ANALISIS YURIDIS HUBUNGAN PEMERINTAH DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA

  

ANALISIS YURIDIS HUBUNGAN PEMERINTAH DESA DAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM

PEMBANGUNAN DESA

(Studi Kasus Desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa)

  

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Jurusan Ilmu Hukum

  Pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

  Oleh :

  

Munawir Kadir

NIM: 10500112025

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

  

2016

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk bardasarkan pada kode etik ilmiah.

  Gowa, November 2015 Penyusun

  MUNAWIR KADIR NIM : 10500112025

KATA PENGANTAR

  Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulilah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, Karunia serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

  “Analisis Yuridis Hubungan Pemerintah Desa

  

Dan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan Desa ( Studi Kasus

Desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa )” sebagai ujian akhir program

  Studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada Nabi yang menjadi penuntun bagi umat Islam.

  Rampungnya skripsi ini, penulis mempersembahkan untuk orang tua tercinta ayahanda H. Abd Kadir Dg Kulle dan Ibunda tercinta

  Ramlah Dg Ni’ni yang tak

  pernah bosan dan tetap sabar mendidik, membesarkan, memberi dukungan, memberi semangat serta senantiasa mendoakan penulis,

  “You’re the Best motivator”

  .Terimakasih kepada sahabat saya Muh. Nursyam. Amd. Kem, dan Yudianto yang selalu bersedia ketika penulis meminta bantuan.

1. Teruntuk Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor UIN

  Alauddin Makassar, 2. Teruntuk Bapak Prof. Dr. Darussalam, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Bapak Dr. H. Abd. Halim Talli, M.Ag, selaku Wakil Dekan bidang

  Akademik dan pengembangan lembaga, Bapak Dr. Hamsir, SH.,M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. H. M. Saleh

  Ridwan, M.Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Segenap Pegawai Fakultas yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

  3. Teruntuk Ibu Istiqamah, SH., M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Bapak Rahman Syamsuddin, SH., M.H. selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang selalumemberikanbimbingan, dukungan, Nasehat, motivasi demi kemajuan penulis.

  4. Teruntuk Bapak Dr. Abdillah Mustari. M. Ag dan Ibu Andi Safriani. SH.,

  MH. Selaku pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, motivasi, demi kemajuan penulis.

  5. Teruntuk Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta jajaran Staf Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu, membimbing penulis dan membantu kelancaran sehingga dapat menjadi bekal bagi penulis dalam penulisan hokum ini dan semoga penulis dapat amalkan dalam kehidupan di masa depan penulis.

  6. Teruntuk pemerintah desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa pa’nakkukang serta pihak terkait dalam penulisan ini yang sudah turut barpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

  7. Terima Kasih kepada Sahabat saya Rahmat Nur dan Ahmad Quraisy,

  Muliawansyah jurusan Ilmu Hukum Angkatan 2012 yang selalu menemani

  dalam Menyelesaikan skripsi ini dan telah memberikan motivasi, semangat serta dukungan kepada saya.

  8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Hukum terkhusus Angkatan 2012 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar : Sri Rahayu Kartika

  Syarif, Ratna Wati, Irvan Syafar, Akbar, Rijal Ajidin, Hendra, Rafik Kabianto, Kamelia Karim Dwi Putri, Nuriasmin, Apriadi Pratama, Kasmawati Arfa, Ferawati Alwi, Fatihani Baso, Arif, Hadzrul, Rahmawati Idrus, Andi Bau Utari, Haris, Kalman. Dan yang tidak bisa disebutkan satu

  persatu terima kasih telah menambah pengalaman dan cerita dalam hidup dan akan selalu menjadi kenangan.

  9. Teman-teman KKN PROFESI UIN Alauddin Makassar Angkatan VI tahun 2015 di Kementerian Agama Kabupaten Gowa yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam hal penyelesaian Study.

  10. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya bagi penulis dalam penyusunan penulisan hukum ini baik secara materil maupun formil.

  Dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki semua kekurangan yang ada dalam penulisan hokum ini.Semoga penulisan hokum ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

  Gowa, 29 Februari 2016 Penulis

  

Munawir Kadir

NIM : 10500112025

  DAFTAR ISI

  JUDUL.................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................. ii PENGESAHAN...................................................................................... iii KATA PENGANTAR............................................................................. iv DAFTAR ISI........................................................................................... vii DAFTAR TABEL.................................................................................. ix ABSTRAK.............................................................................................. x

  BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1-14 A.

  1 Latar Belakang.....................................................................

  B.

  9 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.................................

  C.

  11 Rumusan Masalah.................................................................

  D.

  11 Kajian Pustaka......................................................................

  E.

  13 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................

  BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................. 15-36 A.

  15 Tinjauan Umum Tentang Pemerintah Desa.........................

  B.

  Tinjauan Umum Tentang Badan Permusyawaratan Desa.... 25 C.

  30 Tinjauan Umum Tentang Pembangunan Desa.....................

  D.

  34 Teori Pengawasan.................................................................

  E.

  36 Kerangka Konseptual...........................................................

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................... 37-40 A.

  37 Jenis dan Lokasi Penelitian..................................................

  B.

  38 Pendekatan Penelitian...........................................................

  C.

  38 Sumber Data.........................................................................

  D.

  39 Metode Pengumpulan Data ................................................

  E.

  40 Instrumen Penelitian.............................................................

  F.

  40 Teknik Pengolahan dan Analisis Data.................................

  G.

  41 Pengujian Keabsahan Data..................................................

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................... 42-75 A.

  42 Gambaran Umum Desa Pa’nakkukang................................

  B.

  Hubungan Pemerintah Desa Dan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan Desa Di Desa Pa’nakukang, Kecamatan Pallangga, Gowa...................................................................................

  48 C. Faktor Yang Menjadi Kendala Pemerintah Desa Dan Badan

  Permusyawaratan Desa Dalam Menjalankan Hubungan Pemerintahan Di

  69 Desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa...........

  BAB V PENUTUP.................................................................................. 76-77 A.

  76 Kesimpulan...........................................................................

  B.

  78 Implikasi Penelitian.............................................................. DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 79 LAMPIRAN............................................................................................

  81 RIWAYAT HIDUP..................................................................................

  82

  DAFTAR TABLE

  TABEL I : Pemanfaatan lahan desa Pa’nakkukang (halaman : 42)

  TABEL II : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Halaman : 44) TABEL III :

  Struktur Organisasi BPD Desa Pa’nakkukang (halaman :46)

  

ABSTRAK

Nama : Munawir Kadir Nim : 10500112025

Judul : Analisis Yuridis Hubungan Pemerintah Desa Dan Badan

Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan Desa ( Studi Kasus Desa

  Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa)

  Pokok masalah penelitian ini adalah bagaiman Hubungan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus Desa Pa’nakkukang, Keacamatan Pallangga, Gowa)? Pokok masalah tersebut selanjutnya di-breakdown ke dalam beberapa submasalah atau pertanyaan penelitian, yaitu: 1) bagaimana hubungan pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam pembangunan desa di desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa? 2) Faktor apa sajakah yang menjadi kendala pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan desa dalam menjalankan hubungan pemerintahan di desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa?

  Jenis penelitian ini tergolong Kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan yuridis normatif, adapun sumber data penelitian ini bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi wawancara, Dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan baik secara primer maupun secara sekunder, lalu kemudian tehnik pengolahan dan analisa data yang dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu: menjelaskan, menguraikan dan menggambarkan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa terkait fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam menetapkan peraturan desa bersama dengan Kepala Desa yaitu dimulai dari Tahap perancangan, perumusan, dan penyusunan peraturan desa telah dilaksanakan dengan baik dan juga melibatkan partisipasi masyarakat, dan fungsi pengawasan dari BPD terhadap jalannya pemerintahan desa yang di laksanakan pemerintah desa sudah cukup baik, baik terkait dengan pengawasan peraturan desa maupun pengawasan terhadap kinerja dari Kepala Desa, namun partisipasi masyarakat dalam hal pengawasan jalannya peraturan desa masih sangat kurang. Sementara dalam hal Fungsi menggali, menampung, merumuskan, serta menyalurkan aspirasi masyarakat belum terlalu efektif, sesuai apa yang di dapatkan peneliti di lapangan bahwa, masih ada beberapa warga masyarakat di Desa Pa’nakkukang Kurang begitu mengetahui tugas dan wewenang dari BPD, karena kurangnya sosialisasi BPD kepada masyarakat berkenaan dengan tugas dan fungsinya. Sedangkan faktor yang menjadi kendala dalam hubungan pemerintahan anatara pemerintah desa dan BPD yaitu: Partisipasi masyarakat, tingkat pendidikan dari anggota BPD yang masih tergolong rendah, dan kerjasama dengan Kepala Desa.

  Implikasi dari penelitian ini adalah: 1) Perlu dilakukan kerja sama antara pemerintah Kabupaten Gowa dengan Perguruan Tinggi, khususnya Fakultas Hukum untuk memberikan pembekalan mengenai legal drafting kepada BPD dan pemerintah desa. 2) BPD sebagai unsur dari pemerintahan desa, dengan wewenang menggali, menghimpun, dan menyalurkan aspirasi masyarakat harus lebih meningkatkan sosialisasi mengenai tugas dan fungsi BPD kepada masyarakat. 3) Antara pemerintah desa dan BPD adalah mitra dalam pemerintahan desa, untuk itu mereka harus saling sinergi antara satu dengan yang lainnya, dan menghormati dan menghargai serta mengesampingkan arogansi masing-masing, semata-mata untuk kemajuan desa. 4) Pemerintah dan masyarakat agar bisa saling bersinergi untuk mewujudkan pemerintahan desa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa atau yang di sebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara kesatuan Republik Indonesia terbentuk.sebagai bukti keberadaanya, penjelasan pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (sebelum

  perubahan)menyebutkan, bahwa “ dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “ zelfbesturende landsschappen “ dan “ volksgemeenschappen ”, seperti Desa di Jawa dan Bali, Nagari di minangkanau, dusun dan Marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daearah tersebut mempunyai susunan Asli dan oleh karnanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa, oleh sebab itu, keberadaanya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara

1 Kesatuan Republik Indonesia.

  Desa yang merupakan lingkup organisasi atau merupakan susunan pemerintahan terkecil dan lebih dekat dengan msyarakat, mempunyai peran penting dalam menjalankan otonomi yang di amanatkan oleh konstitusi sebagai jalan menuju rakyat yang sejahtera. dari sinilah dapat di tentukan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan, baik itu dari tingkat daerah mupun dari tingkat pusat melalui tugas pembantuan yang di berikan kepada pemerintah desa,kemudian menyalurkan 1 Drs. Moch. Solekhan. Penyelenggaraan Pemerintah Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat. program bantuan kepada masyarakat. Dalam UU Pasal 1 angka 1 desa telah di sebutkan bahwa: Desa merupakan desa dan desa adat yang di sebut dengan nama lain, selanjutnya di sebut Desa adalah kesatuan hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/hak

  2 tradisonal yang di akui dan di hormati dalam sistem negara kesatuan indonesia.

  Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat didukung dan ditentukan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintah Daerah. Struktur kelembagaan dan mekanisme kerja di semua tingkatan pemerintah, khususnya pemerintahan desa harus diarahkan untuk dapat menciptakan pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

  Oleh karena itu, Pemerintah desa di bentuk guna menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat desa setempat. ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Ali Imran/3: 26

  

ُّزِعُت َو ُءاَشَت ْنَّمِم َكْلُمْلا ُع ِزْنَت َو ُءاَشَت ْنَم َكْلُمْلا يِتْؤُت ِكْلُمْلا َكِلاَم َّمُهَّللا ِلُق

ريِدَق ٍءْيَش ِ لُك ٰىَلَع َكَّنِإ ۖ ُرْيَخْلا َكِدَيِب ۖ ُءاَشَت ْنَم ُّلِذُت َو ُءاَشَت ْنَم Terjemahnya:

Katakanlah, “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada

orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kekuasaan dari orang yang

2 UU No 6 tahun 2014 dan PP tahun 2015 Tentang Desa, Cet; 1 (Bandung, Citra Umbara,

  

Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau

hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.

  3 Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu .

  sedangkan kewenangan dari desa meliputi: 1.

  Kewenangan berdasarkan hak asal usul 2. Kewenangan lokal berskala Desa 3. Kewenangan yang di tugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah

  Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 4. Kewenangan lain yang di tugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan

  4 peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. sama halnya dengan tingkat daerah maupun pusat di dalam menjalankan pemerintahan di bantu dan bekerja sama dengan

  5

  badan eksekutif maupun legislatif dengan adanya pembagian kekuasaan . Begitu pula di tingkat desa, dalam menjalankan roda pemerintahanya, Kepala Desa tidaklah bekerja sendiri, namun di bantu oleh perangkat desa yang lain seperti sekretaris desa dan yang lainnya. Badan Permusyawaratan Desa(BPD) merupakan perwujudan dari sistem demokrasi, di dalam UU Desa mengatakan bahwa BPD merupakan lembaga 3 Departemen Agama RI, Al- 4 Qur’an Dan Terjemahanya. (Jakarta, CV Kathoda, 2005). h. 66 5 Pasal 19 UU N0 6 tahun 2014 tentang Desa HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh cet. Ke 2

  yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan di tetapkan secara demokratis.

  BPD di lihat dari wewenangnya dapat di katakan sebagai lembaga legislatif di tingkat Desa , sedangkan pemerintah desa dan perangkat desa yang lainnya adalah lembaga eksekutif. Di bentuknya BPD merupakan hasil dari reformasi dari perwujudan demokrasi di tingkat desa. BPD mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pemerintahan desa yaitu untuk menggali ,menampung, menghimpun, dan menyalurkan aspirasi masyarakat, sehingga BPD di tingkat desa menjadi tumpuan harapan masyarakat terhadap program-program yang akan di laksanakan oleh pemerintah, khususnya bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan desa itu sendiri.

  Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dapat membuat Rancangan Peraturan Desa yang secara bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi Peraturan Desa.

  Dalam hal ini, BPD sebagai lembaga pengawasan memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol terhadap implementasi peraturan desa serta anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes).

  Hubungan antara BPD dengan pemerintah desa adalah mitra, artinya antara BPD dan kepala Desa harus bisa bekerja sama dalam penetapan peraturan desa dan APBDes. BPD mempunyai tugas konsultatif dengan kepala desa untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan desa, selain itu BPD juga berkewajiban untuk membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan desa, BPD mempunyai peran normative sebagai alat control

  6 pemerintah desa.

  Kehadiran BPD dengan sejumlah fungsi yang melekat padanya menjadikan BPD sebagai sebuah institusi yang memiliki kekuasaan besar di tingkat desa, selain kekuasaan Kepala Desa yang selama ini telah ada. Kedudukan yang kuat ini, juga dapat dilihat dari wewenang dan hak yang dimiliki oleh BPD. Wewenang yang dimaksudkan adalah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan Peraturan Kepala Desa, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa dan membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa.

  Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 61 Butir 1 & 2 menyebutkan Hak BPD Yaitu: a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa.

  b. Pendapat atas Penyelenggaraan pemerintahan Desa, Menyatakan

  Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, Dan pemberdayaan

7 Masyarakat Desa.

  Di dalam Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2005 tentang Desa menyatakan Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati atau Walikota, dan memberikan 6

  http: //blogspot.com/2014 bpd sebagai lembaga desa, Di akses pada pukul 08. 45 WITA 15 Juni 2015 7 Budiman Sudjatmiko dan Yando Zakaria. Desa Hebat, Indonesia Kuat! Cet: 1(Yogyakarta,

  Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan

  8 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat desa.

  Kepala desa dalam hal ini bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaratan

Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada bupati. Desa dapat

melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki

kekayaan, harta benda dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan.

  

Untuk itu, kepala desa dengan persetujuan Badan Permusyawaratan Desa mempunyai

wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling

menguntungkan, Karna hal tersebut sudah menjadi kewenangan dari Pemerintah Desa

dan BPD. ini sesuai dengan firman allah dalam QS

  Al-Anbiya/21: 73.

  َماَقِإ َو ِتاَرْيَخْلا َلْعِف ْمِهْيَلِإ اَنْيَح ْوَأ َو اَن ِرْمَأِب َنوُدْهَي ًةَّمِئَأ ْمُهاَنْلَعَج َو َنيِدِباَع اَنَل اوُناَك َو ۖ ِةاَكَّزلا َءاَتيِإ َو ِة َلََّصلا Terjemahannya:

  

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi

petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka

mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya

  9 kepada Kamilah mereka selalu menyembah,

  Ayat ini berbicara pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan, seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Karena secara korelatif, ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat ini dalam konteks menggambarkan para nabi yang 8 9 Lihat Pasal 15 Ayat 2 Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2005 Tentang Desa memberikan contoh keteladanan dalam membimbing umat ke jalan yang mensejahterakan umat lahir dan bathin. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figur pemimpin ideal yang akan memberi kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimanapun dan kapanpun. Hal ini senada dengan Hadits Nabi Muhammad SAW, yang di Riwayatka oleh Imam Bukhari mengenai sosok pemimpin yang ideal.

  ْيِذَّلا ِِ َِِر َم ِْْف ٍٍاَس َي َنْب َلِقْعَم َداَع ٍداَيَز َنْب ِالله َدْيَبُع ْنَأ ِنَسَحْلا ْنَع ِبَهْشَ ْلْا ْوُبَأ اَنَثَّدَح ٍمْيَعُن ْوُبَأ اَنَثَّدح

  ىَّلَص َِّْبَّنل ا ُتْعِمَس َم َّلَس َو ِِ ْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ِل ْوُس ٍَ ْنِم ُِ ُتْعِمَس اًثْيِدَح َكُثُّدَحُم ِْْ نِإ ٌلِقْعَم ُِ َل َلاَقَف ِِ ْيِف َتاَم .

  ِةَّن َجْلا َةَحِئاٍَ ْد ِجَي ْمَل َّلَِّإ ٍةَحْي ِصَنِب اَه ْطُحَي ْمَلَف ًةَّيِع ٍَ ُالله ُهاَع ْرَتْسا ٍدْبَع ْنِم اَم ُل ْوُقَي َمَّلَس َو ِِ ْيَلَع ُالله

  Artinya:

  “Abu Nu’aim menceriterakan kepada kami berita dari Abu al-Asyhab, al- Hasan berkata , Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma’qilbin Yasar ketika ia sakit

yang menyebabkan kematiannya, maka Ma’qal berkata kepada Ubaidillah Bin

  

Ziyaad,’’ Aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadis yang telah aku dengar

dari Rasulullah Saw . aku telah me ndengar Nabi SAW bersabda,”Tiada seorang

hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah tidak akan merasakan padanya

  10 . harumnnya surga (melainkan tidak mendapat bau surga)”

  Hadits tersebut menjelaskan bahwa dalam pandanga islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah Swt. Untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan dimintai pertanggunjawabannya oleh Allah Swt. Sebagaimana telah di jelaskan di atas . Dengan demikian, meskipun seorang pemimpin dapat meloloskan diri dari tuntutan rakyatnya, karena ketidakadilannya, Misalkan, ia tidak akan mampu meloloskan diri dan tuntutan Allah swt kelak di akhirat. Oleh karena itu, 10 Drs. Muh. Rusdi T.,M.Ag. Hadits Tarbawiy. Cet: II (Makassar: Alauddin Press, 2015). h. seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan tetapi, sebaliknya, ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom masyarakat.

  Konsepsi Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana yang diinginkan oleh Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 adalah untuk memberikan fungsi kontrol yang kuat kepada Kepala Desa. Selain itu, dikenalkannya Badan Permusyawaratan Desa adalah untuk memperkenalkan adanya lembaga legislatif, dan mempunyai kewenangan-kewenangan legislasi pada umumnya di desa.

  Adapun fungsi BPD yang berkaitan dengan pemerintah desa atau dengan kata lain kepala Desa sesuai yang terdapat dalam UU Desa Pasal 55 yaitu:

  1. Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

  2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa.

  11 3.

  Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

  dengan fungsi legislasi, kontrol, dan penggalangan aspirasi, membuat BPD menggeser posisi dan fungsi politik Kepala Desa. Hal ini akan membawa akibat yang luas dalam tarik-menarik politik di desa.

  Telah begitu banyak peraturan yang mengatur tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Tanpa implementasi yang jelas menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui Bagaimana sebenarnya kinerja BPD itu dalam kaitanya dengan pemerintah desa, apakah benar-benar membantu pemerintah desa dalam 11 penyelenggaraan pemerintahan atau hanya menjadi simbol demokrasi tanpa implementasi, atau malah menimbulkan masalah yang tidak perlu, yang hanya akan menghabiskan energi yang sesungguhnya lebih di butuhkan oleh masyarakat desa untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan dan krisis ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengangkat suatu judul penelitian yaitu:

  “Analisis Yuridis Hubungan

Pemerintah Desa Dan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan Desa

(Studi Kasus Desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa)” B.

   Focus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  Skripsi ini berjudul “ Analisis Yuridis Hubungan Pemerintah Desa Dan BPD Dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus Desa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa)

  ’’. Untuk memberikan arah yang tepat terhadap masalah yang dibahas, penulis berusaha memberikan pengertian kata-kata yang berkaitan dengan judul skripsi ini:

  • Analisis ialah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

  12 keadaan yang sebenarnya.

  • Yuridis adalah segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah disahkan oleh pemerintah, yuridis bersifat memaksa dimana seseorang harus mematuhinya. Yuridis tidak hanya dalam bentuk tertulis, namun juga dalam bentuk lisan, yuridis yang
  • 12
tertulis berupa Undang-undang sedangkan yuridis dalam bentuk lisan adalah hukum

  13 adat.

  • Hubungan adalah keadaan berhubungan, bersambung atau berangkai (yang

  14 satu dengan yang lain), berkaitan, bersangkutan.

  Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah - yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepenyingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia.

  • Pemerintah Desa adalah sebagaimana yang di maksud dalam pasal 3 UU Desa

  15

  adalah kepala atau yang di sebut dengan nama lain

  • Badan Permusyawaratan Desa(BPD) adalah berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, dan melakukan pengawasan

  16 kinerja kepala desa.

  Pembangunan Desa dalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk - peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik, dalam aspek pendapatan,

   pada pukul

07.00 WITA 16 JUNI 2015

  14 15 Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, h. 65 16 Pasal 25 UU Desa Othiel bobsuni. “ Fungsi Dan Peran BPD Dalam Pemerintahan Desa (Studi di Kabupaten

  kesmpatan kerja, lapangan usaha, akses terhadap pengambilan keputusan, maupun

  17 indeks pembangunan manusia.

  Dengan demikian, dari pengertian kata kata yang telah di berikan seperti di atas yang berkaitan dengan Judul Skripsi ini, pembaca di harap dapat lebih mengetahui arah yang Jelas/tepat terhadap masalah yang akan di bahas dalam penulisan Skripsi ini.

  C.

  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Hubungan Pemerintah Desa Dan BPD Dalam

  Pembangunan Desa Di De sa Pa’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa? 2. Faktor Apasajakah yang menjadi Kendala Pemerintah Desa dan BPD dalam rangka menjalankan hubungan Pemerintahan di Desa

  P a’nakkukang, Kecamatan Pallangga, Gowa?

D. Kajian pustaka

  Dalam penyusunan skripsi dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian. Sebelum melakukan penelitian penulis telah melakukan kajian terhadap karya-karya ilmiah 17 Othil bobsuni.

  ” Fungsi Dan Peran BPD Dalam Pemerintahan Desa (studi di kabupaten yang berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun penelitian yang memeili relevansi dengan judul penulis, sebagai berikut: Skripsi yang di susun oleh Ratna sofiana dengan judul “tinjauan yuridis peran badan permusyawaratan Desa (BPD)dalam peningkatan demokrasi di

  Kecamatan kasihan kabupaten Bantul provinsi daerah ist imewa Jogyakarta”, skripsi tersebut membahas tentang peran BPD dalam peningkatan demokrasi masyarakat dengan mengedepankan asas-asas demokrasi, dimana kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat. selain hal tersebut, karya tulis ilmiah ini juga membahas apa saja kendala yang di alami BPD dalam peningkatan demokrasi masyarakat kecamatan

  18 kasihan kabupaten bantul.

  Karya ilmiah selanjutnya adalah yang di tulis oleh somadi alfaqih dengan judul”Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam penyusunan peraturan desa (studi kasus di desa dumeling kecamatan wanasari kabupaten Brebes)”. skripsi ini membahas mengenai bagaimana peran BPD dalam penyusunan dan penetapan peraturan desa, dan faktor-faktor yang menjadi kendala dalam proses penyusunan dan penetapan perdes, serta upaya yang di lakukan pemerintah desa dalam

  19 mengatasi kendala-kendala tersebut.

  Selanjutnya Jurnal ilmiah karya M.Firm an hadi dengan judul “Hubungan Fungsional Antara Pemerintah Desa dengan BPD dalam Pelaksanaan Pemerintahan 18 Ratna sofiana ,

  ”Tinjauan Yuridis Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)Dalam

Peningkatan Demokrasi di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul , ”skripsi, Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013 19 Somadi Alfaqhi “ Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penyusunan dan

  Penetapan Perdes (Studi di Desa Dumeling Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes) ” Skripsi,

  Desa Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jurnal ilmiah ini membahas mengenai hubungan fungsional antara pemerintah desa dengan BPD dalam pelaksanaan pemerintahan desa, serta pengaruh pelaksanaan tugas dan fungsi badan permusyawaratan desa (BPD) sebagi mitra kerja pemerintah desa

  20 dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

  Dari beberapa karya tulis yang menjadikan BPD dan Pemerintah Desa sebagai Obyek penelitian tidak terdapat pembahasan tentang bagaimana Hubungan antara Pemerintah Desa dan BPD, serata Kendala-kendala yang di hadapi oleh Pemerintah Desa dan Badan Bermusyawaratan Desa dalam Pembangunan Desa, di tinjau dari Analisis Yuridis dan Politisnya.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut: a.

  Menjelaskan bagaimana hubungan pemerintah desa dan BPD dalam pembangunan desa b.

  Menjelaskan kendala-kendala yang di hadapi pemerintah desa dan BPD dalam rangka menjalankan hubungan sebagai upaya pembangunan desa

  2. Kegunaan Penelitian 20 M.Firman hadi “Hubungan fungsional Antara Pemerintah Desa Dengan BPD Dalam

  

Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2014 Tentang Pemerintahan

  Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi tentang persepsi masyarakat terhadap hubungan anatara pemerintah desa dan BPD dalam Pembangunan Desa di Desa Pa’nakkukang Kecamatan Pallangga, Gowa serta Kendala-kendala yang di hadapi dalam Hubungan Pemerintah Desa dan BPD di Desa tersebut. Adapun secara detail kegunaan tersebut diantaranya sebagai berikut: a.

  Kegunaan Teoretik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum tata negara pada khususnya mengenai Hubungan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam pembangunan desa. Dan dapat bermanfaat juga selain sebagai informasi juga sebagai bahan literatur atau bahan informasi ilmiah yang dapat di gunakan untuk mengembangkan teori yang sudah ada dalam hukum Tata Negara.

  b.

  Kegunaan Praktis Dapat memberikan masukan serta dijadikan dasar informasi bagi masyarakat untuk lebih jauh menggali permasalahan dan pemecahan masalah yang ada relevansinya dengan hasil penelitian ini, yang berkaitan dengan Analisis yuridis dan politis hubungan pemerintah desa dan badan permusyawaratan Desa(BPD) dalam pembangunan Desa.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Tinjauan Tentang Pemerintah Desa 1. Pengertian Desa Secara Etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti

  tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, Desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a countryarea, smaller than a

  town

  ”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yangmemiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkanhak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional danberada di Daerah Kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,partisipasi, otonomi asli,

  1

  demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat” Undang-Undang Repubklik Indonesia Nomor 5 tahun 1979 mengartikan desa :

  Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak

1 HAW Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh, (Surabaya:

  menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

2 Indonesia.

  Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  3 pasal 1 ayat 12).

  Dalam pengertian desa menurut Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di atas sangat jelas sekali bahwa desa merupakan Self Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Karena dengan otonomi desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan otonomi daerah.

  Sedangkan pengertian desa menurut UU Nomer 6 tahun 2014, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, 2 3 UU No 5 tahun 1979 tentang Desa.

  adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

4 Indonesia.

  Sedangkan desa dalam artian administaratif menurut Kartohadikusumo dalam Daldjoeni yaitu desa dijelaskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

  Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:

  a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal- usul desa b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/

  Kota yang diserahkan pengaturannya Kepada Desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

  c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

  d. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan perundangundangan

  5 diserahkan kepada desa.

  4 5 UU No 6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1

  Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni: Pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga,

  

kedua , faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat,

ketiga, faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar

  dusun, keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima, faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

2. Pemerintah Desa

  Pemerintahan Menurut S.Pramudji dapat di artikan secara luas dan sempit, pengertian secara luasnya adalah perbuatan pemerintah oleh Organ-organ atau badan- badan Legislatif, Eksekutif, dan yudikatif dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan Negara, Sedangkan pemerintahan dalam Arti sempit adalah perbuatan memerintah yang di lakukan oleh organ eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan pemerintah Negara.

  Pendapat yang sama di sampakan oleh Ramlan Surbakti yang menjelaskan, Dalam penyelenggaraan Negara, yaitu Fungsi legislatif, eksekutif, yudikatif,

  6 Sedangkan dalam arti sempitnya hanya menjelaskan fungsi eksekutifnya saja.

  Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 1 angka 6 menyebutkan bahwa: “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

  7

  . Selanjutnya dalam angka 7 Dijelaskan pula bahwa Kesatuan Republik Indonesia” yang dimaksud dengan “Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah

  8 Kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa

  Sedangkan dalam UU Nomer 6 tahun 2014 memberikan pengertian tentang, Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

9 Indonesia.

  Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan desa, menurut Nurcholis Pemerintah mempunyai tugas pokok:

  1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat

  6 Drs. Moch. Solekhan. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat . Cet: Ke 3. (Malang, Setara press, 2014). h. 22 7 8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa pasal 1 ayat 6 9 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa pasal 1 ayat 7

  2. Menjalankan tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten

  Pemerintah Desa yang dimaksud di sini Kepala Desa. Ini sebagai lembaga eksekutif Pemerintah Desa yang berfungsi sebagai kepala Pemerintah di desa, kemudian dalam menjalankan tugasnya, Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa.

  Perangkat Desa bertugas membantu kinerja Kepala Desa dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa sebagaimana yang di maksud pada

Dokumen yang terkait

RELASI PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERUMUSAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang)

5 40 38

KAJIAN YURIDIS MENGENAI FUNGSI DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI DESA SUKOREJO KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAHAN DESA

0 5 10

KAJIAN YURIDIS MENGENAI FUNGSI DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI DESA SUKOREJO KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAHAN DESA

0 3 15

KAJIAN YURIDIS PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSPKETIF PEMERINTAHAN YANG BAIK (STUDI KASUS DI DESA PASIR PUTIH)

0 19 4

KAJIAN YURIDIS PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DARI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN YANG BAIK (STUDI KASUS DI DESA PASIR PUTIH)

0 7 15

KOORDINASI ANTARA KELOMPOK TANI DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA FAJAR BARU KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

4 93 80

KOORDINASI ANTARA KELOMPOK TANI DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA FAJAR BARU KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 17 75

HUBUNGAN KEMITRAAN KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN FISIK DESA (Studi Pada Desa Sripendowo Kecamatan Sri Bhawono Kabupaten Lampung Timur)

0 34 95

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMERINTAHAN DESA

0 0 22

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN DI DESA REA KECAMATAN BINUANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

0 1 88