Pedoman Pengembangan at BULLET Di fasili
PENGANTAR
K sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media massa. Hal ini
ebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di
Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja
memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah pengamanan rokok bagi kesehatan, diantaranya melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan serta menjadi kewajiban asasi bagi kita semua terutama para pimpinan/penentu kebijakan di tempat tersebut untuk mewujudkannya.
Buku Pedoman Kawasan Tanpa Rokok ini disusun berdasarkan perkembangan aspek- aspek hukum dan berbasis data terbaru. Pedoman ini merupakan pedoman umum tentang perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana cara mengembangkannya di beberapa tatanan serta sekaligus sebagai langkah advokasi untuk memperoleh komitmen yang tinggi dalam mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Buku Pedoman Kawasan Tanpa Rokok ini merupakan pengembangan dari Buku Panduan Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok yang telah diterbitkan oleh Pusat Promosi Kesehatan pada tahun 2006.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya tim yang telah menyelesaikan pedoman ini. Semoga bermanfaat. Amin.
Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
dr. Lily S Sulistyowati, MM
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
363.738 Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan
Ind ___ Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok . Jakarta : P
Kementerian Kesehatan RI, 2010.
1. Judul I. SMOKING II. TOBACCO SMOKE POLLUTION _ ENVIRONMENT
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kementerian Kesehatan sangat menyambut baik dengan terbitnya buku pedoman ini, sehingga diharapkan pedoman ini akan dapat dijadikan tindak lanjut dari berbagai peraturan atau perundang-undangan yang akan diterbitkan, karena bila dilihat dari dampak yang ditimbulkan masalah merokok ini sudah sangat mendesak untuk ditangani.
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dari 70% kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebutkan prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7%; artinya lebih dari sepertiga penduduk merupakan perokok. Untuk itu, pengembangan Pedoman Kawasan Tanpa Rokok sangatlah tepat dan harus menjadi agenda pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu penerapan pedoman ini perlu didukung oleh berbagai pihak agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada tim yang telah bekerja keras sehingga terselesaikannya Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok ini, dan kepada semua pihak mari kita sama-sama mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan.
Jakarta, Januari 2011 Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI,
dr. Ratna Rosita, MPHM
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 01
Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI 03
Daftar Isi 04
Pendahuluan 05
Masalah, Fakta dan Data Tentang Rokok 08
Pengelolaan Kawasan Tanpa Rokok 14
Pengertian 15 Landasan Hukum 16 Tujuan, Sasaran dan Manfaat 16
Langkah-Langkah Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok 18 Pada Dinas Kesehatan 18 Pada 7 Tatanan Kawasan Tanpa Rokok 20
Indikator Kawasan Tanpa Rokok 32 Pemantauan dan Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok 36
Kisah Sukses Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok 39
Mal Ciputra 39 Pondok Pesantren Langitan, Tuban 40 SMK Taruna Bangsa Bekasi 42 Universitas Kristen Petra Surabaya 43 Kawasan Tanpa Rokok Provinsi DKI Jakarta 44 Kawasan Tanpa Rokok Kotamadya Bogor 45
Penutup 47 Tim Penyusun 48
Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan
Kawasan Tanpa Rokok.
PENDAHULUAN
Hak
untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi
perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok
akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara berkembang, termasuk didalamnya di Asia dan Indonesia. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun.
Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (2010).
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yang ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok usia 5-9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan.
Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Namun pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,
periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok.
Asumsi lain adalah perokok membebankan biaya keuangan dan risiko fisik kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang menanggung semua ”biaya” atau kerugian akibat merokok. Tetapi pada kenyataannya perokok membebankan secara fisik dan ekonomi kepada orang lain juga. Beban ini meliputi risiko orang lain yang terkena asap rokok di lingkungan sekitarnya dan biaya yang dibebankan pada masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut di atas dapat dikendalikan maka perlu dilakukan upaya pengamanan terhadap bahaya merokok melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan juga membatasi ruang gerak para perokok.
2.
MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG ROKOK
Masalah masalah nasional yang perlu secara
merokok sampai saat ini masih menjadi
terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan.
Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok di lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan risiko terkena Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah, Asma, serta kelambatan pertumbuhan paru- paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan perokok pun yang terus-menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan risiko Kanker Paru dan jenis kanker lainnya.
Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti Emfisema, Kanker Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit Jantung Koroner, peningkatan kolesterol darah, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada bayi ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati.
Soewarta Kosen dkk (2009) memperkirakan bahwa jika asumsi tanpa biaya rawat inap, maka total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat karena penyakit yang berkaitan dengan tembakau berjumlah Rp.15,44 triliun. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan total biaya rawat inap untuk penyakit yang sama pada tahun 2001 yakni Rp.2,6 triliun. Total biaya rawat inap untuk penyakit yang berkaitan dengan tembakau sebesar Rp. 3,11 triliun, sehingga total biaya untuk rawat inap dan rawat jalan sebesar Rp. 18,55 triliun.
Sekitar 1,5 juta orang dari rumah tangga perokok yang berobat penyakit Hipertensi dengan biaya yang dihabiskan mencapai Rp.219 miliar sebulan atau Rp.2,6 triliun lebih setahun. Rumah tangga perokok juga mengeluarkan belanja untuk berobat penyakit Asma sebesar Rp.1,1 triliun, penyakit TBC Rp.636 miliar, penyakit pernafasan lain Rp.4,3 triliun, dan penyakit Jantung 2,6 triliun. Jika biaya rawat inap tidak disubsidi, maka total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat akibat penyakit yang berkaitan dengan tembakau adalah Rp.15,44 triliun.
Biaya rata-rata yang dibelanjakan oleh individu perokok untuk membeli tembakau dalam satu bulan adalah Rp.216.000; secara makro total biaya yang dibelanjakan oleh perokok di Indonesia dalam satu bulan sebesar Rp.12,77 triliun dan dalam satu tahun adalah Rp.153,25 triliun. Kerugian ekonomi total penduduk Indonesia dalam setahun akibat konsumsi produk tembakau mencapai Rp.338,75 triliun, atau lebih dari enam kali pendapatan cukai rokok Pemerintah yang hanya Rp. 53,9 triliun. Secara makro, terdapat kehilangan tahun produktif (DALYs Loss/ Disability Adjusted Life Years Loss) sebesar 13.935,68 (.7.575,22 untuk laki- laki dan 6.360,46 untuk perempuan) atau 25,5% dari total DALYs Loss dalam tahun yang sama (51.250 DALYs Loss).
Fakta
Fakta membuktikan bahwa bahaya tembakau terhadap kesehatan sangat besar, jauh lebih dari yang disadari oleh sebagian besar masyarakat. Kebiasaan merokok berhubungan dengan kejadian berbagai penyakit, sebagian besar berakibat kematian. Uraian berikut ini memaparkan risiko kesehatan bagi perokok, rokok dan Indonesia sebagai perspektif dan data yang yang antara lain berisi hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Risiko Kesehatan bagi Perokok
• Indonesia menempati urutan ke-7 terbesar dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh kanker yakni sebanyak 188.100 orang. Kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem pembuluh darah di Indonesia berjumlah 468.700 orang atau menempati urutan ke-6 terbesar dari seluruh negara-negara kelompok WHO. Kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem pernafasan adalah penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) yakni sebesar 73.100 orang (66,6%) sedangkan Asma sebesar 13.690 orang (13,7%). Kematian akibat penyakit Tuberkulosis sebesar 127.00 orang yang merupakan terbesar ke-3 setelah negara India dan China.
• Berbagai evidence based menyatakan bahwa mengonsumsi tembakau dapat menimbulkan penyakit kanker (Mulut, Pharinx, Larinx, Oesophagus, Paru, Pankreas, dan kandung kemih), penyakit sistem pembuluh darah (Jantung Koroner, Aneurisme Aorta, pembuluh darah perifer, Arteriosklerosis, gangguan pembuluh darah otak) dan sistem pernafasan (Bronchitis, Chronis, Emfisema, Paru Obstruktif Kronik, Tuberkulosis Paru, Asma, Radang Paru, dan penyakit saluran nafas lainnya)
• Akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit Paru Kronik dan Emfisema pada tahun 2001.
• Rokok merupakan penyebab dari
Rokok dan Indonesia
sekitar 5% kasus Stroke di Indonesia.
sebagai Perspektif
• Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau
• Sekitar 40,3 juta anak 0-14 tahun penundaan kemampuan hamil. Pada
terpapar asap rokok. pria meningkatkan risiko impotensi
• 40,5% populasi semua umur terpapar sebesar 50%.
asap rokok di dalam rumah. • Seorang bukan perokok yang menikah
• 4,2% perempuan umur di atas 15 dengan perokok mempunyai risiko
tahun merokok.
Kanker Paru sebesar 20-30% lebih • 65,9% laki-laki umur di atas 15 tahun tinggi daripada mereka yang
merokok.
pasangannya bukan perokok dan juga • 69% rumah tangga memiliki risiko mendapatkan penyakit Jantung.
pengeluaran untuk rokok. • Rata-rata individu perokok
• Ibu hamil yang merokok selama masa menghabiskan Rp.216.000 untuk kehamilan atau terpapar asap rokok di membeli tembakau. rumahnya atau di lingkungannya
berisiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah, termasuk berat bayi
• Rata-rata satu perokok
lahir rendah, lahir mati dan cacat lahir.
per tahun
• Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0–14 tahun tinggal dengan
menghabiskan
perokok dan terpapar asap rokok
Rp.2.592.000 untuk
dilingkungannya. Anak yang terpapar asap rokok di lingkungannya
membeli tembakau.
mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena
• Rumah tangga perokok terkaya infeksi saluran pernapasan, infeksi
“ mempunyai risiko Kanker Paru • 50% dari perokok jangka panjang
menghabiskan 7% pendapatannya telinga dan Asma.
untuk rokok sementara rumah tangga perokok termiskin menghabiskan 12%.
Seorang bukan perokok yang
• Minimal 1 orang anggota rumah
menikah dengan perokok
tangga yang mengonsumsi tembakau.
sebesar 20-30% lebih tinggi akan meninggal karena penyakit akibat daripada mereka yang rokok.
pasangannya bukan perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit Jantung.
Data
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun • Terjadi peningkatan prevalensi perokok 2010 :
yang merokok setiap hari untuk umur • Prevalensi perokok saat ini sebesar
25-34 tahun dari 29,0% (2007) 34,7%.
menjadi 31,1% (2010). Peningkatan - Lebih dari separuh perokok (52,3%)
terjadi pada kelompok umur 15-24 menghisap 1-10 batang rokok
tahun dari 17,3% (2007) menjadi setiap hari.
- 2 dari 5 perokok saat ini merokok • Lebih dari separuh (54,1%) penduduk rata-rata 11-20 batang setiap hari.
laki-laki berumur 15 tahun ke atas - 4,7% perokok merokok 21-30
merupakan perokok tiap hari. batang setiap hari.
- 2,1% perokok merokok lebih dari • Rokok merupakan salah satu
30 batang setiap hari. penyebab kematian terbesar di dunia. • 76,6% perokok merokok di dalam
Diperkirakan hingga menjelang 2030 rumah ketika bersama anggota
kematian akibat merokok akan keluarga lain.
mencapai 10 juta per tahunnya dan di negara-negara berkembang
• 1,7% perokok mulai merokok pada diperkirakan tidak kurang 70%
usia 5-9 tahun dan tertinggi mulai kematian yang disebabkan oleh rokok.
merokok pada kelompok umur 15-19 tahun (43,3%).
• Dari tiap 10 orang dewasa yang • Persentase nasional penduduk
meninggal, 1 orang diantaranya berumur 15 tahun ke atas yang
meninggal karena disebabkan asap merokok setiap hari sebesar 28,2%.
rokok. Di tahun 2025 nanti, saat • Persentase merokok penduduk jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian
merokok tiap hari tampak tinggi pada
per tahun.
kelompok umur produktif (25-64 tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%
• Tahun 2007 di Indonesia, usia perokok
• Penyakit-penyakit
makin muda, jumlah perokok usia 15–
akibat rokok pada
19 tahun di Indonesia mencapai
18,8% atau meningkat dari tahun
akhirnya juga
2001 (12,7%). Begitu juga perokok
melemahkan potensi
wanita jumlahnya meningkat terus tiap waktu.
SDM kita. Diketahui asap rokok memicu
• Dan yang lebih berbahaya adalah dampak ekonominya. Merokok
sedikitnya 25 macam
cenderung menyebabkan merosotnya
penyakit, mulai dari
daya kerja penduduk, yang berakibat pada menurunnya produktivitas
penyakit saluran
perusahaan dan produktivitas
pernafasan, Kanker
nasional. Tiap batang rokok berarti
Paru-Paru, penyakit
hilangnya waktu kerja produktif sebanyak 10 menit. Pekerja perokok
pembuluh darah,
pun jadi cenderung malas dan suka
Impotensi, Stroke,
mangkir. Pendek kata, merokok merupakan pemborosan nasional.
hingga Kanker Kandung Kemih. Dari semua itu Kanker Paru-Paru yang tergawat di peringkat pertama.
PENGELOLAAN KAWASAN TANPA ROKOK
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/ atau mempromosikan produk tembakau.
Pengertian • Tempat proses belajar mengajar
adalah sarana yang digunakan untuk •
kegiatan belajar, mengajar, pendidikan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan/atau pelatihan.
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
• Tempat anak bermain adalah area, merokok atau kegiatan memproduksi,
baik tertutup maupun terbuka, yang menjual, mengiklankan, dan/atau
digunakan untuk kegiatan bermain mempromosikan produk tembakau.
anak-anak.
• Tempat khusus untuk merokok • Tempat ibadah adalah bangunan adalah ruangan yang diperuntukkan
atau ruang tertutup yang memiliki ciri- khusus untuk kegiatan merokok yang
ciri tertentu yang khusus dipergunakan berada di dalam KTR.
untuk beribadah bagi para pemeluk
• Rokok adalah salah satu produk
masing-masing agama secara
tembakau yang dimaksudkan
permanen, tidak termasuk tempat
untuk dibakar, dihisap dan/atau
ibadah keluarga.
dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk
• Angkutan umum adalah alat
lainnya yang dihasilkan dari
angkutan bagi masyarakat yang dapat
tanaman Nicotiana tabacum,
berupa kendaraan darat, air dan udara
Nicotiana rustica dan spesies
biasanya dengan kompensasi.
lainnya atau sintesisnya yang
• Tempat kerja adalah ruang atau
asapnya mengandung Nikotin
lapangan tertutup atau terbuka,
dan Tar, dengan atau tanpa bahan
bergerak atau tetap dimana tenaga tambahan.
kerja bekerja, atau yang dimasuki • Merokok adalah kegiatan membakar
tenaga kerja untuk keperluan suatu rokok dan/atau menghisap asap
usaha dan dimana terdapat sumber rokok.
atau sumber-sumber bahaya. • Perokok pasif adalah orang yang
• Tempat umum adalah semua bukan perokok namun terpaksa
tempat tertutup yang dapat diakses menghisap atau menghirup asap
oleh masyarakat umum dan/atau rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
tempat yang dapat dimanfaatkan • Fasilitas pelayanan kesehatan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh
adalah suatu alat dan/atau tempat pemerintah, swasta dan masyarakat. yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan • Tempat lain yang ditetapkan kesehatan, baik promotif, preventif,
adalah tempat terbuka yang kuratif maupun rehabilitatif yang
dimanfaatkan bersama-sama untuk dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
kegiatan masyarakat. daerah dan/atau masyarakat.
• Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. merupakan upaya perlindungan untuk
• Peraturan Pemerintah Republik masyarakat terhadap risiko ancaman
Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang gangguan kesehatan karena
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. lingkungan tercemar asap rokok.
• Peraturan Pemerintah Republik Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 perlu diselenggarakan di fasilitas
tentang Pengendalian Pencemaran pelayanan kesehatan, tempat proses
Udara.
belajar mengajar, tempat anak • Instruksi Menteri Kesehatan Nomor bermain, tempat ibadah, angkutan
84/Menkes/Inst/II/2002 tentang umum, tempat kerja, tempat umum
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat dan tempat lain yang ditetapkan,
Kerja dan Sarana Kesehatan. untuk melindungi masyarakat yang
• Instruksi Menteri Pedidikan dan ada dari asap rokok.
Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
Landasan Hukum
• Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/
Beberapa peraturan telah diterbitkan 1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas sebagai landasan hukum dalam
Asap Rokok.
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :
Tujuan
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok Sakit. • Undang-Undang Republik Indonesia adalah :
• Menurunkan angka kesakitan dan/ Nomor 36 Tahun 2009 tentang atau angka kematian dengan cara Kesehatan pasal 113 sampai dengan mengubah perilaku masyarakat untuk 116. • Undang-Undang Republik Indonesia hidup sehat.
• Meningkatkan produktivitas kerja yang Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
optimal.
Pengelolaan Lingkungan Hidup. • Mewujudkan kualitas udara yang • Undang-Undang Republik Indonesia sehat dan bersih, bebas dari asap Nomor 23 Tahun 2002 tentang
rokok.
Perlindungan Anak. • Menurunkan angka perokok dan • Undang-Undang Republik Indonesia mencegah perokok pemula. Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak • Mewujudkan generasi muda yang Asasi Manusia. • Undang-Undang Republik Indonesia sehat.
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Sasaran
Sasaran di Angkutan Umum
• Pengelola sarana penunjang di Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di
angkutan umum (kantin, hiburan, dsb). tempat pelayanan kesehatan, tempat
• Karyawan.
proses belajar mengajar, tempat anak • Pengemudi dan awak angkutan.
• Penumpang.
bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Undang-
Sasaran di Tempat Kerja
Undang Republik Indonesia Nomor 36 • Pimpinan/penanggung jawab/
Tahun 2009 tentang Kesehatan). pengelola sarana penunjang di tempat kerja (kantin, toko, dsb).
Sasaran di Fasilitas Pelayanan
• Staf/pegawai/karyawan. • Tamu.
Kesehatan
• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan
Sasaran di Tempat Umum
kesehatan. • Pimpinan/penanggung jawab/
• Pasien. pengelola sarana penunjang di tempat • Pengunjung.
umum (restoran, hiburan, dsb). • Tenaga medis dan non medis.
• Karyawan. • Pengunjung/pengguna tempat umum.
Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar
Manfaat
• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat proses belajar
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok mengajar.
merupakan upaya perlindungan untuk • Peserta didik/siswa. masyarakat terhadap risiko ancaman • Tenaga kependidikan (guru). gangguan kesehatan karena lingkungan • Unsur sekolah lainnya (tenaga tercemar asap rokok. Penetapan administrasi, pegawai di sekolah).
Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan
Sasaran di Tempat Anak
kesehatan, tempat proses belajar Bermain mengajar, tempat anak bermain, tempat
• Pimpinan/penanggung jawab/ ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
pengelola tempat anak bermain. tempat umum dan tempat lain yang • Pengguna/pengunjung tempat anak
ditetapkan.
bermain.
Sasaran di Tempat Ibadah
• Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah. • Jemaah. • Masyarakat di sekitar tempat ibadah.
Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota yang akan mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok di beberapa tatanan di daerahnya dapat melakukan serangkaian langkah-langkah sebagai berikut :
Persiapan Awal
Dinas kesehatan yang berinisiatif mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok menyusun kerangka konsep dan materi teknis tentang Kawasan Tanpa Rokok. Setelah itu dinas kesehatan melakukan advokasi kepada para penentu kebijakan baik internal sektor kesehatan maupun pihak legislatif untuk memperoleh dukungan kebijakan, dana dan fasilitasi.
Konsolidasi Lintas Program
Setelah disusun konsep pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, maka dinas kesehatan membahasnya dengan lintas program untuk menyamakan persepsi dan membahas konsep sekaligus merumuskan kegiatan yang diperlukan dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
Konsolidasi Lintas Sektor
Konsolidasi lintas sektor dilakukan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi juga menentukan peran yang dapat dilakukan oleh masing-masing sektor dalam penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Sosialisasi Rencana Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
Kegiatan ini merupakan sosialisasi tentang rencana penetapan Kawasan Tanpa Rokok kepada berbagai sasaran yang terkait dengan pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa Rokok sebelum dibuat suatu peraturan yang mengikat. Pada tahap ini perlu dibentuk tim perumus tentang pengaturan Kawasan Tanpa Rokok, rencana aksi dan penegakan hukum.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ROKOK PADA DINAS KESEHATAN
Pertemuan Tim Perumus
Tim perumus secara berkala melaksanakan pertemuan untuk membahas berbagai hal terkait dengan rencana penetapan Kawasan Tanpa Rokok seperti rencana kegiatan dan penegakan hukumnya.
Peluncuran Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
Peluncuran Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dilakukan oleh pejabat tinggi di daerah atau pimpinan wilayah yang dihadiri oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok, tim menyiapkan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis serta materi sosialisasinya sehingga penetapan Kawasan Tanpa Rokok dapat langsung dioperasionalkan.
Sosialiasi Pascapeluncuran Penyebarluasan informasi dan sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media di berbagai kesempatan yang ada sehingga pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok dapat diketahui dan dilaksanakan oleh semua pihak, baik pembina, pengawas maupun perokok dan bukan perokok dengan pemberlakuan sanksi sesuai hukum yang diterapkan.
Evaluasi
Penilaian atas pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok meliputi kegiatan pemantauan kepatuhan dan penegakan hukum atas pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Evaluasi dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan.
“ Penyebarluasan informasi dan sosialisasi
tentang Kawasan Tanpa Rokok dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media di berbagai kesempatan yang ada sehingga pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok dapat diketahui dan dilaksanakan oleh semua pihak, baik pembina, pengawas maupun perokok dan bukan perokok dengan pemberlakuan sanksi sesuai hukum yang diterapkan.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ROKOK
1. Di Fasilitas Pelayanan
4. Di Tempat Ibadah Kesehatan
5. Di Angkutan Umum
2. Di Tempat Proses Belajar
6. Di Tempat Kerja Mengajar
7. Di Tempat Umum
3. Di Tempat Anak Bermain
(1) Di Fasilitas A. Analisis Situasi
Pimpinan rumah sakit atau fasilitas
Pelayanan Kesehatan
pelayanan kesehatan lainnya melakukan pengkajian ulang tentang
Petugas kesehatan melaksanakan ada tidaknya kebijakan Kawasan advokasi kepada pimpinan rumah sakit
Tanpa Rokok dan bagaimana sikap atau fasilitas pelayanan kesehatan
dan perilaku sasaran (karyawan/ lainnya dengan menjelaskan perlunya
pasien/pengunjung) terhadap Kawasan Tanpa Rokok dan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. keuntungannya jika dikembangkan di
Kajian ini untuk memperoleh data area tersebut.
sebagai dasar membuat kebijakan. Dari advokasi tersebut akhirnya
B. Pembentukan Komite atau Kelompok pimpinan rumah sakit atau fasilitas
Kerja Penyusunan Kebijakan pelayanan kesehatan lainnya setuju
Kawasan Tanpa Rokok untuk mengembangkan Kawasan
Pihak pimpinan fasilitas pelayanan Tanpa Rokok. Contoh fasilitas
kesehatan mengajak bicara serikat pelayanan kesehatan adalah rumah
pekerja yang mewakili perokok dan sakit, Puskesmas, Poliklinik,
bukan perokok untuk : Poskesdes.
• Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa
Yang perlu dilakukan oleh pimpinan
Rokok.
rumah sakit dan fasilitas pelayanan
• Membahas rencana kebijakan
kesehatan lainnya untuk
tentang pemberlakuan Kawasan
mengembangkan Kawasan Tanpa
Tanpa Rokok.
Rokok adalah sebagai berikut :
• Meminta masukan tentang
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
Tanpa Rokok antara lain : antisipasi kendala dan sekaligus
• Sosialisasi penerapan Kawasan alternatif solusi.
Tanpa Rokok di lingkungan internal • Menetapkan penanggung jawab
bagi karyawan.
Kawasan Tanpa Rokok dan • Sosialisasi tugas dan penanggung mekanisme pengawasannya.
jawab dalam pelaksanaan Kawasan • Membahas cara sosialisasi yang
Tanpa Rokok.
efektif bagi karyawan/pasien/ pengunjung.
F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok • Penyampaian pesan Kawasan
Kemudian pihak pimpinan membentuk Tanpa Rokok kepada pasien/ komite atau kelompok kerja
pengunjung melalui poster, tanda penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa
larangan merokok, pengumuman, Rokok.
pengeras suara dan lain sebagainya.
C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa • Penyediaan tempat bertanya. Rokok
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Komite atau kelompok kerja membuat
Tanpa Rokok.
kebijakan yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya.
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum • Pengawas Kawasan Tanpa Rokok
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : di fasilitas pelayanan kesehatan • Membuat surat keputusan dari
mencatat pelanggaran dan pimpinan tentang penanggung
menerapkan sanksi sesuai jawab dan pengawas Kawasan
peraturan daerah setempat Tanpa Rokok di fasilitas pelayanan
• Melaporkan hasil pengawasan kesehatan.
kepada otoritas pengawasan • Instrumen pengawasan.
daerah yang ditunjuk oleh • Materi sosialisasi penerapan
pemerintah daerah setempat, baik Kawasan Tanpa Rokok.
diminta atau tidak. • Pembuatan dan penempatan tanda
H. Pemantauan dan Evaluasi pelayanan kesehatan.
larangan merokok di fasilitas
• Lakukan pemantauan dan evaluasi • Mekanisme dan saluran
secara berkala tentang kebijakan penyampaian pesan di sekitar
yang telah dilaksanakan. fasilitas pelayanan kesehatan.
• Minta pendapat komite dan lakukan • Pelatihan bagi pengawas Kawasan
kajian terhadap masalah yang Tanpa Rokok.
ditemukan.
• Pelatihan kelompok sebaya bagi • Putuskan apakah perlu penyesuaian karyawan tentang cara berhenti
terhadap masalah kebijakan. merokok.
(2) Di Tempat Proses Pihak pimpinan mengajak bicara
karyawan/guru/dosen/siswa yang
Belajar Mengajar
mewakili perokok dan bukan perokok untuk :
Petugas kesehatan melaksanakan • Menyampaikan maksud, tujuan dan
advokasi kepada pimpinan/pengelola manfaat Kawasan Tanpa Rokok. tempat proses belajar mengajar
• Membahas rencana kebijakan dengan menjelaskan perlunya
tentang pemberlakuan Kawasan Kawasan Tanpa Rokok dan
Tanpa Rokok.
keuntungannya jika dikembangkan • Meminta masukan tentang
Kawasan Tanpa Rokok di area penerapan Kawasan Tanpa Rokok, tersebut.
antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi.
Dari advokasi tersebut akhirnya • Menetapkan penanggung jawab
pimpinan/pengelola tempat belajar Kawasan Tanpa Rokok dan mengajar setuju untuk
mekanisme pengawasannya. mengembangkan Kawasan Tanpa
• Membahas cara sosialisasi yang Rokok. Contoh tempat proses belajar
efektif bagi karyawan/guru/dosen/ mengajar adalah sekolah, kampus,
siswa.
perpustakaan, ruang praktikum dan lain sebagainya.
Kemudian pihak pimpinan membentuk komite atau kelompok kerja
Yang perlu dilakukan oleh
penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa
pimpinan/pengelola untuk
Rokok.
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :
C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
A. Analisis Situasi Komite atau kelompok kerja membuat Penentu kebijakan/pimpinan di
kebijakan yang jelas tujuan dan cara tempat proses belajar mengajar
melaksanakannya.
melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : Kawasan Tanpa Rokok dan
• Membuat surat keputusan dari bagaimana sikap dan perilaku
pimpinan tentang penanggung sasaran (karyawan/guru/dosen/
jawab dan pengawas Kawasan siswa) terhadap kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok di tempat proses Tanpa Rokok. Kajian ini untuk
belajar mengajar. memperoleh data sebagai dasar
• Instrumen pengawasan. membuat kebijakan.
• Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
B. Pembentukan Komite atau Kelompok • Pembuatan dan penempatan tanda Kerja Penyusunan Kebijakan
larangan merokok. Kawasan Tanpa Rokok.
• Mekanisme dan saluran
H. Pemantauan dan Evaluasi penyampaian pesan tentang KTR di
• Lakukan pemantauan dan evaluasi tempat proses belajar mengajar
secara berkala tentang kebijakan melalui poster, stiker larangan
yang telah dilaksanakan. merokok dan lain sebagainya.
• Minta pendapat komite dan lakukan • Pelatihan bagi pengawas
kajian terhadap masalah yang Kawasan Tanpa Rokok.
ditemukan.
• Pelatihan kelompok sebaya bagi • Putuskan apakah perlu penyesuaian karyawan/guru/dosen/siswa
terhadap masalah kebijakan. tentang cara berhenti merokok.
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :
(3) Di Tempat Anak
• Sosialisasi penerapan Kawasan
Bermain
Tanpa Rokok di lingkungan internal bagi karyawan/guru/
Petugas kesehatan melaksanakan dosen/siswa.
advokasi kepada pemilik/pengelola • Sosialisasi tugas dan
tempat anak bermain dengan penanggung jawab dalam
menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan keuntungannya jika Rokok.
dikembangkan di area tersebut.
F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Dari advokasi tersebut, akhirnya • Penyampaian pesan Kawasan
pemilik/pengelola tempat anak Tanpa Rokok kepada karyawan/
bermain setuju untuk
guru/dosen/siswa melalui poster, mengembangkan Kawasan Tanpa tanda larangan merokok,
Rokok. Contoh tempat anak bermain pengumuman, pengeras suara
adalah Tempat Penitipan Anak ( TPA ), dan lain sebagainya.
tempat pengasuhan anak dan arena • Penyediaan tempat bertanya.
bermain anak-anak.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
Yang perlu dilakukan oleh pemilik tempat anak bermain untuk
G. Pengawasan dan Penegakan mengembangkan Kawasan Tanpa Hukum
Rokok adalah sebagai berikut : • Pengawas Kawasan Tanpa
Rokok di tempat proses belajar
A. Analisis Situasi
mengajar mencatat pelanggaran Pimpinan/pemilik tempat anak bermain dan menerapkan sanksi sesuai
melakukan pengkajian ulang tentang peraturan yang berlaku.
ada tidaknya kebijakan Kawasan • Melaporkan hasil pengawasan
Tanpa Rokok dan bagaimana sikap kepada otoritas pengawasan yang
dan perilaku sasaran (pengunjung) ditunjuk, baik diminta atau tidak.
terhadap kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok. Kajian ini untuk memperoleh Kawasan Tanpa Rokok di tempat data sebagai dasar membuat
anak bermain.
kebijakan. • Instrumen pengawasan. • Materi sosialisasi penerapan
B. Pembentukan Komite atau Kawasan Tanpa Rokok. Kelompok Kerja Penyusunan
• Pembuatan dan penempatan tanda Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
larangan merokok di tempat anak Pihak pimpinan/pemilik tempat anak
bermain.
bermain mengajak bicara pengelola • Mekanisme dan saluran yang mewakili perokok dan bukan
penyampaian pesan Kawasan perokok untuk :
Tanpa Rokok bagi pengunjung di tempat anak bermain, misalnya
• Menyampaikan maksud, tujuan dan melalui poster, stiker larangan manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
merokok, pengeras suara dan • Membahas rencana kebijakan
lain sebagainya.
tentang pemberlakuan Kawasan • Pelatihan bagi pengawas Tanpa Rokok.
Kawasan Tanpa Rokok. • Meminta masukan tentang
penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan antipasi kendala dan sekaligus
Tanpa Rokok antara lain : alternatif solusi.
• Sosialisasi penerapan Kawasan • Menetapkan penanggung jawab
Tanpa Rokok di lingkungan Kawasan Tanpa Rokok dan
internal bagi pengelola dan mekanisme pengawasannya.
pengunjung.
• Membahas cara sosialisasi efektif • Sosialisasi tugas dan bagi pengelola maupun
penanggung jawab dalam pengunjung.
pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
Kemudian pihak pimpinan membentuk komite atau kelompok kerja
F. Penerapan Kawasan tanpa Rokok penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa
• Penyampaian pesan Kawasan Rokok.
Tanpa Rokok kepada pengunjung melalui poster,
C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa pengeras suara dan lain Rokok
sebagainya.
Komite atau kelompok kerja membuat • Penyediaan tempat bertanya. kebijakan yang jelas tujuan dan cara
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan melaksanakannya.
Tanpa Rokok.
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum • Membuat surat keputusan dari
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
• Pengawas Kawasan Tanpa Rokok pemilik/pimpinan tentang
di tempat anak bermain mencatat penanggung jawab dan pengawas
pelanggaran dan menerapkan pelanggaran dan menerapkan
A. Analisis Situasi
daerah setempat. Pengelola di tempat ibadah melakukan • Melaporkan hasil pengawasan
pengkajian ulang tentang ada tidaknya kepada otoritas pengawasan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan daerah yang ditunjuk oleh
bagaimana sikap dan perilaku sasaran pemerintah daerah setempat baik
(jamaah) terhadap kebijakan Kawasan diminta atau tidak.
Tanpa Rokok. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar
H. Pemantauan dan Evaluasi membuat kebijakan. • Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan
B. Pembentukan Komite atau Kelompok yang telah dilaksanakan.
Kerja Penyusunan Kebijakan • Minta pendapat komite dan lakukan
Kawasan Tanpa Rokok kajian terhadap masalah yang
Pihak pengelola tempat ibadah ditemukan.
mengajak bicara pengurus tempat • Putuskan apakah perlu penyesuaian
ibadah yang mewakili perokok dan terhadap kebijakan.
bukan perokok untuk : ____________________________________
• Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa Rokok. • Membahas rencana kebijakan
(4) Di Tempat Ibadah
tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok.
Petugas kesehatan melaksanakan • Meminta masukan tentang advokasi kepada pengelola/pengurus
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, tempat ibadah dengan menjelaskan
antisipasi kendala dan sekaligus perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan
alternatif solusi.
keuntungannya jika dikembangkan di • Menetapkan penanggung jawab area tersebut.
Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya.
Dari advokasi tersebut, akhirnya • Membahas cara sosialisasi efektif pengelola/pengurus tempat ibadah
bagi pengurus maupun jamaah. setuju untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok. Contoh Kemudian pihak pengelola tempat tempat ibadah adalah masjid,
ibadah membentuk komite atau mushola, gereja (termasuk kapel),
kelompok kerja penyusunan kebijakan pura, vihara dan klenteng.
Kawasan Tanpa Rokok.
Yang perlu dilakukan oleh
C. Pembuatan Kebijakan Kawasan
pengelola tempat ibadah untuk
Tanpa Rokok
mengembangkan Kawasan Tanpa
Komite atau kelompok kerja membuat
Rokok adalah sebagai berikut :
kebijakan yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya.
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : menerapkan sanksi sesuai dengan • Membuat surat keputusan dari
peraturan daerah setempat. pengelola tempat ibadah tentang
• Melaporkan hasil pengawasan penanggung jawab dan pengawas
kepada otoritas pengawasan Kawasan Tanpa Rokok di tempat
daerah yang ditunjuk oleh ibadah.
pemerintah daerah setempat, baik • Instrumen pengawasan.
diminta atau tidak. • Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
H. Pemantauan dan Evaluasi • Pembuatan dan penempatan tanda
• Lakukan pemantauan dan evaluasi larangan merokok di tempat ibadah.
secara berkala tentang kebijakan • Mekanisme dan saluran
yang telah dilaksanakan. penyampaian pesan bagi pengurus
• Minta pendapat komite dan lakukan dan jemaah, misalnya saat shalat
kajian terhadap masalah yang Jum’at, misa gereja dan lain
ditemukan.
sebagainya. • Putuskan apakah perlu penyesuaian • Pelatihan bagi pengawas Kawasan
terhadap kebijakan. Tanpa Rokok.
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :
(5) Di Angkutan Umum
• Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan internal
Petugas kesehatan melaksanakan bagi pengelola dan jemaah.
advokasi kepada pemilik/pengelola • Sosialisasi tugas dan penanggung
angkutan umum dengan menjelaskan jawab dalam pelaksanaan Kawasan
perlunya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tanpa Rokok.
dan keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut.
F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok • Penyampaian pesan Kawasan
Dari advokasi tersebut, akhirnya Tanpa Rokok kepada jemaah
pemilik/pengelola angkutan umum melalui poster, stiker, tanda
setuju untuk mengembangkan larangan merokok, pengumuman,
Kawasan Tanpa Rokok. Contoh pengeras suara dan lain
angkutan umum adalah bus, kereta sebagainya.
api, angkutan umum kecil (angkot • Penyediaan tempat bertanya.
kijang), angkutan umum sedang • Pelaksanaan pengawasan Kawasan
(kopaja, bus mini) dan lain sebagainya. Tanpa Rokok.
Yang perlu dilakukan oleh pemilik
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum
angkutan umum untuk
• Pengawas Kawasan Tanpa Rokok
mengembangkan Kawasan Tanpa
di tempat ibadah setempat
Rokok adalah sebagai berikut :
mencatat pelanggaran dan
C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Pimpinan/pemilik angkutan umum
A. Analisis Situasi
Rokok
melakukan pengkajian ulang tentang Komite atau kelompok kerja membuat ada tidaknya kebijakan Kawasan
kebijakan yang jelas tujuan dan cara Tanpa Rokok dan bagaimana sikap
melaksanakannya.
dan perilaku penumpang, supir dan kernet terhadap kebijakan Kawasan
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : Tanpa Rokok. Kajian ini untuk
• Membuat surat keputusan dari memperoleh data sebagai dasar
pemilik/pimpinan tentang membuat kebijakan.
penanggung jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di angkutan
B. Pembentukan Komite atau Kelompok
umum.
Kerja Penyusunan Kebijakan • Instrumen pengawasan. Kawasan Tanpa Rokok
• Materi sosialisasi penerapan Pihak pimpinan/pemilik angkutan
Kawasan Tanpa Rokok. umum mengajak bicara pengelola
• Pembuatan dan penempatan tanda yang mewakili perokok dan bukan
larangan merokok di angkutan perokok untuk :
umum. • Mekanisme dan saluran • Menyampaikan maksud, tujuan dan
penyampaian pesan Kawasan manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
Tanpa Rokok bagi penumpang, • Membahas rencana kebijakan
supir dan kernet di angkutan tentang pemberlakuan Kawasan
umum, misalnya melalui poster, Tanpa Rokok.
stiker larangan merokok dan lain • Meminta masukan tentang
sebagainya.
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, • Pelatihan bagi pengawas antipasi kendala dan sekaligus
Kawasan Tanpa Rokok. alternatif solusi. • Menetapkan penanggung jawab
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan Kawasan Tanpa Rokok dan
Tanpa Rokok antara lain : mekanisme pengawasannya.
• Sosialisasi penerapan Kawasan • Membahas cara sosialisasi efektif
Tanpa Rokok di angkutan umum. bagi penumpang, supir dan kernet.
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam Kemudian pihak pimpinan membentuk
pelaksanaan Kawasan Tanpa komite atau kelompok kerja
Rokok.
penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
F. Penerapan Kawasan tanpa Rokok • Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada penumpang melalui poster, pengeras suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
Yang perlu dilakukan oleh
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan
pimpinan/manajer untuk
Tanpa Rokok.
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum • Pengawas Kawasan Tanpa Rokok
A. Analisis Situasi
di angkutan umum mencatat Penentu kebijakan/pimpinan di tempat pelanggaran dan menerapkan
kerja melakukan pengkajian ulang sanksi sesuai dengan peraturan
tentang ada tidaknya kebijakan daerah setempat.
Kawasan Tanpa Rokok dan • Melaporkan hasil pengawasan
bagaimana sikap dan perilaku sasaran kepada otoritas pengawasan
terhadap kebijakan Kawasan Tanpa daerah yang ditunjuk oleh
Rokok. Kajian ini untuk memperoleh pemerintah daerah setempat baik
data sebagai dasar membuat diminta atau tidak.
kebijakan.
B. Pembentukan Komite atau Kelompok • Lakukan pemantauan dan evaluasi
H. Pemantauan dan Evaluasi
Kerja Penyusunan Kebijakan secara berkala tentang kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok yang telah dilaksanakan.
Pihak pimpinan manajemen tempat • Minta pendapat komite dan lakukan
kerja mengajak bicara serikat pekerja kajian terhadap masalah yang
yang mewakili perokok dan bukan ditemukan.
perokok untuk :
• Putuskan apakah perlu penyesuaian • Menyampaikan maksud, tujuan dan terhadap kebijakan.
manfaat Kawasan Tanpa Rokok. ____________________________________
• Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok.
(6) Di Tempat Kerja
• Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
Petugas kesehatan melaksanakan antisipasi kendala dan sekaligus advokasi kepada pimpinan/manajer
alternatif solusi.
perusahaan/institusi swasta atau • Menetapkan penanggung jawab pemerintah dengan menjelaskan
Kawasan Tanpa Rokok dan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan
mekanisme pengawasannya. keuntungannya jika dikembangkan di
• Membahas cara sosialisasi efektif area tersebut.
bagi karyawan.
Dari advokasi tersebut, akhirnya Kemudian pihak manajemen pimpinan setuju untuk
membentuk komite atau kelompok mengembangkan Kawasan Tanpa
kerja penyusunan kebijakan Kawasan Rokok. Contoh tempat kerja adalah
Tanpa Rokok.
kawasan pabrik, perkantoran, ruang rapat, ruang sidang/seminar.
C. Pembuat Kebijakan Kawasan Tanpa larangan merokok, Rokok
pengumuman, pengeras suara Komite atau kelompok kerja membuat
dan sebagainya.
kebijakan yang jelas tujuan dan cara • Penyediaan tempat bertanya. melaksanakannya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : • Membuat surat keputusan dari
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum pimpinan/manajer tentang
• Pengawas Kawasan Tanpa Rokok penanggung jawab dan pengawas
di tempat kerja setempat mencatat Kawasan Tanpa Rokok di tempat
pelanggaran dan menerapkan kerja.
sanksi sesuai dengan peraturan • Instrumen pengawasan.
yang berlaku.
• Materi sosialisasi penerapan • Melaporkan hasil pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
kepada otoritas pengawasan yang • Pembuatan dan penempatan tanda
telah ditunjuk baik diminta atau larangan merokok di tempat kerja.
tidak
• Mekanisme dan saluran penyampaian pesan bagi pekerja,
H. Pemantauan dan Evaluasi yaitu penyuluhan, penyebarluasan
• Lakukan pemantauan dan evaluasi informasi melalui poster, pengeras
secara berkala tentang kebijakan suara dan lain sebagainya.
yang telah dilaksanakan. • Pelatihan bagi pengawas Kawasan
• Minta pendapat komite dan lakukan Tanpa Rokok.
kajian terhadap masalah yang • Pelatihan kelompok sebaya bagi
ditemukan.
pegawai/karyawan tentang cara • Putuskan apakah perlu penyesuaian berhenti merokok.
terhadap kebijakan. ____________________________________
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain : • Sosialisasi penerapan Kawasan
(7) Tempat Umum
Tanpa Rokok di lingkungan internal bagi manajer dan
Petugas kesehatan melaksanakan karyawan.
advokasi kepada para penentu kebijakan/ • Sosialisasi tugas dan
pimpinan/pengelola tempat-tempat penanggung jawab dalam
umum dengan menjelaskan perlunya pelaksanaan Kawasan Tanpa
Kawasan Tanpa Rokok dan Rokok
keuntungannya jika dikembangkan di area tersebut.
F. Penerapan Kawasan tanpa Rokok • Penyampaian pesan Kawasan
Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan Tanpa Rokok kepada karyawan
tempat umum setuju untuk melalui poster, stiker, tanda
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat umum adalah pusat pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat umum adalah pusat
pengunjung.
hotel, terminal bus dan stasiun. Kemudian pihak manajemen
Yang perlu dilakukan oleh pengelola
membentuk komite atau kelompok
tempat umum untuk
kerja penyusunan kebijakan Kawasan
mengembangkan Kawasan Tanpa
Tanpa Rokok.
Rokok adalah sebagai berikut:
C. Pembuatan Kebijakan Kawasan
A. Analisis Situasi
Tanpa Rokok
Penentu kebijakan/pimpinan di tempat Komite atau kelompok kerja membuat umum melakukan pengkajian ulang
kebijakan yang jelas tujuan dan cara tentang ada tidaknya kebijakan
melaksanakannya.
Kawasan Tanpa Rokok serta bagaimana sikap dan perilaku sasaran
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain: (karyawan/pengunjung) terhadap
• Membuat surat keputusan tentang kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
penanggung jawab dan pengawas Kajian ini untuk memperoleh data
Kawasan Tanpa Rokok di tempat sebagai dasar untuk membuat
umum.
kebijakan. • Instrumen pengawasan. • Materi sosialisasi pengawasan
B. Pembentukan Komite atau Kelompok Kawasan Tanpa Rokok. Kerja Penyusunan Kebijakan
• Pembuatan dan penempatan tanda Kawasan Tanpa Rokok
larangan merokok di tempat-tempat Pihak pimpinan manajemen tempat-
umum.
tempat umum mengajak bicara/dialog • Mekanisme dan saluran pesan serikat pekerja/serikat buruh yang
Kawasan Tanpa Rokok di tempat- mewakili perokok dan bukan perokok
tempat umum, yaitu penyuluhan, untuk:
penyebarluasan informasi melalui • Menyampaikan maksud dan tujuan
media poster, stiker, papan tentang pemberlakuan Kawasan
pengumuman dan lain sebagainya. Tanpa Rokok.
• Pelatihan bagi pengawas Kawasan • Membahas rencana kebijakan
Tanpa Rokok.
tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok.
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan • Meminta masukan tentang
Tanpa Rokok antara lain: penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
• Sosialisasi Penerapan Kawasan antisipasi kendala dan sekaligus
Tanpa Rokok di lingkungan internal. alternatif solusi.
• Sosialisasi tugas dan penanggung • Menetapkan penanggung jawab
jawab dalam pelaksanaan Kawasan Kawasan Tanpa Rokok dan
Tanpa Rokok.
mekanisme pengawasannya. • Membahas cara sosialisasi yang
efektif bagi karyawan maupun
F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok • Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pengunjung melalui standar tempat umum seperti poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya. • Pelaksanaan pengawasan Kawasan
Tanpa Rokok.
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum • Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di tempat umum mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan daerah setempat.
• Melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas pengawasan daerah yang ditunjuk oleh pemerintah daerah setempat, baik diminta atau tidak.
H. Pemantauan dan Evaluasi • Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang telah dilaksanakan.