Identifiasi Senyawa Tanin dan Penentuan
Identifiasi Senyawa Tanin dan Penentuan Eluen Terbaik dari Eksrak Etanol 70% Daun
Pepaya (Carica papaya ) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Mukholifah
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50 Malang
email: olif_mukholifah@ymail.com
2014
ABSTRAK
Papaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang cukup melimpah di Indonesia, karena
mudah dibudidayakan dan mudah perawatannya, serta memiliki manfaat yang baik untuk
pengobatan penyakit, terutama dari jenis papaya gantung beberapa akhir ini digunakan untuk
memerangi kanker. Salah satu kandungan metabolit sekunder dari ekstrak daun papaya (Carica
papaya L.) adalah tannin, yang dikenal sebagai senyawa antibakteri dan antitumor. Identifikasi
senyawa tanin ini dilakukan dengan metode maserasi mengguankan pelarut etanol 70% selama 2
hari, dan dilakukan uji senyawa tanin dengan uji perubahan warna dengan pereaksi larutan FeCl3.
dilanjutkan dengan uji Kromatografi Lapis Tipis Analitik (KLTA) untuk mencari eluen terbaik
dari: n-butanol : asam asetat : air (4: 1: 5), etil asetat : kloroform : asam asetat (15: 5 : 2), etil
asetat : metanol: asam asetat (6:4:1), dan kloroform: metanol: air (7:3:4). Kemudian diamati
dibawah lampu UV 354 dan 366 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun papaya (Carica papaya
L.) mengandung senyawa tanin. Hasil ini didukung dengan pengujian lanjut dengan metode
KLTA yang menghasilkan noda warna ungu, sedangkan eluen terbaik adalah n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4: 1: 5). Eluen memisahkan tiga noda dengan nilai Rf 0,68; 0,81; dan 0.96.
berdasarkan hasil noda pada plat yang direaksikan dengan FeCl3, hanya dua noda yang
menunjukkan warna ungu atau mengandung tanin, yakni noda pertama dan kedua.
Kata kunci : Papaya (Carica papaya L.), etanol 70%, tanin, Kromatografi Lapis Tipis
papain, damar, papayatin, dan tannin yang
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan wilayah agraris
mempunyai potensi sebagai antibiotik (Bhat
yang mayoritas utamanya adalah petani.
& Surolia, 2001). Salah satu kandungan
Papaya (Carica papaya L.) merupakan
metabolit sekunder dalam daun Carica
tanaman yang banyak dibudidayakan oleh
papaya L. adalah tannin yang mana tannin
masyarakat Indonesia. Dalam papaya sendiri
memiliki aktivitas senyawa antibakteri dan
memiliki kandungan metabolit sekunder
antitumor, sehingga biasanya dimanfaatkan
yang biasanya dimanfaatkan dalam bidang
sebagai bahan obat alami. Oleh karena itu
kesehatan, terutama pada papaya jenis
dilakukan identifikasi senyawa tanin, salah
papaya gantung. Manfaat dari daun muda
satunya
Carica papaya L. dapat dipergunakan untuk
maserasi dengan dan penentuan eluen
pengobatan penyakit demam, penambah
terbaik
nafsu makan, keputihan, jerawat, menambah
eksrak kasar etanol 70% daun pepaya
air susu, serta mengobati sakit gigi. Dalam
(carica
beberapa dekade terakhir, ekstrak pepaya
kromatografi lapis tipis Analitik.
digunakan
untuk
memerangi
dengan
menggunakan
metode
dalam pemisahan senyawa dari
papaya )
dengan
metode
penyakit
kanker (Sukardiman 2006).
2. METODE PENELITIAN
Menurut Hayati (2010), metabolit
2.1 Alat Penelitian
sekunder adalah senyawa hasil biogenesis
Alat penelitian yang digunakan pada
dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan
penelitian ini meliputi tabung reaksi, cawan
oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan
porselin, spatula, pipet tetes, cawan petri,
merupakan senyawa penentu kelangsungan
gelas bening, vacum rotary evaporator,
hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai
erlenmeyer tutup, corong buchner, hair dyer,
hasil mekanisme pertahanan diri organisme.
dan lampu UV 254 dan 366 nm.
Kandungan senyawa metabolit sekunder
telah terbukti bekerja sebagai derivate
2.2 Bahan Penelitian
antikanker, antibakteri dan antioksidan,
Bahan utama yang digunakan adalah
antara lain adalah golongan alkaloid, tanin,
daun pepaya (Carica papaya L.) jenis
golongan polifenol dan turunanya.
papaya
Daun,
akar,
dan
buah
gantung
yang
diperoleh
dari
pepaya
kawasan daerah Tumpang, Malang. Etanol
mengandung beberapa senyawa, antara lain:
70% (teknis), FeCl3 (p.a., Merck), akuades,
kloroform (teknis), asam asetat glacial
2.3.3 Pemeriksaan Kandungan Senyawa
(teknis), methanol (p.a., Merck), n-butanol
(p.a., Merck), etil asetat (p.a., Merck), dan
Tanin
1. Pembuatan Larutan Uji
plat KLT silika G60 F254.
Pembuatan larutan uji untuk uji
fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan
2.3 Prosedur Penelitian
sebanyak 100 mg ekstrak etanol 70% daun
2.3.1 Pengumpulan dan Preparasi Sampel
papaya dilarutkan dengan 5 mL etanol 70%,
Sampel yang digunakan adalah daun
pepaya (Carica papaya L.) jenis papaya
kemudian
didapat
larutan
uji
yang
digunakan untuk uji fitokimia.
gantung yang masih muda, kemudian cuci
bersih dan dikeringkan dengan oven pada
2. Pemeriksaan Senyawa Tanin
suhu 300C selama 7 hari dan ditumbuk
hingga menjadi serbuk.
Larutan
uji
sebanyak
1
mL
direaksikan dengan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) 10%, jika terjadi warna biru tua atau
2.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol 70%
hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin
Daun Carica papaya
(Robinson, 1991).
Serbuk daun papaya (Carica papaya
L.) ditimbang 25 mg kemudian dimaserasi
2.3.4
dengan 150 ml etanol 70% selama 2 hari,
dengan KLT
lalu
disaring.
Filtrat
yang
diperoleh
Pemeriksaan
Pada
Senyawa
pemisahan
dengan
Tanin
KLT
kemudian diuapkan dengan vaccum rotary
analitik digunakan plat silika G 60 F254
evaporator pada suhu 50ºC, kecepatan 70
yang sudah diaktifkan dengan pemanasan
rpm, dan tekanan 0,7 bar hingga diperoleh
dalam oven pada suhu 1000C selama 10
ekstrak kental. Setelah didapatkan ekstrak
menit. Masing-masing plat dengan ukuran 1
kental,
cm x 10 cm. Ekstrak kasar hasil rotary
kemudian
ditimbang
dengan
timbangan analitik hasil rendemennya.
evaporator ditotolkan pada jarak 1 cm dari
tepi bawah plat
dengan
pipa kapiler
kemudian dikeringkan dan dielusi dengan
fase gerak toluen: n-butanol : asam asetat :
air (4: 1: 5), etil asetat : kloroform : asam
asetat (15: 5 : 2), etil asetat : metanol: asam
asetat (6:4:1), dan kloroform: metanol: air
larut sesuai dengan kelarutannya (Lenny,
(7:3:4). Setelah gerakan larutan pengembang
2006).
sampai pada garis batas, elusi dihentikan.
Pelarut
yang
digunakan
dalam
Noda yang terbentuk masing-masing diukur
maserasi adalah etanol 70%, yang bertujuan
harga
dengan
untuk menarik semua komponen kimia di
memperhatikan bentuk noda pada berbagai
dalam daun papaya (Carica papaya), karena
larutan
ditentukan
pelarut etanol merupakan pelarut universal
perbandingan larutan pengembang yang
yang dapat menarik senyawa-senyawa yang
paling baik. Noda yang terbentuk diperiksa
larut dalam pelarut non polar hingga polar
dengan
dan memiliki indeks polaritas sebesar 5,2
Rf-nya,
selanjutnya
pengembang
lampu
UV-Vis
pada
panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm.
(Snyder, 1997 dalam Patmasari).
Hasil
uji
senyawa
tanin
3. PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%
3.1 Hasil Pengujian Perubahan Warna
daun papaya (Carica papaya L.)
positif
mengandung
terjadi
Pembuatan ekstrak etanol 70% daun
papaya (Carica
tanin.
Dimana
L.) dilakukan
perubahan
dengan metode maserasi. Maserasi adalah
kecoklatan
salah satu metode pemisahan senyawa
Menurut Harbone (1987), golongan tanin
dengan cara perendaman menggunakan
yang merupakan senyawa fenolik cenderung
pelarut organik pada temperatur ruangan.
larut dalam air sehingga cenderung bersifat
Proses maserasi sangat menguntungkan
polar. Pengujian tanin menunjukkan bahwa
dalam isolasi senyawa bahan alam karena
tanin yang terkandung di dalam ekstrak
selain murah dan mudah dilakukan, dengan
etanol merupakan tanin kondensasi karena
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
terbentuk warna hijau kehitaman setelah
pemecahan dinding dan membran sel akibat
ditambahkan dengan FeCl3 (Sangi dkk.,
perbedaan tekanan antara didalam dan di
2008).
papaya
warna
dari
menjadi
ekstrak
hijau
kuning
kehitaman.
luar sel, sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut. Pelarut yang mengalir ke dalam sel
dapat
menyebabkan
3.2 Hasil Penagamatan dengan KLT
Hasil dari pengujian adanya senyawa
protoplasma
tanin dengan perubahan warna pada uji
membengkak dan bahan kandungan sel akan
FeCl3 dihasilkan positif mengandung tannin,
maka
kemudian
pengujian
dilanjutkan
munculnya
noda.
Noda
yang
terbentuk tidak berekor dan jarak antara
).
KLT
noda satu dengan yang lainnya jelas
pemisahan
suatu
(Harborne, 1987). Dari hasil KLT analitik
senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
muncul noda-noda yang dapat diamati
dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
dibawah UV pada panjang gelombang 254
KLT analitik ini digunakan untuk mencari
dan 366 nm d. Data penampakan noda hasil
eluen terbaik dari beberapa eluen yang baik
KLT analitik dengan beberapa eluen pada
dalam pemisahan senyawa tanin. Eluen yang
lampu 366 nm (sebelum disimprot FeCl3)
baik adalah eluen yang bisa memisahkan
dapat dilihat pada tabel 1. dan gambar 1.
merupakan
Lapis
metode
metode
dengan
KLT
(Kromatografi
dengan
dengan
Tipis
senyawa dalam jumlah yang banyak ditandai
Tabel 1. Data penampakan noda hasil KLT analitik dengan beberapa eluen dengan lampu 366
nm (sebelum disemprot FeCl3)
No.
Eluen
Jumlah
Noda
Keterangan
1.
n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4: 1: 5)
4
Terpisah baik
2.
Etil asetat : kloroform : asam asetat (15: 5 : 2)
3
Terpisah baik
3.
Etil asetat : metanol: asam asetat (6:4:1)
3
Terpisah baik, tapi
nampak eluen
4.
Kloroform: metanol: air (7:3:4)
2
Tak Terpisah
Gambar 1. Gambar penampakan noda hasil KLT analitik dengan beberapa eluen dengan lampu
366 nm (sebelum disemprot FeCl3).
Hasil pengamatan dari tabel dan
gambar masih menunjukkan noda yang
muncul bermacam macam warna,
eluen yang terbaik adalah n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4: 1: 5).
Noda
Menurut penelitian identifikasi tanin
dideteksi
pada daun belimbing wuluh (Averrhoa
golongan
bilimbi L.) Hayati (2010) menunjukkan
senyawanya, kemudian diamati di bawah
bahwa eluen campuran n-butanol : asam
lampu UV. Menurut Hayati (2012), pereaksi
asetat : air (BAA) mampu memberikan
ini digunakan untuk menambah kepekaan
pemisahan terbaik, hal ini dapat dilihat
deteksi dan menghasilkan perubahan warna
dengan adanya noda yang terpisah dengan
yang ada kaitannya dengan struktur senyawa
baik dan jumlah noda paling banyak yaitu 3
yang bersangkutan, sehingga digunakan
noda. Karena dari komposisinya, eluen
pereaksi dengan disemprotkan larutan FeCl3
tersebut bersifat sangat polar sehingga
pada plat KLTA. Sehingga muncul noda
biasanya memisahkan senyawa tanin yang
yang
tannin.
juga bersifat polar. Hasil noda dengan eluen
Pengamatan ini menunjukkan pemisahan
BAA (4 : 1 : 5) dengan UV 354 nm dan 366
yang
dengan
dihasilkan
selanjutnya
pereaksi
diduga
adalah
sesuai
senyawa
nm dapat diamati pada gambar.2
A
B
Gambar 2. Ilustrasi penampakan noda hasil KLTA dengan beberapa eluen dengan lampu 366 nm
(sebelum disemprot FeCl3)
A. Hasil ilustrasi penempakan dengan UV 254 nm
B. Hasil ilustrasi penempakan dengan UV 366 nm
Tabel 2. Harga Rf dan warna noda hasil KLTA eluen terbaik n-butanol : asam asetat : air (BAA)
(4:1:5) dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm
No.Noda
Rf tiap noda
Warna noda dengan UV
354 nm
Warna Noda dengan UV
366 nm
1
0.68
Hijau Tua
Ungu
2
0,81
Hijau tua
Ungu
3
0.96
Hijau tua
Hijau kebiruan
Hasil pengamatan kepolaran fasa
mengikuti aliran eluen, karena senyawa
diam dan fasa gerak hampir sama, tetapi
tanin bersifat polar. Dari ketiga noda yang
masih lebih polar fasa gerak sehingga
ada maka noda yang pertama adalah noda
senyawa tanin yang dipisahkan terangkat
yang diduga senyawa tanin, yang memiliki
harga Rf sebesar 0,68 warna noda saat
DAFTAR PUSTAKA
disinari dengan lampu UV 366 berwarna
Bhat, G.P. and Surolia, N. 2003. Invitro
ungu. Hal ini diperkuat oleh Hayati (2010)
Antimalarial Activity of Extract
yang menyatakan bahwa noda hasil KLT
of Three Plants Used in The
yang diduga senyawa tanin berwarna ungu
Traditional Medicine of India. J.
kehitaman, dengan harga Ff sebesar 0,61.
American Society of Tropical
Harborne
Medicine
(1987)
bahwa
tanin
dapat
dideteksi dengan sinar UV pendek berupa
noda yang berwarna lembayung, selain itu
Hygene.
and
65
(41):304-308.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia:
didukung dengan Rf dari ekstrak tanaman
Penuntun
mimosa (memiliki kadar tannin yang tinggi)
Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
yang dielusi dengan eluen yang sama
Kedua. Bandung : Penerbit ITB.
dengan harga Rf sebesar 0,62.
Hal. 239.
Cara
Modern
Hayati, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah,
4. SIMPULAN DAN SARAN
dan
4. 1 Simpulan
Fraksinasi
Hasil
pengamatan
menunjukkan
Lailis
Senyawa
Sa’adah.
dan
2010.
Identifikasi
Tanin
pada
bahwa ekstrak daun papaya (Carica papaya)
Belimbing
jenis papaya gantung, mengandung tanin
bilimbi L.). ISSN 1907-9850.
dengan pemisahan Kromatografi Lapis Tipis
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
(KLT) analitik adalah eluen n-butanol :
Teknologi
asam
Negeri
asetat
:
air
(BAA)
dengan
perbandingan (4: 1: 5).
4.2 Saran
Wuluh
Daun
(Averrhoa
Universitas
Maulana
Islam
MalikIbrahim
Malang.
Hayati, Elok Kamilah, Akyunul Jannah,
Rachmawati
Ningsih.
2012.
menggunakan eluen terbaik sebagai uji
Identifikasi
Senyawa
Dan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) preparatif.
Aktivitas Antimalaria In Vivo
Penelitian ini perlu uji lanjut dengan
Ekstrak
Etil
Asetat
Tanaman
Anting-Anting (Acalypha indica
L.). Jurnal Molekul, Vol. 7. No. 1.
Mei, 2012: 20 - 32.Jurusan Kimia
UIN
Maulana
Malik
Ibrahim
Malang.
Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas
Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metoda Uji Brine
Shrimp.
FMIPA
Universitas
Sumatera Utara :Medan.
Padmasari,Astuti, K.W, Warditiani, N.K
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
70% Rimpang Bangle (Zingiber
purpureum
Roxb.).
Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika Dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas Udayana.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik
Tumbuhan
Tinggi.
Tingkat
Bandung: Penerbit ITB, pp. 152196.
Sangi, M., M.R.J. Runtuwene., H.E.I.
Simbala., V.M.A. Makang. 2008.
Analisis
Obat
Fitokimia
di
Tumbuhan
kabupaten
Minahasa
Utara. Chem. Prog. 1(1):47-53.
Sukardiman & Ekasari W. 2006. Uji Anti
Kanker dan Induksi Apoptosis
Fraksi
Kloroform
dari
Daun
Pepaya (Carica papaya ) Terhadap
Kultur Sel Kanker. Penelitian
Kesehatan
no.
24.
Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga.
Lampiran Foto
Larutan uji bereaksi dengan FeCl3
Tanin (berubah hijau kehitaman)
Plat sebelum disemprot dengan FeCl3
Plat sesudah disemprot dengan FeCl3
Pepaya (Carica papaya ) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Mukholifah
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50 Malang
email: olif_mukholifah@ymail.com
2014
ABSTRAK
Papaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang cukup melimpah di Indonesia, karena
mudah dibudidayakan dan mudah perawatannya, serta memiliki manfaat yang baik untuk
pengobatan penyakit, terutama dari jenis papaya gantung beberapa akhir ini digunakan untuk
memerangi kanker. Salah satu kandungan metabolit sekunder dari ekstrak daun papaya (Carica
papaya L.) adalah tannin, yang dikenal sebagai senyawa antibakteri dan antitumor. Identifikasi
senyawa tanin ini dilakukan dengan metode maserasi mengguankan pelarut etanol 70% selama 2
hari, dan dilakukan uji senyawa tanin dengan uji perubahan warna dengan pereaksi larutan FeCl3.
dilanjutkan dengan uji Kromatografi Lapis Tipis Analitik (KLTA) untuk mencari eluen terbaik
dari: n-butanol : asam asetat : air (4: 1: 5), etil asetat : kloroform : asam asetat (15: 5 : 2), etil
asetat : metanol: asam asetat (6:4:1), dan kloroform: metanol: air (7:3:4). Kemudian diamati
dibawah lampu UV 354 dan 366 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun papaya (Carica papaya
L.) mengandung senyawa tanin. Hasil ini didukung dengan pengujian lanjut dengan metode
KLTA yang menghasilkan noda warna ungu, sedangkan eluen terbaik adalah n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4: 1: 5). Eluen memisahkan tiga noda dengan nilai Rf 0,68; 0,81; dan 0.96.
berdasarkan hasil noda pada plat yang direaksikan dengan FeCl3, hanya dua noda yang
menunjukkan warna ungu atau mengandung tanin, yakni noda pertama dan kedua.
Kata kunci : Papaya (Carica papaya L.), etanol 70%, tanin, Kromatografi Lapis Tipis
papain, damar, papayatin, dan tannin yang
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan wilayah agraris
mempunyai potensi sebagai antibiotik (Bhat
yang mayoritas utamanya adalah petani.
& Surolia, 2001). Salah satu kandungan
Papaya (Carica papaya L.) merupakan
metabolit sekunder dalam daun Carica
tanaman yang banyak dibudidayakan oleh
papaya L. adalah tannin yang mana tannin
masyarakat Indonesia. Dalam papaya sendiri
memiliki aktivitas senyawa antibakteri dan
memiliki kandungan metabolit sekunder
antitumor, sehingga biasanya dimanfaatkan
yang biasanya dimanfaatkan dalam bidang
sebagai bahan obat alami. Oleh karena itu
kesehatan, terutama pada papaya jenis
dilakukan identifikasi senyawa tanin, salah
papaya gantung. Manfaat dari daun muda
satunya
Carica papaya L. dapat dipergunakan untuk
maserasi dengan dan penentuan eluen
pengobatan penyakit demam, penambah
terbaik
nafsu makan, keputihan, jerawat, menambah
eksrak kasar etanol 70% daun pepaya
air susu, serta mengobati sakit gigi. Dalam
(carica
beberapa dekade terakhir, ekstrak pepaya
kromatografi lapis tipis Analitik.
digunakan
untuk
memerangi
dengan
menggunakan
metode
dalam pemisahan senyawa dari
papaya )
dengan
metode
penyakit
kanker (Sukardiman 2006).
2. METODE PENELITIAN
Menurut Hayati (2010), metabolit
2.1 Alat Penelitian
sekunder adalah senyawa hasil biogenesis
Alat penelitian yang digunakan pada
dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan
penelitian ini meliputi tabung reaksi, cawan
oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan
porselin, spatula, pipet tetes, cawan petri,
merupakan senyawa penentu kelangsungan
gelas bening, vacum rotary evaporator,
hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai
erlenmeyer tutup, corong buchner, hair dyer,
hasil mekanisme pertahanan diri organisme.
dan lampu UV 254 dan 366 nm.
Kandungan senyawa metabolit sekunder
telah terbukti bekerja sebagai derivate
2.2 Bahan Penelitian
antikanker, antibakteri dan antioksidan,
Bahan utama yang digunakan adalah
antara lain adalah golongan alkaloid, tanin,
daun pepaya (Carica papaya L.) jenis
golongan polifenol dan turunanya.
papaya
Daun,
akar,
dan
buah
gantung
yang
diperoleh
dari
pepaya
kawasan daerah Tumpang, Malang. Etanol
mengandung beberapa senyawa, antara lain:
70% (teknis), FeCl3 (p.a., Merck), akuades,
kloroform (teknis), asam asetat glacial
2.3.3 Pemeriksaan Kandungan Senyawa
(teknis), methanol (p.a., Merck), n-butanol
(p.a., Merck), etil asetat (p.a., Merck), dan
Tanin
1. Pembuatan Larutan Uji
plat KLT silika G60 F254.
Pembuatan larutan uji untuk uji
fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan
2.3 Prosedur Penelitian
sebanyak 100 mg ekstrak etanol 70% daun
2.3.1 Pengumpulan dan Preparasi Sampel
papaya dilarutkan dengan 5 mL etanol 70%,
Sampel yang digunakan adalah daun
pepaya (Carica papaya L.) jenis papaya
kemudian
didapat
larutan
uji
yang
digunakan untuk uji fitokimia.
gantung yang masih muda, kemudian cuci
bersih dan dikeringkan dengan oven pada
2. Pemeriksaan Senyawa Tanin
suhu 300C selama 7 hari dan ditumbuk
hingga menjadi serbuk.
Larutan
uji
sebanyak
1
mL
direaksikan dengan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) 10%, jika terjadi warna biru tua atau
2.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol 70%
hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin
Daun Carica papaya
(Robinson, 1991).
Serbuk daun papaya (Carica papaya
L.) ditimbang 25 mg kemudian dimaserasi
2.3.4
dengan 150 ml etanol 70% selama 2 hari,
dengan KLT
lalu
disaring.
Filtrat
yang
diperoleh
Pemeriksaan
Pada
Senyawa
pemisahan
dengan
Tanin
KLT
kemudian diuapkan dengan vaccum rotary
analitik digunakan plat silika G 60 F254
evaporator pada suhu 50ºC, kecepatan 70
yang sudah diaktifkan dengan pemanasan
rpm, dan tekanan 0,7 bar hingga diperoleh
dalam oven pada suhu 1000C selama 10
ekstrak kental. Setelah didapatkan ekstrak
menit. Masing-masing plat dengan ukuran 1
kental,
cm x 10 cm. Ekstrak kasar hasil rotary
kemudian
ditimbang
dengan
timbangan analitik hasil rendemennya.
evaporator ditotolkan pada jarak 1 cm dari
tepi bawah plat
dengan
pipa kapiler
kemudian dikeringkan dan dielusi dengan
fase gerak toluen: n-butanol : asam asetat :
air (4: 1: 5), etil asetat : kloroform : asam
asetat (15: 5 : 2), etil asetat : metanol: asam
asetat (6:4:1), dan kloroform: metanol: air
larut sesuai dengan kelarutannya (Lenny,
(7:3:4). Setelah gerakan larutan pengembang
2006).
sampai pada garis batas, elusi dihentikan.
Pelarut
yang
digunakan
dalam
Noda yang terbentuk masing-masing diukur
maserasi adalah etanol 70%, yang bertujuan
harga
dengan
untuk menarik semua komponen kimia di
memperhatikan bentuk noda pada berbagai
dalam daun papaya (Carica papaya), karena
larutan
ditentukan
pelarut etanol merupakan pelarut universal
perbandingan larutan pengembang yang
yang dapat menarik senyawa-senyawa yang
paling baik. Noda yang terbentuk diperiksa
larut dalam pelarut non polar hingga polar
dengan
dan memiliki indeks polaritas sebesar 5,2
Rf-nya,
selanjutnya
pengembang
lampu
UV-Vis
pada
panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm.
(Snyder, 1997 dalam Patmasari).
Hasil
uji
senyawa
tanin
3. PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%
3.1 Hasil Pengujian Perubahan Warna
daun papaya (Carica papaya L.)
positif
mengandung
terjadi
Pembuatan ekstrak etanol 70% daun
papaya (Carica
tanin.
Dimana
L.) dilakukan
perubahan
dengan metode maserasi. Maserasi adalah
kecoklatan
salah satu metode pemisahan senyawa
Menurut Harbone (1987), golongan tanin
dengan cara perendaman menggunakan
yang merupakan senyawa fenolik cenderung
pelarut organik pada temperatur ruangan.
larut dalam air sehingga cenderung bersifat
Proses maserasi sangat menguntungkan
polar. Pengujian tanin menunjukkan bahwa
dalam isolasi senyawa bahan alam karena
tanin yang terkandung di dalam ekstrak
selain murah dan mudah dilakukan, dengan
etanol merupakan tanin kondensasi karena
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
terbentuk warna hijau kehitaman setelah
pemecahan dinding dan membran sel akibat
ditambahkan dengan FeCl3 (Sangi dkk.,
perbedaan tekanan antara didalam dan di
2008).
papaya
warna
dari
menjadi
ekstrak
hijau
kuning
kehitaman.
luar sel, sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut. Pelarut yang mengalir ke dalam sel
dapat
menyebabkan
3.2 Hasil Penagamatan dengan KLT
Hasil dari pengujian adanya senyawa
protoplasma
tanin dengan perubahan warna pada uji
membengkak dan bahan kandungan sel akan
FeCl3 dihasilkan positif mengandung tannin,
maka
kemudian
pengujian
dilanjutkan
munculnya
noda.
Noda
yang
terbentuk tidak berekor dan jarak antara
).
KLT
noda satu dengan yang lainnya jelas
pemisahan
suatu
(Harborne, 1987). Dari hasil KLT analitik
senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
muncul noda-noda yang dapat diamati
dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.
dibawah UV pada panjang gelombang 254
KLT analitik ini digunakan untuk mencari
dan 366 nm d. Data penampakan noda hasil
eluen terbaik dari beberapa eluen yang baik
KLT analitik dengan beberapa eluen pada
dalam pemisahan senyawa tanin. Eluen yang
lampu 366 nm (sebelum disimprot FeCl3)
baik adalah eluen yang bisa memisahkan
dapat dilihat pada tabel 1. dan gambar 1.
merupakan
Lapis
metode
metode
dengan
KLT
(Kromatografi
dengan
dengan
Tipis
senyawa dalam jumlah yang banyak ditandai
Tabel 1. Data penampakan noda hasil KLT analitik dengan beberapa eluen dengan lampu 366
nm (sebelum disemprot FeCl3)
No.
Eluen
Jumlah
Noda
Keterangan
1.
n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4: 1: 5)
4
Terpisah baik
2.
Etil asetat : kloroform : asam asetat (15: 5 : 2)
3
Terpisah baik
3.
Etil asetat : metanol: asam asetat (6:4:1)
3
Terpisah baik, tapi
nampak eluen
4.
Kloroform: metanol: air (7:3:4)
2
Tak Terpisah
Gambar 1. Gambar penampakan noda hasil KLT analitik dengan beberapa eluen dengan lampu
366 nm (sebelum disemprot FeCl3).
Hasil pengamatan dari tabel dan
gambar masih menunjukkan noda yang
muncul bermacam macam warna,
eluen yang terbaik adalah n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4: 1: 5).
Noda
Menurut penelitian identifikasi tanin
dideteksi
pada daun belimbing wuluh (Averrhoa
golongan
bilimbi L.) Hayati (2010) menunjukkan
senyawanya, kemudian diamati di bawah
bahwa eluen campuran n-butanol : asam
lampu UV. Menurut Hayati (2012), pereaksi
asetat : air (BAA) mampu memberikan
ini digunakan untuk menambah kepekaan
pemisahan terbaik, hal ini dapat dilihat
deteksi dan menghasilkan perubahan warna
dengan adanya noda yang terpisah dengan
yang ada kaitannya dengan struktur senyawa
baik dan jumlah noda paling banyak yaitu 3
yang bersangkutan, sehingga digunakan
noda. Karena dari komposisinya, eluen
pereaksi dengan disemprotkan larutan FeCl3
tersebut bersifat sangat polar sehingga
pada plat KLTA. Sehingga muncul noda
biasanya memisahkan senyawa tanin yang
yang
tannin.
juga bersifat polar. Hasil noda dengan eluen
Pengamatan ini menunjukkan pemisahan
BAA (4 : 1 : 5) dengan UV 354 nm dan 366
yang
dengan
dihasilkan
selanjutnya
pereaksi
diduga
adalah
sesuai
senyawa
nm dapat diamati pada gambar.2
A
B
Gambar 2. Ilustrasi penampakan noda hasil KLTA dengan beberapa eluen dengan lampu 366 nm
(sebelum disemprot FeCl3)
A. Hasil ilustrasi penempakan dengan UV 254 nm
B. Hasil ilustrasi penempakan dengan UV 366 nm
Tabel 2. Harga Rf dan warna noda hasil KLTA eluen terbaik n-butanol : asam asetat : air (BAA)
(4:1:5) dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm
No.Noda
Rf tiap noda
Warna noda dengan UV
354 nm
Warna Noda dengan UV
366 nm
1
0.68
Hijau Tua
Ungu
2
0,81
Hijau tua
Ungu
3
0.96
Hijau tua
Hijau kebiruan
Hasil pengamatan kepolaran fasa
mengikuti aliran eluen, karena senyawa
diam dan fasa gerak hampir sama, tetapi
tanin bersifat polar. Dari ketiga noda yang
masih lebih polar fasa gerak sehingga
ada maka noda yang pertama adalah noda
senyawa tanin yang dipisahkan terangkat
yang diduga senyawa tanin, yang memiliki
harga Rf sebesar 0,68 warna noda saat
DAFTAR PUSTAKA
disinari dengan lampu UV 366 berwarna
Bhat, G.P. and Surolia, N. 2003. Invitro
ungu. Hal ini diperkuat oleh Hayati (2010)
Antimalarial Activity of Extract
yang menyatakan bahwa noda hasil KLT
of Three Plants Used in The
yang diduga senyawa tanin berwarna ungu
Traditional Medicine of India. J.
kehitaman, dengan harga Ff sebesar 0,61.
American Society of Tropical
Harborne
Medicine
(1987)
bahwa
tanin
dapat
dideteksi dengan sinar UV pendek berupa
noda yang berwarna lembayung, selain itu
Hygene.
and
65
(41):304-308.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia:
didukung dengan Rf dari ekstrak tanaman
Penuntun
mimosa (memiliki kadar tannin yang tinggi)
Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
yang dielusi dengan eluen yang sama
Kedua. Bandung : Penerbit ITB.
dengan harga Rf sebesar 0,62.
Hal. 239.
Cara
Modern
Hayati, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah,
4. SIMPULAN DAN SARAN
dan
4. 1 Simpulan
Fraksinasi
Hasil
pengamatan
menunjukkan
Lailis
Senyawa
Sa’adah.
dan
2010.
Identifikasi
Tanin
pada
bahwa ekstrak daun papaya (Carica papaya)
Belimbing
jenis papaya gantung, mengandung tanin
bilimbi L.). ISSN 1907-9850.
dengan pemisahan Kromatografi Lapis Tipis
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
(KLT) analitik adalah eluen n-butanol :
Teknologi
asam
Negeri
asetat
:
air
(BAA)
dengan
perbandingan (4: 1: 5).
4.2 Saran
Wuluh
Daun
(Averrhoa
Universitas
Maulana
Islam
MalikIbrahim
Malang.
Hayati, Elok Kamilah, Akyunul Jannah,
Rachmawati
Ningsih.
2012.
menggunakan eluen terbaik sebagai uji
Identifikasi
Senyawa
Dan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) preparatif.
Aktivitas Antimalaria In Vivo
Penelitian ini perlu uji lanjut dengan
Ekstrak
Etil
Asetat
Tanaman
Anting-Anting (Acalypha indica
L.). Jurnal Molekul, Vol. 7. No. 1.
Mei, 2012: 20 - 32.Jurusan Kimia
UIN
Maulana
Malik
Ibrahim
Malang.
Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas
Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metoda Uji Brine
Shrimp.
FMIPA
Universitas
Sumatera Utara :Medan.
Padmasari,Astuti, K.W, Warditiani, N.K
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
70% Rimpang Bangle (Zingiber
purpureum
Roxb.).
Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika Dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas Udayana.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik
Tumbuhan
Tinggi.
Tingkat
Bandung: Penerbit ITB, pp. 152196.
Sangi, M., M.R.J. Runtuwene., H.E.I.
Simbala., V.M.A. Makang. 2008.
Analisis
Obat
Fitokimia
di
Tumbuhan
kabupaten
Minahasa
Utara. Chem. Prog. 1(1):47-53.
Sukardiman & Ekasari W. 2006. Uji Anti
Kanker dan Induksi Apoptosis
Fraksi
Kloroform
dari
Daun
Pepaya (Carica papaya ) Terhadap
Kultur Sel Kanker. Penelitian
Kesehatan
no.
24.
Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga.
Lampiran Foto
Larutan uji bereaksi dengan FeCl3
Tanin (berubah hijau kehitaman)
Plat sebelum disemprot dengan FeCl3
Plat sesudah disemprot dengan FeCl3