proses produksi dan analisis mutu (4)

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

Di susun oleh :
Nama

: Ariyanto Agung S.

NIM

: 41312120038

Hari/Tanggal Praktikum

: Minggu,23 Juni 2013

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esaatas
kesehatan yang telah diberikan kepada kita semua sehingga laporan
praktikum ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Laporan praktikum proses produksi ini diajukan untuk melengkapi
tugas mata kuliah proses produksi pada program studi Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana dan ditujukan pula agar kita mampu memahami
dan menerapkan teori-teori yang diperoleh dari kuliah khususnya pada mata
kuliah proses produksi.
Untuk selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada ;
1. Bapak Aris Setyanto Nugroho,Dr,MM selaku Rektor Unversitas
Mercu Buana
2. Bapak Ir.Ganda Samosir M.Sc selaku dosen mata kuliah proses
produksi
3. Assistant praktikum proses produksi
4. Pihak-pihak yang terkait dengan praktikum proses produksi
Yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan praktikum proses
produksi ini dengan baik .

Akhir kata penulis menyadari banyak kekurangan-kekurangan yang
terdapat

pada

penyusunan

laporan

praktikum

proses

produksi

ini,namunkiranya laporan praktikum ini bisa berguna bagi pihak yang
membutuhannya.
Jakarta,
23 Juni 2013


(Ariyanto agung s )

DAFTAR ISI

1. LAMPIRAN ABSENSI PRAKTIKUM……………………...

2. KATA PENGANTAR……………………………………........

3. DAFTAR ISI............................................................................

4. BAB I_PENDAHULUAN…………………….……….…......

5. BAB II_TATA TERTIB DAN KESELAMATAN
KERJA.....................................................................................

6. BAB III_MESIN BUBUT (LATHE MACHINE)…...…......

7. BAB IV_MESIN FRAIS (MILLING MACHINE)…..........

8. BAB V_LAS LISTRIK (ELECTRICAL WELDING)….....


9. BAB VI_PENGERJAAN KERJA BANGKU DAN MESIN
BOR........................................................................................

10. KESIMPULAN DAN SARAN PRAKTIK …......…………

BAB I
PENDAHULUAN
Materi praktikum ini disesuaikan berdasarkan kebutuhan bagi mahasiswa
Jurusan Teknik Mesin,Fakultas Teknologi Industri,Universitas Mercubuana.
1.1 Metode Praktikum
Kegiatan Praktum terdiri dari :
a. Dasar dasar penggunaan mesin perkakas antara lain :
Dengan petunjuk praktis cara menggunakan mesin bubut,mesin
frais,mesin scrap dan mesin mesin lainnya.
Pelatihan penggunaan mesin perkakas dengan membuat benda benda
kerja seperti membuat palu,roda gigi dan mengelas batang besi.
Petunjuk pemeliharaan dan keselamatan kerja.
b. Kerja bangku
Kerja Bangku adalah sebagai penunjang pekerjaan awal dan

pekerjaan akhir/finishing,seperti memberi tanda tanda pekerjaan atau
gambar pada benda kerja.
Dalam pekerjaan akhir/finishing adalah bila ada bagian yang tidak
mampu diselesaikan dengan mesin tersebut maka diselesaikan
dengan perkakas tangan yaitu


Mengkikir yaitu dengan menghaluskan permukaan benda kerja
yang kasar



Menggergaji benda kerja yakni memotong benda kerja sesuai
dengan dimensi yang ditentukan oleh gambar kerja



Memotong sisa sisa pada proses mesin frais yaitu dengan cutter
agar visual benda




menjadi bagus.

Mengetab benda kerja yaitu proses membuat ulir dalam pada
benda kerja



Mensnail benda kerja yaitu dengan proses membuat ulir luar
pada benda kerja.

c. Perakitan
Yang dimaksud dengan perakitan adalah menyusun komponen
komponen yang telah selesai dibuat sehingga dapat tersusun menjadi
benda kerja dan benda kerja tersebut dapat berfungsi sesuai dengan
penggunaannya.
Dalam pelaksanaan praktekum ini para praktikum dibimbing oleh Instruktur
dan Asisten Mahasiswa yang akan mengarahkan pada saat Proses Praktikum
berlangsung.


BAB II
TATA TERTIB DAN KESELAMATAN KERJA
Selam proses para praktikan harus melaksanakan ketentuan yang tercantum
dalam Tata Tertib dan Keselamatan Kerja.
A.Tata Tertib
1. Yang berhak mengikutii praktekum adalah mahasiswa yang
a. Telah lulus dalam mata kuliah Teknologi Mekanika I dan II
b. Telah memenuhi administrasi praktekum
2. Praktikan wajib membawa Kartu Praktekan
3. Praktikan wajib dating dan pulang tepat waktu yang telah
ditentukan.
4. Praktikan wajib mengisi daftar hadir.
5. Jenis materi praktekum hari,jam,untuk masing-masing paraktikan
ditentukan sesuai jadwal dan saya sebagai penulis dapat jadwal hari
Minggu,16 Juni 2013 pada jam 09.00 s/d 16.00 WIB.
6. Seluruh

peralatan


menjadi

tanggung

jawab

masing-masing

praktikan,baik dari kerusakan maupun kehilangan.
7. Pada saat praktekum mahasiswa dilarang :
a.Merokok di dalam laboratorium
b.Bergurau,bermain,apalagi menggunakan peralatan praktekum,
c.Hanya memakai kaos dalam (singlet),disarankan memakai pakaian
kerja (Werk Pack)
d. Memakai sandal
8. Setelah selesai praktekum praktikan harus :
9. Mengembalikan peralatan yang dipinjam,
10. Membersihkan mesin-mesin peralatan yang digunakan.
11. Menyerahkan benda kerja kepada Instruktur dan Asisten Mahasiswa.


12. Benda kerja yang telah selesai harus diberi nomor induk dan
dimintakan nilai dari Instruktur dan Asisten Mahasiswa.
13. Praktikan wajib mengikuti petunjuk petunjuk dari Instruktur dan
asisten Mahasiwa
14. Mentaati peraturan keselamatan kerja dalam Laboratorium
15. Bagi praktikan yang melanggar Tata Tertib ini dapat dikenakn sangsi
akademis sesuai peraturan yang berlaku di Jurusan Teknik Mesin.

B. Keselamatan Kerja
1.1 Petunjuk umum
1. Tanyakan segera kepada Instruktur dan asisten Mahasiswa apabila
ada keragu-raguan.
2. Gunakan perkakas dan peralatan yang benar.
3. Simpan

peralatan

dan

perkakas


pada

tempat

yang

tidak

membahayakan atau pada tempat yang tidak membahayakan atau
pada tempatnya apabila tidak digunakan.
4. Sediakan alat pemadam kebakaran dan tempatkan disekitar daerah
kerja,Yakini bahwa tahu cara menggunakannya.
5. Jangan berlari lari di dalam laboratorium dan jaga agar laboratorium
tetap bersih.
6. Jangan melempar-lemparkan sesuatu dan bersenda gurau di dalam
laboratorium.
7. Jangan meninggalkan mesin sedang berputar/bekerja.
8. Sediakan kotak obat PPPK dengan isinya lengkap.
9. Laporkan segera bila terjadi kecelakaan walaupun kecil.

10. Gunakan selalu kaca mata pengaman pada waktu bekerja dengan
mesin-mesinnya atau peralatan tertentu.
11. Gunakan sepatu tertutup dan gunakan pelindung bila dibutuhkan.
12. Pakaian kerja selama praktekum harus selalu terkancing,gulung
lengan baju yang panjang atau lipat dan kancingkan.
13. Jaga rambut tetap pendek atau gunakn tutup kepala.

14. Yakini

bahwa

semua

tutup

pengaman

mesin

sudah

pada

tempatnya,sebelum menghidupkan mesin.
15. Periksa daerah kerja,apakah sudah tertib sebelum menghidupkan
mesin.
16. Hati-hati terhadap bram.
17. Jaga tangan agar terhadap putaran roda gigi.
18. Jangan menyimpan alat-alat yang tajam seperti obeng,penggores,dan
lain-lain di dalam kantong pakaian kerja.
19. Jangan mencoba menghentikan putaran mesin dengan tangan.
20. Jangan melepas penutup kecuali mesin sedang berhenti.
21. Jangan bersandar pada mesin.

1.2 Pengaman Mesin
1. Peliharalah agar mesin tetap bersih dan dalam kondisi baik.
2. Yakini bahwa anda sudah tahu cara mematikan mesin sebelumanda
menghidupkannya.
3. Matikan segera apabila ada sesuatu kesalahan.
4. Periksa batas minyak pelumas mesin sebelum menghidupkannya.
5. Laporkan segera apabila ada kerusakan atau gangguan listrik.
6. Matikan saklar utama/induk pabila pemakaian mesin telah selesai.
7. Perbaiki segera apabila ada bagian-bagian yang rusak.
8. Yakini bahwa benda kerja sudah diklem dengan kuat.
9. Jangan mencoba-coba menggunakan mesin sebelum anda yakin
benar cara pemakaiannya .
10. Jangan memasang atau mengguanakn batu gerinda yang retak

BAB III
PENGERJAAN BUBUT
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum penerjaan bubut ini adalah







Setiap mahasiswa dapat mengoperasikan mesin bubut
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti gambar kerja
Mahasiswa dapat mengetahui dan menguasai pembubutan
Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk pahat dan fungsinya
Mahasiswa dapat mengetahui ukuran-ukuran benda kerja
Mahasiswa dapat mengetahuikerja efisien (apa yang dikerjakan ter-

lebih dahulu)
 Mahasiswa dapat mengetahui komponen-komponen mesin bubut
serta fungsinya

1.2 Landasan Teori

Mesin bubut merupakan salah satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja
pada proses turning atau lebih dikenal dengan proses bubut adalah proses
penghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu. Di
sini benda kerja akan diputar/rotasi dengan kecepatan tertentu bersamaan
dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara
translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari
benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat
disebut gerak umpan.
Pekerjaan-pekerjaan yang umumnya dikerjakan oleh mesin bubut
antara lain:
 Membubut luar
 Membubut dalam
 Membubut tirus
 Membubut permukaan
 Memotong
 Membuat ulir

Pada gambar berikut dapat dilihat bentuk – bentuk benda kerja yang
dibuat oleh mesin bubut tersebut. Meskipun ada juga kemampuan –
kemampuan lain yang dapat dikerjakan oleh mesin tersebut.

1.2.1 Bagian – bagian mesin bubut.
Pada gambar dibawah ini adalah sebuah mesin bubut yang terdiri
dari bagian – bagian yang umum untuk diketahui antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Kepala tetap
Spindel
Eretan
Kepala lepas
Alas
Ulir pembawa
Poros penjalan
Tempat pahat
Alas putar
Lemari Roda gigi

1.2.2

( head stock )
( spindle )
( carriage )
( tail stock )
( bed )
( lead screw )
( feed rod )
( tool past )
( swivel base )
( gear box )

Cara membubut

Dasar – dasar membubut adalah sebagai berikut :

- Pasang benda kerja pada cekam ( Chuck ) cukup kuat, artinya tidak
lepas pada waktu mesin dihidupkan dan sedang melakukan penyayatan.
- Periksa kedudukan benda kerja tersebut pada saat cekam diputar
dengan tangan apakah posisinya sudah benar, artinya putaran benda
tidak oleng/simetris dan periksa apakah ada bagian yang tertabrak
yang membahayakan dan merusakkan mesin.
- Pasang atau stel kedudukan - agar posisi ujung potong pahat tepat
pada titik senter dari kepala lepas. Untuk mengatur posisi tersebut
dapat menggunakan ganjal dari pelat tipis atau dengan menggunakan
tempat pahat model perahu ( American tool post ) lihat gambar 2.3.
Kemudian lanjutkan membubut benda kerja sesuia dengan ukuran
yang telah ditentukan.

Gambar 2.3

1.2.3

Membubut Tirus

Pada bagian – bagian mesin, selain poros dengan bentuk rata
memanjang atau bertingkat, ada juga poros berbentuk tirus. Untuk
membubut bentuk tirus dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,
dengan menggeser kepala lepas, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

D−d L
x
2
l
X=
dimana :

x = jarak geser kepala lepas dari garis sumbu
spindle.
D = diameter terbesar
d = diameter terkecil
L = panjang benda kerja
l = panjang yang ditiruskan

Cara kedua, dengan menggeserkan alas putar ( swivel base ) dengan
menentukan besarnya sudut

D−d
2
l
Tg x =
Dimana :

tg x = tangent x
D
= diameter terbesar
d
= diamaeter terkecil
l
= jarak yang ditentukan

Setelah diketahui tg x, maka dapat dicari besarnya sudut x dengan
melihat daftar dibawah ini :
x
°
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0

tg
0.01
7
0.03
8
0.05
2
0.07
0
0.08
7
0.10
5
0.12
2
0.14
0
0.15
8
0.17
6

x
°
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0

tg
0.19
4
0.21
2
0.23
0
0.24
9
0.26
7
0.28
6
0.30
5
0.32
4
0.34
4
0.36
4

x
°
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0

tg
0.38
3
0.40
4
0.42
4
0.44
5
0.46
6
0.48
7
0.50
9
0.53
1
0.55
4
0.57
7

x
°
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7
3
8
3
9
4
0

tg
0.60
0
0.62
4
0.64
9
0.67
4
0.70
0
0.72
6
0.75
3
0.78
1
0.80
9
0.83
9

x
°
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
4
6
4
7
4
8
4
9
5
0

tg
0.86
9
0.90
0
0.93
2
0.96
5
1.00
0
1.03
5
1.07
2
1.11
0
1.15
0
1.19
1

x
°
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
5
6
5
7
5
8
5
9
6
0

tg
1.23
4
1.27
9
1.32
7
1.37
6
1.42
8
1.48
2
1.54
0
1.60
0
1.66
4
1.73
2

x
°
6
1
6
2
6
3
6
4
6
5
6
6
6
7
6
8
6
9
7
0

tg
1.80
4
1.88
0
1.96
2
2.05
0
2.14
4
2.24
6
2.35
5
2.47
5
2.60
5
2.74
7

x
°
7
1
7
2
7
3
7
4
7
5
7
6
7
7
7
8
7
9
8
0

tg
2.90
4
3.07
7
3.27
0
3.48
7
3.73
2
4.01
0
4.33
1
4.70
4
5.14
4
5.67
1

x
°
8
1
8
2
8
3
8
4
8
5
8
6
8
7
8
8
8
9
9
0

tg
6.31
3
7.11
5
8.11
4
9.81
4
11.4
3
14.3
0
19.0
8
28.6
3
57.2
9

1.2.4

Cara membuat ulir

Cara membuat ulir segitiga adalah sebagai berikut :
Ulir segitiga ada dua macam, yaitu :



Ulir metric dengan sudut 60°
Ulir whit worth (WW) dengan sudut 55° (lihat gambar 2.6)

Maka pasanglah pahat bubut dengan sudut yang sesuai. Apabila
pahatnya belu tersedia, bentuklah pahat tersebut sesuai dengan sudut yang
dibutuhkan.

Gambar 2.6

- Pasang pahat bubut pada tempat pahat ( tool post ). Atur kedudukan
alas putar (swivel base) sehingga membentuk sudut setengah dari be-

sarnya sudut ulir. Pahat bubut membentuk sudut 90° dengan garis
sumbu spindle.
- Setiap melalui pembubutan harus menggunakan lonceng ( thread
dial ). Yaitu pada saat akan memulai pembubutan, jarum dengan
angka yang telah ditentukan harus tepat bertemu, langsung handle
otomatis dijalankan, bila sampai pada akhir ulir, handle otomatis
dilepas. Hal ini dikerjakan berulang – ulang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini ;

1.2.5

Bentuk – bentuk Pahat bubut dan kecepatan Potong

a. Bentuk – bentuk pahat

Agar sesuai dengan penggunaannya, seperti kekerasan bahan bentuk,
dan jenis benda kerja, maka pahat bubut dibuat sedemikian rupa sehingga
masing – masing memiliki spesifikasi tersendiri.

Agar menghasilkan kemampuan penatalan yang baik, maka pahat
bubut memiliki sudut – sudut geometris. Sudut – sudut geometris tersebut
terdiri dari :
-

Sudut potong sisi
Sudut jalan bebas
Sudut baji
Sudut siduk

Pada gambar berikut adalah letak dari sudut – sudut tersebut :

K sudut potong sisi 45° - 60°
V sudut jalan bebas 8° - 15°
W sudut baji

30° - 82°

S sudut siduk

10° - 52°

Bentuk pahat untuk benda kerja dengan bahan yang lebih keras akan
berlainan dengan bentuk pahat untuk benda kerja dengan bahan yang lebih
lunak.
Dibawah ini adalah daftar sudut – sudut pahat bubut untuk beberapa
logam :

Sudut – sudut Pisau Bubut Untuk Beberapa Logam :

Bahan

V

W

S



15°- 50°

32°- 52°

Perunggu

10° - 15°

40°

15°- 40°

Kuningan

12° - 15°

50°

25°- 28°

Baja sampai 60 kg/mm²



62°

20°

Baja 60 kg/mm² keatas



68°

14°

Besi tuang



74°

10°

Pahat Ulir



82°

-

Alumunium

b. Kecepatan spindle
Kecepatan spindle harus disesuaikan dengan kekerasan dari benda
kerja yang akan dibubut. Yaitu makin keras benda kerja atau makin besar
diameternya, kecepatan spindle makin rendah. Dan makin lunak benda
kerja atau makin kecil diameternya, kecepatan spindle makin tinggi.
Untuk menghitung kecepatan spindle dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

1000 xs
π.D
N=
Dimana : N = kecepatan spindle
s = kecepatan potong
D = diameter benda kerja

Daftar kecepatan potong untuk masing – masing bahan, dapat dilihat di
bawah ini :

Bahan

Pengerjaan Kasar

Menghaluskan

Baja (mild steel)

30

40

Baja tuang

20

30

Baja paduan

15

25

Kuningan perunggu

50

70

Tembaga

30

40

Alumunium

70

100

Plastik

80

120

1.2 Alat-alat yang digunakan
1. Mesin bubut
2. Pahat / insert

3. Caliper
4. Jangka sorong / Stigmat

1.3 Tugas dan Pertanyaan
1) Kegunaan mesin bubut:
a)membuat ulir: berfungsi untuk menyatukan beberapa komponen menjadi
satu unit barang jadi.
b)membubut luar: untuk memperkecil diameter benda yang akan digunakan
agar pas dengan kebutuhan.
c)membubut dalam:untuk memperbesar diameter lubang pada suatu benda.

d)membubut permukaan:untuk meratakan dan menghaluskan permukaan
benda.
e)memotong:untuk mengurangi panjang suatu benda
f)membubut tirus:untuk kebutuhan benda yang harus berbentuk tirus.
2) urutkan pengerjaan bubut seperti ini

1. Pertama-tama ukur dengan caliper besar dimeter awal benda
2. Kita bubut sepanjang 24mm dengan diameter 15mm,
3. Setelah hampir mendapatkan diameter yang dim au,kita finishing
permukaan nya agar halus,
4. setelah di finishing dengan ukuran 15mm,lalu bubut berdiameter
13mm sepanjang 12mm,
5. Setelah hamper mendekati 13mm,kita finishing lagi agar menjai
13mm dan mendapatkan permukaan yang rata dan halus.
3) sebuah benda kerja dengan diameter 80mm dikerjakan dengan
kecepatan potong 43m/menit.tentukan putaran mana yang harus dipilih
bila putaran yang tersedia pada mesin bubut : 31.5 – 45 – 63 – 125 –
180 – 250 – 355 – 500 – 700 – 1000 – 1.400 rpm,dan berikan
alasannya.
Jawab:
Karena kecepatan memotong nya 43m/menit , kita harus memutarkan
dengan rpm yang cepat karena kalau tidak akan memakan waktu yang
cukup banyak.700rpm menurut saya yang paling bagus untuk
kecepatan memotong 43m/menit.

1.4 kesimpulan dan saran
Mesin bubut ini di gunakan untuk menerjakan benda-benda seperti as
kendaraan,dan hanya bisa mengerjakan benda yang berbentuk lingkaran
atau bulat saja.
Berdasarkan proses yang telah dilakukan selama praktikum Proses
Produksi maka kesimpulannya adalah :
1. Menjalankan

mesin

bubut

dapat

menambah

wawasan

dan

pemahaman terhadap teknologi yang sangat erat kaitannya dalam
bidang industry dan menambah kemampuan dalam mengoperasikan
mesin bubut.
2. Gambar teknik merupakan gambar yang menunjukkan sebuah benda
berdasarkan

bentuk

jika

dipandang

dari

segala

arah

dan

menerangkan tentang ukuran dengan detail.
Saran
Tidak mudah untuk mengoperasikan mesin bubut bagi seseorang yang baru
mengenal atau belum mendalami tentang jenis – jenis bahan dan mesin yang
digunakan untuk menghasilkan sebuah produk dengan kualitas yang baik.

BAB IV
PENGERJAAN FRAIS
2.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari pengerjaan frais ini adalah

1.

memahami cara menggunakan mesin frais.

2. Belajar membuat roda gigi.
3. Memperdalam pengetahuan tentang permesinan.
4. Menunjang pemahaman materi kuliah yang disampaikan oleh
dosen.

2.2 landasan teori
Pada mesin frais,pisau terpasang pada arbor dan di putaroleh
spindle.benda kerja terpasang pada meja dengan bantuan catok ( vice ) atau
alat bantu lain nya.
Meja bergerak vertical(naik-turun),horizontal(maju-mundur dan kirikanan).dengan gerakan ini maka dapat dihasilkan benda-benda kerja seperti
pembuatan :
-

Bidang rata

-

Alur

-

Roda gigi

-

Segi banyak beraturan

-

Bidang bertingkat

Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan kerja mesin frais , maka
mesin ini dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

-

Mesin frais horizontal

Mesin Frais Horizontal adalah mesin yang digunakan untuk
memfrais benda kerja yang poros utamanya sebagai pemutar dan pemegang
alat potong pada posisi mendatar.
Spesifikasi Mesin Frais
Mesin Frais Horizontal digunakan hanya untuk posisi mendatar karena jika
digunakan pada posisi lain mesin ini akan mudah rusak, oleh karena itu kita
harus menggunakan Mesin Frais Horizontal ini hanya untuk posisi
mendatar.
Kontruksi Mesin Frais Horizontal
Mesin Frais Horizontal sangat dibutuhkan untuk memfrais permukaan
benda kerja datar, terutama dalam perbengkelan , mesin ini sangat berguna
sekali.
-

Mesin frais vertical

Mesin Frais Vertikal adalah mesin frais yang digunakan dengan
perosotan sebagai pemutar dengan pemegang alat pemotong dengan
positegen. Mesin ini mempunyai banyak manfaat antara lain : bisa
digunakan dalam permukaan bersudut, permukaan datar, permukaan beralur,
permukaan melombang, dan dapat mengerjakan permukaan melingkar atau
bulat.

Spesifikasi Mesin Frais Vertikal
Poros utama mesin frais vertikal dipasang pada kepala tegak (vertikal head
spindel) posisi kepala ini dapat dimiringkan ke arah kiri atau kanan dengan
maximal 60 derajat.
Kontruksi Mesin Frais Vertikal
Mesin Frais Vertikal sangat banyak digunakan dalam perbengkelan
dibanding dengan Mesin Frais Horizontal karena mesin ini mempunyai
banyak fungsi yaitu untuk permukaan bersudut, permukaan datar, beralur,
melombang, dan dapat mengerjakan permukaan yang melingkar atau bulat.
-

Mesin frais universal

Mesin Frais Universal adalah gabungan antara Mesin Frais
Horizontal dengan Mesin Frais Vertikal, Datar, Spiral, Roda Gigi,
Pengboran dan Reamer serta pembuatan alur dalam dan alur luar.Mesin ini
dapat dikatakan mesin penyempurna antara Mesin Frais Horizontal dengan
Mesin Frais Vertikal karena mesin ini gabungan antara kedua mesin
tersebut.

Mesin milling ini mempunyai fungsi bermacam-macam sesuai dengan
prinsipnya, seperti :
Frais muka, frais spiral, frais datar, pemotongan roda gigi, Pengeboran,
Reaming, Boring, Pembuatan celah, Plano Milling,

A) Bagian – bagian Mesin Frais
Komponen Utama Pada Mesin Frais
Mesin Frais ini terdiri dari bagian atau komponen, antara lain :
-

Badan mesin

-

Penggeser

melintang
-

Spindel utama

-

Meja

-

Penggerak Utama

-

Lengan pengantar

-

Penggerak isi

-

Lengan panjang

-

Pelindung

-

Poros pemanjang

-

Roda gigi cacing

Susunan komponen ini dapat dilihat pada gambar berikut ;

Pisau Frais
Beberapa bentuk pisau frais sesuai dengan penggunaanya, antara lain :
-

Pisau Mantel

-

Pisau Roda gigi

-

Pisau sudut tunggal dan ganda

-

Pisau Alur

-

Pisau sisi Muka

-

Pisau Gergaji

-

Pisau Alur T

-

Roda Gigi Cacing

-

Pisau Jari
Untuk Lebih Jelasnya, lihat gambar berikut ;

Kepala Pembagi ( Dividing Head )
Untuk membuat alur dan segibanyak beraturan, seperti roda gigi atas
bentuk – bentuk lainnya dengan bentuk dan jarak yang beraturan, seperti
poros transmisi, pembuatannya menggunakan kepala pembagi (Lihat
gambar 2.6).

Cara kerja kepala pembagi adalah sebagai berikut :
Pada kepala pembagi ini terpasang roda gigi cacing ( worn gear ) dan poros
cacing (worn shaft ). Apabila poros cacing diputar 1 putaran, maka roda gigi
cacing akan berputar 1//40 putaran atau ada juga 1/80 putaran.
 Roda gigi Cacing
 Cacing
 Plat pembagi

Untuk mengatur pembagian – pembagian tersebut, dilengkapi dengan plat
pembagi ( dividing plat ). Untuk memegang benda kerja dan alat – alat
bantu lainnya dilengkapi dengan cekam ( chuck ) dan kepala lepas

( stail

stock ).
Untuk membuat segi banyak beraturan atau membuat roda gigi, dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

N
n= z
dimana :

n = Putaran poros cacing
N = Karakteristik kepala pembagi
z = Jumlah alur atau gigi yang akan dibuat

Plat pembagi dilengkapi dengan lubang – lubang
pembagi dengan jumlah lubang masing – masing antara lain :
15, 16, 17, 18, 19, 20
21, 23, 24, 27, 29, 31
33, 37, 39, 41, 43, 47, 49
a) Cara Menghitung Roda Gigi
Roda gigi dibedakan dalam dua bentuk yaitu :
-

Modul (M)

-

diametral pitch (DP)

Maka pisau roda gigi ( gear cutter ) pun ada dua macam sesuai
mana yang akan digunakan.
Roda gigi terdiri dari bagian – bagian sebagai berikut :

-

Lingkaran kepala

-

Lingkaran Tusuk

-

Lingkaran Kaki

-

Tinggi kepala

-

Tinggi kaki
(Lihat Gambar 2.8)

Keliling lingkaran tusuk = z x t
t = busur tusuk
t=π xT
T = diameter tusuk
Jadi :
z x t = π x T

t =

π xT
z

T
z

=

m

m = Modul
Modul adalah perbandingan antara diameter tusuk (T) dengan
jumlah roda gigi ( z ) dalam ukuran kesatuan mm. Ukuran – ukuran tinggi
kepala gigi, tinggi kaki gigi ditetapkan dalam modul.
Tinggi kepala gigi

= 1 x modul

Tinggi kaki gigi

= 1 1/6 x modul = 1.16 modul

Tinggi gigi

= 2 1/6 x modul = 2.16 modul

T
m= z

T=mxz

T = diameter lingkaran tusuk
Diameter lingkaran kepala = diameter lingkaran tusuk + 2 modul
= T + 2m
= m x z + 2m
= (z+2)m

2.3 Alat-alat yang digunakan
1. mesin frais
2. pisau frais
3. alat ukur/ jangka sorong

2.4 Tugas dan pertanyaan
1) Jelaskan metode atau cara yang dilakukan dalam pembuatan roda
gigilurus.!!


pembuatan roda gigi ini ialah menentukan m ( D= (2+z) m )



dari perhitungan diatas kita substitusikan ke rumus berikut:
( n = N/Z )



setelah didapatkan hasil perhitungan seperti diatas maka yang
harus kita lakukan adalah. meletakkan alat pemutar benda kerja
pada titik lubang.



kemudian melakukan pemutaran pada kepala pembagi



lakukanlah secara terus menerus sampai didapatkan roda gigi
dengan jumlah yang di inginkan.

2) Diketahui roda gigi yang akan dibuat :
-jumlah gigi : a buah
-modul : M
Berapa besar diameter yang dibutuhkan dan berapa putaran yang
dibutuhkan pada dividing head,terapkan melalui rumus ?
pertama sekali yang dilakukan dalam pembuatan roda gigi ini ialah
menentukan m (ukuran mata pisau yang digunakan)
D= (2+z) m
dimana:
D :diamater benda kerja yang berbentuk lingkaran
z : jumlah gigi
m : mata pisau/pemotong yang digunakan
misalnya saat ini kita ingin menggunakan mata pisau dengan ukuran
3,kemudian diameter benda kerja kita 60,maka:
60=(2+Z) 3
60=6+3Z
54=3Z

Z=18
nah dari hasil perhitungan diatas didapatlah jumlah gigi yang bisa dibuat
dengan mata pisau ukuran 3 dan diameter benda kerja 60. dari perhitungan
diatas kita substitusikan ke rumus berikut:
n = N/Z

dimana:
n= jumlah putaran
N= karakteristik piringan pembagi
Z= jumlah gigi
cth: jika kita gunakan karakteristik piringan pembagi 40,maka
n= N/Z
n=40/18
n=2.4/18
n= 2. 12/54
Nah, setelah didapatkan hasil perhitungan seperti diatas maka yang harus
kita lakukan adalah.meletakkan alat pemutar benda kerja pada titik 54,
kemudian melakukan pemutaran sebanyak 2 kali ditambah 12 titik.
lakukanlah secara terus menerus sampai didapatkan roda gigi dengan jumlah
18 gigi.
3) Diketahui sebuah roda gigi kerucut dihubungkan dengan roda
penggerak n=1420rpm, sisi kerucut R=25mm, modul m=3, sudut poros θ
=90,tentukan berapa jumlah gigi pada roda kerucut dam berap kecepatan
keliing V (m/s) ?
Jawab :D= (2+z) m
dimana:
D :diamater benda kerja yang berbentuk lingkaran
z : jumlah gigi
m : mata pisau/pemotong yang digunakan
jadi : 50 = (2+z)3
50 = 6+3z

50-6 = 3z
44 = 3z
z = 44/3
z = 16.667
jadi jumlah gigi nya ialah 16 buah
V = π.D.n / 1000
V = 3.14 x 50 x 1420 / 1000
V = 222940 / 1000
V = 222.94 m/s
jadi kecepatan keliling nya ialah 222.94 m/s

\

2.5 Kesimpulan dan saran
Mesin frais ini membuat kita mengerti tentang cara menggunakan
mesin frais ini,mesin ini berguna untuk membuat roda gigi untuk
permesinan dan semacan nya dengan tingkat kepresisian yang sangat tinggi
dan mesin frais ini juga ada beberapa macam seperti mesin frais
horizontal,vertical,dan juga universal.
Kesimpulan
Berdasarkan proses mengoperasikan mesin frais yang telah dilakukan
selama praktikum Proses Produksi maka kesimpulannya adalah :
1. Menjalankan mesin frais dapat menambah wawasan dan pemahaman
terhadap teknologi yang sangat erat kaitannya dalam bidang industry
dan menambah kemampuan dalam mengoperasikan mesin frais.
2. Gambar teknik merupakan gambar yang menunjukkan sebuah benda
berdasarkan

bentuk

jika

dipandang

dari

segala

arah

dan

menerangkan tentang ukuran dengan detail.
Saran
Tidak mudah untuk mengoperasikan mesin frais bagi seseorang yang
baru mengenal atau belum mendalami tentang jenis – jenis bahan dan mesin
yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk dengan kualitas yang
baik.

BAB V
PENGERJAAN LAS
3.1 Tujuan praktikum
Tujuan dari pengerjaan las :
1. untuk lebih memahami tentang cara
penggunaan las yang benar.
2. Mengetahui cara pengelasan yang benar.
3. Memperbanyak wawasan mahasiswa
mengenai permesinan.

3.2 Landasan teori

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan yang kontinyu

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar
tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang
terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan
mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur
sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type
elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda.Elektroda atau logam

pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan
sehingga terjadi sambungan las.Mula-mula terjadi kontak antara elektroda
dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan
penghantar timbulah busur.
Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat
mencapai 5500 ° C Ada tiga jenis elektroda logam,yaitu elektroda polos,
elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas
penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya
digunakan polaritas langsung.Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las.Fluks membantu
melarutkan dan mencegah

terbentuknya

oksida-oksida

yang

tidak

diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak

digunakan dalam berbagai pengelasan komersil
A) Keselamatan kerja yang sifatnya khusus untuk diperhatikan, antara
lain :


Hindarilah diri anda jangan sampai terjadi kontak
dengan arus listrik.



Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar
yang dapat membahayakan. Cahaya tersebut adalah ultra
violet dan infra merah. Oleh karena itu :


Pakai kedok las untuk melindungi mata terhadap
sinar tersebut dan melindungi percikan api serta
logam panas pada waktu mengelas.



Kenakan sarung tangan dan pakaian yang sesuai
untuk melindungi kulit anda.



Pakai

kaca

pelindung

apabila

anda

sedang

membersihkan terak.


Singkirkan bahan – bahan yang mudah terbakar.



Letakkan tang las di tempat yang terisolir dari hubungan
massa.

Di bawah ini adalah perlengkapan / perkakas untuk pekerjaan las
listrik, antara lain :
a.

Mesin las listrik

e.

Palu Las

b.

Kedok las

f.

Sikat kawat

c.

Pemegang Elektroda

d.

Pemegang Massa

B) Cara mengelas
Dalam latihan dasar perlu diketahui petunjuk – petunjuk sebagai berikut :
Posisi sikap mengelas :
 Genggam tang elektroda pada tangan kanan, bagi yang
kidal sebaliknya. Tangan kiri memegang kedok las.
 Letakkan tang elektroda di depan anda, kemudian
gerakan mendekati anda.
 Besarnya sudut elektroda dengan benda kerja antara 70°
- 85° . Lihat Gambar 2.2.

Menyalakan busur las :
Untuk menyalakan busur las, ada dua cara, yaitu :
o Dengan cara goresan
o Dengan cara hentakan

Cara pelaksanaanya :

Bagi yang baru belajar, disarankan memilih dengan cara goresan.
Bila busur telah timbul angkat elektroda kira – kira 3 mm dari benda kerja

agar busur terbentuk. Kalau tidak di angkat, elektroda akan melekat dan bila
mengangkatnya terlalu jauh, busur akan hilang.
Melepas elektroda yang melekat pada benda kerja dengan
menggerakkan elektroda ke kanan dan ke kiri atau lepaskan elektrodanya
dari tang las. Kemudian bila busur telah terbentuk, jarak antara elektroda
dengan benda kerja dipertahankan.
Kecepatan gerak elektroda
Hal yang penting untuk diamati pada waktu mengelas adalah
kubangan logam yang meleleh tepat di belakang busurnya, jangan melihat
pada busurnya sendiri. Untuk mengatur kecepatan gerak elektroda adalah
dengan memperhatikan punggung pengelasan, punggung pengelasan itu kira
– kira 9 mm di belakang elektroda. Bila punggung kubangan telah
membeku, maka gerakan elektroda seterusnya. Lihat gambar 2.4

Gerakan elektroda akan mempengaruhi hasil las, yaitu :
-

Bila

terlalu

lambat

menggunakan

elektroda,

maka

menghasilkan rigi – rigi las yang tebal dan melebar. Benda
kerja akan mendapatkan pemanasan terlalu lama sehingga
benda kerja melengkung atau kekerasannya menurun.

-

Bila gerakan elektroda terlalu cepat, maka menghasilkan rigi
– rigi yang kecil, tipis, dan tidak rata.

C) Jenis Pengelasan
Ada beberapa jenis pengelasan, antara lain :
a. Las berdampingan
b. Las bertumpu
c. Las T
d. Las berpadu
e. Las menyiku

Agar benda kerja yang akan di-las tidak berubah, maka benda kerja
tersebut harus di-las tali ( tack ) pada beberapa bagian, terutama pada kedua
bagian ujungnya. Bila hal ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi
perubahan , yaitu salah satu ujung yang belum di-las akan bergerak
menjauhi salah satunya atau melengkung.

D) Posisi Pengelasan
Karena bermacam – macam bentuk pekerjaan yang
memerlukan
pengelasan

pengelasan,
yang

perlu

maka

diketahui

sambungan yang kokoh.
Posisi pengelasan ini terdiri dari :
-

Posisi di bawah tangan

-

Posisi vertical

-

Posisi Horizontal

-

Posisi di atas kepala

ada

beberapa

agar

posisi

menghasilkan

3.3

Alat-alat yang digunakan
1.mesin welding/las
2.electroda
3.material yang akan di las

3.4 Tugas dan pertanyaan
1) sebutkan macam-macam las dan solder ? (minimal 3)
Jenis – Jenis Las ;
Yang dimaksud dengan las adalah proses penyambungan dua material secara
permanen dengan cara mencairkan kedua material yang akan disambung

dan diikuti oleh material pengisi. Berikut macam–macam proses dan jenis
pengelasan :
1. Berdasarkan Panas Listrik
• SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api
listrik terlindung dengan mempergunagakan busur nyala listrik sebagai
sumber panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana
untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan.Tegangan yang
dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk
pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara
umum yang dipakai berkisar 80 – 200 Ampere
• SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau
pengelasan dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan
metal induk dan material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks /
slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks
tersebut
• ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti,
pengelasan sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala
mencairkan fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk berjalan terus
dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda
terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas
yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag
cukup tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang
dilas tempraturnya mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C
• SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk
menyambung bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di
dalam beton (baut angker) atau “ Shear Connector “
• ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu
dengan tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi
semakin tinggi sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya
adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding pesawat,
atau pada pagar kawat

• EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses
pemboman elektron, suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh
panas yang dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang
dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini
dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan
terjadinya oksidasi atau kontaminasi
2. Berdasarkan Panas Listrik dan Gas
• GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active
Gas) dan MAG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang
dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair
metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai
gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2.MIG digunakan untuk
mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan
Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan
gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)
• GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert
Gas) adalah pengelasn dengan memakai busur nyala dengan
tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan
penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material
induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon
(Ar) murni
• FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama
dengan proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama
menggunakan Karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW
ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan pengelasan biasa disebut
dengan super anemo
• PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang
sejenis dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan
bahan campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang
lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan

derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat
menampung tempratur diatas 5000° C

3. Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas
• OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las
karbid / las otogen. Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene
(C2H2) dengan zat asam atau Oksigen (O2).Ada juga yang sejenis las ini
dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene. Ada pula yang
memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan
zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)
4. Berdasarkan Ledakan dan reaksi isotermis
• EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya
didapatkan dengan meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu
mold/cetakan pada bagian tersebut dan mengisi cetakan yang tersedia.Cara
ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire rope, slenk. Cara
pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam
mold yang telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan
dengan pemantik api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat
cepat sehingga menghasilkan suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah
ledakan. Ledakan tersebut mencairkan kedua ujung kawat baja yang
terdapat didalam mold tadi, sehingga cairan metal terpadu dan mengisi
ruangan yang tersedia didalam mold
2) apa kegunaan dari fluks koresif ?
Fungsi fluks atau lapisan elektroda dalam las adalah untuk melindungi
logam

cair

dari

lingkungan

udara

menghasilkan

gas

pelindung,

menstabilkan busur, sumber unsure paduan.
3) sebutkan metode/cara pengelasan dalam suatu benda kerja ?
a) siapkan peralatan las

b) siapkan elektroda dan bahan yang akan di las
c) penyalaan busur listrik
d) lakukanlah percobaan mengelas
e) setelah selesai,bersihkan area yang tadi di pakai mengelas.

3.5 Kesimpulan dan saran
Dari pengerjaan las adalah sebagai alat atau mesin yang berguna
untuk menyambungkan antara 2 benda / material agar menjadi 1 rangkaian
benda yang diinginkan dan dapat berguna untuk kebutuhan manusia,
Kesimpulan
Berdasarkan proses mengoperasikan Las listrik yang telah dilakukan
selama praktikum Proses Produksi maka kesimpulannya adalah :

1. Menjalankan Las listrik dapat menambah wawasan dan pemahaman
terhadap teknologi yang sangat erat kaitannya dalam bidang industry
dan menambah kemampuan dalam mengoperasikan Las listrik.
Saran
Tidak mudah untuk mengoperasikan Las Listrik bagi seseorang yang
baru mengenal atau belum mendalami tentang jenis – jenis bahan dan mesin
yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk dengan kualitas yang
baik.

BAB VI
KERJA BANGKU DAN BOR
4.1

Tujuan praktikum
Tujuan dari pengerjaan bangku dan bor adalah
 membuat lubang pada suatu benda kerja
 membuat drat pada benda kerja
 memotong atau mengikis benda

 membuat ulir dalam dan ulir luar

4.2

Landasan teori

Menggerinda

berarti

menggosok,

mengauskandengan

gesekan

atau

mengasah. Dalammanufaktur,ditunjukkan dengan pelepasan logam oleh
suatu roda amplas putar,gerakannya mirip pemotong freis.
Roda pemotong terdiri dari banyak butiran kecil yang dilekatkan bersama,
masing-masing berlaku sebagaimata pemotong miniatur. perkakas gerinda
mula-mula, dengan perkakas yang ditempatkan pada plat pemandu(sebelah
kiri) diatas roda gerinda, dan sekarang tidak dipakai lagi.
Fungsi utama gerinda duduk adalah untuk mengasah mata bor, tetapi dapat
juga digunakan untuk mengasah pisau lainnya, seperti mengasah
pisaudapur, golok, kampak, arit, mata bajak, dan perkakas pisau lainnya.
Selain untuk mengasah, gerinda duduk dapat juga untuk membentuk atau
membuat perkakas baru, seperti membuat pisau khusus untuk meraut
bambu, membuat sukucadang mesin jahit, membuat obeng, atau alat bantu
lainnya untuk reparasi turbin dan mesin lainnya.
1.1 Ragum
Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan
benar,artinya

penjepitan

oleh

ragum

tidak

boleh

merusak

benda

kerja.Dengan demikian ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang

dijepitnya.Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka pada mulut
ragum/rahangnya dipasangkan baja berigi sehingga benda kerja dapat dijepit
dengan kuat. Rahang-rahang ragum digerakkan oleh batang ulir yang
dipasangkan pada rumah ulir. Apabila batang ulir digerakkan/diputar searah
jarum jam, maka rahang ragum akan menutup,tetapi bila diputar berlawanan
dengan arah jarum jam maka rahang ragum akan membuka.
Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan tinggi
pekerja yang akan bekerja.Sebagai patokan adalah apabila ragum dipasang
pada meja kerja, maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari pekerja
pada posisi berdiri sempurna.
Dalam penjepitan benda kerja tidak diharapkan permukaan benda
kerja mengalami kerusakan atau cacat karena jepitan rahang ragum.Guna
mengatasi hal itu, maka pada saat melakukan penjepitan benda kerja dengan
ragum hendaknya rahang ragum dilapisi dengan pelapis.Pelapis tersebut
terbuat dari bahan yang lunak seperti baja lunak,pelat tembaga,karet pejal
dan pelat seng yang tebal.
Batang ulir dan rumah ragum harus selalu diperiksa dari proses
pelumasan.Pada ditinggalkan rahang ragum harus selalu dalam keadaan
tertutup.Ragum

bukanlah

merupakan

landasan

sehingga

tidak

diperkenankan untuk melakukan pemukulan benda kerja dengan dengan
ragum sebagai landasan.Hal-hal yang pelu diperhatikan atau yang perlu
dipedomani dalam penjepitan benda kerja pada ragum adalah sebagai
berikut:
-

Gunakan pelapis rahang ragum untuk mencegah benda kerja agar
tidak rusak permukaannya.

-

Penjepitan benda kerja harus rata, artinya permukaan benda kerja
yang keluar dari rahang ragum harus lurus dan sejajar dengan
rahang ragum.

-

Untuk penjepitan benda kerja yang berlubang seperti pipa yang
tipis digunakan bahan tambahan lain yang dimasukkan ke dalam
pipa, sehingga pipa yang dijepit tidak akan mengalami
kerusakan/berubah bentuk.

-

Untuk penjepitan benda kerja yang tipis (pelat tipis) gunakan
landasan dari kayu. Landasan tersebut dijepit pada rahang ragu

Ketinggian pemasangan ragum pada meja kerja sangat berpengaruh
dalam

pelaksanaan

pekerjaan.Sebagai

pedoman

pengaturan

tinggi

rendahnya penjepitan benda kerja pada ragum adalah sebagai berikut:
-

Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan gaya yang besar
seperti pada pekerjaan akhir, benda kerja dapat di jepit lebih
tinggi,artinya permukaan benda kerja yang keluar dari rahang
ragum lebih tinggi

-

Untuk pekerjaan yang memerlukan gaya yang besar seperti
memahat, menggergaji, mengikir,mengetap dan menyenai
maka kedudukan benda kerja harus serendah mungkin berada
di atas rahang ragum.

-

Untuk penjepitan pipa-pipa sebaiknya digunakan pelapis
rahang,dimana bentuk pelapis rahang tersebut hendaknya

masing-masing berbentuk setengah lingkaran.Bahan pelapis
biasanya bisa dari kayu atau dari bahan yang lunak sehingga
tidak akan merusak penampang pipa.

1.2 Kikir
Kikir terbuat dari baja karbon tinggi yang ditempa dan
disesuaikan dengan ukuran panjang, bentuk, jenis dan gigi pemotongnya.
Tangkainya dibiarkan lunak agar kuat. Badan kikir keras dan rapuh, maka
hampir semua kikir harus disimpan secara terpisah dan dilindungi untuk
mencegah patah. Kikir diklasifikasikan menurut jenis gigi, kekasaran gigi,
penampang, dan panjang.
Derajat kekerasan kikir adalah kasar, setengah kasar dan sangat
halus. Guratan tunggal dipergunakan untuk mengikir logam lunak. Guratan
ganda dipergunakan untuk pekerjaan yang bersifat umum. Satu set guratan
membuat sudut 45°, yang lain 70°, kedua-duanya terhadap sumbu
memanjang kikir. Guratan parut digunakan untuk pekerjaan kasar pada
bahan lunak, misalnya alumunium.

Macam – Macam Kikir
a. Bastard
Adalah kikir kasar panjang badan 12”, dengan jumlah gigi
9 gigi/cm, cs = 25 , s= 0,01 , n= 40 dan mempunyai tingkat
kehalusan N9 s/d N8.
b. Half Smooth
Adalah kikir setengah halus panjang badan 10”, dengan
jumlah gigi 12 gigi/cm , cs = 25 , s = 0,005 , n = 40 dan tingkat
kehalusan N8 s/d N7.

c. Smooth
Adalah kikir halus, panjang badan 8” dengan jumlah gigi
20 gigi/cm cs = 25

s = 0,0025 ,

n = 40 dengan tingkat

kehalusan N7 s/d N6.
d. Kikir Bujur Sangkar
Guratan ganda pada keempat muka. Dipergunakan untuk
membuat jalur, menyiku celah dan pundak bujursangkar. Ukuran
panjangnya guratan 100 mm hingga 500 mm.
e. Kikir Segitiga
Guratan ganda pada ketiga muka. Digunakan untuk sudut-sudut
yang canggung dan lebih kecil daripada 90°. Ukuran panjangnya 100
mm hingga 300 mm.

f. Kikir Bulat
Guratan tunggal atau ganda. Digunakan untuk permukaan
yang lengkung, meluaskan lubang. Ukuran panjangnya 100 mm
hingga 500 mm. Kikir bulat kecil dikenal sebagai alat kikir buntut
tikus.

g. Kikir Setengah Bulat
Guratan ganda satu permukaan berbentuk cembung.
Dipergunakan untuk pekerjaan yang bersifat umum dan mengikir
lengkungan bagian dalam. Ukuran panjangnya 100 mm hingga
450 mm.
h. Kikir Tipis
Guratannya ganda. Badannya persegi empat panjang, tetapi
jauh lebih tipis daripada kikir-kikir lainnya. Dipergunakan untuk

mengikir alur yang sempit, misalnya untuk mengepas bubungan
kunci pintu.
Cara Mengikir
Dalam proses pengikiran perlu memperhatikan :


Tinggi ragum terhadap orang yang bekerja



Pencekaman benda kerja



Pemegangan kikir



Posisi kaki dan badan



Gerakan kikir



Kebersihan kikir

Langkah Pengikiran Yang Baik
I.

Pemegangan
Cara

pemegangan

tangkai

kikir

pihak

pabrik

sudah

memperhatikan anatomi tangan kita. Tangan kanan memegang
tangkai dan tangan kiri memegang ujung kikir sebagai pengarah
dan pengimbang tenaga dan dorongan.
II.

Posisi kaki dan badan
Usahakan kaki kiri tegak lurus di bawah ragum membentuk
sudut 300 dan kaki kanan membentuk sudut 750.
Jarak antara kaki kiri dan kanan sebanding dengan panjang kikir
yang digunakan, sedangkan jarak antara siku dengan permukaan
ragum lebih kurang 5 – 8 cm.
Posisi badan cenderung agak miring ke depan dan mata
konsentrasi menghadap pada benda kerja.

III.

Langkah pengikiran
 Panjang langkah

: langkah optimal, posisi langkah dan

langkah nominal
 Gesekan langkah

: arah langkah, jarak gesekan

 Jumlah langkah

:

panjang batang kikir , aktivitas

orang (normative) stabil/waktu kecepatan potong pada material
(Cs)
IV.

Macam Pengikiran
Lurus

: memanjang / standart, melintang

CCF

: Cross cut filling (45° atau 60°)

Perawatan Kikir
Alat-alat kerja bangku tidak boleh diletakkan secara bertumpuk satu
dengan lainnya, agar awet penggunaan kikir dan sesuai dengan fungsinya.
Kebersihan kikir perlu dijaga untuk efisiensi pengikiran, karena chips yang
menempel dialur kikir dapat mempengaruhi pemakanan dan juga kehalusan
benda kerja, sehingga setiap 20 – 40 kali (untuk bastard) pengikiran harus
dibersihkan dengan file brush dan arah membersihkannya sesuai dengan
arah alur kikir.
1.3 Gergaji
Gergaji digunakan untuk memotong benda kerja yang
selanjutnya untuk di kerjakan kembali. Bingkai/Sengkang terbuat dari
pipa baja yang kuat dan kaku, Sengkang yang dapat diatur digunakan
untuk bermacam-macam panjang dari daun gergaji.
Daun gergaji terdiri dari dua macam letak gigi pemotong yaitu
gigi pemotong satu sisi (single cut) dan dua sisi (double cut). Sedangkan
bentuk gigi gergaji ada yang silang dan ada yang lurus.

1.4 Palu
Palu dipergunakan untuk memukul benda kerja pada pekerjaan
memahat, mengeling, membengkok, dan sebagainya. Menurut
bentuknya palu dibedakan dalam beberapa jenis yaitu palu pen
mukanya bulat dan bentuk kepalanya lancip, palu konde bentuk muka bulat

dan puncaknya seperti bola, palu pen muka segi empat dan puncaknya
lancip serta palu tembaga .
1.5 Penitik
Penitik atau Penanda adalah alat bantu kerja bangku yang digunakan
untuk memberi tanda pada benda kerja sebelum dilakukan pengeboran.
1.6 Siku Baja
Siku Baja adalah alat yang berfungsi untuk menguji kesikuan tepi
dan melukis garis tegak lurus.
1.7 Mesin Bor
Mesin bor adalah alat untuk melubangi benda kerja dengan tenaga
mesin. Mesin bor yang digunakan pada kerja bangku ada dua jenis yaitu
mesin bor bangku untuk pekerjaan-pekerjaan yang kecil sampai sedang dan
mesin bor tiang untuk pekerjaan yang lebih besar.
1.8 Mata Bor
Mata bor adalah suatu alat pembuat lubang atau alur. Mata
bor diklasifikasikan menurut ukuran, satuan ukuran, simbol-simbol ukuran,
bahan dan penggunaannya. Menurut satuan ukuran, bor dinyatakan dalam
mm dan inchi dengan kenaikan bertambah 0,5 mm, misalnya 5; 5,5;
6; 6,5; 7 atau dalam inchi dengan pecahan, 1/16”;misalnya 3/32”;
1/8”; 5/32”; 3/16” dan seterusnya, atau bertanda dengan huruf A ÷ Z.
1.9 Penggores
Penggores adalah alat yang berfungsi untuk memberi garis atau
goresan pada benda kerja.

1.10

Tap

Tap digunakan untuk membuat ulir dalam secara manual. Berbentuk
batang berulir luar yang mempunyai sisi alur 3 atau 4. Satu set tap berisi 3
buah, yaitu nomer 1 untuk awal pembuatan ulir, nomer 2 untuk perluasan
ulir dan nomer 3 untuk finishing. Dilengkapi dengan tangkai tap yang
panjang lengan pemutar disesuaikan besar kecilnya diameter tap.
Untuk menentukan lubang bor yang akan ditap, maka kita harus tahu
berapa diameter mata bor (twist drill) yang akan digunakan.

1.11

Jangka Sorong (Vernier Caliper)

Vernier caliper atau jangka sorong adalah alat ukur presisi, sehingga
ia dapat digunakan untuk mengukur benda kerja yang secara presisi atau
benda kerja dengan tingkat kepresisian 1/100 mm. ketelitian dari alat ukur
ini biasanya 5/100 mm.
Vernier caliper dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian
luar benda kerja, kedalaman lobang, diameter bagian dalam suatu benda
kerja, lebar suatu celah dan panja