BAB IV ANALISIS AGUS MUSTOFA TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ATHEISME DALAM BUKU IBRAHIM PERNAH ATHEIS - PANDANGAN AGUS MUSTOFA TENTANG FAKTOR-FAKTOR ATHEISME (Analisis Terhadap Buku Ibrahim Pernah Atheis) - Digilib IAIN Jember

BAB IV ANALISIS AGUS MUSTOFA TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ATHEISME DALAM BUKU IBRAHIM PERNAH ATHEIS A. Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Agama Adalah Racun Kehidupan’ Serta Dalil Al- Qur’an 1. Analisis Agus Mustofa Terhadap Pandangan Atheisme Barat‘Agama Adalah Racun Kehidupan

  

  Pertama: kesalahan argument Atheisme adalah dengan menganggap semua agama adalah racun di dalam kehidupan ini. A rgumen „agama adalah racun kehidupa n‟ dibangun oleh seorang tokoh yang bernama Christopher Hitchens

  93 dengan mengikuti pendapat tokoh Atheisme dari Jerman bernama Karl Marx .

  Tokoh ini kemudian menginspirasi bagi kelahiran aliran filsafat Marxisme. Dengan

93 Karl Marx mengungkapkan bahwa Agama adalah candu masyarakat? Mengapa bisa

  

begitu? Karena Karl Marx sangat tidak puas melihat masyarakat Eropa saat itu diperlakukan tidak

adil. Kelas pekerja diperas habis-habisan oleh konsep kapitalisme. Hal yang lebih menyedihkan

lagi adalah mereka (kelas pekerja) diam saja dan mereka berdoa dan bergantung pada Tuhan. Karl

Marx melihat bahwa agama dijadikan pelarian. Agama dijadikan tempat bagi bergantung. Agama

yang sama (dalam hal tersebut: Kristen) malah mengajarkan masyarakat untuk tunduk. Tunduk

pada kepemimpinan Allah. Agama tempat bergantung tersebut malah mengajarkan agar

masyarakat menerima penindasan kapitalisme sebagai bentuk berkat dan anugerah tersendiri dari

Allah. Agama tersebut mengkhianati masyarakat dan masyarakat bukannya menjauh, malah

semakin mengelu-elukan agama yang dipegangnya. Paling tidak begitulah pemikiran Karl Marx.

Dengan pemikirannya tersebut, Karl Marx membuat sebuah paham yang dikembangkannya dari

paham sosialis. Paham yang kita kenal saat ini dengan nama Komunis. Paham yang dilarang di

negara kita. Max mungkin tidak salah sepenuhnya. Agama memang menjadi tempat pelarian,

agama sering kali menjadi tempat bergantung. Tempat untuk mencari kedamaian di saat-saat kita

merasa hampa, tertekan, atau mengalami masalah yang kita sendiri berpikir tidak sanggup

menghadapinya. Agama mengajarkan kita untuk terus bersyukur, bersabar, dan bersandar kepada

Tuhan. Agama memang membuat kita tenang. Tapi, Max salah dalam satu hal. Agama bukanlah

seperti candu. Agama tidak membuat manusia menjadi lemah, tetapi agama memberikan kita

pengharapan. Pengharapan yang akan membangun hidup kita, bukan seperti opium yang membuat

manusia menuju kehancuran. Lihat: mengikuti Marx, Hitchens telah menulis sebuah buku yang berjudul God is not

  Great – Tuhan tidak Maha Besar.

  Provokasi Christopher Hitchens semakin bertambah ketika membaca sub judul bukunya: How Religion Poisons Everything, yang artinya: Bagaimana agama meracuni segalanya. Lalu kemudian diperkuat dengan penjelasan: An all-out attack

  on all aspects of religion. Yang mana maksud dari penjelasan Hitchens tersebut adalah: Sebuah serangan telak terhadap segala aspek agama.

  Agus Mustofa di dalam sebuah bukunya yang berjudul Ibrahim Pernah Atheis mengulas tentang pemikiran Christopher Hitchens

  94

  bahwa dengan nada sinis Christopher Hitchens telah mengatakan:

  “Agama telah meracuni peradaban manusia, dari zaman dulu sampai sekarang. Agama-agama (apapun itu namanya), bukan menjadikan pemeluknya bertambah maju. Akan tetapi sebaliknya, agama- agama semakin menjadikan pemeluknya terperosok ke dalam kemunduran peradaban: ekonomi, politik, ilmu dan teknologi, budaya, pendidikan, bahkan kesehatan.

  ”

  95

94 Christopher Eric Hitchens (lahir 13 April 1949 di Portsmouth, Hampshire, Inggris;

  

meningg adalah seorang pengarang dan

jurnalis Inggris-Amerika Ia pernah menjadi kolumnis dan kritikus sastra di majalah The Atlantic,

World Affairs, The Nation, Free Inquiry, dan menjadi anggota media di Hoover

Institution pada September 2008. Hitchens seringkali hadir dalam acara televisi dan seminar. Pada

tahun 2005, berdasarkan pemilihan di majalah Prospect/Foreign Policy, ia dinobatkan sebagai

intelektual umum kelima dunia. Hitchens adalah seorangyang menghancurkan kebebasan seseorang. Hitchens

menulis mengenai ateisme dan kritiknya terhadap agama dalam bukunya yang berjudu

Penyebab kematiannya adalah radang paru akibat komplikasi kanker

yang dideritanya. Lihat: Agus Mustofa, Ibrahim Pernah Atheis, 123. 95

  Agus Mustofa berpandangan bahwa kesalahan terbesar tesis dari Christopher Hitchens adalah karena Christopher Hitchens menilai tinggi rendah sebuah ajaran agama dari kualitas pemeluknya.

96 Di antara argumen Christopher Hitchens yaitu: Banyak negara-negara yang

  menerapkan ajaran agama bahkan secara resmi, mereka mengalami berbagai macam masalah. Karena di negara-negara tersebut banya terjadi pembunuhan, perampokan, terorisme, rasialisme dan kekerasan lainnya. Tidak kalah buruk dalam bidang pendidikan, perekonomian, dan penanganan masalah kesehatan.

  97 Christopher Hitchens berkesimpulan bahwa agama membuat umatnya

  memburuk bukan malah bertambah baik, karena kekerasan dipicu oleh pertentangan pemeluk agama dalam memahami agamanya. Kemudian membuat klaim-klaim bahwa agamanya adalah yang paling benar, dan atas nama Tuhan melakukan kekerasan terhadap golongan lainnya. Demikian menurut Agus Mustofa yang dipaparkan dalam buku Beragama Dengan Akal Sehat.

  98 Mengenai garis besar pemikiran Christopher Hitchens, Agus Mustofa juga

  mengatakan bahwa Hitchens telah menganggap bahwa agama adalah dogma yang

  96 Hitchens juga berpendapat bahwa agama itu "bengis, irasional, tidak toleran, sekutu

terhadap anak-anak". Sang penulis

mendukung pendapatnya dengan memasukkan kisah-kisah personal, anekdot sejarah, dan analisis

kritis terhadap teks religius. Kritiknya lebih banyak diarahkan terhadap meskipun

ia juga menyerang agama lain seperti God Is Not Great: How Religion

Poisons Everything (2007) adalah buku yang ditulis oleh pengarang dan jurnalis

dengan nama God Is Not Great: The Case Against Religion.

Pukul 15.22. 97 Ibid., 124. 98 meracuni umatnya, karena pemeluk agama tidak boleh berkutik dan “ajarannya harus ditelan mentah- mentah” tanpa melakukan argumentasi yang rasional.

  99 Christopher Hitchens juga berpandangan bahwa akhirat adalah sebuah

  kebohongan besar yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Akhirat tidak logis menurut akal pikiran dan tidak rasional. Alam semesta ini terjadi dengan dirinya sendiri secara evolutif. Salah besar jika manusia menganggap bahwa alam semesta ini dianggap sebagai hasil sebuah penciptaan dari „Kecerdasan Tunggal‟, yang oleh umat beragama diimani sebagai Tuhan, melalui grand design yang terencana.

  100

  Menurut analisis penulis, Agus Mustofa sangat tidak sependapat dengan pemikirah Christopher Hitchens. Hal tersebut terbukti dengan argument Agus Mustofa dalam menanggapi pemikiran Christopher Hitchens:

  Lantas, apakah karena pelaku kriminalitas itu adalah para penganut ajaran agama,menvonis agamanya yang jelek karena mengajarkan perbuatan jahat kepada umatnya? Tentu saja sudut pandang yang demikian tidak adil, dan juga tidak mewakili. Karena sesungguhnya agama-agama itu pasti juga mengutuk perbuatan jahat. Apapun bentuknya.Dan merupakan suatu hal yang lucu kata Agus Mustofa, Hitchens hanya mengambil contoh kasus dari orang- orang yang hanyalah berbuat jelek saja. Padahal, betapa banyak orang-orang yang berbuat mulia karena menjalankan perintah agamanya.

  101

  Agus Mustofa membuktikan bahwa sudah banyak dana sosial yang dikeluarkan umat beragama untuk kehidupan orang-orang miskin di seluruh dunia.

  Ribuan bahkan jutaan orang selamat karena dana sosial yang disumbangkan masyarakat beragama dengan ikhlas untuk kepentingan program-program kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan. Sangat sedikit sekali orang- 99 Ibid., 125. 100 Ibid., 126. 101 orang Atheis yang memiliki rasa kepedulian kepada sesama yang miskin dan menderita. Karena menurut Agus Mustofa, tidak ada ajaran bagi penganut Atheisme untuk menolong orang lain yang kesusahan. Yang ada adalah sebatas memuaskan

  102

  kepentingan individu, seperti kaum liberalis- kapitalis.” Kedua: menurut Agus Mustofa, kesalahan mendasar Atheis adalah menyamaratakan seluruh ajaran agama. Dalam hal ini, mereka hanya membagi

  • – agama dalam kedua kelompok besar, yaitu monotheisme yang bertuhan satu dibawa oleh keturunan Nabi Ibrahim – dan agama-agama politheisme yang bertuhan

  103 banyak.

  Agus Mustofa menganalisis pemikiran Atheisme tersebut dengan mengatakan bahwa Atheisme tidak banyak berkomentar terhadap politheisme. Mereka lebih menunjukkan isu propagandanya kepada agama-agama besar monotheisme, yaitu Nasrani, Yahudi, dan Islam, yang dalam Al-

  Qur‟an diistilahkan dengan menggunakan kata-kata ahli kitab, yaitu para penganut dari kitab Taurat, Injil dan Al-

  Qur‟an. Kekeliruan pemahaman terhadap agama-agama ahli kitab ini menurut pandangan Agus Mustofa terlihat dari tudingan Christopher Hitchens yang berpendapat bahwa Agama Islam adalah agama hasil jiplakan dari Agama Yahudi dan Agama Nasrani. Lalu kemudian Christopher Hitchens menyamakan ketiga agama Ibrahimi tersebut sebagai satu kelompok agama yang monotheis (mempercayai satu Tuhan). Karena itu salah besar ketika Christopher Hitchens

  102 103 Ibid.,133. kemudian mengambil sebuah kesimpulan secara general terhadap konsep tauhid dari ketiga agama tersebut.

  104

  Christopher Hitchens menyimpulkan bahwa Tuhan adalah Dzat yang suka marah-marah, dan Tuhan tidak peduli kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya, suka menghukum, terpisah jauh dari makhluk-Nya, Tuhan tetap berdiam diri di dalam singgasana surganya, serta Tuhan tidak pernah terlibat di dalam semua peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Menurut pendapat Christopher Hitchens, Tuhan itu tidak memberikan apa-apa bagi kebahagiaan manusia, kecuali hanya memberikan sebuah penderitaan, ancaman, dan dosa-dosa. Sehingga kehidupan manusia di dunia ini tidak lebih hanya proses penebusan dosa. Agus Mustofa menyanggah pendapat Christopher Hitchens tersebut dengan mengatakan:

  Tentu saja yang demikian ini rancu. Apalagi jika dikaitkan dengan konsep ketuhanan di dalam Islam. Karena konsep penebusan dosa itu tidak dikenal di dalam Islam. manusia lahir dalam kondisi Fitri dan suci. Dan barangsiapa bisa mempertahankan kesuciannya itu, ia bakal memperoleh kebahagiaan. Konsep Islam sangat jelas, bahwa perbuatan dosa dan juga kebajikan itu tidak bisa dipindah-tangankan, apalagi diwariskan. Setiap dirimampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Berbuat baik kembali kepadanya, berbuat jelek juga kembali kepadanya.”

  105 2.

   Dalil Al-Qur’an

  Ayat-ayat Al- Qur‟an yang dipakai Agus Mustofa dalam mengkritik pandangan Hitchens tersebut antara lain: QS. Al-Muddassir (74) ayat 38:

         104 Ibid.,124. 105

  “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”

  QS. al-Baqarah (2) ayat 286:

  

             

            

            

            

     “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

  QS. at-Taubah ayat 70:

  

          

      

         



  “Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang

  Menganiaya diri mereka sendiri.”

  QS. Ali Imran (3) ayat 108:

  

           

 “Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan Tiadalah Allah berkehendak untuk Menganiaya hamba- hamba-Nya.

  

  QS. An- Nisa‟ ayat 110:

  

           

  “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati

  Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

  

  QS. Ar-Rahman ayat 29:

              “Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.

   Berangkat dari tanggapan Agus Mustofa terhadap pemikiran-pemikiran Atheisme tersebut di atas dapat digarisbawahi bahwa pandangan Atheisme Barat yang mengatakan bahwa

  “Agama Adalah Racun Kehidupan” adalah salah besar karena menurut Agus Mustofa, para penganut Atheisme menganggap Tuhan adalah Dzat yang suka marah-marah, suka menghukum, dan tidak peduli kepada makhluk ciptaan-Nya, terpisah jauh dari makhluk-Nya dan hanya berdian diri di dalam surganya, serta tidak terlibat dalam segala peristiwa yang terjadi di alam semesta, selain itu pula, beliau mengelak kekeliruan dari tudingan Christopher Hitchens terhadap agama-agama ahli kitab yaitu berkaitan dengan isu propagandanya kepada agama-agama besar monotheisme, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam, yang dalam al- Qur‟an diistilahkan sebagai ahli kitab- yaitu penganut dari kitab Taurat, Injil dan al- Qur‟an.

  B.

  

Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Orang Beragama Tidak Bisa

Berpikir Ilmiah dan Dalil Al- Qur’an 1. Analisis Agus Mustofa

  Menurut Agus Mustofa, tokoh yang menggagas pandangan“orang beragama tidak bisa berpikir ilmiah” adalah seorang tokoh Atheis, Richard Dawkins. Menurut Agus Mustofa, Richard Dawkins di dalam bukunya The God Delusion mengatakan:Seleksi alam dan teori-teori ilmiah lainnya terbukti lebih unggul dibandingkan hipotesa ilusif

  • – tentang keberadaan Tuhan yang merancang segalanya dengan cerdas
  • – dalam menjelaskan dunia kehidupan dan kosmos.Katanya, Dawkins berpendapat bahwa teori alam semesta tanpa Tuhan adalah lebih baik jika dibandingkan dengan teori alam semesta yang melibatkan Tuhan. Apalagi Tuhantidak bisa dibuktikan keberadaan-Nya. Karena, jika alam
semesta ini ada yang mendesain, lantas siapakah yang mendesain Tuhan? Sebuah logika, yang menurut Dawkins akan berputar-putar tidak ada ujung pangkalnya.

  Jadi, lebih baik ikuti saja hukum alam yang sudah bekerja. Jelas-jelas bisa

  106 dibuktikan dan tidak menimbulkan persoalan kompleks dalam memahaminya.

  Di sini, kaum Atheis ternyata sudah mengalami kerancuan pemikiran kata Agus Mustofa. Betapa tidak, keberadaan Tuhan dianggap sebagai logika kompleks yang sulit dipahami. Padahal di sisi lain mereka menuding orang beragama terlalu sederhana dengan melibatkan Tuhan dalam setiap peristiwanya. Sebagaimana yang Agus Mustofa juga kutip dalam tulisan Dawkins: “Setiap tidak bisa menjawab sebuah fenomena alam, orang beragama akan mengatakan itu sebagai peran Tuhan.

  107

  Terlalu gampang mengisi kekosongan dengan Tuhan.” Agus Mustofa juga mengatakan bahwa seperti halnya Stephen Hawking,

  Dawkins terjebak pada asumsi distortif di awal proses berpikir ilmiahnya. Bahwa sudah menjadipenyakit umumkalangan Atheisyang sering memanfaatkan perangkat ilmiah untuk bisa membuktikantidak adanyaTuhan. Yakni mereka meramu asumsi sedemikian rupa, sehingga hasilnya sudah bisa ditebak: tidak perlu adanya Tuhan

  108 terkait dengan proses munculnya alam semesta beserta segala peristiwanya.

  Agus Mustofa menanggapi argumen Richard Dawkins tersebut dengan mengatakan dalam bukunya Ibrahim pernah Atheis:

  106 107 Mustofa, Ibrahim, 97. 108 Ibid.,98.

  Padahal sebenarnya perangkat ilmiah adalah perangkat yang netral. Bisa digunakan oleh siapa saja, yang bertuhan maupun yang tidak bertuhan. Adalah jika sebuah kesalahan besar jika ada yang mengatakan bahwa orang Atheislebih berpikir ilmiah, sedangkan orang beragama berpikir dogmatis. Itu hanya benar bagi agama selain Islam. dalam Islam, al-

  Qur‟an sangat tegas

  109 menolak dogmatisme.

2. Dalil Al-Qur’an

  Ayat Al- Qur‟an yang dipakai oleh Agus Mustofa untuk mengkritik konsep

  „orang beragama tidak bisa berpikir ilmiah‟ adalah QS. al-Baqarah (2) ayat 170:

  

            

           “Dan apabila dikatakan pada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"

  Dapat digarisbawahi bahwa menurut Agus Mustofa, konsep Atheisme yang mengatakan bahwa

  “orang beragama tidak bisa berpikir ilmiah ” jelas sudah mengalami kerancuan, karena keberadaan Tuhan dianggap sebagai logika kompleks yang sulit dipahami. Padahal di sisi lain mereka menuding orang beragama terlalu sederhana dengan melibatkan Tuhan dalam setiap apa yang terjadi.

  109

  C.

  

Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Tuhan Hanyalah Ilusi Bahkan

Delusi ’ dan Dalil Al-Qur’an 1. Analisis Agus Mustofa

  Menurut Agus Mustofa Pandangan “Tuhan hanya ilusi bahkan delusi” ini

  110

  diusung oleh seorang Atheis bernama Richard Dawkins . Menurut Agus Mustofa, Dawkins telah mengatakan bahwa Tuhan itu hanyalah sebuah ilusi atau bahkan

  111

  delusi. Yang kemudian menurut Dawkins secara tergesa-gesa menjadikan argumennya tersebut sebagai sebuah judul bukunya The God Delusion. Seorang Atheisitu telah menjustis bahwa keberadaan Tuhan itu hanyalah sebuah ilusi atau

  112

  bahkan delusi. Sesuatu yang tidak ada, tapi diada-adakan. Maka Agus Mustofa menanggapi pendapat Dawkins yang salah tersebut dalam sebuah bukunya Ibrahim

  pernah Atheis:

  Maka, pada hakikatnya itu bukan sebuah kesimpulan dari proses ilmiah, melainkan pendapat yang dijadikan asumsi. Karena sesungguhnya Dawkins tidak pernah bisa membuktikan secara saintifik bahwa Tuhan itu tidak ada. Bahwa Tuhan itu Cuma ilusi. Sehingga dia pun hanya mengatakan, Tuhan ituhampir pastitidak ada. Karena sesuatu itu berada di tataran ilusi atau nyata tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Sangat bergantung pada persepsi. Dan persepsi sangat dipengaruhi sudut pandang subyektif. Maka, sangat boleh jadi hati kecilnya selalu ragu tentang persepsinya. Atau justru dialah yang sebenarnya mengalami ilusi atau delusi dikarenakan obsesi yang berlebihan untuk mengatakan Tuhan itu tidak ada. Dikarenakan beliau dibesarkan di lingkungan yang mempersepsi Tuhan secara kontradiktif. Padahal, bagi orang beragama, yang meletakkan asumsi sebaliknya

  • – Tuhan ada dan nyata – semua proses ilmiah itu akan bisa membuktikan keberadaan dan keterlibatan Tuhan dalam setiap peristiwa. Mulai dari penciptaan alam semesta, makhluk

  113

  hid upnya, sampai pada berbagai peristiwa yang menyertainya.”

  111 112 Ibid.,100. 113 Ibid.,100.

2. Dalil Al-Qur’an

  Agus Mustofa memperkuat kritikannya dengan QS. Yusuf (12) 105:

              “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi

yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.”

  Maksud dari ayat tersebut menurut Agus Mustofa, bahwa tanda-tanda eksistensi Allah itu sebenarnya sudah terhampar di mana-mana, tetapi banyak yang tidak bisa melihatnya, dikarenakan merekatidak mempedulikannya alias memiliki

  mental block. Agus Mustofa juga menganalogikan asumsi para tokoh Atheistersebut

  dengan sebuah surat wasiat, di mana mereka Cuma sibuk mempermasalahkan huruf, kata-kata, dan kalimatnya. Atau sekedar membahas jenis kertas atau kualitas tinta yang digunakan untuk menulis surat wasiat itu. atau paling jauh, katanya hanya mengembangkan pertanyaan skepticapakah surat itu ada penulisnya atau tidak. Dan, lantas orang Atheis itu berkata: “Saya tidak percaya surat ini ada penulisnya. Karena

  114

  si penulis itu tidak bisa dibuktikan keberadaannya.” Agus Mustofa menanggapi argumen mereka tersebut dengan mengatakan:

  115

  dan banyak “Yaah, silahkan saja. Tetapi, orang-orang seperti Kazuo Murakami 114 115 Ibid.,104.

  Prof. Kazuo Murakami adalah seorang pakar genetika Jepang. Memperoleh penghargaan

Max Plank Research Award (1990) dan Japan Academy Prize (1996) itu mengungkapkan rasa

kekagumannya kepada Tuhan secara sangat mengesankan. Dalam bukunya yang berjudul The Divine

Massage of The DNA , ia mengatakan sering dibanjiri oleh perasaan takjub ketika meneliti genetika.

Keindahannya luar biasa. Sehingga ia menyimpulkan, tidak mungkin cetak biru kehidupan manusia lagi ilmuwan-ilmuwan kelas dunia lainnya sudah bisa melangkah lebih jauh. Tidak hanya berputar-putar pada wujud fisiknya, melainkan sudah masuk ke dalam dengan

  116

  menelaahpesanyang terkandung di dalamnya.” QS. Al-

  An‟am (6): 75:

             “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.”

  Berdasarkan kritikan Agus Mustofa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa menurut Agus Mustofa, konsep Atheis yang mengatakan bahwa „Tuhan hanyalilusi bahkan delusi

  ‟adalah salah besar, apalagi denganmenganalogikan Surat Tuhan dengan surat wasiat, di mana mereka (kaum Atheis)hanya sibuk mempermasalahkan huruf, kata-kata dan kalimatnya, atau sekedar membahas kualitas tinta dan jenis kertas yang digunakan untuk menulis surat wasiat itu.

  D.

  

Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Tuhan Sudah Mati’ dan Dalil Al-

Qur’an

1. Analisis Agus Mustofa

  Analisis dari Agus Mustofa yang selanjutnya adalah mengenai argumen

  117

  Atheisme yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati . Tokoh Atheisme ini adalah

  

suatu keajaiban yang jauh melebihi pengertian atau kapasitas manusia.” Tegasnya. Hal itu

membawanya kepada suatu keputusan akan adanya sesuatu yang hebat yang berperan dalam segala

realitas. Ia menyebutnya sebagai Sesuatu yang Agung. Baca lebih lanjut: Agus Mustofa, Ibrahim

pernah Atheis, 101-102. 116

  118

  Friedrich Nietzsche . Menurut Agus Mustofa, Nietzsche mengatakan bahwa Tuhan telah mati, karena Tuhan menurutnya tidak bisa dibuktikan secara saintifik.

  Dengan filosofi Atheismenya ia „membuktikan ‟bahwa Tuhan tidak terlibat dalam kehidupan makhluk-Nya. Bahwa kehidupan ternyata berjalan secara alamiah, apa

  119 adanya.

  Dari pemikiran Nietzsche tersebut, berarti sains telah menjadi sandarankebenaranbagi para Atheis. Sudah menjadi keyakinan mereka bahwa jika 117

  "Tuhan sudah mati"

seksi 108 (New Struggles), dalam seksi 125 (The Madman), dan untuk ketiga

kalinya dalam seksi 343 (The Meaning of our Cheerfulness). Juga muncul dalam buku klasik

Nietzsche yang paling bertanggung jawab dalam memopulerkan

ungkapan ini. Gagasan ini dinyatakan oleh 'The Madman' sebagai berikut: Tuhan sudah mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuhnya. Bagaimanakah kita, pembunuh dari semua pembunuh, menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan paling perkasa dari semua yang pernah dimiliki dunia telah berdarah hingga mati di ujung pisau kita sendiri. Siapakah yang akan menyapukan darahnya dari kita? Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan apakah, permainan- permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi tuhan-tuhan semata- mata supaya layak akan hal itu (pembunuhan Tuhan). Nietzsche, Die fröhliche Wissenschaft , seksi 125. Baca: Pukul 15.00.

  Friedrich Wilhelm Nietzsche (lahir d

d Dia

menulis beberapa teks kritis terhadap agama, moralitas, budaya kontemporer, filsafat dan ilmu

pengetahuan, menampilkan kesukaan untuk metafora, ironi, dan pepatah. Ia merupakan salah

seorang tokoh pertama dar dan Franziska. Ia memiliki nama lajang

  

Setelah kematian ayahnya pada tahunNietzsche masuk sekolah arama

di dan zaman klasik.

Setelah lulus dari Pforta, pada tahun

Tahun

hingga pada akhirnya tahunia meninggal karena penyakit kelamin yang dideritanya. Lihat: Agus Mustofa, Ibrahim pernah Atheis, 29. 119 sesuatu bisa dibuktikan secara saintifik maka sesuatu itu dikatakan benar. Kalau sebaliknya, maka dikatakan salah. Demikian pula, jika sesuatu terbukti secara saintifik, maka ia dikatakan ada. Dan jika tidak terbukti, dikatakan tidak ada. Atau setidak-tidaknya belum ada. Itulah sebabnya para Atheis mengatakan bahwa Tuhan tidak ada, karena tidak bisa dibuktikan secara saintifik.

  Karena bersandar kepada hukum-hukum alam itu, maka para tokoh Atheismenggunakan perangkat sains untuk menyatakan sesuatu benar atau salah, ada atau tidak ada. Secara umum, mereka sangat mengagungkan rasionalitas, logika, analisa dan pembuktian empiris.

  Menurut Agus Mustofa, bagi kaum Atheis seperti halnya Nietzssche, sesuatu disebut ada atau benar, ketika sesuai dengan logika, rasionalitas, analisa dan juga bukti-bukti empiris. Selebihnya, meskipun berpotensi dan mungkin terjadi, tetap

  120 belum bisa disebut ada atau benar.

  Sebagaimana yang juga Agus Mustofa paparkan dalam bukunya Ibrahim

  pernah Atheis: Karena itu, kata mereka, konsep inilah harus diuji dengan hiptesa-hipotesa.

  Misalnya, jika Tuhan ada, apakah Dia bisa dilihat, didengar, diajak bicara, diminta sesuatu dan juga kemudian memenuhinya atau tidak. Pokoknya, dibuktikan peran nyata-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penganut Atheisini, Tuhan terbukti tidak bisa memenuhi dan menjawab hipotesa yang

  121 diujikan itu. Sehingga, kesimpulannya Tuhantidak ada.

  ”

  120 121 Ibid.,32-33.

2. Dalil Al-Qur’an

  Agus Mustofa memperkuat kritikannya terhadap kaum Atheis tersebut dengan menggunakan QS. al- An‟am (6) ayat 103 yaitu:

             “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala apaun yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.”

  Berangkat dari uraian diatas dapat digarisbawahi bahwa Agus Mustofa tidak sependapat dengan pemikiran Friedrich Nietzsche tentang argumen Friedrich Nietzsche

  “Tuhan sudah mati”. Karena bagi Agus Mustofa, mereka sangat mengagungkan logika, rasionalitas, analisa, dan pembuktian empiris.