EVALUASI PERTUMBUHAN Lactobacillus casei DAN Lactobacillus plantarum DALAM MEDIUM FERMENTASI TEPUNG KULIT PISANG The Evaluation of Lactobacillus casei and Lactobacillus plantarum Growth in the Fermented Banana Peel Flour Medium

  

EVALUASI PERTUMBUHAN Lactobacillus casei DAN Lactobacillus plantarum

DALAM MEDIUM FERMENTASI TEPUNG KULIT PISANG

The Evaluation of Lactobacillus casei and Lactobacillus plantarum Growth in

the Fermented Banana Peel Flour Medium

  1*

  1 Vicka Jacinda Masye Kusuma , Elok Zubaidah

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email: vickajacinda02@gmail.com

  ABSTRAK

  Kulit pisang mengandung komponen bioaktif berupa karbohidrat dan serat pangan sebagai prebiotik yang berpotensi sebagai medium fermentasi tumbuhnya Bakteri Asam Laktat (BAL). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan membandingkan kemampuan tumbuh Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum pada medium fermentasi tepung kulit pisang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor yaitu jenis kulit pisang (Ambon, Raja, dan Kepok) dan jenis isolat (Lactobacillus casei dan

  

Lactobacillus plantarum) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

  perlakuan jenis medium fermentasi tepung kulit pisang (ambon, raja, dan kepok) dan jenis isolat memberikan pengaruh nyata (α=0.05) terhadap total asam, total gula, pH, dan serat kasar selama proses fermentasi. Medium fermentasi tepung kulit pisang kepok dan jenis

  11

  isolat Lactobacillus plantarum menunjukkan hasil terbaik dengan nilai total BAL 1.92x10 CFU/ml, total asam 0.376,%, pH 3.80, total gula 0.93%, pati 1.95%, dan serat kasar 1.29%. Kata kunci: BAL, L. casei, L. plantarum, Prebiotik, Medium Fermentasi

  ABSTRACT Banana peels contain a bioactive components such as carbohydrate and dietary fiber

as prebiotic which is potential as a fermentation medium growth of Lactic Acid Bacteria

  

(LAB). The aim of this study to determine and compare the ability growing of Lactobacillus

casei and Lactobacillus plantarum in the fermented banana peel flour medium. In this study

using Randomized Block Design with 2 factors, type of banana peels (Ambon, Raja, and

Kepok) and type of isolates used (Lactobacillus casei and Lactobacillus plantarum) with 3

replications. The results showed that the type of banana peels flour medium fermentation

(Ambon, Raja, and Kepok) and type of isolates give significant effect (α=0.05) of total acid,

total sugar, pH, and crude fiber during the fermentation process. Banana peel flour Kepok

  11 medium fermentation and Lactobacillus plantarum showed the highest results with 1.92x10

CFU/ml of total LAB, 0.376% of total acid, 3.80 of acidity, 0.93% of total sugar, 1.95% of

starch, and 1.29% of crude fiber.

  Keywords: LAB, L. casei, L. plantarum, Prebiotic, Medium Fermentation

PENDAHULUAN

  Pangan fungsional saat ini sudah banyak dikembangkan, dimana pangan fungsional memiliki komponen biologi aktif yang berguna untuk meningkatkan kesehatan atau mengurangi resiko penyakit [1]. Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum merupakan jenis bakteri asam laktat yang sering digunakan pada produk pangan fungsional [2][3][4].

  Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar karena hampir 50% produksi pisang di Asia dihasilkan oleh Indonesia dengan produktivitas mencapai 6.2 juta ton per tahun, kulit 100 pisang berjumlah 40% dari total jumlah berat buah pisang [5]. Kulit pisang juga mengandung senyawa yang potensial untuk dikembangkan yaitu serat pangan dan oligosakarida. Serat pangan dan oligosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan keduanya dapat difermentasi oleh mikroflora usus, sehingga komponen tersebut dapat digunakan sebagai substrat oleh bakteri asam laktat untuk tumbuh (prebiotik) [6]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kulit pisang sebagai prebiotik maka, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh kulit pisang terhadap pertumbuhan Bakteri Asam Laktat (BAL). Kemampuan tumbuh BAL pada medium tepung kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan tambahan atau subtitusi dalam pembuatan produk pangan.

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan yang digunakan dalam penelitian tentang medium fermentasi tepung kulit pisang ini yaitu kulit pisang Ambon, kulit pisang Raja, dan kulit pisang Kepok yang didapatkan dipasar Blimbing, isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini ialah

  

Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum yang diperoleh dari Laboratorium

  Mikrobiologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Bahan tambahan lain yang digunakan antara lain asam askorbat merk BDH, dan air. Media yang digunakan untuk analisis total BAL adalah MRS agar (Pronadisa), sedangkan untuk peremajaan digunakan MRS broth dan agar (Pronadisa), aquades dan alkohol. Bahan

  • – bahan kimia yang digunakan analisis antara lain glukosa anhidrat, H SO pekat, anthrone, CaCO , Pb asetat, NaOH, Na-Oksalat, nelson,

  2

  4

  3

  arsenomolibdat, K SO dan indikator PP. yang diperoleh dari CV. Makmur Sejati, Sari Kimia,

  2

  4 dan Laboratorium Biokimia dan Nutrisi pangan.

  Alat

  Peralatan yang digunakan dalam pembuatan medium fermentasi tepung kulit pisang antara lain antara lain inkubator (WTC Binder) dengan suhu 37ºC, shaker waterbath (Lokal) dengan suhu 70ºC, blender (Philips), timbangan digital (Denver Instrument M-310), kompor listrik (Maspion), termometer, bunsen, pipet ukur, baskom, pisau, dan sendok, sedangkan untuk analisis total BAL, total gula, total asam, pH, pati, dan serat kasar digunakan beberapa alat seperti glassware (cawan petri, buret, erlenmeyer, gelas beaker, pipet volume, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, spatula kaca, dan tabung reaksi), mikropipet (Finnapipette,

  

Labsystem) dan tip, laminar airflow, autoklaf (model HI36AE), Quebec Colony Counter,

  vortex-mixer (model VM-2000), pengering kabinet (Lokal), kompor listrik (Maspion), spektrofotometer (Unico UV-2100), kertas saring, buret, dan pH meter (Hannah).

  Desain Penelitian

  Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor, yaitu jenis kulit pisang yang digunakan (Ambon, Raja, dan Kepok) dan jenis isolat yang digunakan (Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum) dengan 3 kali ulangan sehingga didapatkan 18 satuan percobaan.

  Tahapan Penelitian Pembuatan Tepung Kulit Pisang

  1. Pelepasan kulit pisang

  2. Perendaman dengan asam askorbat

  3. Pemotongan atau pengecilan ukuran kulit pisang

  4. Penataan di loyang

  5. Dimasukkan ke dalam pengering kabinet dengan suhu 50-60ºC selama 24±1 jam

  6. Penggilingan atau dihancurkan dengan menggunakan blender kering

  7. Pengayakan dengan ayakan 60 mesh

  Pembuatan Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang

  1. Tepung kulit pisang dibuat larutan 5% dengan melarutkan 5 gram dalam 100 ml aquades

  2. Homogenisasi di atas shaker waterbath suhu 70ºC dan kecepatan shaker 4 selama 15 menit

  3. Sterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

  4. Pendinginan ruang hingga suhu 37±1ºC

  5. Inokulasi kultur starter L. casei dan L. plantarum 2% (v/v) pada medium tepung kulit pisang

  6. Inkubasi pada suhu 37±1ºC sampai pH 4.5

  Prosedur Analisis

  Pengujian medium fermentasi tepung kulit pisang dilakukan uji kimia dan mikrobiologi. Parameter uji kimia yang diuji antara lain total gula dengan metode Anthrone [7], pH [8], total asam [9], kadar pati metode Direct Acid Hydrolysis [7], dan serat kasar [7]. Analisis mikrobiologi yang dilakukan dengan menghitung total BAL [10]. Data hasil pengamatan dianalisis statistik menggunakan Analysis of Varian (ANOVA). Apabila dari hasil uji menunjukkan adanya pengaruh, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 5% atau DMRT (Duncan Multiple Range Test). Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan metode Multiple Atrribute [11].

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Medium Fermentasi Tanpa Kultur Starter

  Medium fermentasi yang digunakan adalah medium fermentasi tepung kulit pisang Ambon, kulit pisang Raja, dan kulit pisang Kepok. Hasil analisis disajikan pada Tabel 1.

  Tabel 1. Karakteristik Kimia Medium Fermentasi Tanpa Kultur Starter

  Medium Tepung Kulit Pisang Tanpa Starter Parameter Analisis K. Ambon K. Raja K. Kepok

  pH

  5.40

  5.33

  5.32 Total Asam

  0.52

  0.66

  0.64 Total Gula

  1.34

  1.27

  1.47 Kadar Pati

  0.65

  0.86

  1.34 Serat Kasar

  1.58

  0.72

  1.50 Analisis medium fermentasi tanpa kultur starter bertujuan untuk mengetahui kondisi awal sebelum diolah menjadi medium fermentasi tepung kulit pisang. Analisis total gula dilakukan untuk mengetahui kandungan gula awal sebelum dilakukan proses fermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL). Gula yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan BAL sebagai sumber energi. Analisis total asam dilakukan untuk mengetahui perubahan total asam selama proses pembuatan medium fermentasi tepung kulit pisang yang dipengaruhi oleh metabolisme gula oleh BAL. Analisis pH dilakukan untuk mengetahui perubahan pH yang terjadi akibat proses pembuatan medium fermentasi. Perubahan pH dapat terjadi akibat perubahan total asam. Analisis pati dilakukan untuk mengetahui kandungan pati awal sebelum dilakukan proses fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat (BAL). Pati yang terkandung dapat dimanfaatkan BAL sebagai sumber energi walaupun lambat prosesnya. Analisis serat kasar digunakan untuk mengetahui nilai awal sebelum dilakukan proses fermentasi oleh BAL. Serat kasar yang terkandung juga dimanfaatkan BAL sebagai sumber energi.

2. Analisis Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang Total BAL

  Nilai total BAL setelah dilakukan proses fermentasi pada medium fermentasi akhir jam

  10

  11

  ke-6 berkisar antara 1.82x10 CFU/ml hingga 1.92x10 CFU/ml. Rerata peningkatan total BAL setelah proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar 1.

  Tepung Kulit Pisang Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak

  10

  jumlah BAL yang dihasilkan. Peningkatan total BAL berkisar antara 1.43x10 CFU/ml

  11

  hingga 1.81x10 CFU/ml. Medium fermentasi tepung kulit pisang kepok yang difermentasi oleh Lactobacillus plantarum menunjukkan peningkatan total BAL tertinggi yakni sebesar

  11

  1.81x10 CFU/ml. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Lactobacillus

  

plantarum mampu menghasilkan jumlah BAL lebih tinggi dibandingkan dengan fermentasi

  yang dilakukan oleh Lactobacillus casei. Habitat Lactobacillus plantarum yaitu pada fermentasi tanaman dan sayuran [12]. Lactobacillus plantarum merupakan BAL yang diisolasi produk fermentasi sayuran juga buah-buahan sehingga Lactobacillus plantarum mampu tumbuh lebih baik dibandingkan Lactobacillus casei pada medium fermentasi tepung kulit pisang. Lactobacillus plantarum mampu tumbuh lebih optimal dan memproduksi asam lebih tinggi pada fermentasi sayuran dan buah dibandingkan bakteri asam laktat lainnya [13]. Kulit pisang terdapat gula-gula sederhana, seperti glukosa, sukrosa, dan fruktosa yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri sebagai sumber energi. Selain itu, kulit pisang mengandung komponen mikronutrien lain yang dapat mendukung pertumbuhannya. Pemanfaatan kandungan nutrisi berupa serat dan pati sebagai karbohidrat komplek juga digunakan bakteri sebagai sumber energi [14].

  Total Gula

  Nilai total gula medium fermentasi setelah proses fermentasi jam ke-6 berkisar antara 0.89% hingga 1.04%. Rerata penurunan nilai total gula medium fermentasi tepung kulit pisang dapat dilihat pada Gambar 2. Semakin lama proses fermentasi maka semakin tinggi penurunan total gula pada produk. Penurunan nilai total gula medium fermentasi setelah fermentasi berkisar antara 0.28

  • – 0.54%. Penurunan total gula pada medium fermentasi yang difermentasi oleh Lactobacillus plantarum memiliki penurunan nilai total gula tertinggi yakni sebesar 0.54%. Penurunan total gula terjadi seiiring dengan peningkatan total BAL setelah proses fermentasi terjadi. Semakin banyak BAL yang tumbuh pada produk maka
semakin banyak gula yang dipecah menjadi asam laktat dan energi [15]. Sukrosa yang merupakan disakarida akan diurai terlebih dahulu menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya yaitu fruktosa dan glukosa, selanjutnya glukosa akan dimanfaatkan oleh

  

Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum sebagai sumber energi dan sebagian lagi

akan dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam-asam organik terutama asam laktat [16].

  Total Asam

  Nilai total asam pada medium fermentasi setelah fermentasi akhir jam ke-6 berkisar antara 0.29

  • – 0.38%. Peningkatan nilai total asam pada medium fermentasi dapat dilihat pada Gambar 3.

  Gambar 3. Grafik Rerata Peningkatan Total Asam Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang Gambar 3 menunjukkan semakin lama proses fermentasi berlangsung maka semakin tinggi nilai total asam produk. Peningkatan nilai total asam medium fermentasi setelah

  0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60

  L. casei L. plantarum L. casei L. plantarum L. casei L. plantarum KULIT AMBON KULIT RAJA KULIT KEPOK TOT A L GULA (% ) JENIS SAMPEL

  

Sebelum fermentasi Sesudah fermentasi

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400

  3

  6 TOT A L A S A M (% ) WAKTU FERMENTASI (JAM) K1L1 (Kulit Ambon-L. casei) K1L2 (Kulit Ambon-L. plantarum)

  

K2L1 (Kulit Raja-L. casei) K2L2 (Kulit Raja-L. plantarum) K3L1 (Kulit Kepok-L. casei) K3L2 (Kulit Kepok-L. plantarum) fermentasi akhir jam ke-6 berkisar antara 0.07

  • – 0.10%. Nilai total asam meningkat seiiring penurunan nilai total gula pada produk. Gula yang terdapat pada produk dimanfaatkan oleh BAL sebagai sumber karbon untuk memproduksi asam laktat dan energi. Glukosa yang didapat dari pemecahan sukrosa, mengalami glikolisis hingga diperoleh asam piruvat yang kemudian akan diubah menjadi asam laktat dan energi [15]. Kandungan serat dan pati juga dimanfaatkan oleh BAL sebagai sumber energi walaupun prosesnya lambat yang menghasilkan SCFA (Short Chain Fatty Acid) berupa asam propionat, asam butirat, asam asetat, juga asam laktat [14].

  pH

  Penurunan nilai pH pada medium fermentasi tepung kulit pisang setelah fermentasi berkisar antara 0.70

  • – 1.40. Penurunan nilai pH setelah fermentasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

  6,000 N 5,000 A M A 4,000 S A E

  3,000 K T JA

  2,000 A R E

  1,000 D

  0,000

  3

  6 WAKTU FERMENTASI (JAM) K1L1 (Kulit Ambon-L. casei) K1L2 (Kulit Ambon-L. plantarum)

K2L1 (Kulit Raja-L. casei) K2L2 (Kulit Raja-L. plantarum)

K3L1 (Kulit Kepok-L. casei) K3L2 (Kulit Kepok-L. plantarum)

  Gambar 4. Grafik Rerata Penurunan pH Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi maka semakin rendah pH produk. Penurunan pH medium fermentasi setelah fermentasi akhir jam ke-6 berkisar antara

  0.70

  • – 1.40. Jenis mikroorganisme yang digunakan diduga mampu mempengaruhi penurunan pH produk. Medium fermentasi tepung kulit pisang kepok yang difermentasi oleh

  

Lactobacillus plantarum mengalami penurunan pH lebih besar dibandingkan Lactobacillus

casei. Lactobacillus plantarum dapat mempercepat penurunan pH dibandingkan

  mikroorganisme lain [17]. Penurunan pH juga dipengaruhi oleh total asam produk. Asam

  laktat yang diproduksi akan terdisosiasi menghasilkan H dan CH CHOCOO sehingga

  3

  • semakin tinggi asam laktat maka memungkinkan semakin tinggi ion H yang terbebaskan dalam medium [18].

  Kadar Pati

  Nilai kadar pati pada medium fermentasi tepung kulit pisang selama fermentasi akhir jam ke-6 berkisar antara 0.37

  • – 1.19%. Penurunan kadar pati selama proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar 5. Semakin lama fermentasi maka semakin rendah nilai kadar pati medium fermentasi. Penurunan kadar pati selama fermentasi akhir jam ke-6 berkisar antara 0.15
  • – 0.30%. Penurunan kadar pati tersebut dapat terjadi karena kedua bakteri

  

Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum yang memiliki kemampuan amilolitik dimana

  mampu memecah sumber pati untuk digunakan sebagai sumber energi dengan menghasilkan enzim amilase ekstraseluler untuk memfermentasi pati menjadi asam laktat [19].

  3,000 2,500 ) (%

  2,000

  I 1,500

  R PAT 1,000

  KADA 0,500 0,000

  L. casei L. plantarum L. casei L. plantarum L. casei L. plantarum KULIT AMBON KULIT RAJA KULIT KEPOK

Sebelum fermentasi Sesudah fermentasi

  Gambar 5. Grafik Penurunan Kadar Pati Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang

  Serat Kasar

  Nilai serat kasar pada medium fermentasi tepung kulit pisang selama fermentasi akhir jam ke-6 berkisar antara 0.47

  • – 1.52%. Penurunan serat kasar selama proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar 6.

  1,800 1,600 )

  1,400 (%

  1,200 R A S 1,000 A K

  0,800 T A

  0,600 R E S

  0,400 0,200 0,000 L. casei L. plantarum L. casei L. plantarum L. casei L. plantarum

KULIT AMBON KULIT RAJA KULIT KEPOK

  

Sebelum fermentasi Sesudah fermentasi

  Gambar 6. Grafik Penurunan Serat Kasar Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi maka semakin rendah nilai serat kasar medium fermentasi. Penurunan serat kasar selama fermentasi berkisar antara

  0.06

  • – 0.28%. Penurunan serat kasar tersebut dapat terjadi karena kedua bakteri

  

Lactobacillus casei dan Lactobacillus plantarum dapat memfermentasi serat kasar menjadi

  senyawa SCFA (Short Chain Fatty Acid) yang berupa asam propionat, asam butirat, asam laktat, juga asam asetat walaupun laju pemecahannya lebih lambat daripada pemecahannya terhadap serat pangan larut [20].

  Perlakuan Terbaik

  Penetuan perlakuan terbaik perlakuan jenis medium fermentasi tepung kulit pisang dan jenis isolat menggunakan metode multiple attribute [11]. Parameter yang digunakan meliputi total BAL, total asam, dan derajat keasaman (pH). Hasil analisis disajikan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Perlakuan Terbaik Medium Fermentasi Tepung Kulit Pisang

  

Parameter Kulit Pisang Ambon Kulit Pisang Raja Kulit Pisang Kepok

L. casei L. L. casei L. L. casei L. plantarum plantarum plantarum

  10

  11

  10

  11

  11

  11 Total BAL 1.82x10 1.85x10 2.18x10 1.26x10 1.07x10 1.92x10

  Total Asam

  0.29

  0.35

  0.32

  0.36

  0.33

  0.38 pH

  4.70

  4.43

  4.53

  4.00

  4.40

  3.80 DK Total BAL

  0.10

  0.96

  0.11

  0.66

  0.56

  1.00 DK Total Asam

  0.77

  0.93

  0.84

  0.96

  0.88

  1.00 DK pH

  1.24

  1.17

  1.19

  1.05

  1.16

  1.00 Lamda

  0.20

  0.20

  0.20

  0.20

  0.20

  0.20 L1

  0.81

  0.99

  0.83

  0.98

  0.95

  0.40 L2

  0.04

  0.00

  0.03

  0.01

  0.01

  0.00 Lmax 0.18 -0.01

  0.17

  0.07

  0.08

  0.00 Perlakuan

  1.03

  0.98

  1.04

  1.05

  1.04

  0.40 terbaik Perlakuan terbaik dipilih dari nilai jarak terkecil dari parameter yang sudah ditentukan masing-masing perlakuan. Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan parameter tertinggi hasil perlakuan jenis medium tepung kulit pisang kepok dengan jenis isolat Lactobacillus plantarum merupakan perlakuan terbaik.

  

SIMPULAN

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis medium fermentasi tepung kulit pisang (ambon, raja, dan kepok) dan perlakuan jenis isolat memberikan pengaruh nyata (α=0.05) terhadap total asam, total gula, derajat keasaman (pH), dan serat kasar selama proses fermentasi. Hasil Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan jenis medium fermentasi tepung kulit pisang kepok dan jenis isolat Lactobacillus plantarum. Hasil

  11

  perlakuan terbaik memiliki nilai akhir total BAL Lactobacillus plantarum 1.92x10 CFU/ml, total asam 0.376,%, derajat keasaman (pH) 3.80, total gula 0.93%, pati 1.95%, dan serat kasar 1.29%.

  

DAFTAR PUSTAKA

1) Ilsakka K. 2003. Nutraceuticals and Functional Food Demand For Ingredients.

  

  

  3) Holzapfel, W. H., Haberer, P., Geisen, R., Björkroth, J., Schillinger, U. 2001. Taxonomy and Important Features of Probiotic Microorganisms in Food and Nutrition. Am. J. Clin.

  Nutr. 73:2, 365-373

  4) Soomoro, A. H., Masud T. And Anwar K. 2002. Role of Lactic Acid Bacteria (LAB) in Food Preservation and Human Health

  • – a Riview. Pakistan Journal of Nutrition 1:1, 20-

  24 5) Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di

  Indonesia. Tanggal akses: 16/12/2013

  6) Susanti L. 2006. Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata.

  Universitas Negeri Semarang. Semarang 7) Sudarmadji, S. B., Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan

  Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta 8) Apriyanto, A., D. Fardiaz, N. L., Puspita, S., S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor 9) Ranggana, S. 1979. Manual of Analysis of Fruit and Vegetables Product. MC Graw Hill. New Delhi

  10) Lay, W. B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium Edisi I. Grafindo. Jakarta 11) Zeleny, M. 1992. Multiple Kriteria Decision Making. McGraw-Hill. New York 12) Axelsson, L. & Ahrné, S. 2000. Lactic Acid Bacteria. In Applied Microbial Systematics. pp. 365 –386. Edited by F. G. Priest & M. Goodfellow. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht, The Netherlands

  13) Dewi, R. K. 2010. Stabilizer Concentration and Sucrose to The Velva Tomato Fruit Quality. Institut Teknologi Nasional. Malang

  14) Debabandya, M., M. Sabyasachi, and S. Namrata. 2010. Banana and Its By Products Utilization: An Overview. J. Sci. Ind. Res. 69: 323-329 15) Sari, M. I. 2007. Glikolisis sebagai Metabolisme Karbohidrat untuk Menghasilkan Energi.

  16) Yusmarini dan Efendi. 2004. Evaluasi Mutu Soygurt yang Dibuat dengan Penambahan beberapa Jenis Gula. Jurnal Natur Indonesia 6:2, 104-110 17) Khasanah, N. dan Wikandari, P. 2014. Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan

  Bakteri Asam Laktat terhadap Mutu Produk Tape Singkong. UNESA Journal of

  Chemistry Vol 3 No. 1

  18) Singleton, P. and D. Sainsburry. 1988. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology, 2

  nd

  . John Willey and Sons, Ltd. Singapore 19) Ryan, S. M., G. F. Fitzgerald, and Sinderen. 2006. Screening For And Identification of Starch, Amylopectin, and Pullulan-Degrading Activities in Bifidobacterial Strains.

  Department of Microbiology, University College Cork, Western Road, Ireland 20) Karpinnen, S. 2003. Dietary Fibre Components Of Rye Bran And Their Fermentation In

  Vitro. Faculty of Scienc, Departement of Bioscience. University of Helsinski. Finland

Dokumen yang terkait

KEBAB BAKSO BAKAR: INOVASI KULINER KHAS KOTA MALANG MENJADI MODERN SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN KULINER BANGSA Grilled Meatball Kebab: Innovation Typical Culinary of Malang City Becomes Modern as Conservation National Culinaries

0 0 8

POTENSI ANGKAK KO-KULTUR Saccharomyces cerevisiae TINGGI LOVASTATIN SEBAGAI AGEN TERAPI TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA The Potential of High Lovastatin Co-Culture Angkak S. cerevisiae as Therapy Agent for Wistar with Hypercholesterolemia

0 0 10

PEMANFAATAN WHEY DALAM PEMBUATAN CASPIAN SEA YOGURT DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT Lactobacillus cremoris DAN Acetobacter orientalis Whey Utilization for Making of Caspian Sea Yogurt Using Isolate Lactobacillus cremoris and Acetobacter orientalis

0 1 10

PROSES PENYIAPAN MAHASISWA SEBAGAI PANELIS TERLATIH DALAM PENGEMBANGAN LEXICON (BAHASA SENSORI) SUSU SKIM UHT DAN SUSU KAYA LEMAK UHT Process of Students Preparatoin for beingTrain Panelist in Lexicon Development (Sensory Language) of UHT Skimmed Milk and

0 0 11

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA PEMANASAN TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) Influence of The Concentration of Citric Acid and Time Heating to The Chemical and Organoleptical Characteristic of T

0 0 10

PENGARUH PROPORSI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP KARAKTERISTIK LEATHER KUNYIT ASAM Effect Proportion of Turmeric (Curcuma longa L.) and Tamarind (Tamarindus indica) on Leather Tamarind-Turmeric Characteristic

0 0 12

UJI SIFAT FISIKO KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN SARI BIJI KECIPIR DENGAN PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN

0 0 10

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN TEBU PRAGILING DAN PEMBERIAN KONSENTRASI ANTIINVERSI TERHADAP KUALITAS NIRA DAN RENDEMEN SEMENTARA Effect of Storage Conditions and Antiinverse Concentration on Juice Sugar Cane Quality and Yield While

0 0 11

KARAKTERISTIK FISIK KIMIA MINYAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) HASIL PEMUCATAN (KAJIAN KOMBINASI ASDORBEN DAN WAKTU PROSES) Physical and Chemical Characteristic of Peanut Oil (Arachis hypogaea) After Bleaching (Study Adsorbent Combination and Process Ti

0 0 7

PEMBUATAN GULA SEMUT KELAPA (KAJIAN pH GULA KELAPA DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT) Making Coconut Palm Sugar

0 0 11