Gangguan makan Obesitas dan Gangguan tid

Gangguan makan, Obesitas, dan Gangguan tidur
oleh Nitami Setya Andriani pada 12 Januari 2013 pukul 23:22 ·
Gangguan makan


jenis-jenisnya nih:

1. Anorexia Nervosa
takut gemuk
ada 2 sub yaitu; makan lebih terus memuntahkannya dan restriktif
ngga nafsu makan
kurus banget
2. Bulimia Nervosa
makan terus-terusan lalu dimuntahkan dengan sengaja
biasanya BB yang dipertahankan itu BB normal
kurus tapi engga banget
3. Gangguan Makan Berlebihan


Faktor-faktor penyebab:


1. Faktor Sosiokultural
tekanan dari lingkungan yang menuntut kesempurnaan fisik juga menjadi pemicu gangguan
tersebut.
2.Faktor Psikologis
kondisi penyandang gangguan tersebut biasanya termasuk orang yang perfeksionimenya
tinggi.
3.Faktor Keluarga
konflik antar keluarga yang sering terjadi menjadikan anak memilih tidak makan atau
memiliki gangguan makan anorexia yang bila itu menjadi kebiasaan akan berbahaya baginya.
Sementara dengan kondisi yang anak itu akan mampu meredam konflik yang terjadi.
4.Faktor Biologis
otak yang mengatur nafsu makan mengalami kerusakan, dan mungkin juga disebabkan oleh
genetis.



Penanganan:

1. Terapi Biomedis
yakni memakai pengobatan kimia oleh dokter dan psikiater.

2.Terapi Psikoterapi
Terapi psikodinamika untuk mengatasi gangguan tersebut
3.Terapi CBT (Cognitive behavioral Therapy)
membantu pasien mengalahkan pikiran dan keyakinan yg self defetiating serta
mengembangkan pola pikir sehat pada pasien.
modifikasi perilaku dan membantu pasien agar berat badannya dapat normal kembali.
4.Terapi Keluarga
digunakan untuk mengatasi konflik dalam keluarga dan meningkatan komunikasi diantara
keluarga.

Obesitas


Faktor penyebab:

1. Genetis
2. Metabolisme
3.Sel lemak
4.Gaya Hidup
5.Psikologis



Perbedaan etnik dan sosioemosional pada obesitas:

1.faktor sosioekonomi
seperti saat masyarakat kota sedang sibuk dengan fitness guna mendapatkan fisik yang bugar,
di desa tidak seperti itu karena perekonomian disana juga kurang memungkinkan untuk
melakukan kegiatan seprti itu. Selain itu, masyarakat yang memiliki anggapan bahwa kondisi
fisik tidak penting akan termakan oleh buaian pikirannya itu dan melakukan segala yang
disukai termasuk makan banyak sehingga menimbulkan obesitas.
2.faktor akulturasi
perbedaan budaya memang seringkalli tidak terlepas dari dunia kuliner. Kuliner di tiap
Negara itu berbeda dan ada ciri khas masing-masing, dan jika seseorang yang tinggal di luar
negeri misalnya, tergiur dan terbiasa makan makanan yang berkalori tinggi serta membuatnya
ketagihan terus dan tanpa memikirkan efek dari apa yang dimakannya itu akan membuatnya
kelebihan asupan.
3. faktor metabolisme

tingkat metabollisme tiap orang berbeda-beda, begitu juga penyerapan sari-sari makanan.


Gangguan Tidur


jenis-jenis:

1. Disomnia
mengenai gangguan kualitas ,waktu dan jumlah tidur
ada 5 jenis:
a.Insomnia (tidak bisa tidur)
b.Hypersomnia (merasa kantuk terus menerus sepanjang siang hari)
c.Narkolepsi (tiba2 muncul rasa kantuk berlebihan)
d.Gangguan tidur karena pernafasan
e.Gangguan irama tidur sirkadia
2.Parasomnia
gangguan yang terjadi tidur atau pada ambang batas
ada 3 jenis:
a.gangguan mimpi buruk
b.gangguan teror
3.gangguan berjalan sambil tidur




Penyebab:

1.Biologis (kondisi fisik seperti pada penderita gangguan pernafasan saat tidur maupun
kondisi organ dan hormon yang kurang stabil akibat konsumsi obat2 tententu)
2.Psikologis (stres)


Penanganan:

1.Terapi Obat
2.Penanganan biomedis

gANGGUAN MAKAN, OBESITAS, DAN GANGGUAN TIDUR
By Aswendo Dwitantyanov 10.48

GANGGUAN MAKAN
Gangguan Makan (Eating Disorder) adalah gangguan psikologis yang memiliki
karakteristik pola makan yang terganggu dan cara yang maladaptif dalam mengontrol berat

badan. Anorexia dan bulimia termasuk gangguan makan. Gangguan ini sering disertai
berbagai bentuk psikopatologi, termasuk depresi, gangguan kecemasan dan penyalahgunaan
zat. Mayoritas kasus pada wanita. Gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja
dan dewasa awal ketika tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat. Kira-kira 0,5% (1 : 200)
wanita di lingkungan kita mengidap anorexia nervosa (APA, 2000). Tingkat prevalensi
penderita bulimia nervosa di kalangan wanita diperkirakan berkisar antara 1% dan 3%.
Anorexia dan bulimia pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanita. Berikut adalah jenisjenis gangguan makan :
Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa adalah suatu gangguan makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk
mempertahankan berat badan di bawah standar normal, citra tubuh yang terdistorsi, ketakutan
yang mendalam akan bertambahnya berat badan, dan pada wanita, amenorrhea. Gangguan ini
berkembang antara usia 12 dan 18 tahun. Setelah menarche wanita mulai sadar akan
pertambahan berat badan dan bersikeras untuk menghilangkannya. Wanita anoreksik
mencoba diet yang ekstrem, serta sering kali melakukan latihan fisik secara berlebihan.
Usaha ini menjadi lebih giat lagi setelah penurunan berat badan yang diinginkan tercapai.
Meskipun individu anoreksik secara sengaja membuat diri mereka lapar, mereka akan
menghabiskan hari-hari mereka dengan berpikir dan membicarakan makanan, dan bahkan
mempersiapkan makanan untuk orang lain. Berikut adalah karakteristik diagnostik untuk
anorexia nervosa :
Menolak untuk mempertahankan berat badan minimal yang normal sesuai usia dan tinggi

seseorang.
Ketakutan yang kuat terhadap pertambahan berat badan atau menjadi gemuk, meskipun
tubuhnya kurus.
Citra tubuh yang terdistorsi di mana tubuh seseorang dipandang sangat gemuk, walaupun
orang lain memandang orang tersebut kurus.
Dalam kasus wanita yang telah mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran tiga atau lebih
periode menstruasi.
Berikut adalah sub tipe dari gangguan Anoreksia Nervosa :
1) Tipe Makan Berlebihan
Ditandai oleh episode yang sering dari makan berlebihan dan memuntahkannya.
Cenderung memiliki masalah yang berhubungan dengan kontrol impuls, di mana peningkatan
episode makan berlebih mungkin melibatkan penyalahgunaan zat atau mencuri. Mereka
cenderung untuk berganti-ganti antara periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif.
2) Tipe Menahan

Tidak ditandai dengan memuntahkan makanan. Individu dengan anorexia tipe ini
cenderung secara kaku bahkan obsesif mengontrol diet dan penampilan mereka.
Berkurangnya berat tubuh sebesar 35 % dapat menimbulkan anemia. Wanita anorexia
biasanya juga memiliki masalah kulit seperti kulit kering, kulit pecah, rambut lepek,
perubahan warna menjadi kekuningan. Komplikasi kardiovaskular melibatkan gangguan hati,

hopotensi, dan pusing saat berdiri, terkadang menyebabkan pingsan. Menurunnya proses
pencernaan menyebabkan masalah gastrointestinal seperti konstipasi, sakit pada perut, dan
obstruksi atau kelumpuhan dari bowel atau intestines. Otot melemah dan pertumbuhan yang
tidak normal pada tulang menyebabkan tinggi tubuh yang berkurang dan osteoporosis. Angka
kematian pada anorexia diperkirakan antara 5 – 8 % dalam periode 10 tahun, dengan
kebanyakan kematian disebabkan oleh bunuh diri atau komplikasi medis yang dihubungkan
dengan penurunan berat badan yang parah.
Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa adalah gangguan makan yang memiliki karakteristik episode yang
berulang untuk menelan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan penggunaan cara-cara
yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan. Seperti mengeluarkan makanan
dengan memaksa diri untuk memuntahkannya menggunakan obat pencahar, diuretics, atau
enemas, berpuasa atau latihan fisik yang berlebihan. Individu yang bulimia biasanya
memiliki berat badan normal, namun mereka memiliki perhatian berlebih mengenai bentuk
tubuh dan berat badan. Usia rata-rata terjadinya bulimia adalah remaja akhir. Komplikasi
medis dari bulimia adalah iritasi pada kulit sekitar mulut, terhambatnya air liur, peluruhan
enamel gigi, dan karang gigi, rusaknya reseptor pada lidah, sakit pada perut, hiatal hernia,
pankreatitis, gangguan menstruasi, dan lain-lain.
PENYEBAB ANOREXIA DAN BULIMIA NERVOSA
Faktor Sosiokultural

Menitikberatkan pada tekanan sosial dan harapan dari masyarakat pada wanita muda
sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan makan. Tekanan untuk mencapai
standar kurus yang tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan
sehubungan dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda
menjadi tidak puas dengan tubuh mereka sendiri. Model sosiokultural didukung dengan
adanya bukti yang menunjukkan bahwa gangguan makan tidak lebih umum, bahkan jarang
terjadi, di negara-negara non barat.
Faktor Psikososial
Faktor yang paling sering dihubungkan dengan bulimia adalah setidaknya ada riwayat
diet yang kaku. Diet yang kaku ini dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang diikuti
dengan pelanggaran diet dan menghasilkan makan berlebihan yang bersifat bulimik.
Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usah-usaha yang maladaptif untuk
mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan. Faktor kognitif berperan dalam
pembentukan sikap yang perfeksionis pada wanita anorexia, sehingga mereka berjuang
mencapai prestasi yang tinggi. Wanita bulimik cenderung memiliki tipe kognitif
disfungsional yang dapat menghasilkan keyakinan berlebihan mengenai konsekuensi negatif
dari pertambahan berat badan.
Faktor Keluarga
Gangguan makan sering kali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga.
Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua

mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Keluarga
dari individu dengan gangguan makan cenderung lebih sering mengalami konflik, kurang
memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan, namun lebih bersikap

overprotektif dan kritis. Orangtua kuran gmampu membangkitkan kemandirian dalam diri
anak mereka. Dari perspektif sistem, keluarga adalah sistem yang dikelola sedemikian rupa
sehingga meminimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan segera
untuk perubahan nyata. Individu anoreksik dipandang sebagai penolong untuk
mempertahankan keseimbangan dan harmoni yang muncul dalam keluarga disfungsional
dengan mengalihkan perhatian atas konflik keluarga dan tekanan pernikahan ke dalam diri
mereka.
Faktor Biologis
Para ilmuwan menduga bahwa terdapat ketidaknormalan dalam mekanisme otak yang
mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita bulimia, kemungkinan besar terkait dengan
serotonin kimiawi otak yang berperan dalam pengaturan mood dan nafsu makan. Gangguan
makan cenderung menurun dalam keluarga, yang terkait dengan komponen genetis. Dalam
pandangan model diatesis-stres, diduga predisposisi genetis yang melibatkan disfungsi
aktivitas neurotransmiter berinteraksi dengan faktor keluarga, sosial, budaya, dan tekanan
lingkungan dalam menyebabkan berkembangnya gangguan makan.
PENANGANAN ANOREXIA DAN BULIMIA NERVOSA

Penderita dapat dirawat di rumah sakit, ditempatkan dalam ruangan dengan
pengawasan terus-menerus. Terapi perilaku juga bisa digunakan, dengan sasaran membuat
penderita mematuhi aturan dari jadwal makan. Biasanya penguatan yang digunakan
mencakup tempat istimewa dan kesempatan sosial. Terapi Psikodinamika terkadang
dikombinasikan dengan terapi perilaku untuk menggali lebih dalam konflik psikologis yang
ada. Terapi Keluarga juga dapat digunakan untuk membantu mengatasi konflik keluarga
yang mendasari. Terapi Kognitif-Behavioral (CBT) berguna dalam membantu penderita
bulimia untuk mengatasi pikiran dan keyakinan yang self-defeating, seperti pemikiran yang
tidak realistis dan perfeksionis mengenai diet dan berat badan. Untuk menghilangkan
kebiasaan memaksa diri memuntahkan makanan, terapis dapat menggunakan teknik
pemaparan terhadap pencegahan respons yang dikembangkan untuk penanganan gangguan
obsesif-kompulsif. Terapi interpersonal menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal
dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan
kebiasaan dan sikap makan yang lebih sehat. Obat antidepresan juga memberikan manfaat
terapeutik dalam menangani bulimia.
GANGGUAN MAKAN BERLEBIHAN
Binge-eating disorder (BED) menunjukkan pola makan secara berlebihan berulang kali
tetapi tidak mengeluarkan makanan tersebut sesudahnya. Makan berlebihan ini setidaknya
terjadi 2 hari dalam seminggu selama 3 bulan. BED lebih umum ditemukan di antara individu
yang mengalami obesitas. BED mempengaruhi 2% dari populasi. Sering kali diasosiasikan
dengan depresi dan usaha yang gagal dalam menurunkan berat badan. Orang BED cendrung
berusia lebih tua daripada penderita anoreksia dan bulimia, dan lebih banyak ditemukan pada
wanita. Teknik kognitif-behavioral telah menunjukkan efek positif dalam menangani BED.
OBESITAS
Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan lemak tubuh, biasanya ditentiukan oleh
IMT di atas 30. Dihitung dengan membagi berat badan (dalam kg) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter). Sekitar 1 dari 3 anak-anak mengalami obesitas. Obesitas digolongkan
sebagai gangguan medis kronis, bukan gangguan psikologis. Obesitas juga merupakan faktor
resiko terbesar untuk penyakit kronis yang secara potensial membahayakan jiwa seperti sakit
jantung, diabetes, dan beberapa bentuk dari kanker. Obesitas melibatkan faktor psikologis
pada perkembangan dan penangannya. Adapun penyebab obesitas yaitu :
Faktor Genetis

Faktor genetis dan lingkungan sama-berpengaruh pada obesitas
Faktor metabolisme
Ketika kita kehilangan berat badan, terutama dalam jumlah yang signifikan, tubuh
bereaksi seakan-akan kelaparan. Tubuh merespons penurunan berat badan dengan
memperlambat tingkat metabolisme. Hal ini mempersulit penurunan berat badan lebih lanjut
atau sekedar mempertahankan penurunan berat badan.
Sel Lemak
Orang-orang obesitas memiliki lebih banyak sel lemak. Orang yang memiliki lebih
banyak jaringan lemak mengirimkan lebih banyak sinyal pengosongan lemak keotak,
sehingga mereka lebih cepat merasa membutuhkan makanan.
Faktor Pola Hidup
Orang-orang obesitas biasanya secara fisik kurang aktif. Mereka menetapkan pola
makan tinggi lemak dan makan dalam porsi besar.
Faktor Psikologis
Teoretikus psikodinamika yakin bahwa orang-orang yang pada tahap oral terfiksasi
oleh konflik ketergantungan dan kemandirian, cenderung akan mengatasi stress dengan
aktivitas oral yang berlebihan seperti makan berlebihan. Rendahnya self-esteem, kurangnya
self-efficacy, konflik keluarga, dan emosi negatif juga merupakan mempengaruhi obesitas.
Faktor Sosio-ekonomi
Obesitas lebih umum terjadi di kalangan orang-orang dari tingkat sosio-ekonomi
rendah.
Akulturasi
Meskipun akulturasi dapat menolong orang-orang imigran untuk beradaptasi dengan
baik dalam budaya baru, hal ini juga dapat menjatuhkan jika melibatkan penerapan diet yang
tidak sehat dari budaya baru ini.
Faktor Metabolisme
Faktor bilogis, seperti perbedaan genetis dalam tingkat metabolisme, juga dapat
berperan dalam memunculkan obesitas. Persoalan dengan terapi obat adalah manajemen
pengaturan berat badan untuk jangka panjang melibatkan perubahan gaya hidup dalam pola
makan dan olahraga. Orang-orang obesitas dapat mengontrol berat badan mereka dalam
batas-batas tertentu dengan melakukan diet yang tepat, meningkatkan level aktivitas dan
olahraga, serta melakukan perubahan kebiasaan makan. Program modifikasi perilaku
berfokus pada membantu individu mengubah kebiasaan makan yang salah dengan mengubah
anteseden dari makan dengan melibatkan pengubahan lingkungan sehingga orang tidak terusmenerus menerima isyarat yang berhubungan dengan makanan, perilaku makan itu sendiri,
dan konsekuensi dari makan berlebihan. Orang obesitas memerlukan komitmen jangka
panjang untuk mengikuti diet yang tepat dan olahraga yang teratur.
GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur merupakan masalah yang berhubungan dengan tidur yang berulang kali
dan terus ada yang menyebabkan distress atau hendaya untuk berfungsi dengan baik. Orang
dengan gangguan tidur biasanya menghabiskan beberapa malam di pusat tidur, di mana
mereka dihubungkan dengan kabel kealat-alat yang mencatat respons fisiologis mereka
selama tidur atau berusaha untuk tidur, tingkat jantung dan pernafasan, dan seterusnya.
Evaluasi ini disebut pencatatan polisomnografik (PSG). DSM mengelompokkan gangguan
tidur dalam 2 kategori utama, yaitu :
Dissomnia

Adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik terganggunya jumlah, kualitas, atau
waktu tidur. Lima tipe khusus disomnia yaitu :
a) Insomnia
Insomnia ditandai dengan kesulitan untuk tertidur, tetap tidur, atau mencapai tidur yang
restoratif. Insomnia yang tidak normal adalah insomnia yang terus ada dan memiliki
karakteristik kesulitan berulang-ulang untuk tidur atau tetap tidur. Insomnia primer
merupakan insomnia kronis dalam jangka waktu sebulan atau lebih yang tidak disebabkan
oleh gangguan fisik atau psikologis, atau oleh efek obat atau pengobatan.
b) Hipersomnia
Yaitu sebuah pola munculnya rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari.
Hipersomnia primer merupakan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari yang
berlangsung sampai sebulan atau lebih. Dapat berbentuk kesulitan untuk bangun setelah
periode tidur yang panjang, atau ada episode tidur siang yang muncul setiap hari dalam
bentuk yang diharapkan ataupun tidak.
c) Narkolepsi
Merupakan gangguan tidur yang memiliki ciri episode tidur yang tidak dapat dielakkan
dan terjadi secara tiba-tiba. Diagnosis diberikan ketika serangan tidur muncul setiap hari
selama periode 3 bulan atau lebih dan dikombinasikan dengan kehadiran salah satu atau
kedua kondisi berikut :
 Cataplexy (kehilangan kontrol secara mendadak), biasanya disebabkan oleh reaksi emosional
yang kuat;
 Gangguan tidur REM dalam tahap transisi antara sadar dan tidur;
 Gngguan tidur yang terkait dengan pernapasan yaitu terganggunya tidur secara berulang kali
karena kesulitan bernapas;
 Gangguan tidur sirkadia; terganggunya siklus tidur-bangun internal karena perubahan waktu
pada pola tidur.
Parasomnia
Gangguan yang terjadi baik saat tidur maupun saat ambang batas antara tidur dan
terjaga.
a) Gangguan Mimpi Buruk
Berulang kali terbangun karena mengalami mimpi buruk.
b) Gangguan Teror Dalam Tidur
Berulang kali mengalami terror saat tidur yang menyebabkan terjaga secara tiba-tiba.
c) Gangguan Berjalan Sambil Tidur
Berulang kali mengalami episode berjalan sambil tidur.
Penanganan yang disarankan untuk menangani masalah gangguan tidur, adalah sebagai
berikut :
Pendekatan Biologis
Terapi obat dapat digunakan untuk penyembuhan jangka pendek bagi insomnia dan
untuk mengatasi gangguan tidur lelap, narkolepsi, dan tidur apnea. Pembedahan atau alat
bantu mekanik dapat digunakan untuk membuka jalan udara pada pasien apnea.
Pendekatan Psikologis
Terapi Kognitif-Behavioral membantu seseorang untuk mengubah kebiasaan tidur
yang tidak sehat. CBT dapat digunakan untuk mengubah kebiasaan tidur yang maladaptif dan
pemikiran atau keyakinan yang disfungsional mengenai tidur.