SERTIFIKASI BENIH PADI HIBRIDA DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH
commit to user
AG DI BA Gu D Juru GRIBISNIS SERTIF ALAI PENG Untuk M una Memp i Fakultasusan / Prog
P S HORTIK F UNIV FIKASI BE GAWASAN JAWA TUGA Memenuhi eroleh Der Pertanian gram Studi Arsitektu Disus DANIE H 3 PROGRAM KULTURA FAKULTA VERSITAS SURA 2 PENG ENIH PAD N DAN SE A TENGAH
AS AKHIR Sebagian P rajat Ahli M Universita
Agribisnis r Pertaman
sun Oleh : EL BAYU P
3308011 M DIPLOM DAN ARSI S PERTAN SEBELAS AKARTA 2011 GESAHAN I HIBRIDA RTIFIKAS H Persyarata Madya Pert as Sebelas M
s Hortikult nan P MA III ITEKTUR NIAN S MARET A SI BENIH n tanian Maret tura Dan
(2)
commit to user
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan Judul :
SERTIFIKASI BENIH PADI HIBRIDA
DI BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH JAWA TENGAH
Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Daniel Bayu P
H 3308011
Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : ... Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Penguji Ketua
Ir. Djoko Mursito, MP. NIP.194812021978111001
Anggota
Drs. Sugijono. MP. NIP.194709161980031001
Surakarta, Mei 2011
Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Pertanian
Dekan,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 195602251986011001
(3)
commit to user
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas taufik dan hidayatNya penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM selaku Ketua Program Studi DIII Agribisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Panut Sahari, MP selaku Ketua Minat Program Studi DIII Agribisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Ir. Djoko Mursito, MP selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Kepala Pimpinan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa
Tengah.
6. Ayah, Ibu serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas semua
kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
Surakarta, Mei 2011
(4)
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
1. Tujuan Umum ... 2
2. Tujuan Khusus ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
III.TATALAKSANA PELAKSANAAN ... 11
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ... 11
1. Tempat Pelaksanaan Magang ... 11
2. Waktu Pelaksanaan Magang ... 11
B. Cara Pelaksanaan ... 12
1. Metode Dasar ... 12
2. Metode Pengumpulan Data ... 12
3. Metode Analisis Data ... 12
4. Metode Analisis Usaha Tani ... 12
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
A. Kondisi Umum Lokasi ... 13
1. Sejarah Berdirinya Lokasi ... 14
2. Keadaan kebun dan Laboratorium ... 18
3. Administrasi dan Manajemen ... 20
B. Usaha Tani ... 22
C. Pembahasan ... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
A. Kesimpulan ... 31
B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA
(5)
commit to user
LAMPIRAN(6)
commit to user
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini produksi benih padi berlangsung melalui sistem “Jalur Benih Antar-Lapang dan Musim” atau lebih populer disebut Jabalsim. Dalam sistem Jabalsim, produsen atau sumber benih adalah penangkar berskala usaha kecil yang jumlahnya masih terbatas dan petani yang menanam padi hibrida untuk tujuan konsumsi. Sistem Jabalsim berperan penting dalam penyediaan benih padi mengingat benih yang diproduksi tidak perlu disimpan lama, sehingga resiko menurunnya daya tumbuh benih dapat dihindari dan sumber benih dekat dengan lokasi pengembangan padi.
Benih yang dihasilkan tergantung pada kualitas benih dan cara penanamannya, serta keadaan alam. Biji yang terpilih untuk dijadikan benih dijemur kembali menggunakan alas berupa tikar, terpal, atau plastik dengan ketebalan benih 2-3cm, pada pukul 08.00-12.00 selama 2-3 hari hingga berkadar air 9-10%. Benih dikemas dalam kantong plastik dengan ketebalan 0,08 mm dan kapasitas 5 kg per kemasan. Benih kemudian disimpan pada ruangan yang kondusif (tidak lembab, tidak bocor, aman dari gangguan hama). Di tempat penyimpanan, kantong plastik yang berisi benih tersebut ditaruh pada balok kayu agar tidak menyentuh lantai semen atau lantai tanah. Untuk skala besar, benih dapat disimpan pada ruangan ber-AC, khususnya dalam pengeringan benih dengan sinar matahari (Imran, 2002).
Ketersediaan benih yang bermutu dalam jumlah banyak, cepat dan seragam merupakan langkah awal untuk menunjang pengembangan tanaman. Keberhasilan pengembangan varietas unggul padi hibrida ditentukan oleh berbagai aspek, terutama ketersediaan benih dan mutu benih itu sendiri. Penggunaan benih bermutu tinggi merupakan prasyarat utama dalam budi daya padi hibrida. Oleh karena itu, pengembangan varietas unggul menuntut penyediaan benih yang bermutu tinggi dalam jumlah yang cukup dan tersedia tepat waktu (Anonim, 2004).
Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan merupakan pedoman sertifikasi secara umum, dan sekaligus merupakan tindak lanjut penerapan di lapangan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih
(7)
commit to user
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006.
Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor indukan benih hibrida dari China dan India. Oleh karena itu benih padi hibrida sangat potensial untuk dikembangkan, asal dikembangkan dengan berbasis pada teknologi petani dan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan sertifikasi benih padi yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis akan membahas yang berkaitan tentang benih padi hibrida dengan judul “Sertifikasi Benih Padi Hibrida di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.
b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis.
c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan agribisnis.
d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi
pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang sertifikasi benih Padi
Hibrida yang dilakukan di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah.
b. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat
membandingkan antara teori yang telah diperoleh dengan aplikasinya di lapangan khususnya tentang sertifikasi benih padi hibrida.
(8)
(9)
commit to user
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sertifikasi Benih
Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem berbadan resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Tujuannya adalah untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain, tujuan sertifikasi benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera, dengan hanya memeriksa benihnya saja.
Penerimaan manfaat dari sertifikasi benih adalah perkembangan pertanian karena sistem dan program sertifikasi benih yang efektif memungkinkan benih bermutu tinggi tersedia bagi petani. Pedagang benih memperoleh manfaat karena benih yang disertifikasi merupakan sumber pasokan benih yang otentik dan tinggi mutunya. Produsen benih memperoleh manfaat karena sertifikasi benih memungkinkan tersedianya program pengendalian mutu yang ketat, yang lazimnya di luar kemampuannya. Petani memperoleh manfaat karena dapat mengharapkan bahwa benih bersertifikat yang dibelinya akan memiliki sifat-sifat varietas yang diinginkan (Mugnisjah,1991).
Adapun kegiatan-kegiatan dalam proses sertifikasi benih yaitu cek plot, pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan lapang fase vegetatif, pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif, pemeriksaan lapang fase menjelang panen, pengambilan contoh benih, dan pemeriksaan alat panen dan pengolahan.
Cek plot/perbandingan tanaman adalah suatu kegiatan percobaan lapangan untuk membandingkan hasil pengujian di laboratorium dengan kenampakan fisik tanaman di lapangan, dalam rangka menunjang operasional sertifikasi benih, khususnya yang berkaitan dengan campuran varietas lain. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap areal sertifikasi.
Benih Bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui sertifikasi benih, sertifikasi sistem manajemen mutu dan / atau sertifikasi produk.
(10)
commit to user
Dalam peraturan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 adalah sebagai berikut :
1. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi
dan peredarannya diawasi.
2. Benih Tanaman yangs selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya
yang digunakan untuk memperbanyak dan /atau mengembang biakkan tanaman.
3. Benih Bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui sertifikasi
benih, sertifikasi sistem manajemen mutu dan / atau sertifikasi produk.
4. Sertifikasi Benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah
melalui pemeriksaan lapangan dan atau pengujian, pengawasan serta memenuhi semua persyaratan dan standar benih bina.
5. Sertifikat Benih Bina adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara hasil
kegiatan sertifikasi benih bina dengan persyaratan dan standar mutu benih bina.
6. Produsen Benih Bina adalah perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah
yang melakukan proses produksi benih bina.
7. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
8. Varietas Lain adalah tanaman atau benih yang dapat dibedakan dari varietas
yang merupakan sifat-sifat dari varietas itu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam deskripsi.
9. Perbanyakan Vegetatif adalah perbanyakan tanaman tidak melalui perkawinan.
10.Perbanyakan Generatif adalah perbanyakan tanaman melalui perkawinan sel-sel
reproduksi.
11.Tipe Simpang adalah tanaman atau benih yang menyimpang dari sifat-sifat
suatu varietas sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan oleh pemulia.
12.Segregan/Varian adalah benih atau turunan yang menunjukkan ciri-ciri berbeda
dari varietas, namun dari latar belakang genetisnya dapat diduga sebagai bagian dari varietas yang telah dilepas sehingga varian tidak dianggap sebagai tipe simpang.
13.Benih Penjenis (Breeder Seed) adalah benih yang diproduksi di bawah
pengawasan pemulia yang bersangkutan dengan prosedur baku yang memenuhi
sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetik varietas (
(11)
commit to user
14.Benih Dasar adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis yang memenuhi
standar mutu kelas Benih Dasar.
15.Benih Pokok adalah keturunan pertama dari Benih Dasar atau Benih Penjenis
yang memenuhi standar mutu kelas Benih Pokok.
16.Benih Sebar adalah keturunan pertama dari Benih Pokok, Benih Dasar atau
Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas Benih Sebar.
17.Benih Hibrida adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan
antara 2 (dua) atau lebih tetua pembentuknya dan/atau galur induk/non hibrida homozigot.
18.Materi Induk adalah tanaman dan/atau bagiannya yang digunakan sebagai bahan
perbanyakan benih.
19.Galur adalah kelompok tanaman yang sudah seragam (homozigot).
20.Varietas Padi Non Hibrida (Bukan Hibrida) adalah varietas padi yang produksi
benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri dan terjadi secara alami.
21.Galur Mandul Jantan atau CMS (Cytoplasmic Male Sterile) yang juga disebut
Galur A, adalah galur yang mempunyai tepungsari mandul sehingga tidak mampu menyerbuk sendiri.
22.Galur Pelestari atau Maintainer yang juga disebut Galur B, adalah galur
pasangan galur A sebagai sumber tepungsari dalam produksi benih galur A.
23.Galur Pemulih Kesuburan atau Restorer yang juga disebut Galur R, adalah galur
yang mempunyai kemampuan memulihkan kesuburan (tepungsari) galur CMS, sehingga digunakan sebagai sumber tepungsari dalam produksi benih padi hibrida.
24.Galur Tetua adalah galur yang digunakan untuk memproduksi benih padi,
hibrida, terdiri dari galur A, galur B, dan galur R.
25.Pemeriksaan Lapangan Sistem Check Plot (Perbandingan Tanaman) adalah
suatu kegiatan untuk mengevaluasi keaslian dan kemurnian varietas dengan menanam benih varietas tersebut dan membandingkannya dengan tanaman yang berasal dari contoh benih otentik.
26.Standar Mutu adalah spesifikasi teknis benih bina yang baku mencakup mutu
fisik, genetik, fisiologis dan atau kesehatan benih
27.Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih atau benih yang
sudah dikemas yang memuat tempat asal benih, jenis, varietas, kelas benih, data mutu bersih, akhir masa edar benih dan atau berat/jumlah benih.
(12)
commit to user
28.Voluntir adalah tanaman yang tumbuh pada areal penangkaran benih, yang
berasal dari tanaman musim sebelumnya.
29.Asesmen adalah penilaian kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan.
30.Survailen adalah suatu kegiatan untuk melakukan penilaian apakah sistem mutu
yang telah disetujui diterapkan secara berkesinambungan atau tidak.
31.Asesmen Ulang adalah kegiatan asesmen untuk perpanjangan Sertifikat
Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.
B. Pengertian Padi Hibrida
Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut. Dalam biologi, hibrida memiliki tiga arti.
1. Hibrida merupakan keturunan (zuriat, progeni) dari dua varietas, subspesies,
spesies, atau dua genus yang berbeda. Untuk dua yang pertama, hibridanya disebut hibrida intraspesifik, untuk yang ketiga disebut hibrida interspesifik, dan yang terakhir disebut intergenerik.
2. Hibrida merupakan silangan antarpopulasi, antarkultivar, atau antargalur
hibrida dalam suatu spesies. Pengertian ini sering dipakai dalam pemuliaan tanaman (artikel varietas hibrida).
3. Hibrida memiliki arti berbeda di bidang biologi molekular, lihat hibridisasi
(biologi molekular). Dalam pertanian, yang dimaksud dengan varietas hibrida adalah tipe kultivar yang berupa keturunan langsung dari persilangan antara dua atau lebih populasi pemuliaan. Populasi pemuliaan yang dipakai dapat berupa varietas bersari bebas (baik sintetik maupun komposit) ataupun galur/lini. Varietas hibrida dibuat untuk mengambil manfaat dari munculnya kombinasi yang baik dari tetua yang dipakai. Jagung hibrida dan padi hibrida memiliki daya tumbuh yang lebih tinggi, relatif lebih tahan penyakit, dan potensi hasilnya lebih tinggi. Ini terjadi karena munculnya gejala heterosis yang hanya dapat terjadi pada persilangan. Pada kelapa hibrida, gejala heterosis tidak dimanfaatkan, tetapi dua sifat baik dari kedua tetua yangtergabung pada keturunannya dimanfaatkan. Kelapa sawit yang dibudidayakan juga merupakan hibrida dengan alasan yang sama.
(13)
commit to user
Pada prinsip rangkian proses produksi benih padi hibrida sama dengan produksi benih padi bersetifikat. Perbedaan terdapat pada tahapan penyiapan galur induk jantan dan betina yang berasal dari jenis yang berbeda sifat genetiknya. Sebagai contoh adalah jantan mempunyai sifat genetik produksinya tinggi (diatas 5 ton per hektar) sedangkan induk betina mempunyai sifat genetik enak rasanya. Pada umumnya persilangan kedua galur jantan dan betina ini sudah diuji berulang kali melalui penelitian yang panjang. Teknologi produksi benih hibrida sangat berbeda dari varietas non hibrida. Benih hibrida harus diproduksi setiap musim tanam, dan dipertahankan kemurnian genetiknya hingga lebih dari 98% agar dicapai hasil yang memuaskan. Sebagai contoh kasus produksi benih hibrida akan disampaikan berdasarkan hasil penelitian IRRI (International Rice Research Institute) yang berlokasi di Filipina yaitu varietas Magat (PSB Rc26H, lama penanaman 110 hari dengan rata-rata produksi 5.6 ton/ha), Metsizo (PSB Rc72H dengan waktu penanaman 123 hari dan rata-rata hasil 5.4 t/ha) dan Panay (PSB Rc76H dengan waktu penanaman selama 106 hari dan hasil produksi rata-rata 4.8 t/ha). Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina buahi oleh serbuksari dari anther varietas yang berbeda atau galur yang digunakan sebagai induk jantan. Hasil persilangan kedua induk tersebut disebut sebagai “First Generation” atau turunan generasi pertama atau “first filial generation” dan dikenal dengan istilah (F1) yang merupakan hasil penyilangan antara dua varietas padi yang berbeda secara genetik. Padi hibrida pada umumnya memberi peluang hasil produksi yang lebih tinggi, IRRI (2006)
Benih padi hibrida F1 menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15% dibandingkan dengan varietas yang dihasilkan melalui persilangan sendiri. Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang semakin menyempit, maka penggunaan varietas hibrida merupakan salah satu solusi yang tepat. Sebelum melakukan serangkaian proses produksi benih padi hibrida, sebaiknya dianalis terlebih dahulu standar benih padi hibrida yang telah ditetapkan. Penguasaan informasi tentang standar kualitas benih dapat memudahkan pengelolaan proses kegiatan di lapangan budidaya. Sebagai contoh untuk standar kemurnian benih padi hibrida adalah 98%, artinya penangkar benih harus melakukan roguing dengan sangat seksama jangan sampai ada varietas lain yang tumbuh selain 2 varietas induk jantan dan induk betina yang direncanakan untuk disilangkan agar menghasilkan benih padi hibrida. Contoh kedua adalah tentang standar kadar air
(14)
commit to user
maksimal 14%. Dengan adanya pengetahuan tentang informasi standar benih padi tersebut, maka penangkar benih akan melakukan kegiatan pengeringan benih
(15)
commit to user
III. TATALAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan 1. Tempat Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang dilaksanakan di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih ( BPSB ) Jawa Tengah Jl Solo-Jogja Km 15 Sraten-Gatak-Sukoharjo.
2. Waktu Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan yaitu dimulai pada tanggal 31 Januari 2011 sampai dengan tanggal 28 Pebruari 2011.
B. Cara Pelaksanaan
Adapun Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini yaitu : 1. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah metode Deskriptif Analitik, yaitu metode penerapan permasalahan sehingga memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam konteks teori–teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan dan dengan pencatatan yaitu mencatat data–data yang diperlukan dari sumber yang dapat dipercaya.
3. Metode Analisis Data
Data yang tekumpul dianalisis dengan menggunakan tabulasi representatif yaitu dengan menganalisa data yang telah terkumpul dengan analisis kualitatif. Pada kasus–kasus tertentu mahasiswa dapat pula menjelaskan secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori atau keterangan yang relevan.
(16)
(17)
(18)
commit to user
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi
1. Sejarah Umum
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah merupakan lembaga instansi pemerintah yang bertugas sebagai pengawas dan mengurusi masalah pembenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. BPSB ini berdiri resmi pada tahun 2001 dan disyahkan oleh Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah. Untuk mendirikan lembaga atau instansi seperti BPSB Jawa Tengah ini membutuhkan waktu dan biaya yang besar oleh karena itu disetiap Propinsi hanya terdapat satu instansi saja.
Berikut tahapan-tahapan berdirinya BPSB Jawa Tengah. Tabel 4.1 Tahapan berdirinya BPSB Jawa Tengah.
No Tahap kegiatan tahunan Keterangan
1 1971 Produksi benih bermutu
2 1978 Mulai membentuk seksi pengawasan mutu
dan menyatu dengan BBI
3 1982 Resmi berdiri sebagai BPSB untuk 13
Propinsi
4 1994 Perubahan struktur menjadi Balai
Pengawasan Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH)
5 2001 Otonomi daerah menjadi BPSB Jawa
Tengah Sumber : BPSB
Setelah terjadi otonomi daerah BPSB Jawa Tengah resmi berdiri sebagai satu-satunya lembaga instansi pemerintah yang mengawasi dan menangani masalah perbenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. Seiring perkembangan teknologi BPSB Jawa Tengah bisa menjalankan tugas dengan baik maka pada tahun 2005 mendapat penghargaan dari pemerintah yaitu: Piagam Abdi Bakti Tani dan Piala Abdi Bakti Tani. Kantor BPSB Jawa Tengah juga dilengkapi dengan laboratorium yang sudah diakreditasikan dan dipercaya pemerintah sebagai salah satu instansi pemerintah yang menguji, mengawasi, dan menangani, kegiatan perbenihan diseluruh daerah Jawa Tengah. Lokasi kantor BPSB Jawa Tengah sangat
(19)
commit to user
strategis yaitu berada tepat dipinggir jalan raya yang beralamatkan di “Jl.Raya Solo-Jogja Km 15 Sraten gatak Sukoharja”. Sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan jalur darat. Dalam menjalankan tugasnya BPSB Jawa Tengah dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian penerimaan benih, bagian sertifikasi, bagian kultivar, bagian laboratorium, bagian pemasaran, dan bagian wilayah Surakarta.
2. Letak Geografis
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah (BPSB) merupakan lembaga instansi pemerintah yang bergerak dalam pengawasan dan sertifikasi benih tanaman pangan dan tanaman holtikultura yang berada diseluruh daerah Jawa Tengah. Kantor BPSB terletak Jl.Raya Solo-Jogja Km 15 Sraten gatak Sukoharja, daerah ini terletak diantara ketinggian 300 m dpl sehingga sangat strategis dijangkau oleh kendaraan darat.
3. Struktur Organisasi BPSB
Struktur organisasi yang ada di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Propinsi Jawa Tengah menggunakan sistem garis lurus dengan pembagian tugas dan pertanggung jawaban yang jelas. Struktur organisasi di Balai Pengawan dan Sertifikasi Benih Propinsi Jawa Tengan adalah sebagai berikut:
Kepala
BPSB Propinsi Jawa Tengah
(20)
commit to user
Gambar : 4.1 struktur organisasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Propinsi Jawa Tengah
Keterangan :
1. Kepala BPSB
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan di BPSB 2. Sub Bag. TU (Tata Usaha)
Mengurus seluruh kegiatan tata usaha di BPSB. 3. Kelompok Fungsional
Melaksanakan pengawasan mutu dan teknis benih. 4. Seksi Pelayanan Teknis
Melaksanakan kegiatan administrasi dan informasi teknis serta perencanaan dan pengelolaan secara teknis.
5. Seksi Pengembangan dan Pengendalian Mutu
Melaksanakan pengembangan, pengendalian, pengawasan mutu benih dan sertifikasi serta membuat aturan yang diusulkan ke pusat.
.
Pembagian Tugas :
• SUB. BAGIAN TATA USAHA
Pelaksanaan, menyiapkan bahan rencana kerja dan pengelolaan administrasi Kepegawaian, Keuangan, Dokumentasi, Perpustakaan,, perlengkapan dan Rumah Tangga, Surat menyurat serta pelaporan Balai.
• SEKSI PELAYANAN TEKNIS
Menyiapkan bahan, rencana kegiatan teknis operasional, pelaksanaan administrasi dan kebijakan teknis operasional, pengelolaan peralatan,
(21)
commit to user
dokumentasi dan penyampaian informasi teknis, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pelayanan teknis.
• SEKSI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN MUTU TEKNOLOGI
Menyiapkan bahan, rencana kegiatan teknis operasional, pelaksanaan administrasi dan kebijakan teknis operasional , pengkajian, pengembangan, pengamanan dan pengendalian pelaksanaan pengawasan mutu dan sertifikasi benih, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan dan pengendalian mutu.
B. Hasil dan Pembahasan
Sertifikasi Benih Padi Hibrida
1. Benih yang ditanam
a. Benih Penjenis (BS) berasal dari :
1) Galur mandul jantan (CMS = A x galur pelestari = B) varietas padi tanpa serbuk sari yang hidup dan berfungsi yang dianggap sebagai tetua betina dan menerima serbuksari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih hibrida
2) Galur pelestari (Maintainer = B); 3) Galur pemulih kesuburan (restorer = R) b. Benih Dasar (BD) berasal dari :
1) Galur pelestari (Maintainer = B);
(22)
commit to user
c. Benih Sebar (BR) berasal dari hasil persilangan CMS (galur mandul jantan
= A) x Restorer (pemulih kesuburan = R) 2. Area sertifikasi benih
a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan
jelas batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi dapat terdiri dari suatu hamparan yang terdiri dari beberapa petak atau beebrapa unit yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan lain unit tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman yang lain.
c. Dalam suatu areal sertifikasi hanya dapat diproduksi benih satu varietas dan satu kelas benih.
d. Kisaran waktu tanam untuk setiap galur tertua dalam satu areal CMS 5 hari, sedangkan kisaran waktu tanam untuk restorer disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Sinkronisasi saat berbunga. Kedua tetua harus berbunga pada saat yang sama. Oleh karena itu tanggal penanaman dari kedua tetua seringkali harus bervariasi
3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih
Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih padi hibrida : a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih pada hibrida bersertifikat diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan bekas tanaman padi, maka produsen benih harus mampu untuk membersihkan voluntir melalui tehnologi khusus dengan ketentuan :
1) Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif
2) Sistem tanam harus secara tandur jajar, agar memudahkan dalam
perawatan tanaman dan akan tampak rapi.
3) Persemaian dan pertanaman dilakukan pada areal yang bebas voluntir b. Isolasi
1) Lahan produksi benih padi hibrida yang akan disertifikasi harus jelas
terpisah dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 500 meter untuk BS, 100 meter untuk BD dan 50 meter untuk BR
(23)
commit to user
2) Apabila isolasi jarak tidak bisa dipenuhi dapat menggunakan isolasi
waktu yaitu dengan mengatur tanggal tanam sedemikian rupa sehingga saat pembungaan berbeda minimal 21 hari
3) Isolasi dapat juga menggunakan penghalang setinggi 2 meter c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1) Pada masa pertanaman aktif membentukanakan (phase vegetatif) harus
dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang hama dan penyakit sebelum pemeriksaan lapangan dilaksanakan.
2) Pembersihan dan seleksi (reguing) pada waktu pertanaman berbunga
dilakukan pagi hari, setiap saat sebelum penyerbukan. Pemeriksaan lapangan phase berbunga (kedua) dilakukan 3 kali.
3) Seleksi (roguing) harus dilakukan pula sebelum pemeriksaan lapangan
terakhir (phase masak).
4) Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama dan ketiga tidak memenuhi
standar lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan satu kali pada phase vegetatif dan masak, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan harus diroguing terlebih dahulu. Bilamana pada pemeriksaan ulangan tidak memenuhi standar lapang, Misal dalam satu area lahan 50% padi yang ditanam sudah mati atau rusak. maka sertifikasi benih tidak bisa dilanjutkan.
5) Pada pemeriksaan phase berbunga (kedua) tidak diberi kesempatan
(24)
commit to user
6) Sebelum pemeriksaan phase masak, pertanaman restorer harus dipanen
lebih dahulu paling lambat 5 hari sebelum panen CMS.
7) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi/roguing adalah tipe
pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal batang, bentuk/tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah, warna gabah dan sudut daun bendera, serta malai yang berisi penuh pada pertanaman CMS.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, lantai jemur, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan digunakan dalam memproduksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih.
Sebelum panen CMS, restorer harus dipanen terlebih dahulu, pengawasan panen dan pengolahan benih untuk menjamin bahwa benih yang dipanen dan diolah tidak tercampur dengan Restorer atau tercampur varietas lain.
i. Syarat gudang
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum
benih disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu
minggu sebelum penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang
(25)
commit to user
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium1) Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil
dari setiap kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2) Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya
diijinkan untuk pengujian daya tumbuh.
3) Pengawasan Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas
permintaan produsen benih.
4) Kemasan conth benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1) Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu
susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat, mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya dan memudahkan pengambilan contoh benihnya
2) Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman
pengambilan contoh yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 700 gram l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal Cold storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15 bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih yang bersangkutan.
(26)
commit to user
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang dibangian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel.
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang label dapat diganti atau ditutup dengan label LU (lulus uji) dan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat 1) Standar lapangan
No Uraian BS BD BR
1 2 3 4
5
Isolasi jarak (m) Isolasi waktu (hari)
Isolasi tanaman lain/barier (min) tinggi (m)
CVL/tipe simpang (max) % - CVL Maintainer (max) - CVL Restorer (max) % - CVL CMS (max) % Gulma berbahaya (%)
500 30 - 0,0 - 0,0 0,0 100 30 - - - - 0,0 50 21 2 - 0,0 0,2 0,0
2) Standar pengujian laboratorium
No Uraian BS BD BR
1 2 3 4 5 6
Kadar air (max) % Benih murni (min) % Kotoran benih (max) %
Tanaman lain/benih gulma (max) % CVL/tipe simpang (max) %
Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 80 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 80 13,0 98,0 2,0 0,0 0,5 80
Catatan : BS untuk standar CMS
(27)
commit to user
BR untuk produksi F1
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan
1) Menilai kemurnian genetik
2) Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri dari varietas lain dan
tipe simpang
3) Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan
melalui benih
4) Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1) Pemeriksaan lapangan sistem check plot
Dilaksanakan pada pertanaman CMS untuk menilai campuran varietas lain dan tingkat kemurnian CMS.
Dilakukan pada setiap kelompok benih materi induk CMS dengan cara :
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
tanpa pertanaman Restorer
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama
pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut
Persentase CVL =
x
100
%
tanaman
000
.
1
2)
Ulangan
1
(Ulangan
CVL
Jumlah
+
Dengan pengertian :
CVL adalah campuan varietas lain
c) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama
pertumbuhan dengan perhitungan sterilitas CMS sebagai berikut
Persentase sterilitas CMS = x 100%
hampa) (isi malai 100 gabah Jumlah 2 Ulangan 1 (Ulangan malai 100 hampa gabah Jumlah + + Kriteria steril
(1)Steril penuh : 100 %
(2)Sangat steril : 99,00 – 99,99 %
(28)
commit to user
Standar sterilitas :Sterilitas CMS untuk produksi CMS = Standar minimal 98 % Sterilitas CMS untuk produksi benih F1 = Standar minimal 95 %
2) Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 (empat) kali, yaitu :
(1)Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a)Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah
(b)Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam
(2)Pemeriksaan lapangan pertama
(a)Dilakukan pada phase vegetatif, yakni pemeriksaan dilakukan ±
20 – 50 hari setelah tanam
(b)Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan
- Phase vegetatif belum berakhir
- Waktunya ditentukan bersama oleh pengawas benih dan
penangkar/produsen benih
- Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama
- Hanya diberikan mengulang 1 (satu) kali
(3)Pemeriksaan lapangan kedua/phase berbunga
(a)Dilakukan sebanyak 3 kali, yakni pada waktu ;
- Awal berbunga sebelum bunga mekar, sebelum sekam
mahkota mulai terbuka dan benang sari tampak memutih
- Pertengahan berbunga
- Akhir berbunga
(b)Pemeriksaan lapangan berbunga dilakukan 3 kali dengan selang
waktu 3 – 4 hari dan tidak ada pemeriksaan ulangan pada pemeriksaan phase berbunga
(4)Pemeriksaan lapangan ketiga
(29)
commit to user
(b)Dilakukan pada phase masak, yakni pada waktu :
- Tanaman sudah mulai menguning
- Isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kaku
- Paling lambat 5 hari sebelum panen
- Dapat dilakukan pemeriksaan lapangan ulangan 1 kali
b) Pemeriksaan persyaratan (1)Pemeriksaan persyaratan
(a)Kebenaran nama dan alamat pemohon
(b)Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan
lain-lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih
(c)Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada areal tanah tersebut
(d)Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut
(e)Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam
dan kelas benih yang akan dihasilkan (2)Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a)Memenuhi syarat,a tau (b)Tidak memenuhi syarat, atau
(c)Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya : pengerjaan tanah
yang lebih intensif karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga
(30)
commit to user
(a)Pemeriksaan persyaratan- Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya
- Letak, lulus dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan
diperiksa
(b)Membuat sket/peta areal dan penentuan blok (c)Pelaksanaan pemeriksaan
- Sistem sampling adalah dengan menghitung jumlah contoh
pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang berlaku
- Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan
minimum 5 contoh pemeriksaan
- Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2
ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu
- Rumus : X =
2
8
Y
+
X = jumlah contoh yang diperlukan (dibulatkan keatas) Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha)
(d)Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada
sket/peta areal pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan tersebut di atas
(2)Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa : (a)Isolasi jarak
Isolasi jarak untuk masing-masing kelas benih sebagai berikut : (a.1) Antara dua areal sertifikasi benih dengan
Maintainer/Restorer tidak diperlukan isolasi jarak
(a.2) Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi dengan ketentuan sebagai berikut :
- Perbanyakan CMS paling sedikit 500 meter untuk BS dan
100 meter untuk BD pada perbanyakan Maintainer dan Restorer
- Benih hibrida (BR) paling sedikit 50 meter (b)Isolasi waktu
(31)
commit to user
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga berbeda minimal 21 hari.
(c)Isolasi penghalang minimal 2 meter
(d)Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
- Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak
- Apabila dari tanaman yang rebah terdapat sebagian tanaman
masih berdiri dan mengelompok pada phase berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah
- Apabila campuran varietas lain dijumpai secara mengelompok,
pada phase berbunga/masak maka areal tersebut sebagian dapat ditolak dan dikeluarkan dari areal sertifikasi
(3)Jumlah rumpun yang akan diperiksa terdiri dari :
(a)Perbanyakan benih padi hibrida (F1) dan CMS
- Cytoplasmic Male Sterile (CMS = A) = 400 rumpun per contoh
pemeriksaan
- Restorer (R) = 400 rumpun per contoh pemeriksaan
(b)Perbanyakan benih CMS (antara CMS/Maintainer) cara sama
dengan perbanyakan benih F1
(c)Perbanyakan Restorer = 400 rumpun per contoh pemeriksaan
(sama dengan sertifikasi padi non hibrida)
(d)Perbanyakan Maintainer (B) = 400 rumpun per contoh
pemeriksaan (sama dengan sertifikasi padi non hibrida)
(4)Penentuan populasi dan penyebaran contoh pemeirksaan di lapangan
(a)Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil
perhitungan pada rumus tersebut di atas
(b)Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan rumus di
atas, dan diberi tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan (5)Pemeriksaan tiap areal contoh pemeriksaan
(a)Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat
(32)
commit to user
(b)Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang
(c)Menghitung semua anakan/malai yang diserang hama/ penyakit
yang dapat ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku
(6)Faktor-faktor yang diperiksa seperti pada tabel di bawah ini :
Phase vegetatif Phase berbunga Phase masak
1. Tipe pertumbuhan
2. Kehalusan daun
3. Warna helai daun
4. Warna lidah daun
5. Warna telinga daun 6. Warna leher daun
7. Warna daun
8. Lebar daun
9. Warna pangkal
batang
1. Bentuk/tipe malai 2. Leher malai
3. Bentuk gabah
4. Bulu pada ujung
gabah
5. Warna ujung gabah
6. Warna gabah
7. Warna polen
8. Polen fertil/steril
9. Sudut daun bendera
1. Bentuk/tipe malai 2. Leher malai
3. Bentuk gabah
4. Warna gabah
5. Warna ujung gabah
6. Bulu pada ujung
gabah
7. Sudut daun bendera
8. Gabah hampa/gabah
isi permalai
(7)Cara menghitung persentase campuran varietas lain (CVL) dan tipe
simpang
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
% 100 x 400 1 x n pemeriksaa contoh Jumlah (rumpun) simpang dan tipe lain arietas campuran v Jumlah
d) Hasil pemeriksaan lapangan
(1)Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan ke dalam formulir yang
sudah disediakan oleh instansi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap pemeriksaan lapangan (2)Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan
selambat-lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan
(33)
(34)
commit to user
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil magang yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem bersanksi resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin.
Sertifikasi benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera, dengan hanya memeriksa benihnya saja. Dengan demikian sertifikasi benih padi hibrida sangat penting dan menentukan bagi perkembangan kesejahteraan perekonomian khususnya para petani.
Adapun acuan dari sertifikasi benih padi hibrida yaitu mengacu pada ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/ OT.140/8/2006.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diperoleh maka saran yang dapat disampaikan yaitu :
Penggunaan benih padi hibrida yang bersertifikat harus lebih ditingkatkan. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek. Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif, keberhasilan penanaman padi hibrida secara intensif menunjukkan bahwa varietas padi hibrida merupakan teknologi yang praktis dalam peningkatan produksi padi dan tetap berpegang pada standar sertifikasi yang telah ditetapkan.
(35)
(36)
(1)
commit to user
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga berbeda minimal 21 hari.
(c)Isolasi penghalang minimal 2 meter
(d)Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
- Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak
- Apabila dari tanaman yang rebah terdapat sebagian tanaman
masih berdiri dan mengelompok pada phase berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah
- Apabila campuran varietas lain dijumpai secara mengelompok,
pada phase berbunga/masak maka areal tersebut sebagian dapat ditolak dan dikeluarkan dari areal sertifikasi
(3)Jumlah rumpun yang akan diperiksa terdiri dari :
(a)Perbanyakan benih padi hibrida (F1) dan CMS
- Cytoplasmic Male Sterile (CMS = A) = 400 rumpun per contoh
pemeriksaan
- Restorer (R) = 400 rumpun per contoh pemeriksaan
(b)Perbanyakan benih CMS (antara CMS/Maintainer) cara sama
dengan perbanyakan benih F1
(c)Perbanyakan Restorer = 400 rumpun per contoh pemeriksaan
(sama dengan sertifikasi padi non hibrida)
(d)Perbanyakan Maintainer (B) = 400 rumpun per contoh
pemeriksaan (sama dengan sertifikasi padi non hibrida)
(4)Penentuan populasi dan penyebaran contoh pemeirksaan di lapangan
(a)Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil
perhitungan pada rumus tersebut di atas
(b)Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan rumus di
atas, dan diberi tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan (5)Pemeriksaan tiap areal contoh pemeriksaan
(a)Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat
(2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
(b)Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang
(c)Menghitung semua anakan/malai yang diserang hama/ penyakit
yang dapat ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku
(6)Faktor-faktor yang diperiksa seperti pada tabel di bawah ini :
Phase vegetatif Phase berbunga Phase masak
1. Tipe pertumbuhan
2. Kehalusan daun
3. Warna helai daun
4. Warna lidah daun
5. Warna telinga daun 6. Warna leher daun
7. Warna daun
8. Lebar daun
9. Warna pangkal
batang
1. Bentuk/tipe malai 2. Leher malai
3. Bentuk gabah
4. Bulu pada ujung
gabah
5. Warna ujung gabah
6. Warna gabah
7. Warna polen
8. Polen fertil/steril
9. Sudut daun bendera
1. Bentuk/tipe malai 2. Leher malai
3. Bentuk gabah
4. Warna gabah
5. Warna ujung gabah
6. Bulu pada ujung
gabah
7. Sudut daun bendera
8. Gabah hampa/gabah
isi permalai
(7)Cara menghitung persentase campuran varietas lain (CVL) dan tipe
simpang
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
% 100 x 400 1 x n pemeriksaa contoh Jumlah (rumpun) simpang dan tipe lain arietas campuran v Jumlah
d) Hasil pemeriksaan lapangan
(1)Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan ke dalam formulir yang
sudah disediakan oleh instansi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap pemeriksaan lapangan (2)Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan
selambat-lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan
(3)
(4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil magang yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
Sertifikasi benih adalah suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan dan produksi benih. Sertifikasi benih merupakan sistem bersanksi resmi untuk perbanyakan dan produksi benih yang terkontrol. Untuk memelihara dan menyediakan benih serta bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan identitas genetik yang terjamin.
Sertifikasi benih adalah untuk memberikan jaminan bagi pembeli benih (petani atau penangkar benih) tentang beberapa aspek mutu yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera, dengan hanya memeriksa benihnya saja. Dengan demikian sertifikasi benih padi hibrida sangat penting dan menentukan bagi perkembangan kesejahteraan perekonomian khususnya para petani.
Adapun acuan dari sertifikasi benih padi hibrida yaitu mengacu pada ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/ OT.140/8/2006.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diperoleh maka saran yang dapat disampaikan yaitu :
Penggunaan benih padi hibrida yang bersertifikat harus lebih ditingkatkan. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek. Padi hibrida berperan untuk meningkatkan produksi. Teknologi pengembangan padi hibrida yang diterapkan secara intensif, keberhasilan penanaman padi hibrida secara intensif menunjukkan bahwa varietas padi hibrida merupakan teknologi yang praktis dalam peningkatan produksi padi dan tetap berpegang pada standar sertifikasi yang telah ditetapkan.
(5)
(6)