BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERUMUSAN ANALISIS SWOT PELAYANAN KEFARMASIAN INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saran kesehatan, tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2003). Rumah Sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna,untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi
(DepkesRI, 2009) :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik. Rumah sakit
umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat,
Daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik
Negara (MenKes, 1992). Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono
Soekardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten
Banyumas.
3
4
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Rumah Sakit dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau
unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat
atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal
dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan
(Siregar, 2003).1. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar, 2003).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang baik (Siregar, 2003).
2. Lingkup Fungsi IFRS Instalasi Farmasi Rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yang dapat digolongkan menjadi sebagai berikut (Siregar, 2003) :
a) Lingkup fungsi farmasi nonklinik meliputi perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan
5 pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan.
b) Lingkup fungsi farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang
dilakukan dalam program rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit, sentra informasi, buletin terapi obat, program edukasi bagi apoteker, dokter, dan perawat, investigasi obat dan unit gawat darurat.3. IFRS Sebagai Unit Pelayanan Instalasi farmasi merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pelayanan produk bersifat nyata (tangible) dan
pelayanan farmasi klinik bersifat tidak nyata (intangible) bagi konsumen.
Dalam proses pelayanan tersebut farmasi klinik memiliki komponen dasar
utama yaitu komunikasi-konseling-konsultasi. Oleh karena itu, pelayanan
farmasi klinik mensyaratkan adanya kegiatan komunnikasi antara apoteker
dan penderita, perawat dan profesional kesehatan, konseling obat kepada
penderita, dan konsultasi mengenai obat oleh apoteker untuk profesional
kesehatan lain (Siregar, 2003).4. Tugas dan Fungsi Pokok Pelayanan kefarmasian Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999
menjelaskan tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan
bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Oleh karena itu pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu
kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang
bermutu (Depkes, 2006).a. Tugas pokok pelayanan kefarmasia, diantaranya yaitu : 1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal;
6
2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi; 3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE);4) Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi
untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi;5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku;6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang
farmasi;7) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang
farmasi;8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan
dan formularium rumah sakit;b. Fungsi pokok pelayanan kefarmasian, diantaranya yaitu: 1) Fungsi pengolahan perbekalan farmasi, meliputi: a) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit; b) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal; c) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;
d) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit; e) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; f) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit;
2) Fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan, meliputi:a) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien;
7 b) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan;
c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan; d) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan; e) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga; f) Memberikan konseling kepada pasien atau keluarga;g) Melakukan pencampuran obat suntik;
h) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral; i) Melakukan penanganan obat kanker; j) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah; k) Melakukan pencatatan setiap kegiatan; l) Melaporkan setiap kegiatan; C.
Peran Apoteker di farmasi rumah sakit Farmasi rumah sakit merupakan departemen atau service di dalam
rumah sakit yang dipimpin oleh Apoteker. Rantai hubungan tugas Apoteker di
rumah sakit adalah Dokter-Apoteker-Perawat-Pasien. Adapun tanggung jawab
Apoteker rumah sakit adalah (Anief, 2008) :1. Mengawasi pembuatan obat-obat yang digunakan di rumah sakit.
2. Menyediakan dan mengawasi akan kebutuhan obat dan suplai obat ke
bagian-bagian.3. Menyelenggarakan sistem pencatatan dan pembukuan yang baik.
4. Merencanakan, mengorganisasi, menentukan kebijakan apotek rumah
sakit.
5. Memberikan informasi mengenai obat (konsultan obat) kepada Dokter dan
Perawat.6. Merawat fasilitas apotek rumah sakit.
7. Ikut memberikan program pendidikan dan training kepada Perawat.
8
8. Melaksanakan keputusan komisi farmasi dan terapi.
D. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal
dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk
dan harapan-harapannya. Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi
(Kotler, 1997).Pelanggan adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada
perusahaan.Tugas perusahaan adalah menanganinya supaya mendatangkan
keuntungan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang mengakui
pentingnya memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Para
pelanggan yang puas biasanya akan terkait dengan bertahannya pelanggan
(Kotler, 1997).Kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek
yang sama. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam
ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan
pembeli ulang produk yang sama (Rangkuti, 2011).Ada lima faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan konsumen atau pasien, yaitu (Anief, 2008) :
a. Kualitas produk farmasi, yaitu kemampuan menyembuhkan penyakit. Hal
ini menyangkut ketersediaan farmasi dan ketersediaan hayati, sehingga tercapai tujuan efek terapi. Persepsi konsumen atau pasien terhadap produk farnasi dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan sesungguhnya kualitas produk dan komunikasi.b. Kualitas pelayanan terhadap pasien. Pasien akan merasa puas bila mereka mendapat pelayanan yang baik, ramah, sesuai dengan yang diharapkan.
c. Merupakan komponen emosional, yaitu pengaruh atau pertimbangan yang
bersifat emosional seperti : karena sugesti, angan-angan, gambaran yang indah, perasaan bangga, agar kelihatan lain dari yang lain. Kepuasan tersebut membuat konsumen merasa puas terhadap produk farmasi tersebut.9 d. Harga. Meskipun produk farmasi yang dipilih mempunyai kemajuan
khasiat yang sama dengan produk farmasi yang lain tetapi harganya
relative lebih murah. Hal tersebut juga merupakan faktor penting untuk
menentukan tingkat kepuasan.e. Faktor biaya untuk memperoleh produk farmasi tersebut. Konsumen tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan juga tidak perlu membuang waktu
untuk memperoleh obat tersebut.Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut (Kotler, 1997) : a. Keandalan (reabilitas) adalah kemampuan untuk melakukan pelayanan yang dijanjikan akurat dan terpercaya.
b. Keresponsifan (responsiveness) adalah kesediaan untuk membentu konsumen dan menyediakan layanan yang disajikan.
c. Keyakinan (assurance) adalah pengetahuan dan perilaku karyawan serta kemampuan untuk menginspirasikan kepercataan dan keyakinan .
d. Empati (emphaty) adalah syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
e. Berwujud (tangibles) adalah fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari personil.
Kepuasan konsumen dapat diukur dengan menggunakan beberapa skala pengukuran, yaitu: (1) Skala Likert, (2) Skala Guttman, (3) Skala Simantic Defferensial , dan (4) Skala Thurstone (Riduwan, 2009).
a. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dan persepsi seseorang
terhadap sesuatu. Kepuasan yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi,
dimensi dijabarkan menjadi item pertanyaan yang dapat diukur. Skala
Likert digunakan untuk jawaban dengan yang memiliki jarak (interval) :
1,2,3,4,5 yaitu dari tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat
puas (Riduwan, 2009).10 b. Skala Guttman Skala Guttman merupakan skala kumulatif dan merupakan skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Pada
skala Guttman digunakan dua interval jawaban yaitu benar dan salah.
c. Skala Differensial Semantic Skala Differensial Semantic atau skala perbedaan semantrik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang berlawanan. Pada skala Differensial Semantic digunakan jawaban seperti panas-dingin, cerdas- bodoh, buruk-baik.
d. Skala Thurstone Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pernyataan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan-pandangan yang berbeda. Pada umumnya setiap item mempunyai nilai antar 1 sampai dengan 10, tetapi nilai tersebut tidak diketahui oleh responden ( Riduwan, 2009).
E. Metode Analisis SWOT
Analisi SWOT adalah indentifikasi barbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian
perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang
ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi (Rangkuti, 2006).11
BERBAGAI PELUANG
III. Mendukung strategi
I. Mendukung strategi turn around agresif
KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL
INTERNAL
IV. Mendukung strategi
II. Mendukung strategi defentif diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 1. Analisis SWOT (Rangkuti, 2006) SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan
Weaknesses serta lingkungan Eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang
(Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan
(Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses).Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grow oriented strategy).Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi divertifikasi.
Kuadran 3 : Perusahaan mengahadapi peluang yang sangat besar, tetapi di
lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan Question12 Mark pada BCG matrik. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
F. Kerangka Konsep
Analisis Faktor
Internal EksternalWawancara dengan Kepala Kepuasan pasien terhadap
IFRS, Ka sub IFRS, Ka IRJ dan pelayanan kefarmasian di IFRJ
petugas IFRJ Pengamatan terhadap lingkungan Kepuasan kerja karyawan di luar IFRJIFRJ
Analisis SWOT
Alternatif Strategi
Gambar 2 : Kerangka Konsep
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional
dengan rancangan penelitian yang besifat cross sectional (Notoatmodjo, 2010), dan dilengkapi dengan pendekatan penelitian mixed methode antara metode kualitatif yang digunakan untuk perumusan strategi dalam analisis
SWOT serta kuantitatif digunakan dalam analisis kepuasan (Sugiyono, 2010).
B. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei
- – Juli 2013 dengan mengambil
lokasi penelitian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
C. Definisi Variabel Operasional
1. Apoteker yaitu apoteker yang menjabat sebagai kepala IFRS Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dan bersedia menjadi responden.
2. IFRJ yaitu bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pendistribusian perbakalan farmasi di rumah sakit.
3. Pelayanan kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berhubungan dengan sediaan farmasi, yang diberikan oleh tenaga farmasi di IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
4. Kepuasan pasien yaitu keinginan pasien yang terpenuhi atas pelayanan
jasa suatu instansi kesehatan yang dinilai dalam beberapa dimensi, diantaranya yaitu :a. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan suatu IFRJ dalam memberikan suatu pelayanan pada masyarakat sesuai dengan yang diharapkan.
13
14 b. Keresponsifan (responsiveness) yaitu kemampuan IFRJ untuk membantu pasien dalam memberikan pelayanan yang disediakan.
c. Keyakinan (assurance) yaitu kemampuan suatu IFRJ dalam memberikan kepercayaan dan keyakinan akan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada masyarakat.
d. Empati (empathy) yaitu kemampuan IFRJ dalam memberikan perhatian dan kepedulian kepada pasien.
e. Berwujud (tangibles) yaitu kemampuan IFRJ dalam memberikan fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari tenaga kesehatan yang berada pada IFRJ.
5. Strategi yaitu suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di IFRS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
a. Strategi SO yaitu suatu strategi yang diperoleh dari kekuatan yang ada dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya yang ada dalam IFRJ.
b. Strategi ST yaitu strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman dari lingkungan luar
IFRJ.
c. Strategi WO yaitu strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan kelemahan yang ada dalam lingkungan luar IFRJ.
d. Strategi WT yaitu strategi yang diperoleh dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada dalam lingkungan luar
IFRJ.
D. Bahan dan Alat 1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara dengan Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ dan petugas IFRJ. Serta didukung dengan hasil kuesioner tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diterima dan tingkat kepuasan kerja karyawan di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Kuesioner yang
15 digunakan dalam analisis kepuasan pasien diadaptasi dari penelitian yang dilakukan Manurung (2010), Harijono (2011) dan Azkha (2006). Sedangkan untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sahyuni (2009).
2. Alat
Alat perekam suara berupa tipe recorder untuk merekam hasil wawancara dengan pihak Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ dan petugas
IFRJ di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo dan kamera untuk mendokumentasikan gambar pada saat pelaksanaan wawancara dan pengambilan data di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.
E. Cara Penelitian 1. Menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.
Alat yang digunakan untuk menentukan perumusan menggunakan analisia SWOT. Data yang digunakan dalam analisis SWOT dibagi menjadi dua yaitu data ekternal dan data internal. Setelah diperoleh data- data tersebut dimasukan ke dalam tabel Eksternal Factor Analysis SWOT (EFAS) dan Internal Factor Analysis SWOT (IFAS). Kemudian faktor- faktor yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, digunakan dalam matriks SWOT.
Tabel 1. EFAS Faktor-faktor Bobot Rating Bobot
X Komentar strategi Rating Peluang Ancaman Total
(Rangkuti, 2006)
16 Tabel 2. IFAS Faktor-faktor Strategi Bobot Rating Bobot
X Rating Komentar Kekuatan Kelemahan Total
(Rangkuti, 2006) Tabel 3. Matriks SWOT
IFAS EFAS STRENGTH (S) Tentukan 5-10
faktor kekuatan
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan
OPPORTUNIES (O) Tentukan 5-10 faktor peluang
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan
peluangSTRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan-kelemahan dan menghindari ancaman
(Rangkuti, 2006) 2.
Kepuasan pasien a. Populasi dan Sampel Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian, sedangkan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh pupulasi ini disebut sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu pasien yang berobat ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, sedangkan sampel yang digunakan untuk menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yaitu pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.
17
b. Cara pengambilan sampel
Sampel yang digunakan dalam menilai kepuasan pasien
terhadap pelayanan kefarmasian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
Margono Soekarjo yaitu pasien atau keluarga pasien yang sedang
menebus obat di IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo yang memiliki
beberapa kriterian inklusi sebagai berikut: 1) Kriteria inklusi a) Pasien yang datang untuk menebus obat ke IFRJ > 1 kalib) Pasien dengan usia 17-60 tahun
c) Keluarga pasien atau pengantarnya yang sedang
menebus obat di IFRJ obat > 1 kali
d) Pasien, keluarga pasien maupun pengantarnya yang dapat memebaca dan menulis e) Pasien yang bersedia menjadi responden 2) Kriteria eklusi a) Pasien yang belum pernah menebus obat di IFRJ Untuk memperolah jumlah sampel yang diinginkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2006).Keterangan : N : Jumlah sampel P : Proporsi kategori Zα : Derivate baku alpha Q : 1-P D : Presisi
Sampel yang diambil untuk menjadi responden dalam
mengukur kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di
18 Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yaitu : Zα : 1,96 P : 50% = 0,5 (Manurung, 2010) Q : 50% = 0,5 d : 10% = 0,1 Sehingga jumlah responden yang diambil yaitu :
Teknik pengambilan sampel untuk menilai kepuasan pasien
terhadap pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan di Instalasi
Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan
menggunakan teknik purposive sampling, ini merupakan teknik
pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti
(Arikunto, 2010).Pengambilan sampel tingkat kepuasan instalasi farmasi rawat
jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menggunakan
teknik accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan
dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di
IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
c. Pengumpulan data
Data penentuan strategi peningkatan pelayanan kefarmasian di
IFRJ Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo di
peroleh dari hasil wawancara dengan kepala IFRS, kepala sub IFRS,
pegawai Instalasi rawat jalan, kepala instalasi rawat jalan di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pengumpulan data kuisioner dilakukan
dengan meminta konsumen pengunjung instalasi farmasi rawat jalan
RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto untuk mengisi
kuisioner yang peneliti ajukan.19
F. Analisis Hasil 1. Analisis SWOT
Data yang di dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data lingkungan eksternal dan data lingkungan internal.
a. Data Eksternal Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Diantaranya: 1) Analisis pasien 2) Analisis pesaing
Kemudian data-data yang telah diperoleh disusun untuk merumuskan faktor-faktor eksternal tersebut dalam kerangka opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Tahap-tahapnya adalah (Rangkuti, 2006):
a. Memberikan bobot yang dilakukan oleh Ka IFRS, Ka Sub IFRJ, KAa
IRJ, Apoteker IRFJ dan Asisten Apoteker IFRJR pada masing-masing faktor dalam kolom 2 mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
b. Memberikan rating (dalam kolom 3) yang dilakukan oleh kepala IFRS untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Pemberian rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya ( ancaman sangat besar rating 1, ancaman sedikit rating 4).
c. Melakukan perkalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
20
d. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengapa faktor-faktor tertentudipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
e. Menjumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi instalasi farmasi rumah sakit yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternal. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo ini dengan instalasi farmasi rumah sakit lainnya dalam dalam kelompok yang sama.b. Data Internal
Data internal merupakan data yang diperoleh dari dalam lingkungan dalam Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjdo Purwokerto.
Kemudian data tersebut disusun untuk merumuskan faktor-faktor
internal tersebut dalam kerangka Strength (kekuatan) dan Weakness
(kelemahan). Tahap-tahapnya adalah (Rangkuti, 2006) :
a. Memberi bobot yang dilakukan oleh Ka IFRS, Ka Sub IFRJ, Ka IRJ,
Apoteker IRFJ dan Asisten Apoteker IFRJR pada masing-masing faktor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap posisi strategis instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
b. Memberi rating (dalam kolom 3) yang dilakukan oleh kepala IFRS
untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pemberian rating untuk faktor kekuatan bersifat positif (kekuatan yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya21
kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating kelemahan adalah
kebalikannya (kelemahan sangat besar rating 1, kelemahan sedikit
rating 4).
c. Melakukan perkalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom
3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya
berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
d. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan
mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor
pembobotannya dihitung.
e. Menjumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total
ini menunjukan bagaimana instalasi farmasi RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternal.
Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan instalasi
farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo ini dengan instalasi
farmasi rawat jalan rumah sakit lainnya dalam dalam kelompok
rumah sakit yang sama.c. Penentuan Strategi
Setelah diperoleh faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, faktor-faktor tersebut
kemudian dimasukkan kedalam tabel matriks SWOT, agar dapat
diputuskan startegi apa saja yang digunakan oleh IFRJ RSUD Prof.
Margono Soekarjo Purwokerto untuk meningkatkan pelayanan
kefarmasian. Macam-macam strategi yang diperoleh dari matriks
SWOT yaitu (Rangkuti, 2006):a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
22 b. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
IFRJ untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada di IFRJ.
d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada di IFRJ serta menghindari ancaman.
2. Analisis Kuesioner a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat kevalidan
atau kesasihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat
(Arikunto, 2009).Untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid digunakan
analisis correlation product moment menggunakan software pengolah data
dengan rumus (Arikunto, 2009): Keterangan r : Koefisien korelasi X : Skor pernyataan (butir) Y : Skor total (faktor) N : Jumlah respondenPengujian validitas item dengan korelasi person yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor item dengan skor total item, kemudian pengujian
signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat
23 signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai r positif dan r hitung > r tabel maka item dapat dinyatakan valid. Jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2012). Sehingga pertanyaan tersebut harus diganti atau direvisi atau di “drop” (dihilangkan) (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dilakukan ditempat berbeda yang memiliki karakteristik responden dan tempat yang sama dengan tempat penelitian, dilakukan di IFRSUD Cilacap dengan jumlah 30 responden untuk kuesioner kepuasan pasien, sedangkan 20 responden untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kehandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan (Arikunto, 2009).Untuk mengetahui apakah data dapat dipercaya atau tidak, menggunakan analisis Alpha-Cronbach menggunakan software pengolahan data dengan rumus (Arikunto, 2009) :
Keterangan r11 : Reliabilitas instrument k : Banyaknya butir pertanyaan soal
: Jumlah varians butir ∑σb² : Varians total σt² untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha-Cronbach 0,6. Menurut Sekaran dalam
Priyatno (2012), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Untuk pertanyaan yang tidak valid dalam suatu kuesioner, maka dalam uji reliabilitas pertanyaan tersebut dikeluarkan (exclude) (Priyatno, 2012). Uji reliabilitas dilakukan ditempat berbeda yang memiliki karakteristik responden dan tempat yang sama dengan tempat penelitian, dilakukan di IFRSUD Cilacap dengan
24
jumlah 30 responden untuk kuesioner kepuasan pasien, sedangkankan 20
responden untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan.c. Customer Satisfaction Index (CSI)
Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen
(Indeks Satisfaction) dari tingkat kepentingan (Importance) dan tingkat
kinerja (Performance). Metode pengukuran CSI ini, meliputi tahap-tahap
sebagai berikut (Starford dalam Rahmani, 2009) :a. Menentikan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction
Score (MSS), nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan tiap responden (Starford dalam Rahmani 2009) : Dimana : n : jumlah responden Yi : nilai kepentingan atribut ke-i Xi : nilai kinerja atribut ke-i
b. Menghitung Weighting Factor (WF), bobot ini merupakan persentase
nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut (Starford dalam Rahmani 2009).Dimana : P : jumlah atribut kepentingan i : atribut ke-i
c. Menghitung Weighting Score (WS), yaitu bobot ini merupakan
perkalian antara Weigh Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan (MSS) (Starford dalam Rahmani 2009).
WSi = WFi × MSSi
Dimana : i : atribut ke-i25
d. Menghitung Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu jumlah WS
dibagi dengan skala maksimal yang digunakan, kemudian dikali 100%(Starford dalam Rahmani 2009).
Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan palanggan, dengan kriteria berikut (Starford dalam Rahmani 2009) :
Table 4. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index Nilai CSI Kriteria CSI 0,00-0,34 Tidak Puas 0,35-0,50 Kurang Cukup Puas 0,51-0,65 Cukup Puas 0,66-0,80 Puas 0,81-1,00 Sangat Puas (Starford dalam Rahmani, 2009)
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validasi Instrumen 1. Kepuasan pasien Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
dipakai valid atau tidak. Uji validitas ini dengan menggunakan analisis
correlation product moment menggunakan software analisis statistik
(Notoatmodjo, 2010).Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir
(item) yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor konstruk
(construct) dan total skor seluruh item. Butir-butir pertanyaan pada
kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel.
Berdasarkan data statistik nilai r tabel untuk 30 responden yaitu 0,361
dengan taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2010). Uji validitas ini
dilakukan di IFRS Cilacap pada tanggal 22-23 April 2013.Tabel 5. Hasil Uji Validitas kuesioner kepuasan pasien Dimensi No.
Pertan yaan Tangi ble
Ket.
Relia bility Ket.
Respon sivenes s
Ket Assur ance
Ket Empha ty
Ket 1 0.803 Valid 0.724 Valid 0.776 Valid 0.868 Valid 0.824 Valid 2 0.840 Valid 0.798 Valid 0.581 Valid 0.902 Valid 0.928 Valid 3 0.872 Valid 0.779 Valid 0.710 Valid 0.904 Valid 0.909 Valid 4 0.510 Valid 0.783 Valid 0.915 Valid 0.844 Valid 0.936 Valid 5 0.695 Valid 0.792 Valid 0.891 Valid 0.877 Valid 0.952 Valid 6 0.879 Valid 0.759 Valid 0.822 Valid 0.886 Valid 0.962 Valid 7 0.937 Valid 0.810 Valid 0.830 Valid 0.838 Valid 0.819 Valid 8 0.837 Valid 0.745 Valid 0.878 Valid 9 0.840 Valid 0.762 Valid 0.634 Valid 10 0.830 Valid 0.848 Valid
11 0.878 Valid Sumber: hasil olah data primer
Dalam tabel di atas didapatkan bahwa semua item butir
pertanyaan dalam kuesioner adalah valid. Nilai pearson colleration dari
masing-masing ítem butir pertanyaan > 0,361.26
27 Uji reliabilitas menggunakan analisis Alpha-Cronbach menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo,2005). Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah data dari tiap butir pertanyaan yang diajukan dapat dipercaya atau tidak. Dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sunyoto, 2013).
Tabel 6. Uji Reliabilitas kuesioner kepuasan pasien Dimensi Keterangan
Cronbach α Tangible 0.931 Reliabel Reliability 0.927 Reliabel Responsiveness 0.929 Reliabel Assurance 0.950 Reliabel Emphaty 0.962 Reliabel Sumber: hasil olah data primer
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa semua dimensi pertanyaan dalam kuesioner adalah reliabel. Nilai Alhpa Cronbach > 0,6, dimana untuk dimensi tangible 0,931, dimensi reliability 0.927; dimensi responsiveness 0,920; dimensi assurance 0,950 dan dimensi emphaty 0,962.
2. kepuasan kerja karyawan Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid atau tidak, menggunakan analisis correlation product
moment menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 7. Uji validitas dan Reliabilitas kuesioner karyawan Dimensi
No. Resp
Tangib Relia Assura Emp
perta Ket Ket onsiv Ket Ket Ket
le bility nce haty
nyaan eness1 0.530 Valid 0.830 valid 0.785 valid 0.542 valid 0.772 valid
2 0.598 valid 0.689 valid 0.540 valid 0.956 valid 0.848 valid
3 0.808 valid 0.595 valid 0.467 valid 0.937 valid 0.955 valid
4 0.911 Valid 0.683 Valid 0.690 valid 0.902 valid 0.943 valid
5 0.758 Valid 0.787 Valid 0.861 valid 0.898 valid 0.642 valid
6 0.766 valid 0.698 valid 0.893 valid 0.761 valid 0.699 valid
7 0.833 Valid 0.838 Valid 0.945 valid 8 0.621 valid 0.740 validSumber: hasil olah data primer Dalam tabel diatas didapatkan bahwa semua item butir pertanyaan dalam kuesioner adalah valid. Nilai pada bagian pearson corellation
28 masing-masing indikator mempunyai koefisien korelasi > 0,44. Berdasarkan data statistik nilai r tabel untuk 20 responden yaitu 0,44 dengan taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2010).
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari tiap butir pertanyaan itu dapat dipercaya atau tidak. Dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sunyoto, 2013).
Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas kuesioner kepuasan kerja karyawan
DimensiKeterangan Cronbach α