BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - Dwi Ratna Rahayuni BAB II
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri- ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada relatif berbeda dengan apa yang telah ada (Suryosubroto, 2009:191-192). Kreativitas memiliki nilai penting dalam kehidupan, dengan demikian seseorang dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dengan bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu percobaan.Sulistyowati, E (2012:30), berpendapat bahwa kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu untuk mengasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Menurut istilah kreativitas diartikan imajinasi, keaslian, beda pendapat, pendapat baru, ilham, petualangan, penjajahan, dan penganugrahan. Secara proses pengembangan potensial kreativitas dimaksud sebagai proses menjadi peka terhadap masalah- masalah, kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam unsur pengetahuan yang hilang, ketidakharmonisan dan selanjutnya membuat pemecahan ataumerumuskan hipotensi-hipotensi tentang kekurangan-kekurangan itu akhirnya mengomunikasikan hasilnya.
6 Menurut Mednick (Suryosubroto, 2009:192), kreativitas merupakan bagian dari unsur-unsur asosiatifdalam kombinasi baru yang memenuhi syarat-syarat tertentu atau dengan beberapa cara yang berguna. Makin jauh timbal balik unsur-unsur kombinasi baru, makin kreatif proses pemecahan masalah. Kreativitas merupakan hubungan yang erat dengan kepribadian seseorang.Pengembangan kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang.
Menurut Csikszentmi halyi, 1991, 2000; Lubart & Mouchiroud, 2003; Runco, 1997, 2000, Stenberg & Lubart, 1996 ( Stenberg, 2006:429) mengemukakan : Creativity as the process off producing something that is
both original and worthwhile . Maknanya kreativitas sebagai proses dari membuat sesuatu yang di dalamnya terkandung keaslian dan manfaat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mencipta dan berekspresi yang bersifat imajinatif, mampu menciptakan sesuatu yang belum diciptakan oleh orang lain. Salah satu fungsi pendidikan adalah membentuk manusia agar memiliki karakter kreatif.Apabila pendidikan bertujuan membentuk karakter kreatif, tentunya setiap peserta didik dengan segala potensinya dapat dilatih untuk menggagas ide-ide kreatif berdasarkan pengalaman hidupnya. Kreativitas atau perbuatan kreatif banyak berhubungan dengan inteligensi. Seseorang yang kreatif pada umumnya memiliki inteligensi yang cukup tinggi.
Seorang yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu misalnya seperti: mandiri, bertanggung jawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, dan kaya akan pemikiran. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa untuk mengembangkan kreativitasnya. Seseorang yang berpikir kreatif memiliki empat tahapan yaitu sebagai berikut: 1)
Tahap pertama: persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji.
2) Tahap kedua: inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional.
3) Tahap ketiga: iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
4) Tahap keempat: verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan rekomendasi, konsep, atau teori.
Peserta didik dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.Kemampuan menyelesaikan berbagai masalah dapat diartikan sebagai berkembangnya wawasan peserta didik yang akhirnya dapat berimplikasi terhadap kreativitasnya.Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Menurut Aunillah (2011:87-92) ada beberapa hal yang penting dilakukan oleh guru agar peserta didik memiliki karakter kreatif, antara lain : 1)
Belajar melebihi fakta Belajar melebihi fakta adalah mempelajari segala sesuatu yang berada dibalik fakta. Guru harus menyiapkan informasi tambahan mengenai mata pelajaran yang diajarkan secara lebih kreatif, sehingga kebiaasaan tersebut dapat diteladani oleh peserta didik.
2) Mempelajari cara berpikir yang benar
Membentuk karakter kreatif pada diri peserta didik tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajari tentang cara berpikir yang benar.
Belajar tentang cara berpikir merupakan prinsip paling penting yang harus dimiliki oleh setiap guru supaya memiliki peserta didik yang berkarakter kreatif. Peserta didik yang kreatif ialah cara berpikir yang tepat dan efektif.
3) Belajar mengonstruksi fakta baru
Guru harus memotivasi peserta didik agar belajar menemukan dan mengonstruksi fakta baru yang dia temukan. Peserta didik diajak untuk melakukan ekplorasi fakta-fakta masalah.Hal yang perlu dilakukan oleh seseorang agar dapat mengeksplorasi fakta pelajaran adalah memberikan informasi baru, yang dapat dihubungkan dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.
a.
Pengembangan Kreativitas di Lingkungan Sekolah Kreativitas di lingkungan sekolah dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain:
1) Pengaturan kelas
Pengaturan ruang kelas menjadi ruang sumber yang mendukung parapeserta didik untuk membaca, menjajaki, dan meneliti.Misalnya, dipasang gambar-gambar, alat-alat laboratorium, perpustakaan mini, dan alat-alat yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan kegiatan konstruktif.
2) Suasana pengajaran yang menyenangkan
Suasana pengajaran yang hangat dan mendukung keamanan dan kebebasan yang membuat para peserta didik untuk mengembangkan pikiran-pikiran kreatifnya, sehingga anak berani untuk mengembangkan pikiran-pikiran yang bersifat eksploratif. 3)
Persiapan guru Guru harus bertugas mendorong peserta didik untuk mengembangkan ide, inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Dalam pengajarannya guru memberi waktu kepada peserta didik untuk memikirkan dan mengembangkan ide atau gagasan kreatif.
4) Sikap guru
Sikap terbuka menerima gagasan dan perilaku peserta didik dan tidak cepat memberikan kritik, celaan, dan hukuman.Sikap terbuka yang dapat menerima dan memahami gagasan-gagasan peserta didik.Memperlakukan peserta didik dengan adil dan objektif.Ada upaya untuk bersikap positif terhadap kegagalan yang dihadapi dan berusaha membantu peserta didik menyadari kesalahan dan sebab kegagalannya. 5)
Metode pengajaran Metode atau teknik belajar kreatif berorientasi pada pengembangan potensi berpikir peserta didik, yakni mengaktifkan fungsi berpikir divergen menjadi teknik-teknik seperti sumbang saran, daftar penulisan gagasan, teknik pemecahan masalah yang merangsang peserta didik untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan.
b.
Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Nilai Kreativitas Indikator keberhasilan pendidikan karakter nilai kreativitas digambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu.Menurut Safari (2005: 114) tes kreativitas dapat mengukur perilaku meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keelaborasian. Adapun indikator keberhasilannya seperti dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Indikator Kreativitas Pada Materi Sifat dan Perubahan Wujud BendaIndikator No Kegiatan yang diukur Kegiatan pemahaman IPA
1. Kelancaran Peserta didik dapat
1 menjawab soal lebih dari satu jawaban.
2. Keluwesan Peserta didik mampu
2 menjawab soal secara beragam / bervariasi.
3. Keaslian Peserta didik dapat
3 memberikan jawaban lain dari yang sudah ada.
4. Keelaborasian Peserta didik dapat
4 mengembangkan atau memperkaya gagasan jawaban suatu soal.
(Safari, 2005: 115) Penskoran untuk setiap indikator di atas menggunakan skala 5 misalnya untuk indikator “kelancaran”, skor 5= sangat lancar, 4= lancar, 3= cukup lancar, 2= kurang lancar, 1= tidak lancar. Untuk indikator “keluwesan” skor 5= sangat luwes, 4= luwes, 3= cukup luwes, 2= kurang luwes, 1= tidak luwes. Demikian pula seterusnya.
(Safari, 2005: 115) c.
Menurut Munandar (2009: 71) ciri- ciri afektif kreativitas meliputi: 1)
Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, 2)
Sering mengajukan pertanyaan yang baik, 3)
Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, 4)
Bebas dalam menyatakan pendapat, 5)
Mempunyai rasa keindahan yang dalam, 6)
Menonjol dalam salah satu bidang seni, 7)
Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi / sudut pandang, 8)
Mempunyai rasa humor yang luas, 9)
Mempunyai daya imajinasi, dan 10)
Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
2. Belajar a.
Pengertian Belajar Memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi pendidikan. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan proses tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut. Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
(Slameto, 2010:2).
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.Tentang diri sesorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu.Hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, pengertian belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu, menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.
Definisi-definisi yang dikemukakan itu diberikan oleh ahli- ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berlain-lainan titik tolaknya.
Jika kita menyimpulkan definisi-definisi tersebut dan juga definisi- definisi yang lain maka kita dapatkan hal-hal pokok sebagai berikut : 1)
Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavorial changes, aktual maupun potensial).
2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
b.
Ciri-ciri belajar Menurut Slameto (2010: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu :
1) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. 2)
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.
Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 3)
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4)
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan menetap. 5)
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada peubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses balajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan , dan sebagainya c. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2011:12) kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadiprestasi yang berartihasil usaha. Istilah prestasi belajar umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Sepanjang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuanya.
Menurut Azwar (2010: 164) pengertian prestasi belajar adalah kemampuan mencapai indikator-indikator belajar. Prestasi belajar dapat dioprasionalkan dalam bentuk rapor, indeks studi, angka kelulusan, dan predikat keberhasilan.
Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah keberhasilan mencapai indikator-indikator pembelajaran. Menurut para pakar pendidikan prestasi belajar di pengaruhi banyak faktor. Masing-masing pakar pendidikan juga mempunyai pendapat sendiri-sendiri tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. 1)
Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari peserta didik itu sendiri yang meliputi: a)
Kecerdasan Slameto (2010: 56) mengatakan peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa faktor kecerdasan memiliki arti yang penting yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang akan semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh oleh seseorang.Hal tersebut jika faktor yang lainnya berpengaruh secara positif karena faktor intelegensi hanya salah satu faktor saja.
b) Faktor Jasmaniah atau fisiologis Baik yang bersifat bawaan maupun yangdiperoleh.
Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. c) Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Dalam proses pembelajaran peserta didik membutuhkan sikap yang positif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan sikap yang positif peserta didik akan mencapai prestasi yang baik. Sebaliknya sikap negatif akan membuat peserta didik pasif dalam pembelajaran dan pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajarnya.
d) Minat
Menurut Slameto (2010 : 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai rasa senang. Minat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar karena jika peserta didik sudah memiliki minat maka peserta didik akan berusaha untuk mencapai hasil terbaik.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki sesesorang untuk mencapai keberhasilan dalam masa yang akan datang. Setiap peserta didik memiliki bakat tertentu yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Bakat inilah yang mempengaruhi prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan bakat masing-masing yang dimiliki oleh peserta didik.
f) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan peserta didik untuk melakukan belajar. Dengan demikian peserta didik perlu diarahkan untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran agar dapat menacapai prestasi belajar yang tinggi.
2) Faktor Eksternal
Menurut Slameto (2010: 60) faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar ada 3 yaitu: a)
Keadaan keluarga Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Berdasarkan pendapat tersebut keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak dan sangat menentukan pendidikan anak yang selanjutnya. Sebagai lingkungan pendidikan yang utama dan pertama, orang tua hendaknya menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi kelanjutan pendidikan seseorang karena dijadikan sebagai dasar pendidikan sebelum anak mengalami pendidikan di lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan masyarakat.
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik.Lingkungan sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Hal ini dikarenakan dengan lingkungan sekolah yang baik, peserta didik akan termotivasi untuk belajar dengan lebih rajin sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat anak berada. Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.Dengan demikian, apabila seorang anak berada di lingkungan dengan keadaan anak-anak yang rajin belajar maka anak tersebut akan terpengaruh untuk rajin belajar.
3. Metode Eksperimen a.
Pengertian Metode Eksperimen Menurut Roestiyah (2008:80) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru.
Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut, tetapi khususnya dalam bidang pengajaran di sekolah, ada beberapa faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain adalah faktor guru itu sendiri, faktor anak dan faktor situasi (lingkungan belajar).
Metode Eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang peserta didik diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru.
Dalam metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok.Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia.Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
b.
Kebaikan Metode Eksperimen menurut Sagala (2010:220-221) 1)
Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja. 2)
Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan. 3)
Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: 4)
Peserta didik belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.
5) Peserta didik terhindar jauh dari verbalisme. 6)
Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis.
7) Mengembangkan sikap berpikir ilmiah.
8) Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.
c.
Langkah-langkah pelaksanaan metode eksperimen: 1)
Mengajukan pertanyaan masalah Membuat dan menyusun pertanyaan yang akan dilaksanakan untuk pelaksanaan eksperimen.
2) Menyusun hipotesa atau dugaan sementara
Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dalam pelaksanaan eksperimen.
3) Identifikasi dan pengendalian variabel
Mengidentifikasi variabel eksperimen agar dalam pelaksanaan eksperimen ada batasan dan pelaksanaan eksperimen menjadi terarah. 4)
Prosedur eksperimen
Pertama : Membagi menjadi beberapa kelompok dan
persiapan alat yang digunakan selama pelaksanaan eksperimen.
Kedua : Mencari petunjuk dan informasi tentang tugas- tugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen.
Ketiga : Pelaksanaan eksperimen menggunakan pedoman
yang disusun secara sistematis, sehingga peserta didik dalam pelaksanaan tidak banyak mendapat kesulitan.
Keempat : Penguatan perolehan temuan-temuan eksperimen dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab.
Kelima : Kesimpulan.
5) Alat dan bahan
Mempersiapkan alat bantu eksperimen menggunakan lembar kerja dan pedoman eksperimen, mencari petunjuk dan informasi tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam eksperimen sehingga pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar. 6)
Penyajian hipotesis Membacakan dan melaporkan hasil temuan-temuan sementara yang diperoleh dalam melakukan eksperimen.
d.
Menurut Roestiyah (2008: 81) langkah-langkah eksperimen sebagai berikut: 1)
Perlu dijelaskan kepada peserta didik tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. 2)
Kepada peserta didik perlu diterangkan pula tentang:
a) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
b) Agar tidak mengalami kegagalan peserta didik perlu mengetahui variabel-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.
c) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.
d) Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.
e) Perlu menerapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, grafik, dan sebagainya.
3) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan peserta didik. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
4) Eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian peserta didik, mendiskusikan ke kelas, dan tanya jawab.
4. IPA SD a.
Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagipeserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Menurut Jujun (dalam Trianto 2011:136), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sainsyang semula berasal dari Bahasa Inggris science. Kata science berasal dari kata dalam bahasa Latin scientiayang berarti saya tahu.
Science terdiri dari social sciences(Ilmu Pengetahuan Sosial) dan Natural Science (Ilmu Pengetahuan Alam). Namun, dalam
perkembangannya sciencesering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Untuk itu, dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk menunjuk pada pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science.
b.
Dimensi IPA Pada hakikatnya IPA dipandang dari segi produk, proses dan segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (proses) dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut saling terkait. Ini berarti proses pembelajaran IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut. Dimensi-dimensi tersebut diantaranya: 1)
IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks.Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi lain IPA yang tidak kalah penting yaitu dimensi proses, maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri.
Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak peserta didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan.
2)
IPA Sebagai Proses Proses yang dimaksud disini adalah proses mendapatkan
IPA. Seperti yang kita ketahui IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak dapat melakukan penelitian sederhana. Disamping itu, tahap pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: 1) observasi; 2) klasifikasi; 3) interpretasi; 4) prediksi; 5) hipotesis; 6) mengendalikan variable; 7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; 8) inferensi; 9) aplikasi; dan 10) komunikasi.
Jadi, pada hakikatnya dalam proses mendapatkan IPA diperlukan 10 ketrampilan dasar. Oleh karena itu, jenis-jenis ketrampilan dasar yang diperlukan dalam proses mendapatkan
IPA disebut juga ketrampilan proses. Untuk memahami suatu konsep, peserta didik tidak diberi tahu oleh guru, akan tetapi guru memberi peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan. Mengapa penemuan begitu penting bagi proses belajar peserta didik? J. Bruner (dalam Sulistyorini, S.
2007: 10) memberikan empat alasan, yaitu: 1)
Dapat mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik; 2)
Mendapatkan motivasi intrinsik; 3)
Menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh;
4) Memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya.
3)
IPA Sebagai Pemupukan Sikap Sikap pada pengajaran IPA di SD/MI di batasi pengertiannya pada sikap ilmiah pada alam sekitar. Menurut Wynne Harlend dan
Hendro Darmojo (dalam Sulistyorini, 2007: 10), ada sembilan aspek dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu: 1)
Sikap ingin tahu; 2)
Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; 3)
Sikap kerja sama; 4)
Sikap tidak putus asa; 5)
Sikap tidak berprasangka; 6)
Sikap mawas diri; 7)
Sikap bertanggung jawab;
8) Sikap berpikir bebas, dan
9) Sikap kedisiplinan diri.
Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika peserta didik melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan.Dalam hal ini, maksud dari sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati.Anak usia SD/MI mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan jalan bertanya: kepada gurunya, temannya, atau kepada diri sendiri. Melalui kerja kelompok, maka tembok ketidaktahuan dapat dikuak untuk memperoleh pengetahuan. Di sini, berlangsungnya kerja sama dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak. Melalui kerja sama, anak didik akan belajar bersifat kooperatif dan menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki orang lain lebih banyak dan lebih sempurna daripada yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuannya, peserta didik merasa membutuhkan kerjasama dengan orang lain.
c.
Nilai-nilai IPA Sebagian besar ilmuan mengatakan bahwa IPA tidak menjangkau nilai-nilai moral atau etika, juga tidak membahas keindahan (estetika), Tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud nilai disini adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Nilai-nilai yang terkandung dalam
IPA bukanlah nilai-nilai non kebendaan, diantaranya: 1)
Nilai Praktis Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat.Kemudian dengan teknologi tersebut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan.Dengan demikian, sains mempunyai nilai praktis, yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. 2)
Nilai intelektual Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah, tetapi juga masalah-masalah sosial, ekonomi dan sebagainya.Metode ilmiah telah melatih ketrampilan, ketekunan, melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memeccahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelaktual.
3) Nilai sosial, budaya, ekonomi dan politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti kemajuan IPA dan teknologi suatu bangsa, menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam peraturan sosial-ekonomi-politik internasional.
4) Nilai kependidikan
Berkembangnya IPA dan teknologi serta diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran IPA, maka IPA diakui bukan hanya sebagai suatu mata pelajaran melainkan sebagai alat pendidikan.Artinya pelajaran IPA dan pelajaran lainnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain: a)
Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah.
b) Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah.
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
5. Tujuan Mata Pelajaran IPA
Mulyasa (2009:111) mengemukakan mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan gas.
b.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
Mulyasa (2009:112) menjelaskan tentang ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: a.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
g.
f.
b.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
e.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
d.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
c.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
c.
Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d.
Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
7. Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda.
Berdasarkan wujudnya, benda dibedakan menjadi benda padat, benda cair, dan benda gas.
a.
Benda Cair Termasuk benda cair adalah air, sirup, minyak tanah, oli, tinta, spiritus, darah, kecap, dan getah. Berikut sifat benda cair :
1) Bentuknya mengikuti bentuk wadahnya
2) Permukaan selalu datar atau rata(dalam keadaan tenang).
3) Mengalir ke tempat yang lebih rendah
4) Menekan ke segala arah
5) Meresap melalui celah-celah kecil (kapilaritas)
6) Memiliki massa
7) Massa tetap walau bentuk berubah
8) Menempati ruang
9) Dapat melarutkan berbagai zat,misalnya garam dan gula
10) Dapat berubah wujud bila dipanaskan atau didinginkan b.
Benda Padat
Termasuk benda padat adalah batu, tanah, kayu, es, pasir, besi, karet, plastik, dan kapur barus. Berikut sifat benda padat: 1)
Bentuk dan besarnya tetap, tidak dipengaruhi oleh bentuk wadahnya.
2) Memiliki massa
3) Dapat bergerak jika mendapat gaya dorong atau di tarik
4) Dapat diubah bentuknya dengan perlakuaan tertentu, misalnya dipotong,dipanaskan c.
Benda gas Benda gas tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Berikut sifat benda gas:
1) Menempati seluruh ruangan
2) Memiliki massa
3) Bentuk berubah sesuai wadahnya
4) Volume tidak tetap
5) Menekan ke segala arah
Kita telah mengenal benda padat, cair, dan gas.Benda-benda tersebut dapat mengalami perubahan wujud. Perubahan wujud yang dipelajari disini adalah perubahan wujud yang dapat kembali. Beberapa peristiwa perubahan wujud benda, antara lain, mencair (melebur), membeku, menguap, mengembun, dan menyublim.
Gas
Gambar 2.1 Perubahan Wujud BendaTabel 2.2Perubahan Wujud Benda
Faktor yang Perubahan Perubahan Wujud mempengaruhi perubahan
Menghablur Perubahan wujud benda Suhu dan waktu dari gas menjadi padat
Menyublim Perubahan wujud benda Suhu dan waktu dari padat menjadi cair
Mengembun Perubahan wujud benda Suhu dan waktu dari gas menjadi cair
Menguap Perubahan wujud benda Suhu dan waktu dari air menjadi gas Mencair Perubahan wujud benda
Suhu dan waktu dari padat menjadi cair Membeku Perubahan wujud benda
Suhu dan waktu dari cair menjadi padat
1. Membeku dan Mencair
Es merupakan benda padat yang dapat berubah menjadi air yangberwujud cair.Perubahan wujud benda cair disebut mencair.Sebaliknya, perubahan wujud dari benda cair menjadi benda padat disebut membeku. Sumber: http://juprimalino.blogspot.com/2012/06/perubahan-wujud- benda-mencair-melebur.html ,29 oktober 2012, 14.25,jufrymalyno
Gambar 2.2 Proses mencair 2.Menguap Air jika dipanaskan akan berubah wujud dari bentuk cair ke bentuk gas atau dikenal sebagai uap air. Perubahan ini disebut menguap.Pada saat gelas berisi air es, pada dinding gelas terjadi titik-titik air.Titik-titik air berasal dari udara yang berwujud gas berubah menjadi cair.Perubahan ini disebut mengembun.
Sumber:http://guru-ipa-pati.blogspot.com/2012/08/perubahan- wujud-dalam-kehidupan-sehari.html, 5 november 2012, 2.30 WIB, Slamet Widiantoro
Gambar 2.3Proses menguap
3.Mengembun Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair.Jadi, mengembun merupakan kebalikan dari menguap.Pada waktu gas mengembun, gas melepaskan kalor, misalnya jika membuat minuman dingin, seperti es teh atau es jeruk.Bila diamati, bagian luar gelas tempat membuat es teh atau es jeruk menjadi basah.Karena uap air dalam udara yang menyentuh gelas mengembun.Hal ini disebabkan suhu gelas lebih rendah daripada suhu uap air di sekitar gelas.
Sumber: http://guru-ipa-pati.blogspot.com/2012/08/perubahan-wujud- dalam-kehidupan-sehari.html, 5 november 2012, 2.40 WIB, Slamet Widiantoro
Gambar 2.4Proses mengembun 4.
Menyublim Menyublim adalah peristiwa perubahan zat padat menjadi gas atau sebaliknya.Untuk membedakannya, dapat digunakan istilah melenyap dan mengkristal.Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat menjadi gas.Mengkristal adalah perubahan wujud gas menjadi padat.Contoh melenyap dan mengkristal adalah kapur barus ataupun kamfer.
Sumber: http://guru-ipa-pati.blogspot.com/2012/08/perubahan-wujud- dalam-kehidupan-sehari.html, 5 november 2012, 2.25 WIB, Slamet Widiantoro.
Gambar 2.5Proses menyublim B. Penelitian Relevan
Dalam jurnal Redno Kartikasari mahasiswa Fakultas Pendidikan MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam penelitian yang berjudulPenerapan Pendekatan Kontekstual dengan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Kelas VIII C SMP Negeri
14 Surakarta, membuktikan bahwa dengan metode eksperimen peserta didik kelas VIII C yang dilaksanakan pada SMP Negeri 14 Surakarta peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran sains dapat ditunjukkan dengan meningkatnya pencapaian rata-rata presentase aspek keterampilan proses sains peserta didik dari 60,75% pada pra siklus menjadi 71,87% pada siklus I dan meningkat menjadi 78,15% pada siklus II.
C. Kerangka Berpikir
Dalam pelajaran mata pelajaran IPA, guru dituntut dapat menguasai langkah-langkah pembelajaran IPA dengan baik. Pembelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan membelajarkan dan melatih peserta didik berpikir kritis, membawa peserta didik mengenal, memilih dan memecahkan masalah, melatih peserta didik dalam berpikir sesuai dengan metode ilmiah dan keterampilan sosial lain yang sejalan dengan model pembelajaran atau pendekatan interaktif. Sehingga para peserta didik akan semakin menyenangi belajar IPA karena gurunya memiliki kemampuan yang memadai.
Dengan kata lain, peserta didik akan sangat terbantu dalam proses belajarnya sehingga guru akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik. Maka dari itu diperlukan suatu pendekatan yang dapat menarik perhatian peserta didik dan mengaktifkan kegiatan peserta didik dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran yang mengorganisasikan informasi secara sistematis sehingga memiliki jawaban terhadap permasalahan. Agar peserta didik terdorong untuk aktif melakukan pencarian informasi, guru dapat memberikan stimulus yang menantang kepada peserta didik.
Setiap peserta didik sebenarnya menyukai belajar yang memiliki tantangan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Tantangan ini dapat diciptakan guru dengan mengajukan situasi bermasalah agar peserta didik peka untuk merumuskan dan menentukan cara pemecahan masalahnya.
Pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai untuk digunakan adalah metodeeksperimen.Dengan menggunakan metode eksperimendiduga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2012/2013.
D. Hipotesis Tindakan
Kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas mengandung praduga bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan kreativitas danprestasi belajar peserta didik pada pelajaran IPA pokok bahasansifat dan perubahan wujud benda di kelas IV SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Dari praduga tersebut penulis mengajukan hipotesis. Hipotesis ini yaitu : Dengan metode eksperimendapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran IPA pokok bahasansifat dan perubahan wujud benda.