ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR PADA Tn. M DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
BELAJAR PADA Tn. M DI RUANG DAHLIA RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif
Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun Oleh :
Nofidon Laela
A01301795
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016 Sabtu, 30 Juli 2016 STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
Program DIII Keperawatan SekolahTinggiIlmuKeperawatanMuhammadiyahGombong KTI, Agustus 2016
1
2 Nofidon Laela , Ike Mardiati Agustin , M.Kep.Sp.Kep. J
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
BELAJAR PADA TN.M DI RUANG DAHLIA
RSUD Dr SUDIRMAN KEBUMEN
LatarBelakang: Hiperglikemi mengalami peningkatan yang sangat pesat karena kurangnya
menjaga pola makan dan pola hidup yang kurang sehat sehingga hiperglikemi yang berkepanjangan akan mengakibatkan diabetes militus. Faktor yang paling sering terjadi pada klien hiperglikemi adalah karena faktor kurangnya pengetahuan terhadap perawatan penderita hiperglikemi.
TujuanAsuhanKeperawatan :Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan
dengan masalah pemenuhan kebutuhuan belajar pada klien dengan Hiperglikemi.Asuhan Keperawatan : Asuhan keperawatan pada Tn.M yang dilakukan selama 3 hari mulai
tanggal 9 juni- 11 juni 2016 diruang Dahlia RSUD Kebumen, klien mengatakan kurang paham tentang apa itu penyakitnya, penyebab, dan makanan yang dianjurkannya. Sehingga muncul masalah keperawatan Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan adalah melakukan pendidikan kesehatan. Evaluasi dari tindakan tersebut yakni klien mampu mengetahui tentang cara perawatan hiperglikemi.
Analisa Tindakan : Untuk mempermudah kebutuhan belajar inovasi tindakan keperawatan
yang direkomendasikan menggunakan alat bantu media food model dan filp chart ( lembar balik).
Kata kunci : Hiperglikemia, kebutuhan belajar, Alat bantu.
Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah Gombong School of Health Science Nursing Care Report, August 2016
1
2 Nofidon Laela , Ike Mardiati Agustin , M.Kep.Sp.Kep. J
ABSTRACT
NURSING CARE OF MEETING THE NEEDS LEARNING
FOR TN.M IN THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL DAHLIA
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Background : Hyperglycemia has increased very rapidly because of the lack maintain diet
and unhealthy lifestyle that prolonged hyperglycemis leads to diabetes militus. The factors that most often occurs on the client hyperglycemia is due to lack of knowledge on the treatment of patients with hyperglycemia.
Destination nursing care : to give an idea of nursing care to meet the needs of learning
problems in clients with hyperglycemia.Nursing Care : Nursing care at Tn.M conducted over three days starting on 9 june to 11 june
2016 in the hospital dahlia kebumen, client says do not understand whatit was disease, the causes and the food advocate, so it appears the problem of nursing knowledge deficiency associated with cognitive limitations, intervention and implementation has been done is to conduct health education. Evalution of the actions that the client is able to know about the treatment of hyperglycemia.
Analysis of the action : to facilitate the learning needs innovative nursing actions
recommended using tools and models food filp chart. Keywords : Hyperglycemia, Learning needs, Tools.KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Uji Komprehensif ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar Pada Tn.M Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil ujian komprehensif dalam rangka tahap akhir jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Terwujudnya Laporan Hasil Uji Komprehensif ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak M. Madkhan Anis, S. Kep. Ners, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep.Ns, M.Sc selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
3. Ibu Ike Mardiati Agustin.M,Kep.Sp.Kep.J, selaku Dosen pembimbing KTI.
4. Direktur RSUD Dr. SOEDIRMAN Kebumen yang telah memberikan tempat dan kerjasama dalam melaksanakan studi kasus.
5. Ibu kepala dan seluruh staf serta tim kesehatan Ruang Dahlia Ibu Eni Sulistyowati, S. Kep, Ns yang telah memberikan bimbingan dan kerja sama dalam melaksanakan studi kasus.
6. Pembimbing dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong beserta seluruh staff dan karyawan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
7. Kedua bapak ibu saya tercinta yang selalu memberikan dukungan semangat, kasih sayang, canda dan tawa dan banyak hal yang tidak mungkin bisa di sebutkan satu persatu.
8. Klien dan Keluarga klien yang telah mengizinkan saya untuk memberikan Asuhan Keperawatan selama 3 hari sehingga Karya tulis Ilmiah ini bisa terselsaikan.
9. Seluruh saudara keluarga dekat, kaka dan adik yang telah memberikan motifasi dan dukungan untuk tetap semangat.
10. Teman teman 3B, Arinda setia susilo Prasetyono, Herlina Yulianti Kulsum, Feny Fitriyani, Leny Octaviani P.R, Linda ristianingsih, nina wanda kartika, Nur Istiqomah, Nur za”adah, Nurul Istiqomah, Jehan Pristya, Imas susanti yang telah memberikan saya dukungan dan semangat dan teman-teman seperjuanganku yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis sangat mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis berharap agar apa yang telah tertulis dalam laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Gombong, 30 Juli 2016 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMA N JUDUL…………………………………………………... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………………………………… iii AB STRAK …………………………………………………………….. iv
ABSTRACT…………………………………………………………… v KA TA PENGANTAR…………………………………………………. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………….... viii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang…………………………………………………. . 1 B. Tujuan Penulisan………………………………………………. . 5 a. TujuanUmum……………………………………………….. 5 b. TujuanKhusus……………………………………………….. 5 c. Manfaat Penulisan.................................................................... 6 BAB II KONSEP DASAR A. Proses Belajar Dalam Pendidikan Kesehatan…………………… 7 B. Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan................................ 12 C. Inovasi Tindakan Keperawtan…………………………………... 13 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian………………………………………………………
15 B. Analisa Data…………………………………………………....
17 C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi……………………….
18
BAB IV PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan…………………………………………
25 B. Analisa Tindakan……………………………………………..
35 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN..........................................................................
37 B. SARAN......................................................................................
38 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fenomena penyakit gula darah tinggi atau Hiperglikemi mengalami
peningkatan yang sangat pesat karena kurangnya menjaga pola makan dan pola hidup yang kurang sehat sehingga hiperglikemi yang berkepanjangan akan mengakibatkan diabetes militus dan apabila tidak ditangani secepat mungkin penyakit ini akan terus meningkat. Hiperglikemia itu sendiri bisa menyerang masyarakat dari segala lapisan umur dan lapisan sosial ekonomi (Wicaksono T, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun (2011) dari Dinas Kesehatan Profinsi Jawa tengah didapatkan data bahwa dari seluruh Rumah Sakit yang ada di Jawa Tengah angka kejadian DM paling tinggi adalah di kota Semarang, yaitu sebesar 59.877 kasus yang terdiri atas 14.326 kasus diabetes tergantung insulin dan 45.551 kasus diabetes non insulin. Kejadian
diabetes mellitus type II di ruang rawat inap RSUD Tugurejo pada tahun 2011
mencapai 317 pasien,sedangkan pada bulan januari sampai oktober 2012 terdapat 293 pasien (Rekam Medik RSUD Tugurejo, 2012). Salah satu penelitian dari studi global pada tahun (2012) di dunia didapatkan data bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan dalam penanganan penyakit ini diperkirakan jumlahnya akan semakin meningkat.
Hiperglikemia merupakan suatu keadaan dimana hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa penderita diatas 110 mg/dl serta kadar gula darah setelah 2 jam pp (post prandial) diatas 140 mg/dl (Made Wiryana, 2008).
1
2 Karbohidrat adalah sumber glukosa yang menghasilkan kalori utama yang tinggi saat ini di negara berkembang maupun negara maju. Penderita yang dirawat di instalasi rawat ICU cenderung
kritis/critically patients mengalami hiperglikemia, yang disebut stress diabetes atau newly diabetes.
Hal itu terjadi karena disebabkan oleh lepasnya hormon-hormon anti regulasi seperti efinefrin, nor-efinefrin, katekolamin dan glucagon (Made Wiryana, 2008).
Hiperglikemi kronik pada tingkat diatas normal atau tinggi dapat
menghasilkan berbagai ragam komplikasi yang serius selama bertahun-tahun, komplikasi tersebut meliputi adanya kerusakan pada ginjalnya, saraf, jantung, dan retina. Hiperglikemi yang berkepanjangan terus menerus yang menyebabkan diabetes militus terjadi karena ketiadaan absolute insulin atau penurunan relatife insentivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Penyebab munculnya hiperglikemi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, diantaranya faktor tingkat pengetahuan, faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor usia, dan faktor lingkungan. Salah satu dari faktor yang sudah di sebutkan diatas yang paling sering terjadi pada klien hiperglikemi adalah karena faktor kurangnya pengetahuan dan faktor pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa cara untuk mengatasai faktor pengetahuan adalah dengan cara pendidikan kesehatan, karena suatu pendidikan sangat berpengaruh pada pemahaman dan pengetahuan seseorang individu.
Tingginya tingkat derajat pendidikan seseorang individu, keluarga , ataupun kelompok masyarakat itu juga dipengaruhi oleh keinginan untuk memperoleh informasi dalam mendapatkan berbagai hal informasi. Suatu informasi bisa didapatkan dengan berbagai hal salah satunya dengan media
3 cetak dan elektronik yang biasa kita temui. Semakin banyak informasi yang didapatkan oleh seorang individu, keluarga dan kelompok masyarakat maka semakin banyak atau semakin tinggi pengetahuan yang didapatkan (Blasis, 2006). Tingkat pengetahuan yang rendah akan mempengaruhi pola makan, pola hidup yang salah dan akhirnya akan mengakibatkan hiperglikemi dan jika
hiperglikemi itu berkepanjangan akan mengakibatkan diabetes mellitus.
Kegiatan intelektual, psikologi dan sosial merupakan proses pendidikan kesehatan yang berupa kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan seorang individu, keluarga ataupun kelompok masyarakat, dalam mengambil sebuah keputusan secara sadar dan itu dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup individu, keluarga dan masyarakat (Maulana, 2009).
Menurut Notoatmodjo(2007), Salah satu peranan dalam suatu pendidikan kesehatan adalah untuk melakukan rencana faktor perilaku individu, keluarga, dan kelompok masyarakat sesuai dengan nilai kesehatan. Konsep pendidikan individu, keluarga dan masyarakat merupakan proses belajar dalam mengetahui tentang nilai-nilai kesehatan dan dalam mengatasi suatu masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Pengadaan suatu pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan penderita hiperglikemi. Dasar utama keberhasilannya suatu pengobatan seorang individu, keluarga dan kelompok masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya( Maemun 2010, hlm. 2).
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh pada perilaku yang mempunyai jangka menengah tentang pendidikan kesehatan. Selanjutnya keluaran pendidikan kesehatan itu dapat mempengaruhi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Selain hal itu, pengetahuan kesehatan yang dimiliki
4 oleh seorang individu, keluarga dan kelompok masyarakat itu dapat memberikan suatu kesadaran untuk mengurangi berbagai resiko penyakit dengan cara memelihara lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Manfaat pengetahuan bagi klien dan keluarga antara lain: keluarga dan klien akan mendapatkan informasi mengenai penyakit Hiperglikemi, tanda gejala hiperglikemi, penyebab hiperglikemi, cara perawatan orang
hiperglikemi , mengetahui komplikasi Hiperglikemi, diit hiperglikemi, untuk
mengatasi diagnosa keperawatan yang muncul pada klien. Cara untuk mengatasi kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang hiperglikemi salah satunya memberikan kebutuhan belajar pada klien dan keluarga. Kebutuhan belajar merupakan kesenjangan yang dapat diukur antara hasil belajar dan kemampuan yang ada sekarang dan hasil belajar atau kemampuan yang diiinginkan dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki pada suatu saat yang bisa dirubah hanya dengan proses belajar (Sudjana, 2010). Kebutuhan belajar menjadi sangat penting guna meminimalisir kekambuhan, komplikasi pada klien Hiperglikemi.
Pendidikan dan belajar merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan agar penyakit yang diderita klien tidak kambuh lagi. Pengetahuan yang minim tentang penyakit akan lebih cepat menjurus kearah timbulnya komplikasi dari hiperglikemia dan hal ini merupakan beban bagi keluarga dan masyarakat. Berdasarkan konsep diatas untuk mengurangi masalah kurangnya pengetahuan pada klien dan keluarga dilakukan pendidikan kesehatan, yang dipaparkan melalui Asuhan Keperawatan pada klien dan keluarga.
Bersdasarkan hasil Asuhan Keperwatan pada Tn.M yang dirawat selama 3 hari dengan Hiperglikemia muncul masalah keperawatan Kurang pengetahuan. Sehingga tertarik untuk dipaparkan secara Ilmiah dengan judul
5 “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Tn.M di Ruang Dahlia RSU Dr. Soedirman Kebumen”.
B. TUJUAN PENULISAN 1.
Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan gambaran hasil Asuhan Keperawatan pada Tn.M di Ruang Dahlia RSU Dr.Soedirman Kebumen dengan Pemenuhan Kebutuhan belajar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk : a.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan pemenuhan kebutuhan belajar pada Tn.M di ruang Dahlia RSU Dr.Soedirman Kebumen b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan masalah keperawatan yang muncul pada klien Tn.M di ruang Dahlia RSU Dr.Soedirman
Kebumen c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan prioritas masalah yang muncul pada Klien Tn.M di ruang Dahlia RSU Dr.Soedirman Kebumen d.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan untuk memecahkan masalah yang muncul pada Klien Tn.M di ruang Dahlia RSU Dr. Soedirman Kebumen
e. mampu mendeskripsikan implementasi untuk Mahasiswa memecahkan masalah yang muncul pada Klien Tn.M di ruang Dahlia
RSU Dr. Soedirman f. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi pencapain tujuan
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Tn.M di ruang Dahlia RSU Dr.Soedirman Kebumen
6 g.
Mahasiswa mampu mendeskripsikan analisa tindakan keperawatan dengan Pemenuhan Kebutuhan Belajar pada Klien Tn.M di ruang Dahlia RSU Dr.Soedirman Kebumen.
3. MANFAAT PENULISAN a.
Manfaat Keilmuan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan menjadi referensi bagi institusi keperawatan dalam mengembangkan asuhan keperawatan agar para mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dan dalam melakukan intervensi pendidikan kesehatan pada klien dengan pemenuhan kebutuhan belajar.
b.
Manfaat Aplikatif 1)
Manfaat bagi Rumah Sakit Di harapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat serta bisa menjadi salah satu inovasi keperawatan dalam melakukan pendidikan kesehatan serta bisa sebagai bahan masukan khususnya tentang efektifitas pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga.
2) Manfaat bagi klien dan keluarga
Karya tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi bagi klien dan keluarga mengenai tindakan keperawatan pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kurang pengetauan klien serta diharapkan klien dan keluarga dapat meningkatkan kesehatan dan dapat melakukan pencegahan.
Daftar Pustaka
Dhuangga,Wandha Paramitha dan Misrawati. (2012). Efektifitas Pendidikan
Kesehatan Tentang Hygiene Kewanitaan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Menangani Keputihan. Jurnal Ners Indonesia,
v0l. 2, No 2, Maret 2012. Herdman,T.Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 . Jakarta:EGC.
Herdman,T.Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 . Jakarta:EGC Karim, Aditya K, Eprilurahman,Rury, Fitria Laksmindara, dan Kawatu Paul.J.
(2013). Senyawa Bioktif Herpetofauna Pada Penderita Diabetes Mellitus
Dan Hipertensi: Tinjauan Secara Patofisiologi. Jurnal Biologi Papua 5(1): 37-45.
Kusuma, Rizan Perdana,Kristiyawati Puguh Sri,&Purnomo .Ch Eko.S.(2013).
Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan Terapi Musik Terhadap Penurunan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Panti Werda Pelkris Pengayoman Semarang .Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1,No 4 (2013): Desember.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehtan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :PT Rineka Cipta, hal 38-49,56-65. Pramukti, Loviana Anissa, Kristiyawati, Puguh Sri dan Purnomo,S.Eko Ch.
(2013). Efektifitas Peraga Food Model dan Flip Chart Dalam Pendidikan
Kesehatan Pasien Diabetes Mellitus Type II Di RSUD Tugurejo Semarang . Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 3 (2013):
Juni 2013. Rampengan, Stania F.Y, Rondowunu Rolly,dan Onibala Franly. (2014). Pengaruh
Teknik Relaksasi Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan Vol 2, No 2 (2014) : E- Jurnal Keperawatan.
Santi,Mayu satria, Sabrian Febrina, dan Darwin Karim. (2014). Efektifitas
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audovisual Terhadap Perilaku Pencegahan Filarisis. Jom PSIK Vol. 1 No 2, Oktober 2014.
Sudjana, Nana. (2010). Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Tribowo,Cecep, dan Pusphandani,mitha Erlisya. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 36. Wilkinson, Judith.M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dasar . Jakarta: EGC.
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC
Wirayan, Made. (2008). Peranan Terapi Insulin Intensif Terhadap Interleukin-6
(IL-6) Dan Luaran Klinik Pada Penderita Kritis Dengan Hiperglikemia , J Peny Dalam, Volume 9Nomer 2 Mei 2008.
Yeni, Rahma Suri, Rahmalia Siti, Hasanah Oswati. (2014). Efektifitas Pendidikan
Kesehatan Menggunakan Metode Pendidikan Individual Tentang Pengetahuan Pola Makan Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Harapan Raya. Jom PSIK Vol. 1.2 Oktober 2014.
Zees, Rini Fahriani. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Respon
Adaptasi Nyeri Pada Pasien Apendektomi Di Ruang G2 Lantai II Kelas III Blud RSU Prof. DR.H. Aloei Saboe Kota Gorontalo . Jurnal Health dan
Sport, Volume 5, Nomer 3, Agustus 2012.
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERGLIKEMIA
Disusun Oleh :
Nofidon Laela
A01301795
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Tahun Ajaran 2016
LAPORAN PENDAHULUAN A.
Pengertian Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang kadar puasa normal 80
- – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140
- – 160 mg /100 ml darah (syok hiperglikemia). (Nabyl, 2009) Hiperglikemia, hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Ini umumnya merupakan tingkat glukosa darah 10 + mmol / l (180 mg / dl), tetapi gejala mungkin tidak memulai untuk menjadi terlihat sampai nomor kemudian seperti 15-20 + mmol / l (270-360 mg / dl) atau 15,2 -32,6 mmol / l. Namun, tingkat kronis melebihi 125 mg / dl dapat menghasilkan kerusakan organ. Kadar glukosa bervariasi sebelum dan sesudah makan, dan pada berbagai waktu hari, definisi "normal" bervariasi di kalangan profesional medis. Secara umum, batas normal bagi kebanyakan orang (dewasa puasa) adalah sekitar 80 sampai 110 mg / dl atau 4 sampai 6 mmol / l. Sebuah subjek dengan rentang yang konsisten di atas 126 mg / dl atau 7 mmol / l umumnya diadakan untuk memiliki hiperglikemia, sedangkan kisaran yang konsisten di bawah 70 mg / dl atau 4 mmol / l dianggap hipoglikemik. Dalam puasa orang dewasa, darah glukosa plasma tidak boleh melebihi 126 mg / dl atau 7 mmol / l. Berkelanjutan tingkat yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan gula darah ke pembuluh darah dan ke organ-organ mereka suplai, yang mengarah ke komplikasi diabetes.
B. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing. Adapun penyebab Hiperglikemia yaitu : 1.
Diabetes melitus Pada diabetes mellitus, gula darah tinggi biasanya disebabkan oleh rendahnya tingkat insulin (Diabetes mellitus tipe 1) dan / atau resistensi terhadap insulin pada tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2), tergantung pada jenis dan keadaan penyakit. Tingkat insulin rendah dan / atau resistensi insulin mencegah tubuh dari mengkonversi glukosa menjadi glikogen (sumber pati seperti energi yang tersimpan sebagian besar di hati), yang pada gilirannya membuat sulit atau tidak dapat untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah. Dengan kadar glukosa normal, jumlah total glukosa dalam darah pada saat tertentu hanya cukup untuk memberikan energi untuk tubuh selama 20-30 menit, sehingga kadar glukosa harus tepat dikelola oleh mekanisme kontrol internal tubuh. Ketika mekanisme gagal dengan cara yang memungkinkan glukosa untuk naik ke tingkat normal, gula darah tinggi adalah hasilnya.
2. Obat obatan Obat-obat tertentu meningkatkan risiko penyakit gula darah tinggi, termasuk kortikosteroid, octreotide, beta blocker, epinefrin, diuretik thiazide, niacin, pentamidin, inhibitor protease, L-asparaginase, dan beberapa obat antipsikotik. Administrasi akut stimulan seperti amfetamin biasanya menghasilkan gula darah tinggi; Penggunaan kronis, bagaimanapun, menghasilkan hipoglikemia. Beberapa obat psikotropika baru, seperti Zyprexa (Olanzapine) dan Cymbalta (Duloxetine), juga dapat menyebabkan gula darah tinggi yang signifikan.
3. Penyakit kritis Sebagian besar dari pasien yang menderita stres akut seperti stroke atau serangan jantung dapat mengembangkan hiperglikemia atau tanda-
tanda gula darah tinggi , bahkan tanpa adanya diagnosis diabetes.
(Mungkin stroke atau serangan jantung disebabkan oleh akibat gula darah
tinggi dan diabetes terdiagnosis.) Hasil penelitian manusia dan hewan
menunjukkan bahwa hal ini bukan jinak, dan akibat stres hiperglikemia dikaitkan dengan risiko kematian yang tinggi setelah stroke dan serangan jantung.
Kondisi berikut juga mungkin merupakan penyebab gula darah tinggi tanpa adanya diabetes. 1) Disfungsi tiroid, adrenal, dan hipofisis kelenjar. 2) Berbagai penyakit pankreas. 3)
Peningkatan glukosa darah berat dapat dilihat pada sepsis dan infeksi tertentu. 4) penyakit intrakranial (sering diabaikan) juga dapat menyebabkan gula darah tinggi. Ensefalitis, tumor otak (terutama yang terletak di dekat kelenjar hipofisis), otak berdarah, dan meningitis adalah contoh utama.
C. Tanda Dan Gejla Hiperglikemia
Sementara hiperglikemia umumnya jinak dan tanpa timbul gejala. Kadar glukosa darah dapat meningkat jauh di atas normal untuk periode yang signifikan tanpa menghasilkan efek permanen atau gejala. Namun, hiperglikemia kronik pada tingkat lebih dari sedikit di atas normal dapat menghasilkan yang sangat beragam komplikasi serius selama bertahun-tahun, termasuk kerusakan ginjal, kerusakan saraf, kerusakan jantung, kerusakan retina atau kerusakan kaki. Neuropati diabetes mungkin merupakan akibat gula darah tinggi jangka panjang. .(Ester, 2006:).
Pada diabetes mellitus (sejauh ini merupakan penyebab paling umum dari gula darah tinggi atau hiperglikemia kronik), pengobatan dengan mengontrol glukosa darah pada tingkat yang mendekati normal, untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang serius. Hal ini dilakukan dengan kombinasi diet yang tepat, olahraga teratur, dan dengan insulin atau obat lainnya seperti Metformin, dll.
Hiperglikemia akut melibatkan kadar glukosa yang sangat tinggi adalah keadaan darurat medis dan dapat dengan cepat menghasilkan komplikasi serius (seperti kehilangan cairan melalui diuresis osmotik). Hal ini paling sering terlihat pada orang yang menderita diabetes tergantung insulin yang tidak terkontrol. (Mansjoer A, 2006).
Di kutip dari Karen Bruke 2008 ada beberapa tanda gejala atau hiperglikemia akut atau kronis, dengan tiga susun triad hiperglikemia klasik: a.
Polifagia - sering kelaparan b. Polidipsia - sering haus, terutama haus yang berlebihan c. Poliuria - peningkatan volume buang air kecil d. Penglihatan kabur e. Kelelahan (kantuk) [klarifikasi diperlukan] f. Berat badan g.
Penyembuhan luka yang buruk (luka, goresan, dll) h. Mulut kering i.
Kulit kering atau gatal j. Kesemutan di kaki atau tumit k.
Disfungsi ereksi l. Infeksi berulang, infeksi telinga luar m.
Aritmia jantung n. Pingsan o. Koma p. Kejang
Sering kelaparan tanpa gejala lain juga dapat menunjukkan bahwa kadar gula darah terlalu rendah. Hal ini dapat terjadi ketika orang yang memiliki diabetes menggunakan terlalu banyak obat hipoglikemik oral atau insulin. Hasil penurunan kadar gula darah sampai di bawah kisaran normal mengakibatkan muncul respon kelaparan. Rasa lapar ini biasanya tidak jelas seperti dalam diabetes tipe I, tapi membuat resep obat hipoglikemik oral sulit untuk mengendalikannya.
Polidipsia dan poliuria terjadi ketika kadar glukosa darah meningkat cukup tinggi untuk menghasilkan ekskresi kelebihan glukosa melalui ginjal, yang mengarah ke adanya glukosa dalam urin. Hal ini menghasilkan diuresis osmotik. Tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum bisa meliputi:
a) Ketoasidosis
b) Kussmaul hiperventilasi: bernafas cepat
c) Kebingungan atau menurunnya tingkat kesadaran
d) Dehidrasi karena glikosuria dan diuresis osmotik
e) Kelaparan akut dan / atau kehausan
f) Bau nafas
g) Penurunan fungsi kognitif, bersama dengan peningkatan perasaan sedih dan kecemasan
D. Patofisiologi
Sindrome Hiperglikemia mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan. (Smeltzer. 2006).
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma. Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.
E. PATHWAY
F. Penatalaksaan Hiperglikemia
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia : 1.
Diet a.
Komposisi makanan : Karbohidrat = 60 %
- – 70 % Protein = 10 %
- – 15 % Lemak =
- – 25 % b.
Jumlah kalori perhari 1)
Antara 1100 -2300 kkal 2)
Kebutuhan kalori basal : laki : 30 kkal / kg BB
- – laki Perempuan : 25 kkal / kg BB c.
Penilaian status gizi :
a) BB
BBR = x 100 %TB
- – 100 Kurus : BBR 110 % Obesitas bila BBRR > 110 % Obesitas ringan 120%
- – 130 % Obesitas sedang
- – 140% Obesitas berat 140%
- – 200% Obesitas morbit > 200 %
b) Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :
Kurus : BB x 40
- – 60 kalori/hari Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari Gemuk : BB x 20 kalori/hari Obesitas : BB x 10
- – 15 kalori/hari
2. Latihan jasmani Manfaat latihan jasmani : a.
Menurunkan kadar glukosa darah mengurangi resitensi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin).
b.
Menurunkan berat badan.
c.
Mencgah kegemukan.
d.
Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.
3. Penyuluhan Dilakukan pada kelompok resiko tinggi : a.
Umur diatas 45 tahun.
b.
Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m.
c.
Hipertensi > 140 / 90 mmHg.
d.
Riwayat keluarga DM.
e.
Dislipidemia, HDL 250 mg/dl.
f.
Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)
4. Medis (obat hipoglikemi) a.
Obat hipoglikemi oral :
a) Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide, glipizid.
b) Biguanid ( metformin )
c) Hon su insulin secretagogue ( repakglinide, natliglinide )
d) Inhibitor glucosidase 5.
Tiosolidinedlones a.
Insulin
a) Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit sejak dimasukan kedalam tubuh. Obat insulin ini bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah penderita, dan segera menghilang setelah 6 sampai 8 jam kemudian.
b) Insulin reaksi panjang, merupakan jenis yang mulai bekerja 1 sampai 2 jam setelah disuntikan kedalam tubuh seseorang.
Tetapi obat ini tidak memiliki reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu yang lama yaitu 24 sampai 36 jam didalam tubuh penderita, contohnya lavemir dan lantus
c) Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja menurunkan kadar gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikan kedalam tubuh. Obat ini bekerja secara maksimal selama 6 sampai 10 jam, dan berakhir setelah 10 sampai 16 jam setelahnya. Contohnya humulin m3, hypurin, dan insuman.
d) Insulin reaksi cepat yang bekerja 5 sampai 15 menit setelah masuk kedalam tubuh. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30 sampai 90 menit, dan pengaruhnya akan segera menghilanhg setelah 3 sampai 5 jam setelahnya, contohnya lispro, actrapid, novorapid dan velosulin.
G. Fokus Pengkajian Hiperglikemi H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain: 1.
Pemeriksaan gula darah Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada waktu tidur.
2. Pemeriksaan dengan Hb Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3. Pemeriksaan Urine Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien DM: a.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetus mellitus seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala.
b.
Resiko terjadi komplikasi lebih lanjut pada klien berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
c.
Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan berhubungan dengan kurang mengatur keuntungan dan pemeliharaan rumah yang sehat.
J. Intervensi
2. Menyebutkan cara penanganan DM.
Agar keluarga mengetahui komplikasi DM.
Menetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang DM.
Kaji pengetahuan keluarga tentang koplikasi DM, penanganan DM, makanan yang tidak boleh dimakan/bebas dimakan dan boleh tapi dibatasi. Jelaskan pada keluarga tentang komplikasi DM, penanganan DM dan
Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan.
Jelaskan pada keluarga tentang pengartian DM, penyebab DM, tanda dan gejala DM.
3. Menyebutkan makanan yang Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian DM, penyebab DM, tanda dan gejala DM.
Menyebutkan komplikasi DM.
DP Tujuan Intervensi Rasional Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetus mellitus seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama I Minggu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit untuk mencegah komplikasi, keluarga juga mampu : 1.
3. Menyebutkan tanda dan gejala DM.
2. Menyebutkan penyebab DM.
Menyebutkan pengertian DM.
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama I Minggu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang terjadi pada klien dan keluarga mampu : 1.
Resiko terjadi komplikasi lebih lanjut pada klien berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga mampu melakukan perawatan mandiri pada DM. tidak boleh di makanan yang tidak makan/bebas boleh dimakan/bebas dimakan, boleh dimakan dan boleh dimakan tapi tapi dibatasi. dibatasi.
Berikesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan. reiforcement
Beri positif pada keluarga atas jawaban yang benar.
Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Keluarga
Agar pengetahuan Kaji keluarga dalam keperawatan selama
I dapat hidup keluarga tentang arti memelihara lingkungan Minggu keluarga mampu dilingkungan yang rumah sehat dan ciri yang dapat memelihara lingkungan sehat rumah sehat. meningkatkan yang dapat meningkatkan kesehatan berhubungan kesehatan, keluarga juga keluarga
Suport dengan kurang mampu : untuk menjaga mengetahui keuntungan
1. arti Menyebutkan kebersihan dan pemeliharaan rumah sehat. lingkungan rumah. rumah yang sehat. 2. ciri
Menyebutkan rumah sehat. pada
Jelaskan 3. dan
Memodifikasi keluarga tentang memelihara pentingnya lingkungan yang sehat. lingkungan yang sehat bagi peningkatan derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2006). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.Jakarta. Doengoes Merillynn. (2008) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta. Prince A Sylvia. (2007). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
Carpenito, L.J. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Sjaifoellah, N. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, S. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C. (2010). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI.
E. Path Ways
16 Sel kelaparan
Hilang prot. tubuh Prod. energi metabolisme Respon perd. darah lambat Kelelahan
Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup: Diit, kehamilan, obesitas Sel beta pancreas rusak/terganggu Produksi insulin Glukagon
Hiperglikemi 60>140 mg/dl
Glukosuri
diuretic osmotic PoliuriDehidrasi BUN As. Amino As. Laktat Glukoneogenesis lipolisisis As. lemak bebas
As. lemak teroksidasi Ketonemia Ketonuri Ketoasidosis
Asidosis Metabolisme Kelelahan Resiko Infeksi Syok
< volume cairan dan elektrolit
Rasa haus Polidipsi Hiperosmolalitas
Koma Kalori keluar Rasa lapar Polifagi
< Pengetahuan Perubahan nutrisi > dari kebutuhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENNYAKIT HIPERGLIKEMI Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Disusun Oleh : Novidon Laela (A01301795) PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2016