Sang Paramartha Puji Santosa dan Akar Sa

rgrx 9Tt 16l

illllillllffi

ttt t

SANG PARAMARTTIA
Kumpulan Puisi
Penulis:
Puji Santosa
Pengantar Pembaca:
Drs. DhanuPriyo Frabowo, M.Hum.
lPeneliti Utama Bidang Sastra]

Catatan Frolog;
Dr. Yosephi Yapi Taum, M.F{um.
iDcsen Sastra Universitas Sarrata Dharn:a Yogyakarta]

Kata Fenuftip:
Dr. Sastri Sunarti Sweeney, M.Hum"
[Peneliti Sastra dan Redaktur Fforr'son Onlinel

Penerbit Azzagrafika
Jalan Seturan 2 No. 128 Caturtunggal, Depok, Sleman

Yogyakarta 02741-486466
Anggota IKAPI
Hak Pengarang Dilindungi" Undang-Undang
Rights Reserved

All

Cetakan Pertarna: Maret 2014
Hak Cipta adapada Penuiis

Dilindungi tlndang-Undang

PENGANTAR PEMBACA:
MEMASUKI KESEDERHANAAN
MEMAKNAI HIDUP BAHAGIA
Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.


Menulis puisi pada kenyataannya adalah menyampaikan
kirta-kata bijaksana yang dikemas dalam piiihan dan susunan
krrta yang menarik. Persoalan untuk menjadi menarik memang
rrrlatif ketika puisi itu sudah sampai di tengah pembacanya. Antolrryi puisi ini menarik untuk disimak karena bahasa yang diperlirrnakan sederhana dan cenderung lugas. Namun, dengan keser lt:rhanaan dan kelugasan puisi-puisi karya Puji Santosa itu justru
rrrcnjadi enak untuk disimak ketika mengungkapkan kata-kata
lrifak yang menjadi visinya.
Membaca kumpuian puisi karya truji Santosa ini rnengirrgatkan kita semua pada sebuah pivrulang 'ajaran tentang kerr:ndahan-hati yang periu dimiliki oleh manusia. Karya-karya yang
rliiuangkan di dalam antologi ini bersuasala ajakan yang trerisi
;rjaran supaya manusia dapat mengendaiikan diri.
truji Santosa yang diiahirkan dan dibesarkan di lfurgkungan
kcbuciayaan Jawa sangat kental mewartakan kearifan-kearifan
kcjawaan yang oleh orang Jawa sampai saat ini masih terus diacu
r lirn dipergunakan sebagai petuah luhur. Bahkan, ia berusaha untuk
rrrentransformasikan nilai-nilai luhur kejawaan itu ke dalam rnasyarakat Indonesia modern. Mungkin, upayanya (lewat antologi
ini) merupakan suatu usaha ideal orang Jawa yang telah melihat
lrerbagai hal tentang Indonesia. Namun, baginya membawa nilai
luhur kejawaan itu ke persada nusantara bukan merupakan ekspansi politis. Puji, begitu teman-temannya memanggilnya, sama

CATATAN PR.OLOG:


ruJr sAr{TosA DAr{

OBSESI

SANG FARAMARTHA
KIMBALI KE AIGR SASTRA INDONESIA
D

r.

Yo

seph

Yap

i Taum,

M. H um.1


Antologi puisi Puji Santosa yang belada di tangan pembaca
trri rrremiliki judul yang kaya makna, Sang Paramartha. Sang
llrnrmartha sebenarnya terdiri dari empat kumpulan sajak, yaitu
k
r
Jruian (1.) Mustika Dwipa yang berisi 20 buah puisi; (2) Sang
!\,trt;erah yang berisi 25 buah puisi; t3) Oh Dunia yang berisi 30
lrrrrrlr puisi; dan (a) SangNabi yang berisi 18 buah puisi.
Mengapa Sang Paramartha? Dalam sejarah sastra Budhis,
lcrsebutlah seorang bhiksu besar yang sangat berpengaruh,
:i.orang penerjernah karya-karya Budhisme Cin3, bernama Sang
l';rlamartha {499-569). Terlahir dengan nama KulanAtha dari keliriaan Maiwa di India bagian tengah, Sang Faramartha mula-mula
lrijrah ke Kera;'aan Funan kemudian mendarat di Cina melalui
( irrangdong dan menetap sampai meninggal di Cina. Paramartha
rrrlalah sebuah gelar kebesaran. Kata itu berasal dari dua kata
rlasar, yaitu paromo yang berarti 'paling tinggi', dan orffto yang
rrrtinya'rnakna atau nilai'. ]adi, Porornarffto berarti "rnakna atau
n ilai yang paling tinggi". Gelar ini diberikan karena dedikasi yang
lotal dan kecendekiaannya dalam menerjemahkan sfifra dan
srlstra Budhisme, antara Lain Golden Light Sutra (Skt. Suvornaprabhdsa Sfifro). Sang kramartha adalah representasi makna dan

nilai-nilai tertinggi.
rrrr

'

Dr. Yoseph Yapi Thum, M.Hum. adalah dosen sastra pada Program Studi
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
XI

Kumyu{an Puki

Dalam ajaran Budha, dikenal pula a;'aran Dasa Faramartha,
yaitu sepuluh macam a;'aran kerohanianyang dapat dipakai sebagai penuntun dalam tingkah iaku yang baik serta untuk mencapai
tujuan hidup yang tertinggi (Moksa). Dasa Faramartha ini terdiri

dari sepuluh niiai, yaitu: tapa,bratha, samadhi, senta, senfllate,
karuna, karuni, upeksa, mudhita, dan maitri. Ajaran&-romnrtha
berarti ajaran tentang nilai-nilai kesempurn aan {completedness) .
Judul antologi ini, Song Fc ram arth a, s erta-merta menggiring
pemhraca ke arah berbagai ajaran, panduan, atau pedoman nilai

untuk mencapai kesempurnaan dalarn hidup di dunia dan di
akhirat. Ferscalannya adalah, rnengapa penyail begitu terobsesi
:n enawarkan aja-ran-ajaran kesernpurnaan melaiui sastra? Apakah
sastra iiu? h{engapa seorang P,rji Santosa, peneiiti sastra senior
clari Badan Fengembangan dan Fem.binaan Bahasa yang telah tranyak menerbitkan kajian-kajian sastra, "turulr gunung" dengan
segudang ajarannya? lr.4engapa SongPoramarfna ini iahir di tahun
poLitik 2014, tepat sebelum gonjang-ganjing suksesi kepemimpinari nasianal bangsa indonesia? Apa sajakah bekal yang diperlukan pernbaca rnenikmati panorama puisi-puisi Puji Santosa?
Ulasan ini tidak berpretensi membahas atau memetakan semua nilai yang dikandung dalam puisi-puisi Fuji Santosa. Selain
saya tidak memiliki k-emampuan untuk ngun uri kabudayan lawi,
tidak pada tempatnyalah sebuah catatan prolog menggantikan
ti:gas kritik sastra. Tulisan ini hanya akan rnenyinggung permu:
kaan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk memancing
dislusi yang lebih rnendalam dan meluas.
Secaia umum, d,ikeiral A*lutti, bacaan sastra, yaitu tracaan
ringan (leisure rcadingJ dan bacaan yang berat fserious literature)'
Menghadapi puisi-puisi Puji Santosa, perlu ditambahkan sebuah

jenis bacaan lagi, yaitu bacaan yang menuntut keseriusan pembaca fffie rnost cornmitted of readersJ. Secara sepintas, susunan

xll


SANG PARA}IARTHA

1

rr r r r

ll

r

l

rr

i I \ j i Santosa terkesan ringan namun pemahamannya memr

lr

kan keseriusan yang mendalam dari pembaca. Perhatikan,


irrir;rrlnya,

puisi "Catur Kerti" berikut ini.

(:ATTIR KERTI
Agar hidup kita sungguh berarti
"sepa" atau "sepah" tidak akan terjadi
tetap marsudi agar dapat menjadi "sepi"
lentu ada sarananya untuk tetap berisi
hal pertama haruslah dapat "mangerti"
setelah engkau dapat "mangerti"
leburlah dalam "makarti" setiap hari

pupuk dan siramilah dengan "olah pakerti"
agar setiap hari dapat "mastuti ingWidhi"
berbakti kepada Ilahi hingga menembus "rahsa jati".
Bekasi, 21 Maret 2011

Susunan puisi "CaturKerti" tampak sederhana. Puisi sepuluh

larik ini tersaji dalam satubait saja dengan perhitunganrima akhir
yang cermat. Akan tetapi, isinya tidak mudah ditangkap, bahkan

rrntuk pernbaca yang berasal dari koraunitas budaya Jawa
sckalipun. Puisi singkat ini menyajikan begitu banyak konsep
lcntang kehidupan yang memrntut keseriusan untuk dimengerti
liocara rnendalam, seperti "sepa", "marsudi", "m&ngerti", "makorti", "p{tkerti", "mastuti ing Wdhi", dan "raiso iaff". Puisi ini
lclas dibangun dari obsesi penyair yang sangat kuat, yang diperruhi dengan keinginan untuk menyebarkan nilai-nilai luhur yang
sangat berguna, baik bagi individu maupun masyarakat. Untuk
memahami puisi ini, dibutuhkan keseriusan dan komitmen dari
pembaca. Itulah sebabnya puisi-puisi Puji Santosa ini dapat
dikategorikan ke dalam sastra obsesif (literature ofobsession).
Menurut Plato (dalam Gunsaulus, 1995), seorang sastrawan
yang baik menuliskan karyanya pertama-tama bukan sebagai
xlll

Kumyufan Puisi

SANG PARAI?I1{RT}{A


karya seni yang mengutamakan unsur bentuk melainkan karena
dia terinspirasi atau terobsesi akan sesuatu (Plato dalam Gunsaulus, 1995). Bukan bentukiah yang penting bagi Plato, melainkan inspirasi dan obsesi penga-rang itu yang perlu dan penting
untuk dirunut. Fertanyaannya sekarang adalah, apa sesungguhnya
obsesi Puji Santosa? Tidak sulit menjawab pertanyaan ini. Mulai
dari judul, puisi-puisi Puji Santosa terinspirasi dan terobsesi sebuah
panggilan jiwa untuk memberikan tuntunan, pencerahan, dal
ajaran moral bagi masyarakat bnngsanyayAng dinilai sudah mengalami degradasi nilai yang parah. Tuntunan dan pencerahan itu
bisa diambil dari berbagai sumber. Rrji Santosa tidak segan-segan
mengambil saripati tuntutan hidup dari berbagai kebudayaan dan
agama.

Obsesi Puji Santosa ini sedemikian rnemuncak sehingga
struktur atar forma puisi yang sudah diterima sebagai sebuah
konvensi umum pun dilanggarnya, seperti terlihat dalam puisi
panjang berjudul "Bima Manunggal". Pada bait ke-18 dan 19,
puisi itu memberikan periacian terhadap sebuah konsep aiaran
yang ditandai dengan angka-angka. Pada bait ke-20, dikemukakannya semacam kesimpulan tentang aiaran-ajaran yang dikemukakannya dalam puisi "Bima Manunggal". Berikut ini dikutip ketiga bait tersebut.
Sebagai tangga untuk dapat menuju
agar mencapai watak Hastha Sila


itu

manusia haruslah berjalan di Jalan Rahayr
disebut juga dengan Fanca Darma Bakti, yaitu:
1. Meresapkan Faugeran Tuhan kepada hamba,
sebagai dasar keparcayaan yang benar-benar nyata.
t
Melaksanakan Panembah kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai tandaberbakti dan tali kasih kesadaran hamba.
Melaksanakan Budi Darma,
3.
upaya membabarkan rasa kasih sayang kepada sesama.

X1V

4.
5.

Mengendalikan Hawa Nafsu manusia,
nafsu yang menuju ke perbuatan tercela.

Berusahauntukdapatmenetapinya
derajat Budi Luhur atau Budi Mulia.

Selain dari itu, wahai semua umat manusia,
engkau wajib berikhtiar atau berusaha:
jangan menerjang Larangan Yang Mahakuasa,
yang disebut juga dengan istilah Faliwara,
yaitu ada lima perkara yang menjadi larangan-Nya:
'1. Janganlah engkau menyembah selain kepadaAllah Ta,ala.
2. Berhati-hatilah engkau terhadap hal syahwat manusia.
3. Janganlah engkau makan atau mempergunakan makanan
yang dapat memudahkan cepat rusaknya
badan jasmani dan budi pekerti manusia.

4.
5.

PatuhilahUndang-undangNegaradanperaturannya.
Janganlah engkau berselisih atau bertengkar dengan sesama.

Demikianlah ringkasan apa yang disebut dengan Ilmu Sejati
ialah Ilmu yang menunjukkan asal mula dan tujuan hidup insani
dan akhirnya Bima pun bertunggal dengan Sang Guru Sejati.

ini dibaca terpisah dari keseluruhan puisi ,,Bima
Manunggal", barangkali orang tidak akan berpikir bahwa kutipan
tersebut merupakan larik-Iarik puisi. Kutipan itu barangkali akan
dinilai sebagai sebuah ringkasan ajaran dengan uraian yang rinci
yang diakhiri dengan kesimpulan tertentu.
Beberapa perspektif teori sastra barangkali akan mengeritik
model sastra obsesif seperti karya-karya puji Santosa ini. para
pelopor ilmu sastra, yaitu kaum formalis Rusia, menegaskan bahwa yang membuat sebuah konstruksi bahasa disebut sebagai
karya sastra adalah format atau bentuknya. Karena itu, menurut
Jika kutipan

kaum formalis Rusia, sastra terutama puisi, perlu menyulap aspekaspek kebahasaan untuk menimbulkan berbagai efek seperti

musikalitas bahasa, rirna, gaya bahasa, defamiiiarisasi, dan berbagai gejala kebahasaan lainnya.
XV

SArVG

Kumyufan Puisi

Jika aspek struktur atau bentuk atau format pada puisi-puisi
Puji Santosa dicermati, kita bakal menemukan dua ciri yang sangat
menonjol. Pertama, perhitungan rima akhir yang relatif konsisten
pada hampir sernua puisinya. Kedua, penggunaan istilah dan diksi
yang berakar dalann dan luar pada tradisi spiritualisme orang ]awa, yang merupakan ramuan Thoisme, Hinduisme, dan Budhisme
yang menjelma menjadi keunikan sefati dari Kejawen. Puji Santosa juga tidak segan-segan menggali ajaran dari berbagai agama
Iainnya, termasuk Islam dan Kristen. Dua ciri kebahasaan ini sa-

ngat menonjol dari puisi-puisi Puji Santosa. Ciri lainnya yang
berkaitan dengan gaya dan gejala bahasa tidak banyak ditemukan. Dapat dikatakan bahwa aspek formal atau bentuk tidak
menarik perhatian Puji Santosa secara intens. Hal ini pun, bukan
sebuah persoalan yang terlalu penting untuk karya sastra obsesif
karena yang utama baginya adalah otensitas pesannya dan bukan
medium penyampaiannya.
Pilihan Puji Santosa ini bukan tanpa pembenarannyadalam
paharn sastra menurut tradisi Indonesia. Dalam bahasa Indonesia,
kata 'sastra' diturunkan dari bahasa Sanskerta Sds- artinya mengajar, mernberi petunjuk atau instruksi, mengarahkan; akhiran fro biasanya rnenunjukkan alat atau sarana. Karena itulah, dalam
tlad.isi kita, sastra berarti alat untuk mengaiar, buku petunjuk,
buku instruksi atau pengajaran. Misalnya: silpasastta (buku petunjuk arsitektur), kamasasffa (buku petuniuk mengenai seni
bercinta). Dapat dikatakan bahwa Puji Santosa menempatkan
karya sastranya sebagai alat untuk mengajar atau sarana pencelahan. Dengan memilih posisi sastra seperti itulah, peneliti sastra
senior ini berupaya untuk menggali dan merevitalisasikan akar

kesusastraanlndonesia.

***

Puisi berjudul "Sang Paramartha" yang dijadikan iudul antologi ini tentu memiliki fungsi dan kedudukanyanglebih istimeiva dibandingkan dengan puisi-puisi I'ainnya. Mengrngat penting-

xvi

PA&&,144ltffi{

puisi ini, akan dibahas beberapa pokok pikiran yang merr,yangkut struktur dan isinya.
Dari segi struktur, puisi SongParcmartha terdiri dari sembilun bait. Jumlah larik dalam setiap bait bervariasi: yaiig paiing
pr:ndek 5 larik dan yang paling panjang I larik. Puisi ini sangat
rlidominasi oleh bunyi-bunyi eufoni (a, i, u, e, oJ yang menimlrrrlkan efek merdu dan berirama. Dengan rima akhir yang sama
tlan konsisten, puisi ini ingin memberikan kesan bersemangat
rr,ya

t

lalam mengajarkan tanpa menggurui.

Dari segi isinya, puisi Song Paramartha rnenar,varkan s€mbilan ajaran dan tuntunan keutarnaan. K-esembiian ajalan pada
rnasing-masing bait itu dapat diringkas sebagai berikut. (1j sosok
lrerhati mulia dan menyenangkan; (2) ramah, bersahabat, bersusila; (3) sedikit bertutur tetapi berbobot dan jujur; (4) sopan,
berwibawa, ramah, menimbuikan rasa segan; (5) bersahaja,
sederhana tetapi rapi, bersih, dan enak dipandang; (6) adii, bijaksana, sabar; (71 setia pada negara, menghorrnati semua agama,
aturan, undang-undang; (S) rnampu menjaga harkat, martabat,
harga diri, dan tidak sombong; (9) mampu menyejahterakan
dunia.
Susunan antologi Sangfuramartfta ini pun mengandung pemala-raan semiotisnya sendiri. Dalam kumpulan pertarna Musilfta
Dwipa, puisi 'Aji Saka" justru diletakkan sebagai puisi ketiga,
setelah'Adigang Adigung Adiguna" dan'Aja Dumeh". Pakar dan
pengamat kebudayaan Jawa tentu bertanya-tanya, mengapa 'Aji
Saka" tidak ditempatkan sebagai'sang pembuka'? Bukankah Aji
Saka adalah cultural fiero javv'a yang dikenal sebagai autaI, alfa
atau o1rldalam perjalanan kebudayaan Jawa?
Logika pertanyaan itu terjawab dengan mengungkap makna
dua puisi sebelumnya, yakni'Adigang Adigung Adiguna" dan
'Aja Dumeh". Kedua puisi ini menunjuickan sifat-sifat turunan
yang dimiliki manusia saat ini (existingattitude) yangperlu diluruskan dengan kedatangan Sang Aji Saka.

xvll

SANG FARA}-{ARTF*1

Kum,yufan Puisi

Dalam'Adigang Adigung Adiguna" Puji Santosa rnenyindir
tiga jenis watak, yaitu (1) adigang (orang yang congkak mengandalkan kedudukan, pangkat, derajat' dan iabatan); (2) adigung
(orang takabur yang mengandalkan derajat yang berasal dari darah
biru keturunan ataupun yang mengandalkan harta kekayaan; (3)
adiguna (orang-orang cerdik cendekia yang berwatak sombong
karena ilmunya dan meremehkan orang lain). Daiam alam kapitalistik dan hedonistik seperti sekarang ini, hampir semua orang
berwatak'Adigang Adigung Adiguna" tanpa pengecualian. Sistem
kapitalisme bahkan menciptakan sistem dan ruang di mana manusia beriomba-lomba mendap atkan kesemuanya itu tanpa batas "
Segera setelah menyadari sisi busuk 'Adigang Adigung
Adiguna" yang merusak dan menghancurkan, Puji Santosa rnenampilkan puisi'Aja Dumeh" yang secara eksplisit memberikan
jawaban berupa pedoman mawas diri orang Jawa. Aja Dumeh
berisi nasihat bagi orang yang "mentang-mentang" berkuasa, mentang-mentang kuat dan gagah, mentang-mentang kaya-raya" dan
mentang-mentang sekarang menang" untuk melakukan tindakan
pongah, congkak, Ioba, ceroboh, gegabah terhadap orang lain'
Berikut ini saya kutip dua bait pertama puisi tersebut'
AIA DUMEH

Aja dumehmerupakan pedoman mawas diri orang |awa
bilamana engkau dikaruniai sesuatu kelebihan apa saia
janganlah engkau sombong, congkak, takabur, dan loba
serta janganlah lupa terhadap asal-usul di sekitar kita
senantiasa harus sadar bahwa kelebihanmu itu amanah saja
oleh karenanya, ianganlah engkau melupakan jasa mereka'

Aiadumehkuwasa,
bani ur tumindakmu dadi dakura
Ian dakia matang ing sapadha-padha'
|anganlah mentang-mentang engkau berkuasa
Ialu perbuatanmu menjadi pongah, congkak, dan loba
serta sewenang-wenang terhadap sesama makhluk-Nya"'

'

xviii

Aji

Saka tidak muncul dari kekosongan seperti Adan:. di

Firrlaus. Ia hadir ketika penduduk negeri Medangkamu1ari hidup
r

lalam kegelapan dan ketakutan. Konon nama aslinya Empu Sa;lg-

kala yang berasal dari Hindustan. Rakyatn5ra hidr:p sengsara,
lanpa perlindungan, resah, geiisah tanpa harapan karena setiap
lrari sangrajaraksasa siap memakan dagingmanusia. Ernpu Saogkala suatu ketika mengalahkan dan mernbunuh raja raksasa Dcwata Cengkar. Maka terbebaslah rakyat dari ketaituian. ilia pulalirh yang mernperkenalkan aksara Jawa (fut na ca ra ka),lengkap
rlengan berbagai ajaran tentang kosmologi, manusia, dan Tuhan,
yang disebut Jawanisme. Beberapa sarjana r:renyebut Jawanisme
sebagai kebatinan Jawa. Tuntutan dan pedornan itu pun dimulailah. Bagi orangJawa, tokohAji Saka, dapat dipandang sebagai

Adam, manusia pertama yang memperkenalkan {kebudayaanJ
tulisan kepada orang Jawa.
Sekalipun tidak meledak-ledak, Puji Santosa sepertinya geram dengan budaya instan-hedonistik yang tengah mengakar
dalam masyarakat kita. Orang modern senantiasa mabuk mengejarharta, kekuasaan, dan kesenangan sampai sernuanya lupa daraian dan hidup di awang-awang bagai layang-iayang. Inilah pula
kiranya alasan Puji Santosa bangkit seperti seorang resi yang geram untuk "turun gunung" membimbing kaumnya menuju sebuah
peradaban yang ideai, yang menjamin kedamaian hidup dan kesejahteraan umat manusia di trumi dan keselamatan jiwanya di
akhirat. Sebagai seomng yang sebagian besar hidupnya diabdikan
dalarn bidang peneliiian bahasa dan sastra, Puji Santosa mengenal
dengan sangat baik saripati ajaran-ajaran berbagai agama dan
budaya yang terekspresikan dalam karya sastra.
Menjawab obsesi r""n"*;;;g nota bene juga seorang pakar
sastra yang menawarkan nilai-nilai kearifan untuk menciptakan
keselamatan {termasuk kedamaian di bumi dan di akhirat), kumpulan puisi yang penuh dengan butir-butir budaya Jawa ini me-

xlx

SANG FdRA&TART'}iA

Kumyu{nn Puisi

nawarkan berbagai perspektif. Dalam kumpulan pertam a, Mustika
Dwipa, tarnpak obsesi pengarang menempatkan ajaran-aiaran

jalan
yang umumnya berasal dari |awanisme, yang menuntun ke
keselamatan itu. Dalam "Bima Manunggal", dikemukakan "ilmu
sejati" yang menuniukkan secara simbolis asal-usul dan tujuan

hidup manusia. Dalam "Catur Kerti", dikemukakan lima keutamaan untuk menembus "rahsa jati". Dalam "cupu Manik Hastha
Gina", dikemukakan delapan ajaran pokok tentang hal-hal yang
penting dan berguna dalam hidup manusia, yang mencakup:
wanita, garu/a, wisma, turangga, curiga, kukila, waranggana, dan
pradangga.Dalam "Hastha Brata 1" dikemukakan kebijakan pemimpin Negara, Wibisana, dalam memerintah negeri Alengka"
wibisana perlu rneneladan delapan dewa dengan sifat dan
keutamaannya masing-masing, yaitu: Dewa Indra, Dewa Surya'
Dewa Bayu, Dewa Kuweta, Dewa Batuna, Dewa Yama, Dewa Can-

dra, dan Dewa Brama. Dalam "Hastha Brata 2" dikemukakan
teladan Prabu R"amawijaya dalam memimpin negeri Pancawatidhendha dengan arif biiaksana dan berwibawa mencontoh laku
sifat alam, yaitu bumi atau tanah, air, angin, samudera' bulan'
bintang, matahari, dan aPi.
Kumpulan Kedua: Sang Penceraft berisi ajaran-ajaran dan
tuntunan kehidupan yang terlahir dari olanS yang sudah dicerahkan. Tidak banyak nguri uri kabudayan di sini karena pedoman-pedoman ini tidak banyak mengikuti ajaran-aiaran, sebagain-rana banyak dikutip, disadur, dan digunakan pada kumpulan
pertama.

jelas' ke arah
|udul-juduinya telah mengindikasikan secara
"Bermana isi ajaran dan tuntunan hendak diarahkan. "Bahagia",
"Citajaiari di Jalan Kebenaran", "Cahaya", "Cendekia BersSrukur"'
Citaku", "Doa", "Doa dan Halapan", "Doa Pengentasan Insan"
"Guru", "Harapan", "Ikrar Ksatria lJtama," 'Jujur: Menepati Janji",
',Kesanggupan suci Dasasila", "Kledo", "Lautan Kesabararl"
"Mencapai Taman Kemuliaan", "Menembus fiwa Mewujud
XX

Kilrsa", "Meniti Jalan Benar", "Piawai Berbakti", "Rela: Tulus
I k hlas", "Rezeki Datang Dari llahi", "Sang Paramartha", " sembah
( iipta dan Hati", "Siapa yang Masih", "Tawakal dan Bersyukur".
Kumpulan Ketiga: Oh, Duniaberisi keprihatinan penyair terlradap berbagai peristiwa sehari-hari sampai tragedi besar yang
rncnimpa umat manusia di tanah air. Perhatikan ;'udul-judul puisi
rlalam kumpulan ketiga ini. "Balada Marsinah dan lViji Tukui",

"llerbagi", "Bertambah", "Dari Desa Dunia Menuju ke Istana lvlulia", "Flu Berat", "Goda", "Harus Tetap Dijaga", "Kafilah di Burni",
"Kasih," "Kekasihku", "Ketentuan llahi", "Letlaran 1: Sebentar
l,agi", "Lebaran 2: Membawa Berkah", "Lebaran 3: Nikmat Kelupat", "Lebaran 4: Selamat Kemenangarr-', "Maju! Mari", "Marrusia dan Dunia", "Masih Ada Asa", "Mengukir Muaro Jarntri",
"Merajut Gerakan", "Merdeka", "Oh Dunia 1.", "Oh Dunia Z","Oh
l)unia 3", "Oh lakarta", "Pemimpin Dunia Akhirat", "Sampah",
"Seperti Merpati", "Siapa Cepat Selarnat", "lJlang Tahun'.
Sekalipun penyair bermaksud mengungkapkan realitas kehi
rlupan sehari-hari, obsesi eskatoiogisnya tidak pemah benar-benar
lrilang. Ketika menyinggung soal sampah sekalipun, penyair tetap
lerobsesi dengan kehidupan akhirat. "setumpuk sampah mulai
gelisahl lTersengat bau busuk merebak resahl lKenapa hidup harus
berkeluh kesahl lMarilah kita berserah kepada Alloh". Fenyair tidak
lupa mengeksplisitkan nilai-nilai watak berbudi luhur yang diperlukan "Akan menjadi bekol jalan kembali ke Surgc. " perhatikan
keprihatinan penyair pada dunia dan ajakannya menuju ke surga
daiam puisi "Mari" berikut ini.
MARI....
Segulung ombak muiai menerjang
Kapal nelayan terempas melayang

IGnapa bencana mesti selalu datang

Mari tingkatkan semangat berjuang

xxl

SANG PAR,4JV',4,RTTIA

Kum,yufan Puisi

,

Sebungkahangintopanmenghempas
Meluluhlantakkan tanah tanpa beias
Raung jeritan anakmanusia memelas
Mari kita selesaikan agil semua puas
Setumpuk sampah mulai gelisah
Tersengat bau busuk merebak resah
Kenapa hidup harus berkeiuh kesah

Marilah kita berserah kepada Ailah
Segumpal awan mulai berarakan
Sebentar pertanda hari akan hujan
Kenapa hidup tidak ada kePastian
Mari kita berserah kePada Tuhan
Sepanjang zaman selalu ada bencana

Pertanda hidup di dunia penuh dinamika
Tiada menyesal seusai terusir dari Surga
Mari berusaha agar kembali kepada-Nya
Sabar, iuiur, tawakal narima, dan rela

Menjadi perantara watak berbudi mulia
Disertai selalu sadar bakti iman dan takwa
Akan menjadi bekal jalan kembaii ke Surga.
Bekasi,

l

Desember 2013

Dalam kumpulan keernpat, Sang Nabi, penyair mengajak
kita untuk belajar dari sejarah hidup dan teladan para nabi. Ada
enarn nabi yang dipaparkannya dalam bentuk balada, yaitu
"Balada Nabi Adam AS", "Balada Nabi Idris AS", "Balada Nabi
Nuh AS", "Balada Nabi Hud AS', "Balada Nabi Saleh AS", "Balada
Nal:i Luth AS". HaI yang menarik adalah dikemukakannya dua
tokoh dari Kitab Suci Perianjian Lama, Kain dan Habii, sebagai
salah satu kisah panutan, agar kita memberikan kepada Tuhan
persembahan yang terbaik'

xxii

t-

.Sebuah ekspresi

artistik, secara umum dapat ditinjau dari

kondisi, yaitu otentisitas pesan yang disampaikan elan crisiI i as medium penyampaian (Ignas Kleden, 2 00
U. pesan-pesan
y,rrrg disampaikan Puji Santosa berasal dari penghayatan pribarlirr.ya yang begitu intens terhadap ]awanisme dan ajaran-ajaran
lirirr rrya. Sebagai seorang yang bukan berasal dari etnis dan keburliry.an Jawa, saya menilai Puji Santosa begitu total rreiibatkan
rIr

rr

r

rrrr

I

ruh kemampuan rnentalnya dengan ajaran-ajaran Jawanisrne.
rl.nsitas pemahaman dan penghayatan Puji santosa pacla ajaran
firwanisme tidak hanya terjadi pada ievel oiah pikir dan olaj:
r';rsir saja, melainkan lebih dari itu telah men;adi ungkapan seluruh
[clrribadiannya. Puji Santosa danJawanisme bukan lagi dua entilirs yang berbeda melainkan sudah saling rnerasuk dalam satu
rrc|

rr

lr

rr

rirnifestasi : Sang Paramartha.

Menyangkut orisinalitas medium penyampaiannya, pqji Sanlosa memilih bentuk puisi. Struktur puisi-puisi puji Santosa dibarrgun dengan rnemperhatikan rima akhir dan tentu.sa;'a ritme

prritis. Ia tidak banyak menggunakan bahasa trersayap riengan
lirr'rbinasi gaya bahasa yang rumit. Bahasanya ]'ustru terlihat
yrolos, tidak ada ambiguitas pemaknaan. Hal ini barangkali bukan
scbuah kebetulan, karena trahasa puisi puji Santosa banyak merrgandung dan rnembawa pesan-pesan yang berat, sebagian masih
rrrenggunakan istilah-istilah Ja".va Kuna, Hindu, Budha, cian Islam.
Agar dapat dinikrnati, puisi-puisi Puji Santosa rnernerlukan pemlraca yang ser"ius.

Hadirnya antologi puisi ScngP:rc m{trtapatut dicatat sebagai
sebuah peristiwa budaya yang tidak terjadi sebagai sebuah kebeI uian belak a, "Ketahuilah alehnu seknlianllbahwa tidak
ado kejadianllytng tanpa sebab nyate"
puji
puisi
Santosa, .,Tiada

[lihat
I{al Kebetulan"J. Terbitnya antologi Sang paramcrrtio ini memang
rnendapat momentum yang baik justru keiika bangsa Indonesia
dihadapkan pada sebuah peristiwa politik'pergantian kepemimpinan nasional' di tahun 2014 ini. Sejarah membuktikan bahwa

xxlll

Kumyu{an Puisi

suksesidilndonesiajalangterlaksanaSecirramulustanpakeriharta benbutan dan korban, baik korban nyawa maupun korban
juga menganda. Momentum pergantian kepemimpinan nasional
untuk mendadung harapan yang sangat besar dari seluruh rakyat
inpatkan seorang pemimpin bangsa yang benar-benar memiliki
bangsa
iegritas moral dan keberanian yang teguh untuk memimpin
ini kel,tar dari berbagai keterpurukan' Bangsa ini membutuhkan
Paramartha
Sang Paramartha. Karena itu, antologi puisi Sang
nayurr! luhi. sebelune hiruk-pikuk pergantian kepemimpinan
pemerin,iorrot ioi adalah kad-o bagi pemimpinbangsa danrezim
Pembaptis
tahannya yang baru. Sang Paramortha ibarat Yohanes
yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Isa Almasih'

Antologiinihadirditahunpolitik2014sebagaisebuah

me'
ajakan untuk melakukan perjalanan rohani {spirituol ioumey)
khazanah
nimba kekayaan spiritual bangsa yang tersimpan dalam

pemikiran berbagai ajaran agama dan kepercayaan komunitas
warisan
iokal. Kearifan, keutamaan, dan kebijaksanaall hidup
sangat
leluhur terbukti tahan uii dan memiliki daya hidup yang
masyarakat
tinggi. Berkat berbagai ajaran nilai-nilai iuhur itulah'
zaman' Kita
kita dapat senantiasa survivedmengatasi tantangan
menyalsikan pula bahwa fawanisme tetap tegak mempertahanmodern
kan identitas kulturnya di tengah Sempuran kebudayaan
Sahg
semakin pragmatis, instan, dan hedonistik' Semoga
yang
-hrimarlhamembuka
yang
pemimpin
ialan bagi Sang Faramartha'
juta penduduk
akan rner,vujudkan impian lebih dari dua ratus
dan mencapai
Indonesia mencapai kesejahteraan hidup di dunia
kesempurnaannya di akhirat'
Yogyakarta, 6 Februari 201,4

xxlv

DAFTAR ISI

IIIiN(;ANTAR PEMBACA
{l}r'rr. l)hanuPriyoPratrotrro,M.Hum.)..............""."............"......" v
(:A'IA'I'AN PROLOG
lh Vrseph Yapi Thum,

llArlAR

M.Hum.
ISI."...........

MI IS'TIKA DWIPA

....."... xi
....... xxv