Aspek Hukum Badan usaha Syariah.pdf

BADAN USAHA DALAM
HUKUM EKONOMI
SYARIAH

• Lukman Santoso, MH

PENDAHULUAN

•Masalah ekonomi sebenarnya bukan

terletak pada ada dan tidaknya harta
kekayaan, tetapi pada pandangan
(konsep) tentang perolehan harta atau
kepemilikan, pengelolaan kepemilikan,
dan distribusi kekayaan di tengahtengah masyarakat.

•Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam
dibangun atas 3 konsep tentang: (1)
kepemilikan, (2) tasharruf
(pengelolaan) kepemilikan, dan (3)
distribusi pendapatan di tengahtengah masyarakat.


BADAN USAHA VS PERUSAHAAN

-- Badan Usaha

adalah Kesatuan yuridis dan
ekonomis dari faktor-faktor produksi yang
bertujuan mencari laba atau memberi pelayanan
kepada masyarakat

-- Perusahaan

adalah kesatuan teknis dalam
produksi yang tujuannya menghasilkan barang
dan jasa

BADAN USAHA VS
PERUSAHAAN
ASPEK


BADAN USAHA

PERUSAHAAN

Tujuan

Mencari laba atau
memberi layanan

Menghasilkan barang
atau jasa

Fungsi

Kesatuan organisasi
(badan) untuk mengurus
perusahaan

Alat badan usaha untuk
mencapai tujuan


Bentuk

Yuridis/hukum dapat
berbentuk PT, CV, atau
Koperasi

Pabrik, bengkel, atau
unit produksi

Mengapa Mendirikan
Badan Usaha ?
1. Untuk Hidup
2. Bebas dan tidak terikat
3. Dorongan Sosial
4. Mendapat Kekuasaan
5. Melanjutkan Usaha Orang Tua

Hal yang harus diperhatikan untuk
menentukan bentuk badan usaha


• Modal yang diperlukan
• Tipe/bidang usaha
• Tingkat risiko yang dihadapi
• Luas operasional
• Analisis pasar
• Undang – undang dan peraturan
• Cara pembagian laba

Bentuk-Bentuk Badan Usaha

PENGELOMPOKAN BADAN USAHA

• Berdasarkan Kegiatan yang dilakukan / Aspek
bidang usaha
• Berdasarkan kepemilikan modal
• Berdasarkan wilayah negara
• Berdasarkan aspek yuridis

Berdasarkan Kegiatan yang

dilakukan / Aspek bidang usaha

• Ekstraktif  ambil dari alam
• Agraris  olah dari alam
• Industri  brg. mentah  jadi
• Perdagangan  beli jual dagangan u/ untung
• Jasa  menyediakan pelayanan/jasa

Berdasarkan kepemilikan modal

• BUMN
• BUMS
• Badan Usaha Milik Campuran
• Badan Usaha Milik Koperasi

Badan usaha Berbadan Hukum

• PT (Perseroan Terbatas)
• Koperasi
• Yayasan

• BUMN/BUMD

BUMN
Jenis BUMN

Dilihat dari segi
Tujuannya

Modalnya

Pimpinan

Pegawai

Contoh

Perusahaan
Jawatan

Pelayanan

Publik

Seluruhnya
milik pemilik

Dirjen dari
Dep.
Pemerintah

PNS

Sudah Tidak
Ada

Perusahaan
Umum

Pelayanan
publik
sekaligus

memupuk
laba

Sebagian
milik
pemerintah

Direktur
Perum

Pegawai
Perusahaan
Umum

Perum.
Pegadaian,
Perum Damri

Persero


Orientasi laba

Pemerintah
hanya
memiliki
sebagian
saham

Direktur
Persero

Pegawai
Swasta

PT Telkom,
PT PLN, PT
GIA

Berdasarkan wilayah negara


• Badan Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri
• Badan Usaha Penanaman Modal Asing

Berdasarkan aspek yuridis

• Perusahaan Perseorangan
• Perseroan Terbatas
• CV (Commanditter Venootschaf)
• Firma (Fa)
• Koperasi
• Yayasan

BADAN USAHA

PENGGOLONGAN BADAN
USAHA






Badan Usaha Berbadan Hukum
Badan Usaha Non badan Hukum
Perusahaan perseorangan (tambahan)

Arti Badan Hukum

• tidak
ada penjelasan secara tegas dalam undangundang. Dalam Pasal 1653 KUHPerdata hanya
disebutkan jenis perkumpulan, yaitu:

– Yang diadakan oleh kekuasaan umum
– Perkumpulan yang diakui kekuasaan umum
– Perkumpulan
yang diperkenankan atau tidak untuk
suatu maksud tertentu yang tidak berlawanan dengan

• Para
Ahli Hukum mencoba memberi kriteria tentang
Badan Hukum yaitu :
undang-undang atau kesusilaan

– Adanya
pemisahan harta kekayaan antara perusahaan
dengan pemilik usaha
– mempunyai tujuan tertentu
– mempunyai kepentingan sendiri
– adanya organisasi yang teratur (=diatur oleh undang2)
– Adanya pengesahan dari menteri kehakiman (formil)

Badan Usaha Syariah

• Di Indonesia, badan usaha syariah dan



konvensional tidak dibedakan atas aspek
kegiatan/ bidang usaha, aspek kepemilikan
modal, wilayah kerja, dan aspek yuridisnya.
Tetapi dibedakan berdasarkan prinsip
usahanya dan regulasi pokoknya.

JENIS-JENIS BADAN USAHA

KOPERASI
Koperasi adalah jenis badan
usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum
perkoperasian. Koperasi
melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan.

Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5
disebutkan prinsip koperasi, yaitu:

• Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
• Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
• Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan






secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota (andil anggota
tersebut dalam koperasi).
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap
modal.
Kemandirian.
Pendidikan perkoperasian.
kerjasama antar koperasi.

Jenis-jenis KOPERASI :
Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Konsumen
Koperasi Produsen
Koperasi Pemasaran
Koperasi Jasa

Kegiatan Koperasi

• Baitul Mal wa Tamwil termasuk dalam jenis
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang
kegiatan usahanya hanya usaha simpan
pinjamKeputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
No. 138/KEP/M.UKM/X/2003 tentang
Petunjuk Teknis Program Perkuatan
KSP/USP Koperasi Pola Syariah Untuk
Pemberdayaan Usaha Kecil dan Mikro Pasal
1 angka 3

Cont’d

• Perkembangan selanjutnya BMT termasuk
jenis Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) yang kegiatan usahanya meliputi
pembiayaan, investasi, dan simpanan
dengan pola bagi hasil (syariah): Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah No.
91/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah

BUMN

Librarian’s Presentation

BUMN

• Badan Usaha Milik Negara (atau BUMN)

ialah badan usaha yang permodalannya
seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh
Pemerintah. Status pegawai badan
usaha-badan usaha tersebut adalah
pegawai negeri. BUMN sendiri sekarang ada
3 macam yaitu Perjan, Perum dan Persero.

Perjan

• Perjan adalah bentuk badan usaha milik

negara yang seluruh modalnya dimiliki oleh
pemerintah. Perjan ini berorientasi
pelayanan pada masyarakat, Sehingga
selalu merugi. Sekarang sudah tidak ada
perusahaan BUMN yang menggunakan
model perjan karena besarnya biaya untuk
memelihara perjan-perjan tersebut. Contoh
Perjan: PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta
Api) kini berganti menjadi PT.KAI

Perum

• Perum adalah perjan yang sudah dirubah.

Tujuannya tidak lagi berorientasi pelayanan
tetapi sudah profit oriented. Sama seperti
Perjan, perum di kelola oleh negara dengan
status pegawainya sebagai Pegawai Negeri.
Namun perusahaan masih merugi meskipun
status Perjan diubah menjadi Perum,
sehingga pemerintah terpaksa menjual
sebagian saham Perum tersebut kepada
publik (go public) dan statusnya diubah
menjadi persero.

Persero

• Persero adalah salah satu Badan Usaha

yang dikelola oleh Negara atau Daerah.
Berbeda dengan Perum atau Perjan, tujuan
didirikannya Persero yang pertama adalah
mencari keuntungan dan yang kedua
memberi pelayanan kepada umum. Modal
pendiriannya berasal sebagian atau
seluruhnya dari kekayaan negara yang
dipisahkan berupa saham-saham. Persero
dipimpin oleh direksi. Sedangkan
pegawainya berstatus sebagai pegawai
swasta. Badan usaha ditulis PT < nama
perusahaan > (Persero). Perusahaan ini
tidak memperoleh fasilitas negara.

Jadi dari uraian di atas, ciri-ciri
Persero adalah:

• Tujuan utamanya mencari laba (Komersial)
• Modal sebagian atau seluruhnya berasal





dari kekayaan negara yang dipisahkan yang
berupa saham-saham
Dipimpin oleh direksi
Pegawainya berstatus sebagai pegawai
swasta
Badan usahanya ditulis PT (nama
perusahaan) (Persero)
Tidak memperoleh fasilitas negara

BUMN
Jenis
BUMN

Dilihat dari segi
Tujuannya

Modalnya

Pimpinan

Pegawai

Contoh

Perusahaan
Jawatan

Pelayanan
Publik

Seluruhnya
milik pemilik

Dirjen dari
Dep.
Pemerintah

PNS

Sudah Tidak
Ada

Perusahaan
Umum

Pelayanan
publik
sekaligus
memupuk
laba

Sebagian
milik
pemerintah

Direktur
Perum

Pegawai
Perusahaan
Umum

Perum.
Pegadaian,
Perum
Damri

Persero

Orientasi
laba

Pemerintah
hanya
memiliki
sebagian
saham

Direktur
Persero

Pegawai
Swasta

PT Telkom,
PT PLN, PT
GIA

BUMS

BUMS

• Badan Usaha Milik Swasta atau BUMS

adalah badan usaha yang didirikan dan
dimodali oleh seseorang atau sekelompok
orang. Berdasarkan UUD 1945 pasal 33,
bidang- bidang usaha yang diberikan
kepada pihak swasta adalah mengelola
sumber daya ekonomi yang bersifat tidak
vital dan strategis atau yang tidak
menguasai hajat hidup orang banyak.
Berdasarkan bentuk hukumnya Badan
usaha milik swasta dibedakan atas :

•Perusahaan Persekutuan
•Firma
•Persekutuan komanditer
•Perseroan terbatas
•Yayasan

BUMS

• Perusahaan Persekutuan

Perusahaan persekutuan adalah
perusahaan yang memiliki 2 pemodal atau
lebih. Ada 3 bentuk perusahaan
persekutuan

• Firma
Firma (Fa) adalah badan usaha yang
didirikan oleh 2 orang atau lebih dimana
tiap- tiap anggota bertanggung jawab
penuh atas perusahaan. Modal firma
berasal dari anggota pendiri seta laba/
keuntungan dibagikan kepada anggota
dengan perbandingan sesuai akta
pendirian.

BUMS

• Persekutuan komanditer

• Persekutuan Komanditer (commanditaire

vennootschap atau CV) adalah suatu persekutuan yang

didirikan oleh 2 orang atau lebih. Persekutuan
komanditer mengenal 2 istilah yaitu :

• Sekutu aktif adalah anggota yang memimpin/

menjalankan perusahaan dan bertanggung jawab penuh
atas utang- utang perusahaan.

• Sekutu pasif / sekutu komanditer adalah anggota yang

hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan
tidak ikut campur dalam urusan operasional perusahaan.
Sekutu pasif bertanggung jawab atas resiko yang terjadi
sampai batas modal yang ditanam.

Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan
dibagikan sesuai kesepakatan.

BUMS

• Perseroan terbatas

• Perusahaan terbatas (PT) adalah badan

usaha yang modalnya diperoleh dari hasil
penjualan saham. Setiap pemengang surat
saham mempunyai hak atas perusahaan dan
setiap pemegang surat saham berhak atas
keuntungan (dividen).

• Yayasan
• Yayasan adalah suatu badan usaha, tetapi

tidak merupakan perusahaan karena tidak
mencari keuntungan. Badan usaha ini
didirikan untuk sosial dan berbadan hukum.

Bentuk Usaha Lain
1. Merger  horisontal, vertikal,
konglomerat
2. Yayasan
3. Kartel
4. Asosiasi
5. Perusahaan Daerah

KERJASAMA USAHA DALAM
HUKUM EKONOMI SYARIAH

Pengertian Syirkah

•pencampuran
Etimologi: asy-syirkah  pencampuran, yaitu
antara sesuatu dengan yang





lainya, sehingga sulit dibedakan.
Terminologi esensi yang sama: ikatan
kerjasama antara orang-orang yang
berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
KHES Pasal 20 ayat (3) menjelaskan:
Kerjasama antara dua orang atau lebih
dalam hal permodalan, keterampilan, atau
kepercayaan dalam usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah
yang disepakati oleh pihak-pihak yang
berserikat.

Dasar Hukum Syirkah

1.Al-Qur`an:

Q.S. Shad (38): 24 dan QS. An-Nisa (4):12.
2. Hadits Rasul:
Kemitraan usaha dianjurkan bahkan dicontohkan oleh
Nabi
Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah
dari Nabi saw. yang bersabda: Allah swt. berfirman:”Aku
adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua
orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang
diantara mereka tidak berkhianat kepada perseronya.
Apabila di antara mereka ada yang berkhianat, maka Aku
akan keluar dari mereka (tidak melindungi)”.
H.R. Abu Daud: “Umat Islam bersekutu dalam tiga hal:
air, padang rumput dan api…”
H.R Nasa`i: Dari Abdullah: “…Aku, Ammar dan Sa`ad
bersyirkah dalam perolehan perang Badar. Lalu Sa`ad
mendapat dua ekor kuda sedangkan Aku dan Ammar
tidak mendapatkan apapun.







Syirkah

• Syarat Umum Syirkah:

–Transaksi boleh diwakilkan oleh salah satu pihak jika





bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu,
dengan izin pihak lain.
Persentase pembagian keuntungan masing-masing
pihak yang berserikat jelas.
Keuntungan diambilkan dari hasil laba perserikatan
bukan dari harta lain.
Syarat umum ini berlaku bagi syirkah inan dan wujuh.
Sedangkan syarat khusus untuk masing-masing syirkah
amlak dibahas dalam bab wasiat, hibah, wakaf, dan
waris.

• Berakhirnya Akad Syirkah: (Pengecualian)

–Syirkah Amwal (harta): bila semua atau sebagian modal
perserikatan hilang.
–Syirkah Mufawadhah (persamaan): modal masing2 pihak
tidak sama kuantitasnya

Bentuk Syirkah

1.orang
Syirkah Ibahah : Persekutuan hak semua
untuk dibolehkan menikmati

manfaat sesuatu yang belum ada dibawah
kekuasaan seseorang.
Syirkah Amlak (Milik) : Persekutuan
antara dua orang atau lebih untuk
memiliki suatu benda. Syirkah Amlak
(Milik) terbagi dua yaitu:

2.

a.bersangkutan,
Syirkah Milik Jabriyah yang terjadi tanpa keinginan para pihak yang
seperti persekutuan ahli waris.
Syirkah Milik Ikhtiyariyah yang terjadi atas keinginan para pihak
b.yang
bersangkutan.

3.orang
Syirkah Akad: persekutuan antara dua
atau lebih yang
timbul karena adanya perjanjian.

Syirkah Akad
1. Syirkah Amwal: Persekutuan modal/harta.
a. Al-Inan: modal tidak sama, pembagian keuntungan
berdasarkan kesepakatan.
b. Al Mufawadhah: pembagian modal, keuntungan dan
hak melakukan tindakan hukum harus sama
2. Syirkah A‟mal/ Abdan: Persekutuan Kerja/ Fisik.
3. Syirkah Wujuh: mengelola modal dari pihak lain
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.
4. Syirkah Mudharabah (Qiradh): Persekutuan pemilik harta
dgn pengelola dengan membagi keuntungan sesuai
kesepakatan, kerugian dibebankan kepada harta.
a. Mudharabah Mutlaqah: kebebasan pengelola untuk
mengelola modal dengan usaha apa saja asal sesuai
syariat.
b. Mudharabah Muqayyadah: mudharib mengikuti
syarat2 yang ditetapkan pemilik modal.

SKEMA JENIS-JENIS MUSYARAKAH
JABR

AMLAK
IKHTIAR

MUDHARABAH
SYIRKAH

ABDAN
UQUD

WUJUH
MUFAWADAH
INAN

BENTUK SYIRKAH DALAM KHES

(Pasal 20)

1.Mudharabah: kerjasama antara pemilik dana

atau penanam modal dengan pengelola modal
untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
Muzaraah: kerjasama antara pemilik lahan
dengan penggarap untuk memanfaatkan lahan.
Musaqah: kerjasama antara pihak-pihak dalam
pemeliharaan tanaman dengan pembagian hasil
antara pemilik dengan pemelihara tanaman
dengan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak
yang terikat.

2.
3.

BENTUK SYIRKAH
PASAL 134-145 KHES

•Syirkah dapat dilakukan dalam bentuk:
1. syirkah amwal,
2. syirkah abdan, dan
3. syirkah wujuh.

•Syirkah amwal dan syirkah abdan dapat
dilakukan dalam bentuk:
a) syirkah „inan,
b) syirkah mufawwadhah, dan
c) syirkah mudharabah.

SYIRKAH DALAM KHES

• Ketentuan Umum Syirkah: Pasal 134-145
• Syirkah Amwal (modal): Pasal 146-147
• Syirkah Abdan (akad kerjasama pekerjaan) Pasal
148-164 KHES
• Syirkah Mufawadhah (akad kerjasama modal)
Pasal 165-172 KHES
• Syirkah „inan (kerjasama modal dan keahlian)
Pasal 173- 177 KHES
• Bentukan baru dari Syirkah dengan istilah Syirkah
Musytarakah. Pasal 178-186 :
“Perubahan bentuk kerjasama dapat dilakukan
dengan syarat disetujui oleh para pihak yang
bekerjasama”.

Skema Musyarakah
Nasabah
Parsial:
Asset Value

Wa`ad

PROYEK / USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi Hasil Keuntungan
Sesuai porsi kontribusi modal
(nisbah)

Bank Syariah
Parsial:
Pembiayaan

Pengertian PLS

• Profit-loss sharing (bagi hasil) adalah proporsi


pembagian hasil usaha dalam ukuran prosentase
atas kemungkinan keuntungan/kerugian riil yang
akan diperoleh pihak-pihak yang bekerja sama.
Jumlah nominal bagi hasil akan berfluktuasi sesuai
dengan keuntungan riil dari pemanfaatan dana



Faktor-faktor yang
mempengaruhi Nisbah Bagi
Hasil
Besarnya nisbah bagi hasil/ prosentase
profit loss sharing ditentukan
berdasarkan kesepakatan pihak-pihak
yang bekerja sama yang dipengaruhi
oleh:

1. Kontribusi masing-masing pihak dlm kerja
sama (share on partnership)
2. Prospek perolehan keuntungan (expected
return)
3. Perkiraan resiko yang akan dihadapi
(expected risk)

Dasar Hukum Syirkah
Mudharabah
1.Al Qur‟an: Q.S. Al Muzammil (73):20

2.Hadits Rasul:

a.usahanya
H.R. Thabrani: ttg memberikan dana ke mitra
secara mudharabah dengan

memberi syarat tertentu, jika menyalahi
peraturan tersebut maka ybs
bertanggungjawab atas dana tersebut. Hal
tersebut dibolehkan Rasullullah.
H.R.Ibnu Majah: ttg tiga hal yang mendapat
keberkahan adalah: jual beli secara tangguh,
mudharabah dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual.

b.

3.sebagian
Ijtihad: Praktik mudharabah dilakukan
sahabat sedangkan sahabat lain
tidak membantah.

Dasar Hukum Mudharabah

• - Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000
• - KHES : Pasal 20 angka 4 Buku II.
• “Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana

atau penanam modal dengan pengelola modal untuk
melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah”.

Rukun & Syarat Mudharabah

1. Pemodal & Pengelola:

a. Mampu melakukan transaksi & sah secara hukum
b. Mampu bertindak sebagai wakil & kafil dari masing2 pihak
2. Sighat:
a. Para pihak tidak menolak syarat2 yg ditentukan.
b. Dapat
dilakukan secara lisan, tertulis, korespondensi dan komunikasi
modern.

3. Modal:

a. Diketahui jumlah & jenisnya
b. Tunai, dapat berbentuk aset perdagangan.
4. Nisbah Keuntungan:
a. Dibagi untuk kedua pihak
b. Proporsi keuntungan harus diketahui pada waktu kontrak
c. waktu
Nisbah dapat disepakati ditinjau dari waktu ke waktu bila jangka
mudharabah lama.
d. Kesepakatan biaya2 yang ditanggung pemodal
e. Ketentuan waktu untuk menilai keuntungan.
f. Kesepakatan
pengembalian modal atau tidak sebelum pembagian
keuntungan.

MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES

• Syarat Mudharabah
• Pemilik modal wajib menyerahkan dana dan atau




barang yang berharga kepada pihak lain untuk
melakukan kerjasama dalam usaha.
Penerima modal menjalankan usaha dalam bidang
yang disepakati.
Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan
ditetapkan dalam akad.
Rukun kerjasama dalam modal dan usaha adalah:
a. shahib al-mal/pemilik modal;
b. mudharib/pelaku usaha; dan
c. akad.

MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES

• Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan dapat







bersifat mutlak/bebas dan muqayyad/terbatas pada bidang
usaha, tempat, dan waktu tertentu.
Pihak yang melakukan usaha harus memiliki keterampilan
yang diperlukan dalam usaha.
Modal harus berupa barang, uang dan atau barang yang
berharga.
Modal harus diserahkan kepada pihak yang
berusaha/mudharib.
Jumlah modal dalam suatu akad mudharabah harus
dinyatakan dengan pasti.
Pembagian keuntungan hasil usaha antara shahib al-mal
dengan mudharib dinyatakan secara jelas dan pasti.
Akad mudharabah yang tidak memenuhi syarat, adalah
batal.

MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES
Ketentuan Mudharabah:
Status benda yang berada di tangan mudharib yang diterima
dari shahib al-mal, adalah modal.
Mudharib berkedudukan sebagai wakil shahib al-mal dalam
menggunakan modal yang diterimanya.
Keuntungan yang dihasilkan dalam mudharabah, menjadi
milik bersama.





Ketentuan Pemilik Modal:

• Berhak atas keuntungan berdasarkan modalnya yang disepakati
dalam akad.
• Tidak berhak mendapatkan keuntungan jika usaha yang dilakukan
oleh mudharib merugi.

MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES
Mudharib berhak:
membeli barang dengan maksud menjualnya kembali untuk
memperoleh untung.
menjual dengan harga tinggi atau rendah, baik dengan tunai
maupun cicilan.
menerima pembayaran dari harga barang dengan pengalihan
piutang.





• memberi kuasa kepada pihak lain untuk bertindak sebagai




wakilnya untuk membeli dan menjual barang jika sudah disepakati
dalam akad mudharabah.
mendepositokan dan menginvestasikan harta kerjasama dengan
sistem syariah.
menghubungi pihak lain untuk melakukan jual-beli barang sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
atas keuntungan sebagai imbalan pekerjaannya yang disepakati
dalam akad.

MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES
Ketentuan Mudharib:

• tidak boleh menjual barang dalam jangka waktu yang tidak biasa
dilakukan oleh para pedagang.
• tidak boleh menghibahkan, menyedekahkan, dan atau





meminjamkan harta kerjasama, kecuali bila mendapat izin dari
pemilik modal.
tidak berhak mendapatkan imbalan jika usaha yang dilakukannya
rugi.
tidak boleh mencampurkan kekayaanya sendiri dengan harta
kerjasama dalam melakukan mudharabah, kecuali bila sudah
menjadi kebiasaan di kalangan pelaku usaha.
Boleh mencampurkan kekayaannya sendiri dengan harta
mudharabah jika mendapat izin dari pemilik modal dalam
melakukan usaha-usaha khusus tertentu.
Wajib menjaga dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh pemilik modal dalam akad.

MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES
Ketentuan Bagi Hasil:
Keuntungan hasil usaha yang menggunakan modal
campuran/shahib al-mal dan mudharib, dibagi secara
proporsional atau atas dasar kesepakatan semua pihak.
Biaya perjalanan yang dilakukan oleh mudharib dalam
rangka melaksanakan bisnis kerjasama, dibebankan pada
modal dari shahib al-mal.
Mudharib wajib bertanggungjawab terhadap risiko
kerugian dan atau kerusakan yang diakibatkan oleh
usahanya yang melampaui batas yang diizinkan dan atau
tidak sejalan dengan ketentuanketentuan yang telah
ditentukan dalam akad.







MUDHARABAH
Pasal 187- 210 KHES
Berakhirnya Akad

• Waktu kerjasama yang disepakati dalam akad telah berakhir.
• Pemilik modal dapat memberhentikan atau memecat pihak yang
melanggar kesepakatan dalam akad mudharabah:
– Pemberhentian kerjasama oleh pemilik modal diberitahukan kepada
mudharib.
– Mudharib wajib mengembalikan modal dan keuntungan kepada

pemilik modal yang menjadi hak pemilik modal dalam kerjasama
mudharabah.
Perselisihan antara pemilik modal dengan mudharib dapat diselesaikan
dengan perdamaian/al-shulh dan atau melalui pengadilan.
Kerugian usaha dan kerusakan barang dagangan dalam kerjasama
mudharabah yang terjadi bukan karena kelalaian mudharib,
dibebankan pada pemilik modal.
Berakhir dengan sendirinya jika pemilik modal atau mudharib meninggal
dunia, atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum:
Pemilik modal berhak melakukan penagihan terhadap pihak lain
berdasarkan bukti dari mudharib yang telah meninggal dunia.
Kerugian yang diakibatkan oleh meninggalnya mudharib, dibebankan









Skema Mudharabah
Aplikasi Teknis Perbankan
PERJANJIAN
BAGI HASIL

Wa`ad
MUDHARIB

BANK
KEAHLIAN /
KETRAMPILAN

Nisbah
X%

MODAL
100%

PROYEK / USAHA

PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN

MODAL

Nisbah
Y%

Pembayaran
Kewajiban

Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :
1. MUDHARABAH adalah akad kerjasama pembiayaan antara bank
syariah selaku pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan
semua kebutuhan modal dengan nasabah (mudharib) sebagai
pihak yang mempunyai keahlian atau ketrampilan tertentu, untuk
mengelola suatu kegiatan usaha yang produktif dan sesuai syariah.

2.

Bank tidak mencampuri manajemen usaha, tetapi mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.

3.

Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah) yang
telah disepakati dan pada akhir periode kerjasama, nasabah harus
mengembalikan semua modal usaha kepada bank.

Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :
4. Dalam hal terjadi kerugian, akan menjadi tanggungan bank, kecuali bila
. Untuk menghindari kemungkinan
diakibatkan oleh kelalaian nasabah.
terjadinya kerugian, bank harus memahami karakteristik resiko usaha
tersebut dan bekerjasama dengan nasabah untuk mengatasi berbagai
masalah.

AL MUDHARABAH
Mudharabah Dalam Teknis Perbankan
APLIKASI (Dalam Konteks Pembiayaan) :
Pembiayaan MODAL KERJA
Modal kerja bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri, perdagangan dan jasa.
Pembiayaan INVESTASI
Untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva tetap dsb.
Pembiayaan INVESTASI KHUSUS
Bank bertindak dan memposisikan diri sebagai arranger yang
mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti Yayasan dan
Lembaga Keuangan Non Bank, dengan pengusaha yang
memerlukan dana.

APLIKASI DALAM AKAD PENYALURAN
DANA

• Penyaluran dana: (Pasal 7; No.7/46/PBI/05)
–Mudharabah Muqayyadah (restricted
investment)
• Persyaratan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan Mudharabah Muqayyadah:
–Bank bertindak sebagai agen penyalur dana

investor (chanelling agent) kepada nasabah
yang bertindak sebagai pengelola dana untuk
kegiatan usaha dengan persyaratan dan jenis
kegiatan usaha yang ditentukan oleh investor
Jangka waktu pembiayaan, pengembalian
dana dan pembagian keuntungan ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara investor,
nasabah dan bank



Lanjutan ……..!

–Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi
memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah
–Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang
–Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka






barang yang diserahkan harus dinilai dengan harga perolehan
atau harga pasar
Bank sebagai agen penyaluran dana dapat menerima fee
(imbalan) yang perhitungannya diserahkan kepada kesepakatan
para pihak
Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi
dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati antara investor
dan nasabah
Bank sebagai agen penyaluran dana milik investor tidak
menanggung risiko kerugian usaha yang dibiayai
Investor sebagai pemilik dana mudharabah muqayyadah
menanggung seluruh risiko kerugian kegiatan usaha jika nasabah
melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang
mengakibatkan kerugian usaha