Perkembangan Industri Jepang Industri Jepang

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jepang merupakan salah satu negara yang dianggap paling sukses dalam
membangun perekonomiannya. Hal ini terbukti dari perjalanan panjang sejarah
pembangunan ekonomi Jepang yang terbagi menjadi dua bagian yakni: pada
abad kesembilan-belas (zaman restorasi meiji sebagai industrialisasi awal
Jepang) sampai awal Perang Dunia Kedua, serta dari masa ‘pertumbuhan cepat’
(pasca Perang Dunia Kedua, 1950-an) sampai saat ini. Itu semua tentunya dapat
menjadi bukti untuk memperkuat posisi Jepang sebagai negara yang mampu
untuk memajukan perekonomiannya, terutama untuk masa setelah PD II, dimana
keadaaan ekonomi Jepang dapat berubah secara drastis, dari negara yang
miskin menjadi salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar di
dunia, khususnya di wilayah Asia. Kemajuan ekonomi Jepang itu sendiri pada
dasarnya tidak muncul begitu saja, melainkan melalui pengimplementasian
sejumlah kebijakan ekonomi yang dinilai mampu mempercepat pertumbuhan
ekonomi

Jepang

atau


bahkan

mempertahankan

tingkat

pertumbuhan

ekonominya tersebut melalui peningkatan proses produksi yang ada, serta
peningkatan dalam hal volume ekspor komoditasnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam perkara ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana perkembangan industri di Jepang?
b. Apa strategi Jepang dalam perkembangan industrinya?

C. TUJUAN
a. Menjelaskan perkembangan industri di Jepang
b. Menjelaskan strategi Jepang dalam perkembangan industrinya


1

BAB II
PEMBAHASAAN
1. Sejarah Singkat Industri Jepang
Jepang adalah negara yang miskin akan bahan mentah terutama dalam industrialisasi bahan
mentah sangat diperlukan. Sebagai negara di kawasan Asia yang ingin maju, maka Jepang sejak awal
menjadi eksportir barangbarang industri supaya dapat menjamin tersedianya devisa baik untuk
membiayai impor bahan mentah maupun mengimpor teknologi dan keahlian yang diperlukan untuk
mengejar negara-negara industri maju terdahulu. Sejak awal langkahnya menuju industrialisasi Jepang
mulai menggunakan sistem insentif yang kompleks bagi kegiatan produksi yang ditujukan sebagai
substitusi impor. Disamping itu, Jepang memiliki kegiatan ekspor yang bisa diunggulkan untuk
menghimpun kekuatan industri, seperti industri tekstil, alas dan industri padat karya lainnya yang
dimulai sejak tahun 1900-an.
Walaupun pada awalnya sasaran Jepang adalah pasaran dunia di lapisan terbawah, tetapi hal
itu tidak menjadi masalah. Diperlukan kurun waktu selama 50 tahun bagi komoditi ekspor Jepang,
yang pada awalnya dibantu oleh teknisi dari luar negeri, kemudian menerapkan serta
mengadaptasikan diri dengan teknologi baru. Pada Industrialisasi Jepang, ciri utama yang paling
penting adalah adanya pembatasan arus masuk penanaman modal asing di Jepang untuk menghindari

persaingan dengan pasar dalam negeri Jepang, dengan didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas, teknologi, modal dan lain-lain.
Keberhasilan industrialisasi yang telah dibuktikan oleh Jepang menyebabkan banyak negaranegara berkembang melaksanakan industrialisasi. Karena dengan pengalamanya tersebut, dapat
disimpulkan industrialisasi adalah suatu keharusan karena dipercaya dapat menjamin kelangsungan
proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya. Walaupun
mayoritas negara berkembang melaksanakan industrialisasi yang bertujuan untuk mengatasi
keterbelakangan dan kemiskinan yang biasa dialami. Untuk lebih memajukan industrinya serta
menutupi keterbatasan akan sumber bahan mentah dan energinya, maka Jepang perlu mengadakan
suatu hubungan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain, yaitu dengan negara yang kaya akan
sumber bahan mentah dan energi, yang dalam hal ini Indonesia termasuk didalamnya.

2. Definisi Menurut Para Ahli
Menurut KBBI ekspansi adalah 1 aktifitas memperbesar/memperluas usaha yang ditandai
dengan penciptaan pasar baru,perluasan fasilitas,perekrutan pegawai dan lain-lain. Peningkatan
aktivitas ekonomi dan pertumbuhan dunia usaha.
2

3. Jenis-jenis Industri
a. Industri Berat dan Industri Kimia

1. Industri Logam
Industri ini mengolah logam dari mineral logam menjadi besi, aluminium, tembaga dan jenis
logam lainnya. Logam tersebut dibuat menjadi lempengan, tongkat, pipa, kawat, dan lain-lain. Hasil
produksi yang dibuat oleh industri logam dijadikan sebagai bahan baku utama untuk mesin atau bahan
baku bangunan, dan lain-lain. Produksi besi (logam yang belum diproses) Jepang ada di posisi dua
setelah Cina di dunia (pada tahun 2002).
2. Industri Mesin
Industri ini membuat mobil, pak kapal, peralatan listrik, mesin perkakas, alat presisi,
dan lain-lain. Dari bahan utama yang terbuat dari logam seperti besi dan lain-lain. Di Jepang, industri
mesin menjadi pusat industri yang mencapai 45% perbandingannya (2001) dari seluruh produksi
industri di Jepang.
3. Industri Kimia
Industri ini membuat hasil produksi yang telah diubah secara kimiawi. Contohnya
seperti bahan bakar minyak, garam, dan lain-lain. Industri ini juga membuat karet sintetis, serat kimia,
pupuk kimia, plastik, dan kosmetik.
b.Industri Ringan
1. Industri Fiber
Industri fiber menggunakan rayon, polyster yang disebut sebagai serat kimia atau serat alami
dari kapas, bulu domba, sutera dan lain-lain untuk bahan baku membuat benang, tekstil, dan lain-lain.
Sebelum perang dunia, industri fiber Jepang baik. Namun sekarang posisinya mengalami penurunan,

dari seluruh produksi industri fiber di Jepang hanya 2% ( 2001 ).
2. Industri Bahan Makanan
Industri ini memakai hasil produksi pertanian, peternakan, hasil produksi perairan sebagai
bahan mentah untuk membuat roti, kue, produk susu, bir, jus, makanan dingin, dan lain-lain. Industri
bahan makanan stabil kalau dibandingkan seluruh produksi industri lainnya di Jepang, karena tidak
mendapat pengaruh kondisi ekonomi.

3

3. Industri Bahan Keperluan
Industri ini mengolah tanah, bahan mineral tambang, dan lain-lain dengan proses pembakaran.
Hasil produksinya wadah tanah liat, semen, kaca, bahan keramik dan lain-lain. Bahan keramik
merupakan bahan khusus yang mudah mengeras bila dibakar, biasanya dipakai untuk bahan alat
elektronik. Karena sifatnya lebih unggul dibanding bahan lain..
4. Industri Kertas dan Bubur Kayu
Industri ini memproduksi kertas dari bubur kayu, jeruji kayu, potongan kayu. Kemudian dibuat
menjadi bubur kayu. Kertas banyak dibuat karena sering dipakai untuk fotokopi dan komputer.
5. Industri Lainnya
Selain itu ada juga industri lainnya seperti industri bahan sintetis dari kayu, industri peralatan
rumah tangga, industri percetakan, industri barang buatan dari kulit dan lain-lain. Dalam industri ini

jumlah produksi bisnis percetakan tidak lebih besar dari industri bahan kebutuhan, industri bubur
kayu, dan kertas. Percetakan tidak hanya kertas dan buku. Koran dan lain-lain, didistribusikan ke
banyak tempat. Produksi jenis ini dilakukan industri kecil menengah.

4. Macam-macam Industri di Jepang
Produksi Industri Negara Jepang Menurut Jenis Industrinya

Macam Industri

Industri mesin

¥

1.306.833

Industri mesin untuk transportasi

452.208

Industri bahan makanan


346.003

Industri ilmu kimia

328.923

Industri logam

320.250

4

Industri besi dan baja

112.333

Penerbitan dan percetakan

127.588


Industri bahan plastik

100.919

Industri keramik

85.015

Kertas, industri pulp

76.274

Industri tekstil

60.248

Total

2.892.771


1. Industri Logam
Usaha besi dan baja meleburkan bahan mentah biji besi untuk diambil besinya (disebut juga
besi kasar). Kemudian besi tadi dipanaskan kembali menjadi baja. Sehingga industri logam dapat
mengolah baja menjadi lembaran baja, pipa baja, dan lain sebagainya. Jepang, karena mengimpor
bahan mentah biji besi dan batu bara maka pabrik besi berpusat di bagian sabuk daerah pesisir laut
yaitu samudera Pasifik.
Pada tahun 1960an produksi besi dan baja Jepang melonjak naik, di tahun 1973 produksi besi
dan baja mencapai 119.320.000 ton, tetapi setelah itu produksi besi dan baja Jepang tidak berhasil
melampaui 100.000.000 ton, Sebab utama penurunan ini karena China dan Korea mulai terkenal.
Setelah tahun 1980an produksi China dan Korea bertambah dengan pesat sehingga terjadi persaingan
ketat antara negara tersebut.
Cara produksi atau pembuatan besi kasar yaitu, memasukkan batu besi, kokas, dan batu kapur
ke dalam tungku bersuhu tinggi. Kemudian dilebur menjadi satu untuk diambil besi kasarnya. Besi
kasar tersebut mengandung banyak zat arang (karbon).Sedangkan pembuatan baja yaitu, memasukkan
kembali besi kasar ke dalam tungku dan memanaskannya bersamaan dengan sampah besi untuk
menghilangkan zat arangnya sehingga terbentuk bongkahan baja.
5

Kemudian pada proses penggilingan, bongkahan baja diperbesar agar dapat membuat

berbagai macam bentuk barang jadi seperti pipa baja, tongkat baja, lembaran baja dan lain-lain yang
sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya.Yang dimaksud kokas yaitu, memasukkan batu bara ke
dalam tungku, kemudian dimasak atau dibakar dalam panci panas selama lebih dari 10 jam. Secara
bersamaan batu besi dimasukkan ke dalam tungku bersuhu tinggi sehingga kandungan besi di dalam
batu besi tersebut bersenyawa. Berperan menghilangkan zat asam atau oksigen. Hal ini berfungsi
untuk meleburkan batu besi.
Jumlah Produksi Besi ( baja kasar ) Dunia

Negara

1980

1990

2000

2001

2002


%

China

3712

6535

12724

15225

18155

20.2

Jepang

11140

11034

10644

10287

10775

12.0

Amerika

10146

8973

10183

9010

9159

10,2

Rusia

14793

15441

5910

5753

5978

6.6

Korea

856

2313

4311

4385

4539

5.0

Jerman

4384

4402

4638

4480

4502

5.0

Ukraina

…..

5265

3137

3311

3339

3.7

Brazil

1534

2057

2787

2672

2960

3.3

Total dunia

71630

76900

84600

84900

90000

100.00

Macam – Macam Industri Logam
Pada industri logam, terdapat perindustrian yang membuat berbagai macam barang jadi
menggunakan logam, dan industri pembuat logam seperti tembaga. Di Jepang, hampir semua bahan
6

mentah biji mineral diekspor dan dileburkan. Tetapi, peleburan memerlukan alumunium dan juga
tenaga listrik yang besar, sedangkan di dalam negeri sendiri hampir tidak memproduksinya.
Dalam industri pembuat barang dari logam, ada banyak industri suku cadang subkontrak kecil
dan menengah. Kemunduran ekonomi berlanjut dalam tahun-tahun belakangan ini. Semua pabrik
meminta syarat seperti potongan harga sehingga industri kecil dan menengah yang bangkrut dan tutup
bertambah.
2. INDUSTRI MESIN
Industri mesin negara Jepang pada tahun 2001 memperkerjakan 3.560.000 orang dan
memproduksi sebesar 131 triliyun ¥, sehingga termasuk industri paling besar dalam industri pabrik.
Karena industri berkembang setelah perang, dan pendapatan masyarakat bertambah tinggi. Maka
pembelian alat-alat rumah tangga, mobil dan lain-lainnya berkembang pesat pula. Agar ekspor
menjadi lebih aktif, maka teknik mesin ditingkatkan pula, sehingga Jepang menjadi pusat pengolahan
perdagangan luar negeri. Karena krisis minyak mentah, sehingga pada saat produksi menggunakan
bahan dasar seperti industri kimia, usaha besi dan baja berhenti berkembang dan menghentikan
pembuatan kapal yang sudah jadi sebagian. Akhir-akhir ini, pemindahan pabrik besi ke kawasan Asia
dan sekitarnya. Yang biaya gaji pekerjanya murah karena produksi barang mudah, menyebabkan
industri dalam negeri khawatir.
3. Industri Mobil Jepang
Mobil dibentuk dari onderdil yang berjumlah sekitar 20.000 sampai dengan 30.000 onderdil.
Pembuat onderdil lebih berperan dalam membentuk industri mobil dibanding pembuat mobil itu
sendiri. Ada sekitar 730.000 orang (2001) yang mengambil bagian pada produksi mobil. Mereka
memasukkan bahan dari industri lain, seperti besi, kaca, karet dan bermacam-macam bahan dari
industri lainnya. Pemasaran mobil dengan cara membeli langsung ke pemilik hak jual mobil.
Sehingga, industri mobil sangat berpengaruh besar dalam memperbaiki perekonomian Jepang.
Industri mobil Jepang pada tahun 1960an berpusat di dalam negeri saja. Di tahun 1970an,
ekspor dapat ditingkatkan karena di dalam negeri, biaya bahan bakar lebih murah daripada di
Amerika. Namun, karena mobil Jepang banyak dipakai di Amerika, menyebabkan industri mobil
Amerika mendapat pukulan hingga Amerika perlu memperluas perdagangan luar negeri.
Jepang menghentikan perluasan perdagangan luar negeri, ekspor dibatasi, sehingga industri
untuk dalam negeri dapat dilanjutkan. Hasilnya, ekspor menurun dan produksi dalam negeri

7

meningkat. Sehingga akhir-akhir ini industri lokal di Asia dapat mencapai kemakmuran karena orang
yang membeli mobil meningkat.
Pada tahun 2002, industri mobil Jepang untuk pertama kalinya membatasi penjualan mobil
berbahan bakar baterai listrik. Karena lebih mahal dibandingkan mobil biasa. Sehingga, pembuat
mobil di seluruh dunia mengembangkan mobil generasi selanjutnya yang ramah lingkungan.
Mobil Berbahan Bakar Baterai
Mobil berbahan bakar baterai adalah mobil yang memanfaatkan listrik yang terbentuk dari
akibat reaksi oksigen di atmosfer, lalu menjadi air. Reaksi selanjutnya hanya air yang keluar tanpa
pembuangan gas. Sehingga merupakan mobil ramah lingkungan. Zat cair dalam bahan bakar
mengubah mutu bensin dengan langsung bercampurnya zat cair itu dengan bensin. Proses itu berulang
hingga mendapatkan zat cair lagi untuk pembakaran selanjutnya.
Ekspor Impor dan Jumlah Unit Produksi Mobil Jepang ( satuan ribu unit )
Berdasarkan data dari pabrik mobil, produksi sampai tahun 1970 termasuk kendaraan roda
tiga dan roda empat ternyata menjatuhkan atau KD (Knock Down) industri dalam negeri. Hal ini
terjadi karena produksi ini hanya untuk industri ekspor. Sehingga, mulailah spesifikasi produksi untuk
dalam negeri saja. Karena pemain industri mobil berasal dari Jepang sendiri, maka kebanyakan
merknya pun berasal dari Jepang.
4 Industri Robot Jepang. Manipulasi Produk
Industri robot Jepang, robot mempunyai kemampuan menyerupai tangan manusia. Sehingga
dapat melakukan pekerjaan tiga dimensi, khususnya pekerjaan secara otomatis. Meskipun mempunyai
kemampuan seperti tangan manusia, namun pekerjaan yang tidak dapat dilakukan secara tiga dimensi
dapat dilakukan manipulasi. Lagipula, jika kemampuan menyerupai tangan manusia hilang, robot
dapat melakukan pekerjaan dengan kemampuannya sendiri berdasarkan ingatan dan intelegensinya.
5. Pembuatan Kapal
Jepang merupakan salah satu negara industri yang cepat berkembang setelah Perang Dunia
II. Setelah perang, perdagangan minyak bumi antarnegara tiba-tiba melonjak dengan cepat, sehingga
kebutuhan terhadap kapal di seluruh dunia bertambah banyak.
Di Jepang, teknik terus berkembang, kapal perang dibuat besar dengan biaya rendah. Namun
lebih mudah membuat kapal untuk tujuan lain. Tahun 1956, Jepang menjadi salah satu negara
8

pembuat kapal di dunia. Setelah itu, pada tahun 1970 di tengah krisis minyak bumi, semua kapal
diperjualbelikan. Pada tahun 1980 pembuatan kapal Korea mengalami pertumbuhan, menyebabkan
persaingan harga semakin panas. Sebab fasilitas dan tenaga kerja membuat kapal beserta upah di
Korea murah, Sehingga lebih mudah membuat kapal di Korea dibandingkan di Jepang. Karena itulah
mengelola aktivitas pembuatan kapal di Jepang menjadi sangat sulit.
6.Industri Robot
Industri robot merupakan industri yang menggantikan pekerjaan manusia secara otomatis.
Banyak hal yang menyerupai kemampuan manusia dapat dilakukan. Misalnya, melapisi (mengoles
karat dan warna), mengelas (menyatukan ikatan dengan meleburkan logam menggunakan percikan
api), merakit. Fungsi industri robot yaitu untuk meningkatkan produksi jenis lainnya dan juga dapat
menggantikan manusia dalam pekerjaan yang berbahaya.
Sampai pada akhir tahun 2002, di Jepang yang menggunakan industri robot hingga mencapai
45% di tingkat dunia. Khususnya untuk membuat mobil dan sebagai mesin listrik di pusat industri
pabrik. Semua industri robot menjadi faktor utama dalam meningkatkan produksi ke tahap
selanjutnya. Industri robot semakin banyak fungsinya kecuali dalam bidang pertanian dan
pembangunan. Selanjutnya, hanya tinggal terus berharap dan berusaha dalam mempertahankan
tingkat produksi.
Kata Robot berasal dari bahasa Cheko (Robota) yang memiliki arti pekerja yang tidak
memiliki lelah dan bosan. Robot merupakan suatu perangkat mekanik yang mampu menjalankan
tugas-tugas baik di bawah kendali dan pengawasan manusia atau dijalankan dengan serangkaian
program yang telah didefinisikan terlebih dahulu. Robotika adalah bidang studi yang erat dengan mata
pelajaran biologi, matematika dan teknologi. Robotika kini banyak di pelajari oleh masyarakat jepang,
bahkan beberapa sekolah telah memasukan robotika sebagai ekstrakulikuler sekolah.
Produksi Mobil Jepang
Produksi Dalam dan Luar Negeri Jepang serta Ekspor ( Berdasarkan Badan Pengawas
Perindustrian Mobil Jepang )
Ekspor Impor dan Jumlah Unit Produksi Mobil Jepang ( dalam satuan ribu unit )

Jenis Produk

1970

1980

1990

2000

2001

2002

Produksi

530,3

1104,3

1348,7

1014,1

977,7

1025,7
9

Mobil Pribadi

317,9

703,8

994,8

835,9

811,8

861,8

Truk

206,4

391,3

349,9

172,7

160,2

157,3

Bis

4,7

9,2

4,0

5,5

5,8

6,6

Ekspor

109,4

596,7

583,1

445,5

416,6

469,9

Impor

2,0

4,8

25,3

28,5

29,0

29,1

Produksi LN

———-

———–

326,5

628,8

668,0

765,2

Produksi Mobil Di Dunia ( Menurut Badan Pengawasan Industri Mobil ) dalam Ribuan Unit
7. Barang Elektronik
Jepang pada tahun 1950 memproduksi 3 jenis barang elektronik. Yaitu, televisi hitam putih,
kulkas, dan mesin cuci. Kemudian pada tahun 1960 ada 3 macam TV, yaitu Kara TV, Kura TV, dan
KA TV. Ketiga macam tv itu sudah banyak terjual dan Jepang memproduksi barang elekronik yang
baru.
Memasuki tahun 1970an, Kara TV dan VTR menjadi pusat arus barang elektronik. Jepang
hanya mengekspor saja tanpa mengimpor barang. Bahkan pada tahun 1985, ekspor cat dan kertas
menjadi yang terbesar di dunia. Namun sejak tahun 1985, karena pengaruh tingginya Yen, masingmasing perusahaan industri di Asia Tenggara dengan mudahnya mengurangi pegawai. Sehingga, tidak
ada kemajuan dan dimulailah produksi yang baru.
Pada tahun 1990, impor di Jepang meningkat. Produksi dalam negeri menurun drastis. Sekali
lagi perusahaan Korea, Cina, dan lain-lain terus memproduksi barang-barang yang murah. Sehingga
pelaksanaan perusahaan Industri di Jepang menjadi tidak teratur.
Begitu juga dengan komputer. Pada tahun 1990, Jepang mulai memproduksi komputer dengan
standar internasional. Pada saat itu pula layanan internet sangat penting dan dibutuhkan untuk mencari
informasi dan berita. Sehingga harga komputer pun semakin mahal.
10

Tidak hanya di Jepang, perusahaan Amerika pun mulai memproduksi komputer. Pada tahun
2001, TESKTOP di Cina memproduksi 29,8%, Taiwan 27,7%, sedangkan Jepang hanya 1,4%. Semua
barang tersebut diproduksi dengan bermacam-macam model, harga maupun fungsinya.
8. INDUSTRI KIMIA
Industri kimia terbentuk oleh industri mobil dalam negeri, industri peralatan dan mesin listrik.
Semua industri tersebut terpengaruh oleh peningkatan permintaan yang tinggi dengan kemampuan
berproduksi yang tinggi pula. Di lain pihak, industri negara Eropa dan Amerika skala perusahaannya
lebih kecil dibandingkan skala industrinya sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses produksinya,
industri Jepang menggunakan model lama yang skalanya lebih kecil. Sehingga, membuat persaingan
antara Timur Tengah, Asia dan negara-negara sekitarnya melakukan persiapan untuk menyediakan
yang terbaik dan terbaru dalam skala besar.
Konvensi Minyak Bumi
Dalam industri, barang produksi yang telah jadi bisa menjadi bahan baku barang produksi yang lain.
Dengan konvensi, pihak pabrik telah merencanakan kombinasi pipa bahan produksi gabungan,
sehingga menghasilkan barang produksi yang efisien.
9. Industri Tekstil
Industri tekstil adalah industri yang membuat pakaian dan kain dengan memintal benang.
Sebelum perang dunia II, industri ini berkembang pesat. Namun, karena pemusatan industri
dipindahkan ke industri kimia, posisi industri tekstil menjadi merosot. Apalagi, akhir-akhir ini Cina
mudah sekali memproduksi tekstil dengan mutu baik. Sehingga industri luar negeri tekstil Jepang
menurun drastis.
10. PRODUKSI BAHAN MAKANAN
Produksi bahan makanan mengolah hasil produksi dari air, pertanian dan sebagainya, untuk
dibuat bahan makanan. Pada 2001, 1.310.000 orang bekerja, menghasilkan produksi sejumlah 35
trilyun Yen. Secara keseluruhan terjadi peningkatan 100%, sehingga dilakukan produksi skala yang
lebih besar. Karena faktor skala produksi dipengaruhi pula oleh keadaan penghasil bahan mentah
sekitarnya. Sedangkan keadaan penghasil bahan mentah sedang cukup baik.
Dewasa ini, sedang dipersiapkan membuat bahan makanan yang cocok dengan perubahan
cara hidup. Bahan makanan yang mudah dikonsumsi, baik untuk kesehatan, baik untuk
mempersiapkan kondisi tubuh.
11

Telah diketahui bahwa kepulauan Okinawa, Kagoshima merupakan daerah penghasil gula, sayur
mayur, dan bir. Bahan-bahan seperti gula juga terkadang masih dalam bentuk kasar atau tidak murni.
11. Industri Otomatif
Industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan menjual
kendaraan bermotor dunia. Pada tahun 2007, lebih dari 73 juta kendaraan bermotor, termasuk mobil
dan kendaraan komersial diproduksi ke seluruh dunia. Perusahaan otomotif di Jepang masuk ke dalam
jajaran produk internasiomal seperti Toyota Motor Corp, Nissan, Mazda, Mitsubishi Motor Corp, Fuji
Heavy Industries, Ltd, dan Isuzu Motors, Ltd.

5. Strategi Pembangunan Ekonomi Jepang
Mempelajari perkembangan perekonomian Jepang tidak bisa dilepaskan dari mempelajari
struktur sosial dan budayanya. Pemerintah Jepang memprioritaskan pembangunan infrastruktur sosial,
dan mengintegrasikan tradisi sosial ke dalam sistem pembangunan ekonomi. Dari tinjauan mikro,
salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun sumberdaya manusia paska
perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” (Team work), yang mana para
ilmuan Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada
semua anggota kelompoknya. Sedangkan dilihat dari aspek makro pembangunan, Jepang
memprioritaskan kebijakan pemerataan pembangunan.
Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan
hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik
seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah
menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka
mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan
kota-kota besar lainnya. Untuk sumber daya pembangunan, jepang memang berbeda dengan negara –
negara maju lainnya. Bangsa Jepang sangat sedikit menggunakan sumberdaya yang berasal dari
hutang luar negeri terutama pada dekade awal pembangunan industri. Sementara Negara-negara
Eropa seperti Belgia, Perancis, bahkan Rusia justru menggantungkan pada foreign capital (hutang luar
negeri) yang difasilitasi oleh “British Capital” dan “French Capital” pada era tahun 1800-an.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan Jepang enggan menggunakan fasilitas utang luar
negeri, yaitu :
a. Investor asing tidak tertarik berinvestasi karena Jepang bukan Negara yang kaya
sumberdaya alam sehingga “capital-inflow” dalam bentuk “Foreign Direct Investment (FDI)” tidak
terjadi.
12

b. Pemerintah Jepang pada saat itu benar-benar belajar dari pengalaman Negara-negara lain
yang mengalami kesalahan dalam mengelola foreign capital seperti yang terjadi di Negara Mesir dan
Turki yang menyebabkan “kekacauan ekonomi” di kedua negara tersebut. Belajar dari kegagalan
Negara lain, pemerintah Jepang giat mengkonsolidasikan sumberdaya domestik dan mendorong
perusahaan-perusahaan lokal untuk menjadi mitra pemerintah dalam membangun dan memajukan
perekonomian nasional serta membantu dan memfasilitasi masyarakatnya menjadi pengusahapengusaha baru. Dengan mengefektifkan sumberdaya-sumberdaya baru tersebut, Jepang memulai
revolusi industrinya sebagai kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam sejarah
Jepang, sebelum tahun 900, pinjaman luar negeri yang terbesar tercatat 5 juta yen yang dipinjam pada
tahun 1870 ketika membangun ruas jalan kereta api antara Tokyo dan Yokohama. Prosentase
pinjaman tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan total dana yang dipakai untuk membangun
ruas jalan kereta api pada saat itu.
c. Memprioritaskan Pembangunan Infrastruktur Sosial. Keunggulan Jepang lainnya dalam hal
rekonstruksi perekonomian pasca perang dunia II yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur
fisik adalah bahwa infrastruktur sosial yang dibangun sejak masa keemasan samurai tidak ikut hancur.
Meskipun infrastruktur fisik luluh lantak, pengangguran besar-besaran tak dapat dihindari, namun
sistem pendidikan yang telah diwajibkan pada masa Tokugawa dan para “shohun” (jendral, militer)
terus didorong agar masyakarat untuk terus belajar, terutama dalam hal membaca dan menulis serta
terus membangun sistem pendidikan dan business tradition. Dua infrastruktur sosial penting inilah
yang telah dibangun dan pada akhirnya menjadi landasan yang kuat dalam pertumbuhan ekonomi
moderen di Jepang dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini mencerminkan bahwa “Sumber Daya
Manusia” merupakan hal sangat penting sebagai bagian dari “infrastruktur sosial” dalam proses
pembangunan. Dimasa lalu dalam sistem pemerintahan yang otokratis feodalisme, dimana Jepang
masih menutup diri dari pergaulan internasional dan sistem perekonomian moderen tidak dapat
dilaksanakan, peranan sekolah yang diprakarsai oleh kuil-kuil budha cukup mendorong iklim dan
tradisi bisnis, sehingga masyarakatnya dapat bertahan secara berswadaya dan mandiri. Pertanian
terutama hasil-hasil pertanian dilakukan dengan sistem cooperation and joint-undertaking.
Kebijakan proteksionis ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa sebagai negara yang
terlambat melakukan indutrialisasi (late industrial country), tertinggal dalam pembangunan vis a vis
negara-negara barat, kekurangan sumber daya alam, jumlah penduduk yang besar serta tingkat
ketergantungan yang tinggi terhadap perdagangan internasional, maka Jepang harus melindungi infant
industry dari kekuatan pasar luar negeri. Jepang selanjutnya menerapkan prioritas utamanya yaitu
mengejar pembangunan ekonomi atau “catching up” Barat. Strategi inilah yang kemudian mempererat
hubungan kerjasama Japan Inc. karena kebijakan pemerintah, terhadap sektor industri misalnya, yang
memberi bantuan dalam waktu resesi melalui kartel, pembebasan pajak, peningkatan kapasitas yang

13

diatur dan sebagainya, sehingga mendorong perusahaan industri untuk berani dalam petualangan
usahanya.
Strategi kebijakan pemerintah pada sektor perdagangan internasional berupa penetapan tarif
dan non-tarif serta penetapan kebijakan pembatasan impor atas produk-produk dan jasa asing.
Proteksi juga diberlakukan atas barang-barang modal, khususnya dalam bentuk FDI, yang merupakan
karakteristik yang khas dari regim ekonomi autarki Jepang (Hirono 1992:339). Kebijakan ini diambil
dengan pemikiran bahwa FDI yang masuk ke Jepang hanya akan merugikan kepentingan ekonomi
Jepang. Pemerintah mengatur masalah FDI secara ketat melalui Foreign Investment

6. Tahapan Perkembangan Industri di Jepang
Kemajuan ekonomi Jepang tidak dapat dilepaskan dari semangat restorasi yang diusung oleh
sekelompok anak muda yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Semangat ketertinggalan yang
kemudian juga menginspirasi para elit negara untuk membuka gerbang Jepang ke dalam keterbukaan
telah mendorong lahirnya semangat pembaharuan dan pengejaran ketertinggalan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Semangat ini salah satunya diwujudkan dengan perbaikan ekonomi yang
dilakukan oleh kelompok konglomerasi keluarga yang dahulunya disebut sebagai kelas pedagang atau
disebut dengan zaibatsu. Kelompok bisnis keluarga inilah yang kemudian menopang dan mendorong
laju perekonomian Jepang.

Hal ini dapat terlihat dari dua fase perkembangannya yaitu dari fase sebelum perang sampai
dengan sesudah perang. Dari dua fase tersebut dapat terlihat bahwa zaibatsu sebelum PD II berperan
sebagai salah satu aktor yang ikut andil dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jepang
khususnya dalam keputusan Jepang untuk terlibat dalam PD II. Hal ini didorong oleh semangat yang
didorong oleh pemerintah melalui semboyannya “negara kaya militer kuat“. Kemudian pada fase
kedua yaitu masa sesudah Perang, seiring dengan prinsip baru Jepang yang tertuang dalam konstitusi
1947 mengenai janji Jepang untuk tidak lagi terlibat dalam bentuk perang apapun dan akan
berkonsentrasi terhadap perbaikan ekonomi, maka zaibatsu yang mengalami pembubaran akibat
keterlibatannya dalam PD II ini di kemudian hari dengan bentuk dan namanya yang sudah berubah
(menjadi keiretsu) tetap menjadi aktor utama dari perancang perbaikan ekonomi Jepang. Untuk itu
peranan dan fungsinya dalam politik dan pemerintahan semakin penting, bahkan merupakan salah
satu aktor dari dua aktor lainnya (dikenal dengan Three deadlock) yang sangat berpengaruh terhadap
setiap pengambilan keputusan dan arah kebijakan di Jepang, khususnya di fase kedua ketika
“strengthening economic power“ menjadi tujuan utama dari Jepang.
a. PERKEMBANGAN PERAN DAN FUNGSI ZAIBATSU DALAM POLITIK DAN
14

PEMERINTAHAN JEPANG PADA MASA SEBELUM PD II
Zaibatsu yang disebut sebagai‚‘‘any of the large capitalist enterprises of Japan before World
War II, similar to cartels or trusts but usually organized around a single family. One zaibatsu might
operate companies in nearly all important areas of economic activity‘‘. Pada awal kemunculannya
diawali pada masa kaisar Matsuhito atau lebih dikenal dengan kaisar Meiji (1852-1912). Hal ini
ditandai oleh suatu peristiwa sumpah setia (charter oath) yang diproklamasikan pada 6 April 1868,
yang isinya terdiri dari(I Ketut,2001:109):
1. Akan dibentuk parlemen
2. Seluruh bangsa harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa
3. Adat istiadat yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan
4. Semua jabatan terbuka untuk siapa saja
5. Semua berhak mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa
dan negara.
Menurut asal katanya‚‘‘Zaibatsu“ berasal dari kata zai berarti uang atau kekayaan dan batsu berarti
klan, jadi zaibatsu bisa diartikan dengan klan kaya. Di masa kekaisaran Jepang, zaibatsu merupakan
istilah Jepang untuk industri dan bisnis keuangan konglomerat. Istilah zaibatsu itu sendiri dalam
sejarah Jepang, muncul kira-kira pada zaman Meiji. Zaibatsu adalah entitas bisnis multi lapis dan
industri yang terdiversifikasi dikoordinasikan dari bagian atas oleh kantor pusat yang dikuasai
keluarga atau perusahaan induk yang berada di bagian atas, beserta sebuah bank yang sepenuhnya
milik sendiri, serta beberapa anak perusahaan di bidang industri yang mendominasi sektor-sektor
tertentu sebuah pasar, baik secara sendirian atau melalui beberapa sub-anak perusahaan. Bank pribadi
ini

bertujuan

untuk

menyediakan

sumber

keuangan

demi

kesejahteraan

Zaibatsu.

(http://escholarship.org/uc/itm/00m7d34g)
Zaibatsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya diversifikasi
2. Kepemilikan eksklusif oleh keluarga
3. Struktur organisasi dengan multisubsidiaris
4. Manajer profesional dari lingkungan pendidikan Tinggi
5. Memiliki decision maker yaitu keluarga

15

6. Memiliki tiga usaha yang saling menunjang yaitu; perdagangan, industri, dan keuangan
Walaupun, proses perkembangan zaibatsu dipengaruhi oleh dua fase yaitu fase pra-peperangan dan
fase pasca peperangan, namun sebenarnya sejarah awal kelahiran dari zaibatsu ini muncul ketika
Jepang berada dibawah kekuasaan Tokugawa yang berkuasa berturut-turut selama 15 generasi. Pada
masa Tokugawa atau zaman Edo inilah Jepang mengalami berbagai penguatan diberbagai sektor,
seperti budaya, sastra, kepercayaan, nilai-nilai, sampai kemajuan bidang Ekonomi yang dipelopori
oleh sekelompok perusahaan keluarga yang dikenal dengan nama zaibatsu.
Zaibatsu yang muncul pada masa feodal ini awalnya merupakan kelompok pedagang yang kelas
sosialnya tidak terlalu dianggap penting. Karena kepemimpinan Tokugawa merupakan kepemimpinan
yang bersifat samurai (militer), maka kelompok pedagang hanya ditempatkan sebagai kelompok
terakhir dari kelas sosial masyarakat Jepang. Kelompok sosial itu disebut dengan Shinokosho dimana
shi berarti bushi (militer), no berarti nomin (petani), ko berarti kosakunin (pengrajin), dan terakhir
adalah sho yaitu shomin yang berarti pedagang.(I Ketut, 2001;44)
Kelas sosial tersebut dibagi berdasarkan seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan dari
masing-masing kelompok. kelompok samurai yang berkuasa dan memimpin seluruh Jepang pada saat
itu maka dianggap sebagai pemegang kontribusi terbesar dari kelompok lainnya dalam kelas
masyarakat sosial di Jepang. Kemudian petani yang mewakili sebagian besar pekerjaan masyarakat
Jepang pada waktu itu diletakkan pada posisi kedua, ditambah lagi berasnya dijadikan sebagai gaji
pokok untuk para pejabat pemerintah, maka tak heran apabila posisinya dianggap penting oleh
pemerintah Jepang pada waktu itu. Selanjutnya pengrajin, yang disebut pengrajin disini adalah
sekelompok orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pertukangan. Kenapa pengrajin
dianggap lebih penting dari pada kelas pedagang, hal itu dikarenakan pembangunan besar-besaran
benteng pertahanan dan kuil-kuil merupakan aspek penting untuk menunjukan kekuatan dan sebagai
benteng pertahanan. Yang terakhir adalah kelas pedagang, diletakkan sebagai kelas keempat
dikarenakan dianggap belum banyak kontribusi yang diberikan dari kelas pedagang ini, sehingga
kemunculannya masih terabaikan.
Bisnis yang mulai berkembang sejak pertengahan zaman (1603-1867) merupakan bisnis keluarga
yang pada saat sebelum terjadinya Perang Dunia I, diperoleh struktur piramida yang memiliki
pengaruh besar terhadap kontrol penuh jalannya perekonomian Jepang pada waktu itu. Pada saat itu
zaibatsu memiliki empat zaibatsu utama atau zaibatsu terbesar yang diantaranya adalah Mitsubishi
zaibatsu, Mitsui zaibatsu, Sumitomo zaibatsu, dan Yasuda zaibatsu. Pada tahun 1900-an, saat
pemerintahan Jepang baru memulai mendorong pertumbuhan ekonomi, zaibatsu terbesar ini mulai
tumbuh besar. Hal ini dikarenakan semua zaibatsu besar ini dikembangkan setelah restorasi Meiji,
yaitu sekitar tahun 1868.

16

Kelas sosial yang terabaikan pada masa Edo ini mengalami kebangkitannya di era Meiji yaitu era
dimana Jepang sedang gencar-gencarnya mengejar ketertinggalan dengan Barat yang kemudian
kejayaannya terus sampai memasuki masa pra perang. Berasal sebagai perusahaan terpadu, mereka
berkembang pesat setelah restorasi Meiji, kudeta yang menggulingkan Shogun (Jenderal berkuasa
penuh) dan mengakhiri 200 tahun Tokugawa feodalisme dan diperluas lagi dengan penumpukan
militer di abad 20. Ledakan ini berkontribusi pada evolusi mereka ke dalam bentuk kelompok usaha
khas zaibatsu. Sebagai contoh, zaibatsu Mitsubishi memulai pemisahan divisi bisnis internal dari
galangan kapal, pertambangan, asuransi perbankan, dan perusahaan perdagangan menjadi perusahaan
hukum yang terpisah antara 1917 dan 1920. (http://escholarship.org/uc/ itm/00m7d34g)
Zaibatsu berubah dari entitas perusahaan tunggal yang terintegrasi menjadi kelompok usaha yang
terorganisir berbentuk piramid dari perusahaan induk yang mengawasi berbagai bisnis yang berbeda
dengan berafiliasi secara legal. Markas zaibatsu memiliki dan mengendalikan modal bisnis afiliasi
ganda dan pada gilirannya sepenuhnya dimiliki oleh keluarga. Kemudian hubungan dekat dengan
negara dan politisi terkemuka, mereka dan keluarga zaibatsu lainnya juga merupakan bagian integral
dari struktur kekuasaan sebelum perang. Kedekatan Pengusaha keluarga ini sudah terjalin semenjak
berlangsungnya zaman Edo, yaitu ketika penguasa Shogun meminta pajak dari masing-masing hasil
penjualan dan untuk mendanai projek-projek pembangunan benteng-benteng pertahanan semasa
feodal.
Untuk membahas mengenai zaibatsu maka tidak terlepas dari sejarah kemunculan zaibatsu-zaibatsu
ternama seperti berikut adalah sejarah terbentuknya zaibatsu-zaibatsu terbesar di Jepang yang dikenal
dengan “The Big Four“.
b. PERKEMBANGAN PERAN DAN FUNGSI ZAIBATSU DALAM POLITIK DAN
PEMERINTAHAN JEPANG PASCA PD II.
Pergerakan rakyat Jepang terhadap demokrasi yang dimulai pada saat diberlakukannya
konstitusi 1947, telah menginspirasi perombakan dalam berbagai bidang di Jepang. Perombakan
tersebut didasari oleh semangat sebagian kelompok progressive yang dikenal dengan kelompok
ranggaku Jepang yang mengharapkan terciptanya persamaan hak, pembubaran kelas dan jaminan
pendidikan bagi semua kalangan dalam masyarakat Jepang. Beberapa aspek direvisi bahkan
dihapuskan dalam konstitusi Jepang yang disebut konstitusi Meiji, seperti revisi tentang undangundang kependidikan di Jepang, penghapusan sistem keluarga yang bersifat otoriter yang dikenal
dengan sistem ie, dan juga pembubaran zaibatsu.
Pembubaran zaibatsu ini terkait dengan keterlibatannya dalam pendanaan Perang Dunia yang
berlangsung sampai tahun 1945 dan melibatkan seluruh masyarakat Jepang didalamnya. Para zaibatsu
seperti Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, dan Yasuda, yang telah mengendalikan industri melalui
17

kepemilikan mereka secara massal dalam saham di industri batubara, besi, dan pembuatan kapal
termasuk bank-bank besar, telah bekerja sama dalam kebijakan militeristik pemerintah sepanjang
masa perang. Dari tahun 1945, Markas Besar sekutu memecah sebagian besar saham-saham itu dalam
rangka mendemokrasikan ekonomi dan mempromosikan paham kapitalisme melalui persaingan
bebas. Inilah yang kemudian dinamakan “pembubaran zaibatsu“, yang kemudian disusul dengan
penetapan pemerintah terhadap undang-undang antimonopoli yang melarang perusahaan-perusahaan
besar mengambil keuntungan secara monopoli. Undang-undang ini ditetapkan pada tahun 1947 yaitu
tahun yang sama diberlakukannya konstitusi 1947.(I Ketut, 2001: 143)
Berkuasanya zaibatsu yang mendominasi dan memonopoli dalam perekonomian Jepang sudah
berlangsung semenjak masa pemerintahan Meiji. Keberadaan zaibatsu tidak dapat dipungkiri telah
berperan penting dalam mendorong terjadinya proses industrialisasi di Jepang. Kelompok zaibatsu
jugalah yang kemudian memberikan kontribusi penting dalam membangun masyarakat Jepang yang
memiliki kemampuan yang didasari oleh ilmu pendidikan.
Ketika konstitusi 1947 diberlakukan, maka zaibatsu yang dibubarkan merubah jati dirinya
tetapi tentu saja tidak meninggalkan peranannya sebagai penopang ekonomi Jepang. Sebelum
pembubaran zaibatsu setelah Perang Dunia II, zaibatsu sudah mengalami kebangkrutan pada tahun
1930 yaitu ketika Jepang memasuki periode yang dikenal dengan “depresi Shoowa“. Dua hal yang
menyebabkan zaibatsu terseret dalam kebangkrutan adalah: yang pertama yaitu efek dari benturan
wall street yang terjadi pada tahun 1929, dan yang kedua yaitu shock yang disebabkan oleh
diberlakukannya embargo emas oleh pemerintah Jepang pada tahun 1930an. (Hidemasa Morikawa,
1995:224).
Semenjak depresi tersebut, zaibatsu sebetulnya secara kontinyu mendapatkan berbagai
serangan dari dalam negerinya sendiri terkait dengan terjadinya korupsi-korupsi yang dilakukan oleh
para pejabat pemerintah Jepang. Kemudian muncullah gerakan-gerakan anti zaibatsu yang sebetulnya
dikarenakan oleh respon terhadap gerakan anti kapitalisme yang berkembang di Jepang. Gerakangerakan anti zaibatsu ini berkembang pada tahun 1930an yang kemudian disusul dengan peristiwa
pembunuhan seorang direktur senior eksekutif dari perusahaan Mitsui oleh seorang dari teroris sayap
kanan yang terjadi pada tahun 1932. (Hidemasa; 1995:224)
Dalam perjalanan sejarah, zaibatsu telah mengalami banyak perubahan peranan dalam
berkontribusi menopang perekonomian Jepang. Melalui sektor industri yang terus bertransformasi
mengikuti perkembangan zamannya seperti pelayaran, pertambangan, pembuatan kapal, pembuatan
mesin logam, dan kimia, telah banyak memberikan pengaruh terhadap terwujudnya industrialisasi di
Jepang yang dicanangkan dari era Meiji. Sampai kejatuhannya paska menyerahnya Jepang pada
tanggal 15 Agustus tahun 1945, zaibatsu direvisi untuk kemudian dirubah bentuknya atas nama
demokrasi ekonomi.
18

Sebagai kelompok yang dianggap bertanggung jawab terhadap pendanaan yang mendukung
terjadinya Perang, maka dibawah pendudukan Amerika salah satu kebijakan yang sangat diperhatikan
adalah mencari solusi untuk keberlanjutan zaibatsu. AS pada saat itu memiliki kontrol penuh terhadap
setiap kebijakan yang akan dibuat di Jepang, dalam hal ini merevisi zaibatsu, sehingga keinginankeinginan beberapa perusahaan untuk merevisi sendiri kebijakannya ditolak oleh AS.
Program revisi ini dimulai pada bulan September 1945 dengan skema lima perusahaan seperti;
Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, Yasuda dan Fuji, daftar perusahaan kemudian diperluas untuk
mencakup delapan puluh tiga konsentrasi, yang semuanya diserahkan kepemilikannya kepada komisi
perusahaan induk likuidasi dan dilarutkan. Langkah selanjutnya yaitu pada bulan Maret 1947, yaitu
ketika ke 56 penunjukan orang dari sepuluh keluarga zaibatsu Mitsui, Iwasaki, sumitomo, yasuda,
Nakajima, asano, okura, Furukawa, Nomura, dan Aikawa diperintahkan untuk membekukan aset
mereka dan mentransfer kepemilikan saham mereka untuk HCLC (Holding Company Liquidation
Commision) tersebut. Orang-orang ini dilarang untuk memegang jabatan di salah satu zaibatsu yang
berhubungan dengan perusahaan. Inti dari revisi tersebut adalah, mengubah kelompok zaibatsuzaibatsu tersebut kedalam firma yang lebih kecil, kemudian pada tahun 1946, 86 firma diubah
menjadi perseroan terbatas (PT), dan pada tahun 1947, 42 firma dibubarkan, 16 firma mengalami
kebangkrutan, 26 firma dipisah menjadi perusahaan-perusahaan kecil dan sisanya 41 firma ditetapkan
sebagai perseroan terbatas yang disyahkan oleh Amerika Serikat. (Hidemasa;1995; 237).
Saat perang dingin terjadi antara negara-negara bersatu dan persatuan negara Soviet meningkat
setelah 1947, pendudukan Jepang terhadap kebijakan bergeser dari reformasi musuh masa lalu
menjadi rehabilitasi sekutu. sejumlah langkah seperti pembubaran zaibatsu itu berbalik atau mulai
menurun, proses ini berlanjut setelah pendudukan berakhir pada tahun 1952. Kalau pada praktek
awalnya dilarang menggunakan nama zaibatsu lama dalam nama perusahaan, pada masa ini diizinkan
untuk menghidupkan kembali. Pembatasan kerja untuk perusahaan induk telah dihapus, dan kelompok
perusahaan yang telah dipecah selama fase awal pendudukan mulai dipasang kembali. Jadi yang
awalnya pembubaran zaibatsu dilakukan semasa pendudukan AS sebagai bentuk kontrol terhadap
Jepang yang dulu pernah terlibat dalam perang dan diklaim sebagai salah satu Negara “penjahat
perang”, ketika AS menghadapi musuh baru semasa Perang Dingin, maka perombakan tersebut
direvisi kembali untuk kepentingan AS dalam menciptakan stabilitas ekonomi yang kuat di Jepang.
Untuk itu Fase kedua setelah Perang bentuk zaibatsu Jepang kembali melahirkan kebijakan
perekonomian struktur industri ke bentuk semula, dengan bersatunya sektor perbankan dengan sektor
industri dan mulai bergabungnya anak-anak perusahaan yang diperbolehkan menggunakan nama
perusahaan dengan nama lamanya dan kemudian membentuk kumpulan konglomerat besar yang baru
dengan nama dan sistem baru yang disebut dengan “keiretsu”.
Dengan demikan, Zaibatsu pada masa pasca Perang Dunia II telah mengalami berbagai revisi
19

diantaranya adalah ekslusivitas dan dominasi yang tidak boleh lagi dimiliki secara monopoli oleh
sekelompok keluarga. Namun peranan dari zaibatsu ini tidak terlalu banyak berubah, kontribusinya
terhadap laju dari perekonomian Jepang masih sangat menentukan dan signifikan dalam
perkembangan perekonomian Jepang.
Dalam perkembangannya pasca Perang Dunia II sampai dengan saat ini peran dan fungsi
zaibatsu masih sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dalam kebijakan Jepang.
Peranan zaibatsu dalam setiap kebijakan yang diambil oleh otoritas pemerintah masih berada dalam
lingkaran yang sangat penting. (Yoshio Sugimoto, 2003;212) menjelaskan dalam bukunya An
Introduction to Japanese Society bahwa adanya kolaborasi beberapa aktor penting dalam pembuatan
kebijakan publik Jepang, dimana aktor-aktor tersebut adalah birokrasi, parlemen (partai politik), dan
perusahaan bisnis (sektor swasta), sistem ini sering juga disebut three way deadlock.
Lingkungan ekonomi diawasi oleh pemimpin perusahaan besar, berada di bawah naungan
birokrasi publik yang mengontrol sektor swasta melalui kekuasaannya guna memberikan izin
perusahaan, meregulasi kegiatan perusahaan, dan menentukan implementasi proyek-proyek yang
didanai oleh publik. Sementara itu, pejabat dalam birokrasi tunduk kepada legislator terutama kepada
partai politik yang menentukan biaya yang dipersiapkan birokrat untuk national Diet dan menentukan
nilai bagi pejabat setelah mereka menempati suatu posisi karir tertentu. Kaum politisi tunduk kepada
sektor swasta karena mereka membutuhkan dukungan keuangan bagi individu maupun partai politik
dalam mempertahankan kegiatan organisasi politik mereka. (Sugimoto,2003:212)
Dengan demikian fungsi dan peran Zaibatsu dari dua fase perkembangan dari sebelum Perang
Dunia II sampai pasca Perang Dunia II tidak berubah banyak. Zaibatsu yang merupakan simbol dari
tumbuh dan berkembangnya industrialisasi di Jepang telah berkontribusi terhadap arah pengambilan
kebijakan di Jepang. Dari keterlibatan Jepang pada Perang Dunia sampai kebijakan Jepang yang
mendeterminasi sebagai Negara modern yang mengutamakan perbaikan ekonomi di segala sektor.
Reformasi bentuk yang dilakukan di dalam tubuh zaibatsu hanya membatasi kepemilikan
individu yang didominasi dan dimonopoli oleh kelompok keluarga secara eksklusif. Perubahannya
dari zaibatsu menjadi keiretsu hanya untuk memberikan kesempatan pada terbukanya sistem ekonomi
yang bersifat demokrasi, hal ini tentunya seiring dengan program demokratisasi yang diberlakukan
oleh AS pasca kekalahan Jepang di Perang Dunia II.
Dengan melihat siklus tiga kelompok yang berperan penting dalam pengambilan kebijakan di
Jepang telah menggambarkan bahwa kelompok pedagang yang mulanya dijadikan kelas terendah
dalam sistem pelapisan sosial masyarakat Jepang pada era feudal, telah bertransformasi menjadi kelas
yang sangat berpengaruh dan menjadi penentu dalam arah kebijakan Jepang. Keterkaitannya dengan
politik dan pemerintah meenjadikan posisi zaibatsu ini menjadi kelompok “konglomerasi” penting
20

yang juga sekaligus merupakan simbol dari modernisasi Jepang.
Posisi spesial yang disediakan oleh para pebisnis untuk para pensiunan pemerintah yang
dikenal dengan istilah amakudari (turun dari surga), merupakan mata rantai yang terus mengalir
dalam putaran aktor-aktor para pengambil keputusan di Jepang. Untuk itu istilah three way deadlock
sangat menunjukan bahwa peran dan fungsi zaibatsu dalam politik dan pemerintah Jepang bukan
hanya pemanis tetapi penentu penting.

7. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Industri Jepang
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan zaibatsu, terutama kemampuan zaibatsu di
dalam mewujudkan strategi diversifikasinya. khususnya disekitar tahun 1893-1913 yaitu berupa:
1. Sumber-sumber daya manajemen
2. Struktur organisasi
3. Keluarga zaibatsu
Sumber-sumber daya manajemen pada waktu itu ialah berupa sumber keuangan dan sumber daya
manusia yang berupa tenaga-tenaga profesional. Sumber-sumber daya tersebut tanpa dibarengi
dengan struktur organisasi yang tepat serta hubungan kerjasama yang baik antara pemilik
perusahaan dengan tenaga-tenaga profesional, niscaya perkembangan zaibatsu tidak akan dapat
dicapai.
Sumber dana yang diperoleh yaitu berasal dari dua sumber yaitu dari keuarga dan dari hasil usaha
perusahaan keluarga. Selain itu keberhasilan strategi diversifikasi tidak saja didukung oleh
melimpahnya ketersediaan dana, tetapi juga tenaga-tenaga yang terampil. Tenaga-terampil tersebut
yang kemudian menjabat sebagai manajer yang mampu mengkombinasikan ide-ide, pandanganpandangan, serta pemikiran-pemikiran strategis.
Pada umumnya zaibatsu tidak memiliki cukup tenaga terampil yang berasal dari lingkungan
keluarga. Sehingga terpaksa mengambil tenaga-tenaga dari lingkungan luar keluarga. Kebanyakan
tenaga yang diambil dari luar lingkungan keluarga adalah lulusan universitas ternama. Akibatnya
banyak lulusan dari universitas ternama menempati posisi yang penting dalam perusahaan zaibatsu.
Selain menempatkan tenaga-tenaga lulusan universitas, juga mempekerjakan pensiunan pegawai
negeri yang dikenal dengan istilah “amakudari“ yaitu birokrat yang turun dari kayangan. Dengan
melimpahnya dana serta tersedianya tenaga-tenaga terampil, maka dengan mudah bagi zaibatsu
untuk mengembangkan berbagai usahanya.
Sepanjang tahun 1870 sampai 1880 sebagian besar zaibatsu, terutama Mitsui, Mitsubishi, dan
Sumitomo mampu mengumpulkan kekayaan yang diperolehnya melalui kegiatan political merchant.
Bahkan lebih jauh lagi mampu melakukan pembagian usaha antara lain dalam bidang pertambangan,
21

sehingga dapat memuluskan jalan menuju perkembangan selanjutnya ke bidang yang lebih luas lagi.
Perkembangan zaibatsu pada intinya sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan Meiji yaitu penjualan
aset negara serta adanya undang-undang yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha keluarga untuk
mencari kekayaan dengan cara joint stock. Kemudian pemerintah juga sangat berperan dalam
menunjang perkembangan dari zaibatsu ini yaitu seperti dibentuknya undang-undang persero pada
tahun 1893 yang mengatur kebutuhan dan kewajiban dari para zaibatsu untuk merekrut tenaga
profesional dari lulusan universitas-universitas ternama di Jepan