Identifiasi Senyawa Tanin dan Penentuan

Identifiasi Senyawa Tanin dan Penentuan Eluen Terbaik dari Eksrak Etanol 70% Daun
Pepaya (Carica papaya ) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis

Mukholifah
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50 Malang
email: olif_mukholifah@ymail.com
2014
ABSTRAK
Papaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang cukup melimpah di Indonesia, karena
mudah dibudidayakan dan mudah perawatannya, serta memiliki manfaat yang baik untuk
pengobatan penyakit, terutama dari jenis papaya gantung beberapa akhir ini digunakan untuk
memerangi kanker. Salah satu kandungan metabolit sekunder dari ekstrak daun papaya (Carica
papaya L.) adalah tannin, yang dikenal sebagai senyawa antibakteri dan antitumor. Identifikasi

senyawa tanin ini dilakukan dengan metode maserasi mengguankan pelarut etanol 70% selama 2
hari, dan dilakukan uji senyawa tanin dengan uji perubahan warna dengan pereaksi larutan FeCl3.
dilanjutkan dengan uji Kromatografi Lapis Tipis Analitik (KLTA) untuk mencari eluen terbaik
dari: n-butanol : asam asetat : air (4: 1: 5), etil asetat : kloroform : asam asetat (15: 5 : 2), etil
asetat : metanol: asam asetat (6:4:1), dan kloroform: metanol: air (7:3:4). Kemudian diamati

dibawah lampu UV 354 dan 366 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun papaya (Carica papaya
L.) mengandung senyawa tanin. Hasil ini didukung dengan pengujian lanjut dengan metode
KLTA yang menghasilkan noda warna ungu, sedangkan eluen terbaik adalah n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4: 1: 5). Eluen memisahkan tiga noda dengan nilai Rf 0,68; 0,81; dan 0.96.
berdasarkan hasil noda pada plat yang direaksikan dengan FeCl3, hanya dua noda yang
menunjukkan warna ungu atau mengandung tanin, yakni noda pertama dan kedua.

Kata kunci : Papaya (Carica papaya L.), etanol 70%, tanin, Kromatografi Lapis Tipis

papain, damar, papayatin, dan tannin yang

1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan wilayah agraris

mempunyai potensi sebagai antibiotik (Bhat

yang mayoritas utamanya adalah petani.

& Surolia, 2001). Salah satu kandungan


Papaya (Carica papaya L.) merupakan

metabolit sekunder dalam daun Carica

tanaman yang banyak dibudidayakan oleh

papaya L. adalah tannin yang mana tannin

masyarakat Indonesia. Dalam papaya sendiri

memiliki aktivitas senyawa antibakteri dan

memiliki kandungan metabolit sekunder

antitumor, sehingga biasanya dimanfaatkan

yang biasanya dimanfaatkan dalam bidang

sebagai bahan obat alami. Oleh karena itu


kesehatan, terutama pada papaya jenis

dilakukan identifikasi senyawa tanin, salah

papaya gantung. Manfaat dari daun muda

satunya

Carica papaya L. dapat dipergunakan untuk

maserasi dengan dan penentuan eluen

pengobatan penyakit demam, penambah

terbaik

nafsu makan, keputihan, jerawat, menambah

eksrak kasar etanol 70% daun pepaya


air susu, serta mengobati sakit gigi. Dalam

(carica

beberapa dekade terakhir, ekstrak pepaya

kromatografi lapis tipis Analitik.

digunakan

untuk

memerangi

dengan

menggunakan

metode


dalam pemisahan senyawa dari

papaya )

dengan

metode

penyakit

kanker (Sukardiman 2006).

2. METODE PENELITIAN

Menurut Hayati (2010), metabolit

2.1 Alat Penelitian

sekunder adalah senyawa hasil biogenesis


Alat penelitian yang digunakan pada

dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan

penelitian ini meliputi tabung reaksi, cawan

oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan

porselin, spatula, pipet tetes, cawan petri,

merupakan senyawa penentu kelangsungan

gelas bening, vacum rotary evaporator,

hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai

erlenmeyer tutup, corong buchner, hair dyer,

hasil mekanisme pertahanan diri organisme.


dan lampu UV 254 dan 366 nm.

Kandungan senyawa metabolit sekunder
telah terbukti bekerja sebagai derivate

2.2 Bahan Penelitian

antikanker, antibakteri dan antioksidan,

Bahan utama yang digunakan adalah

antara lain adalah golongan alkaloid, tanin,

daun pepaya (Carica papaya L.) jenis

golongan polifenol dan turunanya.

papaya


Daun,

akar,

dan

buah

gantung

yang

diperoleh

dari

pepaya

kawasan daerah Tumpang, Malang. Etanol


mengandung beberapa senyawa, antara lain:

70% (teknis), FeCl3 (p.a., Merck), akuades,

kloroform (teknis), asam asetat glacial

2.3.3 Pemeriksaan Kandungan Senyawa

(teknis), methanol (p.a., Merck), n-butanol
(p.a., Merck), etil asetat (p.a., Merck), dan

Tanin
1. Pembuatan Larutan Uji

plat KLT silika G60 F254.

Pembuatan larutan uji untuk uji
fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan

2.3 Prosedur Penelitian


sebanyak 100 mg ekstrak etanol 70% daun

2.3.1 Pengumpulan dan Preparasi Sampel

papaya dilarutkan dengan 5 mL etanol 70%,

Sampel yang digunakan adalah daun
pepaya (Carica papaya L.) jenis papaya

kemudian

didapat

larutan

uji

yang


digunakan untuk uji fitokimia.

gantung yang masih muda, kemudian cuci
bersih dan dikeringkan dengan oven pada

2. Pemeriksaan Senyawa Tanin

suhu 300C selama 7 hari dan ditumbuk
hingga menjadi serbuk.

Larutan

uji

sebanyak

1

mL

direaksikan dengan larutan besi (III) klorida
(FeCl3) 10%, jika terjadi warna biru tua atau

2.3.2 Pembuatan Ekstrak Etanol 70%

hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin

Daun Carica papaya

(Robinson, 1991).

Serbuk daun papaya (Carica papaya
L.) ditimbang 25 mg kemudian dimaserasi

2.3.4

dengan 150 ml etanol 70% selama 2 hari,

dengan KLT

lalu

disaring.

Filtrat

yang

diperoleh

Pemeriksaan

Pada

Senyawa

pemisahan

dengan

Tanin

KLT

kemudian diuapkan dengan vaccum rotary

analitik digunakan plat silika G 60 F254

evaporator pada suhu 50ºC, kecepatan 70

yang sudah diaktifkan dengan pemanasan

rpm, dan tekanan 0,7 bar hingga diperoleh

dalam oven pada suhu 1000C selama 10

ekstrak kental. Setelah didapatkan ekstrak

menit. Masing-masing plat dengan ukuran 1

kental,

cm x 10 cm. Ekstrak kasar hasil rotary

kemudian

ditimbang

dengan

timbangan analitik hasil rendemennya.

evaporator ditotolkan pada jarak 1 cm dari
tepi bawah plat

dengan

pipa kapiler

kemudian dikeringkan dan dielusi dengan
fase gerak toluen: n-butanol : asam asetat :
air (4: 1: 5), etil asetat : kloroform : asam
asetat (15: 5 : 2), etil asetat : metanol: asam

asetat (6:4:1), dan kloroform: metanol: air

larut sesuai dengan kelarutannya (Lenny,

(7:3:4). Setelah gerakan larutan pengembang

2006).

sampai pada garis batas, elusi dihentikan.

Pelarut

yang

digunakan

dalam

Noda yang terbentuk masing-masing diukur

maserasi adalah etanol 70%, yang bertujuan

harga

dengan

untuk menarik semua komponen kimia di

memperhatikan bentuk noda pada berbagai

dalam daun papaya (Carica papaya), karena

larutan

ditentukan

pelarut etanol merupakan pelarut universal

perbandingan larutan pengembang yang

yang dapat menarik senyawa-senyawa yang

paling baik. Noda yang terbentuk diperiksa

larut dalam pelarut non polar hingga polar

dengan

dan memiliki indeks polaritas sebesar 5,2

Rf-nya,

selanjutnya

pengembang

lampu

UV-Vis

pada

panjang

gelombang 254 nm dan 366 nm.

(Snyder, 1997 dalam Patmasari).
Hasil

uji

senyawa

tanin

3. PEMBAHASAN

menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70%

3.1 Hasil Pengujian Perubahan Warna

daun papaya (Carica papaya L.)

positif

mengandung

terjadi

Pembuatan ekstrak etanol 70% daun
papaya (Carica

tanin.

Dimana

L.) dilakukan

perubahan

dengan metode maserasi. Maserasi adalah

kecoklatan

salah satu metode pemisahan senyawa

Menurut Harbone (1987), golongan tanin

dengan cara perendaman menggunakan

yang merupakan senyawa fenolik cenderung

pelarut organik pada temperatur ruangan.

larut dalam air sehingga cenderung bersifat

Proses maserasi sangat menguntungkan

polar. Pengujian tanin menunjukkan bahwa

dalam isolasi senyawa bahan alam karena

tanin yang terkandung di dalam ekstrak

selain murah dan mudah dilakukan, dengan

etanol merupakan tanin kondensasi karena

perendaman sampel tumbuhan akan terjadi

terbentuk warna hijau kehitaman setelah

pemecahan dinding dan membran sel akibat

ditambahkan dengan FeCl3 (Sangi dkk.,

perbedaan tekanan antara didalam dan di

2008).

papaya

warna

dari

menjadi

ekstrak

hijau

kuning

kehitaman.

luar sel, sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut. Pelarut yang mengalir ke dalam sel
dapat

menyebabkan

3.2 Hasil Penagamatan dengan KLT
Hasil dari pengujian adanya senyawa

protoplasma

tanin dengan perubahan warna pada uji

membengkak dan bahan kandungan sel akan

FeCl3 dihasilkan positif mengandung tannin,

maka

kemudian

pengujian

dilanjutkan

munculnya

noda.

Noda

yang

terbentuk tidak berekor dan jarak antara

).

KLT

noda satu dengan yang lainnya jelas

pemisahan

suatu

(Harborne, 1987). Dari hasil KLT analitik

senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

muncul noda-noda yang dapat diamati

dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak.

dibawah UV pada panjang gelombang 254

KLT analitik ini digunakan untuk mencari

dan 366 nm d. Data penampakan noda hasil

eluen terbaik dari beberapa eluen yang baik

KLT analitik dengan beberapa eluen pada

dalam pemisahan senyawa tanin. Eluen yang

lampu 366 nm (sebelum disimprot FeCl3)

baik adalah eluen yang bisa memisahkan

dapat dilihat pada tabel 1. dan gambar 1.

merupakan

Lapis
metode

metode

dengan

KLT

(Kromatografi

dengan

dengan

Tipis

senyawa dalam jumlah yang banyak ditandai

Tabel 1. Data penampakan noda hasil KLT analitik dengan beberapa eluen dengan lampu 366
nm (sebelum disemprot FeCl3)
No.

Eluen

Jumlah
Noda

Keterangan

1.

n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4: 1: 5)

4

Terpisah baik

2.

Etil asetat : kloroform : asam asetat (15: 5 : 2)

3

Terpisah baik

3.

Etil asetat : metanol: asam asetat (6:4:1)

3

Terpisah baik, tapi
nampak eluen

4.

Kloroform: metanol: air (7:3:4)

2

Tak Terpisah

Gambar 1. Gambar penampakan noda hasil KLT analitik dengan beberapa eluen dengan lampu
366 nm (sebelum disemprot FeCl3).
Hasil pengamatan dari tabel dan
gambar masih menunjukkan noda yang
muncul bermacam macam warna,

eluen yang terbaik adalah n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4: 1: 5).

Noda

Menurut penelitian identifikasi tanin

dideteksi

pada daun belimbing wuluh (Averrhoa

golongan

bilimbi L.) Hayati (2010) menunjukkan

senyawanya, kemudian diamati di bawah

bahwa eluen campuran n-butanol : asam

lampu UV. Menurut Hayati (2012), pereaksi

asetat : air (BAA) mampu memberikan

ini digunakan untuk menambah kepekaan

pemisahan terbaik, hal ini dapat dilihat

deteksi dan menghasilkan perubahan warna

dengan adanya noda yang terpisah dengan

yang ada kaitannya dengan struktur senyawa

baik dan jumlah noda paling banyak yaitu 3

yang bersangkutan, sehingga digunakan

noda. Karena dari komposisinya, eluen

pereaksi dengan disemprotkan larutan FeCl3

tersebut bersifat sangat polar sehingga

pada plat KLTA. Sehingga muncul noda

biasanya memisahkan senyawa tanin yang

yang

tannin.

juga bersifat polar. Hasil noda dengan eluen

Pengamatan ini menunjukkan pemisahan

BAA (4 : 1 : 5) dengan UV 354 nm dan 366

yang
dengan

dihasilkan

selanjutnya

pereaksi

diduga

adalah

sesuai

senyawa

nm dapat diamati pada gambar.2

A

B

Gambar 2. Ilustrasi penampakan noda hasil KLTA dengan beberapa eluen dengan lampu 366 nm
(sebelum disemprot FeCl3)
A. Hasil ilustrasi penempakan dengan UV 254 nm
B. Hasil ilustrasi penempakan dengan UV 366 nm

Tabel 2. Harga Rf dan warna noda hasil KLTA eluen terbaik n-butanol : asam asetat : air (BAA)
(4:1:5) dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm

No.Noda

Rf tiap noda

Warna noda dengan UV
354 nm

Warna Noda dengan UV
366 nm

1

0.68

Hijau Tua

Ungu

2

0,81

Hijau tua

Ungu

3

0.96

Hijau tua

Hijau kebiruan

Hasil pengamatan kepolaran fasa

mengikuti aliran eluen, karena senyawa

diam dan fasa gerak hampir sama, tetapi

tanin bersifat polar. Dari ketiga noda yang

masih lebih polar fasa gerak sehingga

ada maka noda yang pertama adalah noda

senyawa tanin yang dipisahkan terangkat

yang diduga senyawa tanin, yang memiliki

harga Rf sebesar 0,68 warna noda saat

DAFTAR PUSTAKA

disinari dengan lampu UV 366 berwarna

Bhat, G.P. and Surolia, N. 2003. Invitro

ungu. Hal ini diperkuat oleh Hayati (2010)

Antimalarial Activity of Extract

yang menyatakan bahwa noda hasil KLT

of Three Plants Used in The

yang diduga senyawa tanin berwarna ungu

Traditional Medicine of India. J.

kehitaman, dengan harga Ff sebesar 0,61.

American Society of Tropical

Harborne

Medicine

(1987)

bahwa

tanin

dapat

dideteksi dengan sinar UV pendek berupa
noda yang berwarna lembayung, selain itu

Hygene.

and

65

(41):304-308.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia:

didukung dengan Rf dari ekstrak tanaman

Penuntun

mimosa (memiliki kadar tannin yang tinggi)

Menganalisis Tumbuhan. Terbitan

yang dielusi dengan eluen yang sama

Kedua. Bandung : Penerbit ITB.

dengan harga Rf sebesar 0,62.

Hal. 239.

Cara

Modern

Hayati, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah,
4. SIMPULAN DAN SARAN

dan

4. 1 Simpulan

Fraksinasi

Hasil

pengamatan

menunjukkan

Lailis

Senyawa

Sa’adah.
dan

2010.

Identifikasi

Tanin

pada

bahwa ekstrak daun papaya (Carica papaya)

Belimbing

jenis papaya gantung, mengandung tanin

bilimbi L.). ISSN 1907-9850.

dengan pemisahan Kromatografi Lapis Tipis

Jurusan Kimia Fakultas Sains dan

(KLT) analitik adalah eluen n-butanol :

Teknologi

asam

Negeri

asetat

:

air

(BAA)

dengan

perbandingan (4: 1: 5).
4.2 Saran

Wuluh

Daun

(Averrhoa

Universitas

Maulana

Islam

MalikIbrahim

Malang.
Hayati, Elok Kamilah, Akyunul Jannah,
Rachmawati

Ningsih.

2012.

menggunakan eluen terbaik sebagai uji

Identifikasi

Senyawa

Dan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) preparatif.

Aktivitas Antimalaria In Vivo

Penelitian ini perlu uji lanjut dengan

Ekstrak

Etil

Asetat

Tanaman

Anting-Anting (Acalypha indica
L.). Jurnal Molekul, Vol. 7. No. 1.
Mei, 2012: 20 - 32.Jurusan Kimia

UIN

Maulana

Malik

Ibrahim

Malang.
Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas
Kandungan Kimia Utama Puding
Merah dengan Metoda Uji Brine
Shrimp.

FMIPA

Universitas

Sumatera Utara :Medan.
Padmasari,Astuti, K.W, Warditiani, N.K
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
70% Rimpang Bangle (Zingiber
purpureum

Roxb.).

Jurusan

Farmasi Fakultas Matematika Dan
Ilmu

Pengetahuan

Alam

Universitas Udayana.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik
Tumbuhan

Tinggi.

Tingkat

Bandung: Penerbit ITB, pp. 152196.
Sangi, M., M.R.J. Runtuwene., H.E.I.
Simbala., V.M.A. Makang. 2008.
Analisis
Obat

Fitokimia

di

Tumbuhan

kabupaten

Minahasa

Utara. Chem. Prog. 1(1):47-53.
Sukardiman & Ekasari W. 2006. Uji Anti
Kanker dan Induksi Apoptosis
Fraksi

Kloroform

dari

Daun

Pepaya (Carica papaya ) Terhadap
Kultur Sel Kanker. Penelitian
Kesehatan

no.

24.

Fakultas

Farmasi Universitas Airlangga.

Lampiran Foto

Larutan uji bereaksi dengan FeCl3

Tanin (berubah hijau kehitaman)

Plat sebelum disemprot dengan FeCl3

Plat sesudah disemprot dengan FeCl3