BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah - Tri Utami Anisa BAB I

BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

  lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan perasaan, ide-ide serta segala sesuatu yang terekam atau tersimpan dalam memori otaknya. Keunikan manusia sendiri sebenarnya tidak terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuan dalam berbahasanya karena melalui bahasa, manusia dapat mengekpresikan semua yang ada dalam pikirannya. Bahasa sebagai sarana komunikasi yang menjembatani interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam suatu masyarakat akan membentuk suatu sistem sosial. Sistem sosial yang dimaksud adalah kultur bahasa yang unik yang menjadi penanda khas bagi masyarakat tersebut, sekaligus yang membedakannya dari komunitas masyarakat bahasa lain yang secara regional maupun kultural itu berbeda.

  Berbicara mengenai komunikasi, di dalam suatu komunikasi terdapat seorang penutur dan mitra tutur. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa penutur mengartikulasikan tuturan dengan maksud untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturannya, dan mengharap mitra tuturnya atau pendengar dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan. Dalam memahami suatu maksud yang ingin dikomunikasikan oleh seseorang, kita dapat menggunakan suatu kajian tentang bentuk tindak tutur. Dikatakan demikian karena dalam suatu kajian bentuk tindak tutur terdapat bentuk-bentuk tindak tutur yang dapat dijadikan acuan dalam memahami

  1 maksud yang tersembunyi dari suatu tuturan yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tuturnya. Tidak hanya maksud saja yang dapat dipahami dalam suatu kajian bentuk tindak tutur tetetapipenafsiran akan makna bahasa juga dapat dipahami melalui kajian tersebut.

  Dapat diketahui bersama bahwa suatu tindak tutur itu dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak terkecuali oleh penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli merupakan orang yang melakukan transaksi jual beli. Sejatinya di dalam suatu proses transaksi jual beli senantiasa timbul suatu bentuk interaksi sosial antara penjual dan pembeli.

  Interaksi sosial yang terjalin di antara keduanya itu menimbulkan terjadinya suatu peristiwa tutur, yang di dalamnya terdapat suatu bentuk tindak tutur. Penelitian ini mengambil objek penjual dan pembeli karena tuturan yang terjadi antara penjual dan pembeli itu lebih banyak jika dibandingkan dengan yang lain. Hal tersebut karena mereka lebih banyak melakukan interaksi dengan orang lain sehingga tuturan yang dihasilakan pun lebih bervariasi.

  Suatu proses transaksi jual beli dapat terjadi dimana saja, baik itu jalan, di toko, di pasar, atau dimanapun. Salah satu tempat yang banyak terjadi proses jual beli adalah toko. Toko merupakan salah satu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan suatu proses transaksi jual beli atau proses tawar-menawar. Menurut Alwi, dkk (2007: 1719), toko merupakan suatu bangunan permanen tempat menjual barang-barang. Ketika proses transaksi jual beli itu berlangsung di dalam sebuah toko, komunikasi yang terjalin di antara penjual dan pembeli pun pastinya menghasikan berbagai macam tuturan. Tuturan yang terjalin di antara keduanya senantiasa mempunyai maksud dan tujuan, baik itu dari pihak penjual maupun dari pihak pembeli. Hal tersebut terbukti ketika peneliti berbelanja di sebuah toko serba ada, yakni di toko Yuyun Collection and Credit yang terdapat di desa peneliti, yakni di Desa Madusari, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap. Ketika itu peneliti mendengar pembicaraan antara penjual dan pembeli di toko tersebut. Dari pembicaraan yang peneliti dengar, tampak adanya suatu bentuk tindak tutur dalam percakapan tersebut. Contoh tuturan yang peneliti dengar ketika berbelanja di toko tersebut :

  (1) Pembeli : “Aya calana Logo te Ce ?”

  (Ada celana Logo tidak Bi?) Penjual :

  “Aya yeuh, kadieu gera!”(Sambil mengalunkan tangan.) (Ada ini, ke sini!)

  Dari tuturan yang peneliti dengar yakni antara penjual dan pembeli di toko tersebut, peneliti melihat adanya suatu bentuk lokusi pertanyaan (introgatif) yakni pada tuturan “Aya calana Logo te Ce.” Tuturan tersebut diungkapkan oleh seorang pembeli yang sedang bertanya kepada penjual atau pemilik toko apakah celana dengan merek Logo dijual di toko tersebut atau tidak. Tuturan tersebut juga merupakan ilokusi

  

direktif karena pembeli menyuruh penjual menjawab pertanyaannya dan

  mengharapkan penjual segera menjawab. Tidak hanya itu, dari tuturan tersebut peneliti juga melihat tampak adanya suatu bentuk ilokusi pernyataan (deklaratif) yakni pada tuturan “ Aya yeuh.” Kalimat tersebut diungkapkan oleh seorang penjual yang memberitahukan kepada calon pembeli bahwa celana dengan merek Logo terdapat di tokonya atau dijual di toko tersebut. Selain merupakan kalimat pernyataan, tuturan yang diungkapkan oleh penjual itu merupakan ilokusi representatif karena penjual menunjukan bahwa di tokonya itu terdapat celana Logo, sehingga penjual bermaksud agar pembeli merespon dan melihat ke arahnya. Pada tuturan yang diucapkan oleh penjual, peneliti juga menemukan suatu bentuk lokusi perintah yakni pada tuturan “….kadie gera!” penjual memerintahkan pembeli untuk menghampirinya. Selain merupakan lokusi perintah tuturan tersebut juga merupakan ilokusi direktif karena penjual mempunyai maksud agar lawan tuturnya yang dalam hal ini adalah pembeli melakukan hal yang disebutkan dalam ujaran. Penjual mempunyai maksud agar calon pembelinya itu berjalan ke arah dimana dia berdiri.

  Maka dari itu pembeli dapat melihat celana yang diinginkan secara lebih dekat. Selain tuturan tersebut peneliti juga mendengar tuturan lainnya yakni : (2) Pembeli :

  “Yeh ieu kantong kreditna ulah sakitu atuh.” (Harga tas kreditnya jangan seperti itu.)

  Penjual : “Atuh ieu mah nu alus, nu asli da. Cabanage loba da nu mareli

  ge, tuh si neng Uci jeng si dela ge mareli .”

  (Ini yang paling bagus dan yang asli. Lagi pula banyak yang membeli, buktinya neng Uci dan Dela juga membeli.) Ketika peneliti mendengar percakapan antara penjual dan pembeli tersebut, peneliti melihat tampak adanya suatu bentuk lokusi pernyataan dan ilokusi direktif pada tuturan “Yeh ieu kantong kreditna ulah sakitu atuh.” Pembeli menyatakan tentang permohonannya, selain itu tuturan tersebut juga diucapkan oleh seorang pembeli dengan maksud memohon agar penjual bersedia mengurangi harga kredit dari barang yang diinginkan oleh pembeli tersebut. Pada tuturan berikutnya peneliti juga melihat adanya suatu bentuk tindak lokusi pernyataan dan ilokusi representatif pada tuturan yang dituturkan oleh penjual. Pada tuturan tersebut, penjual menyatakan tentang kualitas dari tas yang ia jual. Penjual juga menyatakan kebenaran atas apa yang ia katakan bahwa tas yang ia jual itu memang banyak yang membeli sehingga tuturan itu dimaksudkan agar pembeli tertarik kepada tas yang ditunjukkan. Tuturan tersebut juga mengandung tindak perlokusi get he to do (membuat penutur melakukan sesuatu). Tuturan tersebut diucapkan oleh seorang penjual kepada pembelinya dengan maksud untuk mempengaruhi pembeli agar setuju dan mau membeli tas tersebut dengan tidak meminta mengurangi kembali harga yang telah ditentukan. Dalam suatu proses transaksi jual beli, baik itu pihak penjual maupun pihak pembeli akan selalu berusaha untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Hal tersebut seringkali dilakukan dengan cara memuji, membangga-banggakan atau hanya sekedar menyenangkan hati penjual atau pembeli. Semua itu dilakukan tidak lain karena terdapat maksud dan tujuan tertentu. Apalagi jika barang yang diperjualbelikan itu lebih dari satu. Di toko Yuyun Collection and Credit sendiri barang yang diperjualbelikan memang tidak hanya satu atau dua jenis barang, akan tetapi menjual berbagai macam barang dengan kisaran harga yang bervariasi dan dapat dibayar secara tunai dan kredit sehingga proses transaksi jual beli pun lebih banyak terjadi. Seperti tuturan yang peneliti dengar ketika ada seorang pembeli di toko tersebut yang menawar harga dari beberapa barang yang hendak ia beli, yakni sebagai berikut :

  (3) Pembeli : “Bi Yuyun, genep puluh rebu bae nya ieu.” (Menunjuk sebuah sandal.)

  (Bi Yuyun, enam puluh ribu saja ini.) Penjual :

  “Ai ari maneh, temenang genep puluh rebu mah, nu kitu mah

  tujuh puluh ribu da

  .” (Aduh, tidak akan dapat kalau hanya enam puluh ribu, yang seperti itu tujuh puluh ribu.)

  Pembeli : “Lah Bi urang ker te boga dhuwit puguh, nu kamari ge pan can

  lunas.”

  (Bi saya sedang tidak mempunyai uang, yang kemarin saja belum lunas.) Penjual :

  “Nya ges atuh pas na genep puluh lima rebu sok tah.” (Ya sudah, enam puluh lima ribu silakan.)

  Pembeli : “Lamun te kieu bae Bi, tujuh puluh rebu ngan jeng kudung

  kituh .” (Tertawa)

  (Kalau begini saja bagaimana Bi, tujuh puluh ribu tetapi dengan kerudung.) Dari tuturan yang peneliti dengar tersebut, peneliti melihat adanya suatu bentuk tindak tutur lokusi pernyataan dan ilokusi ekspresif yakni pada tuturan “Lah Bi urang ker te boga duit puguh, nu kamari ge pan can lunas.

  ” Tuturan itu diucapkan oleh seorang pembeli kepada penjual dengan maksud untuk menyatakan keadaan pembeli yang dalam hal itu sedang tidak mempunyai uang dan hutangnya yang dulu juga belum dapat ia lunasi. Pembeli mempunyai maksud agar penjual dapat memaklumi keadaannya dan dapat mengurangi harga barang yang diinginkannya.

  Pada tuturan yang lainnya peneliti juga melihat adanya bentuk tindak tutur lokusi pernyataan dan ilokusi deklarasi yakni pada tuturan “ Nya ges atuh pas na genep puluh lima rebu sok tah.

  ” Tuturan tersebut diucapkan oleh seorang penjual yang menyatakan keputusannya bahwa ia memberikan harga enam puluh lima ribu atas barang yang ditawar oleh pembeli. Hal tersebut dilakukan oleh penjual dengan maksud agar pembeli tersebut senang berbelanja di toko tersebut dan kembali membeli barang-barang di toko itu. Bentuk tindak tutur lokusi pernyataan dan ilokusi

  deklarasi

  juga peneliti lihat pada tuturan “….Te menang genep puluh rebu mah.” Pada tuturan tersebut penjual menyatakan larangannya kepada pembeli dan hal itu diucapkan oleh penjual dengan maksud agar pembeli tidak membeli barang tersebut dengan harga hanya enam puluh ribu dikarenakan harga tersebut tidak sesuai dengan kualitas barangnya. Selain tindak lokusi dan ilokusi peneliti juga melihat adanya suatu bentuk tindak tutur perlokusi persuade yakni pada tuturan

  “….Genep puluh rebu bae nya ieu.

  ” Tuturan tersebut dituturkan oleh seorang pembeli kepada penjual. Pembeli membujuk penjual agar barang yang diinginkannya itu dijual dengan harga enam puluh ribu. Efek bagi orang yang mendengar tuturan tersebut yakni agar penjual memberikan barang yang dijualnya itu dengan harga enam pulu ribu kepada pembeli.

  Tuturan yang mengandung perlokusi persuade juga terdapat pada tuturan yang diucapkan oleh pembeli yak ni pada tuturan “Lamun te kieu bae Bi, tujuh puluh rebu

  

ngan jeng kudung kituh .” Pada tuturan tersebut pembeli membujuk penjual agar mau

memberikan harga tujuh puluh ribu untuk harga sandal dan kerudung.

  Dari beberapa fenomena yang peneliti temukan, peneliti berasumsi bahwa percakapan antara penjual dan pembeli di toko Yuyun Collection and Credit banyak mengandung tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi. Selain karena fenomena yang peneliti temukan tersebut, toko Yuyun Collection and Credit juga merupakan toko yang menyediakan berbagai macam barang dengan sistem pembayaran yang sedikit berbeda dengan yang lain yakni dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Hal tersebut menimbulkan banyaknya interaksi yang terjadi di antara penjual dan pembeli sehingga tuturan yang terjadi di antara keduanya pun lebih banyak dibandingkan dengan toko yang lain. Hal tersebutlah yang mendasari peneliti mengambil objek penelitian di toko Yuyun Collection and Credit. Dengan adanya hal tersebut maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian secara empirik dengan pendekatan pragmatik, karena melalui pragmatik kita dapat mengetahui relasi antara bahasa dengan konteksnya. Maka dari itu penelitian dengan judul “Kajian Bentuk Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Toko Yuyun Collection and Credit di Desa Madusari, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap ” ini penting untuk dilakukan.

F. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu “Bentuk tindak tutur apa sajakah yang terdapat pada proses jual beli antara penjual dan pembeli di toko Yuyun Collection and Credit di Desa Madusari, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap?”

  G. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur yang terdapat pada proses jual beli antara penjual dan pembeli di toko Yuyun Collection and

  Credit di Desa Madusari, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap.

  H. Manfaat Penelitan 1. Secara Teoretis

  a. Penelitian ini memberikan manfaat guna menambah suatu kajian keilmuan dalam linguistik, khususnya pragmatik serta memperkaya kajian empiris yang mendukung teori tindak tutur.

  b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penelitian pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan konteksnya.

2. Secara Praktis

  a. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat memberikan acuan tambahan dalam menganalisis kajian tentang pragmatik.

  b. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan tentang kajian pragmatik, khususnya tentang tindak tutur. Dengan begitu akan memudahkan pembaca untuk lebih memahami apa yang hendak dikomunikasikan oleh seseorang, sehingga dapat terjalin suatu komunikasi yang selaras.