Sejarah dan Infrastruktur dan perencanaan publik
Sejarah dan Infrastruktur
Oleh Ardhiyanto Wisnu Groho
Sejarah, siapa yang tidak kenal dengan kata tersebut. Mayoritas masyarakat mengenal
kata Sejarah sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa masa lampau. Sejarah itu
sendiri berasal dari kata Syajaratun yang berarti pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan
dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama
dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh
dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks/maju. Sejarah
seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
Dalam penulisan sejarah, banyak sekali tema-tema yang diambil oleh penulis sejarah.
Mulai dari tema yang masih bersifat umum mengenai ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dari
tema umum tersebut ternyata penulisan sejarah masih bisa dikembangkan ke dalam tema yang
lebih khusus atau spesifik. Hal ini bertujuan agar penulisan sejarah dapat lebih fokus dalam
mengungkapkan suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Seperti halnya tulisan "Sejarah
Nasional Indonesia" (SNI) yang berjilid-jilid, merupakan suatu tulisan sejarah yang masih
bersifat umum.
Dalam buku tersebut dituliskan sejarah bangsa Indonesia sejak masa Pra Aksara hingga
masa kontemporer. Wajar, jika semakin jauh kurun waktu ke belakang, maka informasi yang
didapatkan sangat terbatas karena data dan bukti yang terbatas pula. Hal ini menyebabkan
adanya kesulitan dalam menuliskan sebuah peristiwa dengan lebih spesifik dan tingkat ketepatan
yang tinggi, sehingga pembahasannya masih bersifat umum. Ternyata dari buku SNI tersebut,
tema sejarah masih bisa lebih difoksukan terhadap suatu peristiwa, misalnya peristiwa perang
konvoi di Sukabumi-Cianjur pada saat Sekutu kembali ke Indonesia, kemudian Sejarah
Konferensi Asia-Afrika di Bandung, ataupun "Pemberontakan Tiga Daerah".
Pandangan masyarakat umum tentang sejarah lebih banyak yang menganggap bahwa
penulisan sejarah itu hanya membahas peristiwa-peristiwa penting bagi negara, dan orang-orang
"besar". Pandangan ini tidak dapat disalahkan mengingat tidak semua peristiwa dapat dikatakan
penting. Namun, kelemahan pandangan ini adalah dapat membuat sejarah menjadi "kering".
Pembahasan sejarah hanya berkutat pada kerajaan-kerajaan mapan seperti Sriwijaya dan
Majapahit, kemudian kisah heroik perjuangan pahlawan melawan penjajah, dan usaha keras
bangsa Indonesia untuk menggaungkan Proklamasi. Disisi lain, masih banyak peristiwa masa
lalu yang tidak terlihat "besar", namun masih merupakan bagian dari proses kehidupan manusia
dan perjalanan bangsa Indonesia yang belum tercatat dalam sejarah.
Salah satunya adalah tentang sejarah infrastruktur. infrastruktur merupakan kebutuhan
dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor
publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat
berfungsi dengan baik. Infrastruktur tersebut dapat berupa jalan, rel kereta api, bandara, irigasi,
bendungan, gedung, dan bangunan lainnya Pengertian diatas jelas menunjukan bahwa
infrastruktur menjadi bagian penting dalam perekonomian suatu negara. Namun, pada
kenyataannya peran penting ini masih terlupakan oleh pencatatan sejarah, masih sangat terbatas
sekali penulisan-penulisan sejarah yang secara khusus membahas tentang infrastruktur.
Salah satu sejarah infrastruktur yang berhasil diungkap dan dituangkan kedalam tulisan
yang paling dikenal masyarakat adalah tentang sejarah Jalan Raya Pos Daendels. Jalan yang
dibuat sekitar tahun 1809-1811 oleh gubernur jenderal Daendels ini merupakan jalan modern
pertama di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Pembangunan Jalan Pos ini berhasil diungkapkan
dalam sebuah novel tulisan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul "Jalan Pos", dan
dikembangkan oleh Joko Marihandono dalam tulisan berjudul "Mendekonstruksi Mitos
Pembangunan Jalan Raya Cadas Pangeran 1808: Komparasi Sejarah Dan Tradisi Lisan".
Kemudian, ada juga buku yang membahas tentang infrastruktur perkeretaapian yang tertuang
dalam buku dua jilid berjudul "Sejarah Perkeretaapiaan Indonesia". Selain kedua tema
infrastruktur tersebut, penulisan sejarah infrastruktur masih sangat terbatas. Lalu, mengapa
penulisan sejarah infrastruktur di Indonesia terbatas?
Mayoritas penulis sejarah masih silau akan seksinya tema-tema politik kekuasaan,
pergerakan, dan kebudayaan. Mereka menganggap bahwa infrastruktur tidak terlalu penting bagi
sejarah, dan hanya menjadikan infrastrukur sebagai bagian kecil aspek ruang di sebuah tulisan
sejarah. Biasanya, tulisan sejarah yang membahas sedikit mengenai infrastruktur terdapat pada
tema-tema sejarah kawasan atau sejarah kota.
Padahal jika memandang sejarah sebagai proses, infrastruktur yang dibangun tidak
terlepas dari proses sejarah, mulai dari ide, penerapan, hingga dampaknya. Selain itu, dari
infrastruktur di sebuah wilayah juga dapat menggambarkan kehidupan masyarakat sekitar.
Mungkin masyarakat di wilayah Citayam sekarang ini yang sudah padat permukiman tidak
menyadari bahwa daerah ini dulunya adalah sebuah daerah pertanian dan perkebunan. Namun,
dengan adanya saluran irigasi Kalibaru Barat (westerslokkan) dapat menunjukan dan
membuktikan bahwa daerah Citayam dulunya merupakan daerah pertanian dan perkebunan.
Jelas hal ini sangat berbeda dengan masa sekarang, maka hal ini dapat menggambarkan
masyarakat Citayam pada masa kolonial yang masih bersifat agraris.
Sejarah infrastruktur merupakan hal yang sangat penting pada era sekarang ini. Sejarah
infrastruktur dapat menjadi legitimasi sebuah bangunan agar dapat dijadikan sebagai benda cagar
budaya, sehingga keberadaannya menjadi terjaga dan tidak rusak dimakan waktu. Contoh dari
keterlambatan penulisan sejarah infrastruktur terjadi di Depok pada bangunan rumah
Cimanggis. Ternyata masih ada pihak yang masih meragukan nilai sejarah rumah tersebut. Baru
setelah terancam akan digusur, mulai banyak artikel-artikel yang membahas sejarah bangunan
tersebut. Ini tidak akan terjadi jika sejarawan terkemuka telah menelusuri sejarah rumah
Cimanggis dan dibuat dalam bentuk tulisan (buku). Terawatnya infrastruktur yang bersejarah
dari segi fisik maupun sejarahnya dapat inheren dengan peningkatan kegiatan pariwisata di
Indonesia.
Semakin banyaknya sejarah infrastruktur yang terungkap, maka akan semakin membuka
peluang potensi wisata terbuka lebar. Seperti halnya yang dilakukan oleh PT Kereta Api
Indonesia, perusahaan ini giat menjaga aset-aset bersejarahnya (jembatan, stasiun, terowongan,
dll) yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata sejerah kereta api (Museum Ambarawa).
Masih banyak sejarah Indonesia yang belum terkuak terutama pada tema sejarah
infrastruktur yang meliputi jembatan, jalan, gedung, dll. Meskipun sudah ada yang menulis
tentang sejarah Jalan Pos, Kereta Api, dan Kota Lama, namun itu semua dirasa masih kurang
maksimal ditengah banyaknya infrastruktur yang telah dibangun di Indonesia dan dampaknya
sudah mulai terasa bagi masyarakat.
Sudah saatnya para sejarawan milenial melirik tema-tema baru penulisan sejarah,
khususnya sejarah infrastruktur. Karena infrastruktur tidak dapat terlepas dari perjalanan
kehidupan manusia, dan sejarah infrastruktur memiliki manfaat praktis dalam menjaga aset
sejarah dan peningkatan bidang pariwiasata.
Oleh Ardhiyanto Wisnu Groho
Sejarah, siapa yang tidak kenal dengan kata tersebut. Mayoritas masyarakat mengenal
kata Sejarah sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa masa lampau. Sejarah itu
sendiri berasal dari kata Syajaratun yang berarti pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan
dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama
dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh
dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks/maju. Sejarah
seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
Dalam penulisan sejarah, banyak sekali tema-tema yang diambil oleh penulis sejarah.
Mulai dari tema yang masih bersifat umum mengenai ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dari
tema umum tersebut ternyata penulisan sejarah masih bisa dikembangkan ke dalam tema yang
lebih khusus atau spesifik. Hal ini bertujuan agar penulisan sejarah dapat lebih fokus dalam
mengungkapkan suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi. Seperti halnya tulisan "Sejarah
Nasional Indonesia" (SNI) yang berjilid-jilid, merupakan suatu tulisan sejarah yang masih
bersifat umum.
Dalam buku tersebut dituliskan sejarah bangsa Indonesia sejak masa Pra Aksara hingga
masa kontemporer. Wajar, jika semakin jauh kurun waktu ke belakang, maka informasi yang
didapatkan sangat terbatas karena data dan bukti yang terbatas pula. Hal ini menyebabkan
adanya kesulitan dalam menuliskan sebuah peristiwa dengan lebih spesifik dan tingkat ketepatan
yang tinggi, sehingga pembahasannya masih bersifat umum. Ternyata dari buku SNI tersebut,
tema sejarah masih bisa lebih difoksukan terhadap suatu peristiwa, misalnya peristiwa perang
konvoi di Sukabumi-Cianjur pada saat Sekutu kembali ke Indonesia, kemudian Sejarah
Konferensi Asia-Afrika di Bandung, ataupun "Pemberontakan Tiga Daerah".
Pandangan masyarakat umum tentang sejarah lebih banyak yang menganggap bahwa
penulisan sejarah itu hanya membahas peristiwa-peristiwa penting bagi negara, dan orang-orang
"besar". Pandangan ini tidak dapat disalahkan mengingat tidak semua peristiwa dapat dikatakan
penting. Namun, kelemahan pandangan ini adalah dapat membuat sejarah menjadi "kering".
Pembahasan sejarah hanya berkutat pada kerajaan-kerajaan mapan seperti Sriwijaya dan
Majapahit, kemudian kisah heroik perjuangan pahlawan melawan penjajah, dan usaha keras
bangsa Indonesia untuk menggaungkan Proklamasi. Disisi lain, masih banyak peristiwa masa
lalu yang tidak terlihat "besar", namun masih merupakan bagian dari proses kehidupan manusia
dan perjalanan bangsa Indonesia yang belum tercatat dalam sejarah.
Salah satunya adalah tentang sejarah infrastruktur. infrastruktur merupakan kebutuhan
dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor
publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat
berfungsi dengan baik. Infrastruktur tersebut dapat berupa jalan, rel kereta api, bandara, irigasi,
bendungan, gedung, dan bangunan lainnya Pengertian diatas jelas menunjukan bahwa
infrastruktur menjadi bagian penting dalam perekonomian suatu negara. Namun, pada
kenyataannya peran penting ini masih terlupakan oleh pencatatan sejarah, masih sangat terbatas
sekali penulisan-penulisan sejarah yang secara khusus membahas tentang infrastruktur.
Salah satu sejarah infrastruktur yang berhasil diungkap dan dituangkan kedalam tulisan
yang paling dikenal masyarakat adalah tentang sejarah Jalan Raya Pos Daendels. Jalan yang
dibuat sekitar tahun 1809-1811 oleh gubernur jenderal Daendels ini merupakan jalan modern
pertama di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Pembangunan Jalan Pos ini berhasil diungkapkan
dalam sebuah novel tulisan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul "Jalan Pos", dan
dikembangkan oleh Joko Marihandono dalam tulisan berjudul "Mendekonstruksi Mitos
Pembangunan Jalan Raya Cadas Pangeran 1808: Komparasi Sejarah Dan Tradisi Lisan".
Kemudian, ada juga buku yang membahas tentang infrastruktur perkeretaapian yang tertuang
dalam buku dua jilid berjudul "Sejarah Perkeretaapiaan Indonesia". Selain kedua tema
infrastruktur tersebut, penulisan sejarah infrastruktur masih sangat terbatas. Lalu, mengapa
penulisan sejarah infrastruktur di Indonesia terbatas?
Mayoritas penulis sejarah masih silau akan seksinya tema-tema politik kekuasaan,
pergerakan, dan kebudayaan. Mereka menganggap bahwa infrastruktur tidak terlalu penting bagi
sejarah, dan hanya menjadikan infrastrukur sebagai bagian kecil aspek ruang di sebuah tulisan
sejarah. Biasanya, tulisan sejarah yang membahas sedikit mengenai infrastruktur terdapat pada
tema-tema sejarah kawasan atau sejarah kota.
Padahal jika memandang sejarah sebagai proses, infrastruktur yang dibangun tidak
terlepas dari proses sejarah, mulai dari ide, penerapan, hingga dampaknya. Selain itu, dari
infrastruktur di sebuah wilayah juga dapat menggambarkan kehidupan masyarakat sekitar.
Mungkin masyarakat di wilayah Citayam sekarang ini yang sudah padat permukiman tidak
menyadari bahwa daerah ini dulunya adalah sebuah daerah pertanian dan perkebunan. Namun,
dengan adanya saluran irigasi Kalibaru Barat (westerslokkan) dapat menunjukan dan
membuktikan bahwa daerah Citayam dulunya merupakan daerah pertanian dan perkebunan.
Jelas hal ini sangat berbeda dengan masa sekarang, maka hal ini dapat menggambarkan
masyarakat Citayam pada masa kolonial yang masih bersifat agraris.
Sejarah infrastruktur merupakan hal yang sangat penting pada era sekarang ini. Sejarah
infrastruktur dapat menjadi legitimasi sebuah bangunan agar dapat dijadikan sebagai benda cagar
budaya, sehingga keberadaannya menjadi terjaga dan tidak rusak dimakan waktu. Contoh dari
keterlambatan penulisan sejarah infrastruktur terjadi di Depok pada bangunan rumah
Cimanggis. Ternyata masih ada pihak yang masih meragukan nilai sejarah rumah tersebut. Baru
setelah terancam akan digusur, mulai banyak artikel-artikel yang membahas sejarah bangunan
tersebut. Ini tidak akan terjadi jika sejarawan terkemuka telah menelusuri sejarah rumah
Cimanggis dan dibuat dalam bentuk tulisan (buku). Terawatnya infrastruktur yang bersejarah
dari segi fisik maupun sejarahnya dapat inheren dengan peningkatan kegiatan pariwisata di
Indonesia.
Semakin banyaknya sejarah infrastruktur yang terungkap, maka akan semakin membuka
peluang potensi wisata terbuka lebar. Seperti halnya yang dilakukan oleh PT Kereta Api
Indonesia, perusahaan ini giat menjaga aset-aset bersejarahnya (jembatan, stasiun, terowongan,
dll) yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata sejerah kereta api (Museum Ambarawa).
Masih banyak sejarah Indonesia yang belum terkuak terutama pada tema sejarah
infrastruktur yang meliputi jembatan, jalan, gedung, dll. Meskipun sudah ada yang menulis
tentang sejarah Jalan Pos, Kereta Api, dan Kota Lama, namun itu semua dirasa masih kurang
maksimal ditengah banyaknya infrastruktur yang telah dibangun di Indonesia dan dampaknya
sudah mulai terasa bagi masyarakat.
Sudah saatnya para sejarawan milenial melirik tema-tema baru penulisan sejarah,
khususnya sejarah infrastruktur. Karena infrastruktur tidak dapat terlepas dari perjalanan
kehidupan manusia, dan sejarah infrastruktur memiliki manfaat praktis dalam menjaga aset
sejarah dan peningkatan bidang pariwiasata.