Hedonisme dan materialisme beranak pinak (1)
NAMA
ALAMAT
NO TELP
PEKERJAAN
: DANI NURCHOLIS
: JL. PASOPATI 67 PERUMDIS MARINR KARANG PILANG SBY
: 081553323822, EMAIL: [email protected], [email protected]
: MAHASISWA TARBIYAH KEPENDIDIKAN ISLAM
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Hedonisme dan materialisme beranak pinak, seperti halnya virus penyebaranya sangat pesat
di berbagai kalangan pelajar indonesia, perilaku – perilaku materialistik dan berlomba pada
kemewah – mewahan membuat, para pemuda negeri ini khususnya para pelajar berlomba
bukan mencari prestasi namun lebih fokus pada gaya hedonismenya yang hanya mencari
sebuah kesenangan duniawi, semua diukur dengan materi yang akan membawa rasa bangga
dan kesenangan dunia. Tak jarang untuk mendapatkanya mereka rela menghalalkan segala
cara, termasuk melupakan nilai – nilai yang ada pada agama dan lingkungan semua hanya
untuk memenuhi tuntutan gaya hidup yang serba wah,,, gaya hidup seperti ini tak jarang
membuat mereka lupa apa tugas mereka sebagai pelajar yang seharusnya berlomba meraih
prestasi bukan berlomba dalam bermewah – mewahan. Tentunya hal seperti ini harus ada
pengontrol untuk mengimbangi gerak penyebaran virus berbahaya yang dapat menurunkan
prestasi kaum pelajar tanah air, karena main set mereka yang telah terbentuk sedemikian itu.
Apa pengontrol itu? Yang pertama tentunya orang tua yang menjadi sarana pertama anak
dalam bersosialisasi, dan keluarga seharusnya dapat mengontrol dan membimbing putra –
putrinya kedalam gaya hidup sederhana dengan semangat belajar yang tinggi. Yang kedua
adalah sekolah yang menjadi tempat kedua, anak – anak bersosialisasi disini peran guru tak
dapat lagi di pungkiri, bahwa guru menjadi control anak didiknya bukan hanya soal materi
pelajaran namun bimbingan konseling dan keagamaan harus bekerja ekstra guna membentuk
anak didik yang mampu bertahan di derasnya arun moderenisasi global, faktor terakhir adalah
lingkungan dimana individu beraktivitas, lingkungan yang serba “wah” dapat membuat anak
didik terpengaruh untuk mengikutinya, lagi – lagi orang tua mempunyaiperanan penting
dalam hal ini dalam mengawasi putra – putrinya dalam bergaul dengan lingkungan sekitar.
Jika ketiga kontrol tadi dapat berjalan dengan baik maka, akan terbentuk pribadi yang
bersahaja dan mempunyai prestasi akademik, bukan otoriter atau takut akan kemajuan zaman
tetapi mengontrol sebuah keselarasan hidup yang tidak hanya diukur dengan gaya hidup
mewah yang melupakan pentingnya perilaku yang sederhana, bersahaja dan prestasi yang
serba wah....
ALAMAT
NO TELP
PEKERJAAN
: DANI NURCHOLIS
: JL. PASOPATI 67 PERUMDIS MARINR KARANG PILANG SBY
: 081553323822, EMAIL: [email protected], [email protected]
: MAHASISWA TARBIYAH KEPENDIDIKAN ISLAM
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Hedonisme dan materialisme beranak pinak, seperti halnya virus penyebaranya sangat pesat
di berbagai kalangan pelajar indonesia, perilaku – perilaku materialistik dan berlomba pada
kemewah – mewahan membuat, para pemuda negeri ini khususnya para pelajar berlomba
bukan mencari prestasi namun lebih fokus pada gaya hedonismenya yang hanya mencari
sebuah kesenangan duniawi, semua diukur dengan materi yang akan membawa rasa bangga
dan kesenangan dunia. Tak jarang untuk mendapatkanya mereka rela menghalalkan segala
cara, termasuk melupakan nilai – nilai yang ada pada agama dan lingkungan semua hanya
untuk memenuhi tuntutan gaya hidup yang serba wah,,, gaya hidup seperti ini tak jarang
membuat mereka lupa apa tugas mereka sebagai pelajar yang seharusnya berlomba meraih
prestasi bukan berlomba dalam bermewah – mewahan. Tentunya hal seperti ini harus ada
pengontrol untuk mengimbangi gerak penyebaran virus berbahaya yang dapat menurunkan
prestasi kaum pelajar tanah air, karena main set mereka yang telah terbentuk sedemikian itu.
Apa pengontrol itu? Yang pertama tentunya orang tua yang menjadi sarana pertama anak
dalam bersosialisasi, dan keluarga seharusnya dapat mengontrol dan membimbing putra –
putrinya kedalam gaya hidup sederhana dengan semangat belajar yang tinggi. Yang kedua
adalah sekolah yang menjadi tempat kedua, anak – anak bersosialisasi disini peran guru tak
dapat lagi di pungkiri, bahwa guru menjadi control anak didiknya bukan hanya soal materi
pelajaran namun bimbingan konseling dan keagamaan harus bekerja ekstra guna membentuk
anak didik yang mampu bertahan di derasnya arun moderenisasi global, faktor terakhir adalah
lingkungan dimana individu beraktivitas, lingkungan yang serba “wah” dapat membuat anak
didik terpengaruh untuk mengikutinya, lagi – lagi orang tua mempunyaiperanan penting
dalam hal ini dalam mengawasi putra – putrinya dalam bergaul dengan lingkungan sekitar.
Jika ketiga kontrol tadi dapat berjalan dengan baik maka, akan terbentuk pribadi yang
bersahaja dan mempunyai prestasi akademik, bukan otoriter atau takut akan kemajuan zaman
tetapi mengontrol sebuah keselarasan hidup yang tidak hanya diukur dengan gaya hidup
mewah yang melupakan pentingnya perilaku yang sederhana, bersahaja dan prestasi yang
serba wah....