru bertanya “ada be lanel, guru bertanya “ada berapa buah?” anak menjawab “lima”. ” anak menjawab “lima”.

  b.

  Guru melepas salah satu benda dari 5 buah benda-benda Guru melepas benda yang ada di papan papan flanel, sambil guru berkata “Ibu ambil satu ambil satu buah, sekarang tinggal berapa?” anak disuruh membilang sisa pengurangan. sekarang tinggal be suruh membilang sisa pengurangan.

  c.

  Guru Guru menepelkan benda yang telah diambil tadi, diambil tadi, sehingga jumlahnya menjadi lima, guru be jumlahnya menjadi lima, guru bertanya pada anak ”ada berapa jumlah ”ada berapa jumlah benda yang ada di papan flanel?” anak menjawab “lima”. benda yang ada di

  Kemudian Kemudian guru mengambil 2 buah benda, lalu lalu ibu guru berkata “ibu mengambil dua” sekarang tinggal berapa berkata “ibu berapa?. Anak menyebutkan menyebutkan dan membilang sisanya. Begitu seterusnya sampai seterusnya sampai anak memahami kons memahami konsep pengurangan (mengurang).

  Menurut Depdikbud Menurut Depdikbud (1986: 31), cara menanamkan pemaham menanamkan pemahaman pengurangan pada anak adalah: pengurangan pada anak adalah: a.

  Guru Guru menyusun kelompok benda di pohon hitung, pohon hitung, lalu menanyakan berapa jumlahnya kepada anak. (anak menanyakan nak disuruh membilang). membilang).

  b. sambil berkata “Ibu mengambil satu, ada berapa sekarang?” (anak disuruh menyebut dan membilang sisa pengurangan itu) 5-1 = 4.

  c.

  Guru kembali menyusun lima benda di pohon hitung dan menanyakan berapa jumlahnya.

  d.

  Di depan anak guru melepaskan dua benda dari pohon hitung, sambil berkata “Ibu ambil dua, sekarang tinggal berapa?”. Anak menyebut dan membilang sisanya. pengurangan pada anak : 1. Guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan.

  2. Guru membicarakan tentang konsep pengurangan dengan menggunakan alat peraga.

  3. Guru menyuruh 1 anak untuk meletakkan 5 pensil di atas mejanya.

  Guru bertanya ada berapa pensil di atas meja?. Untuk mendapatkan jawaban berapa pensil yang tinggal yaitu dengan jalan anak disuruh menghitung/ membilang.

  4. Apabila jawaban anak sudah benar, maka guru dapat memberikan latihan bentuk pengurangan lainnya, misalnya 5 benda diambil 2 benda, 5 benda diambil 3 benda dan seterusnya.

  5. Menanamkan konsep pengurangan dapat juga dilakukan dengan cara yang menyenangkan, misalnya dengan bentuk permainan, nyanyian, syair dan lain sebagainya.

  Jika pengetahuan dan kecakapan dalam pengurangan dengan bilangan-bilangan 1-5 sudah dikuasai dengan baik, maka pengurangan dilanjutkan dengan bilangan-bilangan sampai 10.

  Pemahaman pengurangan merupakan variabel masalah/variabel terikat dalam penelitian ini. Dengan adanya variabel masalah dalam penelitian ini maka peneliti akan melakukan tindakan pemecahan masalah yang disebut dengan variabel tindakan. hal yang mudah bagi anak TK. Ketika membelajarkan anak TK belajar pengurangan, muncul pertanyaan besar dan pesimis “apakah mereka bisa?” dan sebagai guru TK seringkali dianggap sebagai perpanjangan tangan guru SD yang mengharuskan anak untuk dapat menyelesaikan tugas matematika, salah satunya pengurangan dengan media yang menyenangkan, menarik bagi anak.

  Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 5.20) cara mengembangkan logika matematika pada anak dengan mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu, atau dapat juga membuat sajak berirama dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.

  Menurut Hildayani (2008: 5.20) kegiatan yang dapat mengasah kecerdasan logika matematika adalah kegiatan menghitung jumlah mainan, menebak jumlah pengurangan melalui lagu yang berkaitan dengan bilangan.

  Sedangkan menurut Rose Mini (2007) kegiatan mengenalkan angka dan berhitung tidak hanya dilakukan di rumah saja, kegiatan berhitung salah satunya berhitung pengurangan dapat dilakukan di sekolah dengan menggunakan lagu.

  Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pemahaman pengurangan dapat dilakukan melalui media yang menyenangkan, yaitu media lagu.

  Pelaksanaan kemampuan berhitung pengurangan pada penelitian ini menurut Masitoh (2009: 11.19), prosedur pelaksanaan melalui bernyanyi : Prosedur pelaksanaan bernyanyi dibagi menjadi 3 tahap, yang pertama tahap perencanaan, tahap ini merupakan tahap dimana guru mengembangkan rencana pembelajaran melalui lagu, adapun langkah pembelajarannya meliputi tujuan, materi pembelajaran, strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Tahap yang kedua adalah tahap pelaksanaan, pada tahap ini guru melaksanakan seluruh kegiatan yang sudah disusun dalam rencana pembelajaran sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan terdapat 3 (tiga) kegiatan, yaitu kegiatan pembukaan dimana guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama-sama, kegiatan tambahan anak diajak mendramatisir lagu, kegiatan pengembangan, guru membantu anak mengenal pengurangan. Tahap yang ketiga adalah tahap penilaian, pada tahap ini adalah tahap untuk mengetahui sejauhmana tingkat perkembangan anak yang sudah dicapai.

  B. Lagu Matematika di TK sebagai Media Pembelajaran Pengurangan Anak Usia Dini

  1. Fungsi lagu pada anak Menurut Rachmi (2008: 1.13), fungsi lagu selain untuk memperkenalkan juga merangsang ketertarikannya pada materi terhadap ilmu yang lainnya. Selain itu menurut Rachmi (2008: 1.14), lagu dapat berfungsi sebagai alat yang membantu mengingatkan informasi-informasi ingatannya.

  Menurut Depdikbud (1995: 1), nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian itu dikomunikasikan. Melalui nyanyian kita berupaya membantu diri anak menuju kedewasaaan dalam hal menumbuhkembangkan aspek fisik, intelegensi, emosi, dan rasa sosial anak.

  2. Hakekat Musik dan Lagu bagi Perkembangan Anak Lagu merupakan gubahan seni, nada atau suara dalam urutan kombinasi dan hubungan temporal. Menurut Depdikbud (1994: 3), hakikat nyanyian adalah bahasa emosi anak yang dapat mengungkapkan perasaan. Nyanyian atau lagu adalah bahasa nada, karena nyanyian dapat didengar, dapat dinyanyikan dan dikomunikasikan. Nyanyian atau lagu adalah bahasa gerak.

  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976: 550), lagu adalah ragam suara yang berirama. Ragam suara inilah yang sangat berperan penting dalam menstimulus kecerdasan otak anak.

  Lagu anak-anak adalah lagu yang dirancang sedemikian rupa, baik lirik maupun melodinya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.

  Melodi lagu anak umumnya bertempo sedang dan kaya pengulangan. Sementara liriknya disusun dengan bahasa yang sederhana, mudah diucapkan dan kaya pengulangan. Sesuai kebutuhan anak untuk bermain, lagu untuk anak harus dapat digunakan untuk mengiringi anak bermain.

  Menurut Sujiono dkk (2009: 6.15) cara mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak, dangan mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu, pengenalan bilangan melalui nyanyian anak-anak atau dapat juga membuat sajak berirama dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.

  Menurut Hildayani dkk (2008: 5.20) kegiatan yang dapat mengasah kecerdasan logika-matematika anak. Bermain tebak-tebakan dengan menghitung jumlah mainan, menebak penjumlahan dan pengurangan sederhana, serta menyanyikan lagu-lagu yang berkaitan dengan bilangan akan membantu anak mengenal bilangan. Bisa juga belajar menghitung saat berbaris atau membentuk kelompok, atau mengajak anak membantu membaca tanggal pada kalender. Dalam keseharian anda dapat memberikan contoh lain.

  Menurut Rose Mini (2007), kegiatan untuk mengenal angka dan hitungan tidak hanya dilakukan di rumah, kegiatan ini juga dapat dilakukan di sekolah dengan menggunakan lagu ataupun dari instruksi yang diberikan guru.

  Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep matematika sederhana, dalam hal ini pengurangan dapat dilakukan melalui lagu.

  Menurut Rachmi (2008: 2.22), lagu matematika yang mampu menambahkan pembelajaran pengurangan : Anak ayam Tek kotek kotek kotek Anak ayam lahir 8 Mati satu Tinggal berapa?

  Guru bisa menggunakan alat atau benda yang ada di sekitar sejumlah yang akan disebutkan, kemudian guru mengambil, menyiapkan sejumlah yang disebutkan, lalu guru menyebutkan hasilnya.

  Menurut John M. Ortiz (2002: 48), menu musik untuk belajar matematika : a. 1 2 3 (board book and casset) a

  b. Adition,

  c. Bethies Really Silly Song About Number

  d. Number Hant With Pooh

  e. Number Lagu-lagu yang disebut di atas adalah lagu-lagu yang bisa untuk memperkenalkan angka dan urutan hitungan.

  Menurut Depdikbud (1997: 30), beberapa lagu matematika yang bisa membantu proses pembelajaran pengurangan : Syair: Di pohon ada mangga Sepuluh buah banyaknya Tiga di makan monyet Sekarang tinggal berapa?

  b. Ikan kesayangan Syair: Lihatlah didalam kolam kumasukan ikan kesayangan Delapan ekor berenang renang di dalam kolam bersenang-senang Tiba-tibalah dipancing tiga ekor ikan kesayangan Kasihan oi oi sungguh kasihan ikan delapan tinggal berapa?

  Dari isi syair lagu di atas guru dapat mengajarkan pembelajaran pengurangan sederhana dengan menggunakan papan planel dan kartu gambar atau pohon hitung dan maket buah maupun binatang. Guru menempelkan kartu atau maket sejumlah yang disebutkan dalam lagu. Guru mengambil sebagian, lalu anak menyebutkan sisanya.

  5. Manfaat Musik bagi Perkembangan Anak Lagu adalah bagian dari musik. Musik selain sebagai salah satu jenis hiburan ternyata mempunyai manfaat lain untuk anak-anak.

  Mendengarkan musik tidak hanya untuk kesehatan fisiknya, tapi juga untuk kesehatan mental dan perkembangan otak atau kognitifnya. mendengar musik untuk anak salah satunya meningkatkan kemampuan matematika.

  Menurut hasil penelitian psikolog Fran Rauscher dan Gordon Shaw dari University California-Irvine, Amerika Serikat, ada kaitan erat antara kemahiran bermusik dengan penguasaan level matematika yang tinggi juga ketrampilan dibidang sains, ketika kelak anak sudah bersekolah. Musik juga mampu meningkatkan inteligensi spasialnya (kecerdasan ruang) sebanyak 46 persen dibanding anak-anak yang tidak terekspos musik, (http://eka.web.id.id/manfaat-musik-bagi- perkembangan-anak.html)

  Menurut Rachmi dkk (2008: 1.12-1.13) beberapa konsep matematika atau bidang ilmu eksata yang lain dapat dipahami oleh anak lebih baik ketika dijelaskan melaluai musik dan pemanfaatan musik.

  “Bagaimana nyanyian dapat memperluas proses belajar anak?” Kita belajar akan lebih efektif jika kita tahu apa yang akan kita pelajari. Sekecil apapun pengetahuan subjek yang akan kita pilih akan memudahkan kita memperoleh dan menggali informasi baru dengan informasi lama yang dimilikinya, anak akan lebih tertarik pada subjek tersebut. Dengan demikian anak akan dapat belajar dengan tujuan yang jelas.

  Melalui musik anak akan menemukan cara belajar yang menyenangkan. Guru dapat memperkenalkan dan merangsang ketertarikanya pada materi bidang ilmu yang lainya, seperti proses belajar akan lebih mudah dan guru dapat membangun sebuah jaring-jaring ketertarikan belajar yang positif pada anak usia muda tersebut.

  C. Alat Peraga Sumad dalam buku Nelvira (2011: 15-16) alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Jadi alat peraga termasuk media pembelajaran yang berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

  Menurut Depdiknas (2011: 115), prinsip-prinsip pembuatan alat peraga adalah multiguna, bahan yang digunakan mudah diperoleh dan tidak menggunakan bahan berbahaya. Alat peraga dibuat disesuaikan dengan tujuan, fungsi dan tingkat perkembangan anak sehingga dapat menimbulkan kreatifitas anak dan dapat dimainkan sehingga menimbulkan kesenangan bagi anak.

  Menurut Depdiknas (2011: 16), syarat pembuatan alat peraga adalah memiliki segi edukatif yaitu kesesuaian dengan proses belajar mengajar dan kesesuaian dengan dikdatik metodik. Selain itu pembuatan alat peraga memiliki syarat segi tekhnik yang meliputi kebenaran ditinjau dari konsep ilmu, ketelitian, keawetan, ketahanan, kemudahan dalam pemakaian, keluwesan dari bagian-bagian suatu alat peraga dapat digunakan dengan alat lain (bukan pasangannya).

  (Depdiknas: 2007: 11) Guru menyediakan alat peraga kartu gambar dan kartu angka, anak mencoba bermain mencari kartu angka yang sesuai dengan kartu gambar. Anak langsung praktek dengan pengurangan.

  Alat peraga kartu angka dan alat peraga kartu gambar merupakan alat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran pengurangan yang nyata. Kartu gambar digunakan untuk menghitung pengurangan secara bersama dengan menyanyikan lagu matematika.

  D. Hubungan antara Lagu dan Kartu Gambar dengan pengurangan Menurut Rachmi (2008: 2.18), ada enam hal yang harus diperhatikan dalam memilih lagu, diantaranya adalah nyanyian sebaiknya mengulang informasi dan ketrampilan praktis yang dapat dilakukan anak-anak. Dengan menyanyikan lagu tersebut, guru kembali mengajarkan dan mengulang apa- apa yang telah mereka pelajari. Sebagai contoh guru telah mengajarkan pengurangan. Nyanyikan bersama-sama dengan anak sambil menempelkan kartu gambar.

  Informasi atau pesan yang terkandung dalam syair lagu petik buah adalah informasi tentang pengambilan benda dari sekelompok benda.

  Sekelompok benda tersebut berupa kartu gambar yang ditempelkan pada papan panel. Kegiatan menempelkan pada kartu gambar merupakan kegiatan disimpulkan, bahwa lagu dan kartu gambar mempunyai hubungan dengan proses pembelajaran pengurangan.

  E. Kriteria Keberhasilan

  1. Pedoman Penilaian Menurut Nana Sudjana (2009: 3), penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

  Penilaian menurut Ralph Tyler (1950), merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai, sedangkan Brewer (1992) dalam Soemiarti (2000), menyatakan penilaian adalah penggunaan sistem evaluasi yang bersifat komperhensif (menyeluruh) untuk menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.

  Dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui pembelajaran.

  Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui pengamatan. Untuk melakukan evaluasi penelitian saya menggunakan alat penilaian observasi. dalam prosedur di TK, yaitu :

  a. Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan seiring dengan kegiatan pembelajaran. Guru tidak secara khusus melaksanakan penilaian, tetapi ketika pembelajaran dan kegiatan bermain. Dalam pelaksanaan penilaian sehari-hari, guru menilai kemampuan (indikator) semua anak yang hendak dicapai seperti yang telah diprogramkan dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH).

  b. Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut : 1) Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di Satuan Kegiatan Harian (SKH).

  2) Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan ( ).

  3) Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar, maka anak pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan ( ). tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian dituliskan nama semua anak dengan tanda cek ( √).

  Pedoman penilaian Taman Kanak-kanak (2010: 11), catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom RKH.

  Pergantian lambang atau simbolik yaitu dengan lambang atau simbol bintang yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan penilaian.

  Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti: dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom

  

  penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ). Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang

  

  diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ). Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH

  

  mendapat tiga bintang ( ). Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH

  



mendapatkan tanda empat bintang ( ).

  Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pedoman penilaian menurut Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK/SD Tahun 2010 dan pedoman evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah 80% dari jumlah anak tuntas belajar (Nana Sudjana, 2004: 133).

  Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran adalah : dari materi yang diajarkan guru dapat dikuasai oleh siswa.

  

Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Tindakan

  

  : artinya Belum Berkembang (BB) Simbol

  

  Sesuai dengan ketentuan dari Depdiknas, peneliti akan menggunakan simbol dalam penilaian sebagai berikut : Simbol

  Mengenal pengurangan 1-10 dengan menggunakan benda-benda Mengurangkan lambang bilangan 1-10 Menghitung pengurangan banyak benda dari 1-10 Menyebutkan hasil pengurangan (memisahkan kumpulan benda) dengan benda 1-10

  Hasil belajar Indikator Anak mampu memahami konsep matematika sederhana

  2. Indikator Keberhasilan Menurut kurikulum (2004: 17), kemampuan pengurangan permulaan anak usia 4-6 tahun meliputi :

  = Belum Berkembang (BB)

  b. Proses perbaikan pembelajaran secara klasikal dan pemberian tugas dengan metode yang tepat dan efektif dinyatakan apabila 80% dari jumlah siswa didalam kelas itu menguasai dan memahami kemampuan materi pembelajaran.

  = Berkembang Sangat Baik (BSB)

  

  = Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

  

  = Mulai Berkembang (MB)

  

  : artinya Mulai Berkembang (MB)

  

  

  3. Hasil belajar rendah.

  2. Siswa tidak aktif.

  1. Kemampuan pengurangan masih rendah.

  Prosentase kemampuan pemahaman pengurangan bilangan. Kondisi awal

  Prosentase kemampuan pemahaman pengurangan bilangan. Siklus II Kondisi sudah meningkat.

  Siklus I Jika dalam siklus II perbaikan pembelajaran belum optimal, maka akan dilanjutkan ke siklus III

  = Anak sudah berkembang sesuai indikator yang diinginkan F. Kerangka Berpikir

  = Anak mulai berkembang menghitung pengurangan 1 sampai dengan 10 dengan bantuan guru

  Simbol

  

  = Anak mulai berkembang menghitung pengurangan 1 sampai dengan 5

  

  = Anak belum berkembang sesuai indikator yang diinginkan

  

  : artinya Berkembang Sangat Baik (BSB) Dalam penelitian ini peneliti membuat kriteria sebagai berikut :

  

  Dilakukan upaya perbaikan kelompok B TK Pertiwi Handayani Karanganyar Kabupaten Purbalingga masih rendah. Dilakukan upaya perbaikan siklus I dan siklus II dengan kegiatan mengenalkan pemahaman pengurangan dengan menyanyikan lagu matematika, pada siklus II melakukan kegiatan menghitung dan menyebutkan hasil pengurangan dengan menggunakan alat peraga kartu gambar. Jika pada kondisi akhir belum mencapai hasil yang optimal, maka perbaikan dilanjutkan pada siklus ke III.

  G. Hipotesis Tindakan Hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode lagu matematika dengan alat peraga kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan anak dalam pengurangan.