metodologi kajian pustaka dan hipotesis.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu,

Oktober

Penyusun

1


2017

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................

i

DAFTAR ISI.....................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................

1

1.1 Latar Belakang.........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................


2

1.1 Tujuan Penulisan......................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................

3

2.1 Pengertian Kajian Pustaka......................................................

3

2.1 Pengertian HIpotesis...............................................................

10

BAB III PENUTUP..........................................................................


19

3.1 Kesimpulan..............................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

20

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah adalah suatu usaha penyelidikan yang sistematis dan
cermat tentang suatu pokok persoalan atau subjek tertentu untuk menentukan atau
memperbaiki fakta-fakta, teori-teori, atau aplikasi. Pengertian penelitian ilmiah ini
sejalan dengan batasan yang dikemukakan oleh Vockell & Asher (1995).

Penelitian ilmiah menurut kedua pakar tersebut didefinisikan, “scientific research
is a diligent and systematic inquiry or invetigation of a subject to discover or
revise facts,theories, or applications.”
Suatu penelitian ilmiah bukanlah suatu kgiatan atau aktifitas yang hanya
mempersoalkan kepastian, tetapi ia juga ingin mencari berbagai alternatif jawaban
suatu masalah atau fenomena apakah dalam lingkup sosialmaupun masalahmasalah laboraratoris. Maka dari itu penelitian memeiliki tujuan ingin
menemukan prinsip-prinsip umum untuk menafsirkan tingkah laku yang dapat
digunakan untuk menerangkan dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam
lingku pendidikan. Dalam menyusun penelitian

diperlukan sumber-sumber

pengetahuan yang dapat dikelompokkan, yaitu ; pengalaman, otoritas, cara erfikir
deduktif, cara berfikir induktif, dan pendekatan ilmiah.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus melakukan survey secara
sungguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam bidang yang
diamatinya itu. Peneliti harus berkecimpung dibidang penelitiannyanuga harus
mengetahui bagaimana menemukan, menyusun dan menggunakan kepustakaan
dalam bidang mereka.
Namun, kebanyakan peneliti kurang memahami penyusun kajian pustaka

dan penyusunan hipotesis. Oleh karna itu, pada makalah ini akan dibahas tentang
penyusunan kajian pustaka dan penyusunan hipotesis.

1

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara penyusunan kajian pustaka?
2. Bagaimana cara penyusunan hipotesis?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui cara penyusunan kajian pustaka
2. Untuk mengetahui cara penyusunan hipotesis
1.2

2

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
A. Pengertian Kajian Pustaka
Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka.
Karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.
Nazir (2005: 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur, selain
dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga
diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan
penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan
generalisasi yang pernah dibuat sehingga situasi yang diperlukan diperoleh.
Kajian pustaka menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 276), memiliki tiga
pengertian yang berbeda.
1.

Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca
dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi
pribadi.

2.


Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori,
yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Oleh
sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka dengan
kerangka teori.

3.

Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan
dengan objek penelitian yang sedang dikaji.
Menurut Pohan (2007:42) kegiatan ini (penyusunan kajian pustaka)

bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode,
atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam
bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan
lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Selain itu, kajian ini dilakukan dengan
tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk
suaplagiat. Dasar pertimbangan perlu disusunnya kajian pustaka dalam suatu
rancangan penelitian didasari oleh kenyataan bahwa setiap objek kultural

3


merupakan gejala multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu kali
secara berbeda-beda, baik oleh orang yang sama maupun berbeda (Ratna, 2010).
Berdasarkan pendapat ahli di atas kajian pustaka adalah bahan-bahan
bacaan yang berkaitan dengan objek penelitian yang pernah dibuat yang
digunakan untuk menganalisis objek penelitian yang dikaji.
B.

Cara Menyusun Kajian Pustaka
Menurut cara penyajiannya, kajian pustaka dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu (a) penyajian sesuai dengan tahun penelitian; dan (b) penyajian
disesuaikan relevansi, kedekatannya dengan objek (Ratna, 2010: 278)
a.

Sesuai dengan Tahun Penelitian
Cara penyajian kajian pustaka dalam jenis ini disajikan secara kronologis
dengan pertimbangan bahwa aspek kesejarahan memiliki makna tertentu
dalam menentukan objektivitas penelitian seperti dilakukan dalam berbagai
analisis persepsi masyarakat.


b.

Sesuai dengan Relevansi dan Kedekatan dengan Objek
Cara kedua dilakukan dengan pertimbangan relevansi kedekatan penelitian
dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Sebagai penelitian ilmiah
cara kedua ini dianggap lebih baik dengan pertimbangan bahwa penelitian
yang dilakukan memang baru berbeda dengan penelitian lain. Selain itu,
penelitian yang memiliki relevansi paling kuat yang mengantarkan peneliti
untuk

melakukan

penelitian

selanjutnya

sekaligus

menghindarkan


terjadinya duplikasi.
Selain kedua jenis di atas, terdapat pula dua cara penyajian kajian pustaka
yang berbeda, yaitu (a) secara deskriptif; (b) secara deskriptif dengan analisis
( Ratna, 2010: 278).
a.

Penyajian kajian Pustaka secara Deskriptif
Penyajian kajian pustaka secara deskriptif ini hanya menguraikan tanpa
menyebutkan persamaan dan perbedaannya dengan pertimbangan bahwa
analisis akan diuraikan pada bab berikutnya

b.

Penyajian Kajian Pustaka secara Deskriptif dengan Analisis

4

Penyajian kajian pustaka secara deskriptif dengan analisis selain berbentuk
deskripsi juga disertai penjelasan tentang perbedaan dan persamaannya.

Dengan demikian, kajian pustaka menunjukkan di mana posisi penulis
dalam kaitannya dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan, apakah
menolak, mengkritik, menerima, dan atau yang lainnya.
Penyusunan kajian pustaka meliputi beberapa langkah sebagai berikut:
a.

Membaca karya-karya ilmiah hasil penelitian sebelumnya yang terkait

b.

Mencatat hasil intrepretasi terhadap bahan-bahan bacaan

c.

Menyusun kajian pustaka berdasarkan hasil analisis terhadap karya ilmiah
sebelumnya yang relevan.

C.

Sumber Kajian Pustaka
Berikut dijelaskan beberapa jenis sumber bacaan yang dapat digunakan

untuk memperoleh teori-teori yang relevan.
1.

Buku Teks
Buku teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan

interval yang tidak tentu (Nazir, 2005: 106). Buku teks berkenaan dengan suatu
bidang ilmu yang isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai buku wajib
dalam mata kuliah tertentu.
2.

Jurnal
Jurnal adalah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil

seminar yang diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah (Nazir, 2005: 106). Jurnal
yang berisi hanya ringkasan-ringkasan artikel dari pengarang dinamakan review
journal atau abstract journal. Review journal adalah majalah ilmiah yang berisi
artikel-artikel yang dipersingkat dalam suatu cabang pengetahuan.Abstract
journal adalah majalah ilmiah yang berisi singkatan atau ikhtisar (judul, metode
serta kesimpulan) dari artikel-artikel pada jurnal-jurnal terbaru.

5

3.

Periodical
Menurut Nazir (2005: 107) periodical adalah majalah ilmiah yang

diterbitkan secara berkala oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta
yang berisi hasil penelitian yang dikerjakan.
4.

Yearbook
Yearbook adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun yang

diterbitkan tiap tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta, yang diterbitkan
setiap tahun. Ada kalanya tiap tahun yearbookyang dikeluarkan membahas suatu
masalah bidang ilmu (Nazir, 2005: 107).
5.

Buletin

```

Nazir (2005: 107) menyatakan bahwa buletin adalah tulisan ilmiah pendek

yang diterbitkan secara berkala yang berisi catatan-catatan ilmiah ataupun
petunjuk-petunjuk ilmiah tentang satu kegiatan operasional. Biasanya dikeluarkan
oleh lembaga negara ataupun oleh himpunan profesi lilmiah. Tiap buletin
biasanya berisi satu artikel saja. Jika bulletin berisi satu artikel mengenai hasil
penelitian, sering disebut contributions.
6.

Circular
Circular adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis, biasanya dikeluarkan

oleh lembaga negara atau swasta seperti universitas, lembaga penelitian, dinasdinas dan sebagainya (Nazir, 2005: 108).Circular diterbitkan dengan interval tidak
tentu.
7.

Leaflet
Leaflet berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan oleh

lembaga negara atau swasta, dengan interval yang tidak tetap.
8.

Annual Review
Annual review berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah diterbitkan

selama

masa

setahun

atau

beberapa

tahun

yang

lampau.

Dalam

menggunakan annual review, dimulai dengan mencariannual review terbaru
kemudian mundur ke jilid-jilid sebelumnya.

6

9.

Off Print

`

Adakalanya perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pengarang yang

terlepas dari majalah atau dari buku teks. Bahan demikian dinamakan off print.
10.

Reprint
Reprint merupakan satu dari artikel yang sudah dimuat dalam satu majalah

ilmiah kemudian dicetak ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.
11.

Recent Advance
Nazir (2005: 109) menyatakan bahwa recent advance adalah majalah

ilmiah yang berisi artikel-artikel yang tidak diperoleh dalam review journals.
Bibliografi

12.

Menurut Nazir (2005: 109) bibliografi adalah buku yang berisi judul-judul
artikel yang membahas bidang ilmu tertentu. Dalam buku tersebut diberikan judul,
pengarang, tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari sumber mana
artikel tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan buku referensi pada
perpustakaan. Pembaca dengan membaca buku ini memperoleh petunjuk
mengenai artikel-artikel yang berguna dalam bidang ilmu tertentu, dan dalam
buku atau majalah ilmiah mana artikel tersebut dapat diperoleh.
Handbook

13.

Handbook adalah buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau
swasta yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu masalah tertentu,
ataupun tentang sutau fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja
mempunyai pengarang, ataupun tanpa pengarang, tetapi dikumpulkan oleh suatu
instansi tertentu (Nazir, 2005: 110).
14.

Manual
Manual adalah buku petunjuk tentang mengerjakan atau melakukan

sesutau secara terperinci. Biasanya mengenai suatu masalah praktis, baik dalam
mengukur, melakukan kegiatan atau memakai sesuatu secara benar (Nazir, 2005:
110).

7

D.

Manfaat Kajian Pustaka (Penelitian Sebelumnya yang Relevan)
Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:277) ada empat manfaat dari kajian

pustaka yaitu:
a.

Dapat menghindarkan kita dari terjadinya peniruan, plagiasi, dan
penipuan dalam berbagai bentuknya.

b.

Sebagai tanggung jawab moral , kejujuran bagi seorang ilmuwan untuk
menghargai pendapat orang lain.

c.

Menunjukkkan bahwa masalah yang diteliti memang kaya makna
sehingga layak untuk dibicarakan kembali.

d.

Menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan memang berbeda,
sekaligus menunjukkan bahwa dalam penelitian yang sedang dilakukan
akan ditunjukkan hal-hal baru yang berbeda dengan penelitian lain.

E.

Menetapkan landasan Teori yang Kukuh
Setelah menyusun kajian pustaka, yang berisi deskripsi analitis bahan

bacaan dari hasil penelitian sebelumnya yang relevan, langkah selanjutnya adalah
menyusun landasan teori. Landasan teori adalah pembicaraan tentang teori,
bagaimana konsep-konsepnya, siapa yang menggagas, kapan ditemukan, dan
sebagainya. Kajian pustaka adalah pustaka yang secara khusus berkaitan dengan
objek formal. Dengan kata lain landasan teori bersifat umum dan kajian pustaka
bersifat khusus (Ratna, 2010: 281).
Terdapat lima hal yang diperhatikan dalam penyusunan landasan teori
(Ratna, 2010: 283)
1.

Teori harus disusun secara hierarkis, teori disusun dari yang paling
relevan kemudian ditambah dengan teori pelengkap atau komplementer.

2.

Menghindari

penggunaan

secara

eksplisit

teori

tertantu

untuk

menganalisis masalah tertentu dan aplikasinya pada bab-bab tertentu.
Cara demikian dapat terjadi pemisahan masalah yang satu dengan
masalah yang lain.

8

3.

Menggunakan teori yang paling baru. Seperti diungkapkan oleh Sugiyono
(2007: 144), referensi yang usianya lebih dari lima tahun diterbitkan
dianggap kurang mutakhir.

4.

Menggindari penggunaan teori yang hakikatnya berlawanan.

5.

Landasan teori hendaknya mengandung lima unsur sebagai berikut:


Judul teori, misalnya semiotika, feminis, konstruktivis, dll.



Penemu atau penggagas



Konsep-konsep kunci



Sejarah perkembangan secara singkat



Bagaimana penggunaannya dengan contoh-contoh secara nyata sesuai
dengan objek.

Menurut Sugiyono (2007: 144) yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
landasan teori adalah:
a.

Teori yang digunakan memenuhi tiga kriteria kelayakan teori yaitu:
1.

Relevansi, berarti teori yang dikemukakan sesuai dengan masalah
yang diteliti

2.

Kemutakhiran, terkait dengan kebaruan teori atau referensi yang
dipakai.

3.
b.

Keaslian, terkait dengan keaslian sumber.

Jumlah teori yang digunakan tergantung pada fokus penelitian yang kita
tetapkan.

c.

Dalam landasan teori definisi setiap fokus penelitian dikemukakan ruang
lingkup, keluasan, serta kedalamannya.

d.

Tidak perlu dibuat kerangka teori sebagai dasar untuk perumusan
hipotesis karena penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis.

e.

Teori-teori yang dikembangkan bersifat sementara dan akan berkembang
atau berubah setelah kita berada di lapangan.

9

2.2

Hipotesis
A.

Pengertian Hipotesis
Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan

hipo (hypo) dan tesis(thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti
pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya
masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah
yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau
diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.
Selain itu, Sugiono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung
oleh pernyataan Kerlinger (2006: 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan
(conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu
mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara
umum maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi
yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian (Sumadi Suryabrata, 1991 : 49). Secara statistik, hipotesis merupakan
pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sample
(Sumadi Suryabrata, 2000 : 69). Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel,
hipotesis merupakan pernyataan tentang keterkaitan antara variabel-variabel
(hubugan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih). Ditinjau dalam
hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis merupakan deduksi dari teori ilmiah
(pada penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi
untuk menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka hipotesis adalah pernyataan atau
dugaan sementara dari keadaan populasi yang akan diteliti terhadap masalah yang
diajukan.

10

B.

Ciri-ciri Hipotesis yang Baik
Menurut Kerlinger (2006: 30) terdapat dua kriteria pernyataan hipotesis

baik yaitu :
a.

Hipotesis adalah pernyataan tetang relasi antara variabel-variabel .

b.

Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian
hubungan-hubungan yang dinyatakan tersebut.
Bersadarkan dua kriteria tersebut disimpulkan bahwa pernyataan hipotesis

mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur serta menunjukkan secara
jelas dan tegas cara variabel-variabel tersebut berhubungan (Kerlinger, 2006 : 30).
Menurut Nazir (2005: 152) hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a.

Hipotesis harus menyatakan hubungan
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan-hubungan
antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabelvariabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis
menspesifikasikan

bagaimana

variabel-variabel

tersebut berhubungan.

Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis
dalam pengertian metode ilmiah.
b.

Hipotesis harus sesuai dengan fakta
Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang.
Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti,
dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan
berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok
dengan fakta.

c.

Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan.
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubunganya dengan ilmu
pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika
tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan
yang tidak berfungsi sama sekali.

11

d.

Hipotesis harus dapat diuji.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan
ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang diberikan
biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat diuji,
hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu
umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.

e.

Hipotesis harus sederhana.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas untuk
mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau khas
sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah
pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang
tidak relevan ke dalam hipotesis.

f.

Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis juga harus dinyatakan daam bentuk yang dapat menerangkan
hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian
yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan
teknologi serta keterampilan menguji dari si peneliti.
Secara umum, menurut Nazir (2005: 153) hipotesis yang baik harus

mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak
bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus
dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus
sederhana.
C.

Bentuk Rumusan Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah

penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri),
komparataif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu bentuk
hipotesis penelitian juga ada tiga macam yaitu hipotesis deskriptif, komparatif,
dan asosiatif/hubungan (Sugiyono, 2013: 100).

12

a.

Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2013: 100) hipotesis deskriptif merupakan jawaban
sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel
mandiri.

Contoh:
Rumusan masalah deskriptif: Berapa lama daya tahan berdiri karyawan
toko lulusan SMK?
Hipotesis deskriptif: Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama
dengan 6 jam/hari (H0). Hipotesis alternatifnya (Ha) daya tahan karyawan
toko lulusan SMK ≠ 6 jam/hari. “tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih
besar atau lebih kecil dari 6 jam/hari.
Hipotesis statistik
H0

:

µ = 6 jam/hari

Ha

:

µ ≠ 6 jam/hari

µ

:

adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau

ditaksir melalui sampel.
b.

Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif (Sugiyono, 2013: 102). Pada rumusan ini variabelnya
sama tetapi populasinya atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi
pada waktu yang berbeda.

Contoh:
Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa
perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan tinggi Y?
Hipotesis komparatif: Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut
dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:
Hipotesis nol:


H0

:

Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan

tinggi X dengan perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi
belajar antara mahasiswa perguruan tinggi X dan Y
13

H0



:

Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar atau

sama dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” =
paling sedikit)
H0 : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil atau



sama dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” =
paling besar)
Hipotesis alternatif:


Ha

: Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi x lebih besar (atau



lebih kecil ) dari perguruan Y.
Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil



daripada () perguruan tinggi Y.

Hipotesis statistik

µ1 = rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT X
µ2 = rata-rata (populasi) Prestasi belajar PT Y





c.

H0

:

µ1 = µ2

Ha

:

µ1 ≠ µ2

H0

:

µ1 ≥ µ2

Ha

:

µ1 < µ2

H0

:

µ1 ≤ µ2

Ha

:

µ1 > µ2

Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2013: 103) adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara
dua variabel atau lebih.

Contoh:

14

Rumusan Masalah Asosiatif: Adakah hubungan yang positif dan signifikan
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah?
Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
Hipotesis statistik:
H0

: p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.

Ha

: p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang

dari nol ada hubungan.
P = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
D.

Jenis-jenis Hipotesis
Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam mempelajari,

hipotesis

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

rumusannya

dan

proses

pemerolehannya.
a.

Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
1.

Hipoteis kerja, yaitu hipotesis “yang sebenarnya” yang merupakan
sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H 1 atau
Ha.

2.

Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis
kerjadan sering disingkat Ho.

Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H 1 dan Ho untuk satu
permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa H o ‘sengaja”
dipersiapkan untuk ditolak, sedangkan H1 “dipersiapkan” untuk diterima
(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 171).
b.

Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi
1.

Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada penelitian kualitatif)

2.

Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif).

Hubungan

antara hipotesis dengan observasi dan teori

ilmiah pada

hipotesis

induktif dan deduktif dapat divisualisasikan sebagai berikut (Trochim, 2005).

15

E.

Fungsi Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai

komponen penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke lapangan
hendaknya peneliti telah merumuskan hipotesis penelitiannya. Pentingnya
hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. hipotesis merupakan
hal yang sangat berguna. Terkait dengan hal itu, Furchan (2004: 115)
mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian, yaitu:
a.

Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai
masalah pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh daripada sekedar
mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan
antar hubungan yang ada di antara fakta-fakta itu. Antar-hubungan dan
generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting bagi
pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama
pengumpulan data dilakukan tanpa arah. Hipotesis yang telah terencana
dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasanpenjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan divalidasi (diuji
keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu
kita memperluas pengetahuan.

b.

Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat
diuji dalam penelitian.
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai
dengan suatu pertanyaan, tatapi hanya hubungan antara variabel-variabel
sajalah yang dapat diuji. Misalnya, orang tidak akan menguji pertanyaan
“Apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan
hasil belajar secara nyata?” Akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang
tersirat dalam pertanyaan tersebut: “Komentar guru terhadap hasil pekerjaan
murid menyebabkan meningkatnya hasil belajar hasil belajar murid secara
nyata”. Atau yang lebih spesifik lagi, “Skor hasil belajar siswa yang menerima

16

komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi daripada
skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua
variabel itu, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
c.

Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga
menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut.
Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang
harus dilakukan. Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang
ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang menentukan
relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi pemilihan
sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga dapat
menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi
tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat.

d.

Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia mengambil setiap
hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan
hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan tertulis ini di
seputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga membuat
penyajian itu lebih berarti dan mudah dibaca.
F.

Sumber Hipotesis
Pendapat lainnya mengenai sumber hipotesis diungkapkan oleh Good dan

Scates (Nazir, 2005: 155). Ia memberikan beberapa sumber yang dapat digunakan
untuk menggali hipotesis, yaitu:


Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu.



Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan.



Imajinasi atau angan-angan.



Materi bacaan dan literatur.



Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang
diselidiki.

17



Data yang tersedia.



Analogi atau kesamaan.

G.

Hal-hal yang Perlu Dilakukan untuk Mengkaji Hipotesis
Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis

merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah dengan
variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis
yang dibentuknya. Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni
tersendiri. Peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga
hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Menurut Nazir (2005: 154) dalam
menggali hipotesis, peneliti harus:
a.

Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan
dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;

b.

Mempunyai

kemampuan

untuk

memeriksa

keterangan

tentang

tempattempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain
dalam fenomena yang sedang diselidiki;
c.

Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan di atas adalah:
1. Kajian Pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan
objek penelitian yang pernah dibuat yang digunakan untuk
menganalisis objek penelitian yang dikaji.
2. Cara menyusun kajian pustaka dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:


Sesuai denga tahun penelitian dan sesuai dengan relevansi dan
kedekatan objek



Secara deskriptif dan deskriptif analitis

3. Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan sementara dari keadaan
populasi yang akan diteliti terhadap masalah yang diajukan.
4. Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah harus menyatakan hubungan,
sesuai dengan fakta serta dapat menerangkannya, berhubungan dengan
ilmu serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan, dapat diuji,
dan sederhana.
5. Jenis hipotesis ditinjau dari rumusan masalahnya dibedakan menjadi
hipotesis kerja dan hipotesis nol. Sedangkan berdasarkan proses
pemerolehannya dibedakan menjadi hipotesis deduktif dan hipotesis
induktif.
6. Hipotesis berfungsi untuk memberikan penjelasan sementara tentang
gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu
bidang; memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung
dapat diuji dalam penelitian; memberikan arah kepada penelitian; dan
memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). Kajian Pustaka dan Hipotesis, [Online].Tersedia: ttp://edukasi45
.blogspot.co.id/2015/01/kajian-pustaka-dan-hipotesis.html.
Anonim. (2013). Kajian Pustaka dan Hipotesis, [online]. Tersedia : http:// siutpunya.blogspot.co.id/2013/04/bab-i-pendahuluan-a.html.
Sarwono, J. (2006).

Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu

20