PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB IDZOTUN NASYIIN KARANGAN SYEKH MUSTOFA AL-GHOLAYAYNI SKRIPSI

  

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB IDZOTUN NASYIIN

KARANGAN SYEKH MUSTOFA AL-GHOLAYAYNI

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah

  

Disusun oleh

MUHAMMAD KHOIRUN NI’AM

114 12 012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

KEMENTERIAN AGAMA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

ميحرلا نحمرلا للها مسب

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 22 Maret 2016 Penulis,

  Muhammad Khoirun Ni’am

  NIM. 114 12 012

  

MOTTO

هكي مل : ل ا ق شمع لأ ا هع ًيبأ هع صفح هب رمع ه ع

ناك ًّوإو اشّحفتملاو اشحاف ملسو ًيلع الله ىلص الله لو سر ,

) ملسم و ي ر اخب ل ا يا ور ( اقلاخأ مكىساحأ مكرايخ ّنإ لوق ي

  

“Artinya: Dari Umar bin Khafsh dari Ayahnya dari A’masy Rasululullah SAW

bersabda: sebaik-sebaik kamu yaitu yang paling baik keadaan akhlaknya. (HR.

  

Bukhari Muslim)”

“Pendidikan Yang Baik Akan Membentuk Akhlak Yang Baik Pula”

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidup-Ku

  1. Kedua orang tua Ku Bapak Dimyathi dan Ibu Darsipah tersayang yang membesarkan Ku serta memberikan do‟a restu demi tercapainya keberhasilan ini.

  2. Adik Ku tersayang Khoyinatul Ulya terima kasih atas motivasi yang adik berikan kepada mas Muhammad Khoir un Ni‟am.

  3. Terima kasih kepada teman-temas Takmir Masjid Raya Darul Amal yang selalu menyemangati Ku.

  4. Seseornag yang spesial yang akan menjadi zaujah Ku.

  5. Almamater Ku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.

KATA PENGANTAR

  

م يحرلا نحمرلا للها مسب

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB IDZOTUN NASYIIN KARANGAN SYEKH MUSTOFA AL-GHOLAYAYNI

  ” Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga 4.

  Bapak M. Farid Abdullah, S.Pd.I., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

  6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.

  7. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

  8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

  Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal „alamien.

  Salatiga, …. Maret 2016

  Penulis,

  Muhammad Khoirun Ni’am

  NIM. 114 12 012

  

ABSTRAK

  Ni‟am, Muhammad Khoirun. 2016. Pendidikan Akhlak dalam Kitab Idzotun

  Nasyiin Karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : M. Farid Abdullah, S.Pd.I., M.Hum.

  Kata Kunci: Pendidikan Akhlak, Kitab Idzotun Nasyiin.

  Ajaran Islam memberikan pedoman hidup kepada umat manusia. Pedoman hidup itu telah terurai banyak secara jelas luas dan jelas dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Inti dari pedoman tersebut adalah manusia di anjurkan untuk membangun kehidupan itu dengan perbuatan-perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Hal ini jika dijalankan maka kehidupan akan selamat.

  Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian moral dalam kitab Kitab

  

Idzotun Nasyiin Karangan Syekh Mustofa Al-GHOLAYAYNI dengan rumusan

  masalah (1) Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Idzotun Nasyiin? (2)Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Idzotun Nasyiin dengan konteks kekinian?

  Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat kami simpulakan bahwa: (1) Nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Kitab Idzotun Nasyiin antara lain: berani melangkah/maju, sabar, munafiq, ikhlas, putus asa, pengharapan (optimis), pengecut, membabi buta (tindakan ngawur), keberanian, kemashlahatan, kemuliaan, lengah dan waspada, revolusi moral, rakyat dan pemerintah, tertipu oleh diri sendiri, pembaharuan, kemewahan, agama, modernitas, kebangsaan, kemerdekaan, macam-macam kemerdekaan, kehendak, kepemimpinan, ambisi kekuasaan, dusta dan jujur, adil, dermawan, kebahagiaan, melaksanakan kewajiban, bisa dipercaya, iri dengki, tolong menolong, pujian dan belenggu, fanatik, pewaris bumi, kejadian awal, tunggulah saatnya, derma, perempuan, pikirkanlah dan tawakkal, dan pendidikan, (2)Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Kitab Idzotun Nasyiin, merupakan gambaran langkah nyata yang harus terimplementasikan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Upaya pembentukan kepribadian remaja agar menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, mapan dan bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungan harus dimulai sedini mungkin dengan menanamkan akhlak dalam jiwa mereka sehingga meresap dengan sempurna dan tertanam kuat dalam jiwa mereka.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi MOTTO .................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix ABSTRAK ................................................................................................ xi DAFTAR ISI ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ................................................

  B.

  6 Fokus Penelitian ............................................................

  C.

  6 Tujuan Penelitian ..........................................................

  D.

  7 Manfaat Penelitian ........................................................

  E.

  8 Definisi Operasional .....................................................

  F.

  10 Metode Penelitian .........................................................

  G.

  13 Sistematika Penulisan ...................................................

  BAB II BIOGRAFI TOKOH A. Biografi Syekh Mustofa Al-Gholayayni dan Sosio- kulturnya .......................................................................

  15 B.

  21 Karya-karya Syekh Mustofa Al-Gholayayni ................

  C.

  54 BAB IV PEMBAHASAN A.

  79 C. Penutup .........................................................................

  78 B. Saran .............................................................................

  66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................

  Kitab Idzotun Nasyiin Karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni terhadap Pendidikan Agama Islam ......

  57 B. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam

  Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Idzotun Nasyiin Karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni ..............................................................

  53 E. Tujuan Pendidikan Akhlak dalam Kitab Idzotun Nasyiin ..........................................................................

  Corak Umum Pendidikan Akhlak Menurut Pemikiran Syekh Mustofa Al-Gholayayni .....................................

  31 D. Metode Pendidikan dalam Kitab Idzotun Nasyiin ........

  30 C. Pokok Bahasan tentang Pendidikan Akhlak .................

  28 B. Latar Belakang Penulisan Kitab Idzotun Nasyiin .........

  IDZOTUN NASYIIN A. Sistematika Kitab Idzotun Nasyiin ...............................

  25 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYEKH MUSTOFA AL-GHOLAYAYNI DALAM KITAB

  22 D. Uraian Singkat Tentang Kitab Idzotun Nasyiin ............

  79

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 4 Dokumentasi Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai

  dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Oleh karena itu, kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa, disebabkan akhlaknya yang baik. Akhlak bukan sekedar sopan santun, tata-krama yang bersifat lahiriyah dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari pada itu. Seseorang yang berakhlak mulia, selalu melakukan kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan pada orang yang berhak. Dia melakukan kewajibannya terhadap dirinya sendiri, Tuhannya, manusia dan semua mahkluk lain yang menjadi haknya, terhadap manusia yang menjadi hak manusia lainnya, terhadap alam dan lingkungannya dan segala yang ada secara harmonis, dia akan menempati martabat yang mulia dalam pandangan ilmu. Dia menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela, maka dia akan menempati kedudukan yang mulia secara objektif walaupun secara material keadaannya sangat sederhana.

  Seseorang yang berakhlak buruk yang dalam masyarakat sering disebut tidak berakhlak, melanggar norma norma kehidupan, bergelimang dalam keburukan dengan penyelewengan dan pelanggaran terhadap norma- norma yang berlaku yang seharusnya ditaati, penuh dengan sifat-sifat tercela, merusak hak orang lain, tidak memberikan hak pada orang yang mempunyai, tidak melaksanakan kewajiban yang seharusnya dilaksanakannya, maka secara objektif dia akan menempati kedudukan yang hina, walaupun secara material dia dalam keadaan mewah dan serba lebih (Djatmika, 1987:12).

  Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu upaya penanaman akhlak melalui pendidikan. Pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.

  Pendidikan akhlak berarti juga menumbuhkan personalitas kepribadian dan menanamkan tanggung jawab. Oleh karena itu, jika berpredikat seorang Muslim yang baik ia harus mentaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya yang didorong oleh iman sesuai dengan akidah Islamiyah. Pendidikan akhlak merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita. Karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian, Islam dapat dijadikan pedoman seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.

  Secara faktual, pendidikan akhlak berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan (Abdullah, 2007:22). Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Dia juga mengatakan seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka bantailah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya hadits Nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu sekalian”(Al-Ghazali, tanpa tahun:54).

  Kenyataan di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya.

  Keadaan pembinaan akhlak semakin terasa diperlukan terutama pada saat di mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada alat telekomunikasi. Peristiwa baik atau buruk dengan mudah dapat dilihat melalui televisi, internet, film, buku-buku, tempat-tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat, demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup materialistik dan hedonistik semakin menggejala, semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.

  Fenomena di atas menggambarkan bahwa betapa pembinaan akhlak membutuhkan usaha dan penangan yang sungguh-sungguh, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi rohaniah dalam diri manusia. Oleh karena itu, sangat urgent untuk memformat pembelajaran akhlak yang dimulai dari perencanaan, palaksanaan, pengawasan dan evaluasi yang efektif, sistemik, integratif dan komprehensif. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk di dalamnya akal, nafsu, amarah, fitrah, kata hati, nurani dan situasi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

  Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak di atas, Syeikh Musthafa Al-Ghalayayni, menekankan bahwa pendidikan adalah menanamkan akhlak yang utama, budi pekerti yang luhur serta didikan yang mulia dalam jiwa remaja dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat yang berguna, sehingga menjadi sifat yang tertanam dalam jiwa. Sehingga tampaklah buahnya yaitu berupa amal perbuatan yang utama, kebaikan, kesenangan bekerja untuk kepentingan tanah air dan bangsa (al-Ghalayayni, tanpa tahun:189).

  Kita hidup dalam kondisi krisis akhlak dengan pengertian yang luas, baik krisis akhlak secara individu maupunkelompok, kita bisa lihat antara adanya pertumpah darah antar sesama kelompok umat Islam sendiri kerena mereka merasa unggul dari yang lain, adanya peperangan dan pengrusakan.

  Sedangkan krisis akhlak secara individu seperti: pemimpin yang angkuh dan sombong terhadap bawahan, berlaku sewenang-wenang terhadap bawahannya, sehingga tidak ada lagi kepercayaan dari para bawahan yang dipimpinnya (Deden, 2007: 5).

  Generasi muda adalah sebagai penerus bangsa, apabila penerus bangsa memiliki jiwa yang berakhlak mulia tentu saja negara akan maju dan rakyat akan hidup tentram, tetapi sebaliknya apabila penerus bangsa ini memiliki akhlak yang buruk tentu saja negara kita akan mengalami banyak kerusakan dan kemunduran. Oleh sebab itu mempersiapkan generasi muda yang berakhlak mulia adalah sangat penting didalam dunia pendidikan (Sholikhun, 2008: 3).

  Umat Islam dulu pernah menjadi umat yang kuat dan berwibawa, kini justru menjadi bulan-bulanan kepentingan dan keserakahan umat lain. Umat lain kini telah berjuang keras untuk melumpuhkan umat yang beragama Islam dengan segala cara dari zaman ke zaman, diantaranya yaitu menciptakan kondisi umat Islam yang bebas tidak terikat dengan norma-norma agama dan akhlak sebagai pegangan hidup. Dengan cara ini, mereka mengharapkan akan muncul generasi-generasi Islam yang dapat menuruti kemauan-kemauan imperalis, pemalas dan senang hidup mewah dan berfoya-foya, dan selalu mementingkan kepentingan pribadi dengan segala cara mengesampingkan urusan bangsa. Generasi apabila belajar, maka semata-mata untuk kepentingan pribadi dan kesenangannya, apabila bekerja atau menjadi pejabat juga berusaha untuk kesenangan dan kepribadian sendiri, apabila umat Islam seperti ini maka tunggulah kehancurannya.

  Ditengah-tengah umat Islam dalam keadaan yang memprihatinkan tersebut, kitab ini diluncurkan oleh ulama besar mesir yaitu Syeikh Mustafa Al-galayaini untuk menyelamatkan para generasi muslim dari jurang kebinasaan, isinya bukan sekedar menawarkan sederetan teori ilmiah, melainkan juga arahan operasional yang lebih praktis.

  Karena sangat pentingya kitab ini, para ulama Indonesia sejak satu abad lebih yang lalu mengajarkan kitab ini kepada santrinya, sehingga pemerintah belanda merasa gusar, merasa terganggu kepentingannya dan akhirnya mereka melarang pembacaan kitab ini di seluruh pesantren di Indonesia, tidak hanya intruksi pelarangan saja tetapi juga melakukan penangkapan para kyai yang mengajarkan kitab ini.

  Al-Ghalayayni juga berkecimpung langsung menjadi praktisi pendidikan. Ia aktif mengajar di beberapa Universitas dan Sekolah Tinggi Syari‟ah lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa Ia merupakan ulama yang juga praktisi. Dalam konteks penanaman dan pembinaan akhlak di atas, Syeikh Mustafa Al-galayaini dengan ilmu dan pengalamanya melalui kitab

  “Idzotun Nasyiin ingin memberi bimbingan kepada segenap muslim agar menjadi

  individu-individu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berakhlak mulia dan mengerti bagaiman seharusnya ia bersikap menghadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong mengkaji lebih lanjut tentang

  “PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB IDZOTUN NASYIIN KARANGAN SYEKH MUSTOFA AL-GHALAYAYNI

  ‟” B.

   Fokus Penelitian

  Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana pendidikan akhlak yang disampaikan oleh Syeikh Mustofa Al-Ghalayayni.

  Rumusan masalah tersebut, dirinci sebagai berikut: 1.

  Bagaimanakah konsep pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab

  Idzotun Nasyiin ? 2.

  Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Idzotun

  Nasyiin dengan konteks kekinian ? C.

   Tujuan Penelitian

  Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang:

  1. Untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab Idzotun Nasyiin .

  2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Idzotun Nasyiin dengan konteks kekinian.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis, antara lain:

  1. Manfaat teoritis a.

  Pengamat pendidikan akhlak sebagai masukan yang berguna, menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang keterkaitan antara kitab Idzotun Nasyiin dengan pendidikan akhlak.

  b.

  Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasanya berguna menambah literatur tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Idzotun Nasyiin.

  c.

  Penelitian ini semoga dapat memberikan konstribusi positif bagi para akademisi khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang keterkaitan kitab Idzotun Nasyiin dengan pendidikan akhlak.

  2. Manfaat praktis a.

  Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi remaja muslim agar mempunyai akhlaqul karimah dan karakter yang baik.

  b.

  Penelitian ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membina dan mengetahui perkembangan pendidikan akhlak remaja muslim dengan karakter yang baik.

E. Definisi Operasional

  Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas.

  Istilah-istilah tersebut adalah : 1.

  Pendidikan Akhlak a.

  Pendidikan Pendidikan yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui: upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara didik (Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:768).

  Menurut Ahmad D. Marimba (1989:19), pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

  Pendidikan yang dikehendaki dalam tulisan ini adalah membimbing dan mengarahkan segala potensi yang telah ada pada manusia sejak awal kejadiannya secara sadar agar tercipta insan kamil.

  b.

  Akhlak Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab

  “ ”

  قلاخا

  قلخ

  bentuk jamak dari mufradnya “ ” yang berarti “budi pekerti”.

  Sinonimnya: etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti “Kebiasaan”. Moral berasal dari bahasa latin juga, mores, juga berarti "Kebiasaan".

  Sedangkan menurut Ibnu Miskawaih dalam bukunya Tahdzibul akhlak wa that-huul-a'raq (1405 H : 25), akhlak adalah:

  ةي ورا لاو ركف يرغ نم الهاعف أ لى إ اله ةيعاد سفنلل لاح قللخا

  Akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.

  Menurut al-Ghazali dalam bukunya Ihya' Ulumudin (tanpa tahun: 58), akhlak adalah:

  يرغ نم رسيو ةلوهسب لاعف لأا ردصت نع ةخسار سفنلا في ةئيى نع ةرابع قللخاف ةياورو ركف لىإ ةجاح

  Artinya: “Daya dan tingkah laku yang tertanam dalam jiwa yang

  mendorong untuk melakukan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu ”.

  Kata “daya” diatas dapat diartikan sebagai: kesanggupan jasmani maupun rohani untuk melaksanakan suatu aktifitas (Sudarsono, 1993:50).

  suatu proses

  Jadi yang dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah

  

bimbingan atau pertolongan secara sadar pada siswa agar dalam

  pendidik

  

jiwa anak tersebut tertanam dan tumbuh sikap serta tingkah laku atau

perbuatan yang sesuai dengan ajaran islam, sehingga dalam pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohaninya untuk membiasakan perbuatan baik

dengan mudah tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu, akan tetapi

perbuatannya didasarkan pada keimanan, dan juga terbentuklah kepribadian

yang utama.

2. Kitab Idzotun Nasyiin

  

Kitab Idzotun Nasyiin adalah kitab yang membahas tentang akhlak,

etika dan kemasyarakatan untuk membimbing generasi muda muslim agar menjadi individu yang bersih dari sifat tidak terpuji, berakhlak mulia dan mengerti bersikap dalam menghadapi segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan pendidikan akhlak dalam kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni adalah usaha bimbingan yang dilakukan Syekh Mustofa Al-Gholayayni terhadap perilaku dan tindakan pribadi agar cenderung dan terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan memiliki kepribadian yang utama menanamkan perilaku yang utama di dalam kepribadian dan menyirami dengan butir-butir petunjuk dan bimbingan, sehingga melekat menjadi suatu kepribadian yang kemudian mampu membuahkan keutamaan dan kebaikan serta senang berbuat yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

F. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Skripsi ini menggunakan pendekatan hermeneutika. Pendekatan ini penulis pakai karena hermeneutika sangat relevan untuk menafsirkan berbagai gejala, peristiwa, simbol, maupun nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan bahasa. Dalam hal ini yang diungkap adalah pendidikan akhlak dalam kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni (Kaelan, 2005: 80).

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library

  research ), yaitu suatu cara kerja tertentu yang bermanfaat untuk

  mengetahui pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen yang dikemukaan oleh ilmuan masa lalu maupun sekarang (Kaelan, 2005: 250). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, catatan yang berhubungan dengan makna, nilai dan pengertian. Dalam skripsi ini peneliti menganalisis muatan isi dari objek penelitian yang berupa dokumen yaitu kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni.

  2. Objek Penelitian Pada skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni.

  3. Sumber Data a.

  Data primer yaitu, data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau petugas-petugasnya dari sumber pertamanya (Suryabrata, 2005: 39).

  Beberapa buku dalam data primer antara lain : a.

  Kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni.

  b.

  Terjemahan Kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni b. Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain yang membahas tentang pendidikan akhlak, baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel, maupun karya ilmiah lainnya. Beberapa sumber yang penulis gunakan sebagai data sekunder antara lain: buku, artikel dan sumber lain yang relevan dengan penelitian.

  4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui dokumen. Dokumen disini bisa berupa buku, surat kabar, majalah, jurnal, ataupun internet yang relevan dengan tema penelitian ini.

  5. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dalam penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik content analisis (Moeleong, 1991:163), yaitu analisis tekstual dalam studi pustaka melalui interpretasi terhadap isi pesan suatu komunikasi sebagaimana terungkap dalam literatur-literatur yang memiliki relevansi dengan tema penelitian ini yang berorientasi pada upaya mendeskripsikan sebuah konsep atau memformulasikan suatu ide pemikiran melalui langkah-langkah penafsiran terhadap teks Kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni

  Selain analisis isi, peneliti juga menggunakan teknik analisis semiotik, karena obyek kajian berupa teks, maka juga akan dikaji bahasa dari teks yang digunakan tersebut. Semiotik merupakan kajian tanda yang ada dalam kehidupan, artinya segala sesuatu yang ada dalam kehidupan dapat dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna (Hoed, 2011:3) . Disini teks Kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni menjadi bagian dari tanda yang harus dimaknai. Dalam penerapan teknik analisis semiotik ini peneliti memperhatikan bahasa yang digunakan oleh Musthofa Al-Ghalayyaini dalam kitabnya. Ketika ada suatu kata atau bahasa yang diulang-ulang atau sebuah penekanan pada bahasa yang digunakan maka itu artinya ada sebuah pesan yang ingin disampaikan olehnya.

  Adapun langkah-langkahnya analisisnya sebagai berikut: a. Memilih data dengan pembacaan dan pengamatan secara cermat terhadap teks Kitab Idzotun Nasyiin yang didalamnya terkandung nilai pendidikan akhlak.

  b.

  Mengkategorikan ciri-ciri atau komponen pesan yang mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada didalam teks Kitab Idzotun Nasyiin.

  c.

  Menganalisis data keseluruhan sehingga mendapatkan pesan yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan akhlak serta implementasinya dalam Pendidikan Agama Islam. Untuk mendapatkan kesimpulan penulis menggunakan pola penalaran induktif, yaitu pola pemikiran berangkat dari suatu pemikiran khusus kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum.

G. Sistematika Penulisan

  Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :

  Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok- pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

  Bab II Biografi Tokoh, pada bab ini dipaparkan tentang gambaran biografi dan setting sosial dari Syekh Mustofa Al-Ghalayayni beserta karangan-karangannya.

  Bab III Deskripsi Pemikiran Syekh Mustofa Al-Ghalayayni, penulis akan mengemukakan sistematika penulisan kitab Idzotun Nasyiin, latar belakang penulisan kitab Idzotun Nasyiin, pokok bahasan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak, metode pendidikan dan tujuan pendidikan akhlak menurut Syeikh Mustofa al-Ghalayyini dalam kitab Idzotun Nasyiin.

  Bab IV Pembahasan, penulis menguraikan tentang Kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni, meliputi: analisis nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Idzotun Nasyiin karangan Syekh Mustofa Al-Ghalayayni serta implementasinya dalam Pendidikan Agama Islam.

  Bab V Penutup, meliputi; kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari penulisan skripsi ini

BAB II BIOGRAFI TOKOH Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran singkat biografi dan perjalanan karir beserta paradigma berpikir Syekh Mustofa Al-Gholayayni. A. Biografi Syekh Mustofa Al-Gholayayni dan Sosio-Kulturnya Nama lengkapnya adalah Musthafa bin Muhammad bin Salim bin Muhyiddin bin Musthafa Al Ghalayyini. Dilahirkan di Beirut pada tahun 1886 M/ 1303 H. Keluarganya merupakan keturunan Al Fawayid, sebuah suku dari Al Huwaithat yang tinggal di antara 'Aqabah dan sebagian daerah Hijaz. Beliau tumbuh di Beirut Al Uthmaniah. Pada masa itu (abad 18 - 19) sedang

  terjadi banyak pergerakan keilmuan berupa pesantren, sekolahan, sekolaah tinggi baik memperlajari keilmuan umum, kemasyarakatan, kesastraan, ataupun jurnalistik, serta banyaknya karangan-karangan ilmiah dalam berbagai cabang keilmuan. Pada masa itu juga sedang terjadi kebangkitan politik yang bertujuan untuk memperbaiki kekacauan-kekacauan yang ditimbulkan oleh pemerintahan Uthmaniah. Al-Gholayayni termasuk salah satu dari ratusan ulama di Lebanon yang pemikirannya tak terkena pengaruh oleh kondisi saat itu.

  Di masa pertumbuhan Al-Gholayayni ketika masih kecil sudah menunjukkan kecerdasan intelektual melebihi teman-temanya. Syekh Al Ghalayini mendapatkan pendidikan pertamanya melalui halaqah-halaqah yang dibuka oleh para ulama di Jami Al Umry di Beirut. Beliau belajar kepada syaikh Muhyiddin Al Khayyath, syaikh Abdul Bashith Al Fakhury, dan syaikh Shalih Al Rifa'i Al Tharabalsy. Kemudian Al Ghalayini berpindah ke Mesir, terdaftar di Jami Al Azhar Al Syarif. Beliau menimba ilmu dari para ulama di sana. Di antaranya adalah syaikh Sayyid bin Ali Al Murshafy, syaikh Muhammad Abduh

  • – mufti negara mesir – serta banyak ulama lain yang ahli dalam bahasa Arab dan ilmu syariat. Tak lama kemudian Al Ghalayyini kembali ke Beirut dan menetap ke Jami Al Umry, setelah beliau menerbitkan kumpulan tulisannya yang berjudul 'Al Ahram Al Mishriyyah' (Piramid- Piramid Mesir) yang berisi gagasan-gagasannya tentang perbaikan sistem pengajaran di Al Azhar Al Syarif. Setelah itu, beliau bergabung dengan perkumpulan pengajar di Universitas Uthmaniyyah.

  Al-Gholayayni juga mengajar di beberapa sekolah di Beirut. Di antara yang paling sering adalah Universitas Islam milik syaikh Al Azhary, madrasah Sulthaniyyah dan Universitas Syar'iyyah. Beliau juga menjadi wartawan dan pengarang. Belaiu telah menerbitkan majalah Al Nibras pada tahun 1902 M.

  Al-Gholayayni mendedikasikan dirinya sebagai pengajar bahasa dan sastra Arab di nadzarah al ma'arif di Beirut pada tahun 1910 M.

  Al-Gholayayni bergabung dengan organisasi kebangsaan dan politik demi ikut menyelesaikan permasalahan politik yang sedang terjadi di Beirut.

  Al-Gholayayni adalah seorang khatib yang banyak memberikan motivasi untuk melawan kekacauan yang bergejolak pada masa kepemimpinan raja Abdul Hamid, karena pengaruh dua gurunya, syaikh Muhammad Abduh dan syaikh Jamaluddin Al Afghany. Banyak pangkat yang Al-Gholayayni peroleh, diantaranya dipilih sebagai anggota dewan militer di bawah kepemimpinan Abdullah di Yordania, Abdullah pun menyerahkan pendidikan anaknya Thalal dan Naif, kepada Al-Gholayayni dengan mengajarkan mereka bahasa dan sastra Arab. Tak lama tinggal di Omman, akhirnya Al Ghalayini kembali ke Beirut dan menetap di sana. Al-Gholayayni juga terpilih sebagai ketua Majlis A'la Syariat Islam di Lebanon. Diangkat dan diberi kehormatan tersebut pada suatu perayaan yang meriah di Sekolah Tinggi Abbasiyyah, dengan dihadiri banyak ulama dari Beirut, Damaskus, Yerussalem, Baghdad dan Mosul, yang bertempat di Haziran pada tahun 1932 M, dan umur Al Ghalayini saat itu 47 tahun.

  Al-Gholayayni di minta untuk menduduki kursi kehakiman di Beirut selama beberapa tahun, kemudian menjadi penasihat tinggi kehakiman di Beirut. Dan inilah pangkat terakhir yang beliau peroleh. Ia mendapatkan pendidikan dasar dari guru atau syeikh terkenal pada saat itu, diantaranya adalah Muyiddin al-Khayyath, Abdul Basith al-Fakhuri, Shalih al-Rofiie dan lainnya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahirannya, beliau kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di mesir, tepatnya di Universitas Al-Azhar Kairo, disana beliau berguru kepada seorang yang di dunia Islam di kenal sebagai pembaharu pemikiran Islam, yakni Muhammad Abduh.

  Pengaruh pemikiran Muhammad Abduh terhadap Syekh Mustofa Al-Gholayayni dalam kitab Idzotun Nasyiin terlihat gaya penulisan dalam isi kitab ini. Kontribusi pembaharuan pemikiran Muhammad Abduh yang bersifat rasional sangat kentara dalam kitab ini. Pembahasan tentang pembaharuan, kemerdekaan, rakyat dan pemerintah yang menekankan pada kebebasan berpikir, berpendapat dan bernegara. Pemikiran Muhammad Abduh yang juga sangat jelas mempengaruhi pemikiran Syekh Mustofa Al-Gholayayni. Hal ini, dijelaskan pentingnya seseorang memiliki sifat tawakkal. Dalam konteks ini, Muhammad Abduh menyatakan bahwa terdapat dua ketentuan yang sangat mendasari perbuatan manusia, yaitu: pertama, manusia melakukan perbuatan dengan gaya kemampuannya. Kedua, kekuasaan Allah adalah tempat kembali semua yang terjadi (Sucipto, 2003: 152).

  Disamping itu, Muhammad Abduh juga mempengaruhi pemikiran Syekh Mustofa Al-Gholayayni dalam hal gagasan dan gerakan pembaharuannya yang menampakkan modernis puritanis. Muhammad Abduh adalah sorang reformis yang toleran, liberal dan kaya akan gagasan modern. Tapi di satu sisi, Muhammad abduh dilihat sebagai seorang alim, mujtahid, dan penganjur doktrin orisinalitas Islam. Kemudian setelah menamatkan pendidikan di Universitas al-Azhar Kairo, beliau kembali lagi ke Beirut dan aktivitasnya tiada lain adalah mengamalkan seluruh ilmu yang telah didapatkan di Kairo tersebut. Ia aktif mengajar di beberapa Universitas, diantaranya adalah Universitas Umari, Maktab Sulthani, Sekolah Tinggi Usmani, dan Sekolah Tinggi Syari.ah lainnya (al-Ghalayaini, 2002: 4).

  Selain aktif sebagai pengajar beliau juga sangat berminat menggeluti dunia penerbitan. Beliau menerbitkan majalah Nibrasy di Beirut dan berpartisi aktif dalam dunia perpartaian, yakni dengan bergabungnya beliau kepada kelompok Hizb al Ittihad al-Taraqqi (Pertai Persatuan Pembangunan). Tapi, tidak berapa kemudian beliau mengundurkan diri dari keterlibatnya di partai tersebut dan bergabung dengan Hizb al-

  I‟tilaf (Partai koalisi). Sama seperti di partai sebelumnya, atas ketidak sepahaman pendapat dengan golongan elit terpelajar yang bergabung dengan partai itu, beliau lagi-lagi mengulangi keputusannya untuk menarik diri. Menurutnya kejelekan mereka adalah terlalu mengabdikan diri kepada pemimpin keagamaan tradisional yang cenderung sektarian dan non-egaliter. Partai-partai politik yang ada juga tidak dapat diterimanya karena mereka cenderung akomodatif hanya terhadap salah satu kelompok saja dan tidak aspiratif serta mau berjuang dan membela masyarakat umum. Hal inilah yang mendorong Syekh Mustofa Al-Gholayayni beserta para intelektual lain dengan gagasan, visi dan misi yang sama terketuk untuk membentuk partai baru yang disebut dengan Hizb-al-Islah (Partai Reformasi), Maka sesuai namanya partai ini lebih beriontasi kepada perjalanan Islam yang bernuansa reformis dan modernis serta membela hak-hak orang yang tertindas dan mewujudkan masyarakat umum.

  Setelah sekian lama berkecimpung dalam percaturan partai politik, beliau kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi orator (ahli pidato) untuk mendampingi pasukan Ustmani IV pada perang dunia pertama. Beliau juga menyertainya dalam perjalanan dari damaskus menyeberangi gurun menuju Terusan Zues dari Arah Isma.iliyah, dan ikut hadir di medan perang walaupun kemudian mengalami suatu kekalahan. Beberapa peristiwa yang melingkupi perjalanan karir beliau, baik yang berkaitan dengan dunia politik dan perang telah memberikan pelajaran sangat berarti bagi diri al-Ghalayaini. Berdasarkan keinginan yang kuat untuk mengbdikan diri kepada dunia pendidikan, beliau lagi-lagi ke Beirut dan aktif sebagai tenaga pengajar. Di tahun berikutnya kembali ke Beirut, lalu dengan tanpa alasan yang jelas beliau ditahan oleh pemerintah, tapi tidak lama kemudian beliau dibebaskan. Sebagai seorang yang suka berkelana dan menjelajah dari suatu kota ke kota lainya yang masih dalam lingkup tanah Arab, beliau kemudian pergi ke Jordania Timur disana diangkat sebagai pengasuh dua anak Amir Abdullah dan menetap dalam waktu yang tidak lama.

  Perjalanan ke Jordania Timur membuatnya tidak betah berlama-lama di negeri orang, lalu kembali lagi ke Beirut. Tapi sesampainya di Beirut bukan malah mendapatkan suatu penyambutan yang meriah, melainkan suatu penahanan yang dilakukan oleh otoritas Prancis yang sudah lama berada di tanah Beirut untuk kemudian diasingkan ke negara Palestina dan selanjutnya menetap di daerah Haifa. Setelah dibebaskan dari pengasingannya dan menghirup kembali alam bebas, beliau berniat kembali ke tanah kelahiranya, yaitu Beirut. Ia ternyata masih mendapat kepercayaan dari rakyat untuk memangku beberapa jabatan sekaligus, di antaranya adalah beliau diangkat sebagai kepala Majelis Islam, hakim syari‟ah serta penasehat pada Mahkamah Banding syari‟ah Sunni sekaligus terpilih sebagai anggota dewan keilmuan Damaskus. Beliau wafat dibeirut pada tanggal 17 Februari 1945 tepat diusianya yang ke 59 tahun.

B. Karya-karya Syekh Mustofa Al-Gholayayni

  Adapun karya Syekh Mustofa Al-Gholayayni dalam bentuk buku sesuai dengan pengamatan Umar Ridla Kahalah yang dicantumkan dalam karyanya yang berjudul “Mujam al-Muallafin Tarajum Mushannafi al-Kutub al-

  Arabiyyah”, antara lain: 1. Idzotun Nasyiin 2. Al-Islam Ruh al-Madinah aw al-Din al-Islami 3. Jami‟al-Durus al-Arabiyah 4. Nadzratu fi Kitab al-Sufur wa al-Hijab al-Mansub li Nadzari Zain al-Din 5. Nadzaratu fi al-Lughah wa al-adab 6. Diwan Al Ghalayini (fi Syi'r al Fakhr wa Al hikmat wa Al Wathaniyyah)

  Menurut Heri Sucipto karangan Syekh Mustofa Al-Gholayayni, diantaranya:

  1. Izhah al-Nasyiin, kitab ini berisikan nasehat-nasehat atau arahan-arahan bagi kaum muda (remaja) agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh menyongsong masa depan yang penuh tantangan.

  2. Lubib al-Khiyar fi Sirah al-Nabi al-Mukhtar, kitab ini membahas tentang sejarah hidupnya Nabi Muhammad SAW.

  3. Jami‟al-Durus al-Arobiyah, kitab ini membahas tentang berbagai macan permasalahan terkait tata Bahasa Arab yang diuraikan secara lengkap dan sistematis sehingg mudah dipahami dan diaplikasikan.

  4. Al-Tsurayya al-Madhiyah fi al-Dhurus al-Arudhiyah, kitab ini membahas tentang kaidah-kaidah dalm mengubah syair.

5. Uraij al-Zahr, kitab ini berisikan himpunan kata bijak, karya dia sendiri.

C. Corak Umum Pendidikan Akhlak Menurut Pemikiran Syekh Mustofa Al-Gholayayni

  Pada sisi lain Syekh Mustofa Al-Gholayayni dipengaruhi oleh al- Ghazali. Hal ini dapat dibuktikan bahwa di dalam Idzotun Nasyiin terdapat kutipan pemikiran al-Ghazali, misalnya penjelasan al-Ghalayaini tentang anak didik (al-Ghalayaini, 2000: 182). Ciri khas yang paling menonjol dalam Idzotun Nasyiin disusun dengan gaya pidato dengan berbagai poin yang menjadi tema pokoknya sekaligus dilengkapi dangan solusi-solusi dan langkah-langkah ke depan yang lebih baik.