PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BUKU ILMU PENGETAHUAN BERDASARKAN PASAL 25 UU NO. 17 TAHUN 2006 Jo SKMENKEU No. 103KMK.042007

PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR
BUKU ILMU PENGETAHUAN
BERDASARKAN PASAL 25 UU NO. 17 TAHUN 2006
Jo SKMENKEU No. 103/KMK.04/2007
Meiti Asmorowati
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Hukum Bandung
Email : meiti_asmorowati@qmail.com
Abstract

Based on article 28 paragraph (1) of 1945 Constitution, every citizen should obtain equal
education. Therefore, the government has given facilities to make people obtain equal
education; giving facility through free duty of imported scientific books. All scientific books
can be objects of free duty of imported books, except scientific books written in Indonesian.
Those books are the books which aim at improving sciences in the framework of educating
nation lives. Furthermore, goods, materials for the need of research and development of
science as well as carrying out a research with the aim of improving the scientific level. Free
duty of imported books can be proposed by tax subjects of free duty of imported books such as
institution, and university.
Keywords: scientific books, objects and subjects of free duties.
A. Pendahuluan
Dalam pelaksanaan pembangunan

nasional telah menghasilkan
p e rke m b a n ga n ya n g p e s a t d a l a m
kehidupan nasional, khususnya di bidang
perekonomian, dan pendidikan.
Dalam upaya untuk selalu menjaga
agar perkembangan seperti tersebut di
atas maka perlu dilakukan kebijaksanaan
pembangunan nasional.
Pembangunan dapat dilihat dalam
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025,
menyebutkan bahwa:
“Pembangunan nasional adalah
rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi
1

2


seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.”
Pembangunan merupakan suatu
proses tindakan baik dari pemerintah
maupun dari pihak swasta yang meliputi
segala segi kehidupan dan penghidupan
penduduk, sehingga segala kebutuhan
terpenuhi, yang meningkatkan
kesejahteraannya sesuai dengan
perkembangan ilmu teknologi dan teknik
yang semakin maju. 1 Pembangunan
bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup
dan kesejahteraan rakyat . 2 Untuk
meningkatkan taraf hidup dan

Rochmat Soemitro, Pajak dan Pembangunan, Eresco, Bandung, 1988, hlm. 2.

Otto Soemarwoto, Ekologi dan Pembangunan Lingkungan Hidup, Djambatan, Jakarta, 1985, hlm. 158.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

521

kesejahteraan rakyat dapat dilakukan
dengan meningkatkan ilmu pengetahuan
melalui pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 28 Ayat (1) C
Amandemen UUD 1945 yang menyatakan:
“Setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.”
Untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan, berusaha untuk
mendapatkan dengan berbagai cara,
termasuk bentuk-bentuk dan praktik
penyelenggaraan kegiatan perdagangan
internasional.
Agar lebih dapat diciptakan kepastian
hukum dan kemudahan administrasi bagi
bentuk-bentuk dan praktik
penyelenggaraan kegiatan perdagangan
internasional yang terus berkembang serta
dalam rangka antisipasi atas globalisasi
ekonomi dan pendidikan, diperlukan
pembaruan peraturan-peraturan lebih
lanjut. Pembaruan-pembaruan peraturan
tersebut diharapkan akan mempermudah
untuk mendapatkan buku ilmu
pengetahuan. Kemudahan-kemudahan
dapat kita lihat diberikan kepada investor
yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Kemudahan tersebut berupa pemberian

fasilitas-fasilitas, berupa fasilitas PPH
melalui pengurangan penghasilan neto;
pembebasan atau keringanan bea masuk
impor barang modal yang belum bisa
diproduksi di dalam negeri; pembebasan
3

522

bea masuk bahan baku atau penolong
untuk keperluan produksi tertentu;
pembebasan atau penangguhan PPH atas
impor barang modal; penyusutan atau
amortisasi; keringanan PBB; pembebasan
atau pengurangan PPH badan; fasilitas hak
atas tanah; fasilitas pelayanan
keimigrasian; fasilitas perizinan impor.3
Pengaturan mengenai hal tersebut di
atas didasarkan pada Pasal 31A Syat (1) UU
No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan

Keempat UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.yang menyatakan:
“Kepada Wajib Pajak yang melakukan
penanaman modal di bidang-bidang
usaha tertentu dan/atau di daerahdaerah tertentu yang mendapat
prioritas tinggi dalam skala nasional
dapat diberikan fasilitas perpajakan
dalam bentuk:pengurangan
penghasilan neto paling tinggi 30%
(tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman yang dilakukan;
penyusutan dan amortisasi yang
dipercepat; kompensasi kerugian yang
lebih lama, tetapi tidak3 lebih dari 10
(sepuluh) tahun; dan pengenaan Pajak
Penghasilan atas dividen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 sebesar 10%
(sepuluh persen), kecuali apabila tarif
menurut perjanjian perpajakan yang
berlaku menetapkan lebih rendah.”

Pemberian kemudahan-kemudahan
juga diberikan kepada perguruan tinggi,
lembaga atau badan yang memerlukan
buku-buku dari luar negeri dengan
mendapatkan pembebasan bea masuk atas
impor buku.
Pemberian kemudahan-kemudahan

Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi Di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 269.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

atau fasilitas-fasilitas sesuai dengan fungsi
dari pajak itu sendiri yaitu fungsi mengatur
atau regurelend selain fungsi budgetair.
Fungsi budgetair yaitu memasukan uang
sebanyak-banyaknya ke kas negara. Fungsi
pajak yang mengatur yaitu fungsi sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan tertentu
di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Dengan instrumen pajak, sektor ekonomi
tertentu dapat digerakkan lebih cepat lagi
dan daerah-daerah tertentu dapat
dikembangkan lebih cepat, sehingga
diharapkan keseimbangan antar sektor
ekonomi, daerah dan keamanan dapat
terjadi secara sehat.4
Berdasarkan uraian di atas penulis
akan membahas tentang buku ilmu
pengetahuan yang didapat dengan
mendapatkan kemudahan antara lain
dengan mendapatkan pembebasan bea
masuk atas impor buku. Adapun judul
penulisan ini yaitu:
”PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS
IMPOR BUKU ILMU PENGETAHUAN
BERDASARKAN PASAL 25 UU NO. 17
TAHUN 2006 JO SKMENKEU NO.
103/KMK.04/2007.”
Pembahasan dari penulisan ini dibatasi

dengan membahas, objek apakah dan
subjek siapakah yang mendapatkan
pembebasan bea masuk atas impor buku?
Dan bagaimanakah caranya dan syarat
untuk mendapatkan pembebasan bea
masuk atas impor buku ilmu pengetahuan?
B. Pembahasan
1. Objek dan Subjek Pembebasan Bea
Masuk Atas Impor Buku
Dengan adanya Pasal 25 UU No. 10
4

Tahun 1995 tentang Kepabeanan Jo UU No.
17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No.
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
tersebut,pemerintah perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Buku
Ilmu Pengetahuan. Untuk itu diterbitkan
Peraturan Menteri Keuangan RI No.

103/KMK.04/2007 tentang Pembebasan
Bea Masuk Atas Impor Buku Ilmu
Pengetahuan dan Keputusan Menteri
Keuangan republik indonesia no.
143/KMK.05/1997 tentang Pembebasan
Bea Masuk dan Cukai atas Impor Barang
U n t u k Ke p e r l u a n Pe n e l i t i a n d a n
Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Jadi
peraturan yang mengatur tentang
pembebasan bea masuk atas impor buku
ilmu pengetahuan yaitu: Pasal 25 UU No.
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Jo UU
No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU
N o . 1 0 Ta h u n 1 9 9 5 t e n t a n g
Kepabeanan;Peraturan Menteri Keuangan
RI No. 103/KMK.04/2007 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Buku
Ilmu Pengetahuan;Keputusan Menteri
Keuangan republik indonesia No.
143/KMK.05/1997 tentang Pembebasan

Bea Masuk dan Cukai atas Impor Barang
U n t u k Ke p e r l u a n Pe n e l i t i a n d a n
Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Pasal 25 Undang-Undang No.17 Tahun
2006 berbunyi:
(1) Pembebasan bea masuk diberikan atas
impor:Barang perwakilan negara asing
beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asal timbal balik;
Barang untuk keperluan badan
Internasional beserta pejabat yang

Wirawan B Ilyas dan Rudi Suhartono, 2011, Hukum Pajak Material 1, Seri Pajak Penghasilan, Salemba Humanika,
Jakarta, hlm. 1.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

523

bertugas di Indonesia; Buku ilmu
pengetahuan; Barang kiriman
hadiah/hibah untuk keperluan ibadah
untuk umum, amal, sosial, kebudayaan
atau untuk kepentingan penanggulangan
bencana alam; Barang untuk keperluan
museum, kebun binatang, dan tempat
semacam itu yang terbuka untuk umum
serta barang untuk konservasi
alam;Barang untuk keperluan penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan;
Barang untuk keperluan khusus kaum
tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
Persenjataan, amunisi, perlengkapan
militer dan kepolisian, termasuk suku
cadang yang diperuntukan bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;Barang
dan bahan yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara;Barang
contoh yang tidak untuk
diperdagangkan;Peti atau kemasan lain
yang berisi jenazah atau abu jenazah;
Barang pindahan; Barang pribadi
penumpang, awak sarana pengangkut,
pelintas batas, dan barang kiriman sampai
batas nilai pabean dan/atau jumlah
tertentu;
Obat-obatan yang diimpor
dengan menggunakan anggaran
pemerintah yang diperuntukkan bagi
kepentingan masyarakat; Barang yang
te l o a h d i e ks p o r u n t u k ke p e rl u a n
perbaikan, pengerjaan, dan pengujian;
Barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama
dengan kualitas pada saat diekspor; Bahan
terapi manusia, pengelompokan darah,
dan bahan penjenisan jaringan.
5

6

7

524

Berdasarkan pasal tersebut di atas
terdapat barang-barang yang
mendapatkan pembebasan bea masuk
atau yang menjadi objek pembebasan bea
masuk. Pembahasan dalam penulisan ini
yaitu pembebasan dalam Pasal 25 yaitu
pembebasan untuk buku ilmu
pengetahuan dan barang untuk keperluan
penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Bea adalah pajak yang dipungut atas
keluar masuknya daerah pabean.5 Bea
berbeda dengan pajak karena pajak
menurut S.I.Djajadiningrat adalah sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian
daripada kekayaan kepada negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,
menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari
negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan umum.6Tetapi meskipun
berbeda keduanya mempunyai kesamaan,
pajak-pajak bea dan cukai merupakan
peralihan kekayaan dari sektor swasta ke
sektor pemerintah, yang diharuskan oleh
undang-undang dan dapat dipaksa, dengan
tidak mendapat jasa timbal
(tegenprestatie) yang langsung dapat
ditunjuk, untuk membiayai pengeluaranpengeluaran negara.7 Selain itu
persamaannya bahwa berbagai jenis pajak,
bea masuk, bea keluar dan cukai
merupakan sumber-sumber penerimaan
negara. Selain itu sumber-sumber
penerimaan negara yaitu:

Rochmat Soemitro, Pajak Pertambahan Nilai, PT Eresco, Bandung , 1986, hlm. 5.
Munawir, Perpajakan, Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm. 5.
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 12

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

a.

b.

c.
d.

8

9

Perusahaan-perusahaan negara, baik
yang bersifat monopoli, umpamanya
perusahaan-perusahaan postel,
perusahaan telkom, garam, soda,
pabrik-pabrik gas dan listrik yang
tarifnya sangat disesuaikan dengan
kebutuhan umum, sehingga tidak
semata-mata mengenai keuntungan
saja, maupun yang tidak bersifat
monopoli seperti pabrik-pabrik,
tambang-tambang, onderneming­
onderneming dsb;
Barang-barang milik pemerintah atau
yang dikuasai pemerintah, dalam
hubungan ini disebutkan tanah-tanah
yang dikuasai emerintah yang
diusahakan untuk mendapatkan
penghasilan, saham-saham yang
dipegang negara dsb.
Denda-denda dan perampasanperampasan untuk kepentingan
umum;
Hak-hak waris atas harta peninggalan
terlantar.Jika terhadap suatu warisan
atau harta peninggalan lain, tidak ada
orang datang yang menyatakan dirinya
berhak atas harta tersebut, atau jika
semua waris menolak warisan ybs,
maka di Indonesia harta peninggalan
ini dianggap terlantar, dan Balai Harta
Peninggalan (BHP) wajib mengurus
dan mengumumkannya.Dan jika
setelah lampau waktu 3 Tahun masih
juga tetap belum ada ahli waris yang
muncul, maka Balai Harta Peninggalan
(BHP) tadi wajib menyelesaikan
urusannya, dalam hal masih ada
kelebihan, harta dan kekayaan ini

menjadi milik negara;
5. Hibah- hibah wasiat dan hibahan
lainnya.Yang dimaksud dengan
hibahan-hibahan adalah antara lain
sumbangan-sumbangan dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).8
Daerah pabean adalah wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara di atasnya,
serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang di dalamnya berlaku Undang-Undang
No. 17 Tahun 2006.
Kepabeanan yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengawasan atas
lalu lintas barang yang masuk atau keluar
daerah pabean serta pemungutan bea
masuk dan bea keluar. Sedangkan bea
masuk adalah pungutan negara
berdasarkan Undang-Undang No. 17
Tahun 2006 yang dikenakan terhadap
barang yang di impor.Impor adalah
kegiatan memasukan barang ke dalam
daerah pabean.Pasal 1 Undang-Undang
No. 17 Tahun 2006. Bea masuk ialah bea
yang dipungut dari jumlah harga barang
yang dimasukkan ke daerah pabean
dengan maksud untuk dipakai, dan
dikenakan bea menurut tarif tertentu, yang
penyelenggaraannya diatur dan
ditetapkan dengan undang-undang dan
keputusan Menteri Keuangan.9
Daerah pabean adalah wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan dan ruang udara di atasnya,
serta tempat-tempat tertentu di Zona
Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang di dalamnya berlaku Undang-Undang

Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung, 1987, hlm.9.
Rochmat Soemitro, Pajak Pertambahan Nilai, PT Eresco, Bandung , 1986, hlm. 5.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

525

ini.10 Barang yang dimasukkan ke dalam
daerah pabean diperlakukan sebagai
barang impor dan terutang bea masuk.11
Objek pembebasan bea masuk yaitu
semua impor buku:
a. Buku ilmu pengetahuan.
Buku Ilmu pengetahuan adalah bukubuku yang bertujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan
dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pasal 2 UndangUndang No. 17 Tahun 2006.
Buku yang menggunakan Bahasa
Indonesia tidak mendapatkan
pembebasan.Buku tersebut barang
kiriman hadiah/hibah untuk
keperluan ibadah untuk umum, amal,
sosial, kebudayaan atau untuk
kepentingan penanggulangan bencana
alam.
b. Barang Untuk Keperluan Penelitian
dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Barang Untuk Keperluan
Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan adalah barang yang
benar benar digunakan untuk
m e m a j u ka n i l m u p e n g e t a h u a n
termasuk untuk penyelenggaraan
penelitian dengan tujuan untuk
mempertinggi tingkat ilmu
pengetahuan yang ada.
Buku ilmu pengetahuan terdiri
d a r i : B u ku i l m u p e n g e t a h u a n d a n
teknologi; Buku pelajaran umum; Kitab
suci; Buku pelajaran agama; dan Buku ilmu
pengetahuan lainnya.
Tidak semua buku ilmu pengetahuan
dapat dijadikan objek pembebasan bea
10

11

12

526

masuk, karena ada ilmu pengetahuan yang
tidak dapat menjadi objek pembebasan
bea masuk buku. Pengecualiaan objek
pembebasan bea masuk yaitu: buku
hiburan; roman pop; buku sulap, iklan;
buku promosi usaha; katalog; buku
karikatur, horoskop, horor, komik; buku
reproduksi lukisan. Pasal 3 UndangUndang No. 17 Tahun 2006.
Pembebasan bea masuk buku dapat
diajukan oleh subjek pajak. Subjek pajak
yaitu Subjek pajak adalah orang, badan
atau kesatuan lainnya yang memenuhi
syarat-syarat subjek, yaitu yang bertempat
tinggal atau berkedudukan di Indonesia.12
Pembebasan masuk atau subjek
pembebasan bea masuk buku yaitu
Perguruan Tinggi, Lembaga dan Badan.
Ada beberapa badan dan lembaga yang
mendapat pembebasan bea masuk buku
yang ditentukan dalam Peraturan Menkeu
No. 51/PMK.04/2007. Nama-nama
lembaga atau badan yang mendapatkan
pembebasanimpor barang untuk
keperluan ilmu pengetahuan.

2. P r o s e s D a n S y a r a t U n t u k
Mendapatkan Pembebasan Bea
Masuk Atas Impor Buku Ilmu
Pengetahuan
Untuk memperoleh pembebasan bea
masuk atas impor buku ilmu pengetahuan,
ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh
oleh perguruan tinggi, lembaga atau
badan. Tahapan-tahapan tersebut:
a. Pertama-tama pemohon sebagai
subjek dari pembebasan bea masuk
atas impor buku yaitu Perguruan

Pasal 1 Undang Undang No. 17 Tahun 2006
Pasal 2 Undang-Undang No. 17 Tahun 2006
Rochmat Soemitro dan Dewi Kania, 2004, Asas Dan Dasar Perpajakan Jilid 1, Refika Aditama, Bandung, hlm 78.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

b.

c.

d.

13

Tinggi, Lembaga dan Badan harus
mengajukan surat permohonan
pembebasan bea masuk atas impor
buku;
Surat permohonan tersebut sudah
disediakan dan dapat diambil dari
Kantor Pelayanan Pajak Bea dan Cukai
(KPPBC) di tempat perguruan tinggi,
lembaga dan badan kerkedudukan;
Surat permohonan pembebasan bea
masukatas impor buku diajukan
sebelum barang impor tiba di kawasan
pabean. Kawasan pabean adalah
kawasan dengan batas-batas tertentu
di pelabuhan laut, bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkan untuk lalu
lintas barang yang sepenuhnya berada
di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai;
Surat permohonan pembebasan bea
masuk atas impor buku ditujukan
kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal bea dan cukai, yaitu
Kantor Pelayanan Pajak Bea dan Cukai
(KPPBC) di tempat kedudukan
perguruan tinggi, lembaga atau badan.
Kantor Pelayanan Pajak Bea dan Cukai
(KPPBC) yaitu kantor bea cukai dalam
lingkungan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai tempat dipenuhinya
kewajiban pabean. Kedudukan Kantor
Pelayanan Pajak bea dan Cukai
terdapat disetiap propinsi. Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur
pelaksana tugas pokok dan fungsi
Departemen Keuangan di bidang
kepabeanan dan cukai. Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai mempunyai
tugas merumuskan serta

e.

f.

melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang
kepabeanan dan cukai sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam operasionalnya, Ditjen
Bea dan Cukai mengemban misi
mengatur pola dan memperlancar
arus lalu-lintas barang impor yang
dapat mendorong peningkatan ekspor,
pengembangan industri dalam negeri
dan menciptakan lapangan kerja, serta
tugas-tugas pengawasan dan
pengamanan terhadap kemungkinan
adanya penyalahgunaan di bidang
impor/ekspor yang merugikan
negara, baik dari segi penerimaan
fiskal maupun yang merugikan
kepentingan di bidang ekonomi, sosial,
budaya dan hankam.13
Surat permohonan pembebasan bea
masuk atas impor buku harus
dilampiri dengan:
Surat yang berisi rincian jenis,
judul buku, jumlah dan perkiraan
nilai pabean; dan surat tersebut
harus disahkan oleh pimpinan
perguruan tinggi, lembaga, atau
badan yang bersangkutan;
Surat rekomendasi dari
Departemen Pendidikan Nasional
atau Departemen Agama;
Kedua surat tersebut sudah
disediakan oleh KPPBC .
Setelah surat permohonan diproses,
Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas
nama Menteri Keuangan dapat
memberikan jawaban:

http://beacukai.bandung.go.id Tanggal 22 Oktober 2011

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

527

-

-

-

-

Dalam hal permohonan
pembebasan bea masuk disetujui,
Direktur Jenderal bea dan cukai
atas nama Menteri menerbitkan
Surat Keputusan Pembebasan
(SKEP) bea masuk, yang memuat
memuat rincian jumlah, jenis dan
perkiraan nilai pabean serta
penunjukan pelabuhan tempat
pembongkaran;
Dalam hal permohonan
pembebasan bea masuk ditolak,
Direktur Jenderal bea dan cukai
atas nama Menteri keuangan
membuat surat pemberitahuan
penolakan permohonan kepada
importir dengan menyebutkan
alasan penolakan;
Apabila pada saat pengimporan
barang yang diimpor tidak sesuai
dengan jumlah, jenis, dan/atau
spesifikasi barang yang tercantum
dalam keputusan pembebasan bea
masuk, maka atas perbedaannya
dipungut bea masuk;
Setelah mendapat Surat
Keputusan Pembebasan (SKEP)
bea masuk, perguruan tinggi
lembaga dan badan tersebut tetap
harus menyelesaikan impor
barang sesuai
p r o s e d u r,
berdasarkan UU No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan Jo UU
No. 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan UU No. 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan.14

B. Penutup
a. Objek dari pembebasan bea masuk
14

528

b.

b u k u ya i t u s e m u a b u k u i l m u
pengetahuan, kecuali yang berbahasa
Indonesia. Buku ilmu pengetahuan
yaitu buku-buku yang bertujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan
dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dapat berupa Buku
ilmu pengetahuan dan teknologi; Buku
pelajaran umum; Kitab suci; Buku
pelajaran agama; dan Buku ilmu
pengetahuan lainnya. Kecuali buku
hiburan; roman pop; Buku sulap, iklan;
Buku promosi usaha;Katalog; Buku
k a r i k a t u r, h o r o s k o p , h o r o r,
komik;Buku reproduksi lukisan.
Sedangkan subjeknya yaitu lembaga,
perguruan tinggi dan badan.
Proses untuk mendapatkan
pembebasan bea masuk buku ilmu
pengetahuan dimulai dengan
membuat surat permohonan oleh
lembaga, perguruan tinggi yang
ditujukan kepada Menteri Keuangan
melalui Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, juga harus dilampiri dengan
syarat-syarat berupa surat yang harus
disahkan oleh pimpinan lembaga,
instansi atau badan dan surat
rekomendasi dari Dikti atau Depag,
apabila disetuju maka akan
d i k e l u a r k a n S u r a t Ke p u t u s a n
Pembebasan (SKEP) bea masuk buku.

Saran:
a. Diharapkan kepada Direktur Jenderal
Bea dan Cukai dapat memberikan
pembebasan bea masuk buku ilmu
pengetahuan dengan memperluas
objek buku yang harus diimpor, sesuai

Sosialisasi, 20 Oktober 2011.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

b.

dengan manfaat dari pembebasan itu
sendiri yaitu meningkatkan ilmu
pengetahuan.
Diharapkan kepada Direktur Jenderal
Bea dan Cukai serta Direktur
Pendidikan Nasional memberikan
kemudahan-kemudahan dalam proses
dan syarat-syarat pengajuan
permohonan pembebasan bea masuk
buku.
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Bohari, 2006, Pengantar Hukum Pajak, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Munawir, 1997, Perpajakan, Liberty,
Yogyakarta.

Otto Soemarwoto, 1985, Ekologi dan
Pembangunan Lingkungan Hidup,
Djambatan, Jakarta.

Rochmat Soemitro, 1986, Pajak
Pertambahan Nilai, PT Eresco,
Bandung.

Rochmat Soemitro dan Dewi Kania, 2004,
Asas Dan Dasar Perpajakan Jilid 1,
Refika Aditama, Bandung.

Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum
Investasi Di Indonesia, Raja Grafindo,
Jakarta.

Santoso Brotodihardjo, 1987, Pengantar
Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama,
Bandung.

Wirawan B Ilyas dan Rudi Suhartono, 2011,
Hukum Pajak Material 1, Seri Pajak
Penghasilan, Salemba Humanika,
Jakarta.

Sumber lain:
Pasal 31A Undang-Undang No. 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat;

Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan;

Pasal 25 Undang-Undang No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan;

Undang-Undang No. 17 Tahun 2006
tentang Perubahan UU No. 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan;

Peraturan Menteri Keuangan RI No.
103/KMK.04/2007 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor
Buku Ilmu Pengetahuan;

Keputusan Menteri Keuangan republik
indonesia No. 143/KMK.05/1997
tentang Pembebasan Bea Masuk dan
Cukai atas Impor Barang Untuk
Keperluan Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan;

Peraturan Menteri Keuangan Republik
I n d o n e s i a
No. 51/PMK.04/2007perubahan
kedua atas Keputusan Menteri
K e u a n g a n
N o m o r
1 4 3 / K M K . 0 5 / 1 9 9 7 Te n t a n g
pembebasan bea masuk dan cukai
atas impor baranguntuk keperluan
penelitian dan pengembangan

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012

529

http://beacukai.bandung.go.id; Tanggal 22
Oktober 2011

Sosialisasi bersama Para Pimpinan
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta
Se-Bandung oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Kanwil Jawa Barat.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan
Bea dan Cukai.Type Madya Pabean
Bandung.Jalan Rumah Sakit No. 167
Bandung. Tanggal 20 Oktober 2011.

530

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012