PEMANFAATAN KULTUR Lactobacillus plantarum EM1 DAN Lactobacillus pentosus EM1 SEBAGAI STARTER DALAM PEMBUATAN MINUMAN PROBIOTIK SUSU JAGUNG MANIS - Unika Repository
7. LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengujian Substrat Susu Jagung Manis Parameter Pengujian Nilai pH 5,5 Kadar Gula 9,2 (°brix) Kadar Protein 2,94 ±0,03 (%) Lampiran 2. Hasil Analisa Uji Beda SPSS pH_1 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. bulgaricus 3 4,1267 L. pentosus 3 4,1700 L. plantarum 3 4,2900 Sig. 1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
pH_10 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. bulgaricus 3 4,0700 L. pentosus 3 4,1200 L. plantarum 3 4,2367 Sig.
1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
pH_20 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. bulgaricus 3 4,0933 L. pentosus 3 4,1600 L. plantarum 3 4,2700 Sig.
1,000 1,000 1,000
Jumlah koloni antar BAL yang dihasilkan tidak berbeda jauh, namun L. bulgaricus
memiliki jumlah koloni yang paling sedikit dibandingkan kedua BAL lainnya.
Rachman (1989) dalam Wijaningsih (2008) menyatakan bahwa banyaknya mikroba
(starter/inokulum) yang ditambahkan berkisar antara 3–10 % dari volume medium
fermentasi. Hal ini sesuai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3% dari substrat.
Inokulum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke dalam medium fermentasi
pada saat kultur mikroba tersebut berada pada fase pertumbuhan eksponensial. Oleh
karena itu, pada awal pengamatan (hari ke- 1) jumlah bakteri yang ada tinggi.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37ºC. Setelah itu dilakukan penyimpanan pada suhu
refrigerator yaitu ±4ºC sampai 40 hari. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap jumlah
bakteri yang ada karena menurut Ray (1996) temperatur mempengaruhi pertumbuhan
optimumnya. Menurut teori – teori yang disebutkan di atas, suhu 37ºC merupakan
suhu optimum bagi L. plantarum dan L. pentosus, sedangkan L. bulgaricus memiliki
suhu optimum 45ºC. Oleh karena itu, jumlah bakteri L. bulgaricus yang dihasilkan
paling rendah dibandingkan kedua lainnya. Namun perbedaan jumlah bakteri antar
ketiga jenis tidak berbeda jauh. Pada suhu penyimpanan ±4ºC, BAL akan terhambat
pertumbuhannya.4.4. Pengujian Viabilitas
Viabilitas merupakan ketahanan hidup bakteri, dimana menurut Rizqiati et al. (2008)
viabilitas probiotik selama penyimpanan dinyatakan dalam persen jumlah bakteri
hidup setelah penyimpanan terhadap jumlah awal sebelum penyimpanan. Berdasarkan
Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa viabilitas BAL pada pada minuman probiotik susu
jagung manis dari penyimpanan hari ke 10 sampai ke 40 mengalami penurunan yang
tidak terlalu besar. Nilai viabilitas Lactobacillus bulgaricus berkisar antara 90,13% -
96,24%, Lactobacillus plantarum EM1 antara 90,65% - 97,52%, dan Lactobacillus
pentosus EM1 antara 87,87% - 96,32%. Viabilitas yang cukup stabil selama
penyimpanan dari ketiga BAL membuktikan bahwa susu jagung manis sesuai dengan
lingkungan hidup bakteri tersebut. Hal ini juga didukung dengan kondisi
penyimpanan dingin (±4°C) yang menyebabkan bakteri tersebut tidak mengalami
pensuspensi, dan kondisi proses. Viabilitas BAL sebagai probiotik dalam susu dan
6
yoghurt yang disimpan pada suhu dingin 4°C masih di atas 10 CFU/ml (Han-Seung
Shin et al., 2000 dalam Hartati et al., 2003). L. plantarum EM1 memiliki viabilitas
yang paling tinggi, diikuti dengan L. pentosus EM1, dan yang terendah yaitu L. bulgaricus . Hal ini sesuai dengan hasil jumlah bakteri yang diperoleh pada pengujian sebelumnya.4.5. Pengujian pH
Nilai pH minuman probiotik yang dihasilkan antar ketiga jenis BAL dapat dilihat
pada Tabel 7. Minuman probiotik susu jagung manis yang menggunakan L. plantarum EM1 memiliki nilai pH yang paling tinggi diikuti dengan L. pentosus EM1 dan yang paling rendah yaitu L. bulgaricus. pH minuman probiotik susu jagung manisdengan penggunaan L. plantarum EM1 berkisar antara 4,23 ± 0,00 sampai 4,29 ± 0,00,
L. pentosus EM1 berkisar antara 4,10 ± 0,00 sampai 4,17 ± 0,00, dan L. bulgaricus
berkisar antara 4,06 ± 0,00 sampai 4,15 ± 0,00.pH awal susu jagung manis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5,5. Dari hasil
di atas terlihat bahwa selama proses fermentasi BAL mendegradasi substrat menjadi
asam laktat. pH yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan minuman probiotik yaitu
sebesar 3,8 – 4,6 (Oberman, 1985 dalam Sunarlim et al., 2007). Berdasarkan
pengujian statistik didapatkan bahwa pH antar ketiga jenis BAL yang digunakan
berbeda nyata. Namun jika dilihat dari rata-rata nilai pH, ketiganya tidak terlalu
berbeda jauh. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kemampuan bakteri
dalam mendegradasi substrat.
Kisaran pH berdasarkan perbedaan perlakuan lamanya penyimpanan yang dilakukan
menunjukkan adanya perbedaan, namun nilainya tidak signifikan. Menurut Astawan
(2007) dalam Kunaepah (2008), lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap pH,
karena semakin lama fermentasi semakin banyak mikroorganisme yang
berkembangbiak maka menghasilkan asam laktat yang lebih banyak. Hal ini dapat
terjadi karena produk dilakukan penyimpanan pada suhu refrigerator sehingga
4.6. Pengujian Kadar Gula
Dari pengujian terhadap kadar gula, pada Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa nilai
kadar gula minuman probiotik susu jagung manis yang menggunakan L. pentosus
EM1 memiliki kadar gula yang paling tinggi diikuti dengan L. bulgaricus dan yang
paling rendah yaitu L. plantarum EM1. Sukrosa adalah jenis gula yang paling
dominan dibandingkan fruktosa dan glukosa pada jagung (Muchtadi, 1988 dalam
Satiarini, 2006). Hasil tersebut sesuai dengan teori Wheater (1955) yang menyebutkan
L. plantarum mampu menfermentasi sukrosa pada substrat sehingga gula yang ada
pada produk inilah yang paling sedikit sedangkan pada kedua BAL lainnya tidak
disebutkan dapat mendegradasi sukrosa. Perbedaan perlakuan lamanya penyimpanan
terhadap kadar gula L. plantarum EM1 pada pengamatan hari ke 40 berbeda dengan
pengamatan pada hari ke- 1, 10, 20, dan 30. Hal ini disebabkan karena gula yang
semula tinggi menjadi rendah karena terdegradasi oleh BAL.4.7. Pengujian Total Asam
Berdasarkan Tabel 9 diketahui dilihat bahwa total asam yang dihasilkan antara L.
plantarum EM1 dan L. pentosus EM1 tidak berbeda nyata (kecuali pada pengamatan
hari ke- 1 dan 10), namun total asam kedua BAL tersebut berbeda nyata dengan
minuman probiotik yang menggunakan L. bulgaricus. Minuman probiotik susu
jagung manis yang menggunakan L. bulgaricus menghasilkan total asam yang paling
tinggi, dibandingkan lainnya. Hasil tersebut didapatkan sesuai dengan teori Bottazi
(1983) dalam Sunarlim et al. (2007) yang menyatakan bahwa nilai pH berbanding
terbalik dengan total asam tertitrasi.
Total asam yang dihasilkan ketiga BAL tersebut berkisar antara 0,47 ± 0,03 sampai
0,65 ± 0,03, hal ini sesuai dengan standar Codex (2003) yaitu total asam laktat pada
susu fermentasi minimal sebesar 0,3%. Hasil pengamatan total asam pada hari ke- 10
menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan hari lainnya hal ini disebabkan
karena BAL yang digunakan sedang aktif / berkembangbiak sehingga asam laktat
yang dihasilkan tinggi.
Setelah mengalami inkubasi satu malam kadar proteinnya meningkat dan kemudian
mengalami penurunan pada pengamatan hari ke- 40, dapat dilihat pada Tabel 11.
Kadar protein antara minuman probiotik dengan ketiga jenis BAL yang berbeda
menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan, namun terdapat
kecenderungan L. pentosus EM1 memiliki kadar protein yang paling rendah.Peningkatan protein pada susu fermentasi disebabkan oleh protein bakteri starter
(Fardiaz, 1989 dalam Sunarlim et al., 2007), Buckle et al. (1985) dalam Sunarlim et
al. (2007) menambahkan bahwa pada bahan kering mikroorganisme terkandung
protein sebesar 49 – 80%. Dalam proses fermentasi penambahan kultur akan
meningkatkan jumlah asam amino bebas. Asam amino bebas meningkat dua kali lipat
pada 24 jam pertama (Yildiz, 2010). Oleh karena itu setelah proses inkubasi selama
24 jam, protein pada minuman probiotik meningkat jumlahnya. Sedangkan,
penurunan jumlah protein pada pengamatan hari terakhir tersebut sesuai dengan
pendapat Tamime & Robinson (1999) dalam Taufik (2004) yaitu lamanya
penyimpanan berpengaruh juga terhadap laju proteolisis, dimana akan menurun
selama penyimpanan yaitu setelah fase pertumbuhan tetap (stationary phase) dicapai
oleh starter bakteri. Hal itu diperkuat pendapat Yildiz (2010) bahwa laju proteolisis
dipengaruhi beberapa hal yaitu waktu inkubasi, % total padatan susu, dan pemanasan
susu.5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
• Susu jagung manis dapat dimanfaatkan sebagai substrat minuman probiotik
karena mengandung nutrisi yang diperlukan untuk hidup BAL.• Lactobacillus plantarum EM1 dan Lactobacillus pentosus EM1 yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan menjadi minuman probiotik, selain itu karakteristik kimiawi yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan minuman probiotik berasal dari Lactobacillus bulgaricus.• Viabilitas ketiga BAL yang digunakan pada minuman probiotik susu jagung
manis cukup stabil hingga penyimpanan 40 hari, Lactobacillus plantarum EM1 memiliki viabilitas yang paling tinggi yaitu antara 90,65% - 97,52%,
Lactobacillus pentosus EM1 antara 87,87% - 96,32%, dan Lactobacillus
bulgaricus berkisar antara 90,13% - 96,24%.• Penyimpanan dingin dalam refrigerator (±4°C) sampai 40 hari dapat
mempertahankan kualitas minuman probiotik yang diperoleh tetap baik.
5.2. SARAN
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlunya pengujian sensori terhadap
minuman probiotik susu jagung manis yang dihasilkan sehingga dapat diketahui
tingkat penerimaan konsumen di masyarakat.6. DAFTAR PUSTAKA
Akmal; Heryani dan Ferdiansyah. (2009). Pemanfaatan Talas Bogor Dalam Minuman
Probiotik Sebagai Strategi Peningkatan Kesejateraan Petani Talas. Program Kegiatan Mahasiswa. Institut Pertanian Bogor. Bogor. th
AOAC. (1995). Official Methods of Analysis of AOAC International 16 edition. Vol
. Published by AOAC International. Arlington Virginia USA.II Bujalance, C; M. J. Valera; E. Moreno and A. R. Bravo. (2006). A Selective Differential Medium for Lactobacillus plantarum. Journal of Microbiological Methods 66:572–575.
Chandan, R. C; C. H. White; A. Kilara and Y. H. Hui. (2006). Manufacturing Yoghurt
and Fermented Milk . Blackwell Publishing Ltd. UK.Chandra, J. I. (2006). Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Produk
Bekasam Ikan Bandeng (Chanos chanos) . Institut Pertanian Bogor. Bogor.Skripsi. Codex. (2003). Codex Standard For Fermented Milks. Codex Standard 243-2003.
Fardiaz, S. (1989). Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hadioetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium . PT Gramedia. Jakarta.
Harmayani, E; Ngatirah; E. S. Rahayu and T. Utami. (2001). Ketahanan dan
Viabilitas Probiotik Bakteri Asam Laktat Selama Proses Pembuatan Kultur Kering dengan Metode Freeze dan Spray Drying. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 12 (2).
Hartati, S; E. Harmayani; E. S. Rahayu; dan T. Utami. (2003). Viabilitas dan
Stabilitas Lactobacillus plantarum Mut7 FNCC 250 yang Disuplementasikan Dalam Sari Buah Pepaya-Nanas Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol 14(2):182-187.
Kunaepah, U. (2008). Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa
Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang Merah . Universitas Diponegoro. Semarang. Tesis.
Kusmawati, E. (2008). Kajian Formulasi Sari Mentimun (Cucumis sativus L.)
Sebagai Minuman Probiotik Menggunakan Campuran Kultur Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, Streptococcus thermophilus subsp. salivarus, dan Lactobacillus casei subsp. Rhamnosus. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Skripsi. nd
Kosikowski, F. V. (1977). Cheese and Fermented Milk Foods 2
F. V Edition. Kosikowski and Associates. New York.
Ma’rifah, U. (2008). Pengaruh Penambahan Pati Singkong Modifikasi Ikat Silang
. Institut Dan Bakteri Asam Laktat Kandidat Probiotik Terhadap Mutu Yoghurt Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Mayadewi, N. N. A. (2007). Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam
terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Agritrop, 26(4): 153 – 159. ndNielsen, S. S. (1998). Food Analysis 2 Edition . Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg, Maryland. Ray, B. (1996). Fundamental Food Microbiology. CRC Press, Inc. Florida.
Rizqiati, H.; Betty S. L. J.; Novik N; dan Caecilia N. (2008). Ketahanan dan
Viabilitas Lactobacillus plantarum yang Dienkapsulasi dengan Susu Skim danGum Arab Setelah Pengeringan dan Penyimpanan. Animal Production Vol 10 : 179-187. Satiarini, B. (2006). Kajian Produksi dan Profitabilitas Pembuatan Susu Jagung.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Suarni dan S. Widowati. (2007). Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/tiganol.pdf Sunarlim, R., H. Setiyanto., dan M. Poeloengan. (2007). Pengaruh Kombinasi Starter Bakteri Lactobacillus bulgaricus , Streptococcus thermophilus , dan Lactobacillus plantarum Terhadap Sifat Mutu Susu Fermentasi. Seminar 270-278. Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner:
Supavititpatana, P; T. I. Wirjantoro; & P. Raviyan. (2009). Effect of Sodium
Caseinate and Whey Protein Isolate Fortification on the Physical Properties and Microstructure of Corn Milk Yogurt. CMU. Journal National Science Vol.
Supavititpatana, P; T. I. Wirjantoro; & P. Raviyan. (2010).Characteristics and Shelf-
Life of Corn Milk Yogurt CMU. Journal National Science Vol. 9(1):133-149.Suwarno, J. (2010). Uji Protein dan Organoleptik Pada Tempe dengan Bahan Dasar
Jagung Manis (Zea mays saccharata.) . Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta. Skripsi.
Taufik, E. (2004). Dadih Susu Sapi Hasil Fermentasi Berbagai Starter Bakteri
Probiotik yang Disimpan pada Suhu Rendah: Karakteristik Kimiawi. MediaPeternakan : 88-100.
Usmiati, S & T. Utami. (2008). Pengaruh Bakteri Probiotik Terhadap Mutu Sari
Kacang Tanah Fermentasi. Jurnal Pascapanen 5(2): 27-36.Walpole, R. E; R. H. Myers; and S. L. Myers. (1998). Probability and Statistic for
thEngineers and Scientists 6 Edition . Prentice Hall International, Inc. New Jersey.
Wheater, D. M. (1995). The Characteristics of Lactobacillus plantarum, L. helveticus
and L. casei. Journal genetic Microbial. 12:133-139. Widodo. (2003). Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.Wijaningsih, W. (2008). Aktivitas Antibakteri In Vitro dan Sifat Kimia Kefir Susu
Kacang Hijau (Vigna Radiata) oleh Pengaruh Jumlah Starter dan Lama Fermentasi . Universitas Diponegoro. Semarang. Tesis.
Yildiz, F. (2010). Development and Manufacture of Yoghurt and Other Functional
Dairy Products . CRC Press. Taylor & Francis Group. New York.Zain, W. N. H. (2010). Karateristik Mikrobiologis Granul Kultur Starter Dengan
.Sinbiotik Terenkapsulasi Untuk Menghasilkan Yoghurt dan Dadih Sinbiotik Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tesis.
Zanoni, P.; J. A. E. Farrow; B. A. Phillips; and M. D. Collins. (1987). Lactobacillus
pentosus (Fred, Peterson, and Anderson) sp. nov., norn, rev. International Journal Of Systematic Bacetriology Vol 37(4): 339-341.pH_30 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. pentosus 3 4,1167 L. bulgaricus 3 4,1500 L. plantarum 3 4,2800 Sig.
1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
pH_40 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2 L. pentosus 3 4,1100 L. bulgaricus 3 4,1233 L. plantarum 3 4,2533 Sig.
,473 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_1 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. plantarum 3 8,0667 L. bulgaricus 3 8,8333 L. pentosus 3 9,0000 Sig.
1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_10 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2 L. plantarum 3 7,9333 L. bulgaricus 3 8,0000 L. pentosus 3 8,5000 Sig.
,267 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_20 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2 L. plantarum 3 8,0000 L. bulgaricus 3 8,0667 L. pentosus 3 8,6000 Sig.
,267 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_30 a
Duncan Subset for alpha
= .05 BAL N
1 L. plantarum 3 8,1667 L. bulgaricus 3 8,2000 L. pentosus 3 8,5000 Sig.
,056 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_40 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. plantarum 3 7,5333 L. bulgaricus 3 8,0667 L. pentosus 3 8,4000 Sig. 1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
AsLaktat_1 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2
3 L. plantarum 3 ,4667 L. pentosus 3 ,5567 L. bulgaricus 3 ,6167 Sig.
1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
AsLaktat_10 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2 L. plantarum 3 ,5567 L. pentosus 3 ,6167 L. bulgaricus 3 ,6467 Sig.
1,000 ,224 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
AsLaktat_20 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2 L. plantarum 3 ,5400 L. pentosus 3 ,5400 L. bulgaricus 3 ,6167 Sig.
1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
AsLaktat_30 a
Duncan Subset for alpha
= .05 BAL N
1 L. pentosus 3 ,5267 L. plantarum 3 ,5400 L. bulgaricus 3 ,5567 Sig.
,147 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
AsLaktat_40 a
Duncan Subset for alpha = .05
BAL N
1
2 L. pentosus 3 ,5267 L. plantarum 3 ,5400 L. bulgaricus 3 ,6167 Sig.
,420 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
pH_L.bul a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2
3 hari ke-10 3 4,0700 hari ke-20 3 4,0933 4,0933 hari ke-40 3 4,1233 4,1233 hari ke-1 3 4,1267 hari ke-30 3 4,1500
Sig. ,118 ,053 ,092 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
pH_L.plan a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2
3 hari ke-10 3 4,2367 hari ke-40 3 4,2533 4,2533 hari ke-20 3 4,2700 4,2700 hari ke-30 3 4,2800 hari ke-1 3 4,2900
Sig. ,108 ,108 ,070 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
pH_L.pent a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2 hari ke-40 3 4,1100 hari ke-30 3 4,1167 hari ke-10 3 4,1200 hari ke-20 3 4,1600 hari ke-1 3 4,1700 Sig.
,323 ,302 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_L.bul a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2
3 hari ke-10 3 8,0000 hari ke-20 3 8,0667 8,0667 hari ke-40 3 8,0667 8,0667 hari ke-30 3 8,2000 hari ke-1 3 8,8333
Sig. ,338 ,071 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_L.plan a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2 hari ke-40 3 7,5333 hari ke-10 3 7,9333 hari ke-20 3 8,0000 hari ke-1 3 8,0667 hari ke-30 3 8,1667 Sig.
1,000 ,107 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Gula_L.pent a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2
3
4 hari ke-40 3 8,4033 hari ke-10 3 8,5000 hari ke-30 3 8,5000 hari ke-20 3 8,6033 hari ke-1 3 9,0333 Sig.
1,000 1,000 1,000 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Asam_L.bul a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2 hari ke-30 3 ,5567 hari ke-1 3 ,6167 hari ke-20 3 ,6167 hari ke-40 3 ,6167 hari ke-10 3 ,6467
Sig. 1,000 ,210 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Asam_L.plan a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2 hari ke-1 3 ,4667 hari ke-20 3 ,5400 hari ke-30 3 ,5400 hari ke-40 3 ,5400 hari ke-10 3 ,5567
Sig. 1,000 ,321 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Asam_L.pent a
Duncan Subset for alpha = .05
Hari N
1
2 hari ke-30 3 ,5267 hari ke-40 3 ,5267 hari ke-20 3 ,5400 hari ke-1 3 ,5567 hari ke-10 3 ,6167 Sig.
,151 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.