UMI FATKIYAH BAB I 5 FINISH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang penting, karena

  itulah Allah SWT berkehendak menciptakan manusia, dan Dia pulalah merupakan pokok misi di dalam kehidupan. Allah mewajibkan kepada manusia bukan untuk kepentingan Nya, akan tetapi justru untuk kebaikan manusia sendiri, agar manusia mencapai derajat takwa yang dapat mensucikan manusia dari kesalahan dan kemaksiatan, sehingga manusia dapat keberuntungan dengan keridlaan Allah dan surga Nya, serta dijauhkan dari api neraka dan azab Nya.

  Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah : 21 :

  $pκš‰r'‾≈tƒ öΝä3ª=yès9 öΝä3Î=ö6s% ÏΒ tÏ © $#uρ öΝä3s)n=s{ “Ï © $# ãΝä3−/u‘ (#ρ߉ç6ôã$# â¨$¨Ψ9$# ∩⊄⊇∪ tβθà)−Gs?

  Artinya : “

  ” (al Qur’an dan Terjemahnya).

  Pada hakikatnya, jika manusia isi seluruh kehidupannya untuk beribadah dan beramal dalam rangka taat kepada Allah SWT, belum seimbang untuk mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan kepadanya. Salah satunya Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 18 :

  ∩⊇∇∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θà tós9 ©!$# āχÎ) 3 !$yδθÝÂøtĩB Ÿω «!$# sπyϑ÷èÏΡ (#ρ‘‰ãès? βÎ)uρ

  Artinya : “

  ” (An Nahl : 18) (al Qur’an dan Terjemahnya). Sesunggguhnya pengabdian manusia yang kepada Allah semata dan ibadah manusia yang hanyalah untuk Allah, merupakan kemuliaan yang agung dan mempunyai kedudukan yang tinggi. Sehingga Allah mensifatinya sebagai makhluk termulia di sisi Nya.

  Salah satu ibadah wajib yang dilakukan setiap muslim mukallaf (orang muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan agama, sebab sudah dewasa dan berakal baligh dan sudah mendengar seruan agama) yang dikerjakan setiap hari dan setiap waktu adalah ibadah shalat. Shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting dari agama Islam. Shalat merupakan tiang, penyangga yang sekaligus menjadi ciri Islam dan juga pembeda antara si kafir dan si muslim. Shalat merupakan syarat mencapai keselamatan dan penyangga iman seseorang, ia juga sebagai penghubung antara hamba dan Tuhannya, ia adalah penyejuk mata dan pelipur hati.

  Begitu mulia dan luhur nilainya, sehingga shalat itu pertama kali diwajibkan pada malam Isra ’ dan Mi’raj seolah olah hal ini menunjukkan pada Maha Pencipta untuk memperoleh tambahan iman dan takwa (Masyhur, 1990 : 15).

  Shalat merupakan salah satu kajian dalam fiqih yang bersumber dari Al Qur’an dan hadits. Dalam fiqih sendiri yang menjadi kajian utama bagi umat Islam dalam berbagai persoalan, baik mengenai ibadah fi’liyah, muamalah dan juga khablu minannas. Untuk itu Allah SWT memerintahkan semua umat manusia agar menggunakan akal pikirannya dengan sebaik baiknya, memperhatikan dan merenung segala ciptaannya. Salah satu cara untuk mengetahui, mengenal, mengimani sifat sifat dan kekuasaan Allah SWT ialah dengan memperhatikan segala mahluk ciptaannya (Arief, 2007 : 88).

  Fiqih merupakan salah satu materi pelajaran yang di dalamnya antara lain memuat tentang bagaimana tata cara shalat yang telah diajarkan kepada manusia sebagaimana dulu dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena shalat merupakan ibadah yang penting untuk dikuasai, maka fiqih menjadi sangat penting untuk dipelajari dari kecil sesuai dengan perkembangan dan tingkat kemampuan anak dalam menguasai materi yang disampaikan. Karena anak yang pada masa kecilnya tidak mendapat pendidikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama (Darajat, 2001 : 59).

  Pendidikan fiqih bagi anak merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh para orang tua dan para pendidik. Di rumah orang tua mempunyai kewajiban mendidik dan mengajari ilmu fiqih dengan baik dan benar.

  Untuk mencapai keinginan di atas tidaklah mudah, seorang pendidik harus bisa menguasai pelajaran dan juga harus mengetahui metodologi pengajaran dengan baik, termasuk di dalamnya memilih media yang pas untuk digunakan dalam proses pembelajaran fiqih. Karena yang menjadi kendala sampai saat ini adalah siswa sering tidak memahami pelajaran yang di sampaikan oleh guru karena guru mengalami kesulitan dalam menentukan media apa yang cocok untuk dipakai dalam mengajarkan mata pelajaran fiqih khususnya dalam materi tata cara pelaksanaan shalat.

  Media yang digunakan biasanya menggunakan media konvensional yaitu papan tulis, di mana dalam proses pembelajaran tersebut siswa hanya mencatat dari apa yang ditulis di papan tulis dan juga mendengarkan ceramah sang guru tentang pengetahuan dan informasi. Sehingga timbul sifat pasif dari pihak murid, dan muridpun akan merasa bosan dengan pembelajaran di kelas. Jika hal tersebut dibiarkan berkelanjutan tanpa ada penanganan khusus maka siswa akan bertambah semakin tidak dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penting dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas tentang upaya meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam Semarang tahun pelajaran 2009/2010 yaitu melalui penggunaan media gambar.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam gerakan shalat sebelum penggunaan media gambar pada siswa kelas II MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010?

  2. Bagaimana media gambar digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam gerakan shalat pada siswa kelas II di MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010?

  3. Bagaimana prestasi siswa dalam gerakan shalat setelah mengikuti pelajaran dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas II di MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui prestasi belajar siswa dalam gerakan shalat sebelum penggunaan media gambar pada siswa kelas II MI Ma’arif Candirejo

  2. Mengetahui penggunaan media gambar sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam gerakan shalat pada siswa kelas II di MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

  3. Mengetahui prestasi siswa dalam hal gerakan shalat setelah mengikuti pelajaran dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas II di MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis.

  Penelitian ini diupayakan untuk meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam gerakan shalat pada siswa MI khususnya tentang media yang tepat dalam pembelajaran fiqih pada satuan pembelajaran tingkat dasar (SD dan MI).

  2. Secara Praktis.

  a. Kurikulum; sebagai bahan pertimbangan perbaikan kurikulum pembelajaran fiqih, khususnya tentang materi shalat.

  b. Guru Agama Islam; penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk dapat menggunakan media dalam pembelajaran fiqih.

  c. Siswa; dengan menggunakan media dalam pembelajaran fiqih

  E. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam gerakan shalat pada siswa kelas II di MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010”.

  F. Definisi Operasional

  Agar tidak terjadi salah pengertian dari penelitian ini, maka perlu penulis definisikan hal hal berikut ini:

  1. Upaya Meningkatkan Yang dimaksud dengan upaya adalah usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud (Poerwadarminta, 1982 : 1132), sedang yang dimaksud dengan meningkatkan adalah menaikkan derajat atau taraf dengan melalui suatu proses dalam sebuah alur yang menuju pada nilai agar menjadi lebih baik (Poerwadarminta, 1982 : 1078).

  Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan upaya meningkatkan adalah suatu usaha untuk menaikkan derajat dengan meningkatkan melalui suatu proses dalam sebuah alur yang menuju pada nilai agar menjadi praktis.

  2. Prestasi Belajar Fiqih Prestasi adalah hasil yang telah tercapai (dilakukan, dikerjakan dan antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan (Uzer Ustman, 1990 : 2).

  Fiqih secara istilah adalah mengetahui hukum hukum syara’, baik yang furu’ maupun juz’i, dari dalil dalilnya yang terperinci seperti hukum bersuci, haid, nifas, shalat, puasa, nikah, talak dan seterusnya yang dikenal oleh kaum muslimin dengan nama ilmu fiqih (Qardhawi, 1998 : 211)

  Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan prestasi belajar fiqih adalah hasil dari suatu kegiatan yang dilakukan melalui pendidikan dan latihan yang sistematis, sehingga nantinya dapat diukur tingkat kemampuan hasil pembelajaran fiqih dengan suatu pengujian/tes yang telah ditentukan.

  3. Gerakan Shalat Arti dari gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak

  (Poerwadarminta, 1982 : 317). Usaha atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang nantinya akan membuahkan hasil, yakni berhasil dalam melaksanakan tata tertib urutan shalat.

  Shalat menurut Muhammad Nur Sahid (2009 : 28) adalah berhadap hati kepada Allah SWT sebagai ibadah, yang diwajibkan atas tiap tiap orang Islam, baik laki laki maupun perempuan. Berupa perbuatan/perkataan dan berdasarkan atas syarat syarat dan rukun

  Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melaksanakan shalat harus sesuai dengan tuntunan, yaitu dalam gerakan dan bacaannya. Yang dituntut disini adalah ada gerakan tertentu.

  4. Media Gambar Media secara lebih luas dapat diartikan manusia, benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa memungkinkan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Usman, 2010 : 125)

  Gambar adalah simbol simbol komunikasi visual sebagai pengganti dari keaslian suatu keadaan/benda. Jadi media gambar adalah sebuah simbol pengganti dari suatu keadaan atau benda yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

  Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud upaya meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam gerakan shalat melalui penggunaan media gambar adalah usaha yang akan dicapai dalam menerapkan pembelajaran fiqih tentang materi shalat, yang menekankan gerakan shalat yang ditempuh melalui media gambar.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maksud dari penelitian ini adalah merupakan salah satu cara yang strategis untuk sekolah secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada guru dalam menunaikan misi profesional kependidikannya (Zainal Aqib, 2006 : 18).

  2. Subyek Penelitian a. Siswa.

  Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas II MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 12 orang siswa putra dan 10 orang siswa putri.

  b. Peneliti.

  Penelitian ini dilakukan oleh guru mata pelajaran fiqih kelas II.

  c. Mitra / kolaborator / teman sejawat.

  Dalam pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh mitra/kolaborator, yaitu guru kelas II.

  3. Tempat dan Waktu

  Penelitian dilaksanakan di MI Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab Semarang tahun pelajaran 2009/2010 tepatnya di kelas II mulai pada bulan Mei sampai Juni 2010, melalui tiga siklus pertemuan.

  4. Rancangan Penelitian melalui beberapa siklus. Sedangkan untuk tiap siklus harus ditempuh melalui empat tahap/langkah tindakan. Langkah langkah yang akan ditempuh dalam tiap siklus penelitian, yakni :

  a. Perencanaan siklus

  b. Pelaksanaan tindakan kelas

  c. Observasi dan interprestasi

  d. Analisis dan refleksi Secara rinci, langkah langkah dalam siklus penelitian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

  b. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran kontekstual model berbasis masalah.

  c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk melaksanakan pada siklus berikutnya.

  Siklus 1 Rencana Refleksi awal/rancangan Tindakan/

  Siklus 2 Observasi Rencana yang Refleksi direvisi Tindakan/

  Observasi Siklus 3 Rencana yang Refleksi direvisi Tindakan /

  Observasi

  Gambar Alur Siklus Penelitian

5. Teknik Pengumpulan Data

  Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta atupun angka. Dari sumber SK menteri P dan K no. 0259/U/1977 tangal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 1997 : 99 100). penelitian digolongkan menjadi 2, yaitu data primer dan data skunder. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data skunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat fihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data skunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 2007 : 91).

  Demikian juga dalam penelitian, menurut sumber datanya, data dalam penelitian ini juga digolongkan menjadi 2, yaitu: a. Data primer yaitu sumber data yang berasal dari hasil evaluasi dan wawancara.

  Data primer yang akan dicari dalam penelitian ini adalah data nilai nilai dari hasil evaluasi setelah pelaksanaan siklus I, II dan III. Dan juga data data tentang keadaan sekolah dan keadaan para siswa, khususnya siswa kelas II sebagai subyek penelitian.

  b. Data sekunder yaitu sumber data yang berasal dari hasil studi dokumentasi (melihat dan menyalin dari dokumen dokumen yang sudah ada). Data sekunder yang akan dicari dalam penelitian ini adalah data nilai nilai raport semester kemarin sebagai panduan dasar untuk memahami

  Pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut:

  a. Wawancara yang dilakukan dengan pihak yang terlibat dalam penelitian.

  Cara kerja : Peneliti melakukan tes wawancara kepada siswa untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan siswa dalam pelaksanaan shalat terutama dalam hal gerakan shalat sebelum dan sesudah penelitian tindakan kelas dilakukan.

  b. Observasi yang dilakukan oleh peneliti dan kolabolator/teman sejawat selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan evaluasi kinerja peneliti. Cara kerja : Peneliti memegang peran sebagai pemandu jalannya proses pembelajaran, sedangkan kolaborator/teman sejawat mengamati dan mengevaluasi peneliti dalam proses pembelajaran.

  c. Catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat segala kegiatan, baik kegiatan siswa maupun guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

  d. Evaluasi, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan tindakan penelitian.

6. Analisis Data

  a. Tahap deskripsi yaitu suatu tahap dimana peneliti mendiskripsikan atau memaparkan data data yang telah diperoleh.

  b. Tahap klasifikasi yaitu tahap pengelompokan data data yang telah dideskripsikan sesuai permasalahan.

  c. Tahap analisis yaitu tahap menganalisa data data berdasarkan teori teori yang ada. Dalam hal ini membahas data primer, kendala kendala yang muncul selama tindakan maupun cara mengatasi kendala tersebut.

  d. Tahap interprestasi yaitu tahap pemahaman dan penafsiran terhadap analisis data penelitian.

  e. Tahap evaluasi yaitu tahap menilai atau mengevaluasi tahap hasil interprestasi.

H. Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Hipotesis Tindakan F. Definisi Operasional

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. pengertian Prestasi Belajar

  2. Faktor3Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  B. Fiqih

  1. Pengertian Fiqih

  2. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Fiqih

  3. Sumber Perumusan Fiqih

  4. Tujuan Mempelajari Fiqih

  C. Gerakan Shalat

  1. Pengertian Shalat

  2. Makna Gerakan Shalat

  3. Tata Cara Shalat

  D. Media Gambar

  1. Pengertian Media Gambar

  2. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

  3. Kriteria Gambar yang dijadikan Bahan Pengajaran

  4. Macam Macam Penggunaan Media Gambar

  BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian B. Deskripsi Pra Siklus

  BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Persiklus B. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Suharso, Ana, 2005 : 390). Jadi yang dimaksud dengan prestasi adalah bukti keberhasilan suatu usaha yang telah dicapai.

  Sedangkan belajar menurut Drs. H. A. Noerhadi Djamal (2004 : 26), secara umum dapat dipahami sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman kejadian yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami oleh seseorang. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan kaitannya dengan pengertian belajar, yaitu sebagai berikut : a. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, yang mana perubahan itu dapat mengarah ke tingkah laku yang lebih baik.

  b. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman atau latihan. c. Agar dapat dianggap sebagai belajar, maka perubahan yang terjadi dalam tingkah laku akhirnya harus menjadi sesuatu yang relatif tetap (Djamal, 2004 : 26 27).

  Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan melalui pendidikan dan latihan yang sistematis dan terencana sehingga terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian ke arah yang lebih baik atau yang ingin dicapai dalam pembelajaran atau latihan tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar.

2. Faktor3Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Usaha dan keberhasilan belajar (prestasi belajar) dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut, meliputi :

  a. Faktor faktor dalam diri individu (intern) 1). Faktor jasmaniyah

  Faktor jasmaniyah ini mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus menerus, tetapi ada yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra

  2). Faktor psikis atau rohaniah Faktor psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Untuk kelancaran belajar seseorang bukan hanya dituntut memiliki kesehatan jasmaniah tetapi juga kesehatan rohaniah. Seorang yang sehat rohaniahnya akan merasakan kebahagiaan dapat bergaul dengan orang lain dengan wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan orang lain, dapat tidur nyenyak, serta makan normal.

  b. Faktor faktor lingkungan (ekstern) Prestasi belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor faktor di luar diri siswa. Faktor faktor tersebut meliputi : 1). Faktor keluarga

  Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan.

  Di samping lingkungan fisik, kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga juga sangat berpengruh terhadap prestasi belajar siswa. Kondisi dan suasana ini menyangkut keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antar anggota keluarga.

  Iklim psikologis berkenaan dengan suasana afektif atau perasaan yang meliputi keluarga. Iklim psikologis yang sehat diwarnai oleh rasa sayang, percaya mempercayai, keterbukaan, keakraban, rasa saling memiliki antar anggota keluarga.

  Ketidakadaan ciri ciri di atas menunjukan iklim psikologis yang kurang sehat.

  2). Faktor lingkungan sekolah Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan prestasi belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi : lingkungan fisik sekolah seperti ruang kelas, sarana dan prasarana belajar yang ada. Sumber sumber belajar, media belajar, lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman temannya, guru gurunya, serta staf sekolah yang lain.

  Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan kurikuler dan sebagainya. Sekolah yang kaya dengan terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat belajar para siswanya.

  3). Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya.

  Lingkungan masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga lembaga pendidikan dan sumber sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan dan prestasi belajar siswa (Sukmadinata, 2003 : 162).

B. Fiqih

  Shalat merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam kurikulum mata pelajaran fiqih. Dalam materi shalat sendiri terdapat banyak pembahasan, di antaranya : syarat syah shalat, rukun shalat, sunnah sunnah shalat dan sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti mencoba meneliti tentang materi gerakan shalat. Sebelum membahas materi shalat, kemudian gerakan shalat, penulis akan terlebih dahulu membahas tentang fiqih, dimulai dari pengertian fiqih, ruang lingkup pembahasan fiqih, sumber perumusan fiqih, serta tujuan mempelajari fiqih.

1. Pengertian Fiqih Kata fiqih ( 566666678 ) secara bahasa berarti : “paham secara mendalam”.

  (#ρâ‘É‹ΨãŠÏ9uρ ÇƒÏe $# ’Îû (#θßγ¤)x tGuŠÏj9 ×πx Í←!$sÛ öΝåκ÷]ÏiΒ 7πs%öÏù Èe≅ä. ÏΒ tx tΡ Ÿωöθn=sù

  4 ∩⊇⊄⊄∪ šχρâ‘x‹øts† óΟßγ‾=yès9 öΝÍκöŽs9Î) (#þθãèy_u‘ óΟßγtΒöθs% #sŒÎ)

  Artinya : “

  ”. (Al Qur’an dan Terjemahnya).

  #

  Secara definitif Ibnu Subki dalam kitabnya # ’ ’ $ % berarti :

  Ilmu tentang hukum hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil dalil yang tafsili.

  Sedangkan Al Amidiy memberikan definisi fiqih yang berbeda dengan definisi di atas yaitu : “Ilmu tentang seperangkat hukum hukum syara’ yang bersifat ! " yang berhasil didapatkan melalui penalaran atau .

  Dengan menganalisa kedua definisi tersebut di atas, dapat dirumuskan hakikat dari fiqih itu sebagai berikut : a. Fiqih itu ilmu tentang hukum Allah

  ! "

  b. Yang dibicarakan adalah hal hal yang bersifat d. Fiqih itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan seorang mujtahid atau faqih.

  Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa fiqih itu adalah “ Dugaan kuat yang dicapai seseorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah” (Syarifuddin, 2003 : 4 7).

2. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Fiqih

   Ilmu tentang hukum hukum yang bertalian dengan perbuatan

  manusia disebut juga syari’at dalam arti khusus, yang umumnya para fuqaha menyebutnya dengan fiqih Islam, atau ilmu fiqih saja.

  Adapun pembahasan ilmu fiqih itu meliputi :

  a. Hukum hukum yang bertalian dengan pendekatan diri manusia kepada Tuhannya seperti shalat, zakat, puasa, dan haji yang disebut ibadah.

  b. Hukum hukum yang bertalian dengan aturan tentang keluarga seperti perkawinan, perceraian, pemeliharaan anak, waris dan wasiat, yang disebut .

  c. Hukum yang bertalian dengan harta, hak milik, perjanjian, jual beli, utang piutang dan sebagainya. Juga hukum yang mengatur urusan keuangan perorangan dan kelompok yang kesemuanya itu disebut " .

  d. Hukum yang bertalian dengan kejahatan dan dera yang disebut dan "& . e. Hukum yang bertalian dengan peradilan dan tata cara pengajuan perkara di muka pengadilan, yang disebut % dla dan

  ! .

  f. Hukum yang bertalian dengan pemerintahan dan hubungan antar negara yang disebut dan (Daradjat, 1995 : 1 2).

  Jadi secara umum ilmu fiqih itu mempunyai jangkauan yang sangat luas, yaitu membahas masalah masalah hukum Islam dan peraturan peraturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

3. Sumber Perumusan Fiqih

  Yang dimaksud sumber di sini ialah apa apa yang dijadikan bahan rujukan bagi ulama dalam merumuskan fiqihnya. Menurut Syarifuddin (2003 : 10 11) sumber fiqih yang disepakati oleh para ulama ada empat yaitu : a. Al Qur’an Al Karim

  Yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dalam Bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir dan membacanya termasuk ibadah (Haroen, 1996 : 20).

  b. Sunnah Nabi (Hadis) Yaitu seluruh yang disandarkan kepada nabi muhammad saw, baik biasa, akhlaknya, apakah itu sebelum maupun setelah diangkat menjadi rasul (Haroen, 1996 : 38).

  c. ' " Ulama Yaitu kesepakatan para mujtahid dari umat Muhammad SAW, pada suatu masa, setelah wafatnya Rasulullah SAW, terhadap suatu hukum syara’ (Haroen, 1996 : 52).

  d. ( Yaitu membawa hukum yang belum diketahui kepada hukum yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, disebabkan sesuatu yang menyatukan keduanya, baik hukum maupun sifat (Haroen, 1996 : 62 63).

  Selain dari itu ada beberapa sumber yang diperselisihkan penggunaannya oleh ulama sebagai sumber fiqih, yaitu : a. '

  Yaitu meninggalkan qiyas dan mengamalkan yang lebih kuat dari itu, karena adanya dalil yang menghendakinya serta lebih sesuai dengan kemaslahatan umat manusia (Haroen, 1996 : 103).

  Yaitu mengambil manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangka memelihara tujuan tujuan syara’ (Haroen, 1996 : 114).

  '

  Yaitu berlakunya hukum asal yang ditetapkan berdasarkan (ayat dan atau hadits) sampai ada dalil lain yang menunjukkan perubahan hukum tersebut (Haroen, 1996 : 128).

  (

  Yaitu pendapat para sahabat tentang suatu kasus yang dinukil para ulama, baik berupa fatwa maupun ketetapan hukum, sedangkan ayat atau hadits tidak menjelaskan hukum terhadap kasus yang dihadapi hukum tersebut (Haroen, 1996 : 155).

  e. Syara’ Umat Sebelum Islam Yaitu syari’at sebelum Islam (Haroen, 1996 : 149).

  f. ) ! Atau Adat Yaitu kebiasaan mayoritas kaum baik dalam perkataan maupun perbuatan (Haroen, 1996 : 138).

  & " g.

  Yaitu jalan yang menuju kepada sesuatu baik yang dilarang (

  & " ) maupun yang dituntut untuk dilaksanakan (! & " ) (Haroen, 1996 : 160 161).

4. Tujuan Mempelajari Fiqih

  Syafi’i Karim (1997 : 53) mengemukakan dasar bagi umat Islam dalam mempelajari fiqih ialah : b. Untuk mempelajari hukum hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

  c. Kaum muslimin harus ber ! %% artinya memperdalam pengetahuan dalam hukum hukum agama, baik dalam bidang aqaid dan akhlaq maupun dalam bidang ibadah dan muamalah.

  Secara garis besar Ilmu Fiqih mempelajari tentang hukum hukum Islam yang berkaitan dengan hukum ibadah dan hukum muamalah. Salah satu dari hukum ibadah yang dibahas dalam fiqih yaitu ibadah shalat.

  Karena pentingnya ibadah ini maka segala sesuatu yang berhubungan dengannya ada pembahasan tertentu, khususnya pembahasan mengenai gerakan dan bacaan pada shalat. Untuk itu pada pembahasan selanjutnya, penulis akan menguraikan tentang shalat dan gerakan shalat atau juga

  ! disebut shalat.

C. Ketentuan Shalat

  %

  Shalat merupakan salah satu bentuk ibadah ! " (lewat perbuatan/gerakan dan ucapan/bacaan). Ibadah shalat tidak bisa dilakukan dengan membayar ! ataupun ! , sampai orang yang tidak bisa berdiri, tidak bisa dudukpun wajib melaksanakan shalat walaupun hanya melalui gerakan isyarat. Kesempurnaan shalat tergantung pada gerakannya dan juga bacaannya, jika gerakan shalat dilupakan maka akan mempengaruhi mencoba menguraikan dalam pembahasan berikut, yang diawali dengan pengertian shalat sebagai dasar dalam memahami gerakan dalam shalat.

1. Pengertian Shalat

  Secara lughawi atau arti secara bahasa ( ة:6666; ) mengandung beberapa arti, yang dapat ditemukan contohnya dalam Al Qur’an. Ada yang berarti do’a, sebagaimana dalam surat Al Taubah ayat 103 :

  y7s?4θn=|¹ ¨βÎ) ( öΝÎγø‹n=tæ Èe≅|¹uρ $pκÍ5 ΝÍκŽÏj.t“è?uρ öΝèδãÎdγsÜè? Zπs%y‰|¹ öΝÏλÎ;≡uθøΒr& ôÏΒ õ‹è{ ∩⊇⊃⊂∪ íΟŠÎ=tæ ìì‹Ïϑy™ ª!$#uρ 3 öΝçλ°; Ös3y™

  Artinya : &

  &

  “

  • + * ” (Al Qur’an dan Terjemahnya).

  Secara terminologis ditemukan beberapa istilah di antaranya : “Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam

  ” (Syarifuddin, 2003 : 21). Sedangkan Zakiyah Daradjat (1995 : 71) mengemukakan bahwa dalam istilah ilmu fiqih, shalat adalah satu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan perbuatan tertentu disertai dengan ucapan ucapan tertentu dan dengan syarat syarat tertentu pula. Shalat adalah kewajiban setiap orang Islam yang sudah ! (sudah dibebani hukum) yang tidak boleh ditinggalkan, karena shalat menjadi tiang agama dan shalat juga mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Oleh karena begitu pentingnya shalat bagi kita, maka kita harus menjadikan shalat sebagai hal yang serius. Kita harus menyesuaikan ibadah shalat kita dan tata cara (kaifiyat) shalat kita dengan Al Qur’an dan hadist Rasulullah mulai dari tata cara berwudlu sampai salam.

2. Makna Gerakan Shalat

  Adapun pengertian shalat menurut syara’ adalah ucapan ucapan

  '

  dan perbuatan perbuatan tertentu yang dimulai dengan dan diakhiri dengan salam. Ucapan yang dimaksud di sini adalah bacaan bacaan al qur’an, takbir, tasbih dan do’a. Sedangkan yang dimaksud perbuatan adalah gerakan gerakan dalam shalat, misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk dan gerakan gerakan lain yang dilakukan dalam shalat (Musbikin, 2007 : 264).

  Dari sudut lahiriyah dikemukakan oleh para ahli fiqih, shalat ialah ibadah yang terdiri dari perbuatan atau gerakan dan perkataan atau ucapan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Musbikin, 2007 : 264).

  Ada sebagian yang menggabung arti shalat secara lahiriyah dan batiniyah, shalat yaitu suatu ibadah yang dilakukan dengan anggota lahir Allah yang kita sembah, dengan perbuatan atau gerakan dan perkataan, keduanya bersamaan (Hembing Wijayakusuma, 1997) Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat adalah ibadah yang dilakukan dengan anggota lahir dan batin dalam bentuk gerakan dan bacaan tertentu.

  Agar gerakan gerakan dalam shalat seseorang dapat sempurna atau mendekati sempurna maka seseorang dituntut untuk berlatih dan belajar memperbaiki dan meningkatkan mutu/kualitas shalat, dengan cara mempelajari tata cara shalat yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

3. Tata Cara Shalat

  !

  Tata cara atau dalam mengerjakan shalat yaitu : a. Berdiri tegak menghadap kiblat dan diikuti niat mengerjakan shalat.

  Niat shalat sesuai dengan shalat yang sedang dikerjakan, misalnya shalat maghrib dan sebagainya. Niat shalat dibaca dalam hati.

  b. Takbiratul ihram, atau mengangkat kedua tangan sambil membaca “Allahu Akbar”.

  c. Tangan bersedekap, ketika tangan bersedekap membaca doa iftitah, surat Al Fatihah, dan surat surat pendek yang sudah dihafal.

  d. Rukuk, yaitu mengangkat kedua tangan setinggi telinga sambil membaca ‘’Allahu Akbar’’ dan membungkukkan badannya dan kedua telapak tangannya diletakkan di atas kedua lutut, sehingga e. I’tidal, yaitu mengangkat kepala dengan kedua tangan diangkat setinggi telinga, seraya membaca “Allahu Akbar”, dan setelah sujud dengan sempurna membaca tasbih.

  f. Sujud, yaitu meletakkan dahi di atas tempat sujud sambil membaca “Allahu Akbar”, dan setelah sujud dengan sempurna membaca tasbih.

  g. Duduk antara dua sujud, yaitu duduk serta membaca baca’an duduk antara dua sujud.

  h. Sujud kedua, yaitu sujud kedua, ketiga, dan keempat dikerjakan seperti sujud yang pertama, baik caranya maupun bacaannya. i. Duduk tasyahud/tahiyat awal, pada rakaat kedua, kalau shalat tiga rakaat, duduk untuk membaca tasyahud atau tahiyat awal dengan kaki kanan tegak dan kaki kiri diduduki, sambil membaca tasyahud/tahiyat awal. j. Tasyahud/tahiyat akhir, bacaan tasyahud/tahiyat akhir ialah seperti pada tahiyat awal yang ditambah dengan shalawat atas Nabi

  Muhammad. k. Salam, pada waktu membaca salam yang pertama, wajah menengok ke kanan dan waktu membaca salam kedua, muka kita menegok ke kiri. Dengan membaca salam, berarti shalat kita telah selesai (Abu Bakar, 2006 : 38 50).

  D. Media Gambar

  Suatu proses belajar mengajar memerlukan berbagai sarana dan prasa rana yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya media pembelajaran. Untuk kali ini peneliti menggunakan media gambar sebagai upaya dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih dalam gerakan shalat.

  Untuk selanjutnya akan penulis uraikan mengenai pembahasan media gambar, mulai dari pengertian media gambar, kriteria kriteria yang harus dipenuhi dalam penggunaan media gambar, kelebihan dan kelemahan media gambar, serta macam macam penggunaan media gambar.

  1. Pengertian Media Gambar

  Menurut Sadiman, dkk (1996 : 28) media gambar adalah sarana pengajaran yang berbentuk visual, sebagai pengganti dari benda atau keadaan sebenarnya yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam simbol simbol komunikasi visual.

  Gambar adalah salah satu alat yang penting bagi pengajaran dan pendidikan. Oleh karen itu gambar yang akan dipergunakan hendaknya memenuhi kriteria kriteria tertentu. Gambar sebagai media pendidikan akan berhasil dengan efektif apabila disesuaikan dengan faktor kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunaan dalam situasi belajar (Hamalik, 1977 : 87).

  2. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

  Menurut Arief. S Sadiman, dkk (1996 : 29 31) di antara kelebihan kelebihan media gambar adalah sebagai berikut: a. Sifatnya konkrit.

  Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

  b. Gambar mengatasi batasan ruang dan waktu.

  Tidak semua obyek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas, dan tidak selalu bisa anak anak dibawa ke obyek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar dapat mengatasinya.

  c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

  Sel atau penampang daun ataupun benda benda kecil lainnya yang tidak mungkin dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi melalui gambar akan terlihat dengan jelas.

  d. Dapat memperjelas suatu masalah.

  Dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

  e. Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan.

  Gambar adalah media yang paling murah dan paling mudah didapat, bahkan para guru/pendidik dengan mudah dapat membuatnya sendiri.

  Selain kelebihan kelebihan media gambar di atas, media gambar a. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.

  b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

  c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Sadiman, dkk, 1996 : 31).

  3. Kriteria Gambar yang Dijadikan Bahan Pengajaran

  Setelah diketahui kelebihan kelebihan dan kelemahan kelemahan gambar sebagai media pengajaran, untuk selanjutnya juga akan diketahui kriteria kriteria gambar yang baik untuk dijadikan media pembelajaran, yaitu: a. Harus autentik

  Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya b. Sederhana

  Komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan poin poin pokok dalam gambar. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu dan mengandung nilai praktis

  c. Ukuran relatif Gambar dapat membesarkan atau memperkecil obyek/benda sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang benda yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan Gambar yang baik tidaklah menunjukkan obyek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

  e. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran Walaupun dari segi mutu kurang bagus, namun gambar karya siswa sendiri sering kali lebih bagus (Hamalik, 1977 : 85 86).

  4. Macam3Macam Penggunaan Media Gambar

  Penggunaan secara efektif, apabila gambar disesuaiakan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detail, warna dan latar belakang yang perlu untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif untuk memperkaya fakta dan memperbaiki kekurang jelasan (Hamalik, 1977 : 84).

  Gambar gambar dapat digunakan untuk sesuatu maksud dalam hubungan dengan sesuatu pelajaran, memberikan pengalaman dasar dalam bahasa, ilustrasi dan menjelaskan konsep konsep dan sebagainya. Selain itu gambar juga berguna untuk belajar di rumah.

  Macam macam penggunaan media gambar : a. Belajar sendiri.

  Mempelajari gambar sendiri, dalam kegiatan kegiatan belajar, misalnya menulis pertanyaan tentang gambar, menulis sebuah cerita, b. Belajar dalam kelompok kecil.

  Dipergunakan dalam pekerjaan kelompok, misalnya mengumpulkan gambar gambar tentang danau dan disusun dalam sebuah laporan untuk kelas.

  c. Belajar dalam kelas.

  Gambar gambar yang dipergunakan untuk belajar dalam kelas, selain cara penyajiannya yang efektif, tetapi gambar gambar itu harus terpilih, besar dan dapat dilihat oleh semua siswa.

  d. Display.

  Gambar gambar dapat ditempel pada buletin board, berguna untuk mengajar, menjadikan ruangan menarik, mendorong motivasi, minat, perhatian dan menambah pengertian anak (Hamalik, 1977 : 85).

  

E. Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Fiqih Dalam Gerakan

Shalat

  Pada umumnya dalam penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran, para pendidik menggunakan gambar dalam poster, dan dari proyektor (LCD). Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media gambar sederhana yaitu hasil foto copy yang diperbesar dari buku pegangan.

  Dalam menggunakan media gambar pada proses pembelajaran, secara sederhana peneliti menggunakan langkah langkah sebagai berikut :

  2. Setelah proses pembelajaran berlangsung, guru menunjukkan gambar yang telah disiapkan (gambar gerakan gerakan shalat).

  3. Setelah selesai menjelaskan gambar gambar tersebut, siswa diberi kesempatan untuk bertanya.

  4. Siswa satu persatu disuruh untuk mempraktikkan gerakan shalat.

  5. Guru mengevaluasi praktik yang dilakukan siswa.

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi, subyek

  penelitian dan pelaksanaan penelitian (deskripsi siklus penelitian). Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut :

  A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

  1. Alamat Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Candirejo Kec Tuntang Kab

  Semarang adalah madrasah yang berada di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kabupaten Semarang yang berstatus swasta. Berdiri pada tanggal 1 Agustus 1956, beralamatkan di Jl.

  Mertakusuma No. 03 Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

  2. Keadaan Sarana dan Prasarana MI Ma’arif Candirejo memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang gudang, 1 ruang WC guru, dan 2 ruang WC murid.

  3. Keadaan Guru dan Karyawan MI Ma’arif Candirejo pada saat ini memiliki 9 orang guru dan 1 kepala madrasah, 2 orang PNS dan 8 orang masih wiyata bhakti. Untuk lebih

  Tabel 1 Daftar Guru MI Ma’arif Candirejo

NO NAMA STATUS JABATAN

  

1. Siti Asiyah, S.Ag PNS Kepala Sekolah

  2 Umi Hanifah, S.Pd.I GTY Guru Kelas I

  3. Lum’atun Nayiroh, S.Pd.I GTY Guru Kelas II

  

4. Umi Fatkiyah, A. Ma. GTY Guru Kelas III

  

5. Umi Rosidah, S.Pd.I GTY Guru Kelas IV

  6. Metti Andayani, S.Pd.I PNS Guru Kelas V

  

7. Dra. Siti Nurkhasanah GTY Guru Kelas VI

  

8. Muh. Nur Ikhsan, A. Ma GTY Guru Olah Raga

  9. Maskur GTY Guru Mapel

  10. Sulastri, A. Ma GTY Guru Mapel

  Tabel 2 Daftar Karyawan MI Ma’arif Candirejo

  No Nama Jabatan

  1. Tri Wahyuni, S. Pd.I Tenaga Administrasi

  2. Paryono Penjaga Sekolah

  4. Keadaan Siswa Pada tahun pelajaran 2009/2010 MI Ma’arif Candirejo memiliki 94 orang siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Kelas I terdiri dari 23 siswa, kelas