Antara Jihad dan Berbakti kepada Orang
Antara Jihad dan Berbakti kepada Orang Tua
Khutbah I
الحمد لله الحمد لله الذي هدانا سبل السلم ،وأفهمنا بشريعة النبي
الكريم ،أشهد أن ل اله إل الله وحده ل شريك له ،ذو الجلل
والكرام ،وأشهد ان سيدنا ونبينا محمدا عبده و رسوله،
اللهم صل و سلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله
وأصحابه والتابعين بإحسان إلى يوم الدين ،أما بعد :فيايها
الخوان ،أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم
تفلحون ،قال الله تعالى في القران الكريم :أعوذ بالله
من الشيطان الرجيم ،بسم الله الرحمان الرحيم :هيا أ هي يهها
ذي ه
م
مكنوا ات ت ك
س ل
صل ل م
دي د
قوا الله وهكقوكلوا قهومدل ه
ح ل هك ك م
نآ ه
دا ،ي ك م
ال ت ل ه
ه
ه فه ه
م وهي هغم ل
قد م
ن ي كط للع الله وههر ك
سول ه ك
م وه ه
م ذ ككنوب هك ك م
فمر ل هك ك م
مال هك ك م
أع م ه
م م
ما
هفاهز فهومدزا ع ه ل
ظي د
قات لهل وهل ه
حق ت ت ك ه
وا ات ت ك
ه ه
وا الل ه
نآ ه
ق م
من ك م
وقال تعالى هيا ا هي يهها ال تذ لي م ه
ه
ن .صدق الله العظيم
موم ه
م م
سل ل ك
م ك
ن إ لل ت وهأن مت ك م
.ت ه ك
مومت ك ت
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ûd RA:
سأ هل مت النبي أ هي ال معم ه
ه؟ هقا ه
صل هة ك ع ههلى وهقمت لهها،
ب إ لهلى الل ل
ح ي
لأ ه
ل ال ت
ه ك تل ت ي ه ه ل
ل ثك ه
ل ثك ه
ي؟ هقا ه
ي؟ هقا ه
جههاد ك لفي
ل ال م ل
ن ،هقا ه ت
ل ثك ت
هقا ه ت
مأ ي
م ب لير ال م ه
مأ ي
وال لد هي م ل
ل الله ،هقا ه
ه ل ههزاد هلني
ل ه
ن وهل هوم ا م
ه
ست ههزد مت ك ك
حد تث هلني ب لهل ت
سلبي ل
“Aku bertanya kepada Rasulullâh SAW, ‘Amalan apakah yang paling
dicintai Allah?’ Beliau menjawab: ‘Shalat tepat pada waktunya.’ Aku
bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada
kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau
)menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’ Rasulullah menyebutkan (ketiga
hal itu kepadaku, seandainya aku bertanya lagi tentu Rasulullah akan
menambahkan lagi.”
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan seharihari jihad di jalan Allah bukanlah prioritas pertama karena ada yang
lebih tinggi dan disukai oleh SWT dari pada jihad, yakni shalat di awal
waktu dan berbakti kepada orang tua. Hal itu dapat kita ketahui dari
urutan kalimat atau redaksi dalam hadits di atas, yakni: 1. صل هة ك
ال ت
( ع ههلى وهقمت لههاshalat di awal waktu), 2. ن
( ب لير ال م هberbakti kepada
وال لد هي م ل
kedua orang tua), dan 3. ل اللهل
جههاد ك لفي ه
( ال م لjihad di jalan Allah).
سلبي ل
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Ketiga hal di atas, yakni: sahalat di awal waktu, berbakti kepada
kedua orang tua, dan jihad di jalan Allah kesemuanya adalah perintah
Allah SWT sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an:
ه
1. صهلة ه
أقلم ل ال ت, Tegakkanlah shalat, (Al-Isra’, 78)
2. سادنا
ن إل م
ح ه
وهلبال م ه, Berbaktilah kepada kedua orang tua (Al-Isra,
وال لد هي م ل
23)
3. ل الله
جاهه ك
وه ه, Berjihadlah di jalan Allah (Al-Baqarah,
دوا م لفي ه
سلبي ل
218)
Jika kita bandingkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan
jihad di jalan Allah maka berbakti kepada kedua orang tua harus lebih
didahulukan dari pada jihad karena ia menempati urutan kedua,
sedangkan berjihad berada di urutan ketiga. Dari sisi hukum Islam,
berbakti kepada kedua orang tua hukumnya fardhu ain yang berarti
mengikat atau berlaku bagi setiap orang tanpa terkecuali. Sedangkan
jihad di jalan Allah, menurut jumhur ulama, hukumnya fardhu
kifayah yang berarti jika sudah ada sebagian orang yang
melakukannya, maka sebagian yang lain tidak wajib melakukannya
sehingga tidak serta merta terkena dosa karena ketidak ikut
sertaannya. Dalam keadaan tertentu, hukum jihad di jalan Allah bisa
berubah menjadi fardhu ain.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Beberapa tahun terakhir ini, terutama sejak reformasi, beberapa
kekerasan atas nama agama terjadi dimana-mana di berbagai daerah
di Indonesia. Kekerasan itu dilakukan oleh sekelompok orang yang
terlatih atas nama jihad dengan mengorbankan orang-orang yang
tidak bersalah. Pertanyaannya adalah apakah mereka mendapatkan
izin dari kedua orang tuanya untuk melakukan kekerasan yang tidak
hanya menewaskan orang lain tetapi juga menewaskan diri sendiri
tersebut?
Pertanyaan di atas penting untuk dijawab sebab jika tidak
mendapatkan izin dari kedua orang tua, maka siapa pun sebetulnya
tidak diperbolekan pergi berjihad. Rasulullah SAW sendiri tidak
berani memberangkatkan seseorang untuk pergi berjihad di jalan
Allah jika orang tersebut tidak mendapat izin dari orang tuanya.
Padahal jihad yang diserukan Rasulullah SAW adalah jihad yang
dijamin bisa dipertanggungjawabkan keabsahan dan kebenarannya di
hadapan Allah SWT, dan bukan jihad yang kontroversial apalagi jihad
yang keliru sama sekali.
Sikap Rasulullah SAW yang tidak bersedia memberangkatkan
seseorang pergi ke medan jihad tanpa izin kedua orang tuanya dapat
kita lihat pada kandungan hadits yang diriwayatkan dari `Abdullâh bin
`Amr RA berikut ini:
ل إهلى النبي هفاستأ م
ل أه
م
دا ه
ه
ك هقا ه
ه
ه
ل
ح
قا
ه
ف
د
ها
ج
ل
ا
في
ه
ن
ذ
ل
ل
ه
م ه
ي هوال ل ه
ه
جاهء هر ك
ه
ل
ك
ه
ي
تل ي
ج ل ل
م هقا ه
ل فه ل
جاه لد م
ما فه ه
فيهل ه
ن هعه م
“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullâh, lalu dia minta idzin ikut
berjihad. Rasulullâh bertanya: ‘Apakah kedua orang tuamu masih
hidup?’ Lelaki itu menjawab, “Ya.” Rasulallâh bersabda, “Berjihadlah
di sisi keduanya!”
Hadits tersebut mengandung maksud bahwa seseorang yang hendak
berjihad harus mendapatkan izin dari kedua orang tuanya karena
jihad (dalam arti perang di jalan Allah) itu mempertaruhkan nyawa.
Hanya kedua orang tuanya yang berhak memberi izin berjihad, baik
orang itu sudah berkeluarga maupun belum. Hal ini tentu bisa kita
mengerti karena kehadiran seseorang ke dunia ini melalui kedua
orang tuanya dimana sang ibu dahulu sewaktu melahirkannya
membutuhkan perjuangan yang luar biasa dengan nyawa sebagai
taruhannya.
Apakah perjuangan seorang ibu yang sedemikian berat itu boleh
diabaikan sang anak begitu saja sehingga ia pergi berjihad tanpa
restu atau izinnya? Tentu saja tidak! Oleh karena itu, sebagaimana
dinyatakan dalam hadits di atas, Rasululllah SAW memerintahkan
agar laki-laki yang hendak ikut berjihad bersama Rasulullah SAW itu
supaya pulang menemui kedua orang tuanya untuk berbakti kepada
mereka. Rasulullah mengatakan, هد
جا ل
فه ل, “Berjihadlah di sisi
ما فه ه
فيهل ه
keduanya!”. Artinya berbakti kepada kedua orang tua itu juga
termauk jihad di jalan Allah meski tidak secara langsung.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Majah, dikatakan bawa
seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata:
ل الله إنى جئ مت أ كريد ال مجهاد مع ه ه
سو ه
داهر
ل لي
ه الله هوال ت
ك أب مت هلغى وه م
ل ك ل ك ل ه ه ه ه
هيا هر ك
ج ه
خرة ه ول ه ه ه
هقا ه.ن
ما
ت وهإ ل ت
جعم إ لل هي مهل ه
هفامر ل: ل
قد م أت هي م ك
ن هوال لد هىت ل هي هب مك لهيا ل
ال ل ه ه
ه
ه
ما
ض ل
فهأ م.
ما أب مك هي مت ههك ه
ما ك ه ه
حك مهك ه
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya datang ingin berjihad
bersamamu, mencari wajah Allah dan (surga) di kehidupan akhirat,
dan sesungguhnya kedua orangtua saya benar-benar menangis.
Beliau Rasulullah SAW menjawab: “Kembalilah kepada keduanya,
buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat
mereka menangis.”
Hadits tersebut menegaskan bahwa jika orang tua tidak mengizinkan
seseorang pergi berjihad bersama Rasulullah SAW, maka orang
tersebut harus mengurungkan niatnya. Jika orang tua menangisi
kepergian sang anak ke medan jihad karena memang tidak
memberikan izin, maka sang anak harus kembali ke rumah dan
melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan hati kedua orang
tuanya hingga mereka dapat tertawa bahagia untuk menghapus
kecemasan dan kesedihan yang mereka rasakan sebelumnya.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Mengingat arti pentingnya izin orang tua dalam jihad, maka orang tua
harus bisa memilah mana jihad yang bisa dipertanggungg jawabkan
kepada Allah dan mana yang tidak. Jihad yang bisa dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah adalah jihad sebagaimana dilakukan
Rasulullah SAW bersama para sahabat. Dalam jihad seperti itu saja,
Rasulullah tidak berani melanggar hak orang tua dalam kaitannya
dengan izin keterlibatan seseorang. Rasulullah SAW sangat
menghargai hak orang tua untuk mengizinkan atau tidak
menginjinkan seseorang berjihad di medan perang.
Dalam konteks Indonesia, contoh jihad yang mirip dengan apa yang
dilakukan Rasulullah SAW adalah jihad sebagaimana dilakukan para
pahlawan kita dahulu dalam rangka mengusir penjajah yang telah
menindas dan menyengsarakan bangsa kita. Perjuangan mengusir
penjajah sebagaimana diserukan para ulama, terutama kiai-kiai NU,
lewat seruan jihad yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad
1945 menjadi wajib dilaksanakan. Para penjajah memang harus
dilawan dan diusir demi mempertahankan kemerdekaan yang telah
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Bapak
Proklamator kita – Soekarno- Hatta. Apalagi para penjajah itu
bukanlah orang-orang yang beriman tauhid alias kafir.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Kembali kepada pertanyaan saya di awal, apakah para pelaku
kekerasan atas nama agama di tanah air mendapatkan izin dari
kedua orang tuanya?
Tentu tidak mudah untuk mendapatkan jawaban pasti karena
diperlukan sebuah penelitian. Tetapi jika pertanyaan itu dikembalikan
kepada kita dan diubah menjadi, “Apakah sebagai orang tua kita
mengizinkan anak-anak kita melakukan kekerasan seperti itu?”
Sebagai orang tua tentu kita tidak mengizinkan dengan berbagai
alasan kita masing-masing. Tetapi persoalannya adalah para pelaku
kekerasan itu umumnya sudah melepaskan diri dari ikatannya
dengan orang tua yang dibuktikan dengan sulitnya komunikasi
diantara mereka. Mereka sudah lama menghilang dari rumah.
Dengan kata lain mereka sudah tidak patuh lagi kepada kedua orang
tua. Mereka lebih patuh dan setia kepada guru sekaligus
pimpinannya. Mengapa demikian?
Jawabnya, karena mereka telah dicuci otaknya dan diindoktrinasi
bahwa orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka dan
menghalang-halangi jihad mereka adalah orang-orang kafir. Oleh
karena itu mereka tidak segan-segan untuk mengkafirkan orang tua
sendiri jika tidak sepaham dengan mereka. Jika orang tua sendiri
sudah diyakini kafir, maka menurut keyakinan mereka, izin dari orang
tua untuk berjihad tidak mereka perlukan.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Anak adalah amanah dari Allah kepada kita. Anak menjadi tanggung
jawab kita baik di dunia maupun di akherat. Tidak ada mantan anak
sebagaimana tidak ada mantan orang tua. Hubungan anak dan orang
tua bersifat abadi. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk
mendidik anak-anak kita menjadi waladun shalih – anak yang saleh.
Kesalehan seperti itu akan lebih mudah dicapai ketika hubungan anak
dan orang tua senatiasa baik, dimana orang tua selalu menyayangi
dan melidungi anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak selalu hormat
dan berbakti kepada kedua orang tua. Insya Allah selama anak-anak
kita masih hormat dan patuh kepada kita sebagai orang tua, mereka
tidak akan mudah terbawa arus yang menyeret mereka kepada
tindakan kekerasan yang tidak semestinya. Semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita dan keluarga kita masing-masing. Amin,
ya rabbal alamin.
وأدخلنا وإياكم في زمرة،جعلنا الله وإياكم من الفائزين المنين
بسم الله، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: عباده المؤمنين
. يايها الذين امنوا اتقوا الله وقولوا قول سديدا:الرحمان الرحيم
بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه
وتقبل مني ومنكم تلوته انه هو،من اليات والذكرالحكيم
وقل رب اغفر وارحم وانت خيرالراحمين،الغفور الرحيم
Khutbah II
وأفضلنا،الحمد لله الحمد لله الذي أكرمنا بدين الحق المبين
، أشهد أن ل اله إل الله وحده ل شريك له،بشريعة النبي الكريم
وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده و،الملك الحق المبين
اللهم صل و سلم وبارك على، سيدالنبياء والمرسلين،رسوله
نبينا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى
يوم الدين ،أما بعد :فيأيها الناس اتقوا الله ،وافعلوا الخيرات
واجتنبوا عن السيئات ،واعلموا أن الله يأمركم بأمربدا م فيه
بنفسه ،فقال عز من قائل :إن الله وملئكته يصلون على النبى،
يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما .اللهم ص ل
ل على
سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد .اللهم اغفر للمؤمنين
والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الحياء منهم والموات انك
سميع قريب مجيب الدعوات ،وغافر الذنوب انك على كل شيئ
قدير .ربنا اغفر لنا ذنوبنا ولخواننا الذين سبقونا باليمان ول
تجعل في قلوبنا غل للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم ،ربنا آتنا
في الدنيا حسنة وفي الخرة حسنة وقنا عذاب النار .والحمد لله
رب العالمين .عبادالله ،إن الله يأمر بالعدل والحسان وإيتاء ذي
القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم
تذكرون .فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه
.يزدكم ولذكرالله اكبر
diambil dari: nu.or.id
Khutbah I
الحمد لله الحمد لله الذي هدانا سبل السلم ،وأفهمنا بشريعة النبي
الكريم ،أشهد أن ل اله إل الله وحده ل شريك له ،ذو الجلل
والكرام ،وأشهد ان سيدنا ونبينا محمدا عبده و رسوله،
اللهم صل و سلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله
وأصحابه والتابعين بإحسان إلى يوم الدين ،أما بعد :فيايها
الخوان ،أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم
تفلحون ،قال الله تعالى في القران الكريم :أعوذ بالله
من الشيطان الرجيم ،بسم الله الرحمان الرحيم :هيا أ هي يهها
ذي ه
م
مكنوا ات ت ك
س ل
صل ل م
دي د
قوا الله وهكقوكلوا قهومدل ه
ح ل هك ك م
نآ ه
دا ،ي ك م
ال ت ل ه
ه
ه فه ه
م وهي هغم ل
قد م
ن ي كط للع الله وههر ك
سول ه ك
م وه ه
م ذ ككنوب هك ك م
فمر ل هك ك م
مال هك ك م
أع م ه
م م
ما
هفاهز فهومدزا ع ه ل
ظي د
قات لهل وهل ه
حق ت ت ك ه
وا ات ت ك
ه ه
وا الل ه
نآ ه
ق م
من ك م
وقال تعالى هيا ا هي يهها ال تذ لي م ه
ه
ن .صدق الله العظيم
موم ه
م م
سل ل ك
م ك
ن إ لل ت وهأن مت ك م
.ت ه ك
مومت ك ت
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ûd RA:
سأ هل مت النبي أ هي ال معم ه
ه؟ هقا ه
صل هة ك ع ههلى وهقمت لهها،
ب إ لهلى الل ل
ح ي
لأ ه
ل ال ت
ه ك تل ت ي ه ه ل
ل ثك ه
ل ثك ه
ي؟ هقا ه
ي؟ هقا ه
جههاد ك لفي
ل ال م ل
ن ،هقا ه ت
ل ثك ت
هقا ه ت
مأ ي
م ب لير ال م ه
مأ ي
وال لد هي م ل
ل الله ،هقا ه
ه ل ههزاد هلني
ل ه
ن وهل هوم ا م
ه
ست ههزد مت ك ك
حد تث هلني ب لهل ت
سلبي ل
“Aku bertanya kepada Rasulullâh SAW, ‘Amalan apakah yang paling
dicintai Allah?’ Beliau menjawab: ‘Shalat tepat pada waktunya.’ Aku
bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada
kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau
)menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’ Rasulullah menyebutkan (ketiga
hal itu kepadaku, seandainya aku bertanya lagi tentu Rasulullah akan
menambahkan lagi.”
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan seharihari jihad di jalan Allah bukanlah prioritas pertama karena ada yang
lebih tinggi dan disukai oleh SWT dari pada jihad, yakni shalat di awal
waktu dan berbakti kepada orang tua. Hal itu dapat kita ketahui dari
urutan kalimat atau redaksi dalam hadits di atas, yakni: 1. صل هة ك
ال ت
( ع ههلى وهقمت لههاshalat di awal waktu), 2. ن
( ب لير ال م هberbakti kepada
وال لد هي م ل
kedua orang tua), dan 3. ل اللهل
جههاد ك لفي ه
( ال م لjihad di jalan Allah).
سلبي ل
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Ketiga hal di atas, yakni: sahalat di awal waktu, berbakti kepada
kedua orang tua, dan jihad di jalan Allah kesemuanya adalah perintah
Allah SWT sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an:
ه
1. صهلة ه
أقلم ل ال ت, Tegakkanlah shalat, (Al-Isra’, 78)
2. سادنا
ن إل م
ح ه
وهلبال م ه, Berbaktilah kepada kedua orang tua (Al-Isra,
وال لد هي م ل
23)
3. ل الله
جاهه ك
وه ه, Berjihadlah di jalan Allah (Al-Baqarah,
دوا م لفي ه
سلبي ل
218)
Jika kita bandingkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan
jihad di jalan Allah maka berbakti kepada kedua orang tua harus lebih
didahulukan dari pada jihad karena ia menempati urutan kedua,
sedangkan berjihad berada di urutan ketiga. Dari sisi hukum Islam,
berbakti kepada kedua orang tua hukumnya fardhu ain yang berarti
mengikat atau berlaku bagi setiap orang tanpa terkecuali. Sedangkan
jihad di jalan Allah, menurut jumhur ulama, hukumnya fardhu
kifayah yang berarti jika sudah ada sebagian orang yang
melakukannya, maka sebagian yang lain tidak wajib melakukannya
sehingga tidak serta merta terkena dosa karena ketidak ikut
sertaannya. Dalam keadaan tertentu, hukum jihad di jalan Allah bisa
berubah menjadi fardhu ain.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Beberapa tahun terakhir ini, terutama sejak reformasi, beberapa
kekerasan atas nama agama terjadi dimana-mana di berbagai daerah
di Indonesia. Kekerasan itu dilakukan oleh sekelompok orang yang
terlatih atas nama jihad dengan mengorbankan orang-orang yang
tidak bersalah. Pertanyaannya adalah apakah mereka mendapatkan
izin dari kedua orang tuanya untuk melakukan kekerasan yang tidak
hanya menewaskan orang lain tetapi juga menewaskan diri sendiri
tersebut?
Pertanyaan di atas penting untuk dijawab sebab jika tidak
mendapatkan izin dari kedua orang tua, maka siapa pun sebetulnya
tidak diperbolekan pergi berjihad. Rasulullah SAW sendiri tidak
berani memberangkatkan seseorang untuk pergi berjihad di jalan
Allah jika orang tersebut tidak mendapat izin dari orang tuanya.
Padahal jihad yang diserukan Rasulullah SAW adalah jihad yang
dijamin bisa dipertanggungjawabkan keabsahan dan kebenarannya di
hadapan Allah SWT, dan bukan jihad yang kontroversial apalagi jihad
yang keliru sama sekali.
Sikap Rasulullah SAW yang tidak bersedia memberangkatkan
seseorang pergi ke medan jihad tanpa izin kedua orang tuanya dapat
kita lihat pada kandungan hadits yang diriwayatkan dari `Abdullâh bin
`Amr RA berikut ini:
ل إهلى النبي هفاستأ م
ل أه
م
دا ه
ه
ك هقا ه
ه
ه
ل
ح
قا
ه
ف
د
ها
ج
ل
ا
في
ه
ن
ذ
ل
ل
ه
م ه
ي هوال ل ه
ه
جاهء هر ك
ه
ل
ك
ه
ي
تل ي
ج ل ل
م هقا ه
ل فه ل
جاه لد م
ما فه ه
فيهل ه
ن هعه م
“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullâh, lalu dia minta idzin ikut
berjihad. Rasulullâh bertanya: ‘Apakah kedua orang tuamu masih
hidup?’ Lelaki itu menjawab, “Ya.” Rasulallâh bersabda, “Berjihadlah
di sisi keduanya!”
Hadits tersebut mengandung maksud bahwa seseorang yang hendak
berjihad harus mendapatkan izin dari kedua orang tuanya karena
jihad (dalam arti perang di jalan Allah) itu mempertaruhkan nyawa.
Hanya kedua orang tuanya yang berhak memberi izin berjihad, baik
orang itu sudah berkeluarga maupun belum. Hal ini tentu bisa kita
mengerti karena kehadiran seseorang ke dunia ini melalui kedua
orang tuanya dimana sang ibu dahulu sewaktu melahirkannya
membutuhkan perjuangan yang luar biasa dengan nyawa sebagai
taruhannya.
Apakah perjuangan seorang ibu yang sedemikian berat itu boleh
diabaikan sang anak begitu saja sehingga ia pergi berjihad tanpa
restu atau izinnya? Tentu saja tidak! Oleh karena itu, sebagaimana
dinyatakan dalam hadits di atas, Rasululllah SAW memerintahkan
agar laki-laki yang hendak ikut berjihad bersama Rasulullah SAW itu
supaya pulang menemui kedua orang tuanya untuk berbakti kepada
mereka. Rasulullah mengatakan, هد
جا ل
فه ل, “Berjihadlah di sisi
ما فه ه
فيهل ه
keduanya!”. Artinya berbakti kepada kedua orang tua itu juga
termauk jihad di jalan Allah meski tidak secara langsung.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ibnu Majah, dikatakan bawa
seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata:
ل الله إنى جئ مت أ كريد ال مجهاد مع ه ه
سو ه
داهر
ل لي
ه الله هوال ت
ك أب مت هلغى وه م
ل ك ل ك ل ه ه ه ه
هيا هر ك
ج ه
خرة ه ول ه ه ه
هقا ه.ن
ما
ت وهإ ل ت
جعم إ لل هي مهل ه
هفامر ل: ل
قد م أت هي م ك
ن هوال لد هىت ل هي هب مك لهيا ل
ال ل ه ه
ه
ه
ما
ض ل
فهأ م.
ما أب مك هي مت ههك ه
ما ك ه ه
حك مهك ه
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya datang ingin berjihad
bersamamu, mencari wajah Allah dan (surga) di kehidupan akhirat,
dan sesungguhnya kedua orangtua saya benar-benar menangis.
Beliau Rasulullah SAW menjawab: “Kembalilah kepada keduanya,
buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat
mereka menangis.”
Hadits tersebut menegaskan bahwa jika orang tua tidak mengizinkan
seseorang pergi berjihad bersama Rasulullah SAW, maka orang
tersebut harus mengurungkan niatnya. Jika orang tua menangisi
kepergian sang anak ke medan jihad karena memang tidak
memberikan izin, maka sang anak harus kembali ke rumah dan
melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan hati kedua orang
tuanya hingga mereka dapat tertawa bahagia untuk menghapus
kecemasan dan kesedihan yang mereka rasakan sebelumnya.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Mengingat arti pentingnya izin orang tua dalam jihad, maka orang tua
harus bisa memilah mana jihad yang bisa dipertanggungg jawabkan
kepada Allah dan mana yang tidak. Jihad yang bisa dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah adalah jihad sebagaimana dilakukan
Rasulullah SAW bersama para sahabat. Dalam jihad seperti itu saja,
Rasulullah tidak berani melanggar hak orang tua dalam kaitannya
dengan izin keterlibatan seseorang. Rasulullah SAW sangat
menghargai hak orang tua untuk mengizinkan atau tidak
menginjinkan seseorang berjihad di medan perang.
Dalam konteks Indonesia, contoh jihad yang mirip dengan apa yang
dilakukan Rasulullah SAW adalah jihad sebagaimana dilakukan para
pahlawan kita dahulu dalam rangka mengusir penjajah yang telah
menindas dan menyengsarakan bangsa kita. Perjuangan mengusir
penjajah sebagaimana diserukan para ulama, terutama kiai-kiai NU,
lewat seruan jihad yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad
1945 menjadi wajib dilaksanakan. Para penjajah memang harus
dilawan dan diusir demi mempertahankan kemerdekaan yang telah
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Bapak
Proklamator kita – Soekarno- Hatta. Apalagi para penjajah itu
bukanlah orang-orang yang beriman tauhid alias kafir.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Kembali kepada pertanyaan saya di awal, apakah para pelaku
kekerasan atas nama agama di tanah air mendapatkan izin dari
kedua orang tuanya?
Tentu tidak mudah untuk mendapatkan jawaban pasti karena
diperlukan sebuah penelitian. Tetapi jika pertanyaan itu dikembalikan
kepada kita dan diubah menjadi, “Apakah sebagai orang tua kita
mengizinkan anak-anak kita melakukan kekerasan seperti itu?”
Sebagai orang tua tentu kita tidak mengizinkan dengan berbagai
alasan kita masing-masing. Tetapi persoalannya adalah para pelaku
kekerasan itu umumnya sudah melepaskan diri dari ikatannya
dengan orang tua yang dibuktikan dengan sulitnya komunikasi
diantara mereka. Mereka sudah lama menghilang dari rumah.
Dengan kata lain mereka sudah tidak patuh lagi kepada kedua orang
tua. Mereka lebih patuh dan setia kepada guru sekaligus
pimpinannya. Mengapa demikian?
Jawabnya, karena mereka telah dicuci otaknya dan diindoktrinasi
bahwa orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka dan
menghalang-halangi jihad mereka adalah orang-orang kafir. Oleh
karena itu mereka tidak segan-segan untuk mengkafirkan orang tua
sendiri jika tidak sepaham dengan mereka. Jika orang tua sendiri
sudah diyakini kafir, maka menurut keyakinan mereka, izin dari orang
tua untuk berjihad tidak mereka perlukan.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Anak adalah amanah dari Allah kepada kita. Anak menjadi tanggung
jawab kita baik di dunia maupun di akherat. Tidak ada mantan anak
sebagaimana tidak ada mantan orang tua. Hubungan anak dan orang
tua bersifat abadi. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk
mendidik anak-anak kita menjadi waladun shalih – anak yang saleh.
Kesalehan seperti itu akan lebih mudah dicapai ketika hubungan anak
dan orang tua senatiasa baik, dimana orang tua selalu menyayangi
dan melidungi anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak selalu hormat
dan berbakti kepada kedua orang tua. Insya Allah selama anak-anak
kita masih hormat dan patuh kepada kita sebagai orang tua, mereka
tidak akan mudah terbawa arus yang menyeret mereka kepada
tindakan kekerasan yang tidak semestinya. Semoga Allah SWT
senantiasa melindungi kita dan keluarga kita masing-masing. Amin,
ya rabbal alamin.
وأدخلنا وإياكم في زمرة،جعلنا الله وإياكم من الفائزين المنين
بسم الله، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: عباده المؤمنين
. يايها الذين امنوا اتقوا الله وقولوا قول سديدا:الرحمان الرحيم
بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه
وتقبل مني ومنكم تلوته انه هو،من اليات والذكرالحكيم
وقل رب اغفر وارحم وانت خيرالراحمين،الغفور الرحيم
Khutbah II
وأفضلنا،الحمد لله الحمد لله الذي أكرمنا بدين الحق المبين
، أشهد أن ل اله إل الله وحده ل شريك له،بشريعة النبي الكريم
وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده و،الملك الحق المبين
اللهم صل و سلم وبارك على، سيدالنبياء والمرسلين،رسوله
نبينا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى
يوم الدين ،أما بعد :فيأيها الناس اتقوا الله ،وافعلوا الخيرات
واجتنبوا عن السيئات ،واعلموا أن الله يأمركم بأمربدا م فيه
بنفسه ،فقال عز من قائل :إن الله وملئكته يصلون على النبى،
يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما .اللهم ص ل
ل على
سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد .اللهم اغفر للمؤمنين
والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الحياء منهم والموات انك
سميع قريب مجيب الدعوات ،وغافر الذنوب انك على كل شيئ
قدير .ربنا اغفر لنا ذنوبنا ولخواننا الذين سبقونا باليمان ول
تجعل في قلوبنا غل للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم ،ربنا آتنا
في الدنيا حسنة وفي الخرة حسنة وقنا عذاب النار .والحمد لله
رب العالمين .عبادالله ،إن الله يأمر بالعدل والحسان وإيتاء ذي
القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم
تذكرون .فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه
.يزدكم ولذكرالله اكبر
diambil dari: nu.or.id