RESTU PAMULARSIH BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pola kehidupan masyakat dimana pola kehidupan masyarakat

  tradisional berubah menjadi masyarakat yang lebih maju dapat menimbulkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya masalah kesehatan baik jasmani maupun kejiwaan.

  Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, menunjukan 450 juta orang mengalami gangguan jiwa didapati di negara-negara berpenghasilan rendah dan menegah kebawah. Pada wilayah Asia Tenggara, hampir 1/3 dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri, sedangkan di Indonesia sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep. 2011). Hasil survei kesehatan jiwa pada penduduk rumah tangga (SKMRT) di Indonesia yaitu 185 kasus per 1.000 penduduk. Hasil SKMRT (2008) juga menyebutkan, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun keatas mencapai 140 kasus per 1.000 penduduk.

  Kejadian-kejadian tersebut dilatar belakangi oleh aspek-aspek kejiwaan seperti agresifitas, emosi yang tidak terkendali, ketidakmatangan kepribadian, depresi karena tekanan hidup, tingkat kecurigaan yang meningkat juga persaingan yang tidak sehat. Selain itu, tantangan lainnya adalah kurangnya akses layanan dan sumber daya kesehatan.

  Dari sejumlah rumah sakit umum yang ada, baru sekitar 2% yang memiliki layanan psikiatri dan baru 10% dari seluruh puskesmas yang memiliki layanan kesehatan jiwa. Jumlah psikiater di seluruh Indonesia baru berjumlah 600 orang dan belum terdistribusi secara merata.

  Definisi sehat menurut UUD No 23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pasal 24 ayat 1, 2, 3 menjelaskan tentang kesehatan jiwa, diantaranya mengenai upaya peningkatan kesehatan jiwa, dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal, baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan kesehatan, seseorang tetap atau kembali hidup secara harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan atau dalam lingkungan masyarakat. Kesehatan jiwa menurut UU No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan.

  Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, yang menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat. Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma kesehatan yang dibagi menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan (Riyadi & Purwito. 2009).

  Skizofrenia merupakan penyakit neurobiologi yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Hermann. dalam Yosep. 2011). Pada umumnya timbul pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional serta terjadi gelisah dan gaduh. Akibat dari skizofrenia yang seperti ini, tentu akan sangat mungkin menimbulkan dampak yang serius pada pola pikir dan akan mempengaruhi tingkah laku seseorang. Dan mungkin perubahan yang terjadi pada penderita skizofrenia adalah perilaku kekerasan. Selain karena faktor-faktor tersebut, penyakit ini juga bisa muncul akibat tekanan tinggi dari lingkungan.

  Skizofrenia residual adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sediktnya satu kali episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari keterlambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpulan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi non verbal yang menurun, serta buruknya perawatan dan fungsi sosial (Maramis, W., F. & Maramis, A., A. 2009).

  Gejala umum skizofrenia residual (Copel. 2007) : Minimal mengalami satu episode skizofenik dengan gejala psikotik yang menonjol, diikuti oleh episode lain tanpa gejala psikotik, emosi tumpul, menarik diri dari realita, keyakinan aneh, pengalaman persepsi tidak biasa, perilaku eksentrik, pemikiran tidak logis, kehilangan asosiasi

  Berdasarkan data nasional, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat antara 10-20 %. Gangguan yang dimaksud itu adalah gangguan jiwa ringan dan sedang. Sedangkan jumlah penderita gangguan skizofrenia dengan perilaku kekerasan yakni sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang terdapat 8 penderita gangguan jiwa berat atau kegilaan. Hal ini pula yang membuat angka kriminalitas di Indonesia tinggi (Syamsulhadi, 2006).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang Sadewa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas pada periode 01 Januari 2011 - 31 Desember 2011 mencapai 1037 klien. Dengan kriteria yang menjadi masalah utama yaitu cemas sebanyak 406 orang (37,8%), gangguan persepsi sensori auditori 258 orang (24.02%), koping tidak efektif 166 orang (15,47%), gangguan intraksi sosial 80 orang (7,45%), isolasi diri 56 orang (5,21%), harga diri rendah 49 orang (4,56%), keputusasaan 24 orang (2,23%), takut 22 orang (2,05 %), nyeri akut 9 orang (0,8%) serta kerusakan komunikasi verbal 3 orang (0,27%). Dari data tersebut, presentasi tertinggi periode 2011 - 2012, perilaku kekerasan menempati urutan pertama yaitu 55.15 %. Sedangkan untuk penyakit gangguan jiwa di ruang Sadewa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, sebanyak 442 orang menderita

  

schizofrenia unspesified , 320 orang menderita undifferntial schizofrenia, 237

  orang menderita residual schizofrenia, 204 orang menderita paranoid

  

schizofrenia, 69 orang menderita unspecified non organic psychosis, 55 orang

  menderita schizoaffective disorder manic type, 52 orang menderita acute and

  

transient psychotic disorders , 24 orang menderita schizoaffective disorder

  

depresif type , 20 orang menderita post-schizofrenia depresion, dan 16 orang

menderita schizoaffective disorder unspecified.

  Berdasarkan data dari dokumen ruang Sadewa RSUD Banyumas penderita gangguan jiwa skizofrenia pada tahun 2007 tercatat 892 orang baik laki-laki maupun perempuan, tahun 2008 tercatat 610 orang baik laki-laki maupun perempuan, tahun 2009 tercatat 1.733 orang baik laki-laki maupun perempuan, tahun 2010 tercatat 1439 orang baik laki-laki maupun perempuan, dan tahun 2011 tercatat 1.391 orang baik laki-laki maupun perempuan.

  Berdasarkan banyaknya data-data diatas yang menyebutkan tentang peningkatan klien dengan skizofrenia yang juga beimbas pada perilaku kekerasan yang semakin meningkat, maka resiko yang mungkin terjadi dari skizofrenia yaitu akan muncul perilaku kekerasan. Sedangkan gangguan jiwa skizofrenia dengan perilaku kekerasan ini jika tidak segera diatasi maka akan merugikan bagi diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Dalam hal ini maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada klien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan.

B. Tujuan Penulisan

  Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu : 1.

  Tujuan umum Menggambarkan kasus resiko perilaku kekerasan Tn. D selama 4 hari di ruang Sadewa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.

2. Tujuan khusus

  Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan asuhan keperawatan pada Tn. D dengan perilaku kekerasan, meliputi : a.

  Pengkajian pada klien Tn. D b.

  Merumuskan masalah klien Tn. D c. Perencanaan asuhan keperawatan klien Tn. D d.

  Implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada klien Tn. D e.

  Membahas kesenjangan antara teori dan kondisi nyata kasus yang dilaporkan

C. Pengumpulan Data

  Pengumpulan data Tugas Akhir ini menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

  1. Wawancara atau interview Tehnik pegumpulan data yang dilakukan langsung pada klien dan perawat ruang dengan cara tanya jawab untuk mendapatkan data tentang perilaku kekerasan, dan data yang diperoleh melalui wawancara yaitu identitas klien, alasan masuk, alasan masuk, faktor predisposisi, psikososial, memori, tingkat konsentrasi berhitung, daya tilik diri.

  2. Pengamatan atau observasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi/pengamatan secara langsung pada saat melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan klien, untuk memperoleh data perilaku, penampilan klien, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek interaksi selama wawancara, proses fikir, tingkat kesadaran.

  3. Studi Pustaka Pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku bacaan dan internet sebagai bahan referensi yang relevan yang ada hubungannya dengan penulisan Tugas Akhir.

  4. Studi Dokumentasi Dengan mempelajari data-data klien dari status kesehatan klien, dan data-data dari rekam medik.

  D. Tempat dan Waktu

  Asuhan keperawatan jiwa ini dilakukan di ruang Sadewa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas pada tanggal 09 - 11 juli 2012 dan 13 Juli 2012.

  E. Manfaat Penulisan

  Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Resiko Perilaku Kekerasan. Juga diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pegelolaan kasus Resiko Perilaku Kekerasan.

  F. Sistematika Penulisan

  Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah terdiri dari :

  BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan, pengumpulan data, tempat dan waktu dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari laporan pustaka dari berbagai sumber

  BAB III : Laporan kasus yang terdiri dari pengkajian, analisa data, rencana tindakan, implementasi, evaluasi. BAB IV : Pembahasan yaitu menguraikan tentang pembahasan kasus. Pembahasan yang menelaah kesenjangan antara teori dengan masalah laporan kasus dalam hal pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, serta alternatif pemecahannya.

  BAB V : Kesimpulan dan saran, yang berisi tentang kesimpulan dari pembahasan kasus secara teori dan langsung yang terjadi di lapangan serta saran yang penulis berikan kepada berbagai pihak.

  Karya tulis ilmiah ini diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.