ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM CAHAYA CINTA PESANTREN KARYA IRA MADAN - Electronic theses of IAIN Ponorogo

ANALI SI SSEMI OTI KA PESANDAKWAH DALAM FI LM CAHAYA CI NTA PESANTRENKARYA I RA MADAN SKRI PSI

  Oleh: NURFI TRI A MUNAWAROH

  NI M: 211014020 Pembimbing:

  Dr. Muh Tasrif , M. Ag NI P. 197401081999031001

  

JURUSANKOMUNI KASI DANPENYI ARANI SLAM

FAKULTASUSHULUDDI N, ADAB DANDAKWAH

  

I NSTI TUT AGAMA I SLAM NEGERI (I AI N) PONOROGO

2018

  ABSTRAK Nurf itria Munawaroh. 2018. Analisis Semiotika Pesan Dakwah dalam Film

Cahaya Cinta Pesantren karya I ra Madan.Jurusan Komunikasi dan Penyiaran I slam.Fakultas Ushuluddin, Adab dan

  Dakwah.I nstitut Agama I slam Negeri (I AI N) Ponorogo.Pembimbing Dr. Muh. Tasrif , M. Ag. Kata Kunci : Pesan Dakwah, Film Cahaya Cinta Pesantren.

  Awalnya f ilm hanya digunakan sebagai media untuk pengisi waktu luang, namun pada kenyataannya f ilm dij adikan sebagai media transf ormasi pesan yang ef ektif . Salah satu f ilm yang mengandung unsur keislaman yaitu f ilm Cahaya Cinta Pesantren.Film ini menginspirasi tentang cinta, persahabatan, keluarga, impian, agama dan kehidupan.Film ini mengandung pesan dakwah yang dicerminkan dalam bentuk perbuatan.Pesan dakwah yang ditunj ukkan dalam f ilm ini diperlihatkan dalam bentuk taat, ibadah dan berbudi pekerti yang baik terhadap sesama manusia.

  Alasan pengambilan j udul ini yaitu untuk menunj ukkan pentingnya pesan dakwah yang di sampaikan dalam f ilm ini serta untuk membedakan j udul f ilm ini dengan penelitian terdahulu. Selain itu,di era yang sekarang ini, dibutuhkan pendidikan di pondok pesantrenuntuk para remaj a agar dapat menambah pengetahuan bahwa pentingnya ilmu agama dalam kehidupan.Karena ada sebagian orang menganggap sebelah mata sebuah pondok pesantren.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana kandungan pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren dari aspek akidah, syariah dan akhlak? 2) Bagaimana penyampaian pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertumpu pada data- data, berupa teks dan f oto, dengan mengkaj i pesan dakwah yang terdapat dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis semiotika.

  Hasil penelitian menunj ukkan (1) kandungan pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren terdiri dari pesan dakwah dari aspek akidah meliputi berdo’a, belaj ar, ceramah atau berpidato, membaca Al- Qur’an, dan takdir kematian. Pesan dakwah dari aspek syari’ah meliputi kebersamaan, larangan makan sambil berdiri. Sedangkan pesan dakwah dari aspek akhlak meliputi syukur, mencium tangan orang yang lebih tua, Bersikap sabar, dan tolong menolong, membaca basmallah, mengucap salam. (2) Penyampaian pesan dakwah dalam f ilm Cahaya CintaPesantren melalui denotasi, konotasi dan pesan dakwah.Pesan yang disampaikan dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren ini pesantren.Pesan dakwah digambarkan dalam bentuk tingkah laku yang disampaikan melalui perbuatan yang diperankan oleh pemain dalam bentuk ibadah dan bertaqwa kepada Allah.

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I slam adalah agama yang berisi dengan petunj uk- petunj uk agar manusia secara individual menj adi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maj u, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maj u bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya I slam dalam sej arah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang

  1 kebenarannya dan menyeru manusia agar menj adi penganutnya.

  Doktrin dakwah dalam I slam, diungkap Al- Qur’an sendiri dan dibuktikan melalui j ej ak rekam sej arah Rasulullah SAW, sahabat, dan para ulama. Dalam literatur- literatur dakwah, argumen tekstual yang meruj uk hal tersebut biasanya dimuat dalam bahasan mengenai kewaj iban dakwah. Disisi lain, hidup Rasul sendiri secara praktis dibaktikan untuk mengaj ak orang untuk masuk I slam (beriman, mengimani kenabian Muhammad), atau minimal agar

  2 mereka bersikap I slam (ber- I slam, hidup secara damai).

  Dakwah dalam prosesnya memiliki kesamaan dengan proses komunikasi yang dapat berj alan dengan baik apabila memenuhi lima unsur yaitu subj ek, obj ek, media, materi dan metode. Seiring berkembangnya teknologi, banyak media yang bisa digunakan sebagai sarana berdakwah. Kehadiran teknologi menuntut umat I slam untuk lebih kreatif dalam penyampaian dakwah agar pesan dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

  Dalam aspek landasan teologis, pelaku dan pengkaj i dakwah sudah maf hu>m begitu banyak ayat dan hadis yang berkenaan dengan dakwah. Ayat 125 surat an- Nah}l berikut bukan hanya berupa perintah agar umat berdakwah, tetapi j uga memuat tiga cara dakwah: Artinya: Serulah (manusia) kepada j alan Tuhan- mu dengan hikmah

  (perkataan yang tegas dan benar, yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil)dan pelaj aran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari j alan- Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui

  3 orang- orang yang mendapat petunj uk. 2 Ayat tersebut diatas, menj elaskan bahwa dakwah dilakukan I lyas I smail dan Prio Hotman, Filsaf at Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban I slam (Jakarta: Kencana, 2011), 11- 12. dengan tiga cara. Pertama, bi al- hikmah, mengacu pada penggunaan ayat dan akal( bin- nash} wal- ‘aqli), kutipan ayat dan penalaran akal (bin- naqli- wal- ‘aqli), memadukan antara cita dan f akta, pencocokan antara keharusan dan kenyataan.

  Kedua, al- maui’zhah al- hasanah atau pelaj aran yang baik atau contoh yang baik, terutama dimulai dari da’i itu sendiri. Bukan hanya f igur yang dapat dij adikan maui’zhah hasanah, tetapi j uga gagasan dan perilaku yang mampu memberikan inspirasi kebaikan- kebaikan.

  Ketiga, j a>dilhum billa>ti hiya ahsan atau bi al- Muj a>dalah atau berdebat, berargumentasi, berpolemik dengan cara yang baik.

  Cirinya adalah penguasaan yang mumpuni atas semua aspek dari materi yang di- muj a>dalah- kan, kemampuan yang baik menyampaikan argumentasi, sambil tetap menghormati lawan, dengan cara f okus pada materi debat bukan pada kepribadian

  4 lawan debat.

  Dalam konteks ini, maka para pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan aj aran islam secara rasional dengan memberikan interpretasi kritis untuk merespon nilai- nilai yang masuk diberbagai saluran inf ormasi dari seluruh penj uru dunia yang pengaruhnya semakin mengglobal. Artinya, dakwah harus dikemas sedemikian rupa untuk mampu mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa nilai- 4 Asep Muhyiddin, Kaj ian Dakwah Multiperspektif (Bandung: PT. Remaj a nilai aj aran I slam lebih tinggi nilainya daripada nilai- nilai yang lain.

  hidup belum dapat terwuj ud dalam kehidupan ummat manusia diseluruh permukaan bumi, sehingga I slam masih tetap merupakan salah satu diantara sekian banyak bentuk ideologi atau pandangan hidup yang tumbuh subur didunia. Justru itu pulalah yang menghadirkan dan mengharuskan dakwah tetap ada dalam pergaulan hidup manusia yang tidak mengenal selesai, karena selalu akan terj adi konf rontasi antara kebenaran dengan kebatilan dan

  

6

kemakruf an dan kemungkaran.

  Dakwah memang tidak cukup bila disampaikan dengan lisan belaka. I a harus didukung oleh keberadaan media, yang menj adi saluran penghubung antara ide dengan umat, yang menj adi elemen vital serta urat nadi dalam totalitet dakwah itu sendiri. Media di sini bisa berupa seperangkat alat modern, yang sering kita sebut dengan

  7 alat komunikasi massa.

  Kepentingan dakwah terhadap adanya alat atau media yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali karena media adalah merupakan saluran yang dipergunakan di dalam proses 5 Muhammad Munir dan Wahyu I lahi, Manaj emen Dakwah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006), 1- 2. 6 Anwar Arif in, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha I lmu, 2011), 18- 19. 7 Fathul Bahri An- Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perj uangan Para Da’i pengoperan materi, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan media, materi dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan

  8 ( mad’u>)nya.

  Film adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk berdakwah. Film merupakan salah satu media penyampai pesan yang ef ektif karena selain menggunakan model audio visual, f ilm j uga memiliki unsur cerita yang mampu membawa penontonnya terlibat

  9 dalam cerita.

  Awalnya f ilm hanya digunakan sebagai media yang digunakan untuk pengisi waktu luang, namun pada kenyataannya f ilm dij adikan sebagai media transf ormasi pesan yang ef ektif . Salah satu f ilm yang mengandung unsur keislaman yaitu f ilm Cahaya Cinta Pesantren.

  Film Cahaya Cinta Pesantren ini memiliki kelebihan diantaranya menyampaikan aj aran agama I slam yakni mencakup aspek akidah dan syari’ah dan akhlaq. Film ini j uga menj elaskan tentang perj uangan seorang santri yang berj uang memahami aj aran agama dan berani bermimpi serta mengaktualisasikan diri. Menunj ukkan seorang santri berhak menj adi pemimpin yang berkontribusi sesuai dengan syariat islam. 8 Film ini dirilis pada tanggal 26 Desember 2016 oleh rumah

  Khusniati Rof i’ah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya Di Mata Masyarakat (Ponorogo: STAI NPonorogo Press, 2010), 32. 9 Puj i Astuti, 2017, Skripsi Semiotika terhadap pesan dakwah dalam f ilm “My produksi Fullf rame Pictures I ndonesia cerita yang indah dan religious ini digarap oleh sutradara muda non muslim, Raymond

  Pertama kali dipublikasikan pada tanggal 15 Juli 2017. Setelah f ilm ini dipublikasikan oleh Muf lih Zy mendapatkan respon positif dari penontonnya. Pertama kali tayang di bioskop kemudian menyebarluas ke akun youtube hingga mencapai 600.470 kali ditonton warga nitizen.

  Berbeda dengan f ilm religi pada umumnya, f ilm Cahaya Cinta Pesantren ini berhasil menj adi f ilm dengan genre pop religi remaj a pertama kali di I ndonesia. Perpaduan kisah remaj a ala pesantren, gej olak romantika, keluarga, komedi, kisah haru, perj uangan meraih impian dan persahabatan dipadukan dalam f ilm ini. Selain itu, f ilm ini j uga menginspirasi tentang cinta, persahabatan, keluarga,

  11 impian, agama dan kehidupan.

  Film Cahaya Cinta Pesantren ini mengisahkan tentang kehidupan seorang anak nelayan bernama Shila yang akan melanj utkan sekolah ke SMA Negeri Favorit di Medan. Namun, kedua orang tuanya memiliki keinginan untuk memasukkan anaknya ke pesantren. Hingga hubungan keduanya merenggang. Akhirnya, Shila 10 Andi Nur Aminah, “I ni 5 Alasan Waj ib Nonton Film Cahaya Cinta Pesantren”,

Republika.co.id, (January 12, 2017), https://www.google.co.id/ amp/s/ amp .kaskus.

  co.id/ thread/ cahaya- cinta- pesantren - 2017 diakses pada 17 Desember 2017. 11 Rizapahlevi, “ Review Film Cahaya Cinta Pesantren (2017): Manisnya Kisah

Anak Pesantren”, Poster & Trailer (January 19, 2017),

www.Rizapahlevi.com/ 2017/ 01/ review- f ilm- cahaya- cinta- pesantren- 2016 diakses mau menerima dan menj adi santri di Pesantren. Kehidupan dipesantren membuat Shila untuk sulit beradaptasi. Walaupun demikian, Shila memiliki keinginan untuk menj adi penulis novel. Di Pesantren pula, Shila mendapatkan teman- teman yang menemani didalam suka maupun duka.

  Shila berusaha menj alani kehidupan dipesantren di tengah bermacam konf lik. Di mulai dari konf lik yang membuat persahabatannya berantakan, kepergian orang yang disayangi hingga diancam akan dikeluarkan dari pesantren. Namun akhirnya, Shila telah benar- benar j atuh hati pada pesantren itu. Shila berhasil melewati semua itu, karena teringat pesan ayahnya sebelum berangkat ke pesantren.

  Sebuah pesan yang tersusun rapi dan tertib akan menciptakan suatu suasana yang f avorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian yang j elas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok, dan menunj ukkan pokok- pokok pikiran secara logis. Jika pesan telah terorganisasi dengan baik maka hal ini selanj utnya adalah menyesuaikan organisasi pesan itu

  12 sesuai dengan cara berpikir khalayak.

  Film ini divisualisasikan dalam bentuk gambar- gambar yang dinamis dan membentuk mosaik yang berhubungan. Setting waktu dan lokasi dibalut dalam sinematograf i yang indah. Ditambah oleh 12 Wahyu I lahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT. Remaj a Rosdakarya, 2010), unsur pariwisata di mana dalam f ilm ini terdapat adegan silat lokal dan lokasi syuting di Medan dan Danau Toba.

  Cerita yang digambarkan dalam f ilm ini tidak hanya memberikan hiburan tapi menggambarkan perj uangan seorang anak dalam meraih kesuksesan. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin menganalisis pesan dakwah dalam f ilm menggunakan analisis semiotika. Maka peneliti mengangkat j udul ANALI SI S SEMI OTI KA PESAN DAKWAH DALAM FI LM CAHAYA CI NTA PESANTRENKARYA I RA MADAN.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tulisan ini dif okuskan pada analisis semiotika pesan dakwah dalam f ilm Cahaya

  Cinta Pesantren. Jika diaj ukan dalam bentuk pertanyaan sub masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana kandungan pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren dari aspek akidah, syariah dan akhlak?

  2. Bagaimana penyampaian pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren?

  C. Tuj uan Penelitian Adapun tuj uan penelitian:

  1. Untuk mengetahui dan memahami kandungan pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren.

  2. Untuk menj elaskan penyampaian pesan- pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren menggunakan analisis semiotika.

  D. Kegunaan Penelitian

  1. Manf aat Teoritis Penelitian ini diharapkan penulis memberikan tambahan wawasan pengetahuan dan sumbangan pemikiran menggunakan teori semiotika Roland Barthes dalam menganalisis f ilm, dan dapat dij adikan ruj ukan untuk penelitian selanj utnya.

  2. Manf aat Praktis Penelitian ini diharapkan menj adi pertimbangan dalam mengembangkan dakwah islam dengan menarik dan berbeda.

  Sekaligus agar pembaca mengetahui f ilm dapat dij adikan sebagai saranadalam menyebarkan dakwah islam.

  E. TELAAH PUSTAKA Selain menggunakan buku- buku yang relevan, peneliti j uga melihat hasil penelitian terdahulu agar tidak terj adi persamaan.

  Adapun penelitian terdahulu yang membahas tentang media komunikasi massa yaitu diantaranya: Pertama,Penelitian yang dilakukan oleh Rina Untari

  Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra I ndonesia, Fakultas Keguruan Dan I lmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015 yang berj udul “Aspek Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan: Tinj auan Sosiologi Sastra Dan I mplementasinya Sebagai Bahan Aj ar Sastra di SMA”. Penelitian dibuat dengan tuj uan untuk mengetahui aspek religius dalam novel di tinj au dari segi sosiologi sastra dan implementasinya sebagai bahan aj ar sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa kata, f rasa dan kalimat dalam novel Cahaya Cinta Pesantren yang mengarah pada aspek religius. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Dialektika. Validitas data dalam penelitian ini

  13 dilakukan menggunakan teknik trianggulasi data.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Mahasiswa

  Fakultas FKI P Universitas Syiah Kuala, 2015 yang berj udul “Analisis Nilai Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren karya I ra Madan”.

  Penelitian dibuat dengan tuj uan untuk mendeskripsikan bagaimana nilai religius digambarkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif . Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa analisis kalimayt yang mengandung nilai religius yang terdapat dalam novel cahaya cinta pesantren. Teknik pengumpulan 13 Rina Untari, “Aspek Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra

  

Madan: Tinj auan Sosiologi Sastra Dan I mplementasinya Sebagai Bahan Aj ar Sastra di

  14 data penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

Ketiga, skripsi berj udul “Analisis Psikologis Tokoh Utama

  Wanita Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan dan Skenario Pembelaj arannya Di Kelas XI SMA” yang ditulis oleh Dewi Agustiningsih, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra I ndonesia, Universitas Muhammadiyah, Purworej o. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif . Hasil penelitian menunj ukkan bahwa nilai psikologis wanita dengan teori kebutuhan bertingkat, meliputi kebutuhan f isiologis, kebutuhan akan rasa dicintai dan rasa memiliki, dan kebutuhan rasa harga berupa rasa

  15 percaya diri.

Keempat, skripsi berj udul “Nilai- nilai Pendidikan dalam

  Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan” yang ditulis oleh Silvia Monika, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra I ndonesia, 2015. Penelitian ini dilatarbelakangi untuk menemukan nilai- nilai pendidikan dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan. Tuj uan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan nilai- nilai pendidikan dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif . Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data berupa uraian rinci. Data yang diperoleh 14 Rahmawati, “Analisis Nilai Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren karya I ra Madan”( Skripsi, Universitas Syiah Kuala, 2015), 1. 15 Dewi Agustiningsih,”Analisis Psikologis Tokoh Utama Wanita Novel Cahaya Cinta

Pesantren Karya I ra Madan dan Skenario Pembelaj arannya Di Kelas XI SMA”(Skripsi, akan dideskripsikan kemudian dianalisis untuk memperoleh nilai- nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan. Hasil penelitian menunuj ukkan bahwa nilai- nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya I ra Madan adalah nilai pendidikan budi pekerti, sopan santun,

  16 kerj a keras dan sabar.

  Perbedaan yang terdapat dalam penelitian penulis yaitu tentang konsep pendekatan yang dilakukan oleh penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika pesan dakwah dalam f ilm.

  F. METODE PENELI TI AN

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan metode kualitatif . Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertuj uan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif . Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subj ek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari- hari. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting f enomena yang diteliti. Peneliti 16 diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau

  Silvia Monika, “Nilai- Nilai Pendidikan dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren

Karya I ra Madan ” (Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra I ndonesia, kej adian dalam konteks yang diteliti. Setiap kej adian merupakan sesuatu yang unik, berbeda dengan yang lain, karena perbedaan

  17 konteks.

  Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah ( natural setting); disebut j uga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif , karena data yang terkumpul dan

  18 analisisnya lebih bersif at kualitatif .

  2. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu:

  a. Data primer Sumber data primer adalah sumber data yang lengsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Maka data diperoleh dari download dari situs youtube.

  b. Data sekunder Data sekunder merupakan sumber data yang tidak 17 langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

  Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), 1- 2 .

  19 lewat orang lain atau lewat dokumen.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan j ournal, skripsi dan dokumen lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

  3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode, yaitu:

  a. Observasi Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke

  20

  obj ek. Karl Weick yang dikutip Jalaludin Rahmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi, mendef inisikan observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ sesuai dengan tuj uan-

  21 tuj uan empiris.

  Disini penulis mengamati secara langsung tentang f ilm Cahaya Cinta Pesantren dengan cara melihat secara saksama apa isi yang terkandung dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren.

  b. Dokumentasi 19 Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data 20 I bid. , 15. 21 Ridwan, Metode Penelitian (Bandung: Alf abeta, 2006), 104.

  Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaj a yang menghasilkan catatan- catatan yang penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan

  22

  perkiraan. Akan tetapi, dalam penelitian ini lebih mengarah ke pengambilan data melalui tangkapan layar atau screenshot layar disaat f ilm tersebut diputar untuk diamati.

  4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, permodelan dan transf ormasi data dengan tuj uan untuk menyoroti dan memperoleh inf ormasi yang bermanf aat, memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan keputusan. Analisis data mempunyai banyak variasi pendekatan, teknik yang digunakan dan nama atau sebutan bergantung pada

  23 tuj uan dan bidang ilmu yang terkait.

  Pemikiran Eco, dalam bukunya yang dikutip oleh Alex Sobur istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didef inisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat di anggap mewakili sesuatu yang lain. Dan secara terminologis, semiotika didef inisikan sebagai ilmu yang 22 mempelaj ari sederetan obj ek- obj ek, peristiwa, dan seluruh 23 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif , 158.

  Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha I lmu,

  24 kebudayaan sebagai tanda.

  Adapun langkah- langkah untuk menganalisa tanda bekerj a dalam penelitian ini adalah langkah- langkah analisa berdasarkan peta Roland Barthes. Langkah- langkah tersebut diklasif ikasikan dalam table dibawah ini:

  1.Signif ier

  2. Signif ied (Penanda) (Petanda)

  3. Denotatif Sign (Tanda Denotatif )

  4. Connotatif Signif ier

  5. Connotatif Signif ier (Petanda Konotatif )

  (Penanda Konotatif )

  6. Connotatif Sign (Tanda Konotatif )

  25 Gambar. 1 peta tanda Roland Barthes

  Dari peta barthes diatas terlihat bahwa denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah j uga penanda konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun j uga mengandung

  26 kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

  Penelitian ini berusaha untuk menemukan pesan dakwah 24 yang terdapat dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren berupa aspek 25 Alex Sobur, AnalisisTeksMedia, 95 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, 69

Aqidah, Syariah dan Akhlak melalui dialog- dialog atau scene- scene dalam f ilm tersebut. Melalui metode analisisRoland Barthes

  yang mengemukakan sebuah teori semiotika yang memadukan penanda dan petanda sehingga menghasilkan tanda- tanda.

  5. Pengecekan Keabsahan Temuan Untuk keabsahan temuan, peneliti menggunakan teknik ketekunan pengamatan dan Auditing. Dimana ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan unsur- unsur dalam relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal- hal tersebut secara rinci. Sedangkan Auditing yaitu untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.

  Penelusuran Audit tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan- catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Klasif ikasi dapat dilakukan dengan mencantumkan bahan mentah, termasuk bahan yang direkam secara elektronik, catatan lapangan tertulis, f oto, dan semacamnya serta hasil survei.

  G. SI STEMATI KA PEMBAHASAN Supaya penelitian ini lebih sistematis sehingga mudah dipahami, terarah,logis, dan saling berhubungan antara bab satu dengan yang lainnya, pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menj adi lima bab. Kelima bab tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Gambaran atas masing- masing bab tersebut adalah sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan uraian tentang latar belakang dari permasalahan yang diangkat oleh peneliti, rumusan masalah, tuj uan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  BAB I I : LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis mulai mengupas tentang pembahasan analisis semiotika, pesan dakwah dan pengertian f ilm.

  BAB I I I : DESKRI PSI DATA Pada bab ini membahas tentang alur cerita f ilm Cahaya Cinta Pesantren mengenai dakwah dalam sebuah pondok pesantren. Dimana pondok pesantren di j adikan sebagai sarana dakwah dan tempat untuk menimba ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum.

  BAB I V : ANALI SI SDATA Pada bab ini membahas tentang analisis semiotika pesan dakwah dalam f ilm Cahaya Cinta Pesantren. Selain itu, dalam bab ini j uga akan diuraikan tentang uj i keabsahan data.

  BAB V : PENUTUP Pada bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian, saran yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian, lampiran- lampiran dan Riwayat Hidup penulis.

  BAB I I KAJI ANTEORI A. Pesan Dakwah

  1. Pengertian Dakwah Jika dilihat dari segi bahasa, dakwah berasal dari kata da’a>, yad’u>, da’watan yang berarti memanggil, mengundang, meminta tolong, berdoa, memohon, mengaj ak kepada sesuatu, mengubah dengan perkataan, perbuatan dan amal sehingga

  27 dakwah bisa berarti mengaj ak kepada kebaikan.

  Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampai pesan, inf ormasi yang disampaikan, dan penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian yang luas dari istilah- istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan aj aran I slam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.

  I stilah dakwah dalam Al- Qur’an diungkapkan dalam bentuk f i’il maupun mash}dar sebanyak lebih dari seratuskata. Al

  • Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengaj ak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing- masing pilihan. Dalam al- Qur’an, dakwah dalam arti mengaj ak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengaj ak kepada I slam dan kebaikan, dan 7 kali mengaj ak ke neraka atau kej ahatan. Di samping itu, banyak sekali ayat- ayat yang menj elaskan istilah

  28

  18 dakwah dalam konteks yang berbeda.

  2. Tuj uan dan Ef ek Dakwah Selain berarti agama Tuhan yang dibawa oleh Rasulullah 27 Muhammad Saw, I slam j uga berarti penyerahan diri secara Anwar Arif in, Dakwah kontemporer sebuah studi Komunikasi, 51. mutlak kepada- Nya, dan kemudian pula berarti kehidupan yang penuh keserasian atau saleh, dalam arti diliputi oleh kedamaian, kesej ahteraan, keselamatan, kebahagiaan dan sej enisnya dengan itu. Setiap orang tanpa kecuali merindukan kehidupan I slam, seperti pengertian di atas dan selalu diperj uangkan antara lain melalui dakwah. Sidik Gazalba menyederhanakan idaman setiap manusia itu dalam istilah selamat- senang atau singkat S.S. Hal ini merupakan tuj uan akhir dakwah yang harus terwuj ud, dan sekaligus akan merupakan ef ek ( atsa>r) dakwah yang positif ( ef ektif ) dalam kontekssosial.

  Sungguh dorongan, keinginan dan kecenderungan kepada kebaj ikan, kesucian, kesej ahteraan, kebahagiaan, dan keselamatan itu, telah merupakan sif at yang secara instrinsik ada pada diri manusia karena kemanusiaan f itrinya. Pembawaan itu dibawa sej ak lahir dan melekat secara inheren dan tak terlepaskan. Manusia itu menurut f itrahnya atau kej adian asalnya adalah suci, sehingga ia selalu cenderung kepada kebaikan, kebenaran, kesucian dan segala sif at yang identik

  29 dengan itu.

  Dari sif at manusia inilah menimbulkan ef ek ( atsa>r) yang sering disebut dengan f eed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak menj adi perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsa>r sangat besar artinya dalam penentuan langkah- langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsa>r dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tuj uan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsa>r dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah- langkah berikutnya ( corrective action). Demikian j uga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur- unsur dakwah yang dianggap baik dapat

  30 ditingkatkan.

  3. Media Dakwah Wasi>lah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (aj aran I slam) kepada mad’u>. untuk menyampaikan aj aran I slam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasi>lah. Hamzah Ya’qub membagi wasi>lah dakwah menj adi lima macam, yaitu: lisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

  a. Lisan adalah media yang paling sederhana yang menggunakan lidah atau suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

  b. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, maj alah, surat kabar, surat- menyurat (korespondensi), spanduk, dan sebagainya.

  c. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

  d. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua- duanya, seperti televisi, f ilm, slide, OHP, I nternet, dan sebagainya.

  e. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan- perbuatan nyata yang mencerminkan aj aran I slam yang secara

  31 langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u>.

  Semua j enis media massa dapat menj adi media dakwah (surat kabar, f ilm, radio, televisi). Selain itu, ada j uga terdapat media antarpersonal (antarpribadi) seperti telepon, telegram, dan surat (termasuk surat elektronik atau e- mail).

  Sebaliknya, dakwah dapat memberi kontribusi kepada media, dalam bentuk moral dan etika, yang dikenal dalam kode etik. Tanpa moral dan etika yang kuat, media terutama media massa dapat melaksanakan semacam “malpraktik”. Justru itu kaitan dakwah dengan media dapat berlangsung secara simbiosis

  32 mutualisme.

  Hubungan etika dalam dakwah berkaitan erat. Dimana etika ini berisikan tentang kode etik yang dapat mengarahkan da’i dalam berdakwah agar dapat berj alan secara prof esional. Dengan demikian, kegiatan dakwah akan terarahkan dapat dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya, sehingga muncullah hakikat pesan dakwah sebagai dasar dalam berdakwah.

  4. Hakikat Pesan Dakwah Pesan merupakan salah satu unsur utama dalam dakwah.

  Tanpa ada pesan, kegiatan dakwah tidak memiliki arti apa- apa. Pesan memiliki kekuatan yang luar biasa. Seseorang bisa menangis, tertawa, marah bahkan bisa melakukan tindakan yang radikal

  33 sekalipun akibat dari pesan yang disampaikan oleh seseorang.

  Pesan dakwah adalah apa yang disampaikan di dalam proses kegiatan dakwah. Ada tiga dimensi yang saling terkait dengan istilah pesan dakwah.

  Pertama, pesan dakwah menggambarkan sej umlah kata atau imaj inasi tentang dakwah yang diekspresikan dalam bentuk kata- kata. Pada konteks ini pesan dakwah mengandung dua aspek yaitu isi pesan ( the content of the message) dan lambang (symbol). I si pesan adalah pikiran, sedangkan lambangnya adalah kata- kata atau bahasa. 32 Tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin I bid. , 87. didakwahkan. Oleh karena itu, bahasa melekat pada pikiran sehingga bahasa tidak mungkin dilepaskan dari pikiran. Tegasnya, orang berpikir dengan bahasa.

Kedua, pesan dakwah berkaitan dengan makna yang dipersepsi atau diterima oleh seseorang. Makna merupakan proses

  aktif yang diciptakan dari hasil kerj a sama antara sumber (pengirim pesan) dengan penerima pesan, pembicara dengan pendengar, atau penulis dengan pembaca. Pemahaman terhadap makna apa yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikan makna kepada orang lain akan membantu diri kita dalam memaksimalkan pengelolaan pesan yang verbal maupun non- verbal. Makna tidak hanya bergantung pada pesan saj a, melainkan j uga pada interaksi antara pesan dengan pemikiran dan perasaan penerima pesan.

Ketiga, penerimaan pesan dakwah yang dilakukan oleh mad’u> atau obj ek dakwah. Semua pesan dakwah memiliki

  peluang terbuka untuk dimaknai dan dipahami secara berbeda oleh penerima yang berbeda. Meskipun demikian, ada kesepakatan bersama ( memorandum of understanding) antara pengirim dan penerima yang memungkinkan proses dakwah terj adi. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa proses penerimaan pesan dakwah tidak bisa mencapai angka 100% .

  Banyak f aktor yang bisa menyebabkan pesan dakwah tidak bisa diterima sepenuhnya oleh mad’u>, di antaranya karena f aktor psikologis penerima pesan, situasi, kemampuan pengirim pesan, dan waktu penyampaian. Pada poin ketiga ini, pesan dakwah

  34 berkaitan dengan ef ektivitas pesan.

  5. Karakteristik Pesan Dakwah Karakteristik pesan dakwah yang dimaksud tidak dibedakan secara spesif ik antara karakteristik dakwah yang bersif at verbal maupun non- verbal, antara lain:

  a. Mengandung unsur kebenaran Karakteristik pertama dan utama dalam pesan dakwah

  I slam adalah adanya kebenaran dalam setiap pesan yang disampaikan. Berbeda dengan komunikasi di mana dalam prosesnya bisa mengandung unsur yang tidak benar atau negatif .

  Dalam mencari kebenaran, I slam melarang seseorang untuk sekedar mengikuti dugaan ( zhann) yang belum teruj i kebenarannya dan sebaliknya memerintahkan untuk mengikuti kebenaran yang sudah didukung oleh dalil- dalil yang absah. Al

  • Qur’an melarang seseorang terj erumus dalam pengaruh hawa naf su dan kecenderungan yang mengarah kepada kesalahan berpikir, seperti taklid buta, berhayal, dan berperilaku khuraf at. Sebagaimana dalil yang terdapat dalam surat Al-

  I sra’ ayat 36: Artinya: dan j anganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

  35 akan diminta pertanggungan j awabnya.

  Tuntutan di atas merupakan tuntutan universal. Nurani manusia, di mana dan kapan pun pasti menilainya baik dan menilai lawannya merupakan sesuatu yang buruk, enggan diterima oleh siapa pun. Karena itu dengan menggunakan bentuk tunggal agar mencakup setiap orang sebagaimana nilai- nilai di atas diakui oleh nurani setiap orang, ayat ini memerintahkan: Lakukan apa yang telah Allah perintahkan di atas dan hindari apa yang tidak sej alan dengannya dan j anganlah engkau mengikuti apa- apa yang tiada bagimu pengetahuan tentangnya. Jangan berucap apa yang engkau tidak ketahui, j angan mengakui tahu apa yang engkau tak tahu atau mengaku mendengar apa yang engkau tidak dengar.

  Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, yang merupakan alat- alat pengetahuan semua itu yakni alat- alat itu masing- masing tentangnya akan ditanyai tentang 35 bagaimana pemiliknya menggunakannya atau pemiliknya akan

  M. Quraish Shihab, Taf sir Al- Mishbah, Vol. 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), dituntut mempertanggung- j awabkan bagaimana ia menggunakannya.

  b. Membawa pesan perdamaian Sesuai dengan namanya I slam berkata dasar salam yang artinya damai. Perdamaian menj adi unsur penting yang harus dikembangkan dalam penyampaian pesan dakwah. Menurut Hassan Hanaf i, perdamaian bukan sekedar hukum internasional antara negara- negara adidaya. Perdamaian berawal dari individu, kemudian berkembang ke keluarga dan ke kehidupan sosial. Ucapan assalamu’alaikum (semoga kedamaian untuk kalian) yang diucapkan seseorang merupakan pesan dakwah yang terus digulirkan oleh setiap

  36

  individu Muslim. seperti hadis berikut:

  ﺮَ ﻤَ ﻋ ﺎَ ﻨَ ﺛَ ﺪَ ﺣ ٌ ﺪَّ ﻤَ ﺤُ ﻣ ﺎَ ﻨَ ﺛَ ﺪَ ﺣ

َ ﺯْ ﻭَ ﻷﺍ ْ ﻦَ ﻋ َ ﺔَ ﻤَ ﻠَ ﺳ ﻲِ ﺑَ ﺃ ُ ﻦْ ﺑ ﻭٌ

َ ﺍﻝَ ﻗ ٌ ﺏَ ﻬِ ﺷ ﻲِ ﻧَ ﺮَ ﺒْ ﺧَ ﺃ َ ﺍﻝَ ﻗ ﻲِ ﺍﻋ ﺎ ﺐَ ﻴَّ ﺴُ ﻤ ُ ﻦْ ﺑٌ ﺪْ ﻴِ ﻌَ ﺳ ﻲِ ﻧَ ﺮَ ﺒْ ﺧَ ﺃ ﺍﻟ

ُ ﷲَ ﻲِ ﺿَ ﺭ َ ﺓَ ﺮْ ﻳَ ﺮُ ﻫ ﺎَ ﺑَ ﺃ ﺎَ ﻧَ ﺃ : ِ

ِ ﷲَ ﻝْ ﻮُ ﺳَ ﺭ ُ ﺖْ ﻌِ ﻤَ ﺳ َ ﺍﻝَ ﻗ ُ ﻪْ ﻨَ ﻋ ﻝْ ﻮُ ﻘَ ﻳ َ ﻢَّ ﻠَ ﺳَ ﻭِ ﻪْ ﻴَ ﻠَ ﻋُ ﷲﻰَّ ﻠَ ﺻ ِ ﻢِ ﻠْ ﺴُ ﻤ ﻰَ ﻠَ ﻋ ُ ﻢِ ﻠْ ﺴُ ﺍﻟ ﻤ َّ ﻖَ ﺣ :ُ ﺍﻟ ْ ﺍﻟ ُ ﺓَ ﺎﺩَ ﻴِ ﻋَ ﻭِ ﺎﻡَ ﻠَّ ﺴ ُ ﺩَ ﺭ ٌ ﺲْ ﻤَ ﺧ ﺍﻟ ﺟِ ﺇَ ﻭِ ﺰِ ﺎﺋَ ﻨَ ﺠ ِ ﺎﻉَ ﺒِ ﺍﺗَ ﻭِ ﺾْ ﻳِ ﺮَ ﻤ ﺍﻟ َ ﻌ ُ ﺖَ ﻴِ ﻤْ ﺸَ ﺗَ ﻭ ِ ﺓَ ﻮْ ﻋَّ ﺍﻟ ﺍﻟ

  ﺪ ُ ﺔَ ﺎﺑَ ِ ﺲِ ﺎ ﻃ

  Artinya: Abu Hurairah berkata:” Aku mendengar Rasulullah

  Saw bersabda: ”Kewaj iban seorang muslim terhadap sesama muslim ada lima: mej awab salam, menj enguk orang sakit, mengantarkan j enazah, mendatangi undangan, mendo’akan orang bersin (j ika membaca Alhamdulillah).”Dikeluarkan oleh Bukhari pada kitab ke- 23, Kitab Jenazah bab ke- 2, bab perintah

  37 mengantarkan j enazah).

  Mengucapkan salam ketika memasuki rumah merupakan aj aran untuk menj aga privasi dan perdamaian di rumah.

  Rumah merupakan salah satu privasi yang harus dilindungi. Dilarang memasuki tanpa perkenan dari pemiliknya. Memaksa masuk, memata- matai, merampok dan segala bentuk tindakan yang melanggar batas privasi tersebut adalah bertentangan dengan perdamaian.

  c. Tidak bertentangan dengan nilai- nilai universal Pesan dakwah hendaknya disampaikan dalam konteks lokalitas dari mad’u yang menerima pesan. Dengan cara tersebut, pesan dakwah akan mudah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

  Persoalan yang muncul ke permukaan ketika aj aran I slam diyakini sebagai aj aran yang bersumber dari Arab sehingga lokalitas “ke- Arab- an” menj adi sesuatu yang dianggap universal dan mesti diikuti oleh masyarakat diluar Arab.

  Seakan- akan I slam tidak memerhatikan perbedaan wilayah 37 dan latar belakang masyarakat yang menj adi obj ek dakwah.

  Abdul Baqi dan Muhammad Fu’ad, Shahih Bukhari Muslim, (Yogyakarta: d. Memberikan kemudahan bagi penerima pesan Memberikan kemudahan dalam menyampaikan pesan dakwah merupakan sesuatu yang dianj urkan dan bahkan menj adi tuj uan syariat I slam, sebagaimana dij elaskan dalam Al- Qur’an “ Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QSAl- Baqarah (2): 185) dan sabda Nabi Muhammad Saw

  ﺍﻝَﻗَ ﺷُ ﻌْﺒَ ﺔُ ﺣَ ﺪَّ ﺛَﻨَ ﺎ ﺍﻝَﻗَ ﺳَ ﻌِﻴ ﺪٍ ﺑْ ﻦُ ﻳَ ﺤْ ﻴَ ﻰ ﺣَ ﺪَّ ﺛَﻨَ ﺎ ﺍﻝَﻗَ ﺑَ ﺸَّ ﺎﺭٍ ﺑْ ﻦُ ﻣُ ﺤَ ﻤَّ ﺪُ ﺣَ ﺪَّ ﺛَﻨَ ﺎ » ﺍﻝَﻗَ - ﻭ ﺳ ﻠﻢ ﻋ ﻠﻴ ﻪ ﷲ ﺻ ﻠ ﻰ - ﺍﻟ ﻨَّﺒِ ﻰِّ ﻋَ ﻦِ ﺃَﻧَ ﺲ ٍ ﻋَ ﻦْ ﺍﻟ ﺘَّﻴَّ ﺎﺡِ ﺃَﺑُ ﻮ ﺣَ ﺪَّ ﺛَﻨِ ﻰ ﺗُﻨَ ﻔِّ ﺮُﻭ ﺍ َ ﻻﻭَ ﻭَﺑَ ﺸِّ ﺮُﻭ ﺍ ، ﺗُﻌَ ﺴِّ ﺮُﻭ ﺍ َ ﻻﻭَ ﻳَ ﺴِّ ﺮُﻭ ﺍ

  Artinya: Muhammad bin Basyar berkata: hadis Yahya bin sa’id berkata: Syu’bah berkata: hadis Abu Tayyah dari Anas dari Nabi bersabda: ” Mudahkanlah dan j anganlah kamu persulit” (HR. Muttaf aq ‘alaih).

  38 Memudahkan dalam pesan dakwah tidak diartikan

  memilih- milih hukum yang ringan- ringan saj a dari berbagai pendapat ulama f ikih (melakukan talf iq). Memudahkan yang dimaksud sebagai kemudahan dalam pengamalan aj aran agama yang tidak bertentangan dengan nash- nash dan kaidah syariat I slam.

  e. Mengapresiasi adanya perbedaan Ada pengalaman menarik ketika ada seorang da’i menyampaikan pesan- pesan dakwahnya dengan lantang dan 38 Abu Abdillah Muhammad bin I smail al- Bukhari, Shoh}i>h Bukhori, Vol. VI , (Beirut: Da>rul Fikr, 1995), 133. penuh semangat. Materi yang disampaikan berkisar pada praktik keberagamaan (tradisi) yang biasa dilakukan oleh kalangan Nahdliyin. Da’i tersebut kurang mengenal mad’u dan kurang mampu membaca situasi di mana j amaah tersebut berada.

  Ternyata j amaah yang diaj ak umumnya kalangan Muhammadiyah. Akhirnya, apa yang disampaikan oleh da’i tersebut kurang mendapatkan tanggapan positif dari para j amaah. Mereka hanya diam dan terkadang mengabaikan apa

  39 yang disampaikan oleh da’i tersebut.

  6. Kerangka Teoritik Pesan Dakwah Penelitian ini menggunakan kerangka teori kategorisasi pesan dakwah yang dibagi tiga kelompok besar, masing- masing kelompok diperinci sesuai dengan tema besarnya. Adapun yang dipakai dalam penelitian ini adalah kategorisasi pesan dakwah menurut Moh. Ali Aziz, yang mengelompokkan secara garis besar

  40

  pesan dakwah, sebagai berikut:

  1. Pesan Akidah Akidah berasal dari bahasa Arab ‘ aqi>dah (

  ﺓ ) yang ﻴﺪ ﻘﻴ ﻋ bentuk j amaknya adalah ‘ aqa ‘id ( ﻋ ﺪ ) berarti kepercayaan ﻋ ﻘﺎ atau keyakinan. Oleh karena itu akidah merupakan pondasi utama bagi setiap muslim. Akidah inilah yang menj adi dasar 39 untuk memberikan arah bagi hidup dan kehidupan seorang 40 Abdul Basit, Filsaf at Dakwah, 142- 146.

  Puj i Astuti, 2017, Skripsi Semiotika terhadap pesan dakwah dalam f ilm “My muslim.

  Akidah dalam I slam bersif at i’tiqad batiniyah yang mencakup masalah- masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman, yakni: a. I man kepada Allah Swt.

  b. I man kepada malaikat- Nya.

  c. I man kepada kitab- kitab- Nya.

  d. I man kepada rasul- rasul- Nya e. I man kepada hari akhir. f . I man kepada qadha- qadhar.

  2. Pesan Syari’ah Syari’ah dalam I slam berhubungan erat dengan amal lahir

  (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/ hukum Allah guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama

  41

  manusia. Masalah- masalah yang berhubungan dengan pesan syari’ah, meliputi: a. I badah (dalam arti khas):

  1) Thaharah 2) Shalat 3) Zakat 4) Puasa

  5) Haj i.

  b. Muamalah (dalam arti luas) meliputi: 1) Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah dan hukum waris.

  2) Hukum publik meliputi: hukum pidana, hukum negara,

  42 hukum perang dan damai.

  3. Pesan Akhlak Ditinj au dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa

  Arab akhla>q (ﻕﻼ ﺍﺧ) yang merupakan bentuk j amak dari khuluq ( ﺧ ﻖ ), yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku. ﻠ Dari segi istilah, akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat pada j iwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan- perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses

  43

  pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Adapun pesan akhlak terdiri dari: a. Akhlak terhadap Allah Swt.

  b. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi: 1) Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya.

  2) Akhlak terhadap bukan manusia: f lora, f auna, dan

  44 sebagainya.

  B. Film 42 43 I bid. , 24- 25.

  I bid. , 14.

  1. Pengertian Film Film merupakan salah satu media komunikasi massa.

  Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dimana- mana, khalayaknya heterogen dan anonym dan menimbulkan ef ek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan, terutama sif atnya yang audio visual, tetapi dalam proses penyampaian pada khalayak dan proses produksinya agak sedikit berbeda.

  Undang- undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perf ilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan f ilm adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematograf i dengan atau tanpa suara dan dapat

  45 dipertunj ukkan .

  Film yang dapat mempengaruhi emosi penonton ini memang amat mengesankan seperti f ilm tentang “ The Massage” yang pernah ditayangkan seolah- olah menghidupkan kembali kenangan sej arah I slam dengan lebih hidup dan segar, yang

  46 wasilah dakwah lainnya tidak mampu melakukannya.

  Pada mulanya, f ilm dipelaj ari dari segi potensinya sebagai 45 “seni”, begitu kata John Storey. Sej arahnya dituturkan sebagai

Dokumen yang terkait

KANDUNGAN PESAN DAKWAH DALAM FILM AYATAYAT CINTA (Analisis Isi Film Ayat Ayat Cinta (AAC) Karya Hanung Bramantyo)

0 39 2

ANALISIS SEMIOTIKA AMANAT DALAM FILM “ASSALAMUALAIKUM BEIJING” KARYA ASMA NADIA

0 3 6

DAKWAH MELALUI FILM (ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM FILM MUNAFIK KARYA SYAMSUL YUSOF) TAHUN 2017 SKRIPSI

0 0 124

PESAN DAKWAH DALAM FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA KARYA BENI SETIAWAN (Study Analisis Semiotika Teori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 5 109

BAB III DESKRIPSI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO A. Tujuan Pembuatan Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO (ANALISIS TEUN A VAN DIJK) - Raden Intan Re

0 0 18

BAB IV ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO A. Analisis Pesan Dakwah Dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa Menurut Analisis Teun A Van Dijk. - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOE

0 1 79

BAB II PESAN DAKWAH, FILM DAN TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES A. Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan Dakwah - PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA GUNTUR SEOHARJANTO (Study Analisis SemiotikaTeori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 0 25

BAB IV ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING - PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA GUNTUR SEOHARJANTO (Study Analisis SemiotikaTeori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO (ANALISIS TEUN A VAN DIJK) - Raden Intan Repository

0 0 21

BAB II PESAN DAKWAH DAN FILM RELIGI SERTA ANALISIS WACANA MODEL TEUN A VAN DIJK A. Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan Dakwah - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO (ANALISIS TEUN A VAN DIJK) - Raden Intan Repository

0 0 45