ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS DI RUANG CENDRAWASIH RSUD DR. SOETOMO TAHUN 2013 Repository - UNAIR REPOSITORY

  

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS DI RUANG

CENDRAWASIH RSUD DR. SOETOMO TAHUN 2013

Oleh :

  

Kartika Rini

011311223030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

  

2016

  i

  

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS DI RUANG

CENDRAWASIH RSUD DR. SOETOMO TAHUN 2013

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam Program Studi

Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

  

Oleh :

Kartika Rini

011311223030

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016

  ii iii

iv

  

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Usulan Penelitian dengan judul “Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr.

Soetomo tahun 2013” Telah diuji pada tanggal : 27 Juli 2016 Panitia Penguji Usulan Penelitian Ketua : 1. Dr. Juniastuti, dr, M.Kes

  NIP. 19710624 199802 2 001

  Anggota Penguji : 1. Dwiyanti Puspitasari, dr., DTM&H,MCTM., Sp.A(K) NIP : 19741016 200801 2 014

  2. Budi Wicaksono, dr., SpOG NIP : 19780509 201410 1 001

  v vi

vii

  

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya

{QS. Al-Baqarah : 286}

  Untuk mencari ilmu tidak mengenal usia dan waktu tapi Puncak ilmu adalah ketika kita bisa memberi manfaat kepada sesama.

  Jangan pernah malu dan menyerah untuk maju karena jika kita malu dan menyerah maka rencana Allah yang indah tidak akan pernah kita rasakan Kartika Rini

UCAPAN TERIMA KASIH

  viii

  Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Analiss Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013”

  Penulis membuat proposal ini dengan sumber yang relevan yang penulis peroleh dari buku-buku pustaka, jurnal, hasil penelitian dan internet Dalam penulisan proposal ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

  Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr, Mkes, Sp.PD, K-EMD, FINASIM SELAKU Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Program Studi Pendidikan Bidan.

  2. Baksono Winardi, dr, SpOG (K) selaku ketua Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan program pendidikan bidan.

  3. Budi Wicaksono, dr, SpOG selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

  4. Dwiyanti puspitasari, dr., DTM&H,MCTM., Sp.A(K) selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

  5. Atika, S,Si, M.Kes selaku dosen Metodologi Penelitian yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat bagi penulis.

  6. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Bidan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami.

  7. Teristimewa bagi keluarga tercinta, putra dan putri yang telah memberikan semangat dan dorongan serta doa yang tulus.

  8. Rekan – rekan PSPB angkatan 6 yang selalu memberikan semangat dan dorongan.

  9. Serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan proposal ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari dalam proposal ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang.

  Penulis berharap agar proposal ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi kita semua. Amin Surabaya, Juli 2016

  Penulis ix

  

RINGKASAN

  Ikterus neonatorum adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis. (Hidayat, 2008). Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 dari paru-paru. penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadinya ikterus fisiologis. (Manuaba, 2010).

  Masalah dari penelitian ini adalah masih tingginya prevalensi ikterus neonatorum yaitu 25%-50% terjadi pada minggu pertama. Studi pendahuluan di Ruang Cendrawasih RSUD Dr. Soetomo menunjukkan 75,8% bayi baru lahir mengalami ikterus neonatorum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD Dr. Soetomo.

  Metode penelitian ini, analitik dengan case control dengan sampel pasien bayi yang dirawat di Ruang Cendrawasih RSUD Dr. Soetomo. Pengambilan sampel dengan random sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Dilaksanakan juni 2016. Variabel independen adalah jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi, prematuritas, asupan ASI. Variabel dependen adalah kejadian ikterus neonatorum. Instrumen penelitian menggunakan lembar pengumpul data. Analisa data menggunakan analisa univariat.

  Hasil penelitian dari 124 responden yang persalinan dengan operasi terdapat 65,3% yang mengalami ikterus neonatorum. Setelah dilakukan uji statistik chi square didapatkan nilai signifikansi (P=<0,001) yang berarti ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum, dari 24 responden dengan trauma lahir dan infeksi, 18 responden terdapat 75% mengalami ikterus neonatorum, setelah dilakukan uji chi square didapatkan nilai signifikansi (P=0,011) yang berarti ada hubungan antara trauma lahir dan infeksi dengan kejadian ikterus neonatorum. Dari 63 responden dengan usia kehamilan kurang bulan terdapat 63,5% mengalami ikterus neonatorum, setelah dilakukan uji chi square didapatkan nilai signifikansi (P=0,017) yang berarti ada hubungan antara prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum. Dari 169 responden yang minum ASI+PASI terdapat 57,4% mengalami ikterus neonatorum setelah dilakukan uji chi square didapatkan nilai signifikansi (P=0,006) yang berarti ada hubungan antara asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum.

  Kesimpulan penelitian ini, ada hubungan antara jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi, prematuritas, dan asupan ASI di Ruang Cendrawasih RSUD Dr.Soetomo. x

  ABSTRACT

analysis of risk factors associated with the incidence of neonatal jaundice in Cendrawasih

Lounge Dr. Soetomo Hospital 2013

  • -Kartika Rini-

  Neonatal jaundice is a symptom that is often found in newborns were divided into

physiological and pathological jaundice. In the fetus during labor are a combination of fetal

blood and adult blood that is able to attract O2 from air and remove CO2 from the lungs.

destruction of fetal blood is what causes physiological jaundice.

  The problem of this study is the high prevalence of neonatal jaundice which is 25%-

50% occur in the first week. Preliminary study on Paradise Lounge Hospital Dr. Soetomo

showed 75,8% of newborns experiencing neonatal jaundice. The purpose of this study was to

analyze the risk factors associated with the incidence of neonatal jaundice in Cendrawasih

Lounge Hospital Dr. Soetomo.

  This research method, analytical case control with patient samples treated infants at

Cendrawasih Lounge Hospital Dr. Soetomo. Sampling with random sampling that met the

inclusion criteria. Implemented June 2016. The independent variable was the type of

delivery, birth trauma and infection, prematurity, breast milk intake. The dependent variable

was the incidence of neonatal jaundice. The research instrument used sheet data collectors.

Data were analyzed using univariate analysis.

  The results of the 124 respondents who labor with surgery there are 65,3% who

experienced neonatal jaundice. Having performed statistical tests chi square obtained

significance value (P= <0,001), which means that there is a correlation between the type of

delivery with the incidence of neonatal jaundice, from 24 respondents with birth trauma and

infection, 18 respondents are 75% had neonatal jaundice, after the chi square test obtained the

value of significance (P= 0,011), which means there is a relationship between birth trauma

and infection with the incidence of neonatal jaundice. Of the 63 respondents with a

gestational age preterm contained 63,5% had neonatal jaundice, after the value obtained chi

square test of significance (P= 0,017), which means there is a relationship between the

incidence of prematurity, neonatal jaundice. Of the 169 respondents who drank the

ASI+PASI 57,4% are experiencing neonatal jaundice after the chi square test values obtained

significance (P= 0,006), which means there is a relationship between the intake of milk with

the incidence of neonatal jaundice. The conclusion of this study, there is a relationship

between the type of delivery, birth trauma and infection, prematurity, and intake of milk in

Cendrawasih Lounge Hospitals Dr. Soetomo.

Keywords: Type of Delivery, birth trauma and infection, prematurity, intake of milk, neonatal

jaundice.

  xi

  DAFTAR ISI SAMPUL DALAM..................................................................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................................................iii SURAT PERNYATAAN........................................................................................................................iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI........................................................................................v MOTTO.................................................................................................................................................vii UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................................................viii RINGKASAN..........................................................................................................................................x ABSTRACT..........................................................................................................................................xii DAFTAR ISI........................................................................................................................................xiii DAFTAR TABEL................................................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................................xvi

DAFTAR SINGKATAN...................................................................................................................xvii

  BAB 1 PENDAHULUAN

  

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................................1

  

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................3

  

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................................3

  1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................5

  1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................4

  

1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................................................4

  1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................................4

  1.4.2 Manfaat Praktis..........................................................................................4

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  

2.1 Konsep Dasar Abortus............................................................................................................................6

  2.1.1 Definisi Ikterus Neonatorum............................................................................6

  2.1.2 Insiden Ikterus Neonatorum.............................................................................7

  2.1.3 Klasifikasi Ikterus Neonatorum........................................................................8

  2.1.4 Etiologi dan Faktor Risiko Ikterus Neonatorum..............................................9

  2.1.5 Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum..........................................................12

  2.1.6 Penilaian Ikterus Neonatorum........................................................................14

  2.1.7 Kern – Ikterus.................................................................................................14

  2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................14

  2.1.9 Penatalaksaan Ikterus Neonatorum................................................................15

  BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

  

3.1 Kerangka Konseptual............................................................................................................................21

  

3.2 Hipotesis Penelitian...............................................................................................................................22

  BAB 4 METODE PENELITIAN

  4.1 Rancangan Penelitian.................................................................................................23

  xii

  xiii

  4.9 Etik penelitian............................................................................................................36

  7.1 Kesimpulan.................................................................................................................62

  BAB 7 PENUTUP

  6.2 Analisis Faktor Yang Paling Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum..60

  6.1 Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum..52

  5.2.3 Analisi Faktor Risiko Yang Paling Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum.........................................................................................48 BAB 6 PEMBAHASAN

  5.2.2 Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Kejadian Ikterus Neonatorum.........................................................................................43

  5.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko.......................................40

  5.2 Analisis Hasil Penelitian..............................................................................................40

  5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................................39

  5.1 Hasil Penelitian...........................................................................................................39

  BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

  4.10 Keterbatasan...............................................................................................................37

  4.8 Kerangka Operasional................................................................................................34

  4.2 Populasi dan Sampel..................................................................................................23

  4.7.2 Analisa Data......................................................................................29

  4.7.1 Pengolahan Data...............................................................................28

  4.7 Cara Pengolahan dan Analisa Data...........................................................................28

  4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data.......................................................27

  4.5 Instrumen Penelitian..................................................................................................27

  4.4.3 Definisi Operasional.........................................................................25

  4.4.2 Variabel Dependent..........................................................................25

  4.4.1 Variabel Independent........................................................................25

  4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel...........................................................25

  4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................................25

  4.2.3 Kriteria Sampel.................................................................................24

  4.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.......................................24

  4.2.1 Populasi Penelitian.............................................................................23

  7.2 Saran...........................................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................64

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian.....................................................................26Tabel 4.2 Dasar Perhitungan Studi Kasus Kontrol.......................................................................31Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Jenis Persalinan Terhadap Kejadian

  Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013.........44

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko

  Trauma Lahir Dan Infeksi Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013...........................................................45

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Prematuritas Terhadap Kejadian

  Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013..............................................................................................................................46

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Asupan ASI Terhadap Kejadian

  Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013..............................................................................................................................47

Tabel 5.5 Model Akhir Regresi Logistik Faktor Resiko Kejadian Ikterus Neonatorum..............49

  xiv

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual........................................................................................21Gambar 4.1 Rancang Bangun Penelitian..............................................................................23Gambar 4.2 Kerangka Operasional.......................................................................................35Gambar 5.1 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor

  Resiko di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.......................................40

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko

  Trauma Lahir dan Infeksi di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.........41 Gambar 5,3 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko prematuritas di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo..............................42

Gambar 5.4 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko

  Asupan ASI di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo......................../.....42 xv

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

  Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian..............................................................................66 Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian...........................................................................67 Lampiran 3 Keterangan Kelaikan Etik................................................................................68 Lampiran 4 Lembar Konsultasi...........................................................................................69 Lampiran 5 Lembar Pengumpul Data.................................................................................70 Lampiran 6 Hasil Pengolahan Data ...................................................................................,71 Lampiran 7 Hasil Akhir Regresi Logistik ..........................................................................72 Lampiran 8 Lembar Konsultasi ..........................................................................................73 Lampiran 9 Lembar Perbaikan Skripsi ...............................................................................74 xvi

DAFTAR SINGKATAN

  xvii

  AKBA : Angka Kematian Balita AKB : Angka Kematian Bayi AKN : Angka Kematian Neonatal APGAR : Appearance Pulse Grimace Activity Respiration ASI : Air Susu Ibu DM : Diabetes Melitus G6PD : Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase

  IRNA : Instalasi Rawat Inap M.DGs : Millenium Development Goals Rh : Rhesus SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SPOG (K) : Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Konsultan) WHO : World Healthy Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Di Amerika Serikat dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering dihadapi. Sekitar 25% - 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama. Ikterus sendiri merupakan masalah yang sering muncul pada neonatus yang terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan (Departemen kesehatan Indonesia, 2012). Salah satu tujuan MDGs yang ke 4 adalah menurunkan Angka Kematian Anak (AKA). Indikator dan target dari tujuan tersebut antara lain: Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1000 kelahiran hidup pada 2015, Angka Kematian Balita (AKBA) 32 per 1000 kelahiran hidup pada 2015, Angka Kematian Neonatal (AKN) menurun dengan acuan SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) 19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI,2011).Di Indonesia penyebab kematian neonatal 0–6 hari adalah gangguan pernapasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%) (Depkes, 2013).Walaupun ikterus neonatorum urutan ke enam dari penyebab kematian neonatal 0-6 hari di Indonesia, tapi ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatal dan dampak yang timbul

  1 seperti kejang-kejang bisa dihindarkan dengan pengawasan yang ketat pada masa neonatal.

  Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatus terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan. Bilirubin itu sendiri merupakan hasil pemecahan sel darah merah (hemoglobin) Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun, sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirek (bebas) menjadi direk yang larut dalam air. Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin bebas tersebut.

  Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya ikterus neonatorum. Secara garis besar faktor yang diduga yaitu faktor maternal antara lain disebabkan oleh komplikasi kehamilan, penggunaan infus oksitosin dan ASI,faktor perinatal antara lain jenis persalinan, faktor trauma lahir dan infeksi, dan faktor neonatus yaitu faktor genetik. prematuritas ,ABO, G6PD, BMK, dan asupan ASI (A, Aziz Alimul, 2008).

  Di RSUD Dr. Soetomo Berdasarkan data yang didapatkan,terjadi peningkatan kasus ikterus neonatorum, pada tahun 2013 yaitu sebanyak 392 kasus. Pada tahun 2012 sebanyak 380 kasus, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 223 kasus( Laporan IRNA OBGYN 2013).

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti ingin meneliti tentang hubungan antara beberapa faktor risikoyakni jenis persalinan, infeksi dan trauma lahir, prematuritas dan frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo tahun 2013.

  1.2 Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara jenis persalinan, infeksi dan trauma lahir, prematuritas dan asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih tahun 2013.

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk : Menganalisis hubungan antara faktor risiko ikterus neonatorum dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih tahun 2013.

  1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

  1. Mengidentifikasi karakteristik faktor resiko (jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi, prematuritas dan asupan ASI) responden ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

  2. Menganalisis hubungan antara faktor resiko jenis persalinandengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

  3. Menganalisis hubungan antara faktor resiko trauma lahir dan infeksidengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

  4. Menganalisis hubungan antara faktor resiko prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. soetomo.

  5. Menganalisi hubungan faktor resiko asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorumdiRuang Cendrawasih RSUD. Dr.

  Soetomo.

6. Menganalisis faktor resiko yang paling berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD.

  Dr. Soetomo

1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Segi Teoritis Dapat menambah pengetahuan mengenai faktorrisikoyang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum, menambah pengalaman dalam penelitian dan strategi ilmu khususnya mata kuliah metode penelitian.

  1.4.2 Segi Praktis

  1.4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi praktisi/ klinisi tentang kejadian ikterus neonatorum dan dapat memberikan penyuluhan atau konseling kepada masyarakat tentang faktor resiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.

  1.4.2.2 Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit sebagai bahan pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.

  1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumen institusi dan sebagai bahan bacaan mahasiswa serta dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ikterus Neonatorum

  2.1.1 Definisi Ikterus Neonatorum Ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirect (unconjugated) dan kadar bilirubin direk. Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia dan hipoglikemia (Markum H, 2005).

  Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi.

  (Hidayat, 2008) Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 melalui paru-paru. Pengahncuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadi ikterus yang sifatnya fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar bilirubin indirek bayi cukup bulan sekitar 15 mg % sedangkan bayi cukup bulan 10 mg %. Di atas angka tersebut dianggap hiperbilirubinemia. (Manuaba, 2010)

  2.1.2 Insiden Ikterus Neonatorum Ikterus biasanya akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.

  Kejadian ikterus 50% terdapat pada bayi cukup bulan (aterm) dan sekitar 75% - 80% terdapat pada bayi kurang bulan (preterm) (Winkjosastro, 2007).

  Pada neonatus ikterus dapat bersifat fisiologis ataupun patologis.Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran dan biasanyamenetap dalam 10 – 12 hari. Ikterus yang tampak lebih awal bersifat menetapatau berkaitan dengan kadar bilirubin yang tinggi. Ikterus ini memilikisejumlah penyebab patologis, meliputi peningkatan hemolisis, gangguanmetabolik, endokrin, infeksi, serta ensefalopati bilirubin.

  Ensefalopatibilirubin terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dindingsel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebulum yang dapatmenyebabkan kematian sel, dimana bila tidak segera ditangani dapatmengakibatkan kematian (Franser, 2009: 836).

  2.1.3 Klasifikasi

  2.1.3.1 Ikterus Fisiologi Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga. Kadar billirubinnya tidak melewati kadar yang membahayakan.

  Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat- lambatnya 10 hari pertama.

  Ikterus dikatakan Fisiologis bila : 1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.

  2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 - 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.

  3. Kecepatan peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.

  4. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama

  5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus)

  6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. (Ngastiyah, 2005)

  2.1.3.2 Ikterus Patologis Ikterus Patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.

  Dasar patologis ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.

  Menurut Ngastiyah (2005) Ikterus dikatakan patologis bila :

  1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama

  2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.

  3. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.

  4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.

  5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.

  6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

2.1.4 Etiologi dan Faktor Resiko

  2.1.4.1 Etiologi Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktor menurut (Ngastiyah, 2005) :

  1. Produksi yang berlebihan ibu - bayi tidak sesuai

  2. Gangguan konjugasi hepar

  3. Gangguan transportasi Ikatan kompetitif dengan albumin

  4. Gangguan ekresi

  2.1.4.2 Faktor Resiko Ikterus Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih (ikterus nonfisiologis) menurut Moeslichan (2004) dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini :

  1. Faktor Maternal 1)Ras atau kelompok etnik tertentu.

  2) Komplikasi dalam kehamilan (DM, inkompabilitas ABO, Rh) 3) Penggunakan oksitosin dalam larutan hipotonik.

  4) ASI 5) Mengonsumsi jamu-jamuan

  2. Faktor perinatal 1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) dan Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

  Pada bayi yang mengalami trauma lahir atau infeksi bisa menyebabkan hipoksia, hipoglikemi, dan kelainan susunan syaraf pusat sehingga bilirubin mudah masuk ke dalam sawar darah otak yang akan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin indirek.

  3. Faktor neonatus 1) Prematuritas

  Pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan yang kurang bulan bisa menyebabkan bayi mengalami hipoksia, hipoglikemi, dan kelainan susunan syaraf pusat sehingga bilirubin mudah masuk ke dalam sawar darah otak yang akan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin indirek. 2) Faktor genetik 3) Obat (Streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol) 4) Rendahnya asupan ASI (dalam sehari min. 8 kali sehari)

  Hal ini disebabkan karena kekurangan asupan makanan sehingga bilirubin direk yang sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus bersama makanan. Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali ke dalam darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan tidak boleh diberi air putih atau air gula dan perlu tindakan sebagai berikut :

   Berikan kolostru karena dapat membantu untuk membersihkan mekonium dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga meningkatkan kadar bilirubin dalam darah.

   Bayi disusukan sesuai kemauannya tetapi paling kurang 8 kali dalam sehari

   Jangan diberikan air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum ASI keluar karena akan mengurangi asupan susu.

   Monitor kecukupan produksi ASI dengan melihat BAK bayi dan BAB bayi.

  5) Hipoglikemia 6) Hiperbilirubinemia Faktor yang berhubungan dengan ikterus menurut Prawihardjo (2005) :

  1. Usia Ibu

  2. Tingkat pendidikan

  3. Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi ikterus

  4. Riwayat kesehatan Ibu

  5. Masa gestasi

  6. Jenis persalinan Dalam persalinan dengan operasi kejadian asfiksia, trauma, dan aspirasi mekonium bisa berkurang dengan persalinan operasi, resiko distress pernafasan sekunder sampai takipneu transien, defisiensi surfaktan, dan hipertensi pulmonal dapat meningkat. Hal tersebut bisa berakibat terjadinya hipoperfusi hepar dan menyebabkan proses konjugasi bilirubin terhambat. Bayi yang lahir dengan operasi juga tidak memperoleh bakteri – bakteri menguntungkan yang terdapat pada jalan lahir ibu yang berpengaruh pada pematangan sistem daya tahan tubuh. Sehingga bayi lebih mudah terinfeksi. Ibu yang melahirkan dengan operasi jarang menyusui langsung bayinya karena ketidaknyamanan pasca operasi, dimana diketahui ASI ikut berperan untuk menghambat terjadinya sirkulasi enterohepatik bilirubin pada neonatus.

  7. Inkomtabilitas Rhesus

  8. Inkompabilitas ABO

  9. Berat badan lahir

  10. Asfiksia

  11. Prematur

  12. APGAR score

  13. Asupan ASI

  14. Terpapar sinar matahari

2.1.5 Tanda dan gejala

  2.1.5.1 Tanda Tanda yang timbul dari ikterus menurut Surasmi (2003) yaitu :

  a. Letargis (lemas)

  b. Kejang

  c. Tidak mau menghisap

  d. Pembesaran pada hati e. Tampak ikterus: sclera, kuku, kulit dan membrane mukosa.

  f. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap.

  2.1.5.2 Gejala Gejala menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi

  1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

  2. Gejala kronik : tangisan yang melenking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan dysplasia dentalis).

  Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut : a. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.

  b. Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.

  c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama kelahiran.

2.1.6 Penilaian

  Penilaian ikterus secara klinis dengan menggunakan rumus KRAMER (Sri agung Lestari, 2009) :

  No Luas Ikterus Kadar Billirubin (mg%)

  1 Kepala dan leher

  5

  2 Daerah 1 dan bagian atas

  9

  3 Daerah 1,2 - badan bagian bawah serta

  11 tungkai

  4 Daerah 1.2.3, lengan kaki bawah lutut

  12

  5 Daerah 1,2,3,4 dan kaki serta tangan

  16

  2.1.7 Pemeriksaan diagnostik

  1 Pemeriksaan bilirubin serum Pada bayi yang cukup bulan billirubin mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10 mg/dl, tidak fisiologis. Pada bayi dengan prematur kadar billirubin mencapai puncaknya 10-12 mg/dl antara 5-7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis. Dari brown AK dalam text books of pediatric 1996 : ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin indirek munculnya ikterus 2-3 hari dan hilang 4-5 hari dengan kadar bilibirum yang mencapai puncak 10-12 mg/dl. Sedangkan pada bayi dengan premature, bilirubin indirek muncul 3-4 hari dan hilang 7-9 hari dengan bilirubin mencapai puncak 15 mg/dl/ hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl/hari dan kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl. Maisetes 1994 dalam Whaley dan wong 1999 : Meningkatnya kadar serum total lebih dari 12-13 mg/dl.

  2. Ultrasound untuk mengevalusi anatomi cabang kantong empedu.

  3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dari atresia billary.

  2.1.8 Penatalaksanaan Ikterus

  Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa penyebab yang meungkin dan memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan adalah mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak mencapai kadar yang menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfusi tukar dan atau fisioterapi. Resiko cidera susunan saraf pusat akibat bilirubin harus diimbangi dengan resiko pengobatan masing-masing bayi. Kriteria yang harus dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan waktu 12-24 jam, sebelum memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang diberikan.

  Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%.

  1. Penatalaksanaan umum Penatalaksanaan ikterus secara umum menurut Surasmi (2003) antara lain yaitu : a. Memeriksa golongan darah Ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu hamil b. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir, yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.

  c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.

  d. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui.

  2. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya ikterus

  Ikterus neonatorum dapat dicegah berdasarkan waktu timbulnya gejala dan diatasi dengan penatalaksanaan di bawah ini a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan 1) Kadar bilirubin serum berkala 2) Darah tepi lengkap 3) Golongan darah ibu dan bayi diperiksa 4) Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD biakan darah atau biopsi hepar bila perlu.

  b. Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir. Pemeriksaan yang perlu diperhatikan.

  1) Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi .

  2) Periksa kadar bilirubin berkala. 3) Pemeriksaan penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya.

  c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya.

  Pemeriksaan yang dilakukan : 1) Pemeriksaan bilirubin direk dan indirek berkala 2) Pemeriksaan darah tepi

  3) Pemeriksaan penyaring G6PD 4) Biarkan darah, biopsy hepar bila ada indikasi

  3. Ragam Terapi Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.

  a) Terapi Sinar (fototerapi) Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah laurt dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara parallel. Dibagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.

  Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya, begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.