PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI PUPUK UNTUK MENGHASILKAN BENIH PADI HIBRIDA THE EFFECT OF FERTILIZER COMBINATION FOR HIBRID RICE SEEDS

  PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI PUPUK UNTUK MENGHASILKAN BENIH PADI HIBRIDA THE EFFECT OF FERTILIZER COMBINATION FOR HIBRID RICE SEEDS JURNAL Oleh

Ahmad Paozan Aziz

C1M013008

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2018

  HALAMAN PENGESAHAN

  Artikel ini diajukan oleh: Nama : Ahmad Paozan Aziz NIM : C1M013008 Program Studi : Agroekoteknologi Jurusan : Budidaya Pertanian Judul Penelitian : ,, Pengaruh beberapa kombinasi pupuk untuk menghasilkan benih padi hibrida

  Artikel ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing Skripsi untuk diterbitkan pada jurnal CROP AGRO .

   Menyetujui :

  Pembimbing Utama, Prof. Ir. I. G. P. Muliarta Aryana, MP NIP:19611212 198803 1 013

  Pembimbing Pendamping, Dr. Ir. A. A. Ketut Sudharmawan, MP NIP:19640127 198902 1 002

ARTIKEL UNTUK JURNAL PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI PUPUK UNTUK MENGHASILKAN BENIH PADI HIBRIDA THE EFFECT OF FERTILIZER COMBINATION FOR HIBRID RICE SEEDS

  1

  2

  3 Ahmad Paozan Aziz , Muliarta Aryana , K. Sudharmawan Alumni, dan 2) Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram

  

PENGARUH BEBERAPA KOMBINASI PUPUK UNTUK MENGHASILKAN BENIH

PADI HIBRIDA

THE EFFECT OF FERTILIZER COMBINATION FOR HIBRID RICE SEEDS

  1

  2

  3 Ahmad Paozan Aziz , Muliarta Aryana , K. Sudharmawan

  Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram

  2)

  Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Korespondensi: email:

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pemupukan terhadap komponen hasil dan hasil padi hibrida hipa 18 F1. Penelitian ini dilakukan di Desa Nyurlembang, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat dari tanggal 27 Juli 2017 sampai dengan 20 September 2017 yang terdiri dari empat perlakuan dan enam ulangan dengan menggunakan metode eksperimental yang di rancang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Setiap perlakuan bibit di tanam satu batang per rumpun dengan luas 6,4 m x 8,6 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi Penyulaman, pemupukan, penyiangan, pengairan, penyemprotan GA3, pengendaliaan hama dan penyakit, pemasangan jaring dan panen. Parameter yang diamati meliputi umur berbunga 50%, umur berbunga 100%, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah anakan non produktif per rumpun, eksersi malai (cm), jumlah gabah isi per rumpun, jumlah gabah hampa per rumpun, berat gabah isi per rumpun, berat gabah hampa per rumpun, bobot 1000 biji (gram) dan hasil produksi benih (ton / ha). Data hasil pengamatan di analisis menggunakan analisis ragam, kemudian di uji lanjut menggunakan uji DMRT 5%. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu: kombinasi pupuk N, P, K + S, Cu dan Zn dengan 3 dan 4 kali aplikasi (P2 dan P4) memacu umur berbunga lebih cepat, tanaman lebih pendek, jumlah anakan produktif lebih banyak, jumlah gabah hampa rendah serta berat gabah hampa rendah.

  Kata kunci: Padi, kombinasi Pupuk, Aplikasi Pupuk, GA 3 .

  

ABSTRAK

  This study aims to determine the effect of fertilizer combination and hybrid rice yield and yield component of Hipa 18 F1. This research was conducted in Nyurlembang village, Narmada District, West Lombok Regency from 27 th of July 2017 until 20 th of September 2017 consisting of four treatments and six replication using experimental method designed with Randomized Blok Design (RAK) each treatment of seedlings in planting are stem per clamp with an area of 6,4 m x8,6 m with spacing of 20 cm x 20 cm. Plant maintenance includes embroidery fertilizing, weeding, irrigation, sprying GA3, pest and disease control, fitting of nets and harvesting. The parameters of served 50% flowering (hst), 100% flowering (hst), plant height (cm), number of productive filler per hill (stick), number of nonproductive tiller per hill (stick), exertion panicle (cm), number of grain contents per hill (gram), number of empty grains per hill (gram), weight of grain content per hill (grains), weight of empty grain per hill (grains), weight of 1000 seeds (gram), and grain yield (ton/ha). Data of observation result in analysis using Analisis of Variance (Anova), then in advanced test using DMRT 5% test. The conclutions of this study are: based on the result and disscution above it can be conclude that the combination of N, P, K + S, Cu and Zn fertilizer with 3 and 4 times application (P2 and P4) spur faster flowering age, shorter plants, number of productive tillers, low number of empty grain as well as the low vocant grain weight.

  Keyword : rice, combination of fertilizer, fertilizer application, GA3.

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya tanaman pangan karena besarnya jumlah penduduk berkaitan langsung dengan penyediaan pangan. Meningkatnya jumlah penduduk berpotensi meningkatkan jumlah permintaan pangan khususnya padi . Padi (Oryza

  

sativa L.), merupakan salah satu tanaman pangan yang terbukti mampu meningkatkan potensi

  hasil melalui eksploitasi heterosis. Penomena heterosis hanya muncul pada generasi pertama ( F

  1 )

  turunan dari tetua secara genetik berbeda. Oleh karena itu, eksploitasi heterosis dapat diterapkan melalui penggunaan teknologi hibrida yang sistim budidayanya menggunakan benih F

  1 . Sampai

  tahun 2013, Badan Peneliti Dan Pengembangn Pertanian telah melepas 19 varietas unggul hibrida ke masyarakat. Apliksi GA3 terhadap hormon pertumbuhan yang menstimulasi terjadinya pemanjangan sel. GA3 merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan hasil produksi benih padi hibrida melalui eksersi stigma, memperpanjang durasi membukanya bunga, dan merangsang pembentukan anakan akhir yang produktif (Gavino, et el. 2008, Hasan, et al. 2015). Penggunaan GA3 90% konsentrasi 200 ppm terbukti mampu meningkatkan persentase pengisian gabah pada GMJ melalui peningkatan eksersi malai dan tingkat persilangan alami hingga mendapatkan kenaikan hasil 1 ton/ha (Susilawati, et al. 2014).

  Beberapa poin penting dari manajemen pemupukan pada kegiatan produksi benih hibrida adalah waktu aplikasi dan bahan yang diaplikasikan (Virmani, at el. 2011; Hasan, et al. 2010; verma, et al., 2016); Hariprasad et al., 2016-; MoA India, 2010). Nitrogen, Phosphor dan Kalium, merupakan tiga unsur makro utama yang emberikan supalai hara pada tanaman. Sementara itu, (Verma et al., 2016) merekomendasikan melalui hasil penelitiannya bahawa untuk produksi benih hibrida, nutrisi tanaman lebih baik untuk di aplikasikan pada sebelum tanam, anakan aktif, inisiasi malai, dan setelah pembungaan. Untuk mendukung capaian hasil benih yang tinggi, beberapa unsur mikro yang mendukung pengisian gabah yaitu S, Zn, dan Cu. Menurut Yoshida (1981) dalam Yustika dan Kurnia (2008).

  • 1

  Kegiatan peningkatan produksi Benih F

  1 Hibrida (2 ton ha ) dan Bermutu Tinggi

  Mendukung Pengembangan Padi Hibrida yang di biayai melalui program KKP3N tahun pertama (2016) telah menghasilkan paket teknologi budidaya produksi benih berupa informasi bahwa perbandingan 2R:14 A dan 20 x 20 cm masing - masing merupakan rasio baris dan jarak tanam

  • 1

  yang dapat menghasilkan benih F

1 Hibrida 2 ton ha . Berdasarkan uraian di atas maka perlu

  dilakukanya penelitian tentang “ Pengaruh Kombinasi Beberapa Pupuk untuk Mengahasilkan Benih Padi Hibrida”.

  Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dilakukannya kegiatan penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui pengaruh kombinasi pemupukan terhadap komponen hasil dan hasil padi hibrida Hifa 18 F1.

  Hipotesis

  H0: Diduga tidak ada pengaruh kombinasi beberapa pupuk terhadap hasil benih padi hibrida Hifa 18 F1. Hi: Diduga ada pengaruh kombinasi beberapa pupuk terhadap hasil benih padi hibrida Hifa 18 F1.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di lapangan, yang dirancang dengan rancangan acak kelompok (RAK) terdiri dari empat perlakuan dan enam kali ulangan.

  Waktu dan Tempat

  Percobaan ini akan dilaksanakan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Mataram di Desa Nyurlembang Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Percobaan dimulai Bulan Juli 2017 sampai Bulan Desember 2017.

  Alat dan Bahan Percobaan

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, tali rafia, sabit, tali nilon, penggaris, timbangan manual, timbangan analitik, karung, alat panen, paku, kantong plastik, bambu, ember, sprayer dan alat tulis-menulis.

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tetua hibrida Hipa 18 (A7/R2)/ restore (R) sebagai tetua jantan dan galur mandul jantan (CMS/ A) sebagai tetua betina , pupuk N (Urea), pupuk P (SP 36), pupuk K (KCl), pupuk S, pupuk mikro Zn (ZnSO

  4 .H

  2 O), GA 3 dan pupuk mikro Cu (CuSO 4) .

  Persiapan Lahan Percobaan 1.

  Persiapan Benih Benih disiapkan sesuai perlakuan, kemudian direndam selama 24 jam menggunkan air + insektisida Cruiser 350 FS dosis 1 cc/ liter + ZPT Atonik dosis 2 cc/ liter, kemudian air ditiriskan dan diperam selama 24 jam.

2. Persiapan Penyemaian

  Tempat persemaian dibuat dua buah, yakni untuk persemaian benih restore (R) dengan ukuran 0,5 m x 3 m dan galur CMS dengan ukuran 1 m x 3 m. Tempat semaian

  2

  ditaburi dengan pupuk dasar NPK (phonska) dengan dosis 3 g/m dan insektisida furadan

  2

  3 GR dengan dosis 5 g/m

  3. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak. Kemudian tanah yang telah siap ditanami dibuat plot percobaan yang berukuran 6,4 m x 8,6 m denga jarak antar blok 100 cm dan jarak antar plot percobaan 30 cm. Tiap plot percobaan dibuat bedengan dengan dilapisi plastik.

  4. Penanaman Bibit hasil persemaian dipindah (transplanting) setelah berumur 21 hari, kemudian galur restore/ tetua jantan (R) ditanam sebanyak 3 bibit/lubang dengan 3 hari lebih dulu dari galur madul jantan (CMS)/ tetua betina (A). Rasio baris antara galur R dan A yang digunakan adalah 2:14 dengan jarak tanam antar galur A adalah 20 x 20 cm

  5. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan yaitu : 1)

  Penyulaman 2)

  Pemupukan Dosis Pupuk N, P, K, Zn, Cu, dan S diberikan sesuai dosis rekomendasi yang diaplikasikan lewat tanah.

  3) Pemberian GA3 4) Penyiangan

  5) Pengairan 6) Pengendalian Hama dan Penyakit 6.

  Pemanenan Pemanenan dilakukan pada galur A (CMS) setelah tanaman padi mencapai masak penuh dengan kriteria 85% sudah menguning dari tiap populasi setiap unit perlakuan.

  Variable Yang Diamati

  Adapun variable yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Umur berbunga (hst) 2.

  Tinggi tanaman (cm) 3. Jumlah malai per rumpun (batang) 4. Eksersi Malai (cm) 5. Jumlah gabah isi dan hampa per malai (bulir)

  6. Berat gabah isi dan hampa hampa per malai (gram)

  7. Berat 1000 butir gabah berisi (gram) 6.

  Hasil produksi benih (ton/ha)

  Analisis Data

  Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam pada taraf nyata 5% menggunakan program Microsoft Exel. Hasil yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5%.

  

HASIL DAN PEMBAHAAN

Hasil Penelitian

  Berdasarkan hasil analisis ragam terhadap variabel yang diujikan dari ke 4 perlakuan yaitu:

  1. Perlakuan dengan dosis NPK dengan 3 kali aplikasi (P1)

  2. Perlakuan dengan dosis NPK + S, Zn dan Cu dengan 3 kali aplikasi (P2)

  3. Perlakuan dengan dosis NPK dengan 4 kali aplikasi (P3)

  4. Perlakuan dengan dosis NPK + S, Zn dan Cu dengan 4 kali aplikasi (P4) nampak bahwa variabel yang menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan) yaitu umur berbunga 50%, tinggi tanaman per rumpun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah hampa per rumpun serta berat gabah hampa per rumpun dan perlakuaan yang menunjukkan tidak berbeda nyata (non signifikan) yaitu umur berbunga 100%, jumlah anakan non produktif, eksersi malai, jumlah gabah isi per rumpun, berat gabah isi per rumpun, bobot 1000 biji serta hasil gabah (ton/ha) yang di sajikan dalam Tabel sebagai berikut: Tabel. 1. Analisis ragam variable padi hibrida F1 hasil perlakuan pemupukan N, P, K dan NPK + S, Zn serta Cu

  No Variabel Probabilitas Notasi

  1 Umur berbunga 50% 0,001 S

  2 Umur berbunga 100% 0,093 NS

  3 Tinggi tanaman 0,009 S

  4 Jumlah anakan produktif 0,007 S

  5 Jumlah anakan non produktif 0,167 NS

  6 Eksersi malai 0,982 NS

  7 Jumlah gabah isi perumpun 0,065 NS

  8 Jumlah gabah hampa perumpun 0,021 S

  9 Berat gabah isi perumpun 0,055 NS

  10 Berat gabah hampa perumpun 0,017 S

  11 Berat 1000 biji 0,384 NS

  12 Hasil gabah (ton/ha) 0,900 NS Keterangan: S: signifikan, NS: non signifikan

  Dari hasil uji lanjut yang dilakukan menggunakan uji Duncan atau DMRT terhadap variable yang berbeda nyata akibat perlakuan kombinasi pupuk di sajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel. 2. Hasil rerata dan uji lanjut variable tanaman padi hasil perlakuan pemupukan N, P, K dan N,P,K + S, Zn serta Cu

UB UB

  1000 HG

Perlakuan 50% 100% TT JAP JANP EM JGI JGH BGI BGH biji ton/ha

76 a 84 111 a 14 b 3 0,38 597 551 a 11,10 5,63 a 23,16 1,120 P1 71 b 81 104 b 18 a 2 -0, 05 823 392 b 14,68 2,32b 24,16 1,220 P2 75 a 83 107 b 15ab 2 0,05 663 518 a 13,99 5,31 a 23,64 1,130 P3 71 b 81 105 b 16 a 2 702 461ab 13,70 4,65ab 23,84 1,180 P4

  

Rerata 73,3 82,3 107,8 15,8 2,25 0,12 696,3 480,5 43,20 4,49 23,7 1,160

Max 76 84 111

  18 3 0,38 823 551 14,68 5,63 24,16 1,220 Min 71 81 104

  14 2 -0.05 597 392 11,10 2,32 23,16 1,120 Keterangan:

  1. Angka yang di ikuti oleh huruf yang berbeda pada salah sat kolom artinya signifikan atau menunjukan berbeda nyata dari hasil uji DMRT 5%,

  2. UB 50% (Umur Berbunga 50% (hst)), UB 100% (Umur Berbunga 100% (hst)), TT (Tinggi Tanaman (cm)), JAP (Jumlah Anakan Produktif (batang)), JANP (Jumlah Anakan Non Produktif (batang)), EM (Eksersi Malai (cm)), JGI (Jumlah Gabah Isi (bulir)), JGH (Jumlah Gabah Hampa (bulir)), BGI (Berat Gabah Isi (gram)), BGH (Berat Gabah Hampa (gram)), 1000 Biji (Berat 1000 Biji (gram)) dan HG (Hasil Gabah ton /hektar ).

  Pembahasan

  Dari hasil analisis ragam terhadap variabel yang di amati dari perlakuan pemberian pupuk NPK dan NPK+ S, Zn, Cu nampak bahwa ada 5 variabel yang diuji menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu umur berbunga 50%, tinggi tanaman per rumpun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah hampa per rumpun dan berat gabah hampa per rumpun namun tidak berbeda nyata terhadap umur berbunga 100%, jumlah anakan non produktif, eksersi malai, jumlah gabah isi per rumpun, berat gabah isi per rumpun, bobot 1000 biji dan hasil gabah (ton/ha) yang di sajikan pada Tabel 4.2.

  a. Umur berbunga 50%

  Data hasil uji lanjut DMRT 5% umur berbunga 50% padi hibrida F1 Hipa 18 yang di peroleh nampak bahwa perlakuan P2 berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4. Hal ini dapat terjadi karena kombinasi pupuk makro dan pupuk mikro memberi respon cepat terhadap pembungaan yaitu pada umur 71 hst. Pupuk makro yang berperan dalam merangsang pembungaan yaitu pupuk Fosfor (Anonim, 2013) dan pupuk mikro yang berperan dalam merangsang pembungaan yaitu Seng (Zn). Menurut Nurman (2012) menyatakan bahwa, unsur hara Fosfor dan Seng memiliki fungsi yang hampir sama yaitu mengaktifkan dan memaksimalkan kerja enzim yang berperan dalam proses fotosintesis dan metabolisme. Di samping itu secara tidak langsung unsur hara Sulfur dan Seng mendorong tanaman untuk meningkatkan penyerapan unsur hara N dan P. Unsur S akan di serap oleh tanaman dalam bentuk ion sulfat, yang merupakan bagian dari protein yang terbentuk dari Cystein, Methionin dan Thiamine.

  Berdasarkan Tabel 4.2, nampak bahwa perlakuan P1 dan P3 memiliki umur berbunga 50% lebih lambat. Hal ini dapat terjadi karena perlakuan P1 dan P3 tidak menggunakan pupuk Sulfur. Berdasarkan pendapat Nurman (2012), menambahkan bahwa tanaman padi yang kekurangan unsur Sulfur memiliki umur berbunga yang lambat akibat dari produksi butir hijau daun yang menurun, serta membutuhkan waktu lebih singkat dari umur 50% berbunga ke 100% umur berbunga sehingga proses asimilat dan sintesis karbohidrat terlambat.

  b. Tinggi tanaman

  Data hasil uji lanjut DMRT 5% tinggi tanaman (cm) yang di peroleh nampak bahwa perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P3 dan P4.. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan P1 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman yaitu dengan panjang rerata 111 cm., pendapat ini di dukung aleh (Anonim 2013) yang menyatakan bahwa: Funggsi N bagi tanaman padi yaitu untuk merangsang pertumbuhan vegetatif seperti merangsang pertubuhan batang. Pendapat lain oleh Satoto (2008) menyatakan bahwa unsur P mempunyai peranan penting dalam proses pemanjangan sel dan pembelahan sel, pernyataan ini didukung oleh pendapat Gardner et al.(1991), menyatakan bahwa pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) ini merupakan sintesis protein yang bersifat tidak dapat balik dan hanya terjadi di dalam jaringan khusus yang di sebut jaringan meristem. Menurut Aribawa (2012) menyatakan bahwa tinggi tanaman yang lebih tinggi di hasilkan pada populasi tanaman yang lebih banyak dalam satu hamparan yang luas. Pertumbuhan tanaman yang tinggi belum menjamin produktifitas tanaman juga tinggi. Tanaman yang tumbuh baik mampu menyerap hara dalam jumlah banyak, ketersediaan hara dalam tanah berpengaruh terhadap aktivitas fotosintesis, sehingga dengan demikian tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi.

  Pada Tabel 4.2, nampak bahwa perlakuan P2 dan P4 memiliki panjang ter rendah, berdasarkan pendapat Damayanti dkk (2015) menyatakan bahwa penambahan unsur Zn pada tanaman padi dapat menurunkan tinggi tanaman dari 85,54 cm menjadi 84,08 cm.

  c. Jumlah anakan produktif

  Data hasil uji lanjut DMRT 5% terhadap jumlah anakan produktif yang di peroleh bahwa nampak perlakuan P2 berbeda nyata terhadap perlakuan P1, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan P2 memberikan respon terhadap jumlah anakan produktif dengan jumlah 18 anakan per rumpun. Berdasarkan pendapat Damayanti dkk (2015) menyatakan bahwa tinggi pendeknya batang tanaman padi akan mempengaruhi jumlah anakan per rumpun. Damayanti dkk (2015) juga menambahkan bahwa unsur Zn yang di berikan dapat menurunkan tinggi tanaman sebagai akibat semakin bertambahnya jumlah anakan. Dalam kombinasi pemupukan yang di lakukan bahwa pupuk yang berperan dalam merangsang jumlah anakan yaitu pupuk N, hal ini di dukung oleh pendapat (Doberman dan Fairhust 2000) yang menyatakan bahwa: N yang befungsi menambah jumlah anakan. Pernyataan ini juga di dukung oleh Alam et al. (2009) menyatakan pembentukan anakan nyata dipengaruhi oleh pemberian pupuk fospor. Berdasarkan pendapat Damayanti dkk (2015) menyatakan bahwa jumlah anakan di pengaruhi oleh fungsi unsur Zn, sebagai akibat dari menurunnya tinggi tanaman. Pendapat lain oleh Nurman (2012), menyatakan bahwa fungsi unsur Sulfur bagi tanaman padi yaitu meningkatkan jumlah anakan yang menghasilkan tanaman padi.

  d. Jumlah gabah hampa

  Data hasil uji lanjut DMRT 5% terhadap variabel jumlah gabah hampa yang di peroleh bahwa nampak perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P2. Perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P1, P3 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan P4. Pada Tabel 4.2, nampak bahwa perlakuan P1 dengan hasil gabah hampa ter tinggi, berdasarkan pendapat Nurman (2012), menyatakan bahwa tanaman padi yang kekurangan unsur Sulfur memiliki umur berbunga yang panjang sebagai akibat dari produksi butir hijau daun yang menurun, proses asimilat dan sintesis karbohidrat terlambat. Selain itu Nurman (2012) menambahkan bahwa kekurangan unsur Sulfur kecendrungan persentase gabah hampa meningkat . Seperti yang di ketahui bahwa perlakuan P1 tidak menggunakan unsur Sulfur dalam pemupukan tanaman padi. Berdasarkan pendapat Anonim (2013) menyatakan tanaman padi dengan jumlah gabah hampa tinggi di sebabkan oleh kekurangan unsur Kalium. Pendapat lain oleh Simbaryadnya (2014) menyatakan bahwa tanaman padi yang kekurangan unsur N menyebabkan daun tanaman padi muda menguning tetapi malai belum menguning, sehingga daun sudah tidak mampu mensuplai makanan untuk di bawa ke bulir padi akibatnya banyak bulir padi yang hampa. Pendapat ini di dukung oleh Sheehy et al. (2001) menyatakan bahwa gabah sebagai sink tanpaknya kurang pasokan hasil fotosintat dari tanaman yang di sebabkan oleh banyaknya jumlah anakan produktif tidak dapat mencapai perkembangan secara penuh. Kehampaan gabah dari setiap jenis anakan cendrung meningkat menurut urutan malai anakan, dimulai dari malai tanaman induk (11%), malai primer (12%), malai sekunder (12%), malai tersier (16%), dan malai kuarter (22%). Berdasarkan pendapat Nurman (2012) menyatakan bahwa persentase gabah hampa di pengaruhi oleh kekurangan unsur Sulfur.

  Pada Tabel 4.2, nampak bahwa eksersi malai mempengaruhi jumlah gabah hampa tanaman padi. Perlakuan dengan ukuran eksersi malai ter besar yaitu pada perlakuan P1dengan nilai 0,38 cm. Berdasarkan pendapat Simbaryadnya (2014), menyatakan bahwa tanaman padi yang kekurangan serapan unsur N berdampak pada keluarnya malai, hal ini terjadi karena daun muda menguning dan tidak dapat menyuplai makanan. Meskipun pada semua perlakuan menggunakan unsur N dalam pemupukan namun tidak semua dapat di serap oleh tanaman sepenuhnya. Hal ini di dukung oleh pendapat Ali Munawar (2011) menyatakan bahwa unsur Cu berperan penting dalam penyerapan unsur hara secara aktif. Pendapat lain oleh De Datta (1981) menyatakan bahwa unsur Zeng berperan penting bagi tanaman padi yitu terlibat langsung dalam metabolisme unsur N. Pada Tabel 4, nampak bahwa perlakuan P2 memiliki ukuran eksersi malai ter rendah yaitu dengan rerata -0,05 cm. hal ini dapat terjadi karena perlakuan P2 menggunakan unsur Cu dan Zn dalam pemupukan.

e. Berat gabah hampa

  Data hasil uji lanjut DMRT 5% terhadap variabel berat gabah hampa yang di peroleh bahwa perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4 dan berbeda nyata dengan perlakuan P2. Perlakuan P1 memiliki berat gabah ter tinggi. Berdasarkan pendapat Simbaryadnya (2014) menyatakan meningkatnya berat gabah hampa di sebabkan oleh penyerbukan yang tidak optimal sehingga terdapat bulir yang tidak berisi, selain itu Simbaryadnya (2014) menambahkan bahwa tanaman padi yang kekurangan unsur N dapat menyebabkan jumlah gabah hampa meningkat sebagai akibat meningkatnya berat gabah hampa. Hal ini di dukung oleh pendapat (Doberman dan Fairhust 2000 ) yang menyatakan N befungsi memaksimalkan pengisian bulir. Menurut De Datta (1981) menyatakan bahwa fospor mendorong perkembangan gabah yang baik dan kalium di perlukan untuk meningkatkan ukuran dan berat gabah.

  Hubungan Hasil Gabah (ton/ha) Terhadap Produksi

  Pemberian pupuk tambahan seperti S, Cu dan Zn mampu meningkatkan umur berbunga lebih cepat, periode pembungaan lebih lama, tinggi tanaman pendek, jumlah anakan banyak, jumlah gabah hampa rendah serta berat gabah hampa rendah, namun secara genetik tanaman tidak mampu meningkatkan hasil produksi. Menurut Murata dan Matsushima (1978) menyatakan bahwa kadar nitrogen dan fosfat dalam batang tanaman padi sangat mempengaruhi hasil produksi apabila kadar nitrogen kurang dari 3,5% dan kadar fosfat kurang dari 0,25%. Menurut Makarim dan Suhartatik (2009) menyatakan bahwa hasil produksi tanaman padi di pengaruhi oleh suhu air. Suhu air 15- 16 C pada malam hari dan 31 C pada siang hari akan menghasilkan jumlah anakan terbanyak. Menurut Yoshida (1981) menyatakan bahwa pada masing- masing varietas tanaman padi tidak semua varietas mampu menghasilkan produksi yang tinggi hal ini di tentukan oleh beberapa faktor seperti jarak tanam radiasi, hara mineral dan teknik budidaya.

  

PENUTUP

  5.1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulankan bahwa kombinasi pupuk N, P, K + S, Cu dan Zn dengan dosis kombinasi 3 dan 4 kali aplikasi (P2 dan P4) memacu umur berbunga lebih cepat, tanaman lebih pendek, jumlah anakan produktif lebih banyak, jumlah gabah hampa rendah serta berat gabah hampa rendah

  5.2. Saran

  Adapun saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya yaitu: untuk menghasilkan padi hibrida Hifa 18 F1 dapat dilakukan dengan kombinasi pupuk NPK + S, Cu dan Zn dengan 3 kali aplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

  Alam, M.,M. Hasanuzzaman, and K.,Nahar. 2009. Tiller dynamic of three irrigated rice varieties . Amercan- Eurasian J.Agron. 2 (2): 89- 94.

   under varying phosphorus levels

  Anonim. 2013. Peranan Dan Cara Aplikasi Pupuk NPK. http://www.mentari dunia.com/2013/01 /peranan-dan-cara-aplikasi-pupuk-npk.html. (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 ) Anonim. 2012. Aplikasi GA 3 Pada Tanaman Padi. blogspot.co.id/ 2012/09/aplikasi-ga3-pada-tanaman-padi.html. (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2017) Aribawa. 2012. Pengaruh system tanam terhadap peningkatan produktivitas padi di lahan sawah dataran tinggi beriklim basah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Denpasar.

  Bali. Departemen Pertanian. 2007. Ekonomi Pertanian. . (Diakses tanggal 12 september 2017) Doberman, A. and T. Fairhurst. 2006. Rice: Nutrient Disorders and Nutrient Management.

  Handbook Series. Potash and Potassium Intitute (PPI) and

  Fujji, S., Toriyama, K. 2005. Molecular mapping of the fertility restorer gene for ms- cw type cytoplasmic male strelityof rice. Theor. And Appl. Gennet. 111: 696- 701. Gardner, Franklin. P. R. B.,Pierce. RL. Mitchel. 1991. Fisiologi Tumbuhan Budidaya. Terjamahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta. Gavino, R, B, Y, Pi and C, C Abon Jr. 2008. Aplication of giberelline acid (GA ) in dosages for

  3 three hybrid rice seed production in the Philipines. J. Agric. Tech. 4 (1): 183- 192.

  Hariprasad, A.S. 20016. Principles of hybrid rice seed production.http://www.rkmp. co.in/sites/default/files/ris/reseach- thems/Principles%20of%20Hybrid%20rice%20seed% 20production.pdf. (di akses pada tanggal 29 Desember 2016).

  Hasan, M.J., Ullah M.Z., Rahman A.H.M.A., Rahman M.S., and Nassem S.B. 2010. Determination of suitable ro ratio and spacing for F

  1 seed production of commercial rice hybrid. J. BioRes.8 (2): 74- 78.

  Hasan, M.J., Rahman, M.H., Akter A., Kulsum M.U., and Islam A. 2015. Assesmentof appropriate doses of GA

  3 and row ratio for better seed yield of a promosing hybred rice variety. Bangladesh Rice J. 19 (1): 57- 61.

  Imran, Ali dan Suriany. 2009. Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida S1-8- SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Bulletin Plasma Nutfah. Vol. 15. No.2 Th. 2009. Hal 54- 58. Jing, R., Li X., Li P., Zhu Y. 2001. Mapping fertilitiy- restoring genes of rice WA- cytoplasmic male sterility using SSLP markers. Botanical Bul. Academia Sinica.42: 167- 171.

  Manurung, S.O. dan Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Buku I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Mao, C. X., Virmani S., Kumar I. 1996. Technological innovations to lower the cost of hybrid rice seed production. In: Advance in hybrid rice technology. Proseeding Of Third International Symposium On Hybrid Rice, Directorateof Rice Reseach, Hydrabad, India. Markarim, A. K. dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hal 309- 312 Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bandung.

  Murata, Y and S. Matsushima. 1978. Rice. In Evans, L, T. (Ed). Crop Physiology. University Press. Cambridge. p. 73- 99.

  Nematzadeh, Gh. A., Kiani G. 2010. Genetic analysis of fertility restoration genes for WA type cytoplasmic male sterility in Iranian restorer rice line DN-33-18. African Journal of

   Biotechnology vol. 9 (38). Hlm. 6273- 6277.

  Nurman, I. 2012. Fungsi Sulfur Atau Belerang Bagi Tanaman Padi.https://ceritanurmanadi. wordpress.com/2012/01/26/fungsi-sulfur-s-atau- belerang. (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2017) Purnomo., Suprihatno B., Satoto., and Z. Harahap. 2010. Progress of research and development of hybrid rice technology in Indonesia. In: Progress in the develop ment and use of hybrid rice outside China. Proc. of the Intl Workshop, 28-30 May 1997. Hanoi, Vietnam, MARDI, and FAO.

  Puslitbangtan. 2006. Petunjuk teknis produksi benih padi hibrida. Bogor. 83 p. Satoto dan B. Suprihatno. 2008. Heterosis dan stabilitas hasil hibrida-hibrida padi turunan galur mandul jantan IR62829A dan IR58025A. Penelitian Pertanian17(1):3-37.

  Sattari, M., Kathiresan A., Gregorio G.B., Virmani S.S. 2008. Comparative genetic analysis and molecular mapping of fertility restoration gene for WA, Dissi, and Gambiaca cytoplasmic male sterility system in rice. Euphytica: International Journal Of Plant 160 (3) 305- 316.

   Breeding

  Setiobudi, D., dan Sembiring, H. 2008. Tanggapan pertumbuhan dan hasil padi tipe baru terhadap pupuk makro dan mikro pada sepesifik jenis tanah. Prosiding Seminar Nasional Padi. P 963- 987. Simbaryadnya. 2014. Pengaruh beberapa pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Badung. Bali. Singh, V., Panwar G.S., and Singh J. 2003. Validation of SSR markers for fertility restorer gene in drought tolerant advanced breeding line of rice (Oryza sativa L). Crop Res. 45 (1, 2, & 3): 66-73 (2003). Sundaram, R. M., Naveenkumar B., Biradar S.K., Balachandra S.M., Mishra B., Ilyas A.M., Viraktamath B.C., Ramesha M.S., and Sarma N.P. 2008. Indentification of informative SSR markers capable of distinguishing hybrid rice parental line and their ultilization in seed purity assessment. Euphytica (2008) 163: 215- 224. DOI 10. 1007/s 10681- 0079630-0. Sudharani, M., Rajyalakshmi K., Vishnuvardhan K., Reddy., Bharathi K., and Rama R. N. 2013. Research Article Us Of DNA polymorphism for characterization and assessment of genetic purity testing in rice hybrids (Oryza sativa L.). Electronic Journal Of Plant Breeding, 4 (2): 1113-1118.

  Susilawati, P. N.,Surahman M.,Purwoko B. S.,Suharsi T. K., and Satoto. 2014. Effect of GA

  3 Concentration on Hybrid Rice Seed Production in Indonesia. International Journal of Applied Science and Technology Vol. 4 No. 2: 143- 148.

  Tiwari, D. K., P. Pandey, S. P. Giri, and J. L. Dwivedi. 2011. Effect of GA3 and other plant growth regulators ob hybrid rice seed production. Asian Journal of Plant Sciences. 10(1):29-42. Verma, R., Jawahar L., Katara., Sanghamirta S., Bhakar C., Patra R. K., Sahu S. S.C., Patnaik., Annie Poonam., Baidnath Hembram R.N., Rao., Onkar N.S., and T. Mohapatra. 2016. Practical Guide for Sucsesful Hybrid Seed Production in Rice A Profitable Venture. https://www. researchgate. net/profile/Ramlakhan Verma/publication/292149791 A practical guide for sucsesful hybrid seed production in rice- Aprofitableventure/ links/56ab17ac08ae8f386566912f.pdf?origin= publicationdetail. (Diakses pada tanggal 29 Desember 2016).

  Virmani, S.S. 1994. Prospects of hybrid rice in the tropics and subtropics. In: Hybrid rice technology : New Devlopment and Future prospects (Ed.). S.S.Virmani I.R.R.I., Manila., Philipines, pp. 7- 19. Welch, R. M. and R. D. Graham. 2004. Breeding for micronutrients in staple food crops from a . Journal of Eksperimental Botany. 55 (396): 353- 364.

   human nutrition perspective Yustika, R. D., Kurnia U. 2008. Keragaman tanaman pada berbagai lahan terdegradasi.

  df/rahmah.pdf. (Diakses pada tanggal 21Juni 2017).

  Yoshida, S. 1981. Principle and practices of rice production. Mc Graw Hill. New Yok. Yin, C. L. Gan, N. Denny, X. Zhou, K. Xia. 2007. Decreases panicle derived indole-3-acetic acid reduces gibberellin A1 level in the uppermost internode, causing panicle enclosure in male sterile rice Zhesshan 97A. Journal of Exsperimental Botany 58(10): 2441- 2449.