Memilih Mazhab Ahlul Bait as
PERSEMBAHAN
Kepada pengemban risalah, Sayidina Muhammad, penutup para nabi, kepada shahibul wilayah, khalifah Rasulullah, Amirul Mukminin 'Ali As, kepada para Imam al- Haq, keturunan Nabi Saw, yang disucikan dan diberkati, kepada para wakil mereka, para ulama dan mujtahid, yang bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ilmu mereka, kepada setiap penulis yang objektif dan mempunyai pikiran tajam serta semangat yang tinggi dalam membela mazhab dan agama.
Aku berharap, mereka menerima persembahan ini, tanpa memandang kekeliruan penaku dan penyimpangan langkah kakiku.
Lantaran, seseorang kendati telah mencapai kedalaman makrifat, dan meski telah melakukan penelitian yang cermat pada apa yang ia tulis dan kumpulkan, ia tetap tidak terbebas dari kekeliruan karena ia memang tidak terjamin bebas dari kesalahan dan kekeliruan. Sesungguhnya 'ishmah (kesucian dari kesalahan dan kekeliruan) hanyalah milik Allah dan orang-orang yang telah dipelihara-Nya dari kesalahan dan kekeliruan, seperti para nabi dan para imam dari keluarga Nabi Saw.
Aku juga berharap pahala yang banyak dari Allah Swt dan hendaknya Dia mematikanku dalam keadaan berpegang teguh kepada wilayah Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib As dan para Imam Maksumin As dari keturunannya yang suci, serta menjadikan buku ini sebagai bekalku kelak di hari Kiamat, yaitu pada hari harta dan anak- anak tiada berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Amin.
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN –7 DAFTAR ISI - 9 BAGIAN PERTAMA – 13
Biografi Penulis – 16 Belajar di Universitas al-Azhar – 17 Guru-guruku di al-Azhar – 17 Mendapatkan Ijazah – 18 Ke Kampung Halaman – 18 Pertentangan di antara Empat Mazhab – 18 Wahabiah – 21 Siapakah Syi'ah itu? – 23 Syi'ah adalah Golongan yang Selamat – 24
BAGIAN KEDUA SEBAB-SEBAB
YANG MENDORONG MENGIKUTI MAZHAB AHLUL BAIT – 29
Dialog-dialog dengan Ulama Syi'ah – 30 Keberuntungan Mendapat Buku al-Muraja'at – 31 Memperlihatkan al-Muraja'at kepada Saudaraku – 33 Banyak orang yang Mengikuti Mazhab Ahlulbait bersama Kami – 34 Urusan Kami Menjadi Terkenal – 35 Orang-orang Bertanya Ihwal Ahlulbait As – 35 Tanya-jawab antara Aku dan Saudaraku – 36 Pengumuman Masuknya Kami ke dalam Mazhab Ahlulbait As – 38 Persengkokolan yang Diadakan untuk Menentang Kami – 41 Ludah yang Dikeluarkan Seorang Penderita TBC – 43 Sikap Ayatullah al-Baroujerdi terhadap Kami – 46 Kepergianku ke Irak – 47 Kepergianku ke Iran – 51
BAGIAN KETIGA AL-QUR'AN DAN SUNNAH NABAWIYYAH DALAM PANDANGAN SYI' AH – 55
Syi'ah dan al-Qur'an – 55
Ayat al-Wilâyah (Kepemimpinan) – 56
Ayat at-Tathhir (Pensucian) – 70 Ayat Mubâhalah – 88 Ayat al-Mawaddah (Kecintaan kepada Ahlulbait) – 98 Ayat Shalawat – 109 Ayat at-Tabligh dan Hadis Ghadir Khum – 115 Orang-Orang Memberikan Ucapan Selamat kepada 'Ali As – 144
Syi'ah dan Sunnah – 156 Hadis Peringatan - 159 Hadis Tsaqalain - 166 Hadis Manzilah - 180 Hadis Safinah Nuh (Bahtera Nuh) – 186 Hadis Kota Ilmu – 196
Kesimpulan – 202
BAGIAN KEEMPAT NASH-NASH HADIS TENTANG DUA BELAS KHALIFAH – 205
BAGIAN KELIMA KEUTAMAAN AMIRUL MUKMININ 'ALl BIN ABI THALIB AS DAN KETURUNANNYA YANG SUCI – 223
Tidak Diperbolehkan Melewati Shirath …- 223 'Ali Pembagi Surga dan Neraka , ….. – 224 Seandainya Manusia Bersepakat dalam Mencintai 'Ali, … - 224 Orang yang Paling Dekat kepada Rasulullab Saw – 225 Wahai 'Ali, Tanganmu di Tanganku, .. – 226 Kedudukan 'Ali di Sisiku, seperti Kedudukanku di Sisi Tuhanku .. – 228
Sesungguhnya Allah Telab Menganugerahkan …- 229 Aku Berdamai kepada Orang yang Berdamai ..- 230
Kami Ahlul Bait, Tidak Ada Seorang …- 231 'Ali Adalab Saudaraku, Khalifahku, dan … - 232 'Ali Adalah Orang yang Paling Utama yang … - 234
Sebaik-baik Laki-Laki Kalian Adalab 'Ali bin Abi Thalib – 236 Barang Siapa Mencintai 'Ali, Allah Akan Menerima …- 237
Engkau Adalab Saudaraku dan Pembantuku – 240 Bintang-Bintang adalab Perlindungan bagi ….- 243
Penutupan Semua Pintu yang Menuju ….. – 244 'Ali Bersama al-Quran dan al-Qur'an Bersama 'Ali – 245 'Ali Pemimpin Kaum Muslim – 246 'Ali Pemimpin Bangsa Arab – 246 'Ali Adalab Makhluk yang Paling Dicintai …. – 247 'Ali Penakwil al-Qur'an – 247 Allah Swt Memperkuat Nabi-Nya dengan 'Ali As – 248 Barang Siapa Membenci 'Ali, Allah Akan – 248 'Ali As Adalah Orang yang Pertama … - 249 'Ali Adalah Washiyy Rasulullah Saw – 249 Barang Siapa yang Mencintai 'AIi, Allah Akan Mencintainya – 251
Mencintai 'Ali Adalah Tanda Keimanan, …- 252
Tiga Perkara yang Hanya Dimiliki oleh 'Ali As – 252 Allah Swt Mewajibkan Makhluk-Nya untuk Mencintai 'Ali As – 253 'Ali a.s. Tidur di Tempat Tidur Rasulullah Saw … - 253 'Ali Menghancurkan Berhala yang Paling Besar – 254 'Ali Menyampaikan Surat Barâ'ah kepada Penduduk Makkah – 255 Iman 'Ali As Lebih Berat daripada Penduduk Langit dan Bumi – 256 Pengakuan 'Umar terhadap Keutamaan 'Ali As – 257 Ucapan 'Umar, … – 258
BAGIAN KEENAM KESAKSIAN TERHADAP 'ALl DAN AHLUL BAIT – 263
Kesaksian Nabi Saw terhadap 'Ali dan Ahlulbait As – 263 Kesaksian Abu Bakar – 269 Kesaksian 'Umar – 270 Kesaksian 'A' isyah – 272 Kesaksian 'Abdullah bin 'Abbas – 273 Kesaksian 'Abdullah bin Mas'ud – 275 Kesaksian Ath-Thâghiyah Mu'awiyah – 276 Kesaksian DhirAr di Hadapan Ath-Thâghiyah Mu'awiyah – 277 Kesaksian 'Amr bin' Ash – 279 Kesaksian Mu'awiyah ats-Tsani (Kedua) – 282 Kesaksian 'Umar bin 'Abdul 'Aziz – 283
Kesak'sian Abu Ja'far al-Manshur – 284 Kesaksian Harun ar-Rasyid – 285 Kesaksian al-Ma'mun – 287 Kesaksian Aba Hanifah – 287
Kesaksian Malik bin Anas – 289 Kesaksian Ahmad bin Hanbal – 289 Kesaksian Muhammad bin Idris asy-Syafi'i – 289
BAGlAN KETUJUH PUJIAN NARI SAW TERHADAP SYI' AH 'ALI DAN AHLI BAITNYA – 293
Nabi Saw Adalah Peletak Fondasi Syi'ah – 293
BAGlAN KEDELAPAN GOLONGAN YANG SELAMAT - 305
BAGlAN KESEMBILAN DISKUSIKU DENGAN SEORANG ULAMA BESAR ASY- SYAFI'I - 311
Dalil al-Quran – 312 Diskusi dengan Salah Seorang Ulama al-Azhar – 318
BAGlAN KESEPULUH
PENUTUP - 329
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Pencipta makhluk seluruhnya. Yang mengutus para rasul kepada makhluk-Nya untuk memberikan mereka petunjuk, mengenalkan kepada mereka Pencipta mereka, dan menuntun mereka untuk mengerjakan amal sesuai yang disyariatkan kepada mereka. Dan Dia menugaskan setiap nabi untuk mengangkat para washiyy (orang-orang yang menerima wasiat untuk menjadi pemimpin/khalifah sepeninggalnya) untuk menguatkan apa yang telah disyariatkan-Nya.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada penutup para nabi dan rasul, Muhammad, dan keluarganya yang suci. Dan semoga Allah meridhai para sahabat beliau yang diberkati dan dipilih, dan semoga Allah melaknat musuh-musuh Rasul-Nya dan keluarga beliau yang disucikan, dan yang dipelihara dari kesalahan dan kekeliruan (al-Amengikuti mazhab yang hak, yaitu mazhab Ahlulbait. Mazhab Ahlulbait ini adalah mazhab cucu Rasulullah Saw., Imam Ja'far ash-Shadiq As. Empat mazhab fiqih yang terkenal dalam Islam (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali) bersumber dari mazhab Imam Ja'far ash-Shadiq ini, maka ia (mazhab Ahlulbait) adalah akar, sedangkan empat mazhab
41 tersebut adalah cabangnya.
Sebab, orang yang mula-mula! Mengambil pelajaran (berguru) kepada Imam Ja'far ash-Shadiq As 1 adalah Abu
Hanifah Nu'man bin Tsabit. Abu Hanifah pernah berkata, "Kalaulah bukan karena dua tahun, niscaya binasalah Nu'man (Abu Hanifah)." Yang dia maksudkan dengan "dua tahun" adalah masa dia berguru dan mengambil berbagai ilmu dari Imam Ja'far Ash-Shadiq As.
Kemudian Malik mengambil ilmu dari kitab-kitab Abu Hanifah. Kemudian Asy-Syafi'i berguru dan mengambil pelajaran dari Malik, Malik mengajarkan kepadanya ilmu- ilmu yang ia pelajari dari kitab-kitab Abu Hanifah, dari Imam Ja'far ash-Shadiq As.
Kemudian Ahmad bin Hanbal juga seperti itu (ia
1 . Banyak sekali ulama besar yang berguru kepada Imam Ja'far ash- Shadiq As. Tempat tinggal Imam Ja'far ash-Shadiq As di Madinah,
Kufah, Hirah, dan di mana saja Sang Imam tinggal menjadi pusat ilmu pengetahuan, dimana para ulama ulama, fuqaha, kaum sufi, dan ulama terkemuka pada zamannya belajar darinya di beberapa tempat tersebut. Imam Ja'far ash-Shadiq As mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmunya yang bersumber dari wahyu kenabian Muhammad Saw., baik yang berupa ilmu syariat, rahasia-rahasia hikmah, maupun ilmu-ilmu lain, seperti IImu Falak, Kedokteran. Matematika, Kimia, dan berbagai ilmu lainnya yang tidak terdapat! pada yang selainnya. Orang-orang Syiah mengambil pelajaran dari Imam Ja'far ash-Shadiq As karena mereka meyakini keimamannya dan kemaksumannya sesuai dengan nash hadis Rasulullah Saw sedangkan selain mereke berguru kepadanya karena mereka tunduk pada kesuciannya dan kedudukannya yang agung dan juga karena mereka melihat keutamaan-keutamaan, kemampuan, dan anugerah-anugerah yang diberikan Allah Swt kepadanya. Anda akan mendengarkan pujian-pujian para ulama, baik dari golongan Syiah
41 berguru kepada Asy-Syafi'i, yang notabene berguru kepada
Malik). Oleh karena itu, mazhab yang empat tersebut bercabang dari -Imam Ja'far ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir As. Seluruh sumber sejarah, baik Sunni maupun Syi'ah, sepakat akan hal ini.
Apa saja yang terdapat dalam kitab-kitab empat mazhab ini yang sesuai dengan mazhab al-Ja'fari (mazhab Ahlulbait), niscaya ia bersumber dari Imam Ja'far Ash- Shadiq As; sedangkan yang bertentangan dengan mazhab aI-Ja'fari, ia bersumber dari hasil ijtihad mereka sendiri.
Akan tetapi, anehnya, ketika kami mengikuti dan masuk ke dalam mazhab Ahlulbait yang mulia ini, seakan- akan kiamat telah bangkit, sebagaimana akan kami jelaskan secara terperinci segera dalam buku ini.
Banyak jamaah dan komunitas dari berbagai negeri meminta kami untuk menjelaskan alasan-alasan yang menyebabkan kami mengikuti mazhab Ahlulbait ini. Maka, kami pun, sembari menyebutkan biografi kami, memenuhi permintaan mereka dan menuruti kehendak mereka.
Lalu kami pun menuliskan buku ini, walaupun sebenarnya kami sebelum ini telah menulis beberapa buku setelah Allah Swt. memberikan hidayah-Nya kepada kami untuk mengikuti mazhab Ahlulbait ini, baik yang tebal dan terperinci maupun yang ringkas; sebagiannya telah diterbitkan, dan sebagian yang lain masih berupa manuskrip.
Sebagian buku kami tersebut telah tersebar luas dan mendapatkan ketenaran di beberapa negara Islam. Kami senantiasa menyampaikan dalil-dalil kami dengan hujah- hujah yang kukuh, yang tidak ada yang dapat menolaknya, kecuali orang-orang yang sombong dan menentang
41 kebenaran.
Biografi Penulis
Aku dilahirkan pada 1314 H di sebuah desa di Antokiah, Suriah. Letaknya kurang-lebih empat farsakh dari Antakiah, tepatnya di desa Unshu. Desa ini merupakan desa yang indah nan bersih udaranya, aimya bening dan tawar dan terletak pada tempat yang tinggi. Banyak pepohonan yang tumbuh di desa ini, kebanyakannya adalah tin, anggur, dan zaitun. Terdapat pula pahon pala, badam, delima, dan lain-Iainnya. Di desa tempat kami tinggal, terdapat seorang syaikh yang hanya mengajarkan al-Quran dan baca-tulis kepada anak-anak. Ayahku membawaku ke tempat syaikh tersebut agar aku dapat belajar padanya al-Quran dan baca- tulis. Kemudian setelah aku selesai belajar al-Quran dan baca-tulis, ayahku membawaku pulang agar aku dapat membantunya dalam beberapa pekerjaan.
Ketika aku mulai beranjak dewasa, timbul dalam pikiranku mencintai ulama. Apabila aku melihat seorang alim, aku segera bergegas menghampirinya dan melayani keperluannya. Kemudian tertanam di hatiku keinginan untuk menuntut ilmu. Kebetulan di desa kami ada seorang syaikh yang bernama Syaikh Rajab, ia adalah seorang yang alim. Maka, aku pun dan saudaraku, Syaikh Ahmad, belajar kepadanya. Kami tinggal di tempatnya sekitar tiga tahun lamanya.
Kemudian kami pindah ke Antakiah dan masuk sebuah sekolah dengan perantaraan Syaikh Nazhif. Kami belajar kepadanya dan juga kepada ayahnya, Syaikh Ahmad Afandi Ath- Thawi! Kami tinggal di madrasah tersebut sekitar tujuh tahun lamanya.
41 Pernah ketika kami menuntut ilmu di madrasah
tersebut, datang seorang alim yang terkenal, yaitu Syaikh Muhammad Sa'id aI-'Urfi, yang mengunjungi Antakiah. Ia diasingkan oleh Pemerintah Prancis ketika masa pendudukannya di Suriah setelah Perang Dunia Pertama, tahun 1919. Kami juga sempat belajar kepadanya selama ia berada di Antakiah.
Belajar di Universitas Al-Azhar
Kemudian kami pergi ke Mesir, sebelumnya saudaraku telah terlebih dahulu berangkat mendahuluiku. Kami belajar di Universitas al-Azhar. Tidak lama setelah kami masuk di Universitas al-Azhar, kurang-Iebih sebulan, datanglah Syaikh Muhammad Sa'id AI-'Urfi, yang telah kami sebutkan sebelumnya, ke Mesir. Kami banyak mendapatkan keberuntungan dari kehadirannya. Kami belajar berbagai bidang ilmu di Universitas al-Azhar dari beberapa ulama terkemuka Mesir.
Guru-Guruku di AI-Azhar
1. Al-'Allamah al-Akbar Syaikh Mushthata al- Maraghi, ia adalah Rektor Universitas al-Azhar dan Ketua al-Majlis al-Islami al-'Ala.
2. AI-'Allamah al-Kabir Syaikh Muhammad Abii Thaha al-Mahni.
3. AI-'Allamah al-Kabir Syaikh Rahim. Dan masih banyak lagi yang akan memakan waktu dan tempat bila disebutkan namanya di sini satu per satu.
Mendapatkan Ijazah
Setelah kami berhasil menyelesaikan pelajaran kami dan telah mendapatkan ijazah, kami pun bermaksud mudik dan pulan ke kampung halaman. Saat itu, beberapa ulama Mesir meminta agar kami tetap tinggal di Mesir untuk mengajar di al-Azhar. Akan tetapi, kampung halaman lebih membutuhkan kepulangan kami daripada tetap tinggal di Mesir dan mengajar di al-Azhar.
Sebab, Mesir merupakan pusat ilmu pengetahuan dan memiliki banyak ulama terkemuka sehingga, menurut hemat kami, keberadaan kami (untuk mengajar) di Mesir tidaklah terlalu dibutuhkan.
Sebaliknya, negeri ulama terkemuka sangat minim jumlahnya, apalagi di bidang fiqih, tafsir, dan hadis, kami hampir-hampir saja tidak menemukan yang menekuninya (mumpuni) sama sekali.
Ke Kampung Halaman
Lalu, kami pun kembali ke negeri kami. Kemudian bertugas sebagai imam shalat jamaah dan Jumat, di samping itu juga sebagai pengajar, mufti, dan khatib dalam waktu yang cukup lama, sekitar lima belas tahun.
Pertentangan di Antara Empat Mazhab
Dalam masa tersebut, kami sering kali membincangkan tentang pertentangan di antara empat mazhab (Hanafi, Maliki, asy-Syafi'i, dan Hanbali). Aku dan saudaraku, Syaikh Ahmad, sangat heran akan pertentangan yang banyak tersebut.
Bahkan, dalam satu mazhab pun, kami banyak mendapati pertentangan di dalamnya, apalagi dengan
41 mazhab-mazhab yang lainnya. Kami melihat satu mazhab
menghalalkan suatu masalah, sedangkan mazhab yang lainnya
mengharamkannya; sebagian yang lain memakruhkan,
sedangkan sebagian yang lain mensunnahkan. Misalnya, Imam asy-syafi'i Ra berkata bahwa menyentuh wanita asing (non-mahram) membatalkan wudhu, sedangkan Imam Abu Hanifah Ra berkata yang sebaliknya (tidak membatalkan wudhu).
Adapun Imam Malik Ra, ia mempunyai pendapat yang lain. Yaitu, jika seorang laki-laki menyentuh wanita (non-mahram) dengan syahwat dan sengaja, maka ia membatalkan wudhu; sedangkan jika menyentuhnya tanpa syahwat dan tidak disengaja, maka ia tidak membatalkan wudhu.
Contoh yang lain di antaranya, Asy-Syafi'i membolehkan seorang pria menikahi anak perempuannya yang lahir dari hasil perbuatan zina, sedangkan ketiga mazhab lainnya menentangnya.
Misal yang lain di antaranya, Abu Hanifah mewajibkan berwudhu bagi orang yang keluar darah dari badannya walaupun, hanya sedikit, sedangkan ketiga mazhab yang lainnya menentangnya.
Contoh pertentangan yang lain di antaranya adalah Abu Hanifah membolehkan berwudhu dengan nabidz (minuman keras yang terbuat dari anggur) dan susu yang bercampur dengan air, sedangkan ketiga mazhab yang lainnya menentangnya.
Misal yang lain, Malik membolehkan makan. daging anjing, sedangkan ketiga mazhab yang lainnya menentangnya.
02 Misal yang lain, Asy-Syafi'i membolehkan makan
daging serigala dan
musang, sedangkan Abu Hanifah mengharamkannya. Asy-Syafi'i juga menghalalkan landak, sedangkan mazhab yang lainnya mengharamkannya. Masih banyak lagi pertentangan yang terjadi di antara sesama mereka, dari mulai awal bab fiqih sampai akhimya.
Subhanallah! Apakah syariat itu kurang atau belum sempurna sehingga mereka banyak berselisih paham? Yang ini menghalalkan, yang itu mengharamkan, yang lain membolehkan, dan yang lainnya lagi menentangnya.
Padahal Rasulullah Saw telah bersabda dalam hadis yang sahih, "Apa yang dihalalkan oleh Muhammad adalah halal sampai hari kiamat dan apa yang diharamkan Muhammad adalah haram hingga hari kiamat." (Halâlun Muhammadin Halâlulun ilâ yaumil Qiyâmah, wa Harâmun Muhammadin Harâmun ila Yaumil Qiyâmah).
Bukankah Anda tahu bahwa Asy-Syafi'i Ra pernah menuliskan mazhabnya yang lama (qadim) yang telah dia sebarkan di kalangan kaum Muslim di Irak, Hijaz, Yaman, dan Syam. Kemudian ia pergi ke Mesir karena suatu urusan, lalu di sana ia bercampur dengan orangorang (ulama) Maghrib dan mengambil ilmu dari mereka. Kemudian, ia berpaling dari mazhabnya yang lama seraya menulis mazhabnya yang baru, yang diberi nama sebagai al-madzhab al-jadid (mazhab baru) sehingga tidak tersisa dari mazhabnya yang lama, kecuali beberapa masalah saja.
Aku katakan, "Apabila mazhabnya yang pertama sahih, maka mengapa dia datang dengan mazhab yang baru,
04 yang bertentangan dengan mazhabnya yang lama?"
Dan juga kita melihat Abu Hanifah mengemukakan pendapatnya dalam suatu masalah, lalu Abu Yusuf atau Muhammad atau Zafar mengemukakan pendapatnya yang bertentangan dengan pendapat Abu Hanifah, padahal ketiga orang tersebut adalah murid-murid Abu Hanifah, yang mereka itu adalah orang-orang yang mengambil ilmu darinya. Terkadang salah satu dari mereka mengambil pendapat Abu Hanifah dan bertentangan dengan pendapat dua orang dari mereka, dan terkadang pula ketiganya bertentangan dengan pendapat Abu Hanifah, atau sebaliknya ketiganya bersepakat dengan pendapatnya.
Demikian juga Malik dan Ahmad. Pertentangan demi pertentangan senantiasa mewarnai pendapat-pendapat mereka, dan ini tentu saja menimbulkan keraguan.
Wahabiah
Dahulu kami mendengar tentang Wahabiah bahwa mereka menjalankan hudud (hukum pidana) dan hukum- hukum syariat secara sempurna. Lalu, kami pergi ke Hijaz dan tinggal bersama mereka selama beberapa waktu. Akan tetapi, kami mendapatkan bahwa kabar yang sampai kepada kami dari Hijaz ini bertentangan dengan realitas yang kami saksikan. Ternyata mereka lebih membahayakan terhadap Islam daripada segala sesuatu.
Mereka telah merusak nama baik Islam dengan perbuatanperbuatan mereka dan keburukan-keburukan fatwa yang dikeluarkan oleh para ulama mereka serta kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan terhadap orang- orang saleh dan para imam dari keturunan Nabi Saw dengan menghancurkan kuburan-kuburan mereka.
00 Demi Allah, mereka benar-benar telah berkeinginan
hendak merobohkan makam Nabi Saw, tetapi mereka mendapatkan pertentangan dari kaum Mukmin dari segenap penjuru dunia. Oleh karena itu, mereka membatalkan keinginan mereka tersebut karena khawatir terhadap kemarahan kaum Mukmin.
Kini dengarkanlah keanehan fatwa mereka ini.
Pendapat Mazhab Wahabi
Menurut pendapat mazhab Wahabi, apabila orang yang berhaj i atau siapa saja yang meletakkan tangannya di atas kuburan (Rasulullah Saw), maka dia adalah seorang yang musyrik. Dan polisi penjaga kuburan Nabi Saw. pun akan menghardik orang yang melakukan hal itu seraya berkata, "Angkatlah tanganmu wahai kaum musyrik!"
Apabila seseorang berkata, "Ya Rasulullah," maka ia adalah seorang musyrik. Apabila seseorang meletakkan tangannya di atas kuburan, atau menciumnya, atau bertabaruk (mengharapkan berkah) darinya, maka ia adalah seorang musyrik. Dan polisi yang melihat orang yang melakukan hal itu akan mencacinya seraya berkata, "Janganlah engkau melakukan hal ini wahai musyrik!"
Masih banyak lagi pendapat-pendapat mereka yang konyol dan sarna sekali tidak masuk akal yang tidak sejalan dengan syariat Islam yang mulia ini.
Kemudian di samping ungkapan-ungkapan yang keji ini, mereka juga tidak segan-segan mencaci maki orang yang sedang melakukan ibadah yang suci ini. Bahkan lebih daripada itu, ungkapan, "Wahai musyrik!," hanyalah peringatan yang pertama; jika orang itu tidak mengindahkan
02 peringatan tersebut, maka darahnya akan dihalalkan, yakni
dia wajib dibunuh. Itulah yang mereka lakukan di Hijaz, Irak, dan tempat lainnya. Lali, bagaimanakah menurutmu wahai kaum Muslimin, di mana saja Anda berada, mazhab bid'ah ini, yang mengotori Islam dan kaum Muslimin? Hanya kepada- Mu wahai Allah, kami mengadukan perbuatan perbuatan jahat mereka.
Akhimya, setelah kami melihat sendiri kenyataan yang sebenamya tentang mereka (kaum Wahabi), kami pun meninggalkan mereka, kembali ke negeri kami.
Kegelisahan dan keraguan pun kembali menyelimuti kami menyaksikan pertentangan di antara sesama kaum Muslim sampai akhimya kami berhubungan dengan mazhab Syi'ah.
Siapakah Syi'ah Itu?
Mereka adalah golongan yang hak (benar) dan yang terpilih dari makhluk Allah. Ia adalah golongan yang selamat, yang berpegang teguh pada ketaatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan para Imam yang suci dari keluarga beliau 'alaihimus salam. Mereka mengenal hak para Imam keluarga Nabi Saw dengan sebenar-benarnya, dan juga mengetahui siapakah musuh-musuh para imam.
Mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan- Nya dengan makhluk-Nya serta tidak menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka mengimani risalah Nabi Saw, wilayah (kepemimpinan) 'Ali bin Abi Thalib, dan sebelas imam yang lain dari Ahlulbait Nabi Saw, mereka itu adalah:
1. Imam al-Hasan bin' Ali aI-Mujtaba As.
2. Imam al-Husain bin 'Ali As, asy-Syahid di Padang Karbala.
3. Imam 'Ali bin al-Husain as-Sajjad As.
4. Imam Muhammad bin 'Ali al-Baqir As.
5. Imam Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq As.
6. Imam Musa bin Ja'far aI-Kazhim As.
7. Imam 'Ali bin Musa ar-Ridha As.
8. Imam Muhammad bin 'Ali al-Jawad As.
9. Imam 'Ali bin Muhammad aI-Hadi As.
10. Imam al-Hasan bin 'Ali al-'Askari As.
11. Imam aI-Hujjah al-Muntazhar al-Mahdi As.
Imam al-Mahdi akan muncul pada akhir zaman, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya telah dipenuhi dengan kejahatan dan kezaliman.
Mereka (kaum Syi'ah) mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat dan khumus, melaksanakan ibadah puasa, mengerjakan haji, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela.
Mereka memerintahkan pada kebaikan dan melarang kemungkaran. Mereka berlomba-Iomba dalam kebaikan. Dan mereka melaksanakan semua kewajiban dan
meninggalkan semua hal yang dilarang agama.
Syi'ah adalah Golongan yang Selamat
Alasan mengapa mazhab Syi'ah merupakan golongan yang selamat, di samping yang telah kami sebutkan, adalah keistimewaan dan perbedaan mazhab ini
01 dibandingkan mazhab-mazhab yang selainnya. Dalam
sebuah hadis sahih disebutkan, "Umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan (yang selamat)."
Kita ketahui bahwa seluruh umat Islam mengucapkan kalimat, "Lâ ilâha illallâh Muh.ammadun Rasulullâh (tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah)."
Apabila kita berkata bahwa semuanya akan selamat, maka berarti kita telah mendustakan hadis Nabi Saw; dan apabila kita berkata bahwa semuanya akan binasa, berarti kita juga telah mendustakan hadis tersebut.
Oleh karena itu, golongan yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada ketaatan kepada Ahlulbait Rasulullah Saw. Dalil akan hal ini adalah berdasarkan al-Quran dan Sunnah yang sahih menurut riwayat dua golongan terbesar umat Islam (Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Syi'ah).
Maka, mestilah mazhab yang selamat ini mengungguli semua mazhab yang lainnya dengan sesuatu yang tidak ada pada lainnya, yaitu: kesetiaan dan ketaatan kepada para imam dari Ahlubait Rasulullah Saw dan berlepas diri dari musuh-musuh mereka.
Juga keyakinan akan kemaksuman para imam mereka (Ahlulbait Nabi Saw), para pemimpin mereka, junjungan mereka, dan pemberi syafaat mereka.
Demi Allah, wahai pembaca Mukmin yang budiman dan objektif, apakah pantas orang-orang seperti mereka ini dikatakan kafir, musyrik, dan dihalalkan darahnya (harus dibunuh)?
Dialamatkan kepada mereka berbagai macarn
01 tuduhan palsu dan perkataan-perkataan keji dan dusta,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibnu Taimiyyah, Ibnu Hajar al-Haitsami, al-Qushaimi, al-Hafnawi, Musa Jarullah, Ahmad Amin, dan al-Jabhani. Juga yang telah dilakukan oleh Syaikh Nuh yang telah melakukan kejahatan keji dengan mengafirkan Syi'ah dalam fatwanya, bahkan orang-orang Syi'ah, dalam fatwa tersebut, harus dibunuh, para wanita dan anak-anaknya dijadikan budak, dan harta bendanya dirampas.
Dalam akhir fatwa yang panjang tersebut, ia (Syaikh Nuh) berkata, "Baik mereka itu bertobat maupun tidak bertobat."
Anda dapat membaca teks fatwa (batil) tersebut dalam buku al-Fushûl al-Muhimmah, pasal sembilan, karya Imam Syarafuddin al-Musawi.
Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengadu. Wahai Pembaca yang budiman, apakah Anda tahu
apakah dosa Syi'ah itu? Dosa Syi'ah itu, dalam pandangan mereka, adalah lantaran orang-orang Syi'ah tidak mau mengakui khalifah selain dari imam mereka, siapa pun dia orangnya yang menjabat khalifah itu. Mereka, orang-orang Syi'ah, berkeyakinan bahwa hanya para imam Ahlulbaitlah yang berhak menjadi khalifah. Demi Allah, wahai pembaca budiman, apakah keyakinan seperti ini merupakan dosa yang mewariskan kekafiran dan kemurtadan?
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Setelah melakukan penelitian yang mendalam, kami mendapatkan bahwa jumlah penganut Syi'ah sekarang ini lebih dari seratus juta orang. Seandainya mereka tidak mengalami pembunuhan dan permusuhan dari musuh-
01 musuh mereka pada masa-masa yang kelam dan penuh
kezaliman dahulu, niscaya jumlah mereka sekarang, paling sedikitnya, akan mencapai semiliar.
Mereka tersebar di segenap penjuru dunia, timur dan barat, utara dan selatan, tetapi kebanyakan mereka tinggal di negara-negara Muslim. Mereka mempunyai andil dan jasa yang besar dalam penyebaran dakwah Islam melalui mazhab mereka, bahkan mereka mendahului yang lainnya dalam penyebaran agama Islam. Mereka senantiasa berkhidmat kepada Islam, di antaranya dengan pena-pena mereka. Buku-buku karya ulama mereka sangatlah banyak hingga telah memenuhi dunia ini.
Anda dapat membaca adz-Dzari'ah ila Tashânif asy- Syi'ah, karya Mujtahid Agung Syaikh Agha Buzurgh at- Tehrani. Dalam buku ini, Anda akan mendapatkan alangkah banyaknya buku-buku yang telah ditulis oleh para ulama Syi'ah, dalam berbagai bidang ilmu, sehingga penulisnya sendiri mengalami kesulitan untuk menyebutkannya satu per satu.
Di antara mereka terdapat ulama, fuqaha, para penguasa, filosof, pemikir, sultan, menteri, ahli bahasa, syair, penulis, ahli perbintangan (astronom), matematikawan, arsitek, dokter, teknokrat, dan para cendekiawan yang terkemuka. Mereka telah memenuhi bumi Allah ini dengan ilmu pengetahuan dan pengamalannya.
Mereka juga merintis pendirian sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang besar, yang senantiasa dipenuhi oleh jamaah.
Misalnya, Imam Agung Almarhum Sayyid Abul
01 Hasan al-Musawi al-Ishfahani Ra 2 telah membangun masjid-
masjid dan sekolah-sekolah di berbagai belahan bumi. Demikian juga Imam Al-Boroujerdi rahimahulldh, yang telah mengutus para juru dakwah ke berbagai negara dan membangun di sana beberapa masjid yang sangat besar, di antaranya: di Amerika, Jerman, London, dan Paris.
Lalu, apakah kini Anda telah mengetahui tentang Syi'ah wahai pembaca budiman? Akan tetapi, walaupun demikian, sayangnya yang kita dapatkan di dalam buku-buku sejarah (yang ditulis oleh para musuh Syi'ah) hanyalah cacian keji terhadap Syi'ah, bahkan pengkafiran. Mengapa demikian? Sebab, dalam pandangan picik mereka, mereka (kaum Syi'ah) adalah orang-orang musyrik. Demikianlah yang kita dapatkan dalam Shawâiqul Muhriqah, karya Ibn Hajar al-Haitsami-semoga Allah membakar pengarangnya di akhirat.[]
2 . Imam Abul Hasan rahimahumullâh adalah pemimpin tertinggi (mazhab Syi'ah pada masanya) dan faqih yang terkemuka dan tidak ada satu pun
yang setara dengannya. Ia adalah panutan ulama dan pemuka fuqaha. Ia adalah orang yang paling luas pengetahuannya dan imam kaum muhaddits (ahli hadis) dan mufasir pada zamannya. Dia mempunyai keutamaan dan kedudukan tertinggi serta kekeramatan-kekeramatan yang masyhur. Marja'iyyah (kepemimpinan keagamaan dalam tradisi Syi'ah) tertinggi ada padanya. Ia wafat pada malam Idul Adha 1365 H di Baghdad. Jenazahnya dipikul di alas pundak dengan berjalan kaki ke Najaf al- Asyraf yang diiringi oleh massa yang sangat banyak. Belum pemah ada jenazah yang diiringi oleh orang sebanyak itu. Bahkan, konon, yang mengiringi jenazahnya mencapai setengah juta orang. Termasuk di antaranya, wakil khusus Raja lrak, putra mahkotanya, para menteri, pasukan tentara, dan semua lapisan masyarakat dari berbagai mazhab dan
Banyak alasan dan sebab yang mendorong kami mengikuti mazhab Ahlulbait, di antaranya: Pertama, aku melihat bahwa beramal sesuai mazhab Ahlulbait adalah sah, sedangkan memungkirinya adalah perbuatan yang tercela. Hal yang demikian ini telah difatwakan oleh banyak ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, baik yang terdahulu maupun yang terkemudian, di antaranya adalah asy-Syaikh al-Akbar Mahmud Syaltut, Rektor al- Azhar, yang fatwanya telah menyebar luas di dunia Islam.
Kedua, telah terbukti secara meyakinkan kebenaran mazhab Ahlulbait ini, sesuai dalil-dalil yang kuat, keterangan- keterangan yang sangat jelas, dan hujah-hujah yang mantap dan kukuh, laksana sinar matahari yang berkemilau di tengah hari yang bolong, yang tidak ada sedikit pun awan yang menutupinya.
Mazhab Syi'ah merupakan mazhab yang hak, dimana orang-orang Syi'ah mengambilnya dari para Imam Ahlulbait 'alaihimus salam, dari kakek mereka (Rasulullah Saw.), dari Jibril As, dari Tuhan Yang Mahaagung. Yang tidak ada kekeliruan di dalamnya. Mereka tidak akan rela menggantikan mazhab ini dengan mazhab lainnya sampai mereka berjumpa dengan Tuhan mereka Yang Mahaagung,
22 Allah Swt.
Mazhab Syi'ah bersumber dari orang-orang yang tepercaya, laksana mata rantai yang tidak terpisahkan, yang satu sama lainnya tidak ada perbedaan.
Ketiga, sesungguhnya wahyu turun di rumah mereka, sedangkan penghuni rumah lebih mengetahui seisi rumah daripada yang lainnya.
Oleh karena itu, tidak selayaknya bagi orang yang berakal meninggalkan dalil-dalil yang sahih dari mereka, lalu mengambil dari selain mereka.
Keempat, banyak ayat al-Quran yang menguatkan pendapat kami, yang nanti akan kami jelaskan beberapa di antaranya, Insya Allah.
Kelima, demikian juga banyak hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang mendukung pernyataan ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh kedua belah pihak, Ahlus Sunnah dan Syi'ah. Kami telah menyebutkan hal secara mendetail dalam buku kami asy-Syi 'ah wa Hujjatuhum fit Tasyayyu'. Anda juga dapat membaca buku al-Murâja'ât (Dialog Sunnah Syi'ah), di dalamnya Anda akan menemukan dalil-dalil yang pasti akan memuaskanmu, jika Anda berlaku objektif.
Dialog dengan Sebagian Ulama Syi'ah
Juga di antara sebab-sebab yang mendorongku mengikuti mazhab Ahlulbait adalah dialog-dialog yang terjadi antara diriku dengan sebagian ulama Syi'ah. Di dalam dialog-dialog tersebut, aku mendapati diri terkalahkan dalam hujah-hujah yang disampaikan oleh beberapa ulama Syi'ah tersebut, tetapi aku tetap bertahan dan mengadakan perbantahan yang sengit terhadap mereka. Dialog itu
24 menjadi seru karena aku, alhamdulilâh, mempunyai bacaan
yang sangat luas dan pengetahuan agama yang sangat dalam, mengingat, aku pernah berguru selama dua puluh lima tahun kepada ulama-ulama kenamaan dan tokoh-tokoh terkemuka al-Azhar, bahkan, aku telah memperoleh ijazah yang tertinggi dari al-Azhar.
Dialog tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar tiga tahun. Aku pun akhirnya mengalami keraguan tentang mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, asy-Syafi'i, dan Hanbali) karena banyaknya pertentangan yang terdapat di dalamnya.
Keberuntungan Mendapatkan Buku al-Murâja'ât
Akhimya, kami beruntung mendapatkan buku al- Murâja'ât (Dialog Sunnah-Syi'ah) karya imam yang agung, junjungan umat Islam, Ayatullah al-'Uzhma, mujahid besar di jalan Allah, baik dengan pena maupun dengan tangannya sepanjang hidupnya, aI-Imam aI-Akbar, al-Mujtahid al- A'zham, Sayyid 'Abdul Husain Syarafuddin al-Musawi al- 'Amili 3 - Semoga Allah menyucikan ruhnya yang suci dan
menempatkannya di surga-Nya yang luas bersama nenek
3 . Imam Syarafuddin al-Musawi merupakan alim kebanggaan mazhab Ahlulbait, petunjuk umat dan wakil para imam. Ia adalah pemuka
mazhab yang berjaya (mazhab Ahlulbait) pada masanya; pahlawan, mujahid, dan imam mereka. Ia telah membaktikan seluruh hidupnya yang mulia untuk mengabdi kepada agama Islam dan mazhab al-Ja'fari. Ia adalah penulis kenamaan buku-buku utama, khususnya tentang mazhab nenek moyangnya yang suci (Ahlul Bail), yang jumlahnya mencapai lebih dari seratus buku. Akan tetapi, sayang, kebanyakan bukunya telah dibakar oleh kolonial Prancis. Walaupun demikian, yang tersisa sudah cukup bagi umat Islam. Semoga Allah Swt membalas jasa-jasanya yang banyak
20 moyangnya yang suci (Ahlulbait Rasulullah Saw).
Kemudian, mulailah aku membuka lembaran demi lembaran buku itu, aku membacanya dengan penuh ketekunan. Aku memikirkan setiap tulisannya dengan cermat dan saksama. Sungguh, aku merasa sangat kagum akan kefasihan bahasanya, kelembutan tutur katanya, dan keindahan makna-maknanya, dimana sedikit sekali penulis yang dapat menulis sepertinya.
Mulailah aku memikirkan isi buku yang agung ini, yang berisikan dialog-dialog antara penulisnya dengan asy- Syaikh al-Akbar, Rektor Universitas al-Azhar, Syaikh Salim al-Bisyri. Penulis (Sayyid Syarafuddin al-Musawi) menjawab setiap pertanyaan Syaikh Salim al-Bisyri dengan dalil-dalil yang tajam dan meyakinkan, dan hujah-hujah yang mantap dan kukuh, yang membuat lawan dialognya tidak mampu lagi memberikan bantahan juga tidak dapat menolak hujahnya.
Aku melihat Imam Syarafuddin AIMusawi tidak bersandar pada buku-buku Syi'ah dalam menyampaikan hujah-hujahnya, bahkan ia menukilkannya dari buku-buku yang menjadi sandaran golongan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Yang demikian itu agar hujah-hujahnya lebih mantap dan kukuh sehingga tidak dapat dibantah oleh lawan bicara.
Hal ini menambah kekagumanku terhadap penulisnya. Bahkan, pada malam itu juga, aku membacanya, aku langsung puas dan menerima seeara bulat bahwa hak dan kebenaran berada pada mazhab Ahlulbait. Dan bahwa mereka mengikuti mazhab yang hak yang bersumber dari Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya yang suci 'alaihimus salâm.
Sedikit pun aku tidak merasa ragu akan hal itu, dan bahwa mereka tidaklah seperti yang dituduhkan kepada mereka oleh musuh-musuh mereka dengan tuduhan-tuduhan
22 yang batil dan dusta.
Memperlihatkan al-Murâja'ât kepada Saudaraku
Pada pagi harinya, aku memperlihatkan buku al- Murâja'ât kepada saudaraku, al-'Allamah al-Hafizh asy-Syaikh Ahmad Amin al-Anthaki. Ia berkata kepadaku, "Apakah ini?" Aku jawab, "Ini adalah buku Syi'ah yang ditulis oleh seorang penulis Syi'ah." Kemudian, ia berkata kepadaku, "Jauhkanlah ini dariku, jauhkanlah ini dariku, jauhkanlah ini dariku! (Dia berkatanya tiga kali).
Sesungguhnya buku ini termasuk buku yang sesat, aku sarna sekali tidak membutuhkannya. Aku membenci Syi'ah dan apa saja yang berhubungan dengannya."
Lalu aku katakan kepadanya, "Ambillah dan bacalah buku ini, engkau tidak perlu mengamalkannya. Apa yang merugikan kamu jika kamu hanya sekadar membacanya?"
Kemudian, ia pun mengambil buku itu dan membacanya serta mempelajarinya dengat cermat dan saksama. Ternyata apa yang terajadi padaku juga terjadi pada dirinya. Yaitu, ia mengakui kebenaran mazhab Syi'ah (Ahlulbait).
Dia berkata, "Sesungguhnya Syi'ah berada di atas jalan yang hak dan benar, sedangkan selain mereka adalah keliru."
Akhirnya, aku dan saudaraku meninggalkan mazhab asy-Syafi'i dan mengikuti mazhab al-Ja'fari (Ahlulbait). Sebab, kami mendapatkan dali-dalil yang banyak lagi jelas dan kukuh.
Hatiku pun menjadi tenang dan lega dengan berpegang teguh pada mazhab Ahlulbait ini, mazhab keluarga Rasulullah Saw, untuk selamanya. Yang demikian ini
21 karena aku mengetahui bahwa aku telah memperoleh apa
yang paling aku harapkan dengan berpegang teguh pada mazhab Ahlulbait ini, yaitu keselamatan dari azab Allah Swt.
Aku juga memuji Allah Swt yang telah menyelamatkan keluargaku seluruhnya, dan banyak pula dari kerabatku, sahabatku, dan lainnya karena mereka !elah mengikuti langkahku, yaitu mengikuti mazhab Ahlulbait. Semua ini berkat karunia dan nikmat Allah Swt yang dilimpahkan kepada kami, yaitu dengan melapangkan dada kami untuk mengikuti para Imam Ahlulbait As. Sebab, hanya dengan mengikuti merekalah keselamatan dapat diperoleh. Sebagaimana yang ditegaskan dalam hadis yang disepakati kesahihannya, baik oleh Ahlus Sunnah maupun Syi'ah, yaitu sabda Rasulullah Saw, "Perumpamaan Ahlulbaitku bagi umatku adalah seperti bahterah Nuh, barang siapa yang menaikinya, akan mendapatkan keselamatan; dan barang siapa yang meninggalkannya, akan karam dan binasa.
Aku memohon kepada Allah Swt. Yang Mahapemurah agar Dia memberikan taufik-Nya kepada kita semua agar supaya mendapatkan keridhaan-Nya dengan berpegang teguh pada wilâyah (kepemimpinan) Ahlulbait dan kecintaan kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengabulkan doa.
Banyak Orang yang Mengikuti Mazhab Ahlulbait Bersama Kami
Banyak sekali orang yang masuk ke dalam mazhab Ahlulbait bersamaku dan saudaraku, mereka adalah saudara- saudara kami (kaum Muslimin) yang sebelumnya bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Mereka berasal, dari Suriah, Lebanon, Turki, dan
21 negara lainnya. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
petunjuk kepada kami jalan ini. Dan kami sekali-kali tidak akan pernah mendapatkan petunjuk kalaulah Allah tidak memberikan kami petunjuk.
Urusan Kami Menjadi Terkenal
Urusan kami pun (menjadi pengikut mazhab Ahlulbait) menjadi terkenal dalam negeri kami. Berita ini dengan cepat menyebar kemana-mana sehingga banyak orang yang berbondong-bondong mendatangi kami. Mereka bertanya kepada kami, mengapa kami tertarik mengikuti mazhab Ahlulbait, mazhab yang hak, dan meninggalkan mazhab Asy-Syafi'i? Lalu, kami pun menjelaskan bahwa dalil akan hal itu sangatlah jelas dan kuat. Oleh karena itu, aku katakan kepada mereka bahwa siapa saja di antara kalian yang hendak meminta penjelasan tentang mazhab Ahlulbait ini, silakan mendatangi kami.
Orang-orang Bertanya Ihwal Mazhab Ahlulbait
Di dalam masa ini, yang Allah telah memberikan petunjuk-Nya kepada kami untuk mengikuti mazhab Ahlulbait, orang-orang dari segenap penjuru negeri berbondong-bondong mendatangi kami seraya menanyakan sebab-sebab kami mengikuti mazhab Ahlulbait, mereka terdiri dari segenap lapisan masyarakat: ulama, guru, pedagang, pegawai, dan lainnya.
Kami menjelaskan mazhab Ahlulbait ini kepada mereka sesuai realitas, mempunyai sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, yang berasal dari sumber (buku-buku sandaran) mereka sendiri.
Di antara mereka ada yang mendengarkan dengan
21 saksama, lalu ia merasa puas terhadap dalil-dalil yang kami
sampaikan, lalu ia pun menerima dan mengikuti mazhab Ahlulbait seraya meninggalkan mazhabnya yang sebelumnya.
Akan tetapi, di antara mereka ada juga yang fanatik terhadap mazhabnya. Ia enolak kebenaran disebabkan oleh kefanatikannya yang telah membutakan hatinya, padahal ia tahu bahwa ia tidak dapat mempertahankan mazhabnya.
Demikianlah waktu berlalu, kami tetap tekun menempuh jalan ini, berdakwah menyebarkan mazhab Ahlulbait sehingga mazhab ini banyak dianut oleh banyak orang di Suriah, bahkan menyebar juga ke Turki, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Tanya-jawab antara Aku dan Saudaraku
Untuk menambah kemantapan dalam penerimaan mazhab Ahlulbait, aku dan saudaraku melakukan tanya- jawab dan dialog khusus tentang mazhab Ahlulbait. Kadang- kadang saudaraku memposisikan dirinya sebagai ulama Syi'ah, sedangkan aku berposisi sebagai ulama Sunni. Lalu kami pun masuk dalam perdebatan seputar mazhab Syi'ah. Aku melemparkan pertanyaan kepadanya, lalu dia menjawab kepadaku dengan dalil-dalil al-Qur'an dan Sunnah. Dalam perdebatan tersebut, ia keluar sebagai pemenang, aku pun mengakui bahwa kebenaran ada bersama Syi'ah.
Pada kesempatan yang lain, aku yang melakonkan diri sebagai ulama Syi'ah, sedangkan saudaraku sebagai ulama Sunni. Kemudian kami masuk ke dalam perdebatan, juga seputar mazhab Ahlulbait. Lalu ia pun tertawa karena melihat dirinya kalah dalam hujah seraya berkata, "Kebenaran yang hakiki berada pada mazhab Ahlulbait."
Demikianlah kami melakukan Tanya-jawab secara
21 berulang-ulang, dan kami pun mendapatkan bahwa
kebenaran ada bersama mazhab Ahlulbait. Sebab, kebenaran itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya.
Misalnya, ketika ia melakonkan dirinya sebagai ulama Syi'ah, ia memintaku mengajukan argumentasi, mengapa ia menganut salah satu dari mazhab yang empat. Ia bertanya, "Apa dalil yang engkau miliki beribadah dengan menganut mazhab asy-Syafi'i, atau Hanafi, atau Maliki, atau Hanbali? Apakah engkau menemukan dalil dari ayat al-Qur'an, seperti firman Allah Swt, "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai- beraikan kalian dari jalan-Nya." (Qs. al-An'am [6]; 153)
Perhatikanlah bagaimana Allah Swt memerintahkan kita (kaum Mukminin) untuk mengikuti jalan-Nya yang lurus, dan Dia melarang kita mengikuti jalan-jalan yang lain agar kita tidak tersesat dari jalan-Nya.
Atau, apakah engkau mendapatkan hadis yang memerintahkan engkau mengikuti salah satu dari mazhab yang empat itu?"
Aku jawab, "Ijmâ' (kesepakatan ulama)." Lalu, ia berkata, "Sarna sekali tidak ada kesepakatan
ulama. Sebab, mereka itu bertentangan dalam mazhab- mazhab, maka bagaimana mungkin kesepakatan itu diperoleh?"
Dan apabila aku melakonkan diriku sebagai ulama Syi'ah, aku mengajukan kepadanya dalil-dalil dari al-Qur'an dan hadis. Aku katakan bahwa diriwayatkan dalam hadis Nabi Saw. Ia bersabda, "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara: Kitabullâh (al-Qur'an) dan Itrah
21 (keturunan) Ahlulbaitku; selama kalian berpegang teguh pada
keduanya, kalian tidak akan tersesat selamarrya. Sesungguhnya keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga kelak menemuiku di Haud (telaga Nabi Saw), perhatikanlah bagaimanakah
kalian memperlakukan keduanya sepeninggalku." Rasulullah Saw juga bersabda, "Perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah kalian seperti bahterah Nuh. Barang siapa yang menaikinya, akan mendapatkan keselamatan; dan barang siapa yang meninggalkannya, akan tenggelam dan binasa."
Kemudian, ia pun menerima dan tunduk seraya berkata, "Kebenaran ada bersama kalian." Demikianlah, kami melihat bahwa kebenaran bersama Ahlulbait Rasulullah Saw, dan masih banyak lagi dalil lain yang menegaskan hal tersebut.
Pengumuman Masuknya Kami dalam Mazhab Ahlulbait
Anda telah ketahui, sebagaimana yang kami ulang- ulang bahwa dalil-dalil yang terang dan hujah yang kukuh, baik menurut riwayat Ahlus Sunnah maupun Syi'ah, menunjukkan secara pasti bahwa kebenaran ada bersama mazhab Ahlulbait.
Allah Swt. berfirrnan, "Tidak ada paksaan untuk (memeluk) agama (Islam);sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus." (Qs. al-Baqarah [2]: 256)
21 Diriwayatkan dalam hadis yang disampaikan oleh
Imam 'Ali As dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, "Kami adalah buhul tali (habl) yang amat kuat itu."
Juga disebutkan dalam riwayat yang lain, "Kami adalah jalan yang lurus (shirâul mustaqim) dan kami adalah jalan-jalan menuju kepada Allah."
Masih banyak lagi riwayat sejenis itu yang telah mengantarkan kami memasuki mazhab Ahlulbait, kami benar-benar puas dan berbahagia akan hal itu. Sebab, tidak ada pilihan lagi bagi kami kecuali berpegang teguh pada mazhab Ahlulbait, dengan harapan memperoleh keselamatan dan keberuntungan pada jalan kebenaran.
Semoga Allah Swt. memberikan petunjuk-Nya kepada kita pada jalan yang mendatangkan keridhaan-Nya, sesungguhnya Dialah yang memberikan taufik dan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya.
Berkata al-Kumait, penyair Ahlulbait, dalam salah satu syaimya, Hanya kepada keluarga Ahmad (Ahlulbait) aku menjadi Syi 'ahnya Dan hanya kepada mazhab yang haklah (mazhab Ahlulbait) aku bermazhab.
Imam Asy-Syiifi'i berkata dalam bait syairnya, Ketika aku melihat manusia telah menempuh jalannya
Masing-masing dalam lautan kesesatan dan kebodohan Aku menaiki dengan nama Allah bahtera keselamatan Mereka adalah keluarga al-Mushthafa penutup para rasul. Aku berpegang pada tali Allah, yaitu mengikuti mereka, Sbagaimana Dia telah memerintahkan kila berpegang pada
tali-Nya.
12 Apabila berpecah belah dalam agama ini lebih dari tujuh
puluh golongan, Sbagaimana telah diriwayatkan dalam hadis yang sahih Datidak ada yang selamat kecuali satu golongan saja, Maka, katakanlah kepadaku wahai orang yang mempunyai pkiran dan nalar, Apakah mungkin termasuk golongan yang binasa itu keluarga M uhammad? Ataukah justru golongan mereka yang selamat? Katakanlah kepadaku! Apabila engkau berkata bahwa keluarga Muhammadlah yang selamat, maka engkau telah berkata benar. Tetapi, apabila engkau berkata bahwa keluarga Muhammad itulah yang binasa, maka engkau telah menyimpang dari kebenaran. Apabila pengikut suatu kaum termasuk bagian dari mereka, maka aku rela menjadi pengikut mereka (keluarga Muhammad), aku senantiasa bemaung di bawah naungan mereka. Maka, biarkanlah 'Ali dan keturunannya menjadi
panutanku. Yang lainnya berkata lagi,
Jika engkau menghendaki suatu mazhab untuk dirimu, Yang akan menyelamatkanmu pada Hari Kebangkitan dari
siksa api neraka,
Maka tinggalkanlah pendapat asy-Syafi 'i, Malik, Dan Ahmad yang meriwayatkan dari Ka'ab Al-Ahbar.
Ikutilah manusia yang ucapan dan hadis mereka adalah "Kakek kami meriwayatkan dari Jibril dari al-Bâri
(Allah). "
14 Dalam buku ini, insya Allah, engkau akan membaca
ringkasan manâkib (doa-doa suci) keluarga suci Rasulullah Saw yang bersumber dari kitab-kitab Sunni.