ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository

  

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN

ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG

DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang

  

Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

Nur Khoiriyah Solikhin

  

A01301796

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2016

  Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, 06 Agustus 2016

  1

2 Nur Khoiriyah Solikhin , Sawiji , S.Kep, Ns., M.Sc

  

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN

ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG

DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

  

Latar Belakang: Karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh dari

  berbagai sumber kepustakaan yang menyatakan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi

  

Tujuan umum: Penulisan karya tulis ilmiah yaitu untuk memberikan gambaran

  tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan pada klien dengan ketidakefektifan termoregulasi.

  

Asuhan Keperawatan: Masalah keperawatan yang muncul yaitu ketidakefektifan

o

  termoregulasi dengan suhu 36,2 C dan badan panas 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan 2 hari pada awal dirawat di RS. Intervensi dan di implementasikan mengatasi ketidakefektifan termoregulasi yaitu management termoregulation, mengukur vital sign, mengambil semple darah, memberikan antipiretik, mengganti cairan infus, memonitor trombosit dan hemoglobin, melakukan tepid

  

sponge . Pada evaluasi klien mengatakan masih lemas. Data obyektif yang didapat

  yaitu tekanan darah 140/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respiratory rate 20 x/menit,

  o

  suhu 36,6

  C, hasil trombosit 112.000/uL dan hemoglobin 14.6 g/dL. Kondisi klien sudah stabil. Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi. Kata kunci: termoregulasi, tepid sponge, asuhan keperawatan _________________________________________________________________ 1.

  Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong 2. Dosen Pembimbing DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong Nursing Care Report, 06 August, 2016

  1

2 Nur Khoiriyah Solikhin , Sawiji , S.Kep, Ns., M.Sc

  

ABSTRACT

NURSING CARE OF MEETING THE SECURITY OR PROTECTION:

TERMOREGULATION FOR NY.K IN THE REGIONAL GENERAL

HOSPITAL DAHLIA Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

  

Background: This scientific paper is based on data obtained from various sources

of literature that states meet the needs of security or protection: thermoregulation.

A common goal: The writing of a scientific paper is to provide an overview of

  nursing care with fulfillment issues of security or protection on the client with the ineffectiveness of thermoregulation.

  

Nursing Care: Nursing problems that arise are ineffective thermoregulation with

o

  36,2 C temperature and body heat 2 days before entering the hospital and 2 days at the start treated in hospital. Intervention and implemented to overcome the ineffectiveness of thermoregulation which termoregulation management, measuring vital signs, taking blood Semple, giving antipyretics, replacing intravenous fluids, monitoring of platelet and hemoglobin, perform tepid sponge. On the evaluation of the client says is still weak. Objective data were obtained are blood pressure 140/70 mmHg, pulse 68 x/minute, respiratory rate 20 x/min, the

  o

  temperature 36,6 C, the result of 112.000 platelets/uL and hemoglobin 14.6 g/dL. The client's condition is stable. Thermoregulation ineffectiveness problem is resolved.

  Keywords: Thermoregulation, Tepid Sponge, Nursing Care

  

_________________________________________________________________

1.

  Student Diploma III Of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong 2. Lecturer Diploma III Of Nursing Program Muhammadiyah Health Science

  Institute Of Gombong

  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

  melimpahkan rahmat, dan karunia sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan atau Perlindungan: Termoregulasi pada Ny. K di Ruang Dahlia RSUD D r. Soedirman Kebumen”. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapat gelar pendidikan ahli madya Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

  Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1.

  Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman berilmu

  2. Bapak M. Madkhan Anis, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 3. Direktur RSUD Dr. Soedirman Kebumen selaku Pihak Rumah Sakit 4. Sawiji, S.Kep, Ns., M.Sc selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

  Muhammadiyah Gombong dan sekaligus pembimbing yang memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini

  5. Podo Yuwono M.Kep., CWCS selaku Penguji Sidang dan sekaligus dosen terkeren STIKES Muhammadiyah Gombong

  6. Ike Mardiati A, M.Kep.Sp.Kep.J selaku Pembimbing Akademik Program Studi DIII Keperawatan Muhammadiyah Gombong 7. Rasa Eny S.Kep., Ns selaku Penguji Klinik RSUD Dr. Soedirman Kebumen

  Ruang Dahlia 8. Bapak Ahmad Solikhin dan Ibu Sumarni selaku kedua orang tua yang selalu menyemangati dan mengajariku tentang sebuah arti tanggung jawab dan perjuangan meraih cita-cita

  9. Klien Ny.K dan keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk merawatnya

  10. Seniorku Windra Bangun Sucipto dan Nur Falasifah yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi dan do’a untuk kesuksesanku 11.

  Teman-teman khususnya kelas 3B Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong yang saya sayangi, yang telah berjuang bersama-sama, memberikan dukungan, semangat dan membantu dalam penusunan karya tulis ilmiah ini

12. Teman-teman seperjuangan D III Keperawatan Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah berjuang bersama-sama.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

  Gombong, 06 Agustus 2015 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................. 4 C. Manfaat ............................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Termoregulasi ..................................................................................... 6 B. Penanganan Pasien Demam ................................................................ 8 C. Tindakan Inovasi Keperawatan ........................................................... 10 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian ........................................................................................... 11 B. Analisa Data ....................................................................................... 14 C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi ..................................................... 15 BAB IV PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan .......................................................................... 21 B. Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan .............................................. 33 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... 35 B. Saran .................................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis

  dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health

  organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan

  kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Brazil, dari seluruh kunjungan ke fasilitas kesehatan, terdapat sekitar 19-30% menderita Demam. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kejadian demam yang dihubungkan dengan infeksi mencapai 29-52%, demam dengan keganasan 11-20%, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain (WHO, 2009).

  Fanani (2009) mengatakan demam berdarah dengue atau dengue hemorrhagic fever (DHF) yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengan spektrum manifestasi klinis aneka ragam. Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Demam umumnya berlangsung sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam.

  Salawati, Astuti, dan Nurdiana (2010) menyatakan bahwa penyakit DBD ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kasus penyakit DBD di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

  2 Rerung (2015) menyatakan di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 terakhir sejak 1968 sampai tahun 2009.

  Sementara untuk tahun 2006 kasus DBD terdapat 2.426 kasus (22,6%), angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 0,7% dengan kelompok penduduk yang terbanyak terserang adalah pada kelompok usia anak sekolah (5-14 tahun) sebesar 55%, kemudian pada kelompok usia produktif (15-44 tahun) sebesar 25%, kelompok usia balita (1-4tahun) sebesar 16% dan usia diatas 45 tahun serta kelompok dibawah 1 tahun masing-masing sebesar 2%.

  Rohmani dan Tyas (2012) menemukan total kasus DBD di Semarang pada tahun 2009 jumlah penderita DBD sebanyak 3883 kasus, pada 2010 ini naik menjadi 4642 kasus. Jumlah penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Semarang tahun 2010 mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding periode tahun 2009. Dalam hal ini semarang menduduki peringkat pertama di jawa tengah. Pasien yang terinfeksi virus

  o

  dengue akan terjadi respon berupa demam tinggi diatas 37,5 C dan sekresi mediator vasoaktif yang berakibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan perembesan cairan ke ekstravaskuler (plasma leakege), sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

  Gejala klinis pada pasien DBD yang paling mendominasi adalah demam dimana gejala ini dialami oleh 44 pasien dari total 46 pasien (95,65%) yang dirawat di RS Universitas Hasanudin tahun 2014, diikuti dengan keluhan mual (92,8%), dan menggigil (46,7%). Gejala tersebut sesuai dengan gejala umum pada penyakit infeksi virus seperti demam, sakit kepala, mual-muntah dan nyeri sendi. Berdasarkan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit diperoleh sebanyak 89,13% atau 41 pasien dari 46 pasien keluar dari rumah sakit dalam keadaan membaik, sedangkan 8,69% atau 4 pasien keluar dari rumah sakit dalam keadaan sembuh serta terdapat 1 pasien yang keluar dari rumah sakit secara paksa dan tidak didapatkan adanya pasien yang meninggal. Kondisi ini membuktikan

  3

  bahwa penanganan yang tepat dan cepat akan memperkecil terjadinya resiko yang tidak diinginkan seperti kematian (Rerung, 2015).

  Dampak yang ditimbulkan oleh demam atau hipertermia dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang. Perawat sangat berperan untuk mengatasi demam melalui peran mandiri maupun kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat dalam mengatasi demam bisa dengan melakukan kompres. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila mengalami demam. Kompres menggunakan es sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataanya demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan menggigil dan kebiruan. Metode kompres yang lebih baik adalah kompres tepid sponge (Maling, 2012).

  Kusumawati (2015) mengatakan penanganan demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu tindakan farmakologis dan non farmakologis. Tindakan farmakologis yaitu pemberian obat sebagai penurunan demam atau yang sering disebut dengan antipiretik. Tindakan non farmakologis adalah tindakan penurunan demam dengan menggunakan terapi fisik seperti menempatkan pasien diruang bersuhu dan bersikulasi baik, mengganti pakaian dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, memberikan hidrasi yang adekuat dan memberikan kompres. Tepid Sponge merupakan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat demam yaitu dengan mengelap sekujur tubuh dengan air hangat menggunakan waslap, dan dengan mengkompres pada bagian tubuh tertentu yang memiliki pembuluh darah besar.

  Kompres tepid sponge merupakan teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan seka. Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya di suatu tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang

  4

  dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan tepid sponge yang langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh. Rata-rata penurunan suhu tubuh saat demam yang mendapatkan terapi antipiretik ditambah tepid sponge

  o

  sebesar 0,53 C dalam waktu 30 menit. Sedangkan yang mendapatkan

  o

  terapi tepid sponge saja rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 0,97 C dalam waktu 60 menit. Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan pada tingkat signifikan 5% terbukti ada pengaruh kompres

  tepid sponge terhadap penurunan suhu pada pasien demam. Hal ini

  membuktikan bahwa tepid sponge efektif dalam membantu menurunkan suhu tubuh saat mengalami demam. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa suhu tubuh pada pasien setelah pemberian kompres

  o tepid sponge rata-rata mengalami penurunan sebesar 1,4 C dengan waktu yang diperlukan untuk kompres selama 20 menit (Maling, 2012).

B. Tujuan 1.

  Tujuan Umum Tujuan umum penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

  Keamanan atau Perlindungan: Termoregulasi pada Ny.K di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

2. Tujuan Khusus a.

  Mendeskripsikan pengkajian klien dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  b.

  Mendeskripsikan diagnosa keperawatan klien dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K

  5 c.

  Mendeskripsikan intervensi keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  d.

  Mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  e.

  Mendiskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  f.

  Mendeskripsikan analisa tindakan tepid sponge pada klien dengan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

C. Manfaat 1.

  Manfaat Keilmuan a.

  Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan termoregulasi.

2. Manfaat Aplikatif a.

  Bagi klien dan keluarga sebagai media informasi tentang demam dan cara penanganan pada klien dengan demam.

  b.

  Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam menentukan tindakan preventif dengan memberikan penyuluhan terkait dengan demam berdarah.

  c.

  Tepid Sponge dapat digunakan sebagai tindakan pilihan pertama saat terjadi demam di RS maupun di rumah.

  

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. (2008).

  Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kozier., Berman., Snyder., and Erb. (2008). Fundamentals of Nursing Conceot

  (DBD) di Indonesia . Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jatinangor.

  Lestari, Keri. (2007). Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue

  (2 th ed.) . Jakarta: EGC.

  (2012). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar

  Kusyati, E., Yunani., Wahyuningsih, RD., Hartana, A., dan Fauziyah, Nur.

  Termoregulasi Pada An. N Di Ruang Melati RSUD dr. Soedirman Kebumen. STIKES Muhammadiyah Gombong.

  Kusumawati, Tri. (2015). KTI Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

  Process and Practice (8 th ed.) , New Jersey: Pearson Education.

  Kompres Air Hangat terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Demam Tifoid dengan Hipertermi di RSUD Sukoharjo . Fakultas Ilmu Kesehatan

  Churchill Livinguone’s mini encyclopaedia of nursing, Hartono, Andry. (2009) (alih bahasa). Jakarta: EGC.

  Keliobas, Ali A. (2015). Perbandingan Keefektifan Kompres Tepid Sponge dan

  Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017(10 th ed.), Anna, B Keliat. (2015)(alih bahasa), Jakarta: EGC.

  Herdman, T. Heather., and Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc.

   th ed.), Rahayu, Sri. (2009) (alih bahasa), Jakarta: EGC.

  Fanani, Ahmad. (2009). Kamus Kesehatan. Yogyakarta: Citra Pustaka. Fraser, M Diane., and Margaret, A.C. (2009). Myles textbook for midwives (14

  planning, individualizing, and documenting client care (3 th ed.), Angelina, B., et al. (2014) (alih bahasa), Jakarta: EGC.

  (2009) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E., and Mary, Frances M. (2010). Nursing diagnosis manual:

  th ed.) . Budhi, Nike.

  Corwin, Elizabeth J. (2009). Handbook of Pathophysiology (3

  Maling, B., Haryani, S., dan Arif, S. (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge

  38 Price, Sylvia.A, and Wilson, L.M. (2006). Pathophysiology: Clinical Concepts of th

  Disease Processes (6 ed.) , Hartono, H et al. (2006) (Alih Bahasa), Jakarta: EGC.

  Rerung, Kurniasary A. (2015). Skripsi Karakteristik Penderita Demam Berdarah

Dengue pada Dewasa Di Rumah Sakit . Universitas Hasanuddin.

Riandita, Amarilla. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

  Demam Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

  Rohmani, A, dan Tiyas, Merry A. (2012). Pemakaian Antibiotik Pada Kasus

  Demam Berdarah Dengue Anak Dirumah Sakit Roemani Semarang Tahun 2010 . LPPM UNIMUS.

  Salawati, T., Astuti, R., dan Nurdiana, H. (2010). Kejadian Demam Berdarah

  Dengue Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Vol 6 No 2 Tahun 2010.

  Sreekanth, K ., dan Sharif, S S. (2015). Adjuvant Non Phamacotherapy With

  Tepid Sponging With Bath Warm Water To Reduce Duration and Severity of Viral Fever Vol 5 .

  Suriadi dan Yuliani, R. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: Penebar Swadaya. Wilkinson, Judith M., and Ahern, Nancy R. (2011). Prentice Hall Nursing

  th Diagnosis Handbook (9 ed.) , Wahyuningsih, E. (2011) (Alih Bahasa).

  Jakarta: EGC. World Health Organization. (2009). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New edition. Geneva.

  

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)

DI RUANG DAHLIA RSUD. DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

  

Disusun Oleh:

NUR KHOIRIYAH SOLIKHIN

A01301796

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

  A. Definisi

  Demam berdarah dengue atau Dengue haemorrhagic fever (DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak atau dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif dengan atau ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpua, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin memanjang, hematrokit meningkat, dan gangguan malnutrisi megakariosit (Guyton, 2006).

  Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2007)

  Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I

  • –IV dengan infestasi klinis dengan5
  • –7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (Corwin, 2009).

  B. Etiologi 1.

  Virus dengue Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel

  • –sel mamalia, maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

  2. Vektor : nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindunganterhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer 2007).

  3. Host : pembawa yaitu jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehinggaia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

C. Klasifikasi

  Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagimenjadi 4 tingkat yaitu :

  1. Derajat I : Panas 2

  • – 7 hari, gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif 2.

  Derajat II : Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala

  • –gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

  3. Derajat III : Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80mmHg.

  4. Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. Manifestasi Klinik 1.

  Demam tinggi mendadak (suhu > 39⁰C) berlangsung terus menerus dan menetap selama 2-7 hari.

  2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.

  3. Anoreksia, mual, muntah.

  4. Nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala 5.

  Malaise 6. Nyeri epigastrik

  8. Trombositopenia 9.

  Syok: nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, akral dingin, kulit lembab dan dingin, gelisah.

  10. Hepatomegali E.

   Patofisiologi

  Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia,seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran

  • – pembesaran kelenjar – kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF adalah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena penglepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intra vaskular. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.

  Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskular dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopsi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoreksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian plasma / ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan farmakologis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah pedarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.

  Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan di antaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivitas sistem koagulasi. Masakah tidaknya DIC pada DHF / DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan. Telah terbukti bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.

F. Phatway

  Arbovirus (nyamuk aedes aegypty ) Beredar dalam aliran darah

  Infeksi virus dengue Perubahan hipotalamus Mengaktivasi system komplemen

  Membentuk& Melemaskan sel C3a C5a Hipertermi

  Peningkatan reabsorbsi Na dan H2O Permeabilitas membrane

  Resiko Syok Hipovolemik Renjatan Hipovolemik dan Hipotensi

  Kebocoran Plasma Kerusakan Pembuluh Darah Agregasi Trombosit

  Paru-paru Kekurangan Volume Cairan

  Trombositopeni Merangsang & Mengaktivasi Pembekuan Keextravaskuleran

  Perdarahan DIC Hepar Abdomen Efusi Pleura Hematomegali Ascites

  

Resiko Ketidak

Efektifan Pola Nafas

Mual dan Muntah

  Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Resiko Perdarahan dalam dan luar Hipoksia Jaringan Asidosis Metabolik

  Death Nyeri

G. Komplikasi 1.

  Perdarahan Disebabkan infeksi virus dengue sehingga terjadi depresi sumsum tulang selanjutnya terjadi trombositopenia.

  2. Efusi pleura Akibat terjadinya kebocoran plasma, pada paru terjadi pengumpulan cairan dalam rongga pleura, asites masuknya cairan dalam rongga peritoneum.

  3. Renjatan syok Terjadi karena rusaknya kapiler akibat infeksi virus, dinding kapiler permeabilitasnya meningkat, cairan intravaskuler berpindah ke ekstravaskuler sehingga volume plasma darah menurun, terjadi hemokonsentrasi, sirkulasi darah terganggu, jaringan kekurangan nutrisi dan terjadilah syok.

  4. DSS/Dengue Shock Syndrome Renjatan atau syok terjadi apabila terjadi hipovolemia akibat menghilangnya plasma. Akibat renjatan akan timbul anoksia jaringan, asidosis metabolik dan terjadi kematian dari penderita DHF.

H. Pengkajian 1.

  Riwayat Kesehatan a.

  Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

  b.

  Riwayat penyakit terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

  c.

  Riwayat penyakit keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

  Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

2. Pemeriksaan Fisik a.

  Sistem Pernapasan Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

  b.

  Sistem Persyarafan Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS c.

  Sistem Cardiovaskuler Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

  d.

  Sistem Pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

  e.

  Sistem perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

  f.

  Sistem Integumen.

  Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

I. Pemeriksaan Penunjang 1.

  Pada pemeriksaan darah akan dijumpai: a.

  Trombosit menurun (trombositopenia) b. Leukosit menurun (leukopenia) c. Hemoglobin meningkat: lebih dari 20% d. Hematokrit meningkat: lebih dari 20% e. IgG Dengue: positif f. IgM Dengue: positif g.

  SGOT/SGPT bisa meningkat h. Hasil pemeriksaan darah: hipoproteinemia, hiponatremia, hipokalemia. i.

  < 30-

  2 Pada pemeriksaan AGD: terdapat asidosis metabolik CaCO

  40 mmHg; HCO 3 ). j.

  Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

  2. Pada pemeriksaan urin terdapat albuminuria ringan.

  3. Foto thorax: terdapat pleura effusion 4.

  USG: Hepatomegali, dan splenomegali J.

   Diagnosa Keperawatan 1.

  Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.

  2. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor- faktor pembekuan darah ( trombositopeni ).

  3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

  4. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

  5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang akibat anoreksia, mual, muntah.

  K. Rencana Keperawatan 1.

  Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan meningkat maka harus diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

  Rasional: Membantu menurunkan suhu tubuh.

  7. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antipiretik.

  Rasional: Membantu pasien dan keluarga untuk mengurangi kecemasan.

  6. Beri penjelasan mengenai penyebab demam/peningkatan suhu.

  Rasional: Karena aktivitas yang banyak dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

  5. Anjurkan untuk bedrest.

  Rasional: Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

  4. Anjurkan untuk memakai baju tipis.

  3. Anjurkan klien banyak minum 2-3 liter/hari jika tidak ada kontraindikasi.

  Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.

  Rasional: Membantu menurunkan panas dengan konduksi.

  2. Beri kompres dingin.

  Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan adanya peningkatan suhu tubuh.

  Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

  3. Nyeri otot hilang NIC: 1.

  2. Klien mengatakan tidak demam lagi.

  o C).

  Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37

  NOC: 1.

  2. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor- faktor pembekuan darah ( trombositopeni )

  1. Jumlah trombosit meningkat 150.000/uL – 450.000/uL, dan Ht

  42 – 53%.

  2. Tidak ada perdarahan seperti ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri. NIC: 1.

  Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

  Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

  2. Monitor trombosit setiap hari Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.

  3. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ) Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.

  4. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.

  Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.

  5. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

  NOC: Tidak terjadi kekurangan volume cairan yang ditandai dengan :

  1. TTV dalam batas normal (TD: 100/70 mmHg-120/80 mmHg, Nadi : 60-100 x/m.

  2. Input dan output seimbang

  3 3. , Ht 42 - 53%.

  Trombosit 150.000 - 450.000/mm 4. Tidak ada tanda presyok 5. Capilarry refill < 3 detik

  NIC: 1.

  Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering Rasional :Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

  2. Observasi capillary Refill Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer 3. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

  Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.

  4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral 5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

  Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

4. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

  NOC: 1.

  Tidak terjadi syok hipovolemik 2. Tanda Vital dalam batas normal

  NIC: 1.

  Monitor keadaan umum pasien Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-

  2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok

  3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda- tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

  4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

  5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

  5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang akibat anoreksia, mual, muntah. NOC: 1.

  Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

  2. Klien mampu menghabiskan makan sesuai porsi yang diberikan.

  3. Klien tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan meningkat NIC: 1.

  Kaji kebiasaan makan klien di rumah.

  Rasional: Untuk mengetahui pola makan klien.

  2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

  Rasional: Mengurangi resiko terjadinya muntah.

  3. Berikan makanan dalam keadaan hangat.

  Rasional: Mencegah mual dan meningkatkan selera makan.

  4. Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi (nafas dalam) bila ada mual.

  Rasional: Tehnik napas dalam dapat merelaksasi otot-otot diafragma sehingga dapat mengurangi mual.

  5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetic Rasional: Antiemetik dapat mengurangi mual.

  DAFTAR PUSTAKA Corwin, E. J. Handbook of pathophysiology. Ahli bahasa: N.B. Jakarta: EGC.

  Guyton, A. C dan Hall, J. E. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Philadelphia: W. B Saunders Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2.

  Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

  

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)

  Disusun Oleh :

  

NUR KHOIRIYAH S

(A01301796)

DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

  

2016

  SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TENTANG (DHF) DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

  Dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim Satuan Acara Pembelajaran ini telah di terima dan di sahkan pada:

  Hari : Tanggal : Waktu :

  Pembimbing (………………………………) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TENTANG (DHF) DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

  Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan managemen kesehatan Bidang Studi : Pendidikan Kesehatan Topik : Mengenal DHF Sub topik : Mempelajari tentang DHF dan cara perawatannya Sasaran : Keluarga Ny. K Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Juni 2016 Jam : 10.00 WIB

  Tempat : Ruang Dahlia 1.

   Tujuan Instruksional Umum (TIU)

  Setelah dilakuan pendididkan kesehatan selama 1x 25 menit diharapkan klien dapat menjelaskan tentang perawatan penyakit DHF dengan benar.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

  Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit, diharapkan keluarga dan klien mampu: a.

  Menyebutkan pengertian penyakit DHF dengan benar b. Menjelaskan penyebab penyakit DHF dengan benar c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit DHF dengan benar d. Menjelaskan komplikasi penyakit DHF dengan benar e. Menjelaskan perawatan penyakit DHF dengan benar f. Menjelaskan pencegahan DHF g.

  Menjelaskan pencegahan DHF h. Mendemonstrasikan cara perawatan penyakit DHF : Kompres tepid sponge dengan benar

  3. Materi

  Terlampir 4.

   Metode 1.

  Diskusi 2. Tanya Jawab 5.

   Media Dan Sumber 1.

  Media : Lembar balik, lefleat dan Peralatan Tepid Sponge sesuai SPO 2. Sumber : Corwin, E. J. Handbook of pathophysiology. Ahli bahasa: N.B. Jakarta: EGC.

  Guyton, A. C dan Hall, J. E. 2006. Textbook Of Medical Physiology.

  Philadelphia: W. B Saunders Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2 . Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

  6. Kegiatan Pembelajaran

  NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN KELUARGA 1 3 menit Pembentukan : Memjawab salam

  Memberikan salam Mendengarkan Menjelaskan tujuan penyuluhan dan Menjelaskan materi dan pokok Memperhatikan bahasa yang akan di sampaikan

  2 16 menit Pelaksanan : Mendengarkan Menjelaskan materi : Memperhatikan