Pengertian Sejarah dan Praktek Perhutana

Sumber foto: David Neidel (Alam Serampas, Jambi)

OUTLINE








Pengertian Sosial Forestri
Sejarah Perhutanan Sosial Indonesia
Perkembangan Kebijakan Perhutanan Sosial
Praktek-praktek Perhutanan Sosial
 Hutan Adat
 Hutan Desa
 Hutan Kemasyarakatan (HKm)
 Kemitraan
 Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
Pelajaran yang dipetik

Rekomendasi

AID
THAT
WORKS

APAKAH “SOSIAL FORESTRI” ITU?
 Istilah Sosial Forestri pertama kali disampaikan oleh
Jack Westoby, seorang ekonom kehutanan FAO
pada tahun 1968, sebagai suatu pendekatan
pembangunan kehutanan yang mempunyai tujuan
memproduksi manfaat hutan untuk perlindungan
dan rekreasi masyarakat (Tiwari, 1983).
 Jack Westoby (1974) memberikan
testimoni sebagai berikut ”Saya sadar
bahwa harapan memperoleh keuntungan dan
manfaat dari eksploitasi hutan sejak akhir 60-an dan
awal 70-an tidak menghasilkan apa-apa. Makin
banyak uang terlibat dalam bisnis kehutanan. Sudah
banyak laba diraup. Dan banyak hutan semakin

buruk kondisinya. Tetapi pembangunan kehutanan
hanya menguntungkan segelintir orang. Efek
berganda ditiadakan. Kesejahteraaan rakyat tidak
menyebar. Masyarakat pedesaan semakin miskin
dan jumlahnya membengkak”.

AID
THAT
WORKS

Sumber: Perkembangan Kehutanan Sosial dan Kehutanan Masyarakat di Indonesia, Sanafri Awang (2002); Foto: beritalaskar.com dan mongabay.co.id

PENGERTIAN SOSIAL FORESTRI

 Sosial Forestri merupakan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan profesionalisme rimbawan yang
tujuan khususnya pada peningkatan partisipasi
masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan
memengakomodir aspirasi mereka ke dalam

pembangunan kehutanan (Wiersum, 1984).
 Operasi skala kecil tentang penggunaan lahan
yang menjangkau pengertian dari kehutanan
murni sampai agroforestri (wanatani), direncanakan
dan dilaksanakan oleh individu petani atau
kelompok/komunitas, untuk menghasilkan barang
dan jasa sehingga bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat (Vergara, 1989).
 Community Forestri (CF) sebagai segala macam
kegiatan yang melibatkan penduduk lokal dalam
kegiatan pembangunan kehutanan (FAO, 1978).

Sumber: Perkembangan Kehutanan Sosial dan Kehutanan Masyarakat di Indonesia, Sanafri Awang (2002); Foto: mongabay.co.id

PENGERTIAN SOSIAL FORESTRI
Sumber

Batasan yang
digunakan


Tujuan yang ditekankan

Westoby (Tiwari, 1983)

SOSIAL FORESTRI

Perlindungan dan manfaat rekreasi

FAO (1978)

NCA India (1976)

Tiwari (1983)

Bachkheti (1984)

COMMUNITY FORESTRY Pemenuhan kebutuhan lokal

SOSIAL FORETSRI


Pemenuhan kebutuhan kayu,fodder
dan industri kecil

SOSIAL FORESTRI

Menyediakan barang dan jasa yang
berkaitan dengan hutan

SOSIAL FORETSRI

Menyediakan kebutuhan dasar (kaitan
dengan hutan) dan memperbaiki
keseimbangan lingkungan

COMMUNITY FORESTRY Menyediakan manfaat dari hutan
Pelinck et. al. (1984)

Pendekatan spesifik

Kelompok Sasaran


-

Komunitas masyarakat

Partisipasi masyarakat

Individu masyarakat

-

Komunitas Masyarakat

Melibatkan masyarakat secara baik

-

Mengembangkan kesadaran
pengetahuan dan tanggung jawab
terhadap hutan


Penduduk desa

AID
THAT
WORKS
Penduduk

Komunitas masyarakat

Wiersum (1984)

SOSIAL FORESTRI

Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan
dengan hutan

Partisipasi masyarakat

Cernea (1985)


SOSIAL FORESTRI

Penanaman dan perlindungan pohon

Kebudayaan dan tingkah laku masyarakat Penduduk

Noronha and Spears
(1985)

SOSIAL FORESTRI

Menyediakan kebutuhan kayu lokal

Vergara (1985)

SOSIAL FORESTRI

Pemenuhan kebutuhan yang dikaitkan
dengan hutan dan jasa


Sumber: Avalapati and Gill (1995) dalam Awang (2005)

Melalui self-help

Penduduk lokal desa

Partisipasi aktif dari
penduduk
Penduduk

SEJARAH PERHUTANAN SOSIAL INDONESIA
 Prosperity approach Perhutani:
Ma-Lu (Mantri Lurah), Ma-Ma
(Malang-Magetan) (1972)

 World Forestry Congress di Jakarta
Tahun 1978
 Dukungan Ford Foundation untuk
Perhutanan Sosial di Perhutani

serta Luar Jawa (Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua) Tahun 1984.

AID
THAT
WORKS

 HPH Bina Desa dengan SK Menhut
No. 691/1991 berubah menjadi
PMDH dengan SK Menhut No.
69/95 jo SK Menhut No. 523/1997

SEJARAH PERHUTANAN SOSIAL INDONESIA








Pengembangan konsep dan
program SHK (1993) serta
pembentukan organisasi KpSHK
(1997).

SK Menhutbun tentang HKm No.
622/1995.

AID
THAT
Kongres AMAN I bulan
Maret 1999.
WORKS
Deklarasi Pembentukan FKKM
(September 1997).

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN




SK Menhut No. 251/1993 tentang
Pemanfaatan Hasil Hutan oleh
Masyarakat Adat
SK Menhut No. 622/1995 jo No.
677/1998 tentang HKm
SK Menhut No. 47/1998 tentang KDTI
Repong Damar Krui

AID
THAT
WORKS

Hutan Desa Lubuk Beringin, Jambi
Sumber foto: Ditjen BPDASPS

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN
 SK Menhutbun No.865/1999 jo

SK Menhut No. 31/2001 tentang
HKm

 Permenhut No. P.01/2004 tentang

Sosial Forestry.

 PP No. 6/2007 tentang Tata

Hutan, Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, dan
Pemanfaatan Hutan.

AID
THAT
WORKS

Hutan Desa Laman Satong

Sumber foto: Angga R/FFI.2012

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN







Permenhut No. P.23/2007 jo P.5/2008
jo P.55/2011 jo P.31/2013 tentang
Tata cara permohonan IUPPHK-HTR.
Permenhut No.P.37/2007 jo
P.18/2009 jo P.13/2010 jo P.52/2011
jo P.88/2014 tentang Hutan
Kemasyarakatan.

AID
THAT
Pencanangan Penetapan Areal
Kerja
WORKS
dan Pemberian Izin Definitif HKm Tgl
Permenhut No. P.49/2008 jo
P.53/2011 jo P.89/2014 tentang
Hutan Desa

15 Desember 2007 di Gunung Kidul
Yogyakarta.

Sumber foto: Dirjen PDASPS (Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial)

DIAGRAM SEJARAH PERHUTANAN SOSIAL

AID
THAT
WORKS

Sumber: Muayat AM (2008) dalam Perjalanan Konsep, Kebijakan dan Praktek Kehutanan Masyarakat di Indonesia. Mia Siscawti dan Muayat Ali Muhshi. FKKM.2008

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN
PERHUTANAN SOSIAL

Target dan Pencapaian Perhutanan Sosial sampai 2014*
Target
(Ha)

Areal Kerja (Ha)

Hak/Izin (Ha)

Jumlah
penerima
manfaat
(Jiwa)
412.410
AID
THAT
WORKS
513.690

Hutan Desa

5.000.000

318.024 (6%)

67.737(1%)

HKm

2.000.000

328.452,36 (16%)

94.372 (4.7%)

HTR

5.400.000

736.479,73 (14%)

146.324 (2.7%) 31.297

Keterangan: * Data diolah dari Laporan Satgas IX,Kementerian LHK dalam publikasi FKKM didukung RRI

PERKEMBANGAN PELAKASANAAN
PERHUTANAN SOSIAL

AID
THAT
WORKS

Sumber: Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, KLHK. 2016.

PERDA MASYARAKAT HUKUM ADAT



Perda tentang pengakuan
masyarakat adat perlu
melampirkan peta wilayah
masyarakat adat (Pasal 6 Permen
No.32/2015).



Contoh Perda dengan lampiran
peta


Perda Bulukumba No. 09/2015
tentang Pengukuhan,
Pengakuan Hak Masyarakat
Hukum Adat Ammatoa Kajang.



Perda Lebak No.08/2015
tentang Pengakuan,
Perlindungan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat Kesepuhan.

AID
THAT
WORKS

LAND USE HUTAN ADAT
 Hutan Adat mempunyai land use

(tata guna lahan) yang unik dan
khas.

 Merupakan hasil dari norma,

kesepakatan yang ditaati dalam
jangka waktu yang lama.

 Tata guna lahan hutan adat

AID
THAT
WORKS

secara umum terdiri dari: zona
konservasi, zona produksi dan
konservasi dan zona produksi.

Peta Pengunaan Lahan Kesepuhan Cirompang

Sumber peta: RMI

LAND USE HUTAN ADAT







Landscape Wilayah Adat Malalo, Sumbar

Sumber Foto: Perkumpulan Q-Bar

Zona konservasi untuk tujuan
pelestarian dengan berbagai istilah
dan argumentasi seperti hutan
keramat, bukit keramat dsb.

Zona produksi dan konservasi untuk
tujuan pemanfaatan lestari seperti:
kebun buah-buahan, kebun karet
dsb.

AID
THAT
WORKS

Zona produksi untuk kepentingan
pemenuhan kebutuhan jangka
pendek seperti: ladang, sawah dan
palawija.

TATA GUNA LAHAN

MASYARAKAT
ADAT

TATA GUNA LAHAN HUTAN ADAT
MULUY,
Paser, Kaltim

MALALO,
Tanah Datar,
Sumbar

TAU TAA WANA
POSANGKE, Morowali
Utara, Sulteng

 Lati bayu
 Hutan larangan  Pangale (hutan rimba,
(ladaang yang
sumber mata air)
 Hutan cadangan
baru dibuka)
 Hutan paramuan  Pompalion (hutan untuk
 Umo (ladang)
mencari damar, rotan,
 Lati (bekas
gaharu, madu)
ladang)
 Kapali (Hutan larangan)
 Lato ono (bekasa
 Yopo masia (bekasa
lading lama)
lading lebih 10 tahun)
 Lati litiye (bekas
 Yopo mangura (bekas
lading yang
lading dibawah 10 tahun)
hampir
 Navu (perladangan rotasi)
dilupakan)
 Lipu (pemukiman,
pekarangan).
 Alas lati litiye
(hutan belukar)
 Alas rusak (
hutan sekunder)
 Alas royong
(hutan primer).

KESEPUHAN
KARANG, Banten

MARENA,
Sigi, Sulteng

AMMATOA KAJANG,
Sulsel

 Aub lembur (mata air,
makam, tempat
keramat)
 Leuweung kolot/paniisan
(tempat istirahat, mata
air)
 Leuweung cawisan
(cadangan untuk kebun,
sawah atau pemukiman)
 Gunung kayuan
(dipenuhi berbagai jenis
kayu yng tdak boleh
ditebang)
 Lamping awian (curam
ditanam dengan bambu)
 Lebak sawahan
(dibawah gunung untuk
sawah)
 Datar imahan ( lahan
datar untuk
perumahan),.

 Wangkiki (pegunungan)
 Wana (hutan yang
dilindungi, sumber mata
air)
 Pangale (pernah diolah
puluhan tahun, tempat
memanfaatkan rotan,
damar, kau bakar,
pandan, obat-obatn dan
wewangian
 Pahawa pongko (hutan
bekas pertanian ditinggal
selama 25 tahun).
 Taolo (hulu sungai)
 Dumpulo (daerah yang
dikeramatkan).
 Dodoha (hutan
kepemilikan
pribadi/individu).

 Borong (hutan adat):
borong lompua (hutan
besar); paleko’na
borongan (hutan adat
kecil, selimut hutan)
 Gallarang/Tanah
kampoang (tanah adat
untuk pemangku adat.
 Tanah Gillirang (tanah
milik rumpun keturunan
yng dikelola secara
bergiliran dalam satu
rumpun)
 Tanah pribadi (diserahkan
dari rumpun keluarga
sesuai kebutuhan dan
kesepakatan dalam
rumpun ).

AID
THAT
WORKS

Sumber : Menyegerakan Penetapan Wilayah/Hutan Adat, Profil Masyarakat Hukum Adat untk implementasi Keputusan MK No.35/2014. HuMa dan jaringannya.
2014 dan Laporan Akhir Riset Hutan Adat Kesepuhahn Karang. RMI. 2014

PETA PENGGUNAAN LAHAN KESEPUHAN KARANG

Hutan Adat
(fungsi
konservasi –
2,101 ha)

Hutan Adat
(fungsi
konservasi 389,207ha)
Hutan Adat
(fungsi Produksi:
96,179 ha)

Sumber: Laporan Akhir Riset Hutan Adat Kesepuhan Karang. RMI. 2014

AID
THAT
WORKS

KELEMBAGAAN ADAT

MASYARAKAT
ADAT

KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT
MULUY,
Paser,
Kaltim

MALALO,
Tanah Datar,
Sumbar

TAU TAA WANA
POSANGKE,
Morowali Utra,
Sulteng

KESEPUHAN
SERAMPAS,
KARANG, Banten Kerinci, Jambi

KETEMENGGUNGAN

 Kepala Adat
(keturunan dan
demokratis)
 Juru bahasa

 Penghulu pucuk
 Penghulu suku (satu
pariuk/keturunan)
 Ampek jiniah (empat
komponen yang membantu
roda pemerintahan adat:
manti membantu
administarsi , alim ulama
membantu masalah
keagamaan,
dubalangmembantu
masalah keamanan, pandit
membantu masalah
pengobatan)
 Tungganai (orang yang
dituakan dalam satu kaum
atau mamak kepala waris)
 Anak kemenakan , semua
anggota dalam satu suku.

 Tau Tua Adat, pemangku
adat, memegang peran
tertingi dalam penerapan
hukum adat
 Tau Tua Lipu, berperan
menata pemukiman
kelompok (Lipu) dan
kehidupan sosial
 Vorotana, berperan dalam
tata cara pengaturan lahan
(perladangan).
 Tau Vali, berperan spiritual
dalam peneyembuhan
penyakit.

 Abah, Kokolot Karang
 Depati Seribumi
 Juru bahasa,wakil
Pemumcak Alam
Kokolot
Serampas
 Depati Pulang Jawa
 Panggiwa, urusan
 Depati Singo Negaro
pemerintahan, ketertiban
 Depati Karti Mudo
kampung
Mengalo
 Ronda Kokolot, Menjaga
- Depati Seniudo
Imah Gede pada malam
- Depati Payung
hari.
- Depati Singo Rajo
 Amil, urusan
- Depati Kartau
keagamaan
- Depati Siba
 Bengkong, urusan
khitanan
 Paraji/Ma
Beurang,urusan
membantu proses
melahirkan dan merawat
pasca melahirkan
 Palawari, mengatur,
menyediakan makanan
dan melayani tamu
syukuran dan hajatan.

 Temenggung
 Pateh, Wakil Temenggung
 Dandai, untuk setiap kampung

SIYAI, Melawi, Kalbar

AID
THAT
WORKS

Sumber: Menyegerakan Penetapan Wilayah/Hutan Adat, Profil Masyarakat Hukum Adat untk implementasi Keputusan MK No.35/2014. HuMa dan jaringannya.
2014 dan Laporan Akhir Riset Hutan Adat Kesepuhahn Karang. RMI. 2014

HUTAN ADAT

PELUANG

TANTANGAN

AMAN sebagai organisasi politik
masyarakat hukum adat di tingkat
nasional.

Proses penyusunan Perda dan
pemetaan yang memerlukan waktu
panjang dan biaya yang mahal.

Adanya potensi dukungan dari LSM
dan Lembaga Donor

Ketergantungan tinggi pada pihak
lain dalam upaya mendapatkan
pengakuan hak

Kelembagaan dan norma
masyarakat hukum adat yang telah
disepakati, dihormati dan diatati
dalam jangka waktu yang lama.

Keberlanjutan pengelolaan hutan
adat. Keseimbangan antara
kelestarian dan peningkatan
kesejahtaraan.

Kearifan tradisional,
keanekaragaman hayati. potensi
dan kekayaan budaya dan
sumberdaya alam.

Kesadaran dan partisipasi generasi
muda (pemuda adat) dalam
pengelolaan hutan adat.

HUTAN DESA
 Hutan desa adalah hutan negara
yang berada di dalam wilayah suatu
desa, dimanfaatkan oleh desa,
untuk kesejahteraan masyarakat
desa tersebut (penjelasan pasal 5
paragraf 3 UU No.41/1999 tentang
Kehutanan).
 Hutan desa adalah hutan negara
yang belum dibebani izin atau hak
yang dikelola oleh desa dan untuk
untuk kesejahteraan masyarakat
desa (Pasal 1 angka 24 PP 6/2007
tentang Tata Hutan, Rencana
Pengelolaan Hutan dan
Pemanfaatan Hutan).

Hutan Desa Durian Rambun

Sumber Foto: L-BT/FFI

GAMBARAN HUTAN DESA
Permenhut No. P.49/2008 jo P.53/2011 jo P.89/2014 tentang Hutan Desa
Maksud dan tujuan

Areal kawasan
Tenurial (kepastian hak atas lahan)
Pemanfaatan hasil hutan

Jangka waktu
Pemberi hak/izin

Memberikan akses pengelolaan sumber daya
hutan kepada masyarakat setempat melalui
lembaga desa
Hutan lindung dan hutan produksi
Hak pengelolaan
Hak pengelolaan Hutan Desa (HPHD) dan Ijin
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada
hutan desa yang berada pada kawasan hutan
produksi.
35 tahun
o HPHD oleh gubernur setelah ada penetapan
areal oleh Menteri Kehutanan
o IUPHHK-HD oleh Menteri Kehutanan

AID
THAT
WORKS

Kekembagaan pengelola

Lembaga desa yang diamanatkan oleh
peraturan desa (Perdes).

Skema pendanaan

Mandiri dan kemitraan

LEMBAGA PENGELOLA HUTAN DESA
Komisaris







Lembaga pengelola hutan desa
adalah lembaga desa atau
BUMDes yang diamanatkan
dengan Peraturan Desa
(Perdes).

Direktur

Sekretaris

Pembentukan lembaga
pengelola hutan desa
memperhatikan lembaga
masyarakat yang sudah ada.
Struktur lembaga pengelola
desa disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan
masyarakat desa.

Badan Pengawas

Bendahara

Kepala Unit
Hutan Desa

Seksi Perencanaan,
Evaluasi dan
Pengembangan

Kepala Unit
Simpan Pinjam

Seksi
Perlindungan
dan Rehabilitasi

AID
THAT
WORKS
Kepala Unit
Usaha Air Bersih

Seksi Produksi,
Pemasaran &
Pemberdayaan

PETANI DALAM KELOMPOK TANI HUTAN (KTH)

Struktur BUMDes pengelola Hutan Desa Labbo, Kab. Bantaeng
Sumber diagram: Hutan Desa dan Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa di Kabupaten Bantaeng. Supratman & Muhammad Alif K.S. Januari 2013.

PENGELOLAAN HUTAN DESA



Pengelolaan Hutan
Desa adalah
mengelola kawasan
hutan lindung dan
hutan produksi yang
masuk dalam wilayah
desa.



Masyarakat desa
mempunyai kearifan
dan aturan yang
disepakati dalam
pengelolaan,
pemanfaatan dan
pelestarian hutan desa.



Dalam beberapa kasus
hutan desa
mempunyai
pengelolaan dan tata
guna lahan yang sama
dengan hutan adat.

AID
THAT
WORKS

Sumber peta: Hutan Desa dan Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa di Kabupaten Bantaeng. Supratman & Muhammad Alif K.S. Januari 2013.

HUTAN DESA
PELUANG

TANTANGAN

Dukungan dan fasilitasi dan LSM
lokal, nasional dan internasional.

Lamanya proses mendapatkan hak
kelola (HPHD).

Kearifan lokal dan tradisi dalam
mengelola hutan.

Kelembagaan pengelolan hutan
desa dan bagi hasil pengelolaan
dan pemanfaatan hutan desa.
Membangun kesapakatan desa
atau beberapa desa.

Potensi sumberdaya alam dan
kekayaan desa.

Kelembagaan usaha,
pengembangan produk dan
pemasaran.

Potensi dukungan Pemda dan
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertingal dan Transmigrasi
(Dana Desa).

Keberlanjutan pengelolaan hutan
desa.

HUTAN KEMASYARAKATAN
 Hutan kemasyarakatan adalah
hutan negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat.
(penjelasan pasal 5 paragraf 4 UU
No.41/1999 tentang Kehutanan dan
Pasal 1 angka 23 PP 6/2007 tentang
Tata Hutan, Rencana Pengelolaan
Hutan dan Pemanfaatan Hutan ).
 Hutan kemasyarakatan adalah
hutan negara baik hutan lindung
maupun hutan produksi yang
belum dibebani izin dan
pemanfaatan utamanya ditujukan
untuk pemberdayaan masyarakat.

HKm Buleleng, Bali

Sumber Foto : Ditjen BPDASPS

GAMBARAN HUTAN KEMASYARAKATAN
Permenhut No.P.37/2007 jo P.18/2009 jo P.13/2010 jo P.52/2011 jo P.88/2014
Tentang Hutan Kemasyarakatan
Maksud dan tujuan

Pengembangan kapasitas dan pemberian
akses kepada masyarakat setempat dalam
mengelola hutan lestari

Areal kawasan

Hutan lindung dan hutan produksi

Tenurial (kepastian hak atas lahan)

Perizinan

Pemanfaatan hasil hutan

AID
Ijin Usaha Pemanfaatan HKM (IUPHKM) dan
Ijin Usaha Pemanfaatan HasilTHAT
Hutan Kayu
(IUPHHK) Hutan Kemasyarakatan
WORKS

Jangka waktu

35 tahun

Pemberi izin

o IUPHKM oleh Bupati setelah ada penetapan
areal oleh Menteri Kehutanan
o UPHHK oleh Menteri Kehutanan

Kekembagaan pengelola

Kelompok dan Koperasi

Skema pendanaan

Mandiri dan kemitraan

LEMBAGA PENGELOLA HKM









Lembaga pengelola HKm dapat
berbentuk kelompok, gabungan
kelompok dan atau koperasi.
Beberapa kelompok tani dapat
membentuk gabungan kelompok
tani. Gapoktan atau beberapa
Gapoktan dapat membentuk
koperasi.
Kelompok tani mempunyai
pertemuan reguler serta aturan
dan kesepakatan dalam
pengelolaan lahan garapan.

Koperasi dikelola sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Sumber diagram dan foto: Direktorat Bina Perhutanan Sosial. Dirjen BPDAS PS. Kementerian Kehutanan

AID
THAT
WORKS

PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN




Pengelolaan HKm adalah mengelola lahan
garapan secara berkelompok, gabungan
kelompok dan atau koperasi.
Lahan garapan ditanam dengan sistem
agroforestry (wanatani) yang merupakan
campuran tanaman hutan tahunan dengan
tanaman pertanian musiman.

Sumber peta dan foto: Direktorat Bina Perhutanan Sosial. Dirjen BPDAS PS. Kementerian Kehutanan

AID
THAT
WORKS

HUTAN KEMASYARAKATAN
PELUANG

TANTANGAN

Dukungan dan fasilitasi dan
LSM lokal, dan nasional.

Lamanya proses mendapatkan
hak perizinan (IUPHKm).

Ketergantungan masyarakat
terhadap lahan.

Pemanfaatan kayu
memerlukan izin dari
Menteri(IUPHHK-HKm).

Kelembagaan kelompok dan
koperasi.

Peningkatan produktifitas
lahan hutan, kelembagaan
usaha, pengembangan produk
dan pemasaran.

Potensi dukungan Pemda dan
Kementerian Koperasi dan
UKM.

Keberlanjutan pengelolaan
HKm.

KEMITRAAN
 Kemitraan merupakan kewajiban
pengelola hutan dan pemegang izin
pemanfaatan (Pasal 72 PP 6/2007 tentang
Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan
dan Pemanfaatan Hutan).

 Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama
antara masyarakat setempat dengan
Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau
Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha
industri primer hasil hutan, dan/atau
Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam
pengembangan kapasitas dan pemberian
akses, dengan prinsip kesetaraan dan
saling menguntungkan (Permen
No.P.39/2013 tentang Pemberdayaan
Masyarakat Setempat melalui Kemitraan
Kehutanan).

AID
THAT
WORKS

Sumber Foto : : KPHL Rinjani Barat dan Kemitraan

KEMITRAAN
 Kemitraan Kehutanan merupakan
kerjasama pemanfaatan lahan
kawasan hutan antara masyrakat
dengan pengelola hutan (KPH)
atau pemegang izin pemanfaatan
hutan (HPH, HTI).
 Kelembagaan masyarakat dalam
kemitraaan kehutanan adalah
kelompok tani.

 Komoditi yang ditanam, hak dan
kewajiban masing-masing pihak
dan prosentasi bagi hasil
pemanfatan merupakan
kesepakatan antara masyarakat
dengan pengelola atau pemegang
izin pemanfatan.
 Kesepakatan antara masyarakat
dengan pengelola atau pemegang
izin dituangkan dalam Naskah
Kemitraan.
Sumber Foto : Peta kerja Kelompok Tani Hutan. Kemitraan 2015.

AID
THAT
WORKS

SKEMA KEMITRAAN:
Kemitraan PT Arangan Hutan Lestari dengan Masyarakat Kecamatan VII Koto, Tebo, Jambi

Pengaturan

Skema Kemitraan yang diterapkan


Areal Kemitraan



Hingga kajian ini dilakukan, areal yang sudah masuk dalam kesepakatan kemitraan telah mencakup 658,9 ha yang tersebar di
tiga desa Teluk Kayu Putih, Kuamang dan Tanjung. Areal tersebut telah ditanami karet rakyat berusia 1-120 bulan.
Saat ini tengah menyusul untuk bermitra areal seluas 486 ha tersebar di di tiga desa Teluk Kayu Putih, Tanjung, dan Koamang.
Areal tersebut telah ditanami karet berusia 3-96 bulan.

Kelompok Tani

• Saat ini telah terdapat 21 kelompok yang menandatangani surat perjanjian kerjasama (SPK) dengan jumlah anggota 221 orang/KK.
• Selain itu terdapat 6 kelompok yang bermitra dengan total anggota 50 orang/KK tengah difasilitasi untuk mencapai kesepakatan

Jangka Waktu
Kontrak

• Jangka waktu kerjasama mencakup 35 tahun (1 daur sejak karet ditanam hingga siap untuk dipanen kayunya)

Insentif bagi mitra





Kesepakatan
kemitraan

AID
THAT
WORKS

Pemerintah Desa mendapatkan 3,5% dari hasil penjualan karet
Bagi kelompok tani hutan ada wadah untuk pemasaran karet secara langsung ke pabrik dan memotong ketergantungan terhadap
tengkulak.
Ada bantuan pendidikan (beasiswa) dari group Sampoerna

• Getah karet yang diperjualbelikan oleh perusahaan, persentasi bagi hasilnya 85:15. Di mana 85 untuk masyarakat dan 15 untuk
perusahaan.
• Untuk kayu karet yang dipanen, masyarakat mendapat 15% dari harga kayu.
• Komponen input produksi dan biaya, meliputi:
a. Lahan: disediakan dan diverifikasi oleh perusahaan.
b. Perizinan: disediakan oleh perusahaan
c. Bimbingan dan Penyuluhan: disediakan oleh perusahaan
d. Tenaga kerja: disediakan oleh petani
e. Modal produksi: disediakan oleh petani (atau perusahaan)
f. Pengamanan areal: disediakan bersama antara petani dan PT AHL
g. Kewajiban PBB, PSDH (kepada propinsi dan kabupaten) dan pajak lainnya
disediakan oleh perusahaan.
h. Bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kelompok

Sumber: Meretas Jalan Kemitraan. Hasantoha Adnan, Rendra Herthiadi, Gladi hardiyanto, dan Suwito. Kemitraan. 2015.

KEMITRAAN

TANTANGAN
Luas lahan yang dibatasi 2
hektar untuk setiap kepala
keluarga.

PELUANG
Kewajiban perusahaan
membangun kemitraan 20%
dari luas konsesi.

Kesepakatan yang adil antar Proses kesepakatan antar
masyarakat dan perusahaan
perusahaan dengan
masyarakat.
tidak perlu mengurus ke
Jakarta.
Pilihan komoditi dan bagi
hasil antara masyarakat
dengan perusahaan.

Solusi penyelesaian konflik
antara perusahaan dan
masyarakat.

Pengembangan usaha dan
pemasaran produk.

Diversifikasi usaha dan
tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR).

HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR)
 Hutan tanaman rakyat ( HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi
yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
menjamin kelestarian sumber daya hutan (Pasal 1 angka 19 PP 6/2007
tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan).
 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat yang
selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha untuk memanfaatkan
hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan ikutannya pada hutan produksi yang
diberikan kepada perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur yang sesuai untuk
menjamin kelestarian sumber daya hutan (Pasal 1 angka 1 Permenhut
No.P.55/2011 tentang Tata cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman).

AID
THAT
WORKS

GAMBARAN HUTAN TANAMAN RAKYAT
Permenhut No.P.23/2007 jo P.5/2008 jo P.55/2011 jo P.31/2013 tentang Tata Cara
Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat
dalam Hutan Tanaman
Maksud dan tujuan

Peningkatan produksi dan kualitas hutan produksi

Areal kawasan

Hutan produksi

Tenurial (kepastian hak atas lahan)

Perizinan

Jangka waktu

AID
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
THAT
Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR)
60 tahun (dapat diperpanjang) WORKS

Pemberi izin

Bupati

Kekembagaan pengelola

Perorangan, Kelompok atau Koperasi

Skema pendanaan

Bantuan pinjaman dari BLU (Badan Layanan
Umum) Pembangunan Kehutanan.

Pemanfaatan hasil hutan

IMPLEMENTASI HTR
 Kelembagaan HTR harus berbentuk koperasi untuk mendapatkan dana
pinjaman pembangunan HTR dari BLU Kehutanan.

 Masyarakat lokal mempunyai kapasitas dan akses yang rendah untuk
menjangkau dana pinjaman BLU. Peranan aktor-aktor yang mempunyai akses
dengan Kementerian Kehutanan menjadi dominan.
 Koperasi yang dibentuk banyak fiktif (masyarakat setempat tidak dilibatkan
dan anggota koperasi banyak dari luar desa atau dari kota).




AID
THAT
Koperasi dibentuk secara instan untuk mendapatkan dana pinjaman
BLU.
WORKS
Koperasi yang dibentuk belum mempunai track record baik dalam usaha

simpan pinjam atau usaha lainnya. Kegiatan pembangunan HTR baru tahap
penanaman belum memanen kayu untuk menghasilkan uang.

HUTAN TANAMAN RAKYAT

PELUANG

TANTANGAN

Pinjaman dana dari BLU
kehutanan.

Lamanya proses perizinan
(IUPHHK-HTR).

Kayu sebagai tabungan dan
investasi masyarakat.

Rendahnya minat masyarakat.
Perlu dana cukup besar untuk
tanam kayu. Akses masyarakt
rendah terhadap BLU.

Pasar kayu lokal yang
berkembang. Kebutuhan kayu
masyarakat terus meningkat.

Kelembagaan masyarakat.
Membangun koperasi yang sehat
dan berfungsi.

Pengembangan tanaman wanatani
(agroforestry).

Pendapatan masyarakat sebelum
memanen kayu (6 tahun).

ARAH PERBAIKAN KEBIJAKAN
 Pemerintah akan menetapkan Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS).
Sehingga Penetapan Areal Kerja (PAK) untuk Hutan Desa dan Hutan
Kemasyaratan tidak diperlukan lagi. Usulan dari masyarakat yang masuk di
dalam lokasi PIAPS akan diterbitkan hak/izin setelah diverifikasi dan
memenuhi persyaratan.

 Pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) pada Hutan Desa dan HKm tidak
perlu mengajukan izin baru lagi. Untuk memanfaatkan hasil hutan kayu,
Lembaga Desa atau Kelompok masyarakat pemegang hak/izin menyusun
RPHD dan RKU HKm yang disyahkan oleh Desa/KaKPH.


AID
THAT
WORKS
Permohonan Hutan Desa, Hutan Kemasayarakat dan Hutan Tanaman
Rakyat

bisa diajukan secara on line.

 Akan dan telah dibentuk Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial
(Pokja PPS) tingkat nasional dan tingkat provinsi yang akan membantu
masyarakat mulai dari proses permohonan, verifikasi, terbitnya legalitas,
pengelolaan perhutanan sosial sampai ke pemasaran.

PELAJARAN YANG DIPETIK
 Masyarakat di lapangan berkompetisi dengan investor dalam
memperjuangkan ruang hidup serta pengelolaan dan pemanfaatan
kawasan hutan. Masyarakat sering kali kalah karena bergantung kepada
keberpihakan Bupati dan Gubernur.

 Masyarakat mempunyai akses yang rendah terhadap pengambil keputusan
dan informasi kebijakan. Sehingga sangat bergantung kepada bantuan pihak
lain (LSM, Perguruan Tinggi, Lembaga Riset, Birokrat yang perduli dan
berpihak kepada masyarakat).


AID
THAT
Jumlah dan penyebaran LSM masih terbatas baik secara kuantitas maupun
kualitas. LSM masih terpusat pada provinsi dan region tertentu.WORKS

PELAJARAN YANG DIPETIK
 Keberhasilan fasilitasi dan pendampingan masyarakat menjadi maju dan
mandiri masih belum banyak. Pendampingan untuk pengembangan usaha
masyarakat memerlukan waktu yang lama dan dukungan banyak pihak.

 Pergantian kepala pemerintah dari tingkat nasional sampai daerah tidak
menjamin pengurusan hak-hak masyarakat menjadi lebih cepat dan lebih
murah. Pemberian hak/izin perhutanan sosial kepada masyarakat seringkali
bermuatan politik dan dihambat kepentingan politik dan ekonomi pejabat
pemerintah.


AID
THAT
Koordinasi antar kementerian/lembaga pemerintah di tingkat pusat dan
WORKS
instansi pemerintah daerah serta kerjasama berbagai pihak dalam
mendukung kemajuan dan kemandirian masyarakat masih sangat terbatas
dan sangat dibutuhkan masyarakat.

REKOMENDASI UNTUK PEMERINTAH







Menetapkan Hutan Adat yang sudah mempunyai persyaratan lenkap sesuai
UU No.41/99; Keputusan MK No.35/2012; dan Permen LHK No.32/2015.
Memastikan areal kawasan hutan sebagai ruang hidup masyarakat dan
alokasi kawasan hutan untuk pengelolaan dan pemanfaatan oleh masyarakat
dengan menetapkan Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS).
Perbaikan regulasi dalam rangka menyederhanakan dan mempercepat
proses penerbitan hak/izin perhutanan sosial dengan menerbitkan Permen
HD, HKm, dan HTR serta Permen Kemitraan.

AID
THAT
Pemerintah perlu proaktiv dan menjemput bola dalam memberikan
hak dan
WORKS
perizinan perhutanan sosial dengan mendayagunakan UPT dan KPH.

REKOMENDASI UNTUK PEMERINTAH






Membentuk, menggerakkan dan mendinamisir Pokja PS Nasional dan Pokja
Percepatan PS Provinsi.
Memperbaiki pola dan skema penyaluran dana BLU kehutanan untuk
pembiayaan pengembangan perhutanan sosial mulai dari penguatan
kelembagaan masyarakat, penanaman, pemeliharaan, produksi, pengolahan
hingga ke pemasaran.

AID
THAT
WORKS

Meningkatkan anggaran untuk PS, melakukan koordinasi dan sinergi
anggaran lintas Eselon I Kementerian Lingkugan Hidup dan Kehutanan untuk
pencapain target 12,7 juta ha (12,7 juta ha dijadikan target bersama KLHK)

REKOMENDASI UNTUK PEMERINTAH






Fasilitasi dan investasi untuk pengembangan produk, pemasaran, dan bisnis
bisa dilakukan pemerintah bersama para pihak di lokasi yang sudah
mendapat legalitas.
Koordinasi dan integrasi program lintas Kementerian/Lembaga untuk
pengembangan perhutanan sosial dan pembangunan desa hutan
(Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertingal dan Transmigrasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan).

AID
THAT
Memastikan pengembangan perhutanan sosial menjadi program prioritas
WORKS
nasional sehingga memungkinkan terjadi koordinasi dan integrasi
Kementerian dan Lembaga serta pengerahan program dan anggaran.

REKOMENDASI UNTUK PEMERINTAH





Menggalang dukungan para pihak untuk pengembangan perhutanan sosial
(LSM, Perguruan Tinggi, Lembaga Donor, Swasta).
Perlu peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan attitude/sikap
personel KPH, UPT dalam memfasilitasi masyarakat (magang, kolaborasi,
studi banding, pelatihan). Perlu sinergi dengan dengan penyuluh (BP2SDM).

AID
THAT
WORKS

Personel-personel di KPH dan UPT perlu melakukan pendekatan, tatap muka,
ngobrol dan diskusi dan belajar bersama masyarakat dalam rangka
penguatan kelembagaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

REKOMENDASI UNTUK LSM, PERGURUAN TINGGI, DAN LEMBAGA
DONOR



Perlunya konsolidasi CSO di tingkat pusat dan daerah dalam rangka
pengembangan perhutanan sosial.
Perlunya peningkatan kapasitas CSO






Pelatihan komunikasi, lobby dan advokasi.
Pelatihan pengembangan dan pengelolaan jaringan dan forum
multipihak.

AID
Pelatihan penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat. THAT
WORKS
Pelatihan strategi pemasaran produk dan komoditi hasil perhutanan
sosial.




Pelatihan strategi komunikasi, dan pembuatan berbagai media
penyadaran.

Perlunya strategi dan pendekatan dalam rangka scaling up dan perluasan
dampak dalam fasilitasi dan pedampingan pengembangan perhutanan
sosial.

TERIMA KASIH
[email protected]

AID
THAT
WORKS