BAB II TINJAUAN PUSTAKA - HUBUNGAN STATUS PEMBERIAN ASI DAN KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Definisi ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) sedini

  mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur enam bulan. Setelah enam bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Purwanti, 2004).

  Hal tersebut juga terdapat dalam Al-Qur’an yang berbunyi: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” (Al-Baqarah: 233). Hikmah yang terkandung dalam ayat tersebut menekankan bahwa ASI sangat penting untuk diberikan ibu kepada anaknya. tidak main-main, seorang ibu wajib memberikan ASI sampai anaknya berusia 2 tahun.

2. Manfaat ASI Eksklusif

  ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Jika dibandingkan dengan susu sapi, ASI mempunyai kelebihan antara lain sebagai nutrisi, ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Selain mudah didapat dan tidak perlu dipersiapkan terlebih dahulu, ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan otak. Melalui ASI dapat dibina jalinan kasih sayang serta ketentraman jiwa bagi bayi yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa bayi. Dengan demikian ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh susu sapi (Roesli, 2004).

  Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan, hal ini

  5

  6 karena hisapan pada puting susu merangsang dikeluarkannya oksitoksin alami yang akan membantu kontraksi rahim. Selain itu, kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH dan ovulasi, sehingga pemberian ASI resiko kesehatan yang berhubungan dengan pendeknya interval melahirkan (Suherni,dkk 2008).

3. Komposisi ASI

  ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. ASI mengandung komponen makro dan mikronutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda (Hendarto, 2008).

  Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7. Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin pembuluh kuman dalam jumlah paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi (Roesli, 2004).

B. Imunisasi 1.

  Definisi Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhap penyakit tertentu. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 2003).

  7

2. Jenis Imunisasi a.

  Imunisasi Aktif Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat akan dapat merespon.

  b.

  Imunisasi pasif Merupakna pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan bebrapa imunisasi yang dianjurkan, diantaranya: 1) Imunisai BCG (Bacille Calmette Guerin)

  Imunisasi ini memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberculosis atau TBC. Penularan penyakit TBC terjadi melalui udara karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini paling sering menyerang paru-paru dan dapat menyerang berbagai organ tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (Surininah, 2009)

  2) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) Difteri adalah penyakit infeksi tenggorokan berat yang dapat menyebar ke jantung dan system saraf sehingga mengakibatkan kematian. Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri

  

Bordetella pertussis yang menyebabkan batuk beart dan lama,

  dengan komplikasi yang berbahaya bila tidak ditangani dengan baik. Sedangkan tetanus adalah penyakit bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan kejang otot dan sakit yang luar biasa (Surininah, 2009)

  3) Imunisasi Polio penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Vaksin polio tidak menimbulkan efek samping (Surininah, 2009).

  4) Kelengkapan imunisasi Kelengkapan imunisasi dapat melindungi anak terhadap penyakit campak secara efektif. Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak, yang dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya seperti infeksi paru, kejang, dan kerusakan otak (Surininah, 2009). 5) Imunisasi hepatitis B

  Vaksin hepatitis B (HBV vaksin) untuk melindungi bayi dengan memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit infeksi liver yang dapat menyebabkan sirosis hati, kanker, dan kematian (Surininah, 2009).

  Definisi Diare Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya yaitu lebih dari 3 kali dalam sehari dan fesesnya lunak. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak yaitu bila frekuensi lebih dari 3 kali (Widjaja, 2000).

  Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh

  8

C. Diare 1.

  9 manusia umumnya 60% terdiri dari air. Oleh sebab itu, bila seorang menderita dehidrasi berat, maka dalam waktu singkat saja tubuk penderita sudah kelihatan sangat kurus (Widjaja, 2000). Gejala Klinis

  Gejala klinis diare yang sering muncul yaitu mula-mula bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam- basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Widjaja, 2000).

3. Patofisiologi

  Diare akan mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya), gaangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

D. Bronkopnemonia 1.

  Definisi Bronkopnemonia Bronkopneumonia adalah infeksi pada parenkim paru yang terbatas pada alveoli kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada pemeriksaan histologist terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Berbagai spesies bakteri,

  10 klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit dapat menjadi penyebab (Levison, M. 2000).

  2. Gejala Klinis onset demamakut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan sesak nafas. Gejala lain yang sering dijumpai adalah kekakuan, berkeringat, menggigil, rasa tidak enak di dada, pleuritis, kelelahan, mialgia, anoreksia, sakit kepala dan nyeri perut. Hasil pemeriksaan fisik yang sering dijumpai meliputi demam atau hipotermia, takipneu, takikardi. Pemeriksaan dada sering terdapat suara nafas yang berubah dan terdapat ronkhi (Levison, M. 2000).

3. Patogenesis

  Proses patogenesis terkait dengan 3 faktor, yaitu imunitas inang, mikroorganisme yang menyerang, dan lingkungan yang berinteraksi. Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh Enterobacter dan P. Aeruginosa. Pada masa sekarang, terlihat perubahan pola mikroorganisme adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan, penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat menimbulkan perubahan karakteristik kuman. Dijumpai peningkatan patogenesis kuman akibat adanya berbagai mekanisme terutama oleh Staphylococcus aureus, dan Enterobacteriaceae serta berbagai bakteri gram negatif

  H. influenza (Dahlan, Z. 2006).

  Gambar 1. Kerangka Teori

  Faktor perilaku a.

  Pemberian ASI eksklusif b.

  Pemberian kelengkapan imunisasi c.

  Penggunaan botol susu d.

  Kebiasaan cuci tangan e. Kebiasaan membuang tinja f.

  Menggunakan air yang tercemar g.

  Menggunakan jamban Faktor sosiodemografi a.

  Tingkat pendidikan ibu Umur ibu c.

  Jenis pekerjaan ibu Faktor lingkungan a.

  Sumber air minum b. Jenis tempat pembuangan tinja c.

  Jenis lantai Epidemiologi penyakit diare

  11

E. Kerangka Teori

  F. Kerangka Konsep

  Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

  G. Hipotesis Penelitian Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status pemberian ASI

  dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian diare pada anak di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

  Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara status pemberian ASI dan kelengkapan imunisasi dengan kejadian diare pada anak di RSUD Prof.

  Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

  

Variabel bebas

Status pemberian ASI Kelengkapan imunisasi

Variabel terikat

Diare

  12

Dokumen yang terkait

ANALISIS HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUMDI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 17

UJI INSTRUMENT TIME MODIFIKASI BATES-JENSEN METODE CHECKLIST DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

HUBUNGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG MELATI RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON DAN LAVENDER TERHADAP TINGKAT NYERI PADA SAAT PEMASANGAN INFUS DI IGD RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 15

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 1 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBIN PADA NEONATUS DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO TAHUN 2014 - repository perpustakaan

0 0 15

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN SOSIODEMOGRAFI DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 15

HUBUNGAN JENIS, LAMA DAN JUMLAH BATANG ROKOK DENGAN KEJADIAN BRONKHITIS DI RSUD Prof. Dr.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DOSIS DAN TERAPI PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) RAWAT INAP PENGGUNA ASKES DAN NON-ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 10

HUBUNGAN STATUS PEMBERIAN ASI DAN KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16